SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 H ayat 1
mengamanatkan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan “.
 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa:
“Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak”
Amanat tersebut menegaskan bahwa rumah merupakan hak setiap orang untuk dapat
meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.
Amanat RPJPN 2005-2025 (UU N0 17 Tahun 2007) :
 Tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat dan
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, adalah melakukan penguatan
swadaya masyarakat dlm pembangunan rumah melalui pemberian fasilitas kredit
mikro perumahan, fasilitasi untuk pemberdayaan masyarakat, dan bantuan teknis
kepada kelompok masyarakat yang berswadaya dalam pembangunan rumah.
 Dengan demikian, penyediaan perumahan dapat diselenggarakan dengan tidak
hanya mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat, melainkan juga
melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. 2
Rumah swadaya adalah penyediaan rumah yang
diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat,
baik secara sendiri maupun berkelompok.
UU Nomor 1 Tahun 2011 pasal 21 ayat (4)
Swadaya = dengan kekuatan sendiri
Prakarsa terkait inisiatif, pengambilan keputusan sendiri
Upaya = effort (usaha) – terutama untuk mengakses sumberdaya
yang diperlukan dalam pembangunan rumah misalnya
tanah, biaya dan tenaga kerja.
3
1.Rumah sebagai kata kerja
(perumahan sebagai proses perlu input yang baik
dan bisa dilaksanakan secara bertahap)
2.Dibangun secara individual maupun berkelompok
3.Di bawah kendali pemakai
(prakarasa dan pengambilan keputusan adalah
masyarakat, untuk kelompok dilakukan secara
musyawarah)
4.Rumah merupakan simbol status
(rumah bukan komoditi, namun ada grey area
untuk rumah sewa yang dikelola masyarakat)
4
5
Cara Memperoleh Rumah dan Kegiatan Rumah Swadaya [1]
Sumber: “The Market for Shelter in Indonesian Cities”, Struyk, Hoffman & Katsura, 1991 - diola
Cara Memperoleh Rumah dan Kegiatan Rumah Swadaya [2]
KEGIATAN RUMAH SWADAYA
 Membeli rumah baru (dari
perorangan)
 Membeli rumah bukan baru
 Membangun rumah sendiri
 Memperbaiki rumah
 Memperluas rumah
 Menyewa rumah
 Meningkatkan kualitas
lingkungan perumahan
 Mengelola rumah /perumahan
Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman, 2007
CARA MEMPEROLEH RUMAH Kota Desa Nasional
Membeli dari pengembang 7,48 0,39 3,01
Membeli melalui koperasi 0,49 0,18 0,30
Membeli baru dari perorangan 4,27 1,42 2,47
Membeli bukan baru 9,37 4,76 6,47
Membangun sendiri 56,82 73,09 67,08
Membangun dg pinjaman perorangan 1,57 2,02 1,86
Membangun dg pinjaman bank/koprs 1,56 0,67 1,00
Lainnya 18,42 17,46 17,82
6
Perkembangan Kebijakan Perumahan Swadaya s/d 2014
Kurun Waktu Pembangunan Perumahan Penanganan Permukiman
Pra-Kemerdekaan 1. Perumahan rakyat
(volkswoningen)
2. Perumahan PNS (Burgelijke
Woning Regeling)
1. Program Kampoong Verbetering (perbaikan kampung) yang
berisi perbaikan jalan-jalan, gang-gang, selokan, dan fasilitas
MCK
PJP I
1966-1992
1. Beberapa kelompok melaksanakan
pembangunan perumahan secara
swadaya
2. Perumahan kooperatif
3. Program P2BPK
1. Program MHT-Urban I, II (Jakarta) dan
Program WRS-Urban II (Surabaya)
2. KIP (Kampung Improvement Program) Urban III,IV,V
3. KIP Plus
4. P2LPK (P3KT, IKIDP, P2LDT, KTP2D)
1992-1998 1. Pembentukan AKPPI & ASPEK
untuk mendukung P2BPK
1. KIP Komprehensif
1998-2005 1.Program CoBILD
2. Program Perumahan Swadaya
1. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL)
2. NUSSP (Neighborhood Unit Small Shelter Program)
2005-2010 1. BSP2S: a.Peningkatan Kualitas (PK); b.Pembangunan Baru (PB); c.Prasarana, Sarana, Utilitas-umum (PSU)
2. Rehabilitasi RTLH PNPM Mandiri Perkotaan.
3. KPRS Mikro: Kredit Perbaikan Rumah Swadaya – Mikro
7
UU No 1 Tahun 2011
Pasal 21
(7) Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari Pemerintah
dan/ atau pemerintah daerah.
Pasal 121
(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus melakukan upaya pengembangan
sistem pembiayaan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
(2) Pengembangan sistem pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. lembaga pembiayaan;
b. pengerahan dan pemupukan dana;
c. pemanfaatan sumber biaya; dan
d. kemudahan atau bantuan pembiayaan.
Kemudahan : keringanan dalam uang muka dan/atau; suku bunga; dan/
atau jangka waktu pengembalian (pulih biaya).
Bantuan Pembiayaan : stimulan dana hibah APBN (tidak pulih biaya)
Sistem Pembiayaan [1]
8
Kelompk
Sasaran Jenis Penyediaan
Bantuan Pendanaan & Pembiayaan Perumahan
Keterangan
Sisi Permintaan Sisi Pasokan
≤ 500.000  Swadaya
 Rumah Sewa
 Rumah Sosial
 Rumah Milik
Pemberdayaan Ekonomi
 Rusunawa Non Recovery
 Kredit Mikro untuk Usaha
 Kredit Mikro Perumahan
 BLM
 Asuransi/Kredit
 Insentif Fiskal
 Perijinan, SHAT, IMB *
 PSU
 Peningkatan Kualitas
Lingkungan
 Subsidi OM
 Insentif Fiskal
 Pengem-
bangan
Usaha/
Usaha
Ekonomi
Rakyat
 Program
Pengen-
tasan Kemis-
kinan
≥ 500.000
≤ 1.000.000
UMR
Rumah Milik
 Formal
 Swadaya
Rusunawa
 Tidak Pulih Biaya
 KPR Rumah Tapak
 Sewa Beli *
 Kredit Mikro Perumahan
 BLM
 Asuransi/Penjualan Kredit
 Insentif Fiskal
Perijinan, SHAT, IMB *
 Kredit Konstruksi *
 PSU
 Peningkatan Kualitas
Lingkungan
 Subsidi OM
 Insentif Fiskal *
≥ 1.000.000
≤ 1.700.000
UMR
Rumah Milik
 Formal
 Swadaya
Rusunawa
 Tidak Pulih Biaya
 Rusunami
 KPR Rumah Tapak
 KPR Sarusun
 Sewa Beli *
 Kredit Mikro Perumahan
 BLM
 Asuransi/Penjualan Kredit
 Insentif Fiskal
Perijinan, SHAT, IMB *
 Kredit Konstruksi *
 PSU Terbatas
 Peningkatan Kualitas
Lingkungan
 Subsidi OM
 Insentif Fiskal *
≥ 1.700.000
≤ 2.500.000
UMR
Rumah Milik
 Formal
 Swadaya
Rusunawa
 Tidak Pulih Biaya
 Rusunami
 KPR Rumah Tapak
 KPR Sarusun
 Sewa Beli *
 Kredit Mikro Perumahan
 BLM
 Asuransi/Penjualan Kredit
 Insentif Fiskal
Perijinan, SHAT, IMB *
 Kredit Konstruksi *
 PSU
 Peningkatan Kualitas
Lingkungan
 Subsidi OM
 Insentif Fiskal *
Khusus
Rusunami
Pendapatan
s/d
Rp.4,5 Juta
per bulan
Kebijakan Bantuan Pendanaan & Pembiayaan Perumahan
bagi MBR dan MBM
9
Sumber: Deputi Pembiayaan, Kemenpera, Tahun 2009
Alur Kebijakan dalam Fasilitasi Pembangunan Perumahan Swadaya
PROGRAM
PEMBANGUNAN
PERUMAHAN
NASIONAL
KEBIJAKAN
PEMBINAAN
TEKNIS
PEMBANGUNAN
PERUMAHAN
SWADAYA
KEBIJAKAN
PENYALURAN
PEMBIAYAAN
PERMENPERA
KPRS MIKRO
PERBAIKAN TOTAL
RUMAH
PENINGKATAN
KUALITAS RUMAH
PERMENPERA
STIMULAN PS
JUKNIS PERBAIKAN
TOTAL RUMAH
JUKNIS
PENINGKATAN
KUALITAS RUMAH
JUKNIS
PENYELENGGARAAN
KPRS MIKRO
JUKNIS
STIMULAN PS
LEAFLET, BOOKLET, BROSUR
PERBAIKAN TOTAL RUMAH
LEAFLET, BOOKLET, BROSUR
PENINGKATAN
KUALITAS RUMAH
LEAFLET, BOOKLET,
BROSUR KPRS MIKRO
LEAFLET, BOOKLET,
BROSUR STIMULAN PS
PANDUAN TEKNIS
PENYELENGGARA
PANDUAN PRAKTIS
MASYARAKAT
PSU
PERUM.SWADAYA
JUKNIS PSU
PERUM.SWADAYA
LEAFLET, BOOKLET, BROSUR
PSU PERUMAHAN SWADAYA
PENGHUNIAN &
PEMANFAATAN
JUKNIS PENGHUNIAN
& PEMANFAATAN
LEAFLET, BROSUR PENGHU -
NIAN & PEMANFAATAN
PEMBERDAYAAN
MASY DALAM PS
JUKNIS
PEMBERDAYAAN
LEAFLET, BROSUR
PEMBERDAYAAN MASY.
PRA &PASCA SHAT
PERUM.SWADAYA
JUKNIS PRA &PASCA
SHAT PERUMAHAN
SWADAYA
LEAFLET, BOOKLET, BROSUR
PRA &PASCA SHAT
PERUMAHAN SWADAYA
KEBIJAKAN
10
Periode Pra Kemerdekaan
 Tahun 1926 Pemerintah Hindia Belanda memprakarsai pendirian
Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat (N.V Volkshuisvesting)
di 13 kotapraja dan kabupaten dan dilakukan kegiatan penyuluhan
perumahan rakyat dan perbaikan kampong (kampong verbetering)
dalam rangka penanggulangan penyakit pes (pest bestrijding).
 Tahun 1934 diterbitkan Peraturan Perumahan Pegawai Negeri Sipil
(Burgelijke Woning Regeling/ BWR)
12
Periode 1945 – 1956
 25 Agustus – 30 Agustus 1950 Kongres Perumahan Rakyat Sehat di
Bandung, dihadiri peserta dari 63 kotapraja/ kabupaten, 4 provinsi.
 22 Maret 1951 terbit Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga tentang Pembentukan Badan Pembantu Perumahan Rakyat.
 25 April 1952 terbit Keputusan Presiden No. 65 Tahun 1952 Tentang
Pembentukan Jawatan Perumahan Rakyat di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Tenaga.
 Tahun 1953 melalui Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1953,
Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian urusan mengenai Pekerjaan
Umum kepada Pemerintah Provinsi.
 1 Maret 1955 dibentuk Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
(LPMB) di Bandung yang juga menjalankan fungsi sebagai United
Nation Regional Housing Centre untuk kawasan Asia Tenggara.
13
 Tahun 1957 diterbitkan Undang-undang No. 72 Tahun 1957 yang
mengatur penyelenggaraan penjualan rumah negeri golongan III
kepada Pegawai Negeri.
 Tahun 1958 diterbitkan Undang-undang No. 3 Tahun 1958 yang
mengatur penghunian rumah melalui Surat Izin Penghunian oleh
Kantor Urusan Perumahan
 Tahun 1960 Dewan Perancang Nasional menyusun Rancangan Dasar
Undang-undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahun
1961-1969, yang antara lain memasukan pemikiran Bank
Perumahan.
 Tahun 1961 dibentuk 200 Yayasan Kas Pembangunan (YKP) yang
membangun dan menyewabelikan rumah lebih rendah dari pada
harga pasaran kepada anggota penabung selama 20 tahun, dengan
jumlah rumah terbangun dalam kurun waktu sepuluh tahun
sebanyak 12.640 unit.
Periode 1956 – 1966 [1]
14
 Tahun 1962 diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 6 Tahun 1962 yang mengatur kebebasan membangun
rumah dan menetapkan penggunaannya untuk ditempati sendiri,
disewakan atau dijual.
 Tahun 1963 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1963
yang menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
menyediakan pola bantuan berupa contoh rumah dan diterbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1963 yang mengatur tentang
hubungan dan hak sewa menyewa, harga sewa dan penyelesaian
sengketa serta diterbitkan Keputusan Presiden No. 237 Tahun 1963
tentang Badan Perancang Perumahan.
 Tahun 1964 disahkan Undang-undang No. 1 Tahun 1964 Tentang
Pokok Perumahan
Periode 1956 – 1966 [2]
15
 Dalam Pelita I perumahan rakyat menjadi salah satu sektor dikenal
dengan nama sektor “O/Papan”, dari 17 sektor pengendalian
operasional pembangunan lima tahun dan diketuai oleh Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dengan anggota 10 Menteri
ditambah Gubernur Bank Indonesia dan Ketua LIPI.
 Tahun 1970 dibentuk 4 Building Information Centre (BIC) di Jakarta,
Bandung, Yogyakarta dan Denpasar.
 6 Mei 1972 Lokakarya Nasional Kebijaksanaan Perumahan dan
Pembiayaan Pembangunan dibuka presiden RI di Bina Graha Jakarta.
 Tahun 1972 dibentuk asosiasi Real Estat Indonesia (REI). Dalam
periode ini diperkenalkan Program P 1000 yang merupakan ujicoba
pembangunan rumah sebesar 1000 unit di Jakarta, Karawang,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jember.
Periode 1966 – 1974
16
 Tahun 1974 dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN)
melalui Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1974.
 Tahun 1974 dibentuk Perum Perumnas melalui Peraturan Pemerintah
No. 29 Tahun 1974.
 Tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan, BTN
ditugaskan sebagai Bank yang memberikan Kredit Pemilikan Rumah.
 Tahun 1976 UN Habitat menghasilkan Vancouver Declaration.
Dalam periode ini dilakukan perluasan Building Information Centre (BIC)
di seluruh provinsi dan diperkenalkan 3 program pokok meliputi 2
program di perkotaan, yaitu pembangunan 73.000 unit rumah
sederhana dan Perintisan Perbaikan Kampung (KIP), dan uji coba Site &
Services serta 1 program di perdesaaan, yaitu bimbingan teknis dan
stimulan bagi 1.000 desa melalui Perintisan Pemugaran Perumahan
Desa (P3D).
Periode 1974 – 1979
17
