Dokumen tersebut merangkum perencanaan tebal perkerasan kaku untuk proyek pembangunan jalan PLTU Bungus - Teluk Kabung Padang. Perencanaan didasarkan pada metode Portland Cement dan mempertimbangkan beban lalu lintas, tanah dasar, dan umur rencana. Hasil perencanaan adalah tebal perkerasan beton 200 mm dengan kelas beton K350, dowel diameter 25 mm, dan tie bars diameter 16 mm.
1. TINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL
PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PPRROOYYEEKK JJAALLAANN
PPLLTTUU BBUUNNGGUUSS-- TTEELLUUKK KKAABBUUNNGG PPAADDAANNGG
Hendri Hidayat, Hendri GP dan Apwiddhal
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang
email: hendribaso@yahoo.com, hendrigp@ft.unand.ac.id, widdpoli@yahoo.com
Abstrak
Jalan PLTU Bungus – Teluk Kabung Padang ini merupakan akses utama penghubung antara
kota Padang menuju pembangunan PLTU, jalan ini bertujuan juga untuk mendorong sektor
pariwisata dan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan ini, maka sangat
diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai.Untuk itu perlu dilakukan
pembangunan jalan yang memadai sehingga bisa memberikan pelayanan lalu lintas yang
optimal.Berdasarkan data sekunder yang ada, penulis melakukan perhitungan perencanaan
terhadap pembangunan jalan PLTU Bungus – Teluk Kabung Padang.Perencanaan tebal
perkerasan kaku (rigid pavement) menggunakan Metoda Portland Cement yang dikeluarkan
Bina Marga.Perencanaan tebal perkerasan didapat yaitu tebal perkerasan beton 200 mm beton
K 350, d25 tulangan dowel, d16 tulangan tie bars. Setelah jalan ini selesai, diharapkan dapat
memperlancar lalu lintas serta meningkatkan perekonomian dan pariwisata masyarakat
Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kota Padang. Dalam melakukan perencanaan
perhitungan tebal perkerasan, aspek keamanan, dan kenyamanan harus menjadi perhatian
utama, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimalsebaiknya menggunakan banyak
referensi, agar dapat menghasilkan perhitungan yang efektif dan efesien.
Kata kunci : , Tebal Perkerasan Kaku , dowel, tie bars
2. THICKNESS CALCULATION RE-PLANNING REVIEW
RIGID PAVEMENT ROAD PROJECT
BUNGUS PLTU- TELUK KABUNG PADANG
Hendri Hidayat, Hendri GP dan Apwiddhal
Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning,
Bung Hatta University Padang
email: hendribaso@yahoo.com, hendrigp@ft.unand.ac.id, widdpoli@yahoo.com
Abstract
Street PLTU Bungus - Teluk Kabung of Padang to is the main access between the city of
Padang to PLTU development, the roads also aims to boost tourism and improve the economy
around this area, it is very necessary facilities and adequate transportation infrastructure. It is
necessary for the development of adequate roads so that traffic can provide optimal
care.Based on secondary data, the authors calculated the planning of the road construction of
PLTU Bungus - Teluk Kabung Padang to. Planning rigid pavement thickness (rigid
pavement) using Portland Cement Method of Bina Marga issued.Planning pavement
thickness obtained is 200 mm thick concrete pavement concrete K 350, D25 reinforcing
dowel, D16 reinforcing tie bars. Once the road is completed, is expected to expedite traffic as
well as boost the economy and tourism Bungus Teluk Kabung district community and the city
of Padang. In the planning of pavement thickness calculations, safety aspects, and comfort
should be the primary concern, to get more results maksimalsebaiknya use a lot of references,
in order to produce an effective and efficient computation.
