SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
79
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003
Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002
RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002
RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002
RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002
RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002
Melda Deliana, Jose RL Batubara, BambangTridjaja, Aman B Pulungan
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003: 79 - 84
Alamat Korespondensi:
Dr. Jose RL Batubara, Sp.A(K).
Staf Subbagian Endokrinologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430.
Telepon: 021-3100669. Fax.: 021-3907743.
Dr. Melda Deliana, Sp.A(K)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan.
Telepon:. 836 0405, 8360143, 836 034. Fax.: 836 1721.
H
berkisar 1 : 2916.3
Satu dari 60.000-140.000 kasus
merupakan hipotiroidisme sekunder atau tertier.2
Kadang-kadang gejala klinis hipotiroidisme
kongenital tidak begitu jelas pada neonatus dan baru
terdeteksi setelah 6-12 minggu. Diagnosis dini
sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi
mental atau meringankan derajat retardasi mental.4
Penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan
hipotiroidisme kongenital dapat mempunyai
perkembangan mental yang normal pada umur 6-7
tahun jika mendapat terapi segera setelah lahir.5
Skrining hipotiroidisme terhadap bayi baru lahir
sekarang ini secara rutin telah dilakukan di negara-
negara maju,6
sedangkan di Indonesia baru dalam
tahap awal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ipotiroidisme kongenital dapat terjadi
secara sporadik atau familial, goiter atau
non-goiter.1
Penelititan ini mengamati
hipotiroidisme yang terjadi secara
sporadik. Insidens hipotiroidisme kongenital di
Amerika 1:3500,2 sedangkan insidens di Indonesia
Gejala klinis hipotiroidisme kongenital pada neonatus seringkali tidak begitu jelas dan
baru terdeteksi setelah 6-12 minggu. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah
timbulnya retardasi mental atau meringankan derajat retardasi mental. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis awal, laboratorium dan respons terapi
awal natrium levotiroksin pada pasien hipotiroidisme kongenital. Data dikumpulkan
dari catatan rekam medik kasus-kasus hipotiroidisme kongenital yang berkunjung ke
Poliklinik Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM Jakarta selama kurun waktu
1992-2002. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 30 pasien baru, 21 anak (70%)
perempuan dan 9 anak (30%) laki-laki. Sebagian besar (53,3%) didiagnosis pada umur
1-5 tahun. Berdasarkan status antropometri menurut NCHS-WHO ditemukan gizi buruk
pada 53,3% kasus (berat badan/umur), perawakan pendek paa 90% kasus (tinggi badan/
umur), dan pada 70% kasus perbandingan berat badan/tinggi badan adalah normal.
Gejala klinis tersering saat diagnosis adalah perkembangan motorik terlambat (83,3%),
konstipasi (73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%), dan pucat (70%).
Ditemukan maturasi tulang terlambat (95,5%), gangguan pendengaran (22,7%),
gangguan sistem neuromuskular (16,7%), dan retardasi mental (62,5%). Pada
pemeriksaan skintigrafi dijumpai agenesis tiroid pada 11,1% kasus. Sebagian besar
(26,7%) mendapat terapi awal dosis tinggi (8-10 µg/kg/hari). Gejala klinis berkurang
(36,7%) dalam 4 minggu dan fungsi tiroid kembali normal (33,3%) dalam 1-3 bulan
setelah terapi awal.
Kata kunci: asfiksia, hipoksia, iskemia, ensefalopati, bayi baru lahir.
80
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003
gambaran klinis awal, pemeriksaan penunjang yaitu
hemoglobin serum, kolesterol total serum, kadar gula
darah sewaktu, fungsi tiroid, usia tulang, skintigrafi,
brain evoke responce audiometry (BERA), elektromiografi,
ekokardiografi, elektrokardiografi dan pemeriksaan
intelligence quotient, serta respons terhadap terapi awal
natrium levotiroksin pada pasien hipotiroidisme
kongenital.
Metoda
Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif.
Data penelitian didapat dari catatan rekam medik kasus
hipotiroidisme kongenital yang berkunjung ke Poli
Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM Jakarta
dalam kurun waktu 1992-2002. Umur pasien
dikelompokkan menurut rekomendasi Guyda dkk.7
Status antropometri ditetapkan berdasarkan tabel
NCHS-WHO menurut berat badan terhadap umur,
tinggi badan terhadap umur dan berat badan terhadap
tinggi badan.8
Pencatatan gejala klinis saat datang berdasarkan
keluhan utama pasien. Pemeriksaan usia tulang dengan
nilai 2 standar deviasi (2 SD) di bawah nilai rerata
menunjukkan usia tulang terlambat.9
Gangguan
pendengaran bila ambang pendengaran lebih dari 30
dB pada satu atau kedua telinga.10
Gangguan sistem
neuromuskular bila potensial motor unit polifasik
memendek dan amplitudo berkurang.11
Elektro-
kardiogram abnormal bila dijumpai voltase rendah dari
gelombang P dan T dengan amplitudo kompleks QRS
berkurang dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri yang
buruk, dan atau ada efusi perikard. Derajat efusi perikard
ditentukan dengan pemeriksaan ekokardiografi.1,12
Pada
pemeriksaan skintigrafi, ditemukannya jaringan tiroid
ektopik merupakan petanda disgenesis tiroid. Bila tidak
ditemukan jaringan tiroid menunjukkan aplasia tiroid.
Kelenjar tiroid yang normal dengan uptake radionuclide
normalatautinggimerupakanindikasiadanyagangguan
biosintesis hormon tiroid.1
Pemeriksaan tingkat
kecerdasan IQ (intelligence quotient) dengan nilai di
bawah 85 disebut abnormal.13
Hasil
Selama kurun waktu 1992 hingga 2002, dijumpai 30
kasus hipotiroidisme kongenital, terdiri dari 9 anak
laki-laki (30%) dan 21 anak perempuan (70%). Sebelas
anak merupakan kasus rujukan dari rumah sakit daerah
atau swasta, yang lainnya berasal dari Poli Umum
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta.