 Tahun 1979 dibentuk Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat.
 Tahun 1981 dibentuk PT. Papan Sejahtera. .
Dalam periode ini target pembangunan rumah sederhana ditetapkan
150.000 unit, KIP di 200 kota, P3D di 6.000 desa, dan pengadaan air
bersih dan sanitasi lingkungan di 500 Ibukota Kecamatan.
Periode 1979 – 1984
18
 Tahun 1984 dibentuk Menteri Negara Perumahan Rakyat.
 Tahun 1985 terbit Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang
Rumah Susun.
 Tahun 1987 ditetapkan PBB sebagai Tahun Papan Sedunia dan
memperkenalkan Global Shelter Strategy (GSS 2000) yang menitik
beratkan Enabling Strategy dalam pembangunan perumahan.
Dalam periode ini terdapat 4 program di perkotaan dan 2 program di
perdesaaan, yaitu Pembangunan Perumahan Sederhana dengan
target sebesar 280.000 unit, P3KT, KIP di 400 kota, Market
Infrastructure Improvement Programme (MIIP) di 100 kota dan
peremajaan kota seluas 100 Ha, Pembangunan Perumahan Pusat
Desa Pertumbuhan (P2DPP) serta Pembangunan Perumahan dan
Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT) di 10.000 desa.
Periode 1984 – 1989
19
 Tahun 1990 diterbitkan Instruksi Presiden No. 5 tahun 1990 yang berisi ketentuan
mengenai Peremajaan Kota di Atas Tanah Negara.
 Tahun 1992 diterbitkan UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
 Tahun 1992 diselenggarakan Lokakarya Nasional Perumahan dan Permukiman di
Jakarta dan pencanangan Gerakan Nasional Perumahan dan Permukiman Sehat
(GNPPS).
 Tahun 1993 BAPERTARUM-PNS didirikan berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor
14 Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994.
 Tahun 1994 dibentuk Badan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N) melalui Keputusan Presiden No. 37
Tahun 1994. Dalam periode ini ditargetkan pembangunan 450.000 rumah
sederhana, penanganan terpadu untuk KIP di 400 kota, MIIP di 100 kota,
peremajaan kota seluas 1.450 Ha, P2LDT di 20.000 desa dan P2DPP di 1.000 desa.
Periode 1989 – 1994
20
 Dalam periode ini ditargetkan pembangunan 500.000 unit Rumah
Inti, Rumah Sangat Sederhana dan Rumah Sederhana, perbaikan
kawasan kumuh di 125 kota seluas 21.250 Ha, peremajaan kawasan
kumuh seluas 750 Ha, penyediaan prasarana dan sarana perdesaan
di 21.000 kawasan dengan konsep Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D), pembangunan prasarana air limbah
di 9 kota metropolitan dan kota besar, 200 kota sedang dan kecil
serta 20.000 desa yang melayani 13 juta penduduk perkotaan dan 4
juta penduduk perdesaan, peningkatan pengelolaan persampahan
dan penanganan drainase di 20 kota metropolitan dan kota besar
serta 200 kota sedang dan kecil.
 Tahun 1998 Menteri Negara Perumahan Rakyat diubah menjadi
Menteri Negara Perumahan dan Permukiman.
Periode 1994 – 1999
21
 Tahun 1999 Menteri Negara Perumahan dan Permukiman dgn Departemen
Pekerjaan Umum dilebur menjadi Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah, dan Menteri Negara Pekerjaan Umum dimana
penanganan perumahan dan permukiman oleh Ditjen Pengembangan
Permukiman serta Ditjen Perkotaan dan Perdesaan, dan didasarkan
Kepmen Permukiman & Pengembangan Wilayah No : 03/KPTS/M/XII/1999
tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah, untuk pertama kalinya dibentuk DIREKTORAT
PERUMAHAN SWADAYA di Ditjen Pengembangan Permukiman.
 Tahun 2002 Departemen Permukiman & Pengembangan Wilayah diubah
menjadi Departemen Permukiman & Prasarana Wilayah. Ditjen Pengem-
bangan Permukiman diubah menjadi Ditjen Perumahan dan Permukiman.
 Tahun 2002 diperkenalkan Rumah Sederhana Sehat sebagai pengganti
Rumah Sangat Sederhana dan Rumah Sederhana.
 Tahun 2002 Presiden Megawati Sukarnoputri mencanangkan Gerakan
Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GNPSR) di Denpasar Bali dalam
rangka peringatan Hari Habitat Dunia
Periode 1999 – 2004
22
 Tahun 2004 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional.
 Dibentuk Kementerian Negara Perumahan Rakyat melalui PerPres no 9 Tahun
2005, dengan DEPUTI BIDANG PERUMAHAN SWADAYA sebagai peningkatan status
dari Direktorat Perumahan Swadaya pada tahun 1999.
 Tahun 2005 dibentuk PT. Sarana Multigriya Finance (SMF). Dalam periode ini
dicantumkan target-target pembangunan perumahan dengan rincian rumah seder-
hana sehat sebesar 1.350.000 unit, rumah susun sederhana sewa sebesar 60.000
unit dan rumah susun sederhana milik dengan peran swasta sebesar 25.000 unit.
 Desember 2006 diterbitkan Keppres Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Tim Koordinasi
Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan.
 Tanggal 5 April 2007 Pemancangan Pertama Pembangunan Rusunami oleh
Presiden RI di Pulo Gebang Jakarta.
 Tahun 2007 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang
menyatakan Rusunami sebagai barang strategis, dan dibebaskan dari PPN.
 Tahun 2008 diterbitkan UU Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
dimana Kementerian Negara Perumahan Rakyat diubah menjadi Kementerian
Perumahan Rakyat.
Periode 2004 – 2009
23
 Tahun 2011 terbit UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan &
Kawasan Permukiman.
 Tahun 2011 terbit UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.
 Tahun 2014 terbit PP Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, sebagai
peraturan pelaksanaan baik UU Nomor 1 maupun UU No 20 Tahun 2014
 Tahun 2014 terbit UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
 Tahun 2014 terbit PP Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksa-
naan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
 Tahun 2015 Terbit PerPres Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, di mana penanganan
perumahan swadaya dilaksanakan oleh DIREKTORAT RUMAH
SWADAYA, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan.
Periode 2009 – 2019
24
Program Perbaikan Kampung (KIP)
Dalam rangka intensifikasi penanganan dan menggalang dukungan pembiayaan dari luar
negeri, pemerintah Orde Baru mengembangkan program penanganan lingkungan
permukiman kumuh versi Program Perbaikan Kampung (Kampung Improvement
Program /KIP). Program ini mendapat pinjaman dari Bank Dunia dalam satu paket.
Pemangku kepentingan yang terlibat adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah,
mitra swasta, dan dukungan pinjaman dari lembaga internasional (Bank Dunia, dll).
Beberapa contoh pelaksanaan program KIP ini bisa ditemui pada Sombo (Surabaya),
Bandarharjo (Semarang), dan kawasan 12 Ulu (Palembang). Komponennya meliputi:
perbaikan jalan kendaraan dan saluran air, perbaikan jalan orang, rehabilitasi dan
pembuatan selokan kampung, pengadaan tempat-tempat pembuangan dan gerobak
sampah, penyediaan air bersih melalui kran-kran umum, pembuatan fasilitas MCK,
pembangunan Puskesmas, pembangunan gedung sekolah dasar.
Selain KIP yang lebih banyak dilakukan di kota besar, pemerintah juga melaksanakan
program serupa dengan dana pemerintah sendiri untuk kota kecil yang disebut
Program Perbaikan Lingkungan Permukiman Kota (P2LPK) yang komponennya hanya:
perbaikan jalan kendaraan dan saluran air, perbaikan jalan orang, rehabilitasi dan
pembuatan selokan kampung, pembuatan fasilitas MCK. 26
KIP mengalami beberapa penyempurnaan, namun tetap pada titik berat
programnya yaitu pengembangan prasarana dan sarana dasar lingkungan,
diantaranya adalah KIP Komprehensif. Implementasi program KIP Komprehensif
yang dikenal dalam 4 tahun terakhir di Kota Surabaya. Di kota ini program KIP
Komprehensif terus dilanjutkan pemerintah kota setempat dengan dukungan APBD
tahun 2001 dan 2002 setelah sebelumnya pendanaan diberikan oleh Bank Dunia
tahun 1998 - 2000.
Hal yang membedakan antara KIP Komprehensif dengan KIP sebelumnya adalah
dimunculkannya kembali komponen pelibatan dan pemberdayaan masyarakat
secara individu dan kelembagaan dalam satu paket program penanganan.
Keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal pemberdayaan
ekonomi melalui kegiatan pengelolaan stimulasi dana bergulir dari pemerintah
yang ternyata mampu merangsang munculnya dana swadaya warga masyarakat.
27
KIP Komprehensif
Pada tahun 2001 bersamaan dengan kebijakan global mewujudkan "Cities Without
Slum", dicanangkan Genta Kumuh oleh Wakil Presiden RI pada puncak peringatan hari
Habitat Dunia di Surabaya. Peluncuran program peningkatan kualitas lingkungan (PKL)
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen
Kimpraswil. Program ini bisa dikatakan sebagai transformasi KIP model terbaru yang
substansi dan implementasinya sama dengan KIP Komprehensif. Program ini sampai
dengan tahun 2002 sepenuhnya dibiayai dari APBN.
Komponen program PKL meliputi pendampingan masyarakat, bantuan prasarana
lingkungan dan stimulasi peningkatan ekonomi melalui dana bergulir.
Pendampingan masyarakat dilakukan untuk menghasilkan keluaran kelembagaan
masyarakat dan Community Action Plan (CAP). Bantuan prasarana lingkungan
dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi prasarana dan sarana lingkungan
permukiman. Stimulasi peningkatan ekonomi termasuk dana bergulir diharapkan
mampu merangsang warga masyarakat meningkatkan pendapatannya, menyertakan
dana/menabung, dan mengalokasikan dana untuk perbaikan dan pemeliharaan
prasarana dan sarana.
28
Program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) [1]
 Pada tahun 2001 program PKL berada dalam masa uji coba yang dilaksanakan di 38
kota yang terdapat di 30 propinsi (sesudah terjadi pemekaran). Dan pada tahun
2002 program serupa dilaksanakan di 120 kota di 30 propinsi, sehingga sampai
dengan tahun 2002 program PKL sudah dilaksanakan di 158 kota.
 Sejalan dengan pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999, komponen bantuan teknik
diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah agar mampu
mengelola hasil-hasil program mengacu pada kondisi daerah yang diharapkan
Genta Kumuh.
Program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) [2]
29
 P2KP adalah sebuah program yang dirancang pemerintah dengan dukungan Bank
Dunia untuk menanggulangi kemiskinan di perkotaan sebagai akibat krisis ekonomi
dan moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997.
 Program ini menggunakan skema Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang
menjadi kelompok sasaran (target group).
 Konsep penting dari P2KP adalah pelaksanaan serta pengelolaan program di
lapangan tidak diserahkan kepada birokrasi pemerintahan tetapi kepada
masyarakat. Fungsi birokrasi lebih kepada memfasilitasi agar terjadi situasi yang
kondusif sehingga seluruh potensi masyarakat dapat berpartisipasi aktif mengelola
program ini secara maksimal guna mengatasi kemiskinannya.
 Program ini memang tidak terkait secara langsung dengan penanganan lingkungan
permukiman kumuh. Namun ada dua hal yang terkait secara tidak langsung yaitu
kelompok sasaran program yang hampir semuanya adalah masyarakat yang tinggal
dan menghuni lingkungan permukiman kumuh. Warga masyarakat dapat
mengusulkan perbaikan dan pemeliharaan prasarana & sarana dasar permukiman
dimana mereka tinggal sebagai proyek-proyek yang diusulkan untuk dibiayai. 30
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) [1]
 Kesempatan tersebut berarti menyelesaikan dua masalah sekaligus yaitu
menyediakan lapangan kerja dan memperbaiki lingkungan permukiman kumuh.
Program ini menghasilkan kelembagaan BKM dan UPK di tingkat masyarakat serta
pengelolaan dana bergulir. .
Di tingkat kota/kabupaten, dibentuk Forum BKM sebagai wadah bagi komunikasi,
integrasi, dan kerjasama. .
 Progress P2KP tahap I (tahun 2000-2001) telah dilaksanakan di 1.298 kelurahan dan
didukung oleh dana GoI dan BLN sebesar 562 Milyar lebih, dan mengenai sasaran
penerima manfaat sejumlah 141.450 KK keluarga Pra KS. .