Keywords: Rigid Pavement Road, dowel, tie bars
Pendahuluan
Jalan raya adalah suatu bagian jalur
tertentu yang dilewati kendaraan dan
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-
syarat tersebut sangat erat hubungannya
dengan keadaan daerah setempat dan
keamanan serta kenyamanan yang dituntut
dalam suatu perjalanan. Dalam rangka
meningkatkan pelayanan jalan terhadap
perkembangan lalu lintas khususnya di
bidang perekonomian dan kesejahteraan
maka pemerintah melalui dinas Pekerjaan
Umum Propinsi Sumatera
Barat,melakukan pembangunan jalan antar
kota dalam kegiatan PEMBANGUNAN
JALAN PLTU BUNGUS – TELUK
KABUNG PADANG (sta 0+000 s/d sta
4+567) dengan panjang jalan adalah ± 4,5
km. Proyek ini merupakan jalan yang
menghubungkan kota Padang dengan
Teluk Sirih Sumatera Barat. Pembangunan
3. jalan yaitu memakai tebal perkerasan kaku
(rigid pavement), ini disebabkan karena
kondisi tanah dasar yang kurang baik dan
kondisi beban lalu lintas yang tinggi.
Metodologi
Suatu jalan raya yang baik adalah jalan
yang dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan lalu lintas dalam batas masa
tertentu yang dikenal dengan umur rencana
jalan Bagian perancangan terpenting dalam
suatu jalan raya adalah Pertumbuhan lalu
lintas, dan penentuan tebal lapis konstruksi
perkerasan.
Perencanaan lapis konstruksi perkerasan
yang utama adalah perencanaan tebal lapis
perkerasan yang sesuaidengan beban lalu
lintas selama umur rencana. Lapis
konstruksi pekerasan merupakan lapisan
yang pertama menerima beban lalu lintas
yang lewat di atasnya, Pada proyek
pembangunan jalan PLTU Bungus - Teluk
Kabung ini jenis lapisan perkerasan jalan
yang dipakai adalah lapisan beton semen.
Perkerasan kaku (rigid pavement) atau
lebih dikenal sebagai perkerasan beton
semen, yaitunya dengan menggunakan
Metoda Bina Marga, perkerasan ini
merupakan suatu susunan konstruksi
perkerasan dengan bahan baku agregat dan
semen sebagai pengikatnya. Satu lapis
beton semen mutu tinggi (sesuai kelasnya)
pada konstruksi ini merupakan konstruksi
utama, yang diletakkan diatas pondasi atau
langsung diatas subgrade,
Terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam perencanaan pekerasan
beton semen, yaitu:
a. Tanah dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan
dengan pengujian CBR insitu sesuai
dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR
laboratorium sesuai dengan SNI 03 -1744 -
1989, masing-masing untuk perencanaan
tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan
baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai
CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus
dipasang pondasi bawah yang terbuat dari
beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal
15 cm yang dianggap mempunyai nilai
CBR tanah dasar efektif 5%.
b. Pondasi Bawah
Pada proyek pembangunan jalan PLTU
Bungus - Teluk Kabung menggunakan
lapisan pondasi bawah yang berupa lantai
kerja (Lean-Mix Concrete), karena pada
umumnya di Indonesia tanah dasar
memiliki nilai CBR yang tergolong baik
sehingga tidak memerlukan pondasi bawah
berupa tanah berbutir lagi. Namun antara
tanah dasar dengan slab beton biasanya di
buatkan lantai kerja sebagai dasar
pembetonan yangdirancang dengan nilai
karakteristik K-125, yang juga berfungsi
sebagai penyalur beban dari slab beton ke
tanah dasar.
c. Beton semen (Slab Beton)
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam
nilai kuat tarik lentur (flexural strength)
4. umur 28 hari, yang didapat dari hasil
pengujian balok dengan pembebanan tiga
titik (ASTM C-78) yang besarnya secara
tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat
dengan bahan serat penguat seperti serat
baja, aramit atau serat karbon, harus
mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-
55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus
dinyatakan dengan kuat tarik lentur
karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25
MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Hubungan antara kuat tekan karakteristik
dengan kuat tarik-lentur beton dapat
didekati dengan rumus berikut :
fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa
dilakukan menurut SNI 03-
2491-1991 sebagai berikut :
Fcf= 1,37.fcs, dalam MPa
atau……….…………… ..…..
