SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
Jurnal Jalan dan Jembatan
1 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
KAJIAN LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON
PRACETAK DI INDONESIA
A.Tatang Dachlan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294
atatangd@bdg.centrin.net.id; atatangd@yahoo.com
Diterima: 25 Mei 2009; Disetujui: 31 Juli 2009
ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan pembangunan jalan beton semen dengan metoda
pracetak yang lebih efisien dengan mutu yang lebih terjamin, Pusat Litbang Jalan
dan Jembatan telah mengkaji perkembangan jalan beton pracetak di beberapa
negara, melakukan pemantauan perkerasan jalan beton pracetak di jalur Busway
dan ruas jalan Cakung-Cilincing, Jakarta, serta ruas jalan tol Kanci-Pejagan,
Cirebon Jawa Barat. Untuk mengetahui kinerjanya dilakukan penilaian kondisi
secara visual, pengukuran defleksi vertikal dan ketidakrataan. Hasilnya
menunjukkan bahwa pada tahun pertama, jalan beton pracetak di Cakung-
Cilincing kuat menahan beban lalulintas yang padat dan berat, tetapi di beberapa
sambungan ditemukan kerusakan dan tepi panel terdapat cacat permukaan yang
mengakibatkan defleksi vertikal dan ketidakrataan yang relatip tinggi.
Ketidakrataan permukaan jalan di ruas Kanci-Pejagan relatif baik dengan nilai
sekitar 2,3 m/km. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan telah melakukan penelitian
skala kecil di laboratorium menggunakan dua variasi sambungan. Kinerja
sambungan diuji terhadap deformasi vertikal dan horizontal dan hasilnya
menunjukkan nilai deformasi yang aman. Hasil evaluasi tersebut akan
diaplikasikan pada ujigelar beton pracetak oleh Pusat Litbang Jalan dan
Jembatan.
Kata kunci : beton pracetak, pratekan, pracetak-pratekan, panel, defleksi vertical
ABSTRACT
To improve the application of the precast concrete pavement more efficient and
ensure well quality, Research and Development Centre For Road and Bridge
(RDCRB) has studied the development of precast cement concrete in several
agencies of some developed countries, and performs monitoring of precast
Jurnal Jalan dan Jembatan
2 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
concrete pavement in Indonesia such as at Busway lane and Cakung-Cilincing
road link in Jakarta, and toll road link at Kanci-Pejagan, Cirebon, West Java. To
find out the performance, visual surface pavement condition survey, vertical
deflection measurement and road roughness survey were carried out. The result
shows that in the first year the pavement proved relatively strong to support heavy
traffic load, although at some joints and edges of panels have surface and edge
defects that caused significantly high deflection and roughness. Surface roughness
arround 2,3 m/Km at Kanci-Pejagan is relatively good. RDCRB have studied
small scale in the laboratory using two joints variations. The performance of joints
is then examined to vertical and horizontal deformation, and the result shows safe
deformation. The evaluation result will be applied on the field trials of precast
concrete by RDCRB.
Keywords: precats concrete, prestress, precast-prestress, panel, vertical deflection
PENDAHULUAN
Aplikasi beton semen sebagai
perkerasan jalan di Indonesia telah
dimulai sejak tahun 1985-an (Dept. P.U.,
2003), dan perkembangannya sampai saat
ini terus meningkat. Hal ini dapat dilihat
di jalan tol, jalan-jalan Nasional/ Propinsi
dan jalan Kabupaten/ Kota yang telah
menggunakan perkerasan beton semen.
Perkerasan beton semen mempunyai
beberapa keunggulan antara lain, cocok
untuk lalu lintas berat, lebih tahan
terhadap cuaca panas dan tidak terjadi
deformasi seperti pada perkerasan
beraspal, tahan terhadap pengaruh air,
serta jumlah bahan yang diperlukan
(agregat) untuk perkerasan beton relatif
lebih rendah (± 50%) dibandingkan
dengan perkerasan beraspal, pada kondisi
tanah dasar dan beban lalu lintas yang
sama. Masalah ketersediaan aspal saat ini
menjadi pendorong pula perlunya
menggunakan semen sebagai bahan
perkerasan jalan. Mengingat sampai saat
ini Indonesia yang memerlukan aspal 1,2
juta pertahun (Departemen PU, 2008),
masih mengimpor aspal sekitar 50%-60%
dari kebutuhan Nasional setiap tahun.
Pada perkerasan beton semen
terdapat beberapa kelemahan, di
antaranya masa pelaksanaan. Karena
setelah pengecoran pelat beton,
diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk
mencapai kekuatan rencana sebelum
dibuka untuk lalu lintas, serta setelah
pengecoran diperlukan perawatan pelat
beton yang memadai agar kualitas beton
dapat terpenuhi. Hal ini sangat merugikan
dan mengganggu kelancaran lalu lintas,
terutama bila jalan beton ini dilaksanakan
di jalan-jalan yang lalulintasnya cukup
padat. Demikian pula masalah perawatan
yang tidak tepat akan mengurangi umur
perkerasan beton.
Masalah lain digunakannya beton
semen adalah masalah overloading di
jalur strategis, sistem drainase yang
buruk, dan perbaikan jalan di perkotaan
yang padat lalu lintasnya. Bila volume
lalu-lintas tinggi, maka dalam beberapa
menit saja dilakukan penyetopan
Jurnal Jalan dan Jembatan
3 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
kendaraan atau ada gangguan, akan
menimbulkan antrian dan acapkali
menimbulkan kemacetan. Dengan beton
pracetak, maka dapat menghindari
tindakan menutup jalan tanpa perlu
membangun route detour.
Tulisan ini bertujuan untuk
melakukan kajian lapangan terhadap
metoda pelaksanaan pembangunan jalan
beton yang lebih efisien dengan mutu
yang lebih terjamin.
Beberapa institusi di luar negeri telah
mengembangkan beton pracetak berupa
segmen-segmen jalan beton atau slab
yang dibuat secara fabrikasi terlebih
dahulu di luar lokasi proyek, kemudian
setelah beton mengeras, panel-panel
dipasang menggunakan suatu metoda
pelaksanaan tertentu sebagai blok
perkerasan jalan beton di atas fondasi atau
tanah dasar yang telah disiapkan. Di
Indonesia perkerasan beton pracetak baru
dimulai sekitar tahun 2007-2008 di
beberapa ruas jalan kota dan jalan tol
yang sampai saat ini terus dipantau
kinerjanya. Lokasi yang dipantau antara
lain jalan Cakung-Cilincing, Jakarta dan
Jalan tol Kanci Pejagan, Cirebon.
KAJIAN PUSTAKA
AASHTO (1992)
AASHTO Subcommittee on
Prestressed Concrete Pavement
mendefinisikan precast concrete sebagai
beton yang dicetak termasuk komponen
prestressed atau non-prestressed yang
digunakan dalam aplikasi struktur atau
non-struktur (PCI Handbook). (AASHTO,
1992). Beton pracetak dapat dipasang dan
dikencangkan di tempat pekerjaan, baik
yang diperkuat atau tidak diperkuat, atau
di-prestressed. Keuntungannya adalah
pekerjaan menjadi lebih cepat, panel
dapat dicetak di plant terbuka atau di
lokasi dekat proyek, dapat disimpan dan
diangkut ke tempat pekerjaan, tidak
memerlukan bangunan khusus, serta dapat
diproduksi secara masal dengan mutu
terkendali.
Prestressed concrete adalah beton yang
ditekan sebelum beban hidup rencana
diterapkan. Prosedur prestressed umum
nya dengan menarik tendon baja (kawat
atau strands) dan angkur ke dalam beton,
agar tahan terhadap pemendekan setelah
diangkur dan menghasilkan transfer
tekanan kompresi pada beton. Jika tendon
ditarik sebelum dibeton, dinamai pre-
tensioning. Jika tendon ditarik setelah
pembetonan, dinamai post-tensioning.
Kedua-duanya termasuk prestressed
concrete. Sedangkan Precast Prestressed
Concrete Pavement (PPCP) didefinisikan
sebagai suatu perkerasan yang penekanan
horizontalnya secara permanen diterapkan
sebelum beban hidup diaplikasikan.
(Balitbang P.U., 2009).
FHWA, Research Report Number 1517-
1 (2000)
Jalan Beton Pracetak-Pratekan di
Texas, USA yang dilaporkan David K, Cs
(2000) dalam Research Report Number
1517-1, diilustrasikan bahwa konsep
perencanaan dan pelaksanaan beton
pracetak-pratekan dapat dilihat dalam
Gambar 1a dan Gambar 2b. Ukuran slab
1,8 m x 7,2 m x 0,11 m dengan stressing
sebesar 300 psi atau 25 kg/cm2
(2,4 Mpa).
Panel dipasang di atas tanah dasar,
pondasi, lapisan tipis pasir yang merata
dan padat, kemudian di atas beton
dihampar lapisan beton aspal.
Pemasangan panel dapat dilakukan
bervariasi, yaitu dengan pola memanjang
atau melintang.
Jurnal Jalan dan Jembatan
4 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Purdue University, Indiana (2006)
Jalan Beton Pracetak-Pratekan di
Indiana, USA, yang dilaporkan L. Chang,
Y. Chen dan S.Lee dari Purdue University,
dalam FHWA /IN/JTRP-2003/26 menilai
kelayakan penggunaan metode perkerasan
beton semen Pracetak atau Precast
Concrete Pavement (PCP). Dari hasil
perbandingan keuntungan dan
kerugiannya, telah disimpulkan bahwa
penggunaan PCP layak digunakan
sebagai konstruksi perkerasan jalan, dan
berdasarkan data yang dikumpulkan dan
dianalisis, metoda PCP dinyatakan cukup
menguntungkan.
Sistem pemasangan panel dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem
melintang atau memanjang. Sistem
melintang yaitu panel dipasang melintang
selebar jalan dan di-stressing (post-
tensioned) pada arah memanjang jalan
(Lihat Gambar 2a). Beton pracetak-
pratekan ukuran 11m x 3m, dipasang
dalam arah melintang dengan 3 macam
panel yaitu central stressing panel, joint
panel dan base panel masing-masing
dalam Gambar 2b, Gambar 2c dan
Gambar 2d.
Sistem memanjang yaitu panel
dipasang memanjang jalan dan di-
stressing pada arah melintang (Lihat
Gambar 3a dan Gambar 3b). PPCP
dilaksanakan mulai dari tahap pencetakan
panel di pabrik, penyiapan dasar panel
menggunakan AC Leveling, penempatan
panel, pemasangan tendon, post-
tensioning dan grouting.
Gambar 1a. Perkerasan jalan beton semen pracetak dengan pelapisan AC (South Dakota)
Jurnal Jalan dan Jembatan
5 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 1b. Variasi penempatan slab (memanjang dan melintang)
Gambar 2a Skema PPCP
Gambar 2b. Central stressing panel pada PPCP
Jurnal Jalan dan Jembatan
6 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 2c. Join panel PPCP
Gambar 2d. Base panel pada PPCP
Gambar 3a. Komponen perkerasan beton pracetak sistem memanjang
Jurnal Jalan dan Jembatan
7 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 3b. Pemasangan beton pracetak sistem memanjang
PT. Indocement TP Tbk (2006)
PT. Indosemen Tunggal Prakarsa Tbk
telah mencoba beton pracetak untuk jalur
Bus Way. Metoda pelaksanaan
ditunjukkan dalam Gambar 4a. Panel
ukuran 5m x 3,4m x 0,25m. Untuk
mengangkat panel dilengkapi perkuatan,
baik arah memanjang maupun melintang.
Dalam Gambar 4b diperlihatkan konsep
struktur dan pengangkatan panel di
lapangan.
Gambar 4a. Pelaksanaan beton pracetak (PT. Indosement TP, Tbk 2006)
Gambar 4b. Susunan perkerasan jalan beton pracetak dan pengangkatan melalui Lifting Point
Jurnal Jalan dan Jembatan