Masing-masing kelurahan tersebut membentuk Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Proposal yang diajukan oleh
KSM tersebut tercatat sebanyak 56.000 proposal yang meliputi bidang ekonomi,
prasarana dan pelatihan (SDM). Dalam perkembangannya, proposal yang dinilai
layak adalah sebanayak 53.929 dan yang telah dicairkan dananya sebanyak 47.959
proposal.
31
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) [2]
•Kriteria : KK miskin dengan rumah tidak layak huni berdasar Pemetaan
Swadaya (PS) tercantum dalam PJM Pronangkis
•Proses melalui pemberdayaan masyarakat :
- berdasarkan Rencana Tahunan, BKM & UP-UP mengadakan rapat
penetapan prioritas kegiatan yang hasilnya dituangkan dalam
Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan (BAPPUK);
- usulan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)/Panitia;
- pendampingan oleh Fasilitator.
•Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat (BKM/UPL).
•Dilaksanakan secara swakelola.
•Penyaluran BLM dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu (30%-60%-10%) dari
nilai proposal yang disetujui.
Rehabilitasi RTLH 249.654 Unit Rp 1,049 T periode 2007-2014
32
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) [3]
Sumber: PMU P2KP, 2015
 P2LDT adalah penyempurnaan dari P3D.
P2LDT ditujukan untuk perdesaan yang relatif cepat perkembangannya yang
bertumpu pada peningkatan partisipasi masyarakat melalui asas TriBina.
 Bagi desa-desa potensial dikembangkan Pembangunan Permukiman Desa Pusat
Pertumbuhan (P2DPP).
P2DPP merupakan pembangunan skala lokal -- satu DPP -- tanpa memperhitungkan
hinterland-nya, sehingga desa hinterland-nya lambat perkembangannya.
 KTP2D merupakan pengembangan dan penyempurnaan P2DPP.
Ditekankan pada bidang perumahan dan merupakan pendekatan pembangunan
kawasan perdesaan secara menyeluruh dan lintas sektoral pada kawasan Agro
Bisnis, Agro Wisata, Agro Industri dan Pusat Jasa Lokal.
Secara umum komponennya tidak berbeda jauh dengan program KIP karena kesamaan
tujuan dan sasaran program yaitu perbaikan dan pembangunan prasarana-sarana,
perbaikan/pemugaran rumah di perdesaan ( 1 desa memperoleh stimulan 30 unit
rumah dari Dep. PU, 20 unit rumah dari Dep. Dalam Negeri, 10 unit rehab total
rumah dari Dep. Sosial), peningkatan kualitas lingkungan permukiman secara umum.
33
Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa
Terpadu (P2LDT) [1]
TAHUN
ANGGARAN
RENCANA PELITA V P2LDT REALISASI PELITA V P2LDT KELEBIHAN
PEROLEHAN
SASARAN
JUMLAH
DESA
JUMLAH RUMAH
(15 unit/desa)
JUMLAH DESA JUMLAH RUMAH
(15 unit/desa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3)
1989 – 1990 2.900 43.500 3.365 50.475 + 6.975
1990 - 1991 4.000 60.000 4.066 60.990 + 990
1991 – 1992 4.500 67.500 4.099 61.485 - 6.015
1992 – 1993 4.500 67.500 6.752 101.280 +33.780
1983 – 1994 4.100 61.500 4.786 71.790 +10.290
TOTAL 20.000 300.000 23.068 346.020 + 46.020
Catatan : Realisasi 15 rumah terpugar / desa / tahun
 didasarkan data empiris (swadaya masyarakat)
 termasuk yang terpugar melalui perintisan + perantaian + peniruan
Data olahan per 15 Juni 1993
Keterangan :
1. Rumah perintisan : dengan bantuan dana stimulan Pemerintah Rp. 200.000/rumah + swadaya senilai yang sama
Rata-rata diberikan kepada 12 rumah/desa/tahun
2. Rumah perantaian: perputaran bantuan dana stimulan dari rumah binaan yang pertama kepada rumah binaan
yang kedua, ketiga dan seterusnyabrata-rata terpugar 1 rumah/desa/tahun
3. Rumah peniruan : rumah lain meniru pola perintisan namun dengan swadaya dan swadaya murni (100%), rata-
rata terpugar 2 rumah/desa/tahun
Sumber : Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat, 1993 34
Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa
Terpadu (P2LDT) [2]
• Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah (MBR)
• Rumah tidak layak
huni
• Lingkungan kumuh
• Peran serta masyarakat.
• Penguatan kelompok swadaya masyarakat.
• Pelaksanaan swadaya masyarakat.
• Stimulan pada kelompok masyarakat.
PNPM PERUMAHAN PERMUKIMAN
• Kriteria : MBR dengan rumah tidak layak huni.
• Proses melalui pemberdayaan masyarakat :
- musyawarah;
- usulan dari kelompok masyarakat;
- pendampingan / fasilitator.
• Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat.
• Dilaksanakan secara swakelola.
• Penyaluran BLM melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
• Stimulan perbaikan / pembangunan baru rumah tdk
mengelompok, Prasarana Sarana Utilitas umum (PSU)
bersyarat mengelompok.
BSP2S: PB 1.600 Unit PK 10.607 Unit periode 2006-8
• Kriteria : MBR serta kawasan tidak layak huni/kumuh.
• Proses melalui pemberdayaan masyarakat :
- musyawarah;
- usulan dari masyarakat dalam bentuk Rencana
Tindak Komunitas (RTK);
- pendampingan.
• Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat.
• Dilaksanakan secara swakelola.
• Penyaluran BLM melalui pokmas.
• Stimulan perbaikan rumah & PSU dalam satuan kawasan
(mengelompok).
PKP: PB 4.000 Unit PK 28.925 Unit periode 2009-10
• Masy. dpt menghuni
rumah yang layak.
• Lingk. yang sehat,
aman, serasi &
teratur
•  Angka kemiskinan
•  Luasan kawasan
kumuh
• Partisipatif.
• Penguatan Kelembagaan.
• Pelaksanaan secara swakelola.
• Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).
Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya
(BSP2S) dan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP)
Permen No. 8 Th 2006 Permen No. 1 Th 2009
Permen No. 5Th 2009
35
Capaian Kinerja Deputi Bidang Perumahan Swadaya
Tahun 2005 - 2009
PROGRAM / KEGIATAN SATUAN
RPJMN 2005-
2009
REALISASI 2005 - 2009
2005 2006 2007 2008 2009
Perumahan Swadaya (a+b) Unit 3.550 3.880 4.867 10.925
a.. Pembangunan Baru Perumahan
Swadaya
Unit 960 540 100 2.000
b. Peningkatan Kualitas Perumahan
Swadaya
Unit 2.590 3.340 4.767 8.925
c. Fasilitasi Pembangunan PSU
Perumahan Swadaya
Unit - 4.950 8.925
d. Fasilitasi Pra-Sertifikasi dan
Pendampingan Pasca-Sertifikasi
Bidang
36
Permen No 14 Tahun 2011
• Kriteria : MBR dengan rumah tidak layak huni.
• Proses melalui pemberdayaan masyarakat :
- musyawarah;
- usulan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM);
- pendampingan / fasilitator.
• Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat .
• Dilaksanakan secara swakelola.
• Penyaluran BLM melalui UPK/BKM
• Stimulan peningkatan kualitas / perbaikan total rumah tidak
mengelompok, Prasarana Sarana Utilitas umum (PSU) bersyarat
mengelompok minimal 20 unit.
BSPS : PB/RT 32.947 Unit PK 237.207 Unit periode 2011-12
37
Permen No 06 Tahun 2013
• Kriteria : MBR dengan rumah tidak layak huni.
• Proses melalui pemberdayaan masyarakat :
- musyawarah;
- usulan dari Kelompok Penerima Bantuan(KPB);
- pendampingan oleh TPM.
• Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat .
• Dilaksanakan secara swakelola.
• Penyaluran BLM bersamaan dengan pembelian bahan bangunan
langsung oleh penerima bantuan melalui bank/pos penyalur.
• Stimulan peningkatan kualitas / perbaikan total rumah tidak
mengelompok, Prasarana Sarana Utilitas umum (PSU) bersyarat
mengelompok.
BSPS : PB/RT 29.610 Unit PK 384.333 Unit periode 2013-14
38
Capaian Kinerja Deputi Bidang Perumahan Swadaya
Tahun 2010-2013 dan Target DIPA 2014
39
PROGRAM / KEGIATAN SATUAN
RPJMN
2010-
2014
REALISASI 2010 - 2013
TARGET
DIPA
2014
PROGNOSA
CAPAIAN 2010 - 2014
2010 2011 2012 2013 TARGET %
Perumahan Swadaya (a + b) Unit 100.000 22.000 53.141 218.013 214.143 200.000 707.297 1.414.59
a. Pembangunan Baru
Perumahan Swadaya
Unit 50.000 2.000 16.403 16.544 29.810
-
-
64.757 129.51
b. Peningkatan Kualitas
Perumahan Swadaya
Unit 50.000 20.000 36.738 201.469 184.333 200.000 642.540 1.285.08
c. Fasilitasi Pembangunan
PSU Perumahan Swadaya
Unit 50.000 13.350 40.688 - 8.871 9.000 71.909 143.82
d. Fasilitasi Pra-Sertifikasi
dan Pendampingan Pasca-
Sertifikasi
Bidang 30.000 6.314 6.522 7.500 20.864 22.000 63.200 210.67
40
N0
PROGRAM
LINTAS/
PROGRAM/
KEGIATAN
PRIORITAS
NASIONAL
SASARAN INDIKAT0R
TARGET (x 000 Unit)
PENANGGUN
G JAWAB
PELAKSANA
201
5
201
6
201
7
201
8
201
9
TOTAL
17.1 Program Pe-
ngembanga
n
Perumahan
Kementerian
PU & PeRa
Pengem-
bangan
Perumahan
Swadaya
Terwujudnya
keswaswadayaa
n masyarakat
untuk
peningkatan
kualitas & pemb.
rumah/ hunian
yg layak huni &
ter-jangkau
bagi 2,2Jt MBR
dlm lingk.yg
aman, sehat,
teratur & serasi
Jumlah MBR yang
menerima
pemberda-yaan &
meningkat
keswadayaannya
225 340 450 545 640 2.200 Kementerian
PU & PeRa
Jml Rmh Tangga
yg terfasilitasi
Bantuan Stimulan
Pembangun-an
Rumah Swadaya
20 45 50 60 75 250 Kementerian
PU & PeRa
Jml Rmh Tangga
yang
memperoleh
akses terhadap
KPR Swadaya
50 100 135 165 450 Kementerian
PU & PeRa
Jml Rmh Tangga Kementerian
41
No KEGIATAN
TARGET
5
TAHUN
TARGET RPJMN PER TAHUN (Dalam
Unit)
2015 2016 2017 2018 2019
A TARGET RPJMN
1.750.00
0
85.00
0
345.00
0
400.00
0
445.00
0
475.00
0
1
Pembangunan Baru
Rumah Swadaya
250.000
20.00
0
45.000 50.000 60.000 75.000
2
Peningkatan Kualitas
Rumah Swadaya
1.500.00
0
65.00
0
300.00
0
350.00
0
385.00
0
400.00
0
B KEMAMPUAN ANGGARAN
1.061.85
4
82.24
5
107.88
8
299.18
8
256.93
9
315.59
4
PENCAPAIAN BSPS RpM &
PLN (Tentatif)
735.856
82.24
5
97.888
112.73
2
201.30
4
241.68
7
PENCAPAIAN BSRS DAK
(Tentatif)
168.028 - 10.000 55.038 55.635 47.355
APBD PROV/KAB/KOTA
(Tentatif)
154.970 - -
131.41
8
- 26.552
237.11 100.81 188.06 159.40
* Catatan: Capaian DAK untuk Tahun 2016-2018 berdasarkan Rencana
Perbandingan Kemampuan Anggaran dengan RPJMN 2015 - 2019
PENCARI TEMPAT TINGGAL (Home Seekers)
Bukan MBR MBR
Penghasilan
Tak Teratur
>Peningkatan
Kualitas
>Pembangunan
Rumah
Penghasilan
Teratur
>Peningkatan
Kualitas
>Pembangunan
Rumah
• Koordinasi
• Bantek
• Monitoring
Kredit Tidak
Bersubsidi
Kredit
Bersubsidi
Rumah ditempati
sendiri
> Untuk Usaha
> Tidak untuk Usaha
Rumah tidak ditempati
sendiri
Non Bank
Bank
Kredit Tidak
Bersubsidi
Kredit
Bersubsidi
FASILITASI KREDIT MIKRO BAGI
PERUMAHAN SWADAYA
Stimulan
Bergulir
Fasilitasi Pembiayaan Perumahan Swadaya
44
 1989 intervensi terhadap perumahan swadaya melalui P2BPK adalah program yang
diarahkan memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan, memiliki, dan
menghuni sendiri rumah yang layak secara berkelompok.
 1994 program ini menjadi resmi setelah keluarnya SK Menteri Negara Perumahan
Rakyat No. 06/KPT/1994 tentang Pedoman Umum Pembangunan Perumahan
Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) tahun 1994. Semula program ini bernama
P2BPK sesuai SK tersebut, namun belakangan lebih populer sebagai Program
Perumahan Swadaya meskipun substansinya tidak jauh berbeda.
Hal yang membedakan terletak pada sumber dana proyek:
 Pada P2BPK sumber dana adalah Dana Mitra (DM) dan Kredit Triguna BTN.
 Pada Perumahan Swadaya sumber dana berasal dari swadaya masyarakat dan
stimulasi dana bergulir.
Pelaksanaan program ini didukung kerjasama dengan UN Habitat melalui proyek
INS/94/003 dan Kredit Triguna dari BTN.
P2BPK merupakan campuran antara formal dan swadaya. Swadaya karena
perencanaan, pelaksanaan & pengembangan pembangunan oleh penghuni. Formal
karena semua aspek pembangunan mengacu pada standar-standar dan peraturan
pemerintah dan keterlibatan pemerintah masih diperlukan. 45
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
(P2BPK) [1]
 Melalui proyek ini dikembangkan mekanisme dukungan penyelenggaraan
P2BPK, antara lain:
 Pembentukan AKPPI (Asosiasi Konsultan Pembangunan Perumahan
Indonesia)
 Penetapan ASPEK (Asosiasi Permukiman Kooperatif)
 Pelatihan-pelatihan
 Dengan adanya AKPPI dan ASPEK diharapkan penyelenggaraan P2BPK dapat
berjalan dan melembaga dengan dukungan Kredit Triguna (BTN).
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
(P2BPK) [2]