Fcf= 13,44.fcs, dalam
kg/cm2……………..…….......
……… (2.4)
Dengan pengertian :
fcs : kuat tarik belah
beton 28 hari
Beton dapat diperkuat dengan serat baja
(steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik
lenturnya dan mengendalikan retak pada
pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim.
Serat baja dapat digunakan pada campuran
beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan
perhentian bus. Panjang serat baja antara
atau……………….................. (2.1)
15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam
kg/cm2…............................(2.2
)
Dengan pengertian :
fc’ : kuat tekan beton
karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf : kuat tarik lentur beton
28 hari (kg/cm2)
K : konstanta, 0,7 untuk
agregat tidak dipecah dan 0,75
untuk agregat pecah.
Kuat tarik lentur dapat juga
ditentukan dari hasil uji kuat
tarik belah beton yang
melebar sebagai angker atau sekrup
penguat untuk meningkatkan ikatan.
Secara tipikal serat dengan panjang antara
15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke
dalam adukan beton, masing-masing
sebanyak 75 dan 45 kg/m³. Semen yang
akan digunakan untuk pekerjaan beton
harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan
dimana perkerasan akan dilaksanakan.
d. Lalu-lintas
Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk
perkerasan beton semen, dinyatakan dalam
jumlah sumbu kendaraan niaga
(commercial vehicle), sesuai dengan
5. konfigurasi sumbu pada lajur rencana
selama umur rencana.
Kendaraan yang ditinjau untuk
perencanaan perkerasan beton semen
adalah yang mempunyai berat total
minimum 5 ton.
Konfigurasi sumbu untuk perencanaan
terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu
sebagai berikut :
Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
Sumbu tunggal roda ganda (STRG).
Sumbu tandem roda ganda (STdRG).
Sumbu tridem roda ganda (STrRG
1. Lajur rencana dan koefesien
distribusi
Lajur rencana merupakan salah satu
lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya yang menampung lalu-lintas
kendaraan niagaterbesar.Jika jalan
tidak memiliki tanda batas lajur,
maka jumlah lajur dan koefsien
2. Umur rencana
Umur rencana perkerasan jalan ditentukan
atas pertimbangan klasifikasi fungsional
jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi
jalan yang bersangkutan, yang dapat
ditentukan antara lain dengan metode
Benefit Cost Ratio, Internal Rate of
Return, kombinasi dari metode tersebut
atau cara lain yang tidak terlepas dari pola
pengembangan wilayah. Umumnya
perkerasan beton semen dapat
direncanakan dengan umur rencana (UR)
20 tahun sampai 40 tahun.
3. Pertumbuhan lalu-lintas
Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai
dengan umur rencana atau sampai tahap di
mana kapasitas jalan dicapai denga faktor
pertumbuhan lalu-lintas yang dapat
ditentukan berdasarkan rumus sebagai
berikut :
(1 i)n
1
distribusi (C) kendaraan niaga dapat
R
e
log1 i
dengan
ditentukan dari lebar perkerasan.
Tabel 1. Jumlah lajur berdasarkan lebar
perkerasan dan koefisien distribusi
(C)kendaraan niaga pada lajur rencana
(i ≠
0)........……………………
.. (2.5)
Dengan pengertian :
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas.
I : Laju pertumbuhan lalu lintas
per tahun dalam %.
n : Umur rencana (tahun).
R dapat juga ditentukan berdasarkan
6. Tabel 2.Faktor pertumbuhan lalu-lintas
( R)
Apabila setelah waktu tertentu (m tahun)
pertumbuhan lalu-lintas tidak terjadi lagi,
maka R dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
(1i)n
1 m
R
e
log (1 i)
(nm)(1 i) 1
…………………..........… (2.6)
dengan (i = 0)
Dengan pengertian :
R : Faktor pertumbuhan lalu
lintas.
i : Laju pertumbuhan lalu
lintas per tahun dalam
%.
m : Waktu tertentu dalam
tahun, sebelum UR
selesai.
n : Umur rencana (tahun).
