Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa memiliki kadar glukosa normal sebanyak 24 responden (80%) dan sebanyak 6 responden memiliki kadar glukosa abnormal (20%). Kadar Rerata±SD gula darah responden sebesar 118,6±30,8 mg/dL dan durasi tidur responden sebesar 4,9±0,7 jam/ hari. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dan durasi tidur responden (p>0,05 = 0,71: r = -0,072)
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
1. KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA
REMAJA
,Hafiska Rosa Danti1
, k
Putra Adi Irawan1
1
Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email Penulis Korespondensi(k)
: putraadiirawan45@gmail.com
ABSTRAK
Tidur merupakan proses pemulihan tubuh agar daya tahan tubuh kembali dalam
kondisi normal. Kondisi ini, dilakukan secara alami oleh seluruh makhluk hidup,
terutama manusia. Glukosa adalah komponen sumber energi utama yang
dibutuhkan tubuh dalam proses pembentukan protein yang akan disimpan dalam
jaringan lemak dalam bentuk glikogen. Menurut beberapa peneliti University of
Chichago, akibat kurang tidur dapat meningkatkan hormon stress kortisol sampai
37% yang menghambat kemampuan tubuh menggunakan insulin sebagai pengatur
glukosa. Tujuan penelitian ini adalah kadar glukosa pada mahasiswa berdasarkan
kebiasaan bergadang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik
dengan mengukur kadar glukosa responden dan durasi tidur responden. Responden
sebanyak 30 orang mahasiswa dengan kebiasaan begadang di Poltekkes Kemenkes
Bengkulu. Kadar glukosa ditentukan dengan metode POCT (Point of Care Testing).
Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan aplikasi IBM SPSS Statistics
25. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa memiliki kadar
glukosa normal sebanyak 24 responden (80%) dan sebanyak 6 responden memiliki
kadar glukosa abnormal (20%). Kadar Rerata±SD gula darah responden sebesar
118,6±30,8 mg/dL dan durasi tidur responden sebesar 4,9±0,7 jam/ hari. Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dan durasi tidur
responden (p>0,05 = 0,71: r = -0,072).
Kata Kunci : Glukosa Darah, Remaja, Tidur
ABSTRACT
Sleep is the body's recovery process so that the immune system returns to normal
conditions. This condition is carried out naturally by all living things, especially
humans. Glucose is a component of the main energy source needed by the body in
the process of protein formation which will be stored in fat tissue in the form of
glycogen. According to some University of Chicago researchers, lack of sleep can
increase the stress hormone cortisol by up to 37 percent, which inhibits the body's
ability to use insulin as a glucose regulator. This study aimed to determine glucose
levels in students based on the habit of staying up late. This study uses descriptive-
analytic method by measuring respondents' glucose levels and sleep duration.
Respondents were 30 students who habitually stayed up late at the Bengkulu Health
Ministry Health Polytechnic. Glucose levels were determined by the POCT (Point
of Care Testing) method. Data were analyzed univariately and bivariate with the
application of IBM SPSS Statistics 25. The results showed that almost all students
had normal glucose levels as many as 24 respondents (80%) and as many as 6
2. respondents had abnormal glucose levels (20%). The mean ± SD of respondents'
blood sugar levels was 118.6 ± 30.8 mg/dL and respondents' sleep duration was 4.9
± 0.7 hours/day. There was no significant relationship between blood glucose levels
and the respondent's length of sleep (p>0.05 = 0.71: r = -0.072).
Keywords: Blood Glucose, Students, Sleep
PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar setiap individu harus dipenuhi, baik secara fisiologis maupun
psikis. Salah satu yang menjadi kebutuhan dasar adalah tidur. tidur merupakan
siklus pemulihan tubuh dengan tujuan agar daya tahan tubuh kembali ke keadaan
ideal. Kondisi ini biasanya dilakukan oleh setiap makhluk hidup, terutama manusia.
(Purnamasari et al., 2021)
Tidur dianggap sebagai pendukung utama kesejahteraan dan kemakmuran
manusia secara umum, namun pencapaian istirahat yang sehat masih jauh bagi
beberapa orang. Faktor-faktor yang terkait dengan bisnis, misalnya, rencana kerja,
tanggung jawab, standar, stres, dan terapi sakit relasional sangat disingkirkan
sebagai pendukung populasi kelemahan kronis lainnya (Barnes and Watson, 2019).