8 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Bina Marga, Dept PU (2007)
Bina Marga telah mengadopsi sistem
perkerasan beton pracetak yang
dikembangkan di Texas dan California,
USA dan telah dilaksanakan pada tahun
2007-2008 di ruas jalan Cakung-
Cilincing, Jakarta. Jalan tersebut
merupakan jalan utama dengan volume
lalu lintas yang tinggi, mixed traffic
dengan porsi tertinggi pada kendaraan
berdimensi besar seperti Trailer dan
Dump Truck (Lihat Gambar 5). Beton
precast terdiri atas 2 komponen yaitu
panel tepi, dan panel tengah. Panel beton
yang diproduksi dilengkapi dengan
pretensioning cables untuk peningkatan
kuat lentur beton, keamanan
pengangkatan dan pengangkutan.
Perataan jalan eksisting dengan Asphalt
Treated Base Levelling (ATBL) dan
Sandsheet. Alat Crane digunakan untuk
mengangkat dan menempatkan panel di
atas sandsheet, dan post-tensioning cables
untuk menyatukan panel menjadi satu
kesatuan struktur arah melintang. Data
komponen panel beton antara lain:
o Panel pracetak-pratekan mutu K-500
dan dimensi 12 m x 1,8 m x 0,2 m.
o Total panjang sekitar 1002 meter
terbagi dalam 4 segmen: 2 segmen
pada jalur Cakung-Cilincing, dan 2
segmen pada jalur Cilincing-Cakung.
o Panel dipasang di atas lapis perkerasan
ATBL tebal sekitar 40 mm dan Lapis
Tipis Aspal Pasir (Latasir) tebal 20-30
mm, yang diberi lapisan polyurethane
(plastik) tebal 210 mikron.
Setiap segmen terpasang empat panel
yang dirangkai arah melintang dan
dilakukan postensioned. Total jumlah
panel terpasang adalah 336 panel. (Lihat
Gambar 7).
Gambar 5. Mix Traffic di ruas jalan
Cilincing-Cakung
Penempatan tulangan pretensioned
arah melintang jalan pada posisi yang
simetris adalah merupakan modifikasi
untuk menghindari persilangan antara
tulangan pretensioned dengan selongsong
(Lihat Gambar 6). Lay out pemasangan
perkerasan beton pracetak secara tipikal
ditunjukkan dalam Gambar 7.
Gambar 6. Tipikal penempatan kabel
pretensioned secara simetris
Jurnal Jalan dan Jembatan
9 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 7. Layout beton pracetak-pratekan, Cakung-Cilincing (2008)
Panel beton pracetak dipasang
memanjang dan di-stressing pada arah
melintang. Pada arah memanjang jalan
disambung dengan dowel besi diameter
25 mm, panjang 50 cm dan jarak antar
dowel 30 cm. (Lihat Gambar 3a dan 3b).
Konsep pelaksanaan dimulai pengerjaan
pada satu lajur pertama dengan panjang
tertentu, lajur kedua tetap beroperasi
untuk lalu lintas. Pengerjaan lajur kedua
dilakukan setelah lajur pertama selesai.
The Asphalt Institute, MS-17 (2000)
Prosedur pelapisan tambah
menggunakan campuran beraspal dalam
The Asphalt Institute MS-17 (2000)
didasarkan atas data lendutan balik.
Prosedur tersebut memberikan 3 kriteria
lendutan yaitu selisih defleksi pada
sambungan antar slab maksimum 0,05
mm, mean defleksi antar slab maksimum
0,36 mm, dan defleksi rasio antar slab ≥
0,60. Bila tidak memenuhi kriteria
tersebut, maka sebelum dilapis-tambah
perlu dilakukan upaya menstabilkan slab.
Gambar 8a. Cetakan beton pracetak di pabrik
Gambar 8b. Peralatan pretensioning, wire
strand
Jurnal Jalan dan Jembatan
10 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 8c. Remolding panel beton
pracetakberumur 1 x 24 jam untuk disimpan di
stock pile
Gambar 8d. Panel beton pracetak diangkut
trailler kapasitas 4 panel
Tabel 1
Rangkuman penilaian kondisi panel yang cacat (%)
Waktu Faulting Retak Lubang Spaling Joint sealant rusak Tekstur Tambal
Tepi Barat:
Mar-08 17,2 4,7 12,5 1,6 17,2 22,7 0,8
Apr-08 25,0 17,2 15,6 3,1 3,9 4,7 0,8
Jul-08 18,8 3,1 3,9 10,2 20,3 8,6 0,8
Okt-08 24,2 3,1 3,1 13,3 20,3 10,2 18,0
Tepi Timur:
Mar-08 22,6 1,4 4,3 14,4 1,4 1,9 1,0
Apr-08 32,7 13,9 5,3 12,0 5,3 2,9 1,0
Jul-08 25,0 11,1 9,6 14,9 15,9 5,3 1,9
Okt-08 21,6 2,9 2,9 13,9 1,9 4,3 2,9
Tabel 2
Rangkuman penilaian kondisi (kualitas yang cacat)
Waktu
Faulting
depth
(cm)
Retak (m2
)
Lubang
(m2
)
Spaling
(m2
)
Joint
sealant
rusak
Tekstur
(m2
)
Tambal
(m2
)
Tepi Barat:
Maret 2008 0,5 – 1,0 0,04 – 0,2 0,05 – 0,4 0,1 22 5,4 - 13 1,5
April 2008 0,5 – 2,0 0,01 – 1,0 0,02 – 0,3 0,05 – 0,1 5 4,5 - 21 1,5
Jul-08 0,5 - 1,0 0,01 – 0,6 0,2 - 0,3 0,05 – 0,2 26 2 - 21 2,6
Okt-08 0,5 - 2,0 0,1 - 0,2 0,01 - 0,1 0,1 - 0,4 26 0,5 - 22 0,1 - 0,8
Tepi Timur:
Maret 2008 0,2 – 2,0 0,01 – 1,0 0,05 – 0,2 0,05 – 0,5 3 6,5 - 17 0,5
April 2008 0,3 – 3,0 0,01 – 0,5 0,1 – 0,4 0,1 – 0,4 11 6,5 – 17 0,5
Jul-08 0,5 – 3,0 0,01 – 0,2 0,1 – 0,5 0,1 – 0,4 33 0,5 – 5,0 1 - 10
Okt-08 0,5 - 2,0 0,1 - 1,2 0,1 - 0,2 0,1 - 1,0 4 0,5 - 6,0 0,2 - 1,5
Jurnal Jalan dan Jembatan
11 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
HIPOTESIS
Pemantauan kinerja beton pracetak
yang sudah terpasang dapat meningkatkan
upaya penyempurnaan spesifikasi dan
metoda pelaksanaan pembangunan jalan
beton pracetak yang lebih efisien dengan
mutu yang lebih terjamin.
METODOLOGI
Pemantauan jalan beton semen
pracetak yang telah dipasang dilakukan
dengan cara menilai kinerjanya sampai
akhir tahun 2008. Penilaian kondisi
meliputi kondisi permukaan, sambungan
kontraksi, sambungan ekspansi, dan
perkembangannya selama pemantauan.
Pemantauan cara kerja meliputi proses
mengangkat atau memindahkan dan
menempatkan atau menyimpan slab beton
dari pusat produksi (central plant) ke
tempat pekerjaan.
HASIL DAN ANALISIS
Kondisi jalan beton pracetak-pratekan
di Cakung-Cilincing, Jakarta
Uji coba panel beton pracetak yang
dilaksanakan di Cakung-Cilincing
tersebar dalam beberapa segmen dengan
total panjang mencapai 1002 meter. Hasil
penilaian kondisi yang dilaksanakan sejak
Maret 2008 menunjukkan kondisi adanya
faulting, retak, lubang, spalling,
kerusakan joint sealant, tekstur dan
tambalan. Lihat Tabel 1 dan Tabel 2 serta
Gambar 9a sampai dengan Gambar 9i.
Dalam Gambar 10a sampai dengan
Gambar 10d diperlihatkan pola
perkembangan kerusakan yang terjadi
selama tahun 2008.
• Faulting
Dari Tabel 1 dan Tabel 2
menunjukkan faulting secara jelas yang
semakin besar dalam waktu beberapa
bulan. Berdasarkan pengamatan selama
masa pelaksanaan, faulting dapat terjadi
karena pada saat pemasangan panel
terjadi ketidakrataan sambungan akibat
panel yang tidak rata atau melengkung.
Jumlah panel dengan faulting dalam
Tabel 1 bertambah dalam satu bulan tetapi
berkurang pada bulan berikutnya.
Diperkirakan faulting yang besar karena
posisi panel yang belum stabil,
menyesuaikan kedudukan terhadap panel
beton di sebelahnya. Faulting meningkat
pada bulan berkutnya terutama pada panel
yang pada awal penilaian memiliki
faulting yang relatif besar (Lihat Gambat
11d). Jumlah faulting yang terjadi sampai
pengamatan bulan Juli 2008 sekitar 18% -
25%. (Lihat Gambar 9a)
Gambar 9a. Faulting dan pumping
• Retak
Retak yang ada dilakukan
penambalan (sealing) sehingga jumlah
panel yang retak berkurang dan jumlah
tambalan bertambah (Lihat Gambar 9a
dan Gambar 10a). Retak yang
menimbulkan patah pada panel tidak
terjadi, kecuali hanya satu panel diujung
Jurnal Jalan dan Jembatan
12 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
segmen Barat yaitu pada peralihan antara
perkerasan beraspal lama dengan panel
beton baru, yang mengalami retak
diagonal, atau patah sejauh 150 cm dari
ujung panel, seperti terlihat pada Gambar
9a dan Gambar 9-b2. Hal ini disebabkan
adanya faulting antara ujung panel dengan
permukaan perkerasan beraspal lama,
menimbulkan beban tumbuk pada ujung
panel. Dari seluruh panel yang ada
kerusakan jenis retak sekitar 10% - 17%,
dan secara struktural relatif cukup kuat
menahan beban lalu lintas yang padat dan
berat.
Gambar 9-b1. Panel retak pada ujung panel
akibat dasar tidak rata
Gambar 9-b2. Retak di ujung panel pada
peralihan perkerasan lama dan beton
• Lubang
Kerusakan lubang pada awal
penilaian kondisi menunjukkan jumlah
yang signifikan tetapi setelah dilakukan
penambalan menjadi berkurang untuk
jalur di sisi bagian Barat (Lihat Gambar
9c dan Gambar 10a).
Gambar 9c. Lubang yang sudah ditambal
• Spalling
Spalling secara tipikal dalam Gambar
9d diakibatkan oleh lemahnya struktur
beton di sudut-sudut panel beton.
Gambar 9d. Spalling di sudut panel
Spalling ini terjadi sekitar 10% - 15%
untuk masing-masing jalur.
Jurnal Jalan dan Jembatan
13 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
• Joint Memanjang
Secara visual kondisi sambungan
memanjang berupa faulting dapat terlihat
pada pelaksanaan pemasangan, yang
diperkirakan karena permukaan tidak rata,
serta tidak terlihat jelas penggunaan
epoksi untuk merekatkan sambungan
meman-jang sebelum dilakukan post-
tensioning (Lihat Gambar 9f).
Gambar 9f . Faulting pada sambungan
memanjang
• Tekstur permukaan
Tekstur permukaan pada segmen sisi
Timur relatif lebih licin pada bulan
berikutnya akibat polishing atau gerakan
roda ban kendaraan. Tekstur permukaan
pada segmen sisi Barat adalah sebaliknya
karena tekstur bertambah kasar (Lihat
Gambar 10c). Bentuk tekstur permukaan
perkerasan pada umumnya kasar pada
awal pembukaan. Adanya Lalu Lintas,
terkstur permukaan berkurang menjadi
lebih halus, tetapi dalam beberapa bulan
kemudian akan kasar kembali karena
oksidasi dan/atau pelepasan butir. Tekstur
akan menjadi lebih licin dalam waktu
relatif lama karena lapisan atas relatif
sudah stabil dan akumulasi efek polishing
yang lama oleh ban kendaraan. Jumlah
panel yang memiliki tekstur licin sekitar
5% - 22%. Lihat Gambar 9g dan Tabel 2.
Gambar 9g. Tektur permukaan licin
• Pumping
Dalam Gambar 9f terdapat faulting
yang dapat berakibat terjadinya pumping.
Gambar 9h. Pumping
Pumping terdapat di beberapa tempat
dan dapat diamati pada saat air hujan
membasahi panel dan bagian bawah
perkerasan beton (Lihat Gambar 9h). Bila
kendaraan berat melintas maka terjadi
cipratan air dari celah-celah sambungan.
Jumlah panel yang mengalami pumping
diperkirakan 10% - 20%.
• Kerusakan lainnya
Pada sambungan memanjang antara
panel satu dengan panel lainnya terjadi
ketidakrataan, sehingga perlu digerinda.
Jurnal Jalan dan Jembatan
14 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Bahan epoxy yang digunakan pada saat
menyatukan panel-panel dan stressing
tidak jelas penggunaannya, apakah
sebelum dipasang atau setelah stressing,
seperti terlihat pada Gambar 9i.
Kerusakan pada sambungan ini secara
tipikal terlihat bila ditemukan faulting,
retak pada tepi panel dan pumping.
Grouting tidak sempurna ditemukan pada
slot dowel (Lihat Gambar 9i dan Gambar
9j.
Gambar 9i. Grouting slot dowel yang tidak
sempurna
• Rangkuman hasil penilaian Kondisi
Pada pemantauan bulan Juni 2008,
hanya terdapat satu panel retak dari 336
panel, yaitu pada lajur cepat yang
mengalami retak diagonal, tepat pada
peralihan dari perkerasan lama ke panel
beton pracetak.
Gambar 9j. Grouting slot stressing pada
pelebaran kurang sempurna