1. Lalu lintas rencana
Lalu-lintas rencana adalah jumlah
kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
lajur rencana selama umur rencana,
meliputi proporsi sumbu serta distribusi
beban pada setiap jenis sumbu kendaraan.
Beban pada suatu jenis sumbu secara
tipikal dikelompokkan dalam interval 10
kN (1 ton) bila diambil dari survai beban.
Jumlah sumbu kendaraan niaga selama
umur rencana dihitung dengan rumus
berikut :
JSKN JSKNH 365 R C
……………………………………
(2.7)
Dengan pengertian :
JSKN : Jumlah total sumbu
kendaraan niaga selama umur
rencana .
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan
niaga per hari pada saat jalan
dibuka.
R : Faktor pertumbuhan komulatif dari
Rumus (2.5) atau Rumus (2.6),
yang besarnya tergantung dari
pertumbuhan lalu lintas tahunan
dan umur rencana.
C : Koefisien distribusi kendaraan
1. Faktor keamanan beban
Pada penentuan beban rencana, beban
sumbu dikalikan dengan faktor keamanan
beban (FKB). Faktor keamanan beban ini
digunakan berkaitan adanya berbagai
tingkat realibilitas perencanaan telihat pada
7. Tabel 3 : Faktor Keamanan Beban (FKB)
a. Prosedur perencanaan pelat
Langkah-langkah dalam prosedur
perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Pilih suatu tebal plat tertentu.
2. Untuk setiap kombinasi konfigurasi
dan beban sumbu serta harga k
tertentu maka teganganlentur yang
terjadi pada plat beton ditentukan dari
grafik STRT, grafik STRG dan grafik
SGRG.
Berikut adalah cara menarik garis grafik
perencanaan beban sumbu STRG atau
STRT untuk mendapatkan tegangan
berdasarkan beban sumbu, modulus reaksi
subgrade dan nilai CBR yaitu :
a. Tarik garis lurus secara horizontal
yang menghubungkan antara titik
nilai CBR rencana dan modulus
reaksi subgrade (k) kearah kanan.
b. Titik yang mewakili nilai beban
sumbu yang telah diketahui
ditarik ke atas sejajar dengan garis
grafik hingga menyentuh garis
lurus horizontal yang
menghubungkan antara titik nilai
CBR rencana dan modulus reaksi
subgrade (k).
c. Titik pertemuan antara garis nilai
beban sumbu dengan garis nilai
CBR dan (k) ditarik lagi secara
lurus vertical ke atas sehingga
menyentuh grafik yang
menunjukan angka sesuai dengan
tebal perkerasan beton rencana,
lalu ditarik kea rah kiri grafik
kenudian baca nilai tegangan
(MPa) yang didapat.
Nilai tegangan (MPa) yang didapat
kemudian dikalikan dengan nilai MR yang
diketahui sehingga didapat nilai tegangan
dalam satuan (kg/ m2 )
a. Perbandingan tegangan dihitung
dengan membagi tegangan lentur yang
terjadi pada plat dengan Modulus of
Rupture Beton
b. Jumlah pengulangan beban yang
diizinkan ditentukan berdasark:an
harga perbandingan tegangan, seperti
ditunjukkan pada Tabel 4
Tabel 4. Jumlah pengulangan Beban yang
diizinkan.
8. a. Untuk perbandingan tegangan ≤ 0,50
jumlah pengulangan beban adalah
tidakterhingga.
b. Persentase fatique untuk tiap-tiap
kombinasi konfigurasi/beban sumbu
ditentukan dengan membagi jumlah
pengulangan beban rencana dengan
jumlah pengulangan beban yang
diizinkan.
c. Cara total fatique dengan
menjumlahkan fatigue dari seluruh
kombinasi konfigurasi/beban sumbu.
d. Langkah-langkah a sampai d diulangi
hingga didapatkan plat terkecil dengan
total fatique yang lebih kecil atau
sama dengan 100%.
Ketebalan ini berlaku untuk perkerasan
beton bersambung tanpa tulangan,
perkerasan beton bersambung dengan
tulangan dan perkerasan beton menerus.