Pada saat datang pertama kali didapatkan 53,3%
kasus berumur 1-5 tahun. Hanya 3 kasus hipotiroidisme
kongenital yang terdiagnosis di bawah umur 3 bulan.
Sebagian besar kasus (53,3%) dengan gizi buruk
berdasarkan penilaian status gizi menurut berat badan
menurut umur, perawakan pendek (diukur berdasarkan
tinggi badan menurut umur) didapatkan pada 90%
kasus, dan pengukuran berat badan menurut tinggi
badan menunjukkan normal pada 70% anak. (Gambar
1-4)
Gejala klinis tersering yang dikeluhkan saat datang
pertama kali adalah perkembangan motorik terlambat
(83,3%), konstipasi (73,3%), aktivitas menurun
(70%), makroglosia (70%) dan pucat (70%). (Tabel1)
Pada pemeriksaan kadar hemoglobin serum
terhadap 20 pasien, didapatkan 20 (66,7%) anak di
antaranya menderita anemia. Hiperkolesterolemia
ditemukan pada 1 diantara 7 orang pasien yang
diperiksa kadar kolesterolnya. Hanya seorang pasien
yang diperiksa kadar gula darah sewaktu dengan hasil
rendah. Ditemukan seorang pasien mempunyai kadar
Gambar 1. Sebaran umur pasien saat datang pertama
kali
<6 Bln
6-12 Bln
1-5Thn
6-12Thn
<12Thn
20%
16,7%
6,7%
3,3%
53,3%
Lebih
Baik
Kurang
Buruk
Gambar 2. Sebaran status gizi (berat badan menurut
umur) saat diagnosis ditegakkan
6,7%
3,3%
36,7%
53,3%
81
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003
tiroksin rendah tetapi klinis mendukung diagnosis
hipotiroidisme kongenital.
Didapatkanusiatulangterlambatpada95,5%kasus,
agenesistiroidpada11,1%,gangguanpendengaran pada
22,7%, gangguan sistem neuromuskular pada 16,7%,
defek septum atrium pada 13,3%, dan hipertrofi
ventrikel kanan pada 3,3% kasus. (Tabel 2)
Pemeriksaan IQ pada 8 kasus menemukan retardasi
mental (IQ < 69) pada 5 kasus (62,5%), borderline
(IQ 70-79) pada 2 (25%) kasus, dan tingkat kecerdasan
rata-rata (IQ 90-109) pada 1 (12,5%) kasus. Kelainan
lain yang terdapat bersamaan dengan hipotiroidisme
kongenital adalah kelainan jantung bawaan dijumpai
pada 5 anak (16,7%).
Sebagian besar kasus (18 orang) menerima dosis
natrium levotiroksin 8-10 mg/kg/hari pada umur 1-5
tahun. Pada kelompok ini, gejala klinis berkurang
dalam 4 minggu terapi awal didapatkan pada 11 kasus
dan fungsi tiroid kembali normal dalam 1-3 bulan
setelah didapatkan pada 10 kasus. Terdapat 4 kasus
yang tidak diperiksa fungsi tiroid setelah pemberian
terapi hormon tiroid. (Tabel 3 – 5)
Diskusi
Pada penelitian ini diagnosis hipotiroidisme kongenital
sebagian besar (53,3%) ditegakkan pada umur 1-5
tahun, hanya 3 pasien diagnosis ditegakkan sebelum
umur 3 bulan. Padahal jika pemberian terapi hormon
Tabel 1. Gejala klinis saat datang berobat pertama kali
Gejala klinis Jumlah* %
Perkembangan motorik terlambat 25 83,3
Konstipasi 22 73.3
Aktivitas menurun 21 70.0
Makroglosia 21 70,0
Pucat 21 70.0
Wajah tipikal** 18 60.0
Problem makan 16 53,3
Hipotonia 16 53,3
Hernia umbikalis 15 50,0
Ubun ubun besar terbuka 14 46,7
Kulit kering 12 40,0
Ikterus fisiologis > 3 hari 6 20,0
Berat lahir > 3500 g 5 16.7
Kutis marmorata 4 13,3
Perkembangan bicara terlambat 3 10,0
Masa gestasi > 40 minggu 2 6,7
* Satu orang dapat mempunyai lebih dari satu gejala klinis,
**Wajah tipikal=wajah sembab dan ekspresi kesan bodoh
Tabel 2. Pemeriksaan penunjang saat hipotiroidisme
kongenital ditegakkan diagnosis
Pemeriksaan n %
Usia tulang
- terlambat 21 95,5
- sesuai 1 4,5
Skintigrafi
- agenesis 1 11,1
- tidak jelas 8 88,9
BERA (brain evoke respons audiometry)
- abnormal 5 22,7
- normal 17 77,3
Elektromiografi
- abnormal 2 16,7
- normal 10 83,3
Ekokardiografi:
- defek septum atrium 4 13,3
- tidak diperiksa 26 86,7
Elektrokardiografi
- hipertrofi ventrikel kanan 1 3,3
- tidak diperiksa 29 96,7
Normal
Pendek
Gambar 3. Sebaran status gizi (tinggi badan menurut
umur) saat diagnosis ditegakkan
10%
90%
Gambar 4. Sebaran status gizi (berat badan menurut
tinggi badan) saat diagnosis ditegakkan
Gemuk
Normal
Kurus
Kurus
Sekali
70%
24,4%
3,3%
3,3%
82
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003
tiroid diberikan secara adekuat sebelum umur 3 bulan,
anak-anak tersebut akan mencapai perkembangan
mental yang normal.7,14,15
Secara garis besar, gangguan tumbuh kembang
pada hipotiroidisme kongenital adalah gangguan
terhadap pertumbuhan fisik, pertumbuhan dan
kematangan susunan saraf pusat dan proses kedewasaan
(pubertas).16
Pada penelitian ini ditemukan gangguan
pertumbuhan fisik berupa gizi buruk pada 53,3%
kasus, perawakan pendek pada 90%, sedangkan
perhitungan berat badan menurut tinggi badan
ditemukan normal pada 70% kasus. Hal ini me-
nunjukkan bahwa sebagian besar pasien mempunyai
rasio berat badan menurut tinggi badan yang
meningkat dan hal ini sesuai dengan kelainan
endokrinologi.17
Saat gejala klinis hipotiroid sudah tampak secara
bertahap, diagnosis sering sudah terlambat.1
Pada
penelitian ini gejala klinis tersering saat diagnosis adalah
perkembangan motorik terlambat (83,3%), konstipasi
(73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%)
dan pucat (70%). Gejala dan tanda klinis yang sering
dijumpai pada hipotiroidisme kongenital menurut
literatur yaitu ikterus yang lama akibat keterlambatan
maturasi konjugasi glukoronida, problem makan,
kesulitan bernafas sebagian disebabkan adanya
makroglosia, konstipasi yang biasanya tidak respons
terhadap pengobatan, perut membesar disertai hernia
umbilikalis, serta pertumbuhan dan perkembangan
terlambat.1,17
Terdapat sedikit perbedaan gejala klinis
pada penelitian ini karena sebagian besar (53,3%)
didiagnosis saat berumur 1-5 tahun.
Hormon tiroid mempunyai efek pada hampir
seluruh jaringan tubuh yaitu mengatur kemampuan
untuk menstimulasi metabolisme basal atau kalori-
genesis.18
Anemia (66,7%), hiperkolesterolemia
(14,3%) dan kadar gula darah sewaktu yang rendah
pada seorang pasien, ditemukan pada penelitian ini.
Anemia pada hipotiroid disebabkan oleh gangguan
sintesis hemoglobin, gangguan absorbsi besi, asam folat
