4. Kita harus bersegera mela
ksanakan syariat sehingga
kita mendapatkan ampun
an Allah dan surga yang lu
asnya seluas langit dan bu
mi, seperti bersegeranya
kita dalam merespon nad
a panggilan handphone ki
ta...
5. BERSEGERA MELAKSANAKAN SYARIAT
َر ْنِم ٍةَرِفْغَم ٰ
ىَلِإ واُع ِ
ارَس َو
ُض ْرَع ٍةَّنَج َو ْمُكِب
ا اَه
ِل ْتَّدِعُأ ُض ْرَ ْ
اْل َو ُات َاوَمَّسل
َينِقَّتُمْل
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tu
hanmu dan kepada surga yang luasnya seluas lang
it dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yan
g bertakwa.” (QS. Ali 'Imran, 3:133)
6. DUA HAL YANG DIPERINT
AHKAN ALLAH UNTUK SE
GERA DIRAIH
1. Maghfirat[in] min ra
bbikum (ampunan da
ri Tuhanmu)
2. Surga yang luasnya se
luas langit dan bumi
8. MAGHFIRAH DARI ALLAH
• Menurut al-Raghib al-Ashfahani, ungkap
an maghfirah dari Allah berarti: “Dia me
njaga dan melindungi hamba-Nya dari
merasakan azab.”
• Dalam ayat ini, kata maghfirah diikuti de
ngan kata min rabbikum. Artinya, ampu
nan yang diperintahkan untuk segera di
raih adalah ampunan dari Allah SWT. Se
bab, Dialah satu-satunya yang memiliki o
toritas dalam memberikan ampunan kep
ada hamba-Nya.
9. BERSEGERA MENUJU
AMPUNAN DARI ALLAH SWT
• Yang dimaksud bersegera menuju amp
unan dari Allah SWT adalah bersegera
kepada segala sesuatu yang meniscay
akan teraihnya ampunan.
• Al-Qurthubi dan al-Qinuji menyebutny
a, itu adalah dengan ketaatan.
• Al-Khazin menyatakan bahwa itu adala
h amal shalih yang diperintahkan untu
k dikerjakan.
10. BERSEGERA KEPADA SURGA
• Yang dimaksud lafadz surga disini adalah sem
ua hal yang menyebabkan seseorang dapat
masuk surga.
• Jika dicermati, yang dapat mengantarkannya a
dalah taqwa.
• Sebab, dalam frasa selanjutnya disebutkan ba
hwa surga disediakan untuk orang-orang yan
g bertaqwa.
• Artinya, siapapun yang ingin bersegera masu
k surga, ia harus menjadikan dirinya sebagai
orang yang bertaqwa.
• Dengan demikian, frasa ini merupakan perint
ah untuk bersegera menjalankan ketaqwaan.
11. AMPUNAN DAN SURGA
• Ampunan dan surga disebutkan secara terperi
nci karena ampunan berarti terbebasnya man
usia dari siksa, sementara surga berarti teraih
nya pahala dari Allah SWT.
• Menurut Fakhruddin al-Razi, disebutkan dua-d
uanya memberikan isyarat bahwa setiap muka
llaf wajib merealisasikan keduanya.
• Menurut Wahbah al-Zuhaili, kata ampunan di
dahulukan daripada surga karena orang yang
belum bersih dari dosa tidak berhak masuk s
urga. Sehingga sebelum masuk surga, seorang
hamba harus terlebih dahulu memperoleh am
punan-Nya.
12. SURGA SELUAS LANGIT DAN BUMI
• Secara bahasa, kata al-ardh berarti khila
af al-thuul (lebar, lawan dari panjang).
• Pada umumnya at-thuul berarti lebih pa
njang dari al-’ardh. Jika lebarnya saja de
mikian, lalu bagaimana dengan panjangn
ya?
• Oleh karenanya, sebagian mufassir berpe
ndapat bahwa ungkapan itu untuk menu
njukkan betapa luasnya surga. Bukan un
tuk membatasi bahwa luas surga itu bena
r-benar seperti luas langit dan bumi.
13. Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari Usamah ibn Zaid, dia ber
kata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Demi Tuhan Ka'bah (Allah), s
urga adalah cahaya yang memancar, harum semerbak, istana me
gah, sungai yang tersusun, buah yang masak, istri yang cantik, pe
rhiasan berlimpah, tempat yang abadi, bumi kesentausaan, camil
an dan sayuran hijau, kesenangan dan kenikmatan, dan tempat y
ang tinggi menjulang."