Hasil dan Pembahasan
Analisa Data Hidologi
Direncanakan perkerasan beton semen
untuk jalan 2 lajur 2 arah dengan umur
rencana 20 tahun.
Data parameter perencanaan perkerasan
beton semen yang dibutuhkan antara lain:
CBR tanah dasar
Dilakukan tes CBR pada tanah
lapangan dengan jarak ± 100 meter
dengan 20 kali pengetesan, sehingga
didapat nilai CBR tanah asli yang
berfariasi, kelompokkan nilai tersebut
dengan nilai yang sama/ lebih besar.
Berikut data CBR tanah dasar yang di
dapatkan dapat dilihat pada tabel 5berikut :
Tabel 5. Data Nilai CBR Lapangan dan
grafik CBR
Pada kontrak nilai CBR yang diambil
adalah pada kepadatan 95 % maka didapat
nilai CBR design pada kepadatan tersebut
adalah 6 %.
Kuat tekan beton
Diasumsikan jalan yang dibangun akan
dilalui kendaraan berat karena jalan
tersebut dibangun untuk akses jalan
9. menuju pabrik, sehingga direncanakan
lapis beton yang mempunyai mutu tinggi
dengan kuat tekan beton 350 kg/cm2.
Bahan pondasi bawah
Bahan pondasi bawah yang digunakan
pada setiap konstruksi perkerasan beton
semen berbeda-beda, tergantung kepada
kekuatan tanah dasar (nilai CBR) dari
lokasi proyek. Jika tanah dasar yang akan
di gunakan kurang baik maka di buat
lapisan pondasi bawah yang berada antara
tanah dasar dan perkerasan beton semen.
Pada umumnya tanah dasar di Indonesia
memiliki kekuatan yang baik untuk di
bangun konstruksi perkerasan beton
semen, namun pada pelaksanaanya tetap
dibuat lantai kerja biasa disebut campuran
beton kurus (lean-mix concrete).
Pertumbuhan lalu lintas (i) = 5
% per tahun
Data pertumbuhan lalu lintas didapat
berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh konsultan perencana, berdasarkan
pengamatan itu didapat pertumbuhan lalu
lintas 5% tahun.
Umur rencana (UR) = 20 tahun
Umur rencana perkerasan jalan ditentukan
atas dasar pertimbangan-pertimbangan
peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai
ekonomi jalan yang bersangkutan (dapat
ditentukan dengan metode Benefit Cost
Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi
dari metode tersebut, atau cara lain), yang
tidak terlepas dari pola pengembangan
wilayah. Umumnya perkerasan tebal beton
semen direncanakan dengan umur rencana
20-40 tahun.
Peranan jalan = arteri bebas
hambatan
Jenis peranan jalan ditentukan berdasarkan
atas data lalulintas harian rata-rata
berdasarkan perhitungan volume lalulintas
dan konfigurasi sumbu serta fungsi jalan
dalam menghubungkan suatu daerah.