dan vitamin B12, sedangkan sintesis kolesterol dan
konversi metaboliknya serta metabolisme karbohidrat
mengalami gangguan pada pasien defisiensi hormon
tiroid.12,18
Maturasi tulang pada hipotiroidisme
kongenital umumnya terlambat, disebabkan oleh
adanya gangguan metabolisme tubuh.19
Pada penelitian
ini ditemukan 95,5% kasus mempunyai maturasi
tulang terlambat.
Pada populasi bayi hipotiroidisme kongenital yang
tidak diobati secara dini dan adekuat, didapatkan
problem perkembangan pendengaran dan keterlam-
batan bicara sampai dengan problem perhatian dan
tingkah-laku.15
Pada penelitian ini dijumpai 5 anak
(22,7%) dengan gangguan pendengaran (1 orang tuli
sensorik dan 4 orang tuli konduktif). Hubungan antara
hormon tiroid dan fungsi pendengaran telah dikenal
pada pasien dengan resisten hormon tiroid, sindrom
Pendred dan kretinisme endemik.20
Gangguan
pendengaran pada hipotiroidisme kongenital pada
Tabel 3. Distribusi pengobatan awal natrium levotiroksin
pada berbagai dosis menurut umur
Dosis (µg/kg/hari)
>8 – 10 >6 – 8 >5 – 6 4 – 5 2 – 3
< 6 bulan 5 0 1 0 0
6-12 bulan 5 0 0 0 0
1-5 tahun 8 6 1 1 0
6-12 tahun 1 0 1 0 0
> 12 tahun 0 0 1 0 0
Umur
Tabel 4. Jumlah kasus dengan gejala klinis berkurang setelah
terapi awal
Dosis Lama terapi (minggu)
(µg/kg/hari) 1 2 3 4 > 4
8 - 10 0 2 4 11 1
6 - 8 1 1 3 1 0
5 - 6 0 1 2 1 1
4 - 5 0 1 0 0 0
2 - 3 0 0 0 0 0
Jumlah 1 5 9 13 2
Tabel 5.Jumlah kasus dengan fungsi tiroid normal setelah
terapi awal
Dosis Lama terapi (bulan)
(µg/kg/hari) 1-3 4-6 6-8 > 8
8 - 10 10 5 2 0
6 - 8 2 2 0 1
5 - 6 2 1 0 0
4 - 5 1 0 0 0
2 - 3 0 0 0 0
Jumlah 15 8 2 1
83
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003
umumnya jenis sensorineural, namun dapat juga bersifat
campuran. Sedangkan pada sindrom Pendred dijumpai
gangguan pendengaran jenis sensorineural. 21
Banyak juga penderita yang mengeluh gejala sistem
neuromuskular misalnya kelemahan otot, kram otot
dan parestesia.12
Pada penelitian ini, 2 anak (16,7%)
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan EMG yaitu
kecepatan pergerakan motorik berkurang dengan
refleks relaksasi otot yang lambat.11
Kelainan jantung
bawaan didapat pada 5 anak (16,7%). Bayi dengan
hipotiroidisme kongenital, 3-7% mengalami kelainan
bawaan terutama kelainan septum atrial dan ventri-
kular.2
Manifestasi kardiovaskular yang timbul pada
hipotiroidisme biasanya berupa gangguan kontraksi
otot jantung, bradikardia dan berkurangnya cardiac
output.12
Penyebab yang sering pada hipotiroidisme
kongenital adalah atiroid (45%), tiroid ektopik dan
dishormonogenesis.22
Pada penelitian ini, agenesis
tiroid ditemukan pada satu anak.
Terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya di Bagian IKA FKUI /RSCM
Jakarta,23
yang menunjukkan jumlah pasien yang
mengalami gangguan pendengaran dan sistem
neuromuskular pada penelitian ini lebih sedikit. Hal
ini disebabkan karena penelitian dilakukan dalam
kurun waktu yang berbeda dan tidak semua pasien
dilakukan pemeriksaan BERA. Hipotiroidisme
kongenital dapat didiagnosis banding dengan
sindrom Down, suatu keadaan lain yang menye-
babkan perawakan pendek dan gambaran wajah yang
khas.19
Terapi hipotiroidisme kongenital berupa pemberian
preparat hormon tiroid yaitu natrium levotiroksin
dengan dosis yang dianjurkan menurut umur dan berat
badan.17
Tujuan terapi adalah untuk mencapai kadar
T4 dalam batas 10-16 µg/dl dan secara sekunder
mencapai kadar TSH dalam batas normal.24
Bila terapi
sudah diberikan pada hipotiroidisme kongenital, maka
kadar tiroksin (T4) dan tirotropin (TSH) harus diulang
setiap bulan sampai mencapai kadar normal, kemudian
setiap 3 bulan sampai tahun ke-3, setelah itu kadar T4
dan TSH diperiksa setiap 6 bulan.2
Terapi optimal untuk mencapai eutiroidisme
dimulai sebelum umur 3 minggu dengan terapi awal
di atas 9,5 µg/kg/hari, akan mencapai kadar FT4 dalam
batas atas yang normal pada tahun pertama. Selanjut-
nya pasien hipotiroidisme kongenital dapat mencapai
perkembangan mental normal pada saat umur 10-30
bulan. 25,26
Pengobatan pada hipotiroidisme kongenital
diberikan seumur hidup.1
Sebagian besar pasien
(26,7%) pada penelitian ini diberikan terapi awal dosis
tinggi (8-10 µg/kg/hari), dan gejala klinis berkurang
sebagian besar (36,7%) dalam 4 minggu setelah terapi
awal.
Pemberian dosis awal yang tinggi 12-17 mg/kg/
hari, akan meningkatkan kadar T4 dan FT4 sesuai
target dalam waktu 3 hari dan kadar TSH kembali
normal dalam 2 minggu setelah terapi awal.25
Pada
penelitian ini, fungsi tiroid kembali normal pada 10
anak (33,3%) dalam 1-3 bulan setelah terapi awal, dan
pada 6 anak (20%) fungsi tiroid kembali normal dalam
1 bulan setelah terapi awal. Sedangkan sisanya baru
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi
tiroid pada bulan ke-2 atau ke-3 karena masalah biaya.
Secara kuantitatif, sebuah studi menunjukkan
keterlambatan terapi dapat menurunkan IQ beberapa
angka perminggu segera setelah bayi lahir. Keterlam-
batan terapi dalam waktu 5-6 bulan berhubungan
dengan IQ sekitar 70.27
Demikian pula pada penelitian
ini, kebanyakan penderita terlambat mendapat terapi
yaitu pada umur 1-5 tahun (53,3%). Dari 8 pasien
yang diperiksa perkembangan mentalnya menjelang
usia sekolah, ditemukan 5 anak (62,5%) mengalami
retardasi mental (IQ <69), dan 2 pasien (25%)
mempunyai IQ borderline (IQ 70-79). Hanya 1 pasien
(12,5%) mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata (IQ
90-109), hal ini disebabkan karena pasien ini mulai
mendapat terapi pada umur 5 bulan.
Kesimpulan
Sebagian besar penderita (53,3%) terlambat di-
diagnosis yaitu pada umur 1-5 tahun. Gejala klinis
tersering saat diagnosis adalah perkembangan
motorik terlambat (83,3%), konstipasi (73,3%),
aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%), pucat
(70%). Ditemukan anemia (66,7%), hiperkoles-
terolemia (14,3%), kadar gula darah sewaktu rendah