Retak terjadi akibat beban tumbuk
kendaraan saat menginjak panel beton dan
karena sambungan yang tidak sempurna.
Pemantauan sampai Desember 2008,
menunjukkan tidak terjadi panel beton
yang patah akibat beban lalu lintas
kendaraan yang relatif berat. Hal ini
menunjukkan bahwa dimensi beton
pracetak dan struktur perkerasan yang
dirancang sudah cukup kuat.
• Kerataan Permukaan
Uji kerataan dengan alat NAASRA
pada 4 segmen, diperoleh nilai IRI rata-
rata sebagai berikut:
Tepi Barat: Arah ke Cilincing
- Segmen A = 5,53 m/km
- Segmen B = 6,49 m/km
Tepi Timur: Arah ke Cakung
- Segmen C = 7,81 m/km
- Segmen D = 6,04 m/km
Gambar 10a. Retak,lubang, spalling dan tambalan (Sisi Barat)
0
5
10
15
20
25
Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08
JmhPanelCacat,Buah
Retak Lubang Spaling Tambal
Jurnal Jalan dan Jembatan
15 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 10b. Joint sealant rusak dan tekstur (Sisi Barat)
Gambar 10c. Retak, lubang, spalling dan tambalan (Sisi Timur)
Gambar 10d. Faulting, joint sealant rusak dan tekstur (Sisi Timur)
0
5
10
15
20
25
30
35
Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08
JmhPanelCacat,Buah
Faulting Tekstur (kasar) Joint sealant rusak
0
5
10
15
20
25
30
35
Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08
JmhPanelCacat,Buah
Retak Lubang Spaling Tambal
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08
JmhPanelCacat,Buah
Faulting Tekstur(kasar) Joint sealant rusak
Jurnal Jalan dan Jembatan
16 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 11. Ketidakrataan
Jurnal Jalan dan Jembatan
17 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 11. Ketidakrataan (lanjutan)
Kerataan permukaan jalan yang disyaratkan minimum 4 m/km, sehingga dengan nilai
IRI dalam Gambar 11, maka diperlukan seperti penanganan.
Kekuatan Struktur
Berdasarkan pengukuran lendutan dengan alat Falling Weight Deflektometer (FWD)
pada ujung panel perkerasan beton yang mencerminkan kekuatan struktur, diperoleh nilai
lendutan seperti ditunjukkan dalam Gambat 12.
Gambar 12. Nilai lendutan
Jurnal Jalan dan Jembatan
18 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Gambar 12. Nilai lendutan (lanjutan)
Jurnal Jalan dan Jembatan
19 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Bila akan dilakukan pelapisan
tambah (The Asphalt Institute MS-17,
2000), maka defleksi perkerasan harus
memenuhi 3 kriteria untuk pelapisan
tambah, yaitu selisih defleksi pada
sambungan antar slab maksimum 0,05
mm, defleksi rasio antar slab harus lebih
besar dari 0,6 dan mean defleksi antar
slab maksimum 0,36 mm, sebagai
indikator perlu dilakukannya
undersealing atau upaya menstabilkan
slab.
Kanci-Pejagan
Kanci-Pejagan merupakan ruas jalan
tol baru sepanjang 35 km yang sampai
saat ini masih dalam pelaksanaan.
Dimensi panel beton pracetak-prategang
8,2 m x 2,5 m x 0,20 m, berat 9,8 Ton.
(SMR, leaflet). Model pemasangan
melintang dan merupakan adopsi
modifikasi perkerasan beton pracetak-
prategang di Indiana, USA. Panel
distressing dengan strand prategang 4
0,5”, strand pasca tarik 14 0,6”. Mutu
beton K 400 dan Slump ±12 cm. Panel
diletakkan di atas lapisan Lean Concrete
tebal 5 cm dan lapisan plastik.
Sambungan ekspansi dengan dowel
berdiameter 25 mm. Hasil pengukuran
ketidak-rataan dengan alat NAASRA
pada Sta 0+000 – Sta 0+300 (April
2009), diperoleh nilai IRI sebesar 2,30
m/Km. Data lain masih dalam proses
survai pengambilan data yaitu DCP,
temperatur, defleksi, dan kestabilan lereng
timbunan badan jalan.
Beton Pracetak oleh PT Indosemen,
Tbk.
Evaluasi kinerja jalan beton semen
pracetak PT Indosemen pada tahun 2006,
dilakukan setelah berumur beberapa bulan
dan setelah dilalui lalu lintas kendaraan.
Perencanaan pembebanan dilaku-kan
pada satu lajur panel dengan beban di
tengah panel dan pada sambungan.
Selama pemantauan pelak-sanaan di
lapangan, ditemukan ketidakrataan
permukaan panel sehingga terjadi faulting
pada sambungan. Hal ini mengindi-
kasikan perlunya kontrol terhadap
toleransi dimensi dan kerataan, baik pada
permukaan panel maupun dasar panel.
Pemantauan berikutnya terputus karena
permukaan beton sudah ditutup dengan
perkerasan beraspal.
Uji coba laboratorium: beton
pracetak-pratekan
Pengujian dilakukan dengan
melewatkan kendaraan truk standar beban
sumbu tunggal seberat 10 ton. Lendutan
vertikal diukur dengan dial gauge
menggunakan alat Benkelman Beam.
Ujung beam diletakkan tegak lurus arah
gerakan Truk sejauh 50 cm dari titik uji
atau di tepi panel. Deformasi horizontal
diukur menggunakan digital strain gauge
bersamaan dengan pengukuran vertical
deflection. (Lihat Tabel 3).
Tabel 3
Lendutan pada sambungan antar panel beton.
Jenis
Sambungan
Lendutan (mm)
Lean Concrete
CampBeraspal
Dingin
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
Dowel 0,022 0,07
Tulangan balok 0,006 0,014
Besar lendutan vertikal yang terjadi
lebih kecil dari pada lendutan ijin 0,75
mm, sehingga dinyatakan aman.
Pengujian dilanjutkan secara periodik
untuk mengetahui kinerja sambungan
setelah terpengaruh oleh waktu,
lingkungan dan beban lalu lintas.
Jurnal Jalan dan Jembatan
20 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dapat
diuraikan hal-hal sebagai berikut:
1)Hasil monitoring jalan beton pracetak-
pratekan jalan Cakung-Cilincing selama
tahun 2008, dengan hasil sebagai
berikut:
o Penilaian kondisi dan pemetaan
(mapping) dilakukan terhadap
seluruh panel yang sudah terpasang.
o Jenis sambungan dowel diameter
25,4 mm yang dipasang dan dicor
dalam slot ganda yang tersedia.
Pengecoran slot dowel dengan mortar
anti susut kurang sempurna
pelaksanaannya sehingga menampilkan
sambungan yang kasar, pecah dan
perlu perbaikan.
o Kondisi cacat pada panel berupa
faulting 0,2 cm - 2 cm, retak 0,04 m2
– 1 m2
, lubang 0,05 m2
– 0,2 m2
,
spalling 0,01 m2
– 0,5 m2
, dan joint
sealant yang rusak 2 panel. Secara
keseluruhan, pekerjaan finishing
relatif kurang sempurna dengan
adanya cacat permukaan tersebut.
o Panel yang masih memiliki kondisi
baik adalah 70% - 75%, sisanya
adalah cacat permukaan dan ketidak-
sempurnaan penye-lesaian akhir
(finishing) pada sambungan. Kondisi
secara fisik menunjukkan bahwa
secara struktural kekuatan seluruh
panel beton dengan metode pracetak
dan dimensi yang ada cukup kuat
menahan beban lalu lintas yang berat
dan padat.
o Dari pemantauan sampai Desember
2008, tidak terjadi panel beton yang
patah akibat beban lalu lintas
kendaraan yang relatif berat.
o Berdasarkan hasil pengamatan di
Cakung-Cilincing menunjukkan
bahwa dimensi beton pracetak yang
dipasang di atas lapisan perkerasan
beraspal (ATBL dan Latasir) relatif
cukup kuat dan dapat digunakan
untuk perencanaan mendatang
dengan beberapa perbaikan yang
memadai pada pelaksanaan dan
pengawasan.
o Hasil pengujian kerataan permukaan
dengan alat NAASRA menunjukkan
nilai IRI antara 5,5 m/Km dan 7,8
m/Km yang lebih besar dari 4 m/km
sehingga diperlukan pelapisan
tambahan dengan campuran beraspal
panas.
o Hasil pengujian defleksi perkerasan
mengindikasikan perlunya dilakukan
penanganan berupa undersealing atau
menstabilkan slab sampai terpenuhi
tiga kriteria persyaratan pelapisan
tambah.
2)Kinerja jalan beton pracetak-prategang
di jalan tol Kanci-Pejagan belum dapat
dievaluasi karena masih dalam
pembangunan dan jalan belum dibuka
untuk lalu lintas.
KESIMPULAN
1)Hasil pemantauan kinerja jalan beton
pracetak dapat memberikan catatan
penting dalam upaya penyempurnaan
spesifikasi dan metoda pelaksanaan
beton pracetak di Indonesia.
2)Teknologi perkerasan beton pracetak
diperlukan untuk menghadapi
permintaan pelaksana-an pekerjaan
jalan yang cepat dan mutu yang
terjamin. Penggunaan dengan beton
pracetak akan lebih cepat, tebal slab
relatif lebih tipis dari pada cara
konvensional, gangguan terhadap lalu
Jurnal Jalan dan Jembatan
21 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
Iintas dapat diperkecil, kualitas beton
dapat dikendalikan secara maksimal,
kerataan permukaan beton lebih
sempurna (grooving lebih baik), dapat
diproduksi lebih panjang, dan
mengurangi jumlah sambungan.
3)Kelemahan kinerja perkerasan jalan
beton pracetak relatif hampir tidak ada,
kecuali untuk pelaksanaan pada
tikungan, belokan, dan panel yang
berdekatan dengan utilitas diperlukan
cetakan dengan dimensi khusus.
4)Masukan hasil pemantauan terhadap
spesifikasi khusus beton pracetak dan
metoda pelaksanaan akan
ditindaklanjuti dengan ujicoba skala
penuh.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of State Highway
and Transportation Officials
(AASHTO), 1992. The Guide of
Pavement Design, p:II-65.
Subcommittee on Prestressed
Concrete Pavement.
American Concrete Institute, ACI (ACI
325.7R-88. Recommen-dation for
Designing Prestressed Concrete
Pavements).
The Asphalt Institute (MS-17, 2000).
Asphalt Overlays for Highway and
Street Rehabilitation, Ch: 11, p:
11-1. The Asphalt Institute Manual
Series 17 ( MS-17). Reserach Park
Drive.PO Box 14052. Lexington
Kentucky.
Badan Penelitian dan Pengembangan,
Dept. P.U., 2009). Perkeras-an
Jalan Beton Semen Pracetak, Seksi
5.7. Spesifikasi Khusus (PT-0), hal
5Bidang Jalan dan Jembatan.
Bina Marga, Dept. PU (2007). Bahan
Presentasi Beton Pracetak di
Cakung-Cilincing, Jakarta: Bina
Marga
David K. Merrit, B.Frank McCullough,
Ned H Burns, and Anton K
Schindler. February, 2000. The
Feasibility of Using Precast
Concrete Panels to Expedite
Highway Pavement Construction.
Research Report 1517-1,
Washington: FHWA, p.6
Dept. P.U. (2003). Perencanaan
Perkerasan Jalan Beton Semen.
Pedoman Konstruksi dan
Bangunan. Pd T-14-2003, hal. Iv.
Dept. Pekerjaan Umum (dulu
Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah).
Federal Highway Administration (2007).
Precast Concrete Panel Systems
for Full-Depth Pavement Repairs.
Field Trials. Publication No.
FHWA-HIF-07-019. Washington
DC 20590.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT
(2006). Precast Concrete Study.
Market Development
Division.Bahan presentasi. Project
No: ST-02-07.
Purdue University (2006). Using Precast
Concrete Panels For Pavement
Construction In Indiana , p: 82 and
86. Luh M.Chang, Yu-Tzu Chen,
Sangwook Lee.. Joint
Transportation Research Program.
Project No.C-36-46X.File No.5-11-
24, SPR-2779.
Semesta Marga Raya (SMR), PT (2009).
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Kanci-Pejagan. PT. Adhi Concrete
Pavement System (ACPS). Divisi
Konstruksi II. Jl.Juanda 39, Jakarta
Pusat.
Jurnal Jalan dan Jembatan
22 Volume 26 No. 2, Agustus 2009
State of Florida Department of
Transportation (2006). Rigid
Pavement Design Manual.
Pavement Management Office 605
Suwannee Street, M.S.70
Talahassee, Florida 32399-0450.
Document No. 625-010-006-d.
January 2006.