14. Ibnu Abu Dunya menuturkan darí Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a
.w. bersabda, "Tanah surga berwarna putih, halamannya berupa b
atuan marmer. la dikelilingi kesturi seperti tuangan pasir. Didalam
nya terdapat sungai-sungai yang tersusun. Disana penghuni surga
dari tingkatan yang rendah dan tinggi bersua lalu saling berkenala
n. Allah lalu menghembuskan angin rahmat, lalu tersebarlah wan
gi kesturi. Seorang laki-laki pulang menemui istrinya dalam keada
an yang semakin anggun dan wangi.“
15. KARAKTER ORANG BERTAQWA
Mereka adalah orang-orang yang
senantiasa berinfak di jalan Alla
h, baik dalam keadaan lapang m
aupun sempit; mampu menaha
n diri dari kemarahan; dan mud
ah memberikan maaf kepada or
ang lain.
(QS. Ali Imran, [3]:134)
16. Mereka bukan pula orang yang tidak p
ernah berbuat salah dan khilaf, namu
n mereka adalah orang-orang yang m
au bertaubat setelah terlanjur melak
ukan kesalahan. Mereka bertaubat d
engan sebenar-benarnya, yakni deng
an cara ingat kepada Allah SWT, me
minta ampun kepada-Nya atas dosa-
dosa yang telah mereka kerjakan, ber
tekad kuat tidak mengulangi perbuat
an dosa tersebut. (QS. Ali Imran [3]: 1
35)
KARAKTER ORANG BERTAQWA
17. TIDAK MENUNDA-NUNDA
• Berdasarkan ayat ini, sebagian bes
ar ushuliyyun berpegang bahwa r
ealisasi sebuah perintah wajib dil
aksanakan segera (faw[an]) dan t
idak boleh ditunda-tunda.
• Tatkala keluar sebuah ketetapan h
ukum, para mukallaf langsung ter
ikat dengan ketetapan tersebut.
18. TIDAK MENUNDA-NUNDA
Kematian bisa datang kapan saja sehingga setiap ora
ng harus senantiasa waspada dan takut berbuat mak
siyat, khawatir jika saat sedang bermaksiyat ajalnya
datang.
Hati tidak akan merasa tenang apabila masih ada ke
wajiban yang belum dilaksanakan.
20. Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada
Rasulullah saw. pada
perang Uhud, “Tahukah Engkau dimana te
mpatku jika aku terbunuh?” Rasulullah be
rsabda, “Engkau akan berada di surga.”
Mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut
, maka laki-laki itu serta merta melempark
an buah-buah kurma yang ada di tanganny
a, kemudian ia maju untuk berperang hing
ga terbunuh di medan perang. (HR. Bukhar
i Muslim)
BERSEGERA MENJEM
PUT SYAHID
21. BERSEGERA BERPINDAH ARAH KIBLAT
Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw shalat menghadap ke Baitul Ma
qdis selama enam belas atau tujuh belas bulan; dan Beliau lebih menyukai untuk menghad
ap Ka’bah. Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Sungguh Aku telah melihat bola
k-baliknya wajahmu ke Langit agar Aku menghadapkanmu ke Kiblat yang kamu sukai.” Mak
a Nabi saw pun shalat menghadap ke Ka’bah. Pada saat itu ada seorang laki-laki yang shalat
Ashar bersama beliau saw, kemudian ia keluar menuju kaum Anshar, dan berkata dirinya be
rsaksi bahwa ia shalat bersama Nabi saw dan beliau menghadap ke Ka’bah. Maka kaum An
shar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka’bah) padahal mereka sedang r
uku shalat Ashar. (HR. Bukhari)
22. BERSEGERA MENINGGALKAN
DAGING KELEDAI
Kami ditimpa kelaparan pada beberapa malam saat per
ang Khaibar, dan kami menemukan keledai kampung, k
emudian kami menyembelihnya. Maka ketika kuali tela
h mendidih, mendadak berteriak juru bicara Rasulullah
saw., “Matikanlah kuali itu dan kalian jangan makan d
aging keledai jinak itu sedikit pun.” Abdullah berkata; K
ami pada saat itu mengatakan, “Sesungguhnya Rasululla
h saw. melarang memakan keledai jinak itu hanya karen
a belum dibagi lima (karena harta rampasan perang).” T
api sahabat yang lain berkata, “Keledai jinak itu dihara
mkan secara mutlak.” Kemudian aku bertanya kepada S
a'id bin Jubair, dan ia menjawab, “Keledai jinak itu diha
ramkan secara mutlak.” (HR. Bukhari)
23. BERSEGERA MENINGGALKAN BANGKAI
Hibbah bin Hajar mengatakan, bahwa kami bersama Rasulul
lah saw ketika aku sedang memasak daging bangkai. Tidak l
ama kemudian, Allah menurunkan ayat ini (QS Al Maidah,5:
3) yang isinya adalah mengharamkan bangkai. Seketika aku
menumpahkan periuk yang berisi bangkai itu. (HR Ibnu Ma
ndah)
24. BERSEGERA MENINGGALK
AN KHAMR
Suatu hari aku memberi minum kepada
Abû Thalhah al-Anshary, Abû Ubaidah bi
n al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari Fad
hij, yaitu perasan kurma. Kemudian ada
seseorang yang datang, ia berkata, “Ses
ungguhnya khamr telah diharamkan.”