(3,3%), maturasi tulang terlambat (95,5%), agenesis
tiroid (11,1%), gangguan pendengaran (22,7%),
gangguan sistem neuromuskular (16,7%), kelainan
jantung bawaan (16,7%) dan retardasi mental
(62,5%). Pada sebagian besar (26,7%) diberikan
terapi awal dosis tinggi (8-10 mg/kg/hari). Gejala
klinis berkurang (36,7%) dalam 4 minggu dan
fungsi tiroid kembali normal (33,3%) dalam 1-3
bulan setelah terapi awal.
84
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003
Saran
Untuk menghindari terjadinya retardasi mental pada
penderita hipotiroidisme kongenital, sebaiknya
program skrining nasional dilakukan. Monitor
laboratorium fungsi tiroid dilakukan setiap bulan
setelah awal terapi dan pada setiap perubahan dosis.
Pada setiap penderita hipotiroidisme kongenital
sebaiknya dilakukan pemeriksaan tambahan BERA,
elektromiografi dan tes IQ. Skor hipotiroidisme
kongenital masih relevan untuk digunakan pada bayi
baru lahir sampai usia kurang dari 3 bulan.
Daftar pustaka
1. Di George AM, La Franchi S. Disorders of thyroid.
Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-15.
Philadelphia: Sounders, 1996. h. 1587-605.
2. Bourgeois MJ, Varma Surendra. Congenital hypothyroid-
ism. Didapat dari URL:http//www.emedicine.com/ped/
topic 501 htm. Disitasi pada hari Rabu, 18 Juni 2003.
3. Rustama DS. Pilot study skrining hipotiroidisme
kongenital di propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Disampaikan pada pertemuan Executive Summary
Departemen Kesehatan RI, Jakarta 19 Februari 2003.
4. Sularyo TS, Kadim M. Retardasi mental. Sari Pediatri
2000; 2:170-7.
5. Roberts HE, Moore CA, Fernhoff PM, Brown AL and
Khoury MJ. Population study of Congenital Hypothy-
roidism and Associated Birth Defects, Atlanta, 1979-
1992. Am J Med Genet 1997; 71:29-32.
6. Fisher DA. Disorders of the thyroid in the newborn and in-
fant. Dalam: Sperling MA, penyunting. Pediatric endocri-
nology. Edisi ke-2. Philadelphia: Saunders, 2002. h. 161-85.
7. Guyda H. Therapy of congenital hypothyroidism evalu-
ation of biochemical parameters. Dalam: Burrow GN,
Dussault JH, penyunting. Neonatal thyroid screening.
New York: Raven Press, 1980. h. 247. Dsunting dari
Dussault JH. Congenital hypothyroidism. Dalam: Ingbar
SH, Braverman LE, penyunting. Werner’s the thyroid a
fundamental and clinical text. Edisi ke-5. New York: JB
Lippincott, 1986. h. 1399-404.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/SK/
VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak balita.
9. Greulich WW, Pyle SI. The rationale and technique of
assessing the development status of children from roent-
genograms of the hand and wrist. Dalam: Greulich WW,
Pyle SI, penyunting. Radiographic atlas of skeletal de-
velopment of the hand and wrist. Stanford: Stanford
University Press, 1950. h. 1-34.
10. Behrman RF, Nelson WE, Vaughan VC. Disorder of
hearing, speech, and language. Dalam: Behrman RF,
Nelson WE, Vaughan VC,penyunting. Nelson textbook
of pediatric. Edisi ke-13. Philadelphia: Saunders, 1987.
h. 95-101.
11. Enderson WE, Xu L. Endocrin myopathies. Didapat
dari URL:http://www.emedicine.com/neuro/topic
125.htm. Disitasi pada hari selasa 17 Juni 2003.
12. Greenspan FS. The thyroid gland. Dalam: Greenspan
FS, Strewler GJ, penyunting. Basic and Clinical Endo-
crinology. Edisi ke-5. London: Appleton dan Lange,
1997. h. 192-262.
13. Passat J. Kelainan perkembangan. Dalam: Soetomenggolo
TS, Ismael S, penyunting. Buku ajar neurologi anak.
Jakarta: IDAI, 1999. h. 104-36.
14. Assin MS. Congenital hypothyroidism. Dalam: Assin
MS, Rukman J, Dahlan A, Batubara JRL, penyunting.
Masalah penyimpangan pertumbuhan somatik dan
perkembangan seksual pada anak. Naskah lengkap PKB
Ilmu Kesehatan Anak ke XIII FK-UI; 1986 21-22
Februari; Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1986.
15. Rapaport R. Congenital hypothyroidsm: Expanding the
spectrum. J Pediatric 2000; 136:10-2.
16. Soetjiningsih. Kretin. Dalam: IG.N. Gde Ranuh,
penyunting. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 1998. h. 203-10.
17. Dallas Js, Foley TP. Hypothyroidism. Dalam: Lifshitz
F, penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-3. New
York: Marcel Dekker Inc, 1996. h. 391-9.
18. Griffin JE. The thyroid. Dalam: Griffin JE, Ojeda SR,
penyunting.Textbook of endocrine physiology. Edisi ke-
3. New York: Oxford University Press, 1996. h. 260-83.
19. Gotlin RW, Kappy MS, Slover RH. Endocrine disor-
ders. Dalam: Hay WW, Groothuis JR, Hayward AR,
Levin MJ, penyunting. Current pediatric diagnosis &
treatment. Edisi ke-13. New Jersey: Appleton dan Lange,
1997. h. 818-56.
20. Rovet J, Walker W, Bliss B, Buchanan L, Ehrlich R.
Longterm sequelae of hearing impairment in congeni-
tal hypothyroidism. J Pediatric 1996; 128:776-83.
21. Harner SG. Otolaringology and endocrine disease.
Dalam: Becker KL, penyunting. Principles and prac-
tice of endocrinology and metabolism. Edisi ke-2. Phila-
delphia: Lippincott, 1995. h. 1817-21.
22. Henry G, Sobki SH, Othman JM. Screening for con-
genital hypothyroidism. Saudi Med J 2002; 23:529-35.
23. NikenPritaYati,BatubaraJRL,BambangTridjaja,Pulungan
AB. Gangguan pendengaran pada hipotiroid kongenital.
Dalam: Firmansyah A,Trihono PP
, Oswari H, Nurhamzah
W, Darmawan BS, penyunting. Abstrak KONIKA XI.
Jakarta 1999 4-7 Juli. Jakarta: IDAI Pusat, 1999.
24. Hopwood NJ. Treatment of the infant with congenital
hypothyroidism. J Pediatr 2002; 141:752-4.
25. Selva KA, Mandel SH, Rien L, dkk. Initial treatment
dose of L-thyroxine in congenital hypothyroidism. J
Pediatr 2002; 14:786-92.
26. Bongers-Schokking JJ, Koot HM, Wiersma D, dkk. In-
fluence of timing and dose of thyroid hormone replace-
ment on development in infants with congenital
hypothyroidsm. J Pediatr 2000; 136:292-7.
27. Fisher DA. The importance of early management in op-
timizing IQ in infants with congenital hypothyroidism.
J Pediatr 2000; 136:273-4.