More Related Content

What's hot

Kerusakan jalan
Kerusakan jalanKerusakan jalan
Kerusakan jalanancis
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan E Sanjani
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatanfianardi
 
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuPerbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuFranky Sihombing
 
Proposal skripsi annike
Proposal skripsi annikeProposal skripsi annike
Proposal skripsi annikeal azhar
 
The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)
The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)
The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)EkaRahayu18
 
Konstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan kompositKonstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan kompositvitalistekege
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkHas Neni
 
Konstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan KompositKonstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan KompositBudi Suryanto
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaE Sanjani
 
Metode precast dan konvensional
Metode precast dan konvensionalMetode precast dan konvensional
Metode precast dan konvensionalIwan Sutriono
 
Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan
Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalanPemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan
Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalanAdelyaHakim1
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanE Sanjani
 
Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Muhammad Rachman
 
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanPelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanismailacox.blogspot.com
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan efdharey
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaE Sanjani
 

What's hot (20)

Kerusakan jalan
Kerusakan jalanKerusakan jalan
Kerusakan jalan
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
 
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuPerbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
 
Proposal skripsi annike
Proposal skripsi annikeProposal skripsi annike
Proposal skripsi annike
 
The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)
The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)
The types of brigde (Tipe-Tipe Jembatan)
 
Konstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan kompositKonstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan komposit
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkk
 
Konstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan KompositKonstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan Komposit
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Metode precast dan konvensional
Metode precast dan konvensionalMetode precast dan konvensional
Metode precast dan konvensional
 
Struktur jembatan
Struktur jembatanStruktur jembatan
Struktur jembatan
 
Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan
Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalanPemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan
Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1
 
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanPelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan
 
Divisi 1 des 2010 r3 sec dan aspek
Divisi 1   des 2010 r3 sec dan aspekDivisi 1   des 2010 r3 sec dan aspek
Divisi 1 des 2010 r3 sec dan aspek
 
pondasi
pondasipondasi
pondasi
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 

Similar to BETON PRACTAK

68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdfBasirMedany
 
68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdf68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdfBasirMedany
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilNengHodijatulKubro07
 