Maka Abû Thalhah berkata, “Wahai An
as, berdirilah dan pecahkanlah kendi it
u!” Anas berkata, “Maka aku pun berdir
i mengambil tempat penumbuk biji-bijia
n milik kami, lalu memukul kendi itu pa
da bagian bawahnya, hingga pecahlah k
endi itu.” (HR. Bukhari)
25. BERSEGERA MENCERAIKAN
WANITA KAFIR
Telah sampai berita kepada kami, ketika A
llah SWT menurunkan firman-Nya (al-Mu
mtahanah [60]: 10), yang memerintahkan
kaum Muslim untuk mengembalikan kep
ada orang-orang Musyrik apa yang telah
mereka berikan kepada istri-istri mereka
yang telah hijrah dan Allah telah menent
ukan hukum kepada kaum Muslim agar m
ereka tidak menahan tali perkawinan de
ngan wanita-wanita kafir: bahwasanya U
mar telah menceraikan dua orang perem
puan. (HR. Bukhari)
26. Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah
ra. berkata: Semoga Allah merahmati
kaum Wanita yang hijrah pertama kali
, ketika Allah menurunkan firman-Nya
, “Dan hendaklah mereka mengenaka
n kain kerudung mereka diulurkan ke
kerah baju mereka.”
(TQS. an-Nûr [24]: 31).
Maka kaum wanita itu merobek kain
sarung mereka (untuk dijadikan keru
dung) dan menutup kepala mereka d
engannya.
BERSEGERA MENGENAKAN
KERUDUNG
27.
28. BERSEGERA
MENANGGALKAN
KAIN SUTRA
Ibnu Ishak berkata, “Al-Asy’ats bin Qais tela
h mendatangi Rasulullah saw. bersama dele
gasi dari Bani Kindah.” Az-Zuhry telah menc
eritakan kepadaku bahwa al-Asy’ats bin Qai
s datang bersama delapan puluh orang Bani
Kindah yang berkendaraan. Kemudian mere
ka masuk menemui Rasulullah saw. di Masji
d beliau. Mereka
mengikat rambut mereka yang ikal dan me
makai celak mata serta memakai jubah bag
us yang dilapisi sutra. Ketika mereka masuk
menemui Rasulullah saw., beliau saw. berka
ta kepada mereka, “Apakah kalian sudah m
asuk Islam?” Mereka menjawab, “Benar.” R
asul saw. berkata, “Kenapa sutra itu masih
melekat di leher kalian?” Az-Zuhry berkata,
“Maka mereka pun merobek-robek sutra t
ersebut dan melemparkannya.”
29. Handzalah bin Abî Amir ra telah mendengar seruan perang Uhud.
Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan mati syahid
dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata; Rasulullah saw. be
rsabda, “Sesunguhnya sahabat (Handzalah) dimandikan oleh Malai
kat, maka tanyakanlah bagaimana kabar keluarganya?” Maka aku p
un (Ibnu Ishak) bertanya kepada istrinya. Dia pada malam itu adalah
pengantin baru. Istrinya berkata, “Ketika mendengar panggilan untu
k berperang, suamiku keluar padahal dalam keadaan junub.” Rasulul
lah saw. bersabda, “Begitulah ia telah dimandikan oleh Malaikat.”
ANTARA BULAN MADU DAN JIHAD
30. Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian menyewakannya
dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau seperempatnya dan makanan te
rtentu. Pada suatu hari datanglah kepada kami salah seorang pamanku, ia ber
kata, “Rasulullah saw. telah melarang suatu perkara yang dulu telah membe
rikan manfaat (duniawi) bagi kita. Tapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya jau
h lebih bermanfaat bagi kita. Beliau telah melarang kita membajak tanah k
emudian menyewakannya dengan imbalan sepertiga atau seperempat, dan
makanan tertentu. Rasulullah saw. memerintahkan pemilik tanah agar meng
olahnya atau menanaminya sendiri. Beliau tidak menyukai penyewaan tanah
dan yang selain itu.” (HR. Ahmad)
BERSEGERA MENINGGALKAN
SEWA LAHAN PERTANIAN