 Ada beberapa kesamaan antara program perumahan swadaya/P2BPK dengan program
penanganan lingkungan permukiman kumuh yang dilaksanakan melalui program
Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) tahun 2001-2002 secara nasional dan KIP
Komprehensif tahun 1998-2002 yaitu keterlibatan masyarakat secara aktif sebagai
subyek pembangunan melalui KSM yang dibentuk sesuai kebutuhan.
 Asas pokok P2BPK adalah menjadi kelompok yang terorganisasi (organized client) yang
formal dan legal sehingga memudahkan pembinaan dan pendampingan. Hal ini karena
kelompok harus membuat kesepakatan diantara sesama anggota kelompok, mengurus
persyaratan dan perizinan membangun rumah serta mengajukan Kredit Triguna BTN.
 P2BPK dilaksanakan dengan prinsip AKKU, yaitu:
 Aspirasi Kelompok
 Kebutuhan Kelompok
 Kemampuan Kelompok, serta
 Upaya Kelompok
 P2BPK mengandalkan kelompok serta bertolak dari potensi, kebutuhan dan upaya
kelompok, mencakup:
 membangun rumah baru, maupun meningkatkan kualitas rumah yang ada, sampai
dengan peremajaan lingkungan;
 mencari tanah, mengumpulkan dana hingga membangun, dan mengelola
lingkungan selanjutnya;
 membangun kompleks perumahan, maupun lingkungan permukiman dengan
PSUnya.
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
(P2BPK) [3]
 Program ini dapat menjadi pilihan bagi penghuni lingkungan permukiman kumuh
untuk pindah dan mengadakan perumahan sendiri secara berkelompok di lokasi
yang lebih baik. Program ini menghasilkan dua keluaran yaitu KSM dan pengelolaan
dana bergulir (program perumahan swadaya).
 Sampai tahun 2000, P2BPK telah direncanakan pada 153 lokasi yang tersebar di
beberapa propinsi di Indonesia dan direncanakan akan dibangun 15.947 unit rumah.
Pada perkembangannya, sampai dengan bulan Oktober 2000 baru 1.015 unit rumah
yang selesai 100% dan diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2000 akan selesai
3.553 unit rumah. Dengan demikian rencana yang telah terrealisasi baru mencapai
22,28% sehingga masih ada 12.394 unit rumah yang harus dibangun, atau 77,72%
dari rencana, sementara KPR yang besarnya 66,93% dari realisasi jumlah unit rumah
terbangun.
 P2BPK wajib direvitalisasi, karena satu-satunya rumpun perumahan swadaya yang
mengurangi backlog dengan skema pulih biaya. Jika dibina intensif dan diprogram
massif, P2BPK dapat mengurangi backlog lebih signifikan dari pengembang, HANYA
dengan cara menyediakan skim (divisi) dana talangan (bridging-fund) pada BLU PPP
dan implementasi PERMENPUPERA No. 20/PRT/M/2014 dan No. 21/PRT/M/2014. 48
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
(P2BPK) [4]
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
(P2BPK) [5]
No KanCab BTN Nama Kelompok Tahun Unit Tenor Progress Bunga Keterangan
1 Palembang KUD Sawitri 1996 50 15 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah Negara + diberi SHAT
Kop. Pedatuan 1995 27 14 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah Negara + diberi SHAT
2 Makassar Kop. Mitra Mas 1997 120 15 th 100 % 8,5 %/th
3 Bandung Kopedi 1994 116 20 th 93.9% 8,5 %/th
Kowaperak 1994 160 15 th 61 % 8,5 %/th
4 Jakarta Eko Damai Mand[ri 1994 181 15 th 100 % 8,5 %/th
Kopersup 1992 156 20 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah Perumnas
Kopra 1996 200 15 th 40 % 8,5 %/th
Koperasi PKGC 1997 100 15 th 100 % 8,5 %/th
5 Bekasi KUD MSP 1997 250 15 th 50 % 8,5 %/th
6 Solo Kop. Tekad UPTP 1 1994 74 15 th 100 % 8,5 %/th
Kop. Tekad UPTP 2 1996 110 15 th 100 % 8,5 %/th
Mojosongo Berseri i 1999 51 15 th 100 % 8,5 %/th
Mojosongo Berseri 2 1999 37 15 th 100 % 8,5 %/th
7 Denpasar KSPRR (PNS&PDAM) 1996 64 20 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah warga
8 Mataram Kopajali 1997 45 20 th 100 % 8,5 %/th
9 Balikpapan Koperasi 1996 105 15 th 100 % 8,5 %/th 15 rumah tahap 1 pre-finance PemKot
T o t a l 1.846
Sumber: PJM 2000 -2004 (review 2000) Ditjen Perkim, DepKimPrasWil 2002 diolah
49
Co-BILD atau Proyek Penerapan Pembangunan Perumahan dan Daerah berbasis pada Prakarsa
Komunitas Masyarakat (P3DPK) merupakan program rintisan kerja sama antara UNHCS/UNDP
dan Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Belanda.
Program ini telah dilaksanakan sejak pertengahan tahun 2001.
 Latar belakang terbentuknya program ini adalah untuk menguji mekanisme pembiayaan
perumahan dengan suku bunga pasar, mengedepankan kredit mikro perumahan yang dapat
diakses oleh MBR, agar dapat memiliki rumah layak huni.
 Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan bagi MBR melaluI dukungan
terhadap proses pembangunan rumah bertahap, atau “rumah tumbuh”.
 Sasaran dari Co-BILD diperuntukkan bagi rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah,
namun stabil dan mampu menabung dalam jangka waktu pendek, sehingga bantuan atau
kredit yang diberikan dapat dikembalikan lagi oleh MBR tersebut.
 Secara umum ruang linkup Co-BILD mencakup:
1. Penyiapan dukungan kelembagaan tingkat nasional dan lokal untuk pelaksanaan desain
dan pengelolaan prakarsa komunitas di bidang perumahan dan permukiman.
2. Pembangunan kapasitas organisasi dan komunitas. menjadi forum bagi kegiatan -
kegiatan pembangunan dan perbaikan/pemeliharaan perumahan
3. Pengembangan mekanisme pembiayaan yang mendukung komunitas lokal, dan
khususnya masyarakat yang kurang mampu dalam upaya mereka mendapatkan lahan,
prasarana dan perumahan lain yang terkait.
Community Based Housing and Initiative for Local Development
(CoBILD) [1]
50
 Program Co-BILD ini berjalan melalu penyediaan dana yang bergulir sebagai pinjaman
kepada rumah tangga yang diberikan untuk melakukan pembebasan tanah, perbaikan
rumah, pembangunan rumah baru dan peningkatan atau pengadaan prasarana
lingkungan permukiman. Co-BILD memberikan pinjaman sebanyak 3 kali putaran yang
besarnya rata-rata Rp.2.400.000,- untuk masa pinjam selama 2 tahun dengan suku
bunga 18% per tahun, yang disesuaikan dengan suku bunga perumahan yang telah
ditetapkan oleh BTN, yang dievaluasi setiap 6 bulan sekali.
 Program ini dilaksanakan dengan menggunakan sebuah pendekatan pembelajaran
untuk menggali dan mengembangkan melalui proses partisipatif, suatu strategi yang
mengakomodasi dan merespon kebutuhan akan perumahan suatu daerah dengan
mengedepankan pembangunan yang berbasis pada masyarakat.
 Untuk melaksanakan CoBILD maka perlu dibentuk kelembagaan yaitu Bapekam, FPK,
dan BP-DPM.
 Dana CoBILD disalurkan kepada KSM melalui BP-DPM (Badan Pengelola Dana
Pemberdayaan Masyarakat). BP-DPM dibentuk berdasarkan kesepakatan pada saat
dilakukan rapat pada tingkat Forum Pembangunan Kota (FPK). Rapat FPK dihadiri KSM-
KSM yang menjadi anggotanya setelah terlebih dahulu dibentuk Badan Pembangunan
Kampung (Bapekam) oleh KSM di wilayah masing-masing.
Community Based Housing and Initiative for Local Development
(CoBILD) [2]
51
52
Community Based Housing and Initiative for Local Development
(CoBILD) [3]
 Dilaksanakan di 12 kota di mana setiap kota mendapatkan pagu pendanaan senilai
Rp 2,4 miliar untuk disalurkan kepada 1000 KK yang memenuhi persyaratan .
 Program ini menghasilkan kelembagaan KSM sebagai kelembagaan masyarakat
Bapekam di tingkat masyarakat dan Forum Pembangunan Kampung (FPK) di
tingkat kota sebagai kelembagaan pengambil kebijakan, serta Badan Pengelola
(BP) sebagai pengelola dana bergulir tingkat kota. .
 Selain menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama juga menempatkan
peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pelaku utama pendukung mitra
masyarakat, Ini mengingat kewenanganannya terutama setelah diberlakukannya
UU 22/99 dan PP 25/2000 yang mengatur otonomi daerah.
 Sasaran fisik program CoBILD adalah bantuan 10.000 rumah tangga di 12 kota yang
dipilih pada tahap awal. Dalam perkembangannya di tahun 2000, respon terhadap
program CoBILD dari kelompok masyarakat ternyata luar biasa, terlihat dari
proposal yang dikirimkan oleh 573 kelompok masyarakat yang terdiri atas 47.418
anggota di 55 kota di seluruh Indonesia.
 Pada tahun 2003, seluruk 12 kota penerima CoBILD diserahkan pembinaannya dari
Pemerintah kepada masing-masing Pemerintah Kota.
Sebaran Perguliran Dana Program CoBILD
Sebaran Penerima Manfaat Program CoBILD
53
Community Based Housing and Initiative for Local Development
(CoBILD) [4]
54
Neigbourhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) [1]
 Neighborhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) didanai utamanya melalui loan
yang mempunyai sasaran langsung pada rumah dan prasarana lingkungan bagi
masyarakat miskin. Tahun 2004 sudah mulai diproses. Rencananya total dana yang
dikucurkan sebesar US $ 126,5 juta untuk 32 kota di 16 propinsi. Program tersebut
mencakup 50.000 sampai 60.000 unit rumah dan akan menjangkau 2 juta
penduduk termasuk penduduk miskin. "NUSSP sendiri hampir sama dengan
program P2KP karena menyentuh pada masyarakat miskin tetapi bedanya langsung
pada rumah dan lingkungannya, tidak lagi pada modal kerja saja.
 Rincian pendanaan NUSSP ini sebanyak US $ 88 juta berbentuk loan dari ADB,
sharing Pemda US $ 30 juta sebagai dana pendamping, bantuan Pemerintah Pusat
US $ 5,6 juta, dana PT PNM sebagai central financial institution sebesar US $ 0,5
juta dan beneficiaries US $ 1,7 juta, sehingga total seluruhnya US $ 126,5 juta. Loan
NUSSP ini telah mendapat persetujuan Board of ADB pada bulan Desember 2003.
Berbeda dengan P2KP-1 yang telah selesai dilaksanakan di Pulau Jawa, program
NUSSP ini akan lebih banyak di kota-kota luar Jawa. Program ini sebagai upaya
dalam penanggulangan kemiskinan utamanya bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (berpenghasilan sekitar Rp. 350 ribu sampai 1,5 juta).
 NUSSP yang memiliki empat komponen utama yaitu:
1. meningkatkan sistem perencanaan dan manajemen untuk meningkatkan kualitas
dari lokasi dan membangunkan yang baru untuk masyarakat miskin perkotaan;
2. meningkatkan akses ke pembiayaan perumahan bagi masyarakat miskin melalui
lembaga keuangan pusat dan daerah;
3. meningkatkan perbaikan lingkungan miskin dan pengembangan lokasi baru untuk
masyarakat miskin; dan
4. memperkuat sektor lembaga untuk meningkatkan pelayanan
Pembiayaan perumahan awalnya direncanakan untuk mendanai 30.000 perbaikan rumah
dan 25.000 rumah-rumah di lokasi pengembangan yang baru, dengan jumlah total
US$ 17,1 juta. Target ini dinilai terlalu tinggi sehingga dikurangi menjadi US$ 1,5 juta untuk
mendanai 1.500 keluarga miskin tanpa penjelasan khusus tentang tujuan penggunaan
dana pinjaman. Dana yang berasal dari pinjaman ADB disalurkan melalui PNM
(Permodalan Nasional Madani - Dana Nasional untuk Skala Investasi Kecil dan Menengah)
sebagai pusat institusi keuangan dan disalurkan melalui lembaga keuangan lokal yang akan
menjadi lembaga keuangan yang secara langsung memberikan layanan kepada peminjam
utama.
Neigbourhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) [2]
55
Pada akhir proyek, dilaporkan bahwa:
 Banyak lokasi NUSSP merasakan dampak peningkatan akses transportasi; akses
informasi; dan akses untuk kesehatan, pendidikan dan fasilitas sosial dasar lainnya.
 Proyek NUSSP telah memperbaiki rumah 800.000 keluarga
 Lebih dari 1000 rumah tangga disediakan sertipikat hak atas tanah atau rumah.
 2,164 keluarga telah memanfaatkan kredit mikro dengan jumlah total yang dibayar
Rp. 6,9 milyar atau rata-rata Rp. 3,2 juta /keluarga.
 Sebagian besar kredit digunakan untuk perbaikan rumah, misalnya mengganti
lantai dan atap, menambah fasilitas sanitasi, dan memperoleh izin tanah.
 Suku bunga pinjaman adalah 15% dari PNM kepada lembaga keuangan lokal dan
30% – 40% hingga ke peminjam akhir.
 405 rumah dibangun dengan ukuran 27 m2 dan tanah ukuran 100 m2. Rata2 harga