Data lalu lintas harian rata-rata
berdasarkan perhitungan volume lalu
lintas dan konfigurasi sumbu,
menggunakan data survey yang
dilakukan oleh konsultan perencana,
sehingga berdasarkan pengamatan
itulah didapat data sebagai berikut :
Data lalu lintas Harian ( LHR)
- Mobil penumpang (1 + 1)ton =
1.920buah/hari
- Bus(3 + 5) ton
=483buah/hari
- Truk 2 as kecil(2 + 4)ton
=1.280buah/hari
- Truk 2 as besar(5 + 8) ton = 920
buah/hari
- Truk 3 as(6 + 14) ton
=1.302buah/hari
- Truk Gandeng (6+14+5+5) ton= 10
buah/hari
10. Penyelesaian : JKN 365 3.995 33,886
Dari data diatas dapat dihitung jumlah
sumbu kendaraan niaga (berat total ≥5 ton)
JKN 49.411.718, 05 kendaraan
selama umur rencana sebagai berikut:
Tabel 6. Konfigu
2. Mengitung Jumlah Sumbu Kendaraan
Niaga
Tabel 8. JSKNH
rasi beban sumbu
1. Mengitung Jumlah Kendaraan Niaga
Harian (JKNH)
Tabel 7. JKNH
Maka JSKN 365 JSKNH R
JSKN 3658.010 33,886
JSKN 99.070.803,90 kendaraan
3. Menghitung Persentase Beban Sumbu
Tabel 9. Pembagian Beban Sumbu
1 iUR
1
R e
log1i
R = Faktor pertumbuhan lalu lintas yang
besarnya berdasarkan faktor
pertumbuhan lalu lintas (i) dan umur
rencana (n)
1 5%20
1
R 33,886
e
log1 5%
Maka JKN 365 JKNH R
Tabel 10. Persentase Beban Sumbu
11. 4. Menghitung repetisi kumulatif masing-
masing beban sumbu dengan
koefesien distribusi ( C ) = 0.5 ,Jumlah
Repetisi Kumulatif Selama Umur
Rencana = JSKN X Persentase
Konfigurasi Sumbu x C.
Tabel 11. Repetisi Kumulatif Beban
dasar dengan tebal rencana pelat
beton.
Kekuatan tanah dasar dengan nilai CBR =
6% atau setara dengan nilai K = 42
kPa/mm. Coba tebal pelat beton 200 mm
dengan K = 42kPa/mm
Menghitung Tegangan yang Terjadi
menggunakan grafik STRT, STRG, dan
SGRG
5. Menghitung beban sumbu dengan
faktor keamanan beban (FKB) = 1.1
(dari table 2.5). Bban Sumbu Rencana
= Beban Sumbu X Faktor Keamanan
Faktor keamanan ini nilainya sesuai
dengan klasifikasi jalan yang direncanakan
(Jalan Arteri = 1,1).
Tabel 12. Beban Sumbu dengan FK
6. Menghitung Tegangan yang Terjadi
Ditentukan berdasarkan nomogram
STRT, STRG dan SGRG, berdasarkan
hubungan antara beban sumbu,
Modulus Reaksi tanah dasar atau nilai
CBR(California Bearing Ratio) tanah
Tabel 13 Tegangan Yang
Terjadi
Gambar 1 : grafik STRT
Sumbu
12. Gambar 2 : grafik STRG
Gambar 3: grafik STdRG
7. Menghitung Perbandingan
Tegangan
Kuat Tekan Beton =350 kg/cm2
f`c 350/9,8 = 35,71 Mpa > 30
Mpa (syarat Minimum)
fr = 0,62 √35,71 = 3,7 Mpa (37
kg/cm2) > 3,5 Mpa (syarat
minimum)
Perbandingan Tegangan =
Tegangan yang terjadi dibagi
dengan fr
Tabel 14. Perbandingan Tegangan
8. Menghitung Jumlah Repetisi Izin
yang Terjadi
Ditentukan dengan nilai dari Tabel
16. dengan nilai yang dimasukkan
adalah nilai dari perbandingan
tegangan
Tabel 4.16 Repetisi izin
13. 9. Menghitung jumlah persentase fatique
Tabel 16. Repetisi Kumulatif
As
11,76(F.L.h)
fs
dimana
Dari tabel persentase fatique jika
menggunakan tebal rencana 200 mm
20cm
As = luas tulangan yang diperlukan
F = Koefesien gesekan antara pelat
beton
Dengan lapis dibawahnya
L = jarak antar sambungan (m)
h = tebal pelat ( mm)
fs = tegang tarik ijin (Mpa) ( ±
230 Mpa), di misalkan U 24
dengan fs 240 Mpa
a. tulangan memanjang
11,76.(F.L.h)
As
fs
4.2 Perhitungan tulangannya
Penulangan pada perkerasan beton semen
ini bersambung dengan tulangan
Dengan data :
- Tebal plat beton = 200 mm
- Lebar pelat = 8 meter (untuk
satu lajur)
- Panjang pelat = 20 meter (jarak
As
11,76x(0.9x20x200)
176mm2
/ m'
lebar
240
As 0,0014%x200x1000 200mm2
/ m'
> As perlu,
Dipergunakan tulangan diameter 8 mm
dengan jarak 150mm.