Dalam Ensiklopedia Buku Dunia, dikatakan bahwa tidur membangun kembali
energi pada tubuh, terutama ke otak besar dan sistem sensorik (Putri, 2017)
Berdasarkan tinjauan Honestdocs di Indonesia terhadap 2.944 responden,
sebanyak 23% responden memiliki waktu istirahat 6 jam di malam hari. Hal ini
menunjukkan bahwa kekurangan tidur banyak dialami oleh orang dewasa. bagi
orang dewasa waktu tidur yaitu 7-9 per jam setiap malam. Tidur sebaiknya setelah
beraktivitas khusunya saat waktu istirahat malam (Purnamasari et al., 2021)
Mahasiswa adalah orang dewasa muda yang berguna yang akan sering
mengalami kurang tidur. Kurangnya istirahat berhubungan dengan beberapa
perubahan fisiologis dalam tubuh, khususnya peningkatan kadar kortisol,
peningkatan kadar ghrelin, penurunan leptin melingkar dan gangguan pencernaan
glukosa (Purnamasari et al., 2021).
Menurut beberapa ilmuwan University of Chicago, kurang istirahat
meningkatkan tekanan kimiawi kortisol sebesar 37%, yang menghambat
kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin pengontrol glukosa. Selain itu,
kurang istirahat juga dapat meningkatkan zat kimia stres, menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal. Hal inilah yang menyebabkan kerja insulin menjadi
tidak optimal (Raasyidah et al., 2020).
Kurangnya istirahat dapat menyebabkan kemampuan sistem endokrin,
terutama terkait dengan penurunan ketahanan glukosa, resistensi insulin dan
penurunan reaksi insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode
istirahat malam terkait dengan pelepasan beberapa bahan kimia (Demur, 2018).
3. Sesuai penelitian Cumberbatch et al, (2011) dalam kondisi kurang istirahat,
pemanfaatan glukosa (penggunaan glukosa) oleh pikiran akan berkurang, sehingga
terjadi peningkatan kadar glukosa. Konsekuensi dari penelitian ini didukung oleh
Spiegel yang menggunakan inovasi Positron Emission Tomography (PET) untuk
menunjukkan hal ini. Penurunan pencernaan glukosa dalam pikiran ini bisa jadi
karena penurunan kadar leptin saat kurang tidur, yang akan diteliti lebih lanjut.
Selain otak, penggunaan glukosa oleh berbagai bagian tubuh juga menurun
(penggunaan glukosa tepi) dan dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah
(Arieselia, Tasia and Sasmita, 2014)
Kurangnya tidur bagaimanapun, untuk satu malam, dapat memicu perubahan
besar di seluruh tubuh. Otak besar akan mengalami hambatan mental, penurunan
daya ingat, dan perubahan ilmu pengetahuan yang dapat menyebabkan
kesengsaraan. Pankreas terganggu untuk membuat insulin kimia sehingga terjadi
oposisi insulin dan pertaruhan diabetes mellitus tipe 2 meluas (Reza et al., 2019).
Sesuai Spiegel et al (2009) Penurunan respon insulin dapat disebabkan oleh tidur
yang tidak cukup selama 3 hari sekitar 25% (Zaenal Arifin, 2011).
Berdasarkan data survei awal yang dilakukan pada awal Januari 2022
ditemukan sekitar 52% mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Bengkulu memiliki
kebiasaan begadang. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan bermain game,
mengerjakan tugas kuliah, menonton film, dan sebagainya. Dengan kebiasaan
tersebut terdapat sejumlah mahasiswa yang mengalami lesuh dan susah bangun
pagi. Maka berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu studi mengenai
hubungan kebiasaan tersebut dengan kadar glukosa darah.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik, dan data yang
digunakan adalah data primer. Pengukuran kadar glukosa responden dilakukan
secara langsung setelah mengisi lembar persetujuan dan kuisioner. Responden
diambil sebanyak 30 responden secara purposive sampling di Prodi TLM Poltekkes
Kemenkes Bengkulu. Alat ukur kadar glukosa menggunakan POCT (Easy Touch),
data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan analisis univariat dan
korelasi bivariat menggunakan program IBM SPSS Statistic 25.
HASIL
Berikut ini adalah data distribusi frekuensi kadar glukosa pada mahasiswa
dengan kebiasaan begadang pada table 4.1 berikut:
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan korelasi kadar glukosa darahdan durasi tidur responden
4. Variabel
Σ N
(Orang)
Rerata ±SD Min-Max Σ% p-value; r
Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
p>0,05= 0,7;
r = -0,072
1) Normal 24 107,9 ±21,3 80-133 80
2) Abnormal 6 161,3 ±25,7 140-202 20
Total 30 118,6±30,8 80-202 100
Durasi Tidur (Jam/ Hari)
1) 4 10
4,9±0,7 4-6
33,3
2) 5 14 46,7
3) 6 6 20
Total 30 100
Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan hasil penelitian bahwa mahasiswa yang
memliki kebiasaan begadang hampir seluruh pada 24 responden (80%) memiliki
kadar glukosa normal, dan sebagian kecil pada 6 responden (20%) memiliki kadar
glukosa abnormal. Sedangkan rerata durasi tidur responden sebesar 4,9 jam/ hari.
