4. PENGERTIAN KANZUL MAAL
ز
كن
المال
ز
وه
جمع
المال
بعضه
ز
ابعض
من
ز
غن
حاجة
Kanzul maal adalah menyimpan harta (yaitu emas, perak, dan
uang) tanpa ada suatu hajat (kebutuhan).
Menimbun harta (kanzul maal) haram hukumnya berdasarkan
firman dari Allah SWT :
ز
َّ
ض ِ
ف
ْ
ٱل َ
زو َ
ب
َ
ه
َّ
زٱلذ
َ
ون
ُ
ِ
ن
ْ
ك
َ
زي
َ
ين ِ
ذ
َّ
ٱل َ
و
زِب َ
زس ِ
ازف
َ
ه
َ
ون
ُ
ق ِ
نف
ُ
زي
َ
َل َ
زو
َ
ة
زِ
َّ
زٱّلل ِ
يل
زٍ
يمِل
َ
زأ ٍ
اب
َ
ذ َعِمزب
ُ
هْ رِ
ّش
َ
ب
َ
ف
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”
(QS At Taubah [9] : 34)
Pokok
Bahasan #1
Hukum
Kanzul Maal
5. Imam Taqiyuddin An Nabhani menafsirkan ayat di atas dengan
berkata:
”Ketika turun ayat yang melarang menimbun emas dan perak,
saat itu emas dan perak adalah alat tukar dan standar untuk
menilai pekerjaan dan manfaat pada harta, baik yang tercetak
seperti koin dinar dan dirham, maupun yang tidak tercetak
seperti emas atau perak batangan. Jadi larangan yang ada
lebih tertuju pada emas dan perak sebagai alat tukar.”
(Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizham Al Iqtishadi fi Al Islam, hlm. 251).
Berdasarkan itu, jelaslah larangan menimbun harta (kanzul maal)
tidak hanya berlaku untuk emas dan perak saja, melainkan juga
termasuk semua jenis mata uang (an nuquud).
(Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizham Al Iqtishadi fi Al Islam, hlm. 250-251).
Pokok
Bahasan #1
Hukum
Kanzul Maal
6. Secara lebih detail, menurut Imam Taqiyuddin An Nabhani,
larangan menimbun harta (kanzul maal) meliputi 3 (tiga)
macam penyimpanan harta sbb;
Pertama, menyimpan emas dan perak secara umum, baik
yang dicetak sebagai uang seperti koin dinar atau
dirham, maupun yang tidak dicetak sebagai uang, seperti
emas batangan, baik dikeluarkan zakatnya maupun tidak
dikeluarkan zakatnya.
Inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Taqiyuddin An
Nabhani, berbeda dengan pendapat ulama lain yang
membolehkan menyimpan emas dan perak jika
dikeluarkan zakatnya. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 2/346-
348).
Pokok
Bahasan #1
Hukum
Kanzul Maal
7. Dalilnya hadits dari Abu Umamah RA, bahwa ada seorang
laki-laki dari Ahlus Shuffah yang meninggal, ternyata dia
menyimpan uang 1 dinar di sarungnya.
Nabi SAW bersabda, ”Ini sepotong api neraka (kayyah).”
Lalu meninggal laki-laki lain dan ternyata dia menyimpan 2
dinar di sarungnya. Nabi SAW pun bersabda, ”Ini dua potong
api neraka (kayyataani).” (HR Ahmad, dengan isnad yang
sahih).
Hadits ini menunjukkan haramnya menyimpan dinar dan
dirham secara mutlak, baik yang belum mencapai nishab (di
bawah 20 dinar atau 200 dirham) maupun yang sudah
mencapai nishab. (Taqiyuddin An Nabhani, Muqaddimat Al
Dustuur, 2/77).
Pokok
Bahasan #1
Hukum
Kanzul Maal
8. Kedua, menyimpan emas dan perak yang berupa perhiasan
(al hulli), seperti kalung atau cincin dari emas/perak.
Hanya saja ada hukum khusus untuk emas atau perak yang
berbentuk perhiasan ini, yaitu jika tidak dikeluarkan
zakatnya (ketika telah memenuhi kriteria nishab dan haul),
hukumnya haram. Adapun jika dikeluarkan zakatnya,
menyimpannya tidak berdosa. (Taqiyuddin An Nabhani,
Muqaddimat Al Dustuur, 2/80; Abdul Qadim Zallum, Al
Amwal fi Daulat Al Khilafah, hlm. 167-168).
Ketiga, semua jenis mata uang (an nuquud) yang berfungsi
sebagai alat tukar, baik dikeluarkan zakatnya maupun
tidak. (Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizham Al Iqtishadi fi Al
Islam, hlm. 251).
Pokok
Bahasan #1
Hukum
Kanzul Maal
10. Dalam masalah ini perlu dipahami yang dimaksud
menimbun harta yang diharamkan adalah menyimpan
harta tanpa suatu hajat.
Adapun jika menyimpan harta karena ada suatu hajat
masa depan, hukumnya boleh, asalkan dikeluarkan
zakatnya jika sudah memenuhi kriteria nishab dan haul.
Menyimpan harta untuk suatu hajat masa depan itu
disebut dengan al iddikhaar (menabung, saving),
misalnya untuk dijadikan mahar nikah, atau akan
digunakan naik haji, atau akan dijadikan modal usaha,
dsb.
(Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizham Al Iqtishadi fi Al Islam,
hlm. 251; Ibrahim Abdul Lathif Al ‘Ubaidi, Al Iddikhaar
Masyruu’iyyatuhu wa Tsamaraatuhu, hlm. 18).
Pokok
Bahasan #2
PENGERTIAN DAN
HUKUM IDDIKHAR
11. Dalil bolehnya al iddikhaar (menabung/menyimpang,
saving) adalah hadits-hadits Nabi SAW.
Pertama, hadits dari Umar RA bahwanya :
عن
عمر
رضي
هللا
عنه
أن
النبي
صلى
هللا
عليه
َ
وسلم
:
َ
انك
َ
بي
َ
يع
َ
لْخن
ينب
َ
يرضَّنال
,
َ
سبْحيو
َ
هلْهِل
َ
وتق
َ
ْمهتنس
.
رواه
البخاري
ومسلم
.
Dari Umar RA, bahwa Nabi SAW pernah menjual kurma
Bani Nazhir, dan menahan untuk keluarganya sebagai
bahan makanan pokok selama satu tahun untuk mereka.
(HR Bukhari dan Muslim).
Kedua, Nabi SAW bersabda mengenai daging binatang
kurban :
كلوا
واطعموا
وادخروا
“Makanlah, dan berikanlah kepada yang lain, dan
simpanlah.” (HR Bukhari dan Muslim).Wallahu a’lam
Pokok
Bahasan #2
PENGERTIAN DAN
HUKUM IDDIKHAR