rumah Rp 42 juta. Pinjaman untuk membeli rumah baru ini diberikan oleh bank
komersial – bukan merupakan bagian dari proyek – dengan pinjaman yang
bertenor 10 sampai 15 tahun dengan suku bunga antara 4,5% -11% per tahun
 Awalnya, pinjaman US$ 344/KK untuk membangun rumah tumbuh. Namun, kecil
kemungkinan konsep rumah tumbuh menarik minat masyarakat miskin perkotaan.
Neigbourhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) [3]
56
57
Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Kratonan, Solo
Rehabilitasi RTLH adalah salah satu tujuan menuju Solo bebas kumuh 2015. Program
ini didasarkan fakta bahwa terdapat 6.612 RTLH di 5 Kecamatan pada tahun 2006.
Sampai dengan tahun 2011 Rehabilitasi RTLH sudah dilaksanakan terhadap 4.986
rumah , dan 1.250 rumah sisanya ditangani pada tahun 2012. Lokasinya di Kelurahan
Kratonan, RW 06, RT 01. Pada tahun 2007, dikeluarkan Peraturan Walikota no. 13/2007
tentang Mekanisme Pemberian Bantuan untuk Rehabilitasi Rumah, dimana proses dan
mekanisme P2BPK yang diterapkan meliputi :
(a) Pembentukan POKJA menjadi Tim Pelaksana Kelurahan & Tim Pelaksana POKJA;
(b) Penyiapan Rencana Tapak dan Usulan Proyek yang diarahkan oleh POKJA kepada
KSM. Usulan disampaikan kepada Pemerintah Kota melalui Dinas Kesejahtaraan
Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DKRPPKB), dengan
persetujuan Lurah;
(c) Persetujuan atas Bantuan Rehabilitasi dan Perbaikan Rumah, bagi calon penerima
bantuan yang sudah diverifikasi, DKRPPKB menyetujui bantuan rehabilitasi dan
perbaikan rumah yang sebesar Rp. 2 juta rupiah per rumah dan Rp 7,5 juta kredit
mikro per KK dari Bank BUKOPIN, melalui BLUD Yayasan Griya Layak Huni yang
berasal dari Dana hibah Slum Upgrading Facility (SUF) UN Habitat, sejak tahun
2010. Semua anggaran pembiayaan selanjutnya dikelola dan diadministrasikan
secara terpusat oleh POKJA.
Slum Upgrading Facility (SUF) [1]
Walikota Joko Widodo pada akhirnya melakukan kunjungan lapangan bersama
Kementerian PU, BPN serta Dinas Tata Ruang dan Kebersihan (DTRK), Dinas
Pertamanan. Kunjungan ini ditujukan untuk mendukung program dengan
mensinergikan program internal seluruh unit kerja pemerintah;
(d). Tahap Pelaksanaan, dimana pembangunan dilaksanakan di bawah koordinasi
KSM dan POKJA. Ada dua pekerjaan fisik yang dilaksanakan secara simultan.
Pertama pekerjaan perbaikan rumah dan kedua legalisasi status tanah dan
penyediaan PSU dari berbagai unit SKPD. Selebihnya, diberikan bantuan
pengembangan ekonomi atau peningkatan industri rumah tangga dan;
(e). Penyiapan Laporan Akuntabilitas, yang menjelaskan seluruh aktivitas di setiap
tahapan, sebagai kewajiban POKJA pasca pelaksanaan konstruksi serta
penyaluran bantuan bentuk lain.
Slum Upgrading Facility (SUF) [2]
58
P2BPK disamping menghasilkan perbaikan rumah dan lingkungannya, juga
pengembangan ekonomi lokal, antara lain:
(1). Peningkatan kualitas rumah. Dari Pemerintah Kota berupa hibah Rp 2 juta per
rumah, untuk perbaikan ringan. Bagi mereka yang menginginkan perbaikan
sedang, mereka dapat meminjam kredit perbaikan rumah sebesar Rp 7,5 juta dari
Bank BUKOPIN dengan masa tenor 5 tahun (terdapat 11 rumah mengambil kredit)
(2). Peningkatan kualitas lingkungan, yang juga dalam pengelolaan manajemen
terpadu program perbaikan kawasan kumuh yang didukung berbagai pihak terkait
seperti BPN, yang melakukan Sertipikasi Hak Atas Tanaih dan Peningkatan Status
Tanah bagi persil penerima bantuan menjadi hak milik, di mana sebelumnya
adalah tanah negara; DTRK telah membantu DED rumah dan penerbitan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB); DPU, membangun drainase dan con-block area pe-
destrian; PDAM menyediakan air bersih dan toilet umum. PLN yang meningkatkan
layanan distribusi sampai tingkat hunian; dan DKP menyiapkan taman lingkungan
dan penerangan jalan. Dengan peningkatan kualitas rumah dan lingkungannya
sekarang Kelurahan Kratonan sangat siap mengantisipasi bencana banjir.
(3). Peningkatan Ekonomi, sebagai bantuan pembinaan ekonomi dari Kementerian
KUKM melalui program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah serta bantuan
untu sejumlah pedagang keliling.
Slum Upgrading Facility (SUF) [3]
59
Bari Fola dalam bahasa Tidore terdiri atas 2 kata: “Bari” dan “Fola”. Kata BARI
bermakna gotong royong dan kata FOLA berarti Rumah. Jadi, BARI FOLA dapat
diartikan “bergotong royong membangun rumah”, mulai dari mempersiapkan bahan-
bahannya hingga membantu membangun rumahnya. Karakteristik yang dimiliki “Bari”
(gotong royong) ialah makanan yang disajikan sangat sederhana atau dalam istilah
masyarakat Tidore disebut “alakadar”. Makanan, minuman dan lainnya disediakan oleh
keluarga yang melaksanakan hajatan dibantu oleh kerabat dan tetangga. Sementara
dalam tradisi Bari Fola juga dikenal dengan istilah “mayae” yaitu pihak yang dimintai
bantuan untuk bergotong-royong membangun rumah. “Tabeajou ngon moi-moi, ngom
ni Bari re kala ma gai laha lau ua”. (Mohon maaf kepada kalian semua, hidangan
alakadar kami [dalam Mayae ini] mungkin kelihatannya kurang pantas/kurang
berkenaan dengan selera).
Tradisi Bari di masa lalu dilakukan terutama untuk sesama dengan maksud untuk
meringankan pekerjaan, diantaranya membantu sesama warga masyarakat
membangun rumah, membuka kebun atau ladang, bahkan menjadi kekuatan
pembangunan dalam mengadakan sarana prasarana umum misalnya sekolah,
rumah ibadah, pasar rakyat/tradisional, jalan, jembatan, sarana perekonomian dan
lainnya.
Barifola [1]
61
Saat ini tradisi Bari lebih dikhususkan untuk membangun rumah warga yang tidak
mampu. Melalui wadah Ikatan Keluarga Tidore (IKT) Kota Ternate Bari Fola dijadikan
sebagai aksi sosial memperbaiki rumah tinggal warga masyarakat yang kurang mampu.
Aksi sosial ini dilaksanakan secara swakarsa dan swadana yang bersumber dari
gerakan calamoi, infaq, sadaqah, dan sumbangan dari para anggota paguyuban
yang berkecukupan. Awalnya kegiatan Bari Fola yang diprakarsai oleh IKT Kota Ternate
dibiayai dengan menggunakan mekanisme gerakan Kotak Calamoi dalam setiap
pengajian dan arisan bulanan anggota IKT di setiap kelurahan. Dari dana yang
terkumpul kemudian dijadikan dana stimulus pembangunan rumah dalam kegiatan
Bari Fola. Mulai digulirkan dan dimatangkan pada awal Maret 2007.
Agar Bari Fola berjalan tanpa mengabaikan aspek teknis dan konstruksi rumah, setiap
rumah yang dibangun disesuaikan dengan standar bangunan IKT dan desain rumah
dikerjakan oleh anggota IKT yang memiliki kualifikasi keahlian arsitektur dan
rancang bangun rumah. Dengan tetap mengedepankan kualitas pengerjaan agar
tertata rapi dan kordinasi berjalan lancar dibentuklah beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari pekerja bangunan. Pimpinan dan anggota kelompok ini akan bekerja
secara bergantian agar tidak mengganggu pekerjaan bagi penghidupan mereka dan
keluarga. Pimpinan dan anggota kelompok ini bertindak sebagai pengarah dan
pengendali teknis pengerjaan.
Barifola
62
Barifola [2]
Setiap awal kegiatan BariFola diadakan setiap anggota diberi bantuan 15 Kg beras, 2kg
gula, dan uang secukupnya untuk keperluan makan keluarga mereka. Bantuan
tersebut diberikan dengan asumsi sebagai pengganti upah pekerjaan rumah. Lama
waktu pelaksanaan Barifola berkisar 1 minggu dengan besaran biaya membangun
setiap unit rumah sebesar 30-40 juta Rupiah.
Menariknya, setiap kegiatan Bari Fola selalu mendorong upaya kerjasama antara Tim
Bari Fola dengan Anggota IKT dan masyarakat sekitar tempat Bari Fola dilaksanakan.
Kaum perempuan setempat membantu si pemilik rumah menyiapkan makanan
“alakadar” kepada orang-orang yang bekerja yang bersumber dari gerakan kotak
calamoi selama kegiatan. Seringkali ibu-ibu anggota IKT dari kelurahan lain memasak
dan mengantar makanan ke lokasi rumah yang sedang dibangun. Sementara kaum
lelaki setempat juga turut serta dalam pengerjaan pembangunan rumah.
Pimpinan/Pengurus dan anggota membaur di dalam suasana kegotong-royongan
penuh kekeluargaan yang menggembirakan, di setiap kegiatan BARI FOLA.
Barifola [3]
63
Barifola [4]
64
Barifola membangun rumah Calon Penerima Bantuan (CPB) dari 0% sampai lengkap
dan layak huni serta membuat furniture yang diperlukan.
1. Kriteria Obyek CPB.
Keluarga yang belum menempati rumah layak huni dan kemampuan ekonominya
tidak memungkinkan membangun rumah sendiri atau keluarga yang memiliki rumah,
namun kondisinya tidak layak huni, baik kecukupan ruang, lingkungan dan sanitasi
(kesehatan).
2. Kriteria Subyek CPB.
Keluarga yang berpendapatan paling banyak Rp.500.000,-/bulan; orang tua tunggal
(janda/duda) dan manula; memiliki tanggungan keluarga yang besar (anak-anak usia
sekolah); tidak memiliki tulang punggung perekonomian keluarga bersangkutan.
3. Cara Memilih Obyek dan Subyek CPB.
Dilakukan oleh Tim Penilai, yaitu tim verifikasi sekaligus sebagai tim supervisi.
Setelah mendapat masukan berupa informasi awal melalui setiap koordinator,
dan/atau terpercaya dari satu kelurahan/lingkungan tentang kondisi rumah keluarga
yang pantas dibantu. Setiap unit rumah yang dibangun atau renovasi membutuhkan
dana sekitar Rp 40 juta tanpa biaya tukang. Keputusan itu kemudian diumumkan
setelah salat Magrib di masjid. ’’Masyarakat Tidore memang kental dengan budaya
Islam sehingga semua aktivitas sosial bermula dari masjid,’’
Barifola [5]
65
.
4. Proses Investigasi CPB.
Tim Penilai melakukan observasi lokasi, memverifikasi kondisi keluarga dan
lingkungan-nya, berkoordinasi dengan Lurah, Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat
setempat tentang keberadaan keluarga bersangkutan.
5. Proses Penentuan CPB.
Dimulai dengan rapat antar pemuka desa/kelurahan untuk memutuskan rumah
keluarga yang akan diperbaiki atau dibangun sesuai dengan persyaratan yang
berlaku. Keputusan itu kemudian diumumkan setelah
salat Magrib di masjid. ’’Masyarakat Tidore memang kental dengan budaya Islam
sehingga semua aktivitas sosial bermula dari masjid,’’ .
6. Waktu Pelaksanaan.
Setelah ditentukan calon penerima bantuan, kemudian ditetapkan waktu kapan
barifola dilakukan. Pada waktu yang telah disepakati, warga se desa/kelurahan
keluar rumah dan membawa bantuan untuk pembangunan rumah tersebut
dengan cara bergotong royong.
Barifola [6]
66
.
7. Cara Gotong Royong.
Pembagian tugas dimana para pria yang bekerja membangun rumah, kaum
perempuan memasak untuk makan warga yang bekerja membangun rumah
tersebut. Khusus di Ternate, Barifola semakin aktif sejak 2008.
8. Cakupan Wilayah Pelaksanaan Barifola.
Meski berasal dari Tidore, gerakan tersebut tidak dikhususkan untuk masyarakat
yang berasal dari Tidore saja. Dalam perkembangannya, Barifola juga menyasar
rumah-rumah warga tidak mampu di daerah-daerah lain di seluruh penjuru Maluku
Utara, di antaranya, Ternate, Halmahera, Obi, dan Bacan.
Dalam kurun waktu 2008-2014, sudah 136 unit rumah dilaksanakan gerakan BARIFOLA,
sebagian kecil saja berupa kegiatan perbaikan sedang dan ringan. Rincian lokasi
kegiatannya sebagai berikut:
 Kota Ternate sebanyak 129
unit
 Kabupaten Halmahera Utara
sebanyak 2 unit
 Kabupaten Halmahera Sela-
tan sebanyak 2 unit
Penyampaian apresiasi presiden atas pelaksanaan  Kota Tidore sebanyak 3 unit.
Barifola (Tweeter).
Kini, gerakan BARIFOLA terus dipromosikan oleh Walikota Ternate untuk dijadikan salah
satu solusi penanganan masalah perumahan warga Tidore di Ternate. Dengan per-
timbangan lain, Walikota Ternate juga turut mempromosikan BARIFOLA kepada kabu-
paten/kota lainnya bahkan menginginkan agar BARIFOLA menjadi salah satu gerakan
masif di tingkat Provinsi Maluku Utara, yang tidak hanya bagi masyarakat Tidore saja.
Barifola [7]
67
Perkembangan Intervensi Terhadap Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia

More Related Content

What's hot

PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxArifin Abidin
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...Khadijah Akd
 
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...PUSTAKAVirtualTataRu
 
Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...
Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...
Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...TV Desa
 
Perencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM DesaPerencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM DesaFormasi Org
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BandungPenataan Ruang
 
Presentasi dana desa
Presentasi dana desaPresentasi dana desa
Presentasi dana desaProbo Asmara
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxYettiAnita
 
Perencanaan di Negara Maju - Australia
Perencanaan di Negara Maju - AustraliaPerencanaan di Negara Maju - Australia
Perencanaan di Negara Maju - AustraliaArief Budiman
 
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONALPP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONALPristiadi Utomo
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaaninfosanitasi
 
Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022
Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022
Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022Gugum Gumilar
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 

What's hot (20)

PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
PTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxPTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptx
 
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TDB)/Sustainable Dev...
 
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
 
Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...
Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...
Kebijakan Pengelolaan Aset Desa Berdasarkan Permendagri 1 Tahun 2016 | MALMIN...
 
Perencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM DesaPerencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM Desa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
 
Presentasi dana desa
Presentasi dana desaPresentasi dana desa
Presentasi dana desa
 
Investasi 01
Investasi 01Investasi 01
Investasi 01
 
Rtrw gresik
Rtrw gresik Rtrw gresik
Rtrw gresik
 
Apbdes 2016
Apbdes 2016Apbdes 2016
Apbdes 2016
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptx
 
Perencanaan di Negara Maju - Australia
Perencanaan di Negara Maju - AustraliaPerencanaan di Negara Maju - Australia
Perencanaan di Negara Maju - Australia
 
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONALPP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
Investasi 02
Investasi 02Investasi 02
Investasi 02
 
Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022
Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022
Dit. Rumah Swadaya PUPR - Bahan Sosialisasi Teknis DAK Integrasi 22 April 2022
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 

Similar to Perkembangan Intervensi Terhadap Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia

Materi rsh subsidi 2017 (new)
Materi rsh subsidi 2017 (new) Materi rsh subsidi 2017 (new)
Materi rsh subsidi 2017 (new) igun16
 
JUKNIS BSPS 2021.pdf
JUKNIS BSPS 2021.pdfJUKNIS BSPS 2021.pdf
JUKNIS BSPS 2021.pdfGolum4
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Oswar Mungkasa
 
03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf
03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf
03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdfhaidar4pajak
 
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...arif129194
 
a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...
a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...
a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...SiechaLathifahFork
 
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaanACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalPermensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...
BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...
BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...agungsumassetiyadi
 
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012Oswar Mungkasa
 
_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docx_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docxAnjarResmala2
 

Similar to Perkembangan Intervensi Terhadap Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia (20)

Tugas perumahan
Tugas perumahanTugas perumahan
Tugas perumahan
 
Materi rsh subsidi 2017 (new)
Materi rsh subsidi 2017 (new) Materi rsh subsidi 2017 (new)
Materi rsh subsidi 2017 (new)
 
JUKNIS BSPS 2021.pdf
JUKNIS BSPS 2021.pdfJUKNIS BSPS 2021.pdf
JUKNIS BSPS 2021.pdf
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
 
03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf
03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf
03._Kebijakan_Umum_BSPS_Rev02_.pdf
 
Uu 01 1964
Uu 01 1964Uu 01 1964
Uu 01 1964
 
Bedah Gagasan Jokowi JK
Bedah Gagasan Jokowi JKBedah Gagasan Jokowi JK
Bedah Gagasan Jokowi JK
 
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...
 
UU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERAUU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERA
 
a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...
a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...
a36ba__Bahan_Paparan__-_Modul_7_-_Penyelenggaraan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_...
 
Permen no.04 2007 (kekayaan desa)
Permen no.04 2007 (kekayaan desa)Permen no.04 2007 (kekayaan desa)
Permen no.04 2007 (kekayaan desa)
 
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
2 permen pupr07 2018 tentang pendataan basis data -perencanaan
 
PEMBENTUKAN LINMAS
PEMBENTUKAN LINMASPEMBENTUKAN LINMAS
PEMBENTUKAN LINMAS
 
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalPermensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
 
Permen no.07 2007
Permen no.07 2007Permen no.07 2007
Permen no.07 2007
 
BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...
BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...
BIMBINGAN TEKNIS, PERCEPATAN PROGRES KONSTRUKSI, DAN KOORDINASI PERCEPATAN SE...
 