Hasil uji korelasi menunjukan hubungan yang lemah (p>0,05=0,7; r = -0,072)
antara kadar gula darah dan durasi tidur responden. Karakteristik responden
berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdsarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik
Responden
Kadar Gula Darah ΣN
(Orang)
Σ %
Normal Abnormal
Usia
(Tahun)
19 2 - 2 6,7
20 18 6 24 80
21 1 - 1 3,3
22 3 - 3 10
Jenis
Kelamin
Pria 8 1 9 30
Wanita 16 5 21 70
Total 24 6 30 100
Berdasarkan tabel 2 tersebut di atas, diketahui sebesar 80% responden berusia
20 tahun dan sebesar 70% berjenis kelamain wanita.
BAHASAN
Glukosa merupakan bahan bakar utama. Glukosa dibawa dalam plasma ke
seluruh tubuh dan langsung digunakan sebagai sumber energi (Triana and Salim,
5. 2017). Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, hampir seluruh responden
(80%) memiliki kadar glukosa normal, dan sebagian kecil memiliki kadar glukosa
abnormal (20%). Pada sebagian kecil responden (20%) dengan kadar glukosa
abnormal sebagaimana tersebut di atas diketahui memiliki riwayat keluarga
diabetes. Sehingga hal tersebut diduga menjadi menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya abnormalitas metabolisme glukosa pada responden.
Hasil analisis bivaria menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
kadar glukosa darah dengan kebiasaan begadang pada mahasiswa. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Kothari et al., (2021) menemukan bahwa dampak
kurang tidur terhadap metabolisme glukosa masih kurang meyakinkan. Akan
tetapi, ada sejumlah penelitian mengungkap bahwa kualitas tidur berpengaruh
terhadap kontrol gula darah (Beil, 2021; Diabetologia, 2021).
Waktu kurang tidur yang terjadi pada sejumlah responden hanya terjadi
beberapa hari, setelah itu responden kembali tidur yang cukup kemudian keesokan
harinya kurang lagi. Kadar glukosa darah pada remaja normal merupakan gambaran
dari kemampuan sekresi hormon insulin oleh pankreas dan serta metabolisime
glukosa yang stabil dalam tubuh. Hormon insulin mempunyai efek paling besar
pada metabolisme karbohidrat, hormon ini menurunkan kadar glukosa dan
meningkatkan penyimpanan nutrisi (glikogenesis). Peningkatan kadar glukosa
darah akan memicu respon skresi insulin untuk mengkontrol jumlah kadar glukosa
darah (Soundsleephealth, 2017; Beil, 2021; Hopkinsmedicine, 2022)
Ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar
glukosa pada mahasiswa, antara lain peningkatan indeks massa tubuh (IMT),
bertambahnya usia, kebiasaan olahraga, riwayat keluarga DM, gaya hidup dan
interaksi obat. Cara berperilaku dan cara hidup yang berbeda pada remaja dapat
mempengaruhi kualitas istirahat. Kecenderungan untuk makan makanan yang tidak
diinginkan, minum minuman keras, merokok, keluar pada malam hari, duduk di
depan TV terus-menerus, kecenderungan untuk bermain play station sampai larut
malam (Beil, 2021; Danielle Pochecho, 2022).
Beberapa hal tersebut di atas mempengaruhi kualitas istirahat sejumlah
responden. Apalagi kondisi psikologis remaja yang tidak stabil seringkali
6. berdampak pada stres yang juga dapat mempengaruhi kualitas tidur yang dapat
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa pada pelajar ataupun mahasiswa.
Peran kortisol adalah menurunkan kadar insulin dan meningkatkan glukagon.