More Related Content

What's hot

Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawisapakademik
 
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismonosapakademik
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...deddy sagala
 
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...Nanang Soleh
 
Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1EggaRafika
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPocut Kasim
 
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBCGizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBCSii AQyuu
 

What's hot (14)

Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawi
 
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
07 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismono
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
 
Ebcr
EbcrEbcr
Ebcr
 
522 1181-1-sm
522 1181-1-sm522 1181-1-sm
522 1181-1-sm
 
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN SINDROMA KO...
 
Ipi186703
Ipi186703Ipi186703
Ipi186703
 
Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
 
Jurnal keperawatan soedirman
Jurnal keperawatan soedirmanJurnal keperawatan soedirman
Jurnal keperawatan soedirman
 
Plugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdfPlugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdf
 
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBCGizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
 
Jurper1 1-nas
Jurper1 1-nasJurper1 1-nas
Jurper1 1-nas
 

Similar to Hipotiroidisme kongenital

Pentingnya SHK 240523.pptx
Pentingnya SHK 240523.pptxPentingnya SHK 240523.pptx
Pentingnya SHK 240523.pptxAnggitaDwiP1
 
1030 2167-1-sm
1030 2167-1-sm1030 2167-1-sm
1030 2167-1-smria amya
 
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIAN
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIANKardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIAN
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIANSofiaNofianti
 
dokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.ppt
dokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.pptdokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.ppt
dokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.pptAjengAyuGandasari
 
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAKORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAPUTRA ADI IRAWAN
 
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
 Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseasespjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney DeseasesAsuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseasespjj_kemenkes
 
PBL Endokrin Modul Kegemukan
PBL Endokrin Modul KegemukanPBL Endokrin Modul Kegemukan
PBL Endokrin Modul KegemukanAulia Amani
 
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdfssuser1aaea51
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiDessycis
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindromFionna Pohan
 
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...RifkaHumaida1
 
Jurnal saraf ppt
Jurnal saraf pptJurnal saraf ppt
Jurnal saraf pptshintasissy
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziYakoovAbadi
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 

Similar to Hipotiroidisme kongenital (20)

Pentingnya SHK 240523.pptx
Pentingnya SHK 240523.pptxPentingnya SHK 240523.pptx
Pentingnya SHK 240523.pptx
 
1030 2167-1-sm
1030 2167-1-sm1030 2167-1-sm
1030 2167-1-sm
 
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIAN
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIANKardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIAN
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIAN
 
dokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.ppt
dokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.pptdokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.ppt
dokumen.tips 2 ppt-sindroma nefrotik.ppt
 
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAKORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
 
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
 Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
 
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney DeseasesAsuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Deseases
 
PBL Endokrin Modul Kegemukan
PBL Endokrin Modul KegemukanPBL Endokrin Modul Kegemukan
PBL Endokrin Modul Kegemukan
 
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
 
Prescil paru
Prescil paruPrescil paru
Prescil paru
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
 
Case report.pptx
Case report.pptxCase report.pptx
Case report.pptx
 
Lapsus nands.docx
Lapsus nands.docxLapsus nands.docx
Lapsus nands.docx
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
Perawakan pendek atau
Perawakan pendek atauPerawakan pendek atau
Perawakan pendek atau
 
Perawakan pendek atau
Perawakan pendek atauPerawakan pendek atau
Perawakan pendek atau
 
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...
 
Jurnal saraf ppt
Jurnal saraf pptJurnal saraf ppt
Jurnal saraf ppt
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