b. Tulangan melintang
As
11,76(F.L.h)
fs
antar sambungan)
Penyelesaian :
As
11,76x(0,9x8x200)
240
70,56mm2
m'
4.2.1 Tulangan memanjang dan
melintang
Luas tulangan pada perkerasan ini
dihitung menggunakan persamaan
berikut :
As 0,0014%x200x1000 280mm2
/ m'
> As perlu
Dipergunakan tulangan diameter 8 mm,
jarak 150 mm
Pembebanan
1. Dowel
terlihat bahwa total fatique yang terjadi 0
% < 100% maka tebal pelat boleh
digunakan. Slab Beton K-350
Subgrade ( Tanah dasar )
14. Untuk menentukan penulangan dowel yang
akan digunakan, dapat menggunakan tabel
17 berikut ini
Tabel 4. 19Penulangan dowel
Berdasarkan pada tabel 17 dengan
ketebalan pekerasan 200 mm deidapatkan
diameter dowel 25 mm, panjang dowel 450
mm dan jarak 300 mm, .
1. Tie Bars
Tie Bars merupakan batang pengikat
berupa potongan baja yang diprofilkan
yangdipasang pada sambungan lidah alur
dengan maksud untuk mengikat pelat agar
tie bars tidak bergerak searah horizontal.
Batang pengikat dipasang pada sambungan
memanjang.
Untuk menentukan dimensi batang
pengikat, menurut AASHTO Guide for
Design of Pavement Structures 1986, dapat
digunakan grafik gambar 4
Gambar 4 Jarak Tie Bars maksimum
menurut ASHTO (1986)
untuk tulangan baja grade
40 dan F = 1,5
Berikut adalah cara menarik grafik
4.11 untuk mendapatkan jarak Tie
Bars maksimum adalah sebagai
berikut :
Tarik garis berdasarkan titik
angka yang menunjukan lebar plat
beton yang telah direncanakan
secara lurus 90° ke bawah hingga
memotong garis grafik yang
menunjukan angka yang sesuai
dengan ketebalan beton rencana.
Titik pertemuan antara
kedua garis tersebut ditarik ke arah
kanan grafik secara lurus
(horizontal) hingga di dapatkan
15. angka jarak tie bars yang di
perlukan.
Dari pembacaan grafik diatas untuk tebal
pekerasan 200 mm digunakan Tie Bars
berdiameter 16 mm, Jarak900 mm dan
panjang 765 mm
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan tinjauan ulang
perencanaan tebal perkerasan proyek jalan
PLTU Bungus – Teluk Kabung Padang,
dengan menggunakan Metoda Bina Marga
maka dapat diambil kesimpulan :
1. Perkerasan jalan ini menggunakan
perkerasan kaku ( rigid pavement ).
2. Tebal slab beton didapatkan 200
mm dengan panjang plat 20 m
3. Menggunakan Tulangan Wirm
mesh D 8 mm jarak 150 mm
4. Menggunakan tulangan dowel D 25
mm, panjang 450 mm, jarak
pemasangan 300 mm
Menggunakan tulangan Tie Bar D 16 mm,
panjang 765 mm, jarak pemasangan 900
mm.
Daftar Pustaka
Buku
[1] Direktorat Jendral Bina Marga
.[2]Hendarsin, Shirley L, (2000) Penuntun
Praktis Perencanaan Teknik
Jalan Raya, Bandung:
Politeknik Negeri Bandung
[3]Dipohosodo, Istimawan (1994) Stuktur
Beton Bertulang “Berdasarkan
SK SNI T-15-1991-03 Jakarta :
Pustaka Utama
(1983) Pedoman Penentuan Tebal
Perkerasan Kaku Jalan Raya,
No.01/PD/B/1983, Departemen
Perkerjaan Umum.