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls BTugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls BArbiArdli
 
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-betonOlfa Finatry
 
2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx
2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx
2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptxErvanKamal2
 
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA Debora Elluisa Manurung
 
3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf
3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf
3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdfArifNurkholis3
 
highway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptxhighway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptximamfurqonLabib
 
Tugas pemeliharaan dan perbaikan bangunan
Tugas  pemeliharaan dan perbaikan bangunanTugas  pemeliharaan dan perbaikan bangunan
Tugas pemeliharaan dan perbaikan bangunanagusalrassed
 
krtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatang
krtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatangkrtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatang
krtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatangFirta Sukmana
 
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdfDesain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdfNhkHabit
 
Sistem Panel Serbaguna
Sistem Panel SerbagunaSistem Panel Serbaguna
Sistem Panel SerbagunaBudi Suryanto
 
ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI KOTA SURABAYA MENGGUNAK...
ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI  KOTA SURABAYA MENGGUNAK...ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI  KOTA SURABAYA MENGGUNAK...
ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI KOTA SURABAYA MENGGUNAK...ikhsan setiawan
 

Similar to BETON PRACTAK (20)

68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
 
68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdf68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdf
 
Jurnal u ditch
Jurnal u ditchJurnal u ditch
Jurnal u ditch
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
 
Perkerasan kaku
Perkerasan kakuPerkerasan kaku
Perkerasan kaku
 
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls BTugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls B
 
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
 
2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx
2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx
2022_TS_MTS_151012010005_Lampiran.pptx
 
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
 
Bab 5 edowi fix
Bab 5 edowi fixBab 5 edowi fix
Bab 5 edowi fix
 
Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaanMetode pelaksanaan
Metode pelaksanaan
 
3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf
3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf
3037-Article Text-7162-1-10-20181011.pdf
 
highway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptxhighway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptx
 
Tugas pemeliharaan dan perbaikan bangunan
Tugas  pemeliharaan dan perbaikan bangunanTugas  pemeliharaan dan perbaikan bangunan
Tugas pemeliharaan dan perbaikan bangunan
 
krtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatang
krtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatangkrtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatang
krtj-10-16-jembatan-indonesia-saat-ini-dan-mendatang
 
1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan
 
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdfDesain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
 
Sistem Panel Serbaguna
Sistem Panel SerbagunaSistem Panel Serbaguna
Sistem Panel Serbaguna
 
ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI KOTA SURABAYA MENGGUNAK...
ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI  KOTA SURABAYA MENGGUNAK...ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI  KOTA SURABAYA MENGGUNAK...
ALTERNATIVE PENGGUNAAN PERKERASAN JALAN PEMUKIMAN DI KOTA SURABAYA MENGGUNAK...
 
3600 5117-1-sm
3600 5117-1-sm3600 5117-1-sm
3600 5117-1-sm
 

More from Budi Suryanto

Earthquake resistant buildings Vol A
Earthquake resistant buildings Vol AEarthquake resistant buildings Vol A
Earthquake resistant buildings Vol ABudi Suryanto
 
Fibre Reinforced Polymer
Fibre Reinforced PolymerFibre Reinforced Polymer
Fibre Reinforced PolymerBudi Suryanto
 
Adhi Concrete Pavement System (ACPS)
Adhi Concrete Pavement System (ACPS)Adhi Concrete Pavement System (ACPS)
Adhi Concrete Pavement System (ACPS)Budi Suryanto
 

More from Budi Suryanto (6)

Earthquake resistant buildings Vol A
Earthquake resistant buildings Vol AEarthquake resistant buildings Vol A
Earthquake resistant buildings Vol A
 
Fibre Reinforced Polymer
Fibre Reinforced PolymerFibre Reinforced Polymer
Fibre Reinforced Polymer
 
Concrete Canvas
Concrete CanvasConcrete Canvas
Concrete Canvas
 
Adhi Concrete Pavement System (ACPS)
Adhi Concrete Pavement System (ACPS)Adhi Concrete Pavement System (ACPS)
Adhi Concrete Pavement System (ACPS)
 
Floating Bridge
Floating BridgeFloating Bridge
Floating Bridge
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategang
 