Hipotiroidisme kongenital

  • 1. 79 Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003 Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002 RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002 RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002 RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002 RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002 Melda Deliana, Jose RL Batubara, BambangTridjaja, Aman B Pulungan Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003: 79 - 84 Alamat Korespondensi: Dr. Jose RL Batubara, Sp.A(K). Staf Subbagian Endokrinologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430. Telepon: 021-3100669. Fax.: 021-3907743. Dr. Melda Deliana, Sp.A(K) Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Jl. Bunga Lau No. 17 Medan. Telepon:. 836 0405, 8360143, 836 034. Fax.: 836 1721. H berkisar 1 : 2916.3 Satu dari 60.000-140.000 kasus merupakan hipotiroidisme sekunder atau tertier.2 Kadang-kadang gejala klinis hipotiroidisme kongenital tidak begitu jelas pada neonatus dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau meringankan derajat retardasi mental.4 Penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan hipotiroidisme kongenital dapat mempunyai perkembangan mental yang normal pada umur 6-7 tahun jika mendapat terapi segera setelah lahir.5 Skrining hipotiroidisme terhadap bayi baru lahir sekarang ini secara rutin telah dilakukan di negara- negara maju,6 sedangkan di Indonesia baru dalam tahap awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ipotiroidisme kongenital dapat terjadi secara sporadik atau familial, goiter atau non-goiter.1 Penelititan ini mengamati hipotiroidisme yang terjadi secara sporadik. Insidens hipotiroidisme kongenital di Amerika 1:3500,2 sedangkan insidens di Indonesia Gejala klinis hipotiroidisme kongenital pada neonatus seringkali tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau meringankan derajat retardasi mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis awal, laboratorium dan respons terapi awal natrium levotiroksin pada pasien hipotiroidisme kongenital. Data dikumpulkan dari catatan rekam medik kasus-kasus hipotiroidisme kongenital yang berkunjung ke Poliklinik Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM Jakarta selama kurun waktu 1992-2002. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 30 pasien baru, 21 anak (70%) perempuan dan 9 anak (30%) laki-laki. Sebagian besar (53,3%) didiagnosis pada umur 1-5 tahun. Berdasarkan status antropometri menurut NCHS-WHO ditemukan gizi buruk pada 53,3% kasus (berat badan/umur), perawakan pendek paa 90% kasus (tinggi badan/ umur), dan pada 70% kasus perbandingan berat badan/tinggi badan adalah normal. Gejala klinis tersering saat diagnosis adalah perkembangan motorik terlambat (83,3%), konstipasi (73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%), dan pucat (70%). Ditemukan maturasi tulang terlambat (95,5%), gangguan pendengaran (22,7%), gangguan sistem neuromuskular (16,7%), dan retardasi mental (62,5%). Pada pemeriksaan skintigrafi dijumpai agenesis tiroid pada 11,1% kasus. Sebagian besar (26,7%) mendapat terapi awal dosis tinggi (8-10 µg/kg/hari). Gejala klinis berkurang (36,7%) dalam 4 minggu dan fungsi tiroid kembali normal (33,3%) dalam 1-3 bulan setelah terapi awal. Kata kunci: asfiksia, hipoksia, iskemia, ensefalopati, bayi baru lahir.
  • 2. 80 Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003 gambaran klinis awal, pemeriksaan penunjang yaitu hemoglobin serum, kolesterol total serum, kadar gula darah sewaktu, fungsi tiroid, usia tulang, skintigrafi, brain evoke responce audiometry (BERA), elektromiografi, ekokardiografi, elektrokardiografi dan pemeriksaan intelligence quotient, serta respons terhadap terapi awal natrium levotiroksin pada pasien hipotiroidisme kongenital. Metoda Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Data penelitian didapat dari catatan rekam medik kasus hipotiroidisme kongenital yang berkunjung ke Poli Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM Jakarta dalam kurun waktu 1992-2002. Umur pasien dikelompokkan menurut rekomendasi Guyda dkk.7 Status antropometri ditetapkan berdasarkan tabel NCHS-WHO menurut berat badan terhadap umur, tinggi badan terhadap umur dan berat badan terhadap tinggi badan.8 Pencatatan gejala klinis saat datang berdasarkan keluhan utama pasien. Pemeriksaan usia tulang dengan nilai 2 standar deviasi (2 SD) di bawah nilai rerata menunjukkan usia tulang terlambat.9 Gangguan pendengaran bila ambang pendengaran lebih dari 30 dB pada satu atau kedua telinga.10 Gangguan sistem neuromuskular bila potensial motor unit polifasik memendek dan amplitudo berkurang.11 Elektro- kardiogram abnormal bila dijumpai voltase rendah dari gelombang P dan T dengan amplitudo kompleks QRS berkurang dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri yang buruk, dan atau ada efusi perikard. Derajat efusi perikard ditentukan dengan pemeriksaan ekokardiografi.1,12 Pada pemeriksaan skintigrafi, ditemukannya jaringan tiroid ektopik merupakan petanda disgenesis tiroid. Bila tidak ditemukan jaringan tiroid menunjukkan aplasia tiroid. Kelenjar tiroid yang normal dengan uptake radionuclide normalatautinggimerupakanindikasiadanyagangguan biosintesis hormon tiroid.1 Pemeriksaan tingkat kecerdasan IQ (intelligence quotient) dengan nilai di bawah 85 disebut abnormal.13 Hasil Selama kurun waktu 1992 hingga 2002, dijumpai 30 kasus hipotiroidisme kongenital, terdiri dari 9 anak laki-laki (30%) dan 21 anak perempuan (70%). Sebelas anak merupakan kasus rujukan dari rumah sakit daerah atau swasta, yang lainnya berasal dari Poli Umum Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta. Pada saat datang pertama kali didapatkan 53,3% kasus berumur 1-5 tahun. Hanya 3 kasus hipotiroidisme kongenital yang terdiagnosis di bawah umur 3 bulan. Sebagian besar kasus (53,3%) dengan gizi buruk berdasarkan penilaian status gizi menurut berat badan menurut umur, perawakan pendek (diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur) didapatkan pada 90% kasus, dan pengukuran berat badan menurut tinggi badan menunjukkan normal pada 70% anak. (Gambar 1-4) Gejala klinis tersering yang dikeluhkan saat datang pertama kali adalah perkembangan motorik terlambat (83,3%), konstipasi (73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%) dan pucat (70%). (Tabel1) Pada pemeriksaan kadar hemoglobin serum terhadap 20 pasien, didapatkan 20 (66,7%) anak di antaranya menderita anemia. Hiperkolesterolemia ditemukan pada 1 diantara 7 orang pasien yang diperiksa kadar kolesterolnya. Hanya seorang pasien yang diperiksa kadar gula darah sewaktu dengan hasil rendah. Ditemukan seorang pasien mempunyai kadar Gambar 1. Sebaran umur pasien saat datang pertama kali <6 Bln 6-12 Bln 1-5Thn 6-12Thn <12Thn 20% 16,7% 6,7% 3,3% 53,3% Lebih Baik Kurang Buruk Gambar 2. Sebaran status gizi (berat badan menurut umur) saat diagnosis ditegakkan 6,7% 3,3% 36,7% 53,3%