Insulin berperan dalam membawa glukosa yang beredar dalam darah dengan cara
merangsang sel-sel dalam tubuh, kemudian mengubahnya menjadi energi atau
menyimpannya dalam bentuk glikogen di hati dan otot. Fungsi glukagon adalah
memberikan rangsangan pada sel hati dan sel otot untuk mengubah simpanan
glikogen menjadi glukosa, glukosa dibawa kembali ke pembuluh darah. Penurunan
kadar insulin dan peningkatan kadar glukagon ini adalah penyebab peningkatan
kadar glukosa darah (Beil, 2021).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan riset yang dilakukan dapat disimpulakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dan kebiasaan begadang pada
mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Bnegkulu. Perlu dilakukan telaah lebih jauh
dengan jumlah responden yang besar dan penambahan parameter terkait lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih dihaturkan pada Direktur Poltekkes Kemenkes Bnegkulu, Ketua
Jurusan Analis Kesehatan, dan serta seluruh civitas akademika Poltekkes
Kemenkes Bengkulu yang telah membantu dan berkontribusi dalam penelitian ini
yang tidak bisa disebutkan saru per satu.
RUJUKAN
Arieselia, Z., Tasia, Y. and Sasmita, P. K. (2014) ‘Pengaruh Kurangnya Jumlah
Jam Tidur terhadap Perubahan Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Preklinik
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya’, Damianus Journal of Medicine,
13(2), pp. 128–136. Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=325334&val=7538&tit
le=Pengaruh Kurangnya Jumlah Jam Tidur terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
Barnes, C. M. and Watson, N. F. (2019) ‘Why healthy sleep is good for business’,
Sleep Medicine Reviews, 47, pp. 112–118. doi: 10.1016/j.smrv.2019.07.005.
Beil, L. (2021) ‘How Sleep Affects Your Blood Sugar’, WebMD Medical
Reference. Available at: https://www.webmd.com/diabetes/sleep-affects-
7. blood-sugar.
Danielle Pochecho (2022) ‘Sleep and Blood Glucose Levels Can Sleep Raise or
Lower Glucose Levels ? Why Does Sleep Affect Blood Sugar ?’ Available
at: https://www.sleepfoundation.org/physical-health/sleep-and-blood-
glucose-levels#:~:text=Decreased sleep is a risk,diabetes%2C a blood sugar
disorder.
Demur, D. R. S. N. (2018) ‘Hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah
pada pasien diabetes mellitus tipe II. In Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis’, Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 1(1). Available at:
https://jurnal.upertis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/58/47.
Diabetologia (2021) ‘Poor quality of sleep and falling asleep later are associated
with poorer control of blood sugar after meals’. Available at:
https://diabetologia-journal.org/2021/12/01/poor-quality-of-sleep-and-
falling-asleep-later-are-associated-with-poorer-control-of-blood-sugar-after-
meals/.
Hopkinsmedicine (2022) Health Hypoglycemia : Nocturnal.
Kothari, V. et al. (2021) ‘Sleep interventions and glucose metabolism: systematic
review and meta-analysis’, Sleep Medicine, 78, pp. 24–35. doi:
10.1016/j.sleep.2020.11.035.
Purnamasari, N. D. P. et al. (2021) ‘Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan
Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Di Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana’, Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 9(1), p. 18. doi:
10.24843/mifi.2021.v09.i01.p04.
Putri, I. N. (2017) ‘Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang terhadap Kadar Glukosa
Darah Puasa pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III
Stikes Icme Jombang’, Jurnal Kesehatan ICME, pp. 1–77. Available at:
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id.
Raasyidah, F. et al. (2020) ‘Gambaran Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Penjual
Nasi Goreng Di Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu Tahun 2020’,
Journal of Nursing and Public Health, 8(2), pp. 46–52. doi:
10.37676/jnph.v8i2.1185.
Reza, R. R. et al. (2019) ‘Fungsi Tidur dalam Manajemen Kesehatan’, Majority,
8(2), pp. 247–253.
Soundsleephealth (2017) ‘Lack of Sleep and Its Effect on Blood Sugar Levels How
the Body Regulates Blood Sugar Levels Connection between Sleep
Deprivation and Blood Sugar Levels Poor Sleep is Associated with Poor
Blood Glucose Control’. Available at: https://www-soundsleephealth-
com.translate.goog/lack-of-sleep-and-its-effect-on-blood-sugar-
levels/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=op,sc.
Triana, L. and Salim, M. (2017) ‘Perbedaan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post
Prandial’, Jurnal Laboratorium Khatulistiwa, 1(1), p. 51. doi:
10.30602/jlk.v1i1.97.
Zaenal Arifin (2011) ‘Hubungan, Analisis Tidur, Kualitas Kadar, Dengan Rumah,
D I Umum, Sakit Barat, Nusa Tenggara Keperawatan, Fakultas Ilmu Studi,
Program Ilmu, Magister Keperawatan, Peminatan Bedah, Medikal’.