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012
 
Uu 04 1992
Uu 04 1992Uu 04 1992
Uu 04 1992
 
P 3 Bank
P 3 BankP 3 Bank
P 3 Bank
 
_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docx_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docx
 

Recently uploaded

Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxyovi2305
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...iman333159
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 

Recently uploaded (14)

Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 

Perkembangan Intervensi Terhadap Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia

  • 1.
  • 2.  UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 H ayat 1 mengamanatkan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan “.  UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa: “Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak” Amanat tersebut menegaskan bahwa rumah merupakan hak setiap orang untuk dapat meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya. Amanat RPJPN 2005-2025 (UU N0 17 Tahun 2007) :  Tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, adalah melakukan penguatan swadaya masyarakat dlm pembangunan rumah melalui pemberian fasilitas kredit mikro perumahan, fasilitasi untuk pemberdayaan masyarakat, dan bantuan teknis kepada kelompok masyarakat yang berswadaya dalam pembangunan rumah.  Dengan demikian, penyediaan perumahan dapat diselenggarakan dengan tidak hanya mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat, melainkan juga melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. 2
  • 3. Rumah swadaya adalah penyediaan rumah yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok. UU Nomor 1 Tahun 2011 pasal 21 ayat (4) Swadaya = dengan kekuatan sendiri Prakarsa terkait inisiatif, pengambilan keputusan sendiri Upaya = effort (usaha) – terutama untuk mengakses sumberdaya yang diperlukan dalam pembangunan rumah misalnya tanah, biaya dan tenaga kerja. 3
  • 4. 1.Rumah sebagai kata kerja (perumahan sebagai proses perlu input yang baik dan bisa dilaksanakan secara bertahap) 2.Dibangun secara individual maupun berkelompok 3.Di bawah kendali pemakai (prakarasa dan pengambilan keputusan adalah masyarakat, untuk kelompok dilakukan secara musyawarah) 4.Rumah merupakan simbol status (rumah bukan komoditi, namun ada grey area untuk rumah sewa yang dikelola masyarakat) 4
  • 5. 5 Cara Memperoleh Rumah dan Kegiatan Rumah Swadaya [1] Sumber: “The Market for Shelter in Indonesian Cities”, Struyk, Hoffman & Katsura, 1991 - diola
  • 6. Cara Memperoleh Rumah dan Kegiatan Rumah Swadaya [2] KEGIATAN RUMAH SWADAYA  Membeli rumah baru (dari perorangan)  Membeli rumah bukan baru  Membangun rumah sendiri  Memperbaiki rumah  Memperluas rumah  Menyewa rumah  Meningkatkan kualitas lingkungan perumahan  Mengelola rumah /perumahan Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman, 2007 CARA MEMPEROLEH RUMAH Kota Desa Nasional Membeli dari pengembang 7,48 0,39 3,01 Membeli melalui koperasi 0,49 0,18 0,30 Membeli baru dari perorangan 4,27 1,42 2,47 Membeli bukan baru 9,37 4,76 6,47 Membangun sendiri 56,82 73,09 67,08 Membangun dg pinjaman perorangan 1,57 2,02 1,86 Membangun dg pinjaman bank/koprs 1,56 0,67 1,00 Lainnya 18,42 17,46 17,82 6
  • 7. Perkembangan Kebijakan Perumahan Swadaya s/d 2014 Kurun Waktu Pembangunan Perumahan Penanganan Permukiman Pra-Kemerdekaan 1. Perumahan rakyat (volkswoningen) 2. Perumahan PNS (Burgelijke Woning Regeling) 1. Program Kampoong Verbetering (perbaikan kampung) yang berisi perbaikan jalan-jalan, gang-gang, selokan, dan fasilitas MCK PJP I 1966-1992 1. Beberapa kelompok melaksanakan pembangunan perumahan secara swadaya 2. Perumahan kooperatif 3. Program P2BPK 1. Program MHT-Urban I, II (Jakarta) dan Program WRS-Urban II (Surabaya) 2. KIP (Kampung Improvement Program) Urban III,IV,V 3. KIP Plus 4. P2LPK (P3KT, IKIDP, P2LDT, KTP2D) 1992-1998 1. Pembentukan AKPPI & ASPEK untuk mendukung P2BPK 1. KIP Komprehensif 1998-2005 1.Program CoBILD 2. Program Perumahan Swadaya 1. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) 2. NUSSP (Neighborhood Unit Small Shelter Program) 2005-2010 1. BSP2S: a.Peningkatan Kualitas (PK); b.Pembangunan Baru (PB); c.Prasarana, Sarana, Utilitas-umum (PSU) 2. Rehabilitasi RTLH PNPM Mandiri Perkotaan. 3. KPRS Mikro: Kredit Perbaikan Rumah Swadaya – Mikro 7
  • 8. UU No 1 Tahun 2011 Pasal 21 (7) Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah. Pasal 121 (1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. (2) Pengembangan sistem pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. lembaga pembiayaan; b. pengerahan dan pemupukan dana; c. pemanfaatan sumber biaya; dan d. kemudahan atau bantuan pembiayaan. Kemudahan : keringanan dalam uang muka dan/atau; suku bunga; dan/ atau jangka waktu pengembalian (pulih biaya). Bantuan Pembiayaan : stimulan dana hibah APBN (tidak pulih biaya) Sistem Pembiayaan [1] 8
  • 9. Kelompk Sasaran Jenis Penyediaan Bantuan Pendanaan & Pembiayaan Perumahan Keterangan Sisi Permintaan Sisi Pasokan ≤ 500.000  Swadaya  Rumah Sewa  Rumah Sosial  Rumah Milik Pemberdayaan Ekonomi  Rusunawa Non Recovery  Kredit Mikro untuk Usaha  Kredit Mikro Perumahan  BLM  Asuransi/Kredit  Insentif Fiskal  Perijinan, SHAT, IMB *  PSU  Peningkatan Kualitas Lingkungan  Subsidi OM  Insentif Fiskal  Pengem- bangan Usaha/ Usaha Ekonomi Rakyat  Program Pengen- tasan Kemis- kinan ≥ 500.000 ≤ 1.000.000 UMR Rumah Milik  Formal  Swadaya Rusunawa  Tidak Pulih Biaya  KPR Rumah Tapak  Sewa Beli *  Kredit Mikro Perumahan  BLM  Asuransi/Penjualan Kredit  Insentif Fiskal Perijinan, SHAT, IMB *  Kredit Konstruksi *  PSU  Peningkatan Kualitas Lingkungan  Subsidi OM  Insentif Fiskal * ≥ 1.000.000 ≤ 1.700.000 UMR Rumah Milik  Formal  Swadaya Rusunawa  Tidak Pulih Biaya  Rusunami  KPR Rumah Tapak  KPR Sarusun  Sewa Beli *  Kredit Mikro Perumahan  BLM  Asuransi/Penjualan Kredit  Insentif Fiskal Perijinan, SHAT, IMB *  Kredit Konstruksi *  PSU Terbatas  Peningkatan Kualitas Lingkungan  Subsidi OM  Insentif Fiskal * ≥ 1.700.000 ≤ 2.500.000 UMR Rumah Milik  Formal  Swadaya Rusunawa  Tidak Pulih Biaya  Rusunami  KPR Rumah Tapak  KPR Sarusun  Sewa Beli *  Kredit Mikro Perumahan  BLM  Asuransi/Penjualan Kredit  Insentif Fiskal Perijinan, SHAT, IMB *  Kredit Konstruksi *  PSU  Peningkatan Kualitas Lingkungan  Subsidi OM  Insentif Fiskal * Khusus Rusunami Pendapatan s/d Rp.4,5 Juta per bulan Kebijakan Bantuan Pendanaan & Pembiayaan Perumahan bagi MBR dan MBM 9 Sumber: Deputi Pembiayaan, Kemenpera, Tahun 2009
  • 10. Alur Kebijakan dalam Fasilitasi Pembangunan Perumahan Swadaya PROGRAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMBINAAN TEKNIS PEMBANGUNAN PERUMAHAN SWADAYA KEBIJAKAN PENYALURAN PEMBIAYAAN PERMENPERA KPRS MIKRO PERBAIKAN TOTAL RUMAH PENINGKATAN KUALITAS RUMAH PERMENPERA STIMULAN PS JUKNIS PERBAIKAN TOTAL RUMAH JUKNIS PENINGKATAN KUALITAS RUMAH JUKNIS PENYELENGGARAAN KPRS MIKRO JUKNIS STIMULAN PS LEAFLET, BOOKLET, BROSUR PERBAIKAN TOTAL RUMAH LEAFLET, BOOKLET, BROSUR PENINGKATAN KUALITAS RUMAH LEAFLET, BOOKLET, BROSUR KPRS MIKRO LEAFLET, BOOKLET, BROSUR STIMULAN PS PANDUAN TEKNIS PENYELENGGARA PANDUAN PRAKTIS MASYARAKAT PSU PERUM.SWADAYA JUKNIS PSU PERUM.SWADAYA LEAFLET, BOOKLET, BROSUR PSU PERUMAHAN SWADAYA PENGHUNIAN & PEMANFAATAN JUKNIS PENGHUNIAN & PEMANFAATAN LEAFLET, BROSUR PENGHU - NIAN & PEMANFAATAN PEMBERDAYAAN MASY DALAM PS JUKNIS PEMBERDAYAAN LEAFLET, BROSUR PEMBERDAYAAN MASY. PRA &PASCA SHAT PERUM.SWADAYA JUKNIS PRA &PASCA SHAT PERUMAHAN SWADAYA LEAFLET, BOOKLET, BROSUR PRA &PASCA SHAT PERUMAHAN SWADAYA KEBIJAKAN 10
  • 11.
  • 12. Periode Pra Kemerdekaan  Tahun 1926 Pemerintah Hindia Belanda memprakarsai pendirian Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat (N.V Volkshuisvesting) di 13 kotapraja dan kabupaten dan dilakukan kegiatan penyuluhan perumahan rakyat dan perbaikan kampong (kampong verbetering) dalam rangka penanggulangan penyakit pes (pest bestrijding).  Tahun 1934 diterbitkan Peraturan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (Burgelijke Woning Regeling/ BWR) 12
  • 13. Periode 1945 – 1956  25 Agustus – 30 Agustus 1950 Kongres Perumahan Rakyat Sehat di Bandung, dihadiri peserta dari 63 kotapraja/ kabupaten, 4 provinsi.  22 Maret 1951 terbit Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga tentang Pembentukan Badan Pembantu Perumahan Rakyat.  25 April 1952 terbit Keputusan Presiden No. 65 Tahun 1952 Tentang Pembentukan Jawatan Perumahan Rakyat di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.  Tahun 1953 melalui Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1953, Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian urusan mengenai Pekerjaan Umum kepada Pemerintah Provinsi.  1 Maret 1955 dibentuk Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB) di Bandung yang juga menjalankan fungsi sebagai United Nation Regional Housing Centre untuk kawasan Asia Tenggara. 13
  • 14.  Tahun 1957 diterbitkan Undang-undang No. 72 Tahun 1957 yang mengatur penyelenggaraan penjualan rumah negeri golongan III kepada Pegawai Negeri.  Tahun 1958 diterbitkan Undang-undang No. 3 Tahun 1958 yang mengatur penghunian rumah melalui Surat Izin Penghunian oleh Kantor Urusan Perumahan  Tahun 1960 Dewan Perancang Nasional menyusun Rancangan Dasar Undang-undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahun 1961-1969, yang antara lain memasukan pemikiran Bank Perumahan.  Tahun 1961 dibentuk 200 Yayasan Kas Pembangunan (YKP) yang membangun dan menyewabelikan rumah lebih rendah dari pada harga pasaran kepada anggota penabung selama 20 tahun, dengan jumlah rumah terbangun dalam kurun waktu sepuluh tahun sebanyak 12.640 unit. Periode 1956 – 1966 [1] 14
  • 15.  Tahun 1962 diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang No. 6 Tahun 1962 yang mengatur kebebasan membangun rumah dan menetapkan penggunaannya untuk ditempati sendiri, disewakan atau dijual.  Tahun 1963 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1963 yang menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik menyediakan pola bantuan berupa contoh rumah dan diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1963 yang mengatur tentang hubungan dan hak sewa menyewa, harga sewa dan penyelesaian sengketa serta diterbitkan Keputusan Presiden No. 237 Tahun 1963 tentang Badan Perancang Perumahan.  Tahun 1964 disahkan Undang-undang No. 1 Tahun 1964 Tentang Pokok Perumahan Periode 1956 – 1966 [2] 15
  • 16.  Dalam Pelita I perumahan rakyat menjadi salah satu sektor dikenal dengan nama sektor “O/Papan”, dari 17 sektor pengendalian operasional pembangunan lima tahun dan diketuai oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dengan anggota 10 Menteri ditambah Gubernur Bank Indonesia dan Ketua LIPI.  Tahun 1970 dibentuk 4 Building Information Centre (BIC) di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Denpasar.  6 Mei 1972 Lokakarya Nasional Kebijaksanaan Perumahan dan Pembiayaan Pembangunan dibuka presiden RI di Bina Graha Jakarta.  Tahun 1972 dibentuk asosiasi Real Estat Indonesia (REI). Dalam periode ini diperkenalkan Program P 1000 yang merupakan ujicoba pembangunan rumah sebesar 1000 unit di Jakarta, Karawang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jember. Periode 1966 – 1974 16