  • 3. 81 Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003 tiroksin rendah tetapi klinis mendukung diagnosis hipotiroidisme kongenital. Didapatkanusiatulangterlambatpada95,5%kasus, agenesistiroidpada11,1%,gangguanpendengaran pada 22,7%, gangguan sistem neuromuskular pada 16,7%, defek septum atrium pada 13,3%, dan hipertrofi ventrikel kanan pada 3,3% kasus. (Tabel 2) Pemeriksaan IQ pada 8 kasus menemukan retardasi mental (IQ < 69) pada 5 kasus (62,5%), borderline (IQ 70-79) pada 2 (25%) kasus, dan tingkat kecerdasan rata-rata (IQ 90-109) pada 1 (12,5%) kasus. Kelainan lain yang terdapat bersamaan dengan hipotiroidisme kongenital adalah kelainan jantung bawaan dijumpai pada 5 anak (16,7%). Sebagian besar kasus (18 orang) menerima dosis natrium levotiroksin 8-10 mg/kg/hari pada umur 1-5 tahun. Pada kelompok ini, gejala klinis berkurang dalam 4 minggu terapi awal didapatkan pada 11 kasus dan fungsi tiroid kembali normal dalam 1-3 bulan setelah didapatkan pada 10 kasus. Terdapat 4 kasus yang tidak diperiksa fungsi tiroid setelah pemberian terapi hormon tiroid. (Tabel 3 – 5) Diskusi Pada penelitian ini diagnosis hipotiroidisme kongenital sebagian besar (53,3%) ditegakkan pada umur 1-5 tahun, hanya 3 pasien diagnosis ditegakkan sebelum umur 3 bulan. Padahal jika pemberian terapi hormon Tabel 1. Gejala klinis saat datang berobat pertama kali Gejala klinis Jumlah* % Perkembangan motorik terlambat 25 83,3 Konstipasi 22 73.3 Aktivitas menurun 21 70.0 Makroglosia 21 70,0 Pucat 21 70.0 Wajah tipikal** 18 60.0 Problem makan 16 53,3 Hipotonia 16 53,3 Hernia umbikalis 15 50,0 Ubun ubun besar terbuka 14 46,7 Kulit kering 12 40,0 Ikterus fisiologis > 3 hari 6 20,0 Berat lahir > 3500 g 5 16.7 Kutis marmorata 4 13,3 Perkembangan bicara terlambat 3 10,0 Masa gestasi > 40 minggu 2 6,7 * Satu orang dapat mempunyai lebih dari satu gejala klinis, **Wajah tipikal=wajah sembab dan ekspresi kesan bodoh Tabel 2. Pemeriksaan penunjang saat hipotiroidisme kongenital ditegakkan diagnosis Pemeriksaan n % Usia tulang - terlambat 21 95,5 - sesuai 1 4,5 Skintigrafi - agenesis 1 11,1 - tidak jelas 8 88,9 BERA (brain evoke respons audiometry) - abnormal 5 22,7 - normal 17 77,3 Elektromiografi - abnormal 2 16,7 - normal 10 83,3 Ekokardiografi: - defek septum atrium 4 13,3 - tidak diperiksa 26 86,7 Elektrokardiografi - hipertrofi ventrikel kanan 1 3,3 - tidak diperiksa 29 96,7 Normal Pendek Gambar 3. Sebaran status gizi (tinggi badan menurut umur) saat diagnosis ditegakkan 10% 90% Gambar 4. Sebaran status gizi (berat badan menurut tinggi badan) saat diagnosis ditegakkan Gemuk Normal Kurus Kurus Sekali 70% 24,4% 3,3% 3,3%
  • 4. 82 Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003 tiroid diberikan secara adekuat sebelum umur 3 bulan, anak-anak tersebut akan mencapai perkembangan mental yang normal.7,14,15 Secara garis besar, gangguan tumbuh kembang pada hipotiroidisme kongenital adalah gangguan terhadap pertumbuhan fisik, pertumbuhan dan kematangan susunan saraf pusat dan proses kedewasaan (pubertas).16 Pada penelitian ini ditemukan gangguan pertumbuhan fisik berupa gizi buruk pada 53,3% kasus, perawakan pendek pada 90%, sedangkan perhitungan berat badan menurut tinggi badan ditemukan normal pada 70% kasus. Hal ini me- nunjukkan bahwa sebagian besar pasien mempunyai rasio berat badan menurut tinggi badan yang meningkat dan hal ini sesuai dengan kelainan endokrinologi.17 Saat gejala klinis hipotiroid sudah tampak secara bertahap, diagnosis sering sudah terlambat.1 Pada penelitian ini gejala klinis tersering saat diagnosis adalah perkembangan motorik terlambat (83,3%), konstipasi (73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%) dan pucat (70%). Gejala dan tanda klinis yang sering dijumpai pada hipotiroidisme kongenital menurut literatur yaitu ikterus yang lama akibat keterlambatan maturasi konjugasi glukoronida, problem makan, kesulitan bernafas sebagian disebabkan adanya makroglosia, konstipasi yang biasanya tidak respons terhadap pengobatan, perut membesar disertai hernia umbilikalis, serta pertumbuhan dan perkembangan terlambat.1,17 Terdapat sedikit perbedaan gejala klinis pada penelitian ini karena sebagian besar (53,3%) didiagnosis saat berumur 1-5 tahun. Hormon tiroid mempunyai efek pada hampir seluruh jaringan tubuh yaitu mengatur kemampuan untuk menstimulasi metabolisme basal atau kalori- genesis.18 Anemia (66,7%), hiperkolesterolemia (14,3%) dan kadar gula darah sewaktu yang rendah pada seorang pasien, ditemukan pada penelitian ini. Anemia pada hipotiroid disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin, gangguan absorbsi besi, asam folat dan vitamin B12, sedangkan sintesis kolesterol dan konversi metaboliknya serta metabolisme karbohidrat mengalami gangguan pada pasien defisiensi hormon tiroid.12,18 Maturasi tulang pada hipotiroidisme kongenital umumnya terlambat, disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme tubuh.19 Pada penelitian ini ditemukan 95,5% kasus mempunyai maturasi tulang terlambat. Pada populasi bayi hipotiroidisme kongenital yang tidak diobati secara dini dan adekuat, didapatkan problem perkembangan pendengaran dan keterlam- batan bicara sampai dengan problem perhatian dan tingkah-laku.15 Pada penelitian ini dijumpai 5 anak (22,7%) dengan gangguan pendengaran (1 orang tuli sensorik dan 4 orang tuli konduktif). Hubungan antara hormon tiroid dan fungsi pendengaran telah dikenal pada pasien dengan resisten hormon tiroid, sindrom Pendred dan kretinisme endemik.20 Gangguan pendengaran pada hipotiroidisme kongenital pada Tabel 3. Distribusi pengobatan awal natrium levotiroksin pada berbagai dosis menurut umur Dosis (µg/kg/hari) >8 – 10 >6 – 8 >5 – 6 4 – 5 2 – 3 < 6 bulan 5 0 1 0 0 6-12 bulan 5 0 0 0 0 1-5 tahun 8 6 1 1 0 6-12 tahun 1 0 1 0 0 > 12 tahun 0 0 1 0 0 Umur Tabel 4. Jumlah kasus dengan gejala klinis berkurang setelah terapi awal Dosis Lama terapi (minggu) (µg/kg/hari) 1 2 3 4 > 4 8 - 10 0 2 4 11 1 6 - 8 1 1 3 1 0 5 - 6 0 1 2 1 1 4 - 5 0 1 0 0 0 2 - 3 0 0 0 0 0 Jumlah 1 5 9 13 2 Tabel 5.Jumlah kasus dengan fungsi tiroid normal setelah terapi awal Dosis Lama terapi (bulan) (µg/kg/hari) 1-3 4-6 6-8 > 8 8 - 10 10 5 2 0 6 - 8 2 2 0 1 5 - 6 2 1 0 0 4 - 5 1 0 0 0 2 - 3 0 0 0 0 Jumlah 15 8 2 1
  • 5. 83 Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003 umumnya jenis sensorineural, namun dapat juga bersifat campuran. Sedangkan pada sindrom Pendred dijumpai gangguan pendengaran jenis sensorineural. 21 Banyak juga penderita yang mengeluh gejala sistem neuromuskular misalnya kelemahan otot, kram otot dan parestesia.12 Pada penelitian ini, 2 anak (16,7%) menunjukkan kelainan pada pemeriksaan EMG yaitu kecepatan pergerakan motorik berkurang dengan refleks relaksasi otot yang lambat.11 Kelainan jantung bawaan didapat pada 5 anak (16,7%). Bayi dengan hipotiroidisme kongenital, 3-7% mengalami kelainan bawaan terutama kelainan septum atrial dan ventri- kular.2 Manifestasi kardiovaskular yang timbul pada hipotiroidisme biasanya berupa gangguan kontraksi otot jantung, bradikardia dan berkurangnya cardiac output.12 Penyebab yang sering pada hipotiroidisme kongenital adalah atiroid (45%), tiroid ektopik dan dishormonogenesis.22 Pada penelitian ini, agenesis tiroid ditemukan pada satu anak. Terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di Bagian IKA FKUI /RSCM Jakarta,23 yang menunjukkan jumlah pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan sistem neuromuskular pada penelitian ini lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena penelitian dilakukan dalam kurun waktu yang berbeda dan tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan BERA. Hipotiroidisme kongenital dapat didiagnosis banding dengan sindrom Down, suatu keadaan lain yang menye- babkan perawakan pendek dan gambaran wajah yang khas.19 Terapi hipotiroidisme kongenital berupa pemberian preparat hormon tiroid yaitu natrium levotiroksin dengan dosis yang dianjurkan menurut umur dan berat badan.17 Tujuan terapi adalah untuk mencapai kadar T4 dalam batas 10-16 µg/dl dan secara sekunder mencapai kadar TSH dalam batas normal.24 Bila terapi sudah diberikan pada hipotiroidisme kongenital, maka kadar tiroksin (T4) dan tirotropin (TSH) harus diulang setiap bulan sampai mencapai kadar normal, kemudian setiap 3 bulan sampai tahun ke-3, setelah itu kadar T4 dan TSH diperiksa setiap 6 bulan.2 Terapi optimal untuk mencapai eutiroidisme dimulai sebelum umur 3 minggu dengan terapi awal di atas 9,5 µg/kg/hari, akan mencapai kadar FT4 dalam batas atas yang normal pada tahun pertama. Selanjut- nya pasien hipotiroidisme kongenital dapat mencapai perkembangan mental normal pada saat umur 10-30 bulan. 