BETON PRACTAK

  • 1. Jurnal Jalan dan Jembatan 1 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 KAJIAN LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON PRACETAK DI INDONESIA A.Tatang Dachlan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Jl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294 atatangd@bdg.centrin.net.id; atatangd@yahoo.com Diterima: 25 Mei 2009; Disetujui: 31 Juli 2009 ABSTRAK Dalam rangka meningkatkan pembangunan jalan beton semen dengan metoda pracetak yang lebih efisien dengan mutu yang lebih terjamin, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan telah mengkaji perkembangan jalan beton pracetak di beberapa negara, melakukan pemantauan perkerasan jalan beton pracetak di jalur Busway dan ruas jalan Cakung-Cilincing, Jakarta, serta ruas jalan tol Kanci-Pejagan, Cirebon Jawa Barat. Untuk mengetahui kinerjanya dilakukan penilaian kondisi secara visual, pengukuran defleksi vertikal dan ketidakrataan. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun pertama, jalan beton pracetak di Cakung- Cilincing kuat menahan beban lalulintas yang padat dan berat, tetapi di beberapa sambungan ditemukan kerusakan dan tepi panel terdapat cacat permukaan yang mengakibatkan defleksi vertikal dan ketidakrataan yang relatip tinggi. Ketidakrataan permukaan jalan di ruas Kanci-Pejagan relatif baik dengan nilai sekitar 2,3 m/km. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan telah melakukan penelitian skala kecil di laboratorium menggunakan dua variasi sambungan. Kinerja sambungan diuji terhadap deformasi vertikal dan horizontal dan hasilnya menunjukkan nilai deformasi yang aman. Hasil evaluasi tersebut akan diaplikasikan pada ujigelar beton pracetak oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Kata kunci : beton pracetak, pratekan, pracetak-pratekan, panel, defleksi vertical ABSTRACT To improve the application of the precast concrete pavement more efficient and ensure well quality, Research and Development Centre For Road and Bridge (RDCRB) has studied the development of precast cement concrete in several agencies of some developed countries, and performs monitoring of precast
  • 2. Jurnal Jalan dan Jembatan 2 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 concrete pavement in Indonesia such as at Busway lane and Cakung-Cilincing road link in Jakarta, and toll road link at Kanci-Pejagan, Cirebon, West Java. To find out the performance, visual surface pavement condition survey, vertical deflection measurement and road roughness survey were carried out. The result shows that in the first year the pavement proved relatively strong to support heavy traffic load, although at some joints and edges of panels have surface and edge defects that caused significantly high deflection and roughness. Surface roughness arround 2,3 m/Km at Kanci-Pejagan is relatively good. RDCRB have studied small scale in the laboratory using two joints variations. The performance of joints is then examined to vertical and horizontal deformation, and the result shows safe deformation. The evaluation result will be applied on the field trials of precast concrete by RDCRB. Keywords: precats concrete, prestress, precast-prestress, panel, vertical deflection PENDAHULUAN Aplikasi beton semen sebagai perkerasan jalan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1985-an (Dept. P.U., 2003), dan perkembangannya sampai saat ini terus meningkat. Hal ini dapat dilihat di jalan tol, jalan-jalan Nasional/ Propinsi dan jalan Kabupaten/ Kota yang telah menggunakan perkerasan beton semen. Perkerasan beton semen mempunyai beberapa keunggulan antara lain, cocok untuk lalu lintas berat, lebih tahan terhadap cuaca panas dan tidak terjadi deformasi seperti pada perkerasan beraspal, tahan terhadap pengaruh air, serta jumlah bahan yang diperlukan (agregat) untuk perkerasan beton relatif lebih rendah (± 50%) dibandingkan dengan perkerasan beraspal, pada kondisi tanah dasar dan beban lalu lintas yang sama. Masalah ketersediaan aspal saat ini menjadi pendorong pula perlunya menggunakan semen sebagai bahan perkerasan jalan. Mengingat sampai saat ini Indonesia yang memerlukan aspal 1,2 juta pertahun (Departemen PU, 2008), masih mengimpor aspal sekitar 50%-60% dari kebutuhan Nasional setiap tahun. Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa kelemahan, di antaranya masa pelaksanaan. Karena setelah pengecoran pelat beton, diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk mencapai kekuatan rencana sebelum dibuka untuk lalu lintas, serta setelah pengecoran diperlukan perawatan pelat beton yang memadai agar kualitas beton dapat terpenuhi. Hal ini sangat merugikan dan mengganggu kelancaran lalu lintas, terutama bila jalan beton ini dilaksanakan di jalan-jalan yang lalulintasnya cukup padat. Demikian pula masalah perawatan yang tidak tepat akan mengurangi umur perkerasan beton. Masalah lain digunakannya beton semen adalah masalah overloading di jalur strategis, sistem drainase yang buruk, dan perbaikan jalan di perkotaan yang padat lalu lintasnya. Bila volume lalu-lintas tinggi, maka dalam beberapa menit saja dilakukan penyetopan
  • 3. Jurnal Jalan dan Jembatan 3 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 kendaraan atau ada gangguan, akan menimbulkan antrian dan acapkali menimbulkan kemacetan. Dengan beton pracetak, maka dapat menghindari tindakan menutup jalan tanpa perlu membangun route detour. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan kajian lapangan terhadap metoda pelaksanaan pembangunan jalan beton yang lebih efisien dengan mutu yang lebih terjamin. Beberapa institusi di luar negeri telah mengembangkan beton pracetak berupa segmen-segmen jalan beton atau slab yang dibuat secara fabrikasi terlebih dahulu di luar lokasi proyek, kemudian setelah beton mengeras, panel-panel dipasang menggunakan suatu metoda pelaksanaan tertentu sebagai blok perkerasan jalan beton di atas fondasi atau tanah dasar yang telah disiapkan. Di Indonesia perkerasan beton pracetak baru dimulai sekitar tahun 2007-2008 di beberapa ruas jalan kota dan jalan tol yang sampai saat ini terus dipantau kinerjanya. Lokasi yang dipantau antara lain jalan Cakung-Cilincing, Jakarta dan Jalan tol Kanci Pejagan, Cirebon. KAJIAN PUSTAKA AASHTO (1992) AASHTO Subcommittee on Prestressed Concrete Pavement mendefinisikan precast concrete sebagai beton yang dicetak termasuk komponen prestressed atau non-prestressed yang digunakan dalam aplikasi struktur atau non-struktur (PCI Handbook). (AASHTO, 1992). Beton pracetak dapat dipasang dan dikencangkan di tempat pekerjaan, baik yang diperkuat atau tidak diperkuat, atau di-prestressed. Keuntungannya adalah pekerjaan menjadi lebih cepat, panel dapat dicetak di plant terbuka atau di lokasi dekat proyek, dapat disimpan dan diangkut ke tempat pekerjaan, tidak memerlukan bangunan khusus, serta dapat diproduksi secara masal dengan mutu terkendali. Prestressed concrete adalah beton yang ditekan sebelum beban hidup rencana diterapkan. Prosedur prestressed umum nya dengan menarik tendon baja (kawat atau strands) dan angkur ke dalam beton, agar tahan terhadap pemendekan setelah diangkur dan menghasilkan transfer tekanan kompresi pada beton. Jika tendon ditarik sebelum dibeton, dinamai pre- tensioning. Jika tendon ditarik setelah pembetonan, dinamai post-tensioning. Kedua-duanya termasuk prestressed concrete. Sedangkan Precast Prestressed Concrete Pavement (PPCP) didefinisikan sebagai suatu perkerasan yang penekanan horizontalnya secara permanen diterapkan sebelum beban hidup diaplikasikan. (Balitbang P.U., 2009). FHWA, Research Report Number 1517- 1 (2000) Jalan Beton Pracetak-Pratekan di Texas, USA yang dilaporkan David K, Cs (2000) dalam Research Report Number 1517-1, diilustrasikan bahwa konsep perencanaan dan pelaksanaan beton pracetak-pratekan dapat dilihat dalam Gambar 1a dan Gambar 2b. Ukuran slab 1,8 m x 7,2 m x 0,11 m dengan stressing sebesar 300 psi atau 25 kg/cm2 (2,4 Mpa). Panel dipasang di atas tanah dasar, pondasi, lapisan tipis pasir yang merata dan padat, kemudian di atas beton dihampar lapisan beton aspal. Pemasangan panel dapat dilakukan bervariasi, yaitu dengan pola memanjang atau melintang.
  • 4. Jurnal Jalan dan Jembatan 4 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Purdue University, Indiana (2006) Jalan Beton Pracetak-Pratekan di Indiana, USA, yang dilaporkan L. Chang, Y. Chen dan S.Lee dari Purdue University, dalam FHWA /IN/JTRP-2003/26 menilai kelayakan penggunaan metode perkerasan beton semen Pracetak atau Precast Concrete Pavement (PCP). Dari hasil perbandingan keuntungan dan kerugiannya, telah disimpulkan bahwa penggunaan PCP layak digunakan sebagai konstruksi perkerasan jalan, dan berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis, metoda PCP dinyatakan cukup menguntungkan. Sistem pemasangan panel dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem melintang atau memanjang. Sistem melintang yaitu panel dipasang melintang selebar jalan dan di-stressing (post- tensioned) pada arah memanjang jalan (Lihat Gambar 2a). Beton pracetak- pratekan ukuran 11m x 3m, dipasang dalam arah melintang dengan 3 macam panel yaitu central stressing panel, joint panel dan base panel masing-masing dalam Gambar 2b, Gambar 2c dan Gambar 2d. Sistem memanjang yaitu panel dipasang memanjang jalan dan di- stressing pada arah melintang (Lihat Gambar 3a dan Gambar 3b). PPCP dilaksanakan mulai dari tahap pencetakan panel di pabrik, penyiapan dasar panel menggunakan AC Leveling, penempatan panel, pemasangan tendon, post- tensioning dan grouting. Gambar 1a. Perkerasan jalan beton semen pracetak dengan pelapisan AC (South Dakota)
  • 5. Jurnal Jalan dan Jembatan 5 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 1b. Variasi penempatan slab (memanjang dan melintang) Gambar 2a Skema PPCP Gambar 2b. Central stressing panel pada PPCP
  • 6. Jurnal Jalan dan Jembatan 6 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 2c. Join panel PPCP Gambar 2d. Base panel pada PPCP Gambar 3a. Komponen perkerasan beton pracetak sistem memanjang
  • 7. Jurnal Jalan dan Jembatan 7 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 3b. Pemasangan beton pracetak sistem memanjang PT. Indocement TP Tbk (2006) PT. Indosemen Tunggal Prakarsa Tbk telah mencoba beton pracetak untuk jalur Bus Way. Metoda pelaksanaan ditunjukkan dalam Gambar 4a. Panel ukuran 5m x 3,4m x 0,25m. Untuk mengangkat panel dilengkapi perkuatan, baik arah memanjang maupun melintang. Dalam Gambar 4b diperlihatkan konsep struktur dan pengangkatan panel di lapangan. Gambar 4a. Pelaksanaan beton pracetak (PT. Indosement TP, Tbk 2006) Gambar 4b. Susunan perkerasan jalan beton pracetak dan pengangkatan melalui Lifting Point