  • 17.  Tahun 1974 dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) melalui Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1974.  Tahun 1974 dibentuk Perum Perumnas melalui Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1974.  Tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan, BTN ditugaskan sebagai Bank yang memberikan Kredit Pemilikan Rumah.  Tahun 1976 UN Habitat menghasilkan Vancouver Declaration. Dalam periode ini dilakukan perluasan Building Information Centre (BIC) di seluruh provinsi dan diperkenalkan 3 program pokok meliputi 2 program di perkotaan, yaitu pembangunan 73.000 unit rumah sederhana dan Perintisan Perbaikan Kampung (KIP), dan uji coba Site & Services serta 1 program di perdesaaan, yaitu bimbingan teknis dan stimulan bagi 1.000 desa melalui Perintisan Pemugaran Perumahan Desa (P3D). Periode 1974 – 1979 17
  • 18.  Tahun 1979 dibentuk Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat.  Tahun 1981 dibentuk PT. Papan Sejahtera. . Dalam periode ini target pembangunan rumah sederhana ditetapkan 150.000 unit, KIP di 200 kota, P3D di 6.000 desa, dan pengadaan air bersih dan sanitasi lingkungan di 500 Ibukota Kecamatan. Periode 1979 – 1984 18
  • 19.  Tahun 1984 dibentuk Menteri Negara Perumahan Rakyat.  Tahun 1985 terbit Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun.  Tahun 1987 ditetapkan PBB sebagai Tahun Papan Sedunia dan memperkenalkan Global Shelter Strategy (GSS 2000) yang menitik beratkan Enabling Strategy dalam pembangunan perumahan. Dalam periode ini terdapat 4 program di perkotaan dan 2 program di perdesaaan, yaitu Pembangunan Perumahan Sederhana dengan target sebesar 280.000 unit, P3KT, KIP di 400 kota, Market Infrastructure Improvement Programme (MIIP) di 100 kota dan peremajaan kota seluas 100 Ha, Pembangunan Perumahan Pusat Desa Pertumbuhan (P2DPP) serta Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT) di 10.000 desa. Periode 1984 – 1989 19
  • 20.  Tahun 1990 diterbitkan Instruksi Presiden No. 5 tahun 1990 yang berisi ketentuan mengenai Peremajaan Kota di Atas Tanah Negara.  Tahun 1992 diterbitkan UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman  Tahun 1992 diselenggarakan Lokakarya Nasional Perumahan dan Permukiman di Jakarta dan pencanangan Gerakan Nasional Perumahan dan Permukiman Sehat (GNPPS).  Tahun 1993 BAPERTARUM-PNS didirikan berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 14 Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994.  Tahun 1994 dibentuk Badan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N) melalui Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1994. Dalam periode ini ditargetkan pembangunan 450.000 rumah sederhana, penanganan terpadu untuk KIP di 400 kota, MIIP di 100 kota, peremajaan kota seluas 1.450 Ha, P2LDT di 20.000 desa dan P2DPP di 1.000 desa. Periode 1989 – 1994 20
  • 21.  Dalam periode ini ditargetkan pembangunan 500.000 unit Rumah Inti, Rumah Sangat Sederhana dan Rumah Sederhana, perbaikan kawasan kumuh di 125 kota seluas 21.250 Ha, peremajaan kawasan kumuh seluas 750 Ha, penyediaan prasarana dan sarana perdesaan di 21.000 kawasan dengan konsep Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), pembangunan prasarana air limbah di 9 kota metropolitan dan kota besar, 200 kota sedang dan kecil serta 20.000 desa yang melayani 13 juta penduduk perkotaan dan 4 juta penduduk perdesaan, peningkatan pengelolaan persampahan dan penanganan drainase di 20 kota metropolitan dan kota besar serta 200 kota sedang dan kecil.  Tahun 1998 Menteri Negara Perumahan Rakyat diubah menjadi Menteri Negara Perumahan dan Permukiman. Periode 1994 – 1999 21
  • 22.  Tahun 1999 Menteri Negara Perumahan dan Permukiman dgn Departemen Pekerjaan Umum dilebur menjadi Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, dan Menteri Negara Pekerjaan Umum dimana penanganan perumahan dan permukiman oleh Ditjen Pengembangan Permukiman serta Ditjen Perkotaan dan Perdesaan, dan didasarkan Kepmen Permukiman & Pengembangan Wilayah No : 03/KPTS/M/XII/1999 tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, untuk pertama kalinya dibentuk DIREKTORAT PERUMAHAN SWADAYA di Ditjen Pengembangan Permukiman.  Tahun 2002 Departemen Permukiman & Pengembangan Wilayah diubah menjadi Departemen Permukiman & Prasarana Wilayah. Ditjen Pengem- bangan Permukiman diubah menjadi Ditjen Perumahan dan Permukiman.  Tahun 2002 diperkenalkan Rumah Sederhana Sehat sebagai pengganti Rumah Sangat Sederhana dan Rumah Sederhana.  Tahun 2002 Presiden Megawati Sukarnoputri mencanangkan Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GNPSR) di Denpasar Bali dalam rangka peringatan Hari Habitat Dunia Periode 1999 – 2004 22
  • 23.  Tahun 2004 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2004 tentang Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional.  Dibentuk Kementerian Negara Perumahan Rakyat melalui PerPres no 9 Tahun 2005, dengan DEPUTI BIDANG PERUMAHAN SWADAYA sebagai peningkatan status dari Direktorat Perumahan Swadaya pada tahun 1999.  Tahun 2005 dibentuk PT. Sarana Multigriya Finance (SMF). Dalam periode ini dicantumkan target-target pembangunan perumahan dengan rincian rumah seder- hana sehat sebesar 1.350.000 unit, rumah susun sederhana sewa sebesar 60.000 unit dan rumah susun sederhana milik dengan peran swasta sebesar 25.000 unit.  Desember 2006 diterbitkan Keppres Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan.  Tanggal 5 April 2007 Pemancangan Pertama Pembangunan Rusunami oleh Presiden RI di Pulo Gebang Jakarta.  Tahun 2007 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang menyatakan Rusunami sebagai barang strategis, dan dibebaskan dari PPN.  Tahun 2008 diterbitkan UU Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara dimana Kementerian Negara Perumahan Rakyat diubah menjadi Kementerian Perumahan Rakyat. Periode 2004 – 2009 23
  • 24.  Tahun 2011 terbit UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan & Kawasan Permukiman.  Tahun 2011 terbit UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.  Tahun 2014 terbit PP Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, sebagai peraturan pelaksanaan baik UU Nomor 1 maupun UU No 20 Tahun 2014  Tahun 2014 terbit UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa  Tahun 2014 terbit PP Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksa- naan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa  Tahun 2015 Terbit PerPres Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, di mana penanganan perumahan swadaya dilaksanakan oleh DIREKTORAT RUMAH SWADAYA, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Periode 2009 – 2019 24
  • 25.
  • 26. Program Perbaikan Kampung (KIP) Dalam rangka intensifikasi penanganan dan menggalang dukungan pembiayaan dari luar negeri, pemerintah Orde Baru mengembangkan program penanganan lingkungan permukiman kumuh versi Program Perbaikan Kampung (Kampung Improvement Program /KIP). Program ini mendapat pinjaman dari Bank Dunia dalam satu paket. Pemangku kepentingan yang terlibat adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah, mitra swasta, dan dukungan pinjaman dari lembaga internasional (Bank Dunia, dll). Beberapa contoh pelaksanaan program KIP ini bisa ditemui pada Sombo (Surabaya), Bandarharjo (Semarang), dan kawasan 12 Ulu (Palembang). Komponennya meliputi: perbaikan jalan kendaraan dan saluran air, perbaikan jalan orang, rehabilitasi dan pembuatan selokan kampung, pengadaan tempat-tempat pembuangan dan gerobak sampah, penyediaan air bersih melalui kran-kran umum, pembuatan fasilitas MCK, pembangunan Puskesmas, pembangunan gedung sekolah dasar. Selain KIP yang lebih banyak dilakukan di kota besar, pemerintah juga melaksanakan program serupa dengan dana pemerintah sendiri untuk kota kecil yang disebut Program Perbaikan Lingkungan Permukiman Kota (P2LPK) yang komponennya hanya: perbaikan jalan kendaraan dan saluran air, perbaikan jalan orang, rehabilitasi dan pembuatan selokan kampung, pembuatan fasilitas MCK. 26
  • 27. KIP mengalami beberapa penyempurnaan, namun tetap pada titik berat programnya yaitu pengembangan prasarana dan sarana dasar lingkungan, diantaranya adalah KIP Komprehensif. Implementasi program KIP Komprehensif yang dikenal dalam 4 tahun terakhir di Kota Surabaya. Di kota ini program KIP Komprehensif terus dilanjutkan pemerintah kota setempat dengan dukungan APBD tahun 2001 dan 2002 setelah sebelumnya pendanaan diberikan oleh Bank Dunia tahun 1998 - 2000. Hal yang membedakan antara KIP Komprehensif dengan KIP sebelumnya adalah dimunculkannya kembali komponen pelibatan dan pemberdayaan masyarakat secara individu dan kelembagaan dalam satu paket program penanganan. Keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal pemberdayaan ekonomi melalui kegiatan pengelolaan stimulasi dana bergulir dari pemerintah yang ternyata mampu merangsang munculnya dana swadaya warga masyarakat. 27 KIP Komprehensif
  • 28. Pada tahun 2001 bersamaan dengan kebijakan global mewujudkan "Cities Without Slum", dicanangkan Genta Kumuh oleh Wakil Presiden RI pada puncak peringatan hari Habitat Dunia di Surabaya. Peluncuran program peningkatan kualitas lingkungan (PKL) dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Kimpraswil. Program ini bisa dikatakan sebagai transformasi KIP model terbaru yang substansi dan implementasinya sama dengan KIP Komprehensif. Program ini sampai dengan tahun 2002 sepenuhnya dibiayai dari APBN. Komponen program PKL meliputi pendampingan masyarakat, bantuan prasarana lingkungan dan stimulasi peningkatan ekonomi melalui dana bergulir. Pendampingan masyarakat dilakukan untuk menghasilkan keluaran kelembagaan masyarakat dan Community Action Plan (CAP). Bantuan prasarana lingkungan dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi prasarana dan sarana lingkungan permukiman. Stimulasi peningkatan ekonomi termasuk dana bergulir diharapkan mampu merangsang warga masyarakat meningkatkan pendapatannya, menyertakan dana/menabung, dan mengalokasikan dana untuk perbaikan dan pemeliharaan prasarana dan sarana. 28 Program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) [1]
  • 29.  Pada tahun 2001 program PKL berada dalam masa uji coba yang dilaksanakan di 38 kota yang terdapat di 30 propinsi (sesudah terjadi pemekaran). Dan pada tahun 2002 program serupa dilaksanakan di 120 kota di 30 propinsi, sehingga sampai dengan tahun 2002 program PKL sudah dilaksanakan di 158 kota.  Sejalan dengan pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999, komponen bantuan teknik diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah agar mampu mengelola hasil-hasil program mengacu pada kondisi daerah yang diharapkan Genta Kumuh. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) [2] 29
  • 30.  P2KP adalah sebuah program yang dirancang pemerintah dengan dukungan Bank Dunia untuk menanggulangi kemiskinan di perkotaan sebagai akibat krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997.  Program ini menggunakan skema Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang menjadi kelompok sasaran (target group).  Konsep penting dari P2KP adalah pelaksanaan serta pengelolaan program di lapangan tidak diserahkan kepada birokrasi pemerintahan tetapi kepada masyarakat. Fungsi birokrasi lebih kepada memfasilitasi agar terjadi situasi yang kondusif sehingga seluruh potensi masyarakat dapat berpartisipasi aktif mengelola program ini secara maksimal guna mengatasi kemiskinannya.  Program ini memang tidak terkait secara langsung dengan penanganan lingkungan permukiman kumuh. Namun ada dua hal yang terkait secara tidak langsung yaitu kelompok sasaran program yang hampir semuanya adalah masyarakat yang tinggal dan menghuni lingkungan permukiman kumuh. Warga masyarakat dapat mengusulkan perbaikan dan pemeliharaan prasarana & sarana dasar permukiman dimana mereka tinggal sebagai proyek-proyek yang diusulkan untuk