25,26 Pengobatan pada hipotiroidisme kongenital diberikan seumur hidup.1 Sebagian besar pasien (26,7%) pada penelitian ini diberikan terapi awal dosis tinggi (8-10 µg/kg/hari), dan gejala klinis berkurang sebagian besar (36,7%) dalam 4 minggu setelah terapi awal. Pemberian dosis awal yang tinggi 12-17 mg/kg/ hari, akan meningkatkan kadar T4 dan FT4 sesuai target dalam waktu 3 hari dan kadar TSH kembali normal dalam 2 minggu setelah terapi awal.25 Pada penelitian ini, fungsi tiroid kembali normal pada 10 anak (33,3%) dalam 1-3 bulan setelah terapi awal, dan pada 6 anak (20%) fungsi tiroid kembali normal dalam 1 bulan setelah terapi awal. Sedangkan sisanya baru dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid pada bulan ke-2 atau ke-3 karena masalah biaya. Secara kuantitatif, sebuah studi menunjukkan keterlambatan terapi dapat menurunkan IQ beberapa angka perminggu segera setelah bayi lahir. Keterlam- batan terapi dalam waktu 5-6 bulan berhubungan dengan IQ sekitar 70.27 Demikian pula pada penelitian ini, kebanyakan penderita terlambat mendapat terapi yaitu pada umur 1-5 tahun (53,3%). Dari 8 pasien yang diperiksa perkembangan mentalnya menjelang usia sekolah, ditemukan 5 anak (62,5%) mengalami retardasi mental (IQ <69), dan 2 pasien (25%) mempunyai IQ borderline (IQ 70-79). Hanya 1 pasien (12,5%) mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata (IQ 90-109), hal ini disebabkan karena pasien ini mulai mendapat terapi pada umur 5 bulan. Kesimpulan Sebagian besar penderita (53,3%) terlambat di- diagnosis yaitu pada umur 1-5 tahun. Gejala klinis tersering saat diagnosis adalah perkembangan motorik terlambat (83,3%), konstipasi (73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%), pucat (70%). Ditemukan anemia (66,7%), hiperkoles- terolemia (14,3%), kadar gula darah sewaktu rendah (3,3%), maturasi tulang terlambat (95,5%), agenesis tiroid (11,1%), gangguan pendengaran (22,7%), gangguan sistem neuromuskular (16,7%), kelainan jantung bawaan (16,7%) dan retardasi mental (62,5%). Pada sebagian besar (26,7%) diberikan terapi awal dosis tinggi (8-10 mg/kg/hari). Gejala klinis berkurang (36,7%) dalam 4 minggu dan fungsi tiroid kembali normal (33,3%) dalam 1-3 bulan setelah terapi awal.
  • 6. 84 Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003 Saran Untuk menghindari terjadinya retardasi mental pada penderita hipotiroidisme kongenital, sebaiknya program skrining nasional dilakukan. Monitor laboratorium fungsi tiroid dilakukan setiap bulan setelah awal terapi dan pada setiap perubahan dosis. Pada setiap penderita hipotiroidisme kongenital sebaiknya dilakukan pemeriksaan tambahan BERA, elektromiografi dan tes IQ. Skor hipotiroidisme kongenital masih relevan untuk digunakan pada bayi baru lahir sampai usia kurang dari 3 bulan. Daftar pustaka 1. Di George AM, La Franchi S. Disorders of thyroid. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-15. Philadelphia: Sounders, 1996. h. 1587-605. 2. Bourgeois MJ, Varma Surendra. Congenital hypothyroid- ism. Didapat dari URL:http//www.emedicine.com/ped/ topic 501 htm. Disitasi pada hari Rabu, 18 Juni 2003. 3. Rustama DS. Pilot study skrining hipotiroidisme kongenital di propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Disampaikan pada pertemuan Executive Summary Departemen Kesehatan RI, Jakarta 19 Februari 2003. 4. Sularyo TS, Kadim M. Retardasi mental. Sari Pediatri 2000; 2:170-7. 5. Roberts HE, Moore CA, Fernhoff PM, Brown AL and Khoury MJ. Population study of Congenital Hypothy- roidism and Associated Birth Defects, Atlanta, 1979- 1992. Am J Med Genet 1997; 71:29-32. 6. Fisher DA. Disorders of the thyroid in the newborn and in- fant. Dalam: Sperling MA, penyunting. Pediatric endocri- nology. Edisi ke-2. Philadelphia: Saunders, 2002. h. 161-85. 7. Guyda H. Therapy of congenital hypothyroidism evalu- ation of biochemical parameters. Dalam: Burrow GN, Dussault JH, penyunting. Neonatal thyroid screening. New York: Raven Press, 1980. h. 247. Dsunting dari Dussault JH. Congenital hypothyroidism. Dalam: Ingbar SH, Braverman LE, penyunting. Werner’s the thyroid a fundamental and clinical text. Edisi ke-5. New York: JB Lippincott, 1986. h. 1399-404. 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/SK/ VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak balita. 9. Greulich WW, Pyle SI. The rationale and technique of assessing the development status of children from roent- genograms of the hand and wrist. Dalam: Greulich WW, Pyle SI, penyunting. Radiographic atlas of skeletal de- velopment of the hand and wrist. Stanford: Stanford University Press, 1950. h. 1-34. 10. Behrman RF, Nelson WE, Vaughan VC. Disorder of hearing, speech, and language. Dalam: Behrman RF, Nelson WE, Vaughan VC,penyunting. Nelson textbook of pediatric. Edisi ke-13. Philadelphia: Saunders, 1987. h. 95-101. 11. Enderson WE, Xu L. Endocrin myopathies. Didapat dari URL:http://www.emedicine.com/neuro/topic 125.htm. Disitasi pada hari selasa 17 Juni 2003. 12. Greenspan FS. The thyroid gland. Dalam: Greenspan FS, Strewler GJ, penyunting. Basic and Clinical Endo- crinology. Edisi ke-5. London: Appleton dan Lange, 1997. h. 192-262. 13. Passat J. Kelainan perkembangan. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: IDAI, 1999. h. 104-36. 14. Assin MS. Congenital hypothyroidism. Dalam: Assin MS, Rukman J, Dahlan A, Batubara JRL, penyunting. Masalah penyimpangan pertumbuhan somatik dan perkembangan seksual pada anak. Naskah lengkap PKB Ilmu Kesehatan Anak ke XIII FK-UI; 1986 21-22 Februari; Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1986. 15. Rapaport R. Congenital hypothyroidsm: Expanding the spectrum. J Pediatric 2000; 136:10-2. 16. Soetjiningsih. Kretin. Dalam: IG.N. Gde Ranuh, penyunting. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998. h. 203-10. 17. Dallas Js, Foley TP. Hypothyroidism. Dalam: Lifshitz F, penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-3. New York: Marcel Dekker Inc, 1996. h. 391-9. 18. Griffin JE. The thyroid. Dalam: Griffin JE, Ojeda SR, penyunting.Textbook of endocrine physiology. Edisi ke- 3. New York: Oxford University Press, 1996. h. 260-83. 19. Gotlin RW, Kappy MS, Slover RH. Endocrine disor- ders. Dalam: Hay WW, Groothuis JR, Hayward AR, Levin MJ, penyunting. Current pediatric diagnosis & treatment. Edisi ke-13. New Jersey: Appleton dan Lange, 1997. h. 818-56. 20. Rovet J, Walker W, Bliss B, Buchanan L, Ehrlich R. Longterm sequelae of hearing impairment in congeni- tal hypothyroidism. J Pediatric 1996; 128:776-83. 21. Harner SG. Otolaringology and endocrine disease. Dalam: Becker KL, penyunting. Principles and prac- tice of endocrinology and metabolism. Edisi ke-2. Phila- delphia: Lippincott, 1995. h. 1817-21. 22. Henry G, Sobki SH, Othman JM. Screening for con- genital hypothyroidism. Saudi Med J 2002; 23:529-35. 23. NikenPritaYati,BatubaraJRL,BambangTridjaja,Pulungan AB. Gangguan pendengaran pada hipotiroid kongenital. Dalam: Firmansyah A,Trihono PP , Oswari H, Nurhamzah W, Darmawan BS, penyunting. Abstrak KONIKA XI. Jakarta 1999 4-7 Juli. Jakarta: IDAI Pusat, 1999. 24. Hopwood NJ. Treatment of the infant with congenital hypothyroidism. J Pediatr 2002; 141:752-4. 25. Selva KA, Mandel SH, Rien L, dkk. Initial treatment dose of L-thyroxine in congenital hypothyroidism. J Pediatr 2002; 14:786-92. 26. Bongers-Schokking JJ, Koot HM, Wiersma D, dkk. In- fluence of timing and dose of thyroid hormone replace- ment on development in infants with congenital hypothyroidsm. J Pediatr 2000; 136:292-7. 27. Fisher DA. The importance of early management in op- timizing IQ in infants with congenital hypothyroidism. J Pediatr 2000; 136:273-4.