  • 8. Jurnal Jalan dan Jembatan 8 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Bina Marga, Dept PU (2007) Bina Marga telah mengadopsi sistem perkerasan beton pracetak yang dikembangkan di Texas dan California, USA dan telah dilaksanakan pada tahun 2007-2008 di ruas jalan Cakung- Cilincing, Jakarta. Jalan tersebut merupakan jalan utama dengan volume lalu lintas yang tinggi, mixed traffic dengan porsi tertinggi pada kendaraan berdimensi besar seperti Trailer dan Dump Truck (Lihat Gambar 5). Beton precast terdiri atas 2 komponen yaitu panel tepi, dan panel tengah. Panel beton yang diproduksi dilengkapi dengan pretensioning cables untuk peningkatan kuat lentur beton, keamanan pengangkatan dan pengangkutan. Perataan jalan eksisting dengan Asphalt Treated Base Levelling (ATBL) dan Sandsheet. Alat Crane digunakan untuk mengangkat dan menempatkan panel di atas sandsheet, dan post-tensioning cables untuk menyatukan panel menjadi satu kesatuan struktur arah melintang. Data komponen panel beton antara lain: o Panel pracetak-pratekan mutu K-500 dan dimensi 12 m x 1,8 m x 0,2 m. o Total panjang sekitar 1002 meter terbagi dalam 4 segmen: 2 segmen pada jalur Cakung-Cilincing, dan 2 segmen pada jalur Cilincing-Cakung. o Panel dipasang di atas lapis perkerasan ATBL tebal sekitar 40 mm dan Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) tebal 20-30 mm, yang diberi lapisan polyurethane (plastik) tebal 210 mikron. Setiap segmen terpasang empat panel yang dirangkai arah melintang dan dilakukan postensioned. Total jumlah panel terpasang adalah 336 panel. (Lihat Gambar 7). Gambar 5. Mix Traffic di ruas jalan Cilincing-Cakung Penempatan tulangan pretensioned arah melintang jalan pada posisi yang simetris adalah merupakan modifikasi untuk menghindari persilangan antara tulangan pretensioned dengan selongsong (Lihat Gambar 6). Lay out pemasangan perkerasan beton pracetak secara tipikal ditunjukkan dalam Gambar 7. Gambar 6. Tipikal penempatan kabel pretensioned secara simetris
  • 9. Jurnal Jalan dan Jembatan 9 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 7. Layout beton pracetak-pratekan, Cakung-Cilincing (2008) Panel beton pracetak dipasang memanjang dan di-stressing pada arah melintang. Pada arah memanjang jalan disambung dengan dowel besi diameter 25 mm, panjang 50 cm dan jarak antar dowel 30 cm. (Lihat Gambar 3a dan 3b). Konsep pelaksanaan dimulai pengerjaan pada satu lajur pertama dengan panjang tertentu, lajur kedua tetap beroperasi untuk lalu lintas. Pengerjaan lajur kedua dilakukan setelah lajur pertama selesai. The Asphalt Institute, MS-17 (2000) Prosedur pelapisan tambah menggunakan campuran beraspal dalam The Asphalt Institute MS-17 (2000) didasarkan atas data lendutan balik. Prosedur tersebut memberikan 3 kriteria lendutan yaitu selisih defleksi pada sambungan antar slab maksimum 0,05 mm, mean defleksi antar slab maksimum 0,36 mm, dan defleksi rasio antar slab ≥ 0,60. Bila tidak memenuhi kriteria tersebut, maka sebelum dilapis-tambah perlu dilakukan upaya menstabilkan slab. Gambar 8a. Cetakan beton pracetak di pabrik Gambar 8b. Peralatan pretensioning, wire strand
  • 10. Jurnal Jalan dan Jembatan 10 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 8c. Remolding panel beton pracetakberumur 1 x 24 jam untuk disimpan di stock pile Gambar 8d. Panel beton pracetak diangkut trailler kapasitas 4 panel Tabel 1 Rangkuman penilaian kondisi panel yang cacat (%) Waktu Faulting Retak Lubang Spaling Joint sealant rusak Tekstur Tambal Tepi Barat: Mar-08 17,2 4,7 12,5 1,6 17,2 22,7 0,8 Apr-08 25,0 17,2 15,6 3,1 3,9 4,7 0,8 Jul-08 18,8 3,1 3,9 10,2 20,3 8,6 0,8 Okt-08 24,2 3,1 3,1 13,3 20,3 10,2 18,0 Tepi Timur: Mar-08 22,6 1,4 4,3 14,4 1,4 1,9 1,0 Apr-08 32,7 13,9 5,3 12,0 5,3 2,9 1,0 Jul-08 25,0 11,1 9,6 14,9 15,9 5,3 1,9 Okt-08 21,6 2,9 2,9 13,9 1,9 4,3 2,9 Tabel 2 Rangkuman penilaian kondisi (kualitas yang cacat) Waktu Faulting depth (cm) Retak (m2 ) Lubang (m2 ) Spaling (m2 ) Joint sealant rusak Tekstur (m2 ) Tambal (m2 ) Tepi Barat: Maret 2008 0,5 – 1,0 0,04 – 0,2 0,05 – 0,4 0,1 22 5,4 - 13 1,5 April 2008 0,5 – 2,0 0,01 – 1,0 0,02 – 0,3 0,05 – 0,1 5 4,5 - 21 1,5 Jul-08 0,5 - 1,0 0,01 – 0,6 0,2 - 0,3 0,05 – 0,2 26 2 - 21 2,6 Okt-08 0,5 - 2,0 0,1 - 0,2 0,01 - 0,1 0,1 - 0,4 26 0,5 - 22 0,1 - 0,8 Tepi Timur: Maret 2008 0,2 – 2,0 0,01 – 1,0 0,05 – 0,2 0,05 – 0,5 3 6,5 - 17 0,5 April 2008 0,3 – 3,0 0,01 – 0,5 0,1 – 0,4 0,1 – 0,4 11 6,5 – 17 0,5 Jul-08 0,5 – 3,0 0,01 – 0,2 0,1 – 0,5 0,1 – 0,4 33 0,5 – 5,0 1 - 10 Okt-08 0,5 - 2,0 0,1 - 1,2 0,1 - 0,2 0,1 - 1,0 4 0,5 - 6,0 0,2 - 1,5
  • 11. Jurnal Jalan dan Jembatan 11 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 HIPOTESIS Pemantauan kinerja beton pracetak yang sudah terpasang dapat meningkatkan upaya penyempurnaan spesifikasi dan metoda pelaksanaan pembangunan jalan beton pracetak yang lebih efisien dengan mutu yang lebih terjamin. METODOLOGI Pemantauan jalan beton semen pracetak yang telah dipasang dilakukan dengan cara menilai kinerjanya sampai akhir tahun 2008. Penilaian kondisi meliputi kondisi permukaan, sambungan kontraksi, sambungan ekspansi, dan perkembangannya selama pemantauan. Pemantauan cara kerja meliputi proses mengangkat atau memindahkan dan menempatkan atau menyimpan slab beton dari pusat produksi (central plant) ke tempat pekerjaan. HASIL DAN ANALISIS Kondisi jalan beton pracetak-pratekan di Cakung-Cilincing, Jakarta Uji coba panel beton pracetak yang dilaksanakan di Cakung-Cilincing tersebar dalam beberapa segmen dengan total panjang mencapai 1002 meter. Hasil penilaian kondisi yang dilaksanakan sejak Maret 2008 menunjukkan kondisi adanya faulting, retak, lubang, spalling, kerusakan joint sealant, tekstur dan tambalan. Lihat Tabel 1 dan Tabel 2 serta Gambar 9a sampai dengan Gambar 9i. Dalam Gambar 10a sampai dengan Gambar 10d diperlihatkan pola perkembangan kerusakan yang terjadi selama tahun 2008. • Faulting Dari Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan faulting secara jelas yang semakin besar dalam waktu beberapa bulan. Berdasarkan pengamatan selama masa pelaksanaan, faulting dapat terjadi karena pada saat pemasangan panel terjadi ketidakrataan sambungan akibat panel yang tidak rata atau melengkung. Jumlah panel dengan faulting dalam Tabel 1 bertambah dalam satu bulan tetapi berkurang pada bulan berikutnya. Diperkirakan faulting yang besar karena posisi panel yang belum stabil, menyesuaikan kedudukan terhadap panel beton di sebelahnya. Faulting meningkat pada bulan berkutnya terutama pada panel yang pada awal penilaian memiliki faulting yang relatif besar (Lihat Gambat 11d). Jumlah faulting yang terjadi sampai pengamatan bulan Juli 2008 sekitar 18% - 25%. (Lihat Gambar 9a) Gambar 9a. Faulting dan pumping • Retak Retak yang ada dilakukan penambalan (sealing) sehingga jumlah panel yang retak berkurang dan jumlah tambalan bertambah (Lihat Gambar 9a dan Gambar 10a). Retak yang menimbulkan patah pada panel tidak terjadi, kecuali hanya satu panel diujung
  • 12. Jurnal Jalan dan Jembatan 12 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 segmen Barat yaitu pada peralihan antara perkerasan beraspal lama dengan panel beton baru, yang mengalami retak diagonal, atau patah sejauh 150 cm dari ujung panel, seperti terlihat pada Gambar 9a dan Gambar 9-b2. Hal ini disebabkan adanya faulting antara ujung panel dengan permukaan perkerasan beraspal lama, menimbulkan beban tumbuk pada ujung panel. Dari seluruh panel yang ada kerusakan jenis retak sekitar 10% - 17%, dan secara struktural relatif cukup kuat menahan beban lalu lintas yang padat dan berat. Gambar 9-b1. Panel retak pada ujung panel akibat dasar tidak rata Gambar 9-b2. Retak di ujung panel pada peralihan perkerasan lama dan beton • Lubang Kerusakan lubang pada awal penilaian kondisi menunjukkan jumlah yang signifikan tetapi setelah dilakukan penambalan menjadi berkurang untuk jalur di sisi bagian Barat (Lihat Gambar 9c dan Gambar 10a). Gambar 9c. Lubang yang sudah ditambal • Spalling Spalling secara tipikal dalam Gambar 9d diakibatkan oleh lemahnya struktur beton di sudut-sudut panel beton. Gambar 9d. Spalling di sudut panel Spalling ini terjadi sekitar 10% - 15% untuk masing-masing jalur.
  • 13. Jurnal Jalan dan Jembatan 13 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 • Joint Memanjang Secara visual kondisi sambungan memanjang berupa faulting dapat terlihat pada pelaksanaan pemasangan, yang diperkirakan karena permukaan tidak rata, serta tidak terlihat jelas penggunaan epoksi untuk merekatkan sambungan meman-jang sebelum dilakukan post- tensioning (Lihat Gambar 9f). Gambar 9f . Faulting pada sambungan memanjang • Tekstur permukaan Tekstur permukaan pada segmen sisi Timur relatif lebih licin pada bulan berikutnya akibat polishing atau gerakan roda ban kendaraan. Tekstur permukaan pada segmen sisi Barat adalah sebaliknya karena tekstur bertambah kasar (Lihat Gambar 10c). Bentuk tekstur permukaan perkerasan pada umumnya kasar pada awal pembukaan. Adanya Lalu Lintas, terkstur permukaan berkurang menjadi lebih halus, tetapi dalam beberapa bulan kemudian akan kasar kembali karena oksidasi dan/atau pelepasan butir. Tekstur akan menjadi lebih licin dalam waktu relatif lama karena lapisan atas relatif sudah stabil dan akumulasi efek polishing yang lama oleh ban kendaraan. Jumlah panel yang memiliki tekstur licin sekitar 5% - 22%. Lihat Gambar 9g dan Tabel 2. Gambar 9g. Tektur permukaan licin • Pumping Dalam Gambar 9f terdapat faulting yang dapat berakibat terjadinya pumping. Gambar 9h. Pumping Pumping terdapat di beberapa tempat dan dapat diamati pada saat air hujan membasahi panel dan bagian bawah perkerasan beton (Lihat Gambar 9h). Bila kendaraan berat melintas maka terjadi cipratan air dari celah-celah sambungan. Jumlah panel yang mengalami pumping diperkirakan 10% - 20%. • Kerusakan lainnya Pada sambungan memanjang antara panel satu dengan panel lainnya terjadi ketidakrataan, sehingga perlu digerinda.
  • 14. Jurnal Jalan dan Jembatan 14 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Bahan epoxy yang digunakan pada saat menyatukan panel-panel dan stressing tidak jelas penggunaannya, apakah sebelum dipasang atau setelah stressing, seperti terlihat pada Gambar 9i. Kerusakan pada sambungan ini secara tipikal terlihat bila ditemukan faulting, retak pada tepi panel dan pumping. Grouting tidak sempurna ditemukan pada slot dowel (Lihat Gambar 9i dan Gambar 9j. Gambar 9i. Grouting slot dowel yang tidak sempurna • Rangkuman hasil penilaian Kondisi Pada pemantauan bulan Juni 2008, hanya terdapat satu panel retak dari 336 panel, yaitu pada lajur cepat yang mengalami retak diagonal, tepat pada peralihan dari perkerasan lama ke panel beton pracetak. Gambar 9j. Grouting slot stressing pada pelebaran kurang sempurna Retak terjadi akibat beban tumbuk kendaraan saat menginjak panel beton dan karena sambungan yang tidak sempurna. Pemantauan sampai Desember 2008, menunjukkan tidak terjadi panel beton yang patah akibat beban lalu lintas kendaraan yang relatif berat. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi beton pracetak dan struktur perkerasan yang dirancang sudah cukup kuat. • Kerataan Permukaan Uji kerataan dengan alat NAASRA pada 4 segmen, diperoleh nilai IRI rata- rata sebagai berikut: Tepi Barat: Arah ke Cilincing - Segmen A = 5,53 m/km - Segmen B = 6,49 m/km Tepi Timur: Arah ke Cakung - Segmen C = 7,81 m/km - Segmen D = 6,04 m/km Gambar 10a. Retak,lubang, spalling dan tambalan (Sisi Barat) 0 5 10 15 20 25 Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08 JmhPanelCacat,Buah Retak Lubang Spaling Tambal
  • 15. Jurnal Jalan dan Jembatan 15 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 10b. Joint sealant rusak dan tekstur (Sisi Barat) Gambar 10c. Retak, lubang, spalling dan tambalan (Sisi Timur) Gambar 10d. Faulting, joint sealant rusak dan tekstur (Sisi Timur) 0 5 10 15 20 25 30 35 Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08 JmhPanelCacat,Buah Faulting Tekstur (kasar) Joint sealant rusak 0 5 10 15 20 25 30 35 Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08 JmhPanelCacat,Buah Retak Lubang Spaling Tambal 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Jan-08 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Okt-08 JmhPanelCacat,Buah Faulting Tekstur(kasar) Joint sealant rusak
  • 16. Jurnal Jalan dan Jembatan 16 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 11. Ketidakrataan
  • 17. Jurnal Jalan dan Jembatan 17 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 11. Ketidakrataan (lanjutan) Kerataan permukaan jalan yang disyaratkan minimum 4 m/km, sehingga dengan nilai IRI dalam Gambar 11, maka diperlukan seperti penanganan. Kekuatan Struktur Berdasarkan pengukuran lendutan dengan alat Falling Weight Deflektometer (FWD) pada ujung panel perkerasan beton yang mencerminkan kekuatan struktur, diperoleh nilai lendutan seperti ditunjukkan dalam Gambat 12. Gambar 12. Nilai lendutan
  • 18. Jurnal Jalan dan Jembatan 18 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Gambar 12. Nilai lendutan (lanjutan)
  • 19. Jurnal Jalan dan Jembatan 19 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Bila akan dilakukan pelapisan tambah (The Asphalt Institute MS-17, 2000), maka defleksi perkerasan harus memenuhi 3 kriteria untuk pelapisan tambah, yaitu selisih defleksi pada sambungan antar slab maksimum 0,05 mm, defleksi rasio antar slab harus lebih besar dari 0,6 dan mean defleksi antar slab maksimum 0,36 mm, sebagai indikator perlu dilakukannya undersealing atau upaya menstabilkan slab. Kanci-Pejagan Kanci-Pejagan merupakan ruas jalan tol baru sepanjang 35 km yang sampai saat ini masih dalam pelaksanaan. Dimensi panel beton pracetak-prategang 8,2 m x 2,5 m x 0,20 m, berat 9,8 Ton. (SMR, leaflet). Model pemasangan melintang dan merupakan adopsi modifikasi perkerasan beton pracetak- prategang di Indiana, USA. Panel distressing dengan strand prategang 4 0,5”, strand pasca tarik 14 0,6”. Mutu beton K 400 dan Slump ±12 cm. Panel diletakkan di atas lapisan Lean Concrete tebal 5 cm dan lapisan plastik. Sambungan ekspansi dengan dowel berdiameter 25 mm. Hasil pengukuran ketidak-rataan dengan alat NAASRA pada Sta 0+000 – Sta 0+300 (April 2009), diperoleh nilai IRI sebesar 2,30 m/Km. Data lain masih dalam proses survai pengambilan data yaitu DCP, temperatur, defleksi, dan kestabilan lereng timbunan badan jalan. Beton Pracetak oleh PT Indosemen, Tbk. Evaluasi kinerja jalan beton semen pracetak PT Indosemen pada tahun 2006, dilakukan setelah berumur beberapa bulan dan setelah dilalui lalu lintas kendaraan. Perencanaan pembebanan dilaku-kan pada satu lajur panel dengan beban di tengah panel dan pada sambungan. Selama pemantauan pelak-sanaan di lapangan, ditemukan ketidakrataan permukaan panel sehingga terjadi faulting pada sambungan. Hal ini mengindi- kasikan perlunya kontrol terhadap toleransi dimensi dan kerataan, baik pada permukaan panel maupun dasar panel. Pemantauan berikutnya terputus karena permukaan beton sudah ditutup dengan perkerasan beraspal. Uji coba laboratorium: beton pracetak-pratekan Pengujian dilakukan dengan melewatkan kendaraan truk standar beban sumbu tunggal seberat 10 ton. Lendutan vertikal diukur dengan dial gauge menggunakan alat Benkelman Beam. Ujung beam diletakkan tegak lurus arah gerakan Truk sejauh 50 cm dari titik uji atau di tepi panel. Deformasi horizontal diukur menggunakan digital strain gauge bersamaan dengan pengukuran vertical deflection. (Lihat Tabel 3). Tabel 3 Lendutan pada sambungan antar panel beton. Jenis Sambungan Lendutan (mm) Lean Concrete CampBeraspal Dingin Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal Dowel 0,022 0,07 Tulangan balok 0,006 0,014 Besar lendutan vertikal yang terjadi lebih kecil dari pada lendutan ijin 0,75 mm, sehingga dinyatakan aman. Pengujian dilanjutkan secara periodik untuk mengetahui kinerja sambungan setelah terpengaruh oleh waktu, lingkungan dan beban lalu lintas.
  • 20. Jurnal Jalan dan Jembatan 20 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut: 1)Hasil monitoring jalan beton pracetak- pratekan jalan Cakung-Cilincing selama tahun 2008, dengan hasil sebagai berikut: o Penilaian kondisi dan pemetaan (mapping) dilakukan terhadap seluruh panel yang sudah terpasang. o Jenis sambungan dowel diameter 25,4 mm yang dipasang dan dicor dalam slot ganda yang tersedia. Pengecoran slot dowel dengan mortar anti susut kurang sempurna pelaksanaannya sehingga menampilkan sambungan yang kasar, pecah dan perlu perbaikan. o Kondisi cacat pada panel berupa faulting 0,2 cm - 2 cm, retak 0,04 m2 – 1 m2 , lubang 0,05 m2 – 0,2 m2 , spalling 0,01 m2 – 0,5 m2 , dan joint sealant yang rusak 2 panel. Secara keseluruhan, pekerjaan finishing relatif kurang sempurna dengan adanya cacat permukaan tersebut. o Panel yang masih memiliki kondisi baik adalah 70% - 75%, sisanya adalah cacat permukaan dan ketidak- sempurnaan penye-lesaian akhir (finishing) pada sambungan. Kondisi secara fisik menunjukkan bahwa secara struktural kekuatan seluruh panel beton dengan metode pracetak dan dimensi yang ada cukup kuat menahan beban lalu lintas yang berat dan padat. o Dari pemantauan sampai Desember 2008, tidak terjadi panel beton yang patah akibat beban lalu lintas kendaraan yang relatif berat. o Berdasarkan hasil pengamatan di Cakung-Cilincing menunjukkan bahwa dimensi beton pracetak yang dipasang di atas lapisan perkerasan beraspal (ATBL dan Latasir) relatif cukup kuat dan dapat digunakan untuk perencanaan mendatang dengan beberapa perbaikan yang memadai pada pelaksanaan dan pengawasan. o Hasil pengujian kerataan permukaan dengan alat NAASRA menunjukkan nilai IRI antara 5,5 m/Km dan 7,8 m/Km yang lebih besar dari 4 m/km sehingga diperlukan pelapisan tambahan dengan campuran beraspal panas. o Hasil pengujian defleksi perkerasan mengindikasikan perlunya dilakukan penanganan berupa undersealing atau menstabilkan slab sampai terpenuhi tiga kriteria persyaratan pelapisan tambah. 2)Kinerja jalan beton pracetak-prategang di jalan tol Kanci-Pejagan belum dapat dievaluasi karena masih dalam pembangunan dan jalan belum dibuka untuk lalu lintas. KESIMPULAN 1)Hasil pemantauan kinerja jalan beton pracetak dapat memberikan catatan penting dalam upaya penyempurnaan spesifikasi dan metoda pelaksanaan beton pracetak di Indonesia. 2)Teknologi perkerasan beton pracetak diperlukan untuk menghadapi permintaan pelaksana-an pekerjaan jalan yang cepat dan mutu yang terjamin. Penggunaan dengan beton pracetak akan lebih cepat, tebal slab relatif lebih tipis dari pada cara konvensional, gangguan terhadap lalu
  • 21. Jurnal Jalan dan Jembatan 21 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Iintas dapat diperkecil, kualitas beton dapat dikendalikan secara maksimal, kerataan permukaan beton lebih sempurna (grooving lebih baik), dapat diproduksi lebih panjang, dan mengurangi jumlah sambungan. 3)Kelemahan kinerja perkerasan jalan beton pracetak relatif hampir tidak ada, kecuali untuk pelaksanaan pada tikungan, belokan, dan panel yang berdekatan dengan utilitas diperlukan cetakan dengan dimensi khusus. 4)Masukan hasil pemantauan terhadap spesifikasi khusus beton pracetak dan metoda pelaksanaan akan ditindaklanjuti dengan ujicoba skala penuh. DAFTAR PUSTAKA American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), 1992. The Guide of Pavement Design, p:II-65. Subcommittee on Prestressed Concrete Pavement. American Concrete Institute, ACI (ACI 325.7R-88. Recommen-dation for Designing Prestressed Concrete Pavements). The Asphalt Institute (MS-17, 2000). Asphalt Overlays for Highway and Street Rehabilitation, Ch: 11, p: 11-1. The Asphalt Institute Manual Series 17 ( MS-17). Reserach Park Drive.PO Box 14052. Lexington Kentucky. Badan Penelitian dan Pengembangan, Dept. P.U., 2009). Perkeras-an Jalan Beton Semen Pracetak, Seksi 5.7. Spesifikasi Khusus (PT-0), hal 5Bidang Jalan dan Jembatan. Bina Marga, Dept. PU (2007). Bahan Presentasi Beton Pracetak di Cakung-Cilincing, Jakarta: Bina Marga David K. Merrit, B.Frank McCullough, Ned H Burns, and Anton K Schindler. February, 2000. The Feasibility of Using Precast Concrete Panels to Expedite Highway Pavement Construction. Research Report 1517-1, Washington: FHWA, p.6 Dept. P.U. (2003). Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen. Pedoman Konstruksi dan Bangunan. Pd T-14-2003, hal. Iv. Dept. Pekerjaan Umum (dulu Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah). Federal Highway Administration (2007). Precast Concrete Panel Systems for Full-Depth Pavement Repairs. Field Trials. Publication No. FHWA-HIF-07-019. Washington DC 20590. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT (2006). Precast Concrete Study. Market Development Division.Bahan presentasi. Project No: ST-02-07. Purdue University (2006). Using Precast Concrete Panels For Pavement Construction In Indiana , p: 82 and 86. Luh M.Chang, Yu-Tzu Chen, Sangwook Lee.. Joint Transportation Research Program. Project No.C-36-46X.File No.5-11- 24, SPR-2779. Semesta Marga Raya (SMR), PT (2009). Proyek Pembangunan Jalan Tol Kanci-Pejagan. PT. Adhi Concrete Pavement System (ACPS). Divisi Konstruksi II. Jl.Juanda 39, Jakarta Pusat.
  • 22. Jurnal Jalan dan Jembatan 22 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 State of Florida Department of Transportation (2006). Rigid Pavement Design Manual. Pavement Management Office 605 Suwannee Street, M.S.70 Talahassee, Florida 32399-0450. Document No. 625-010-006-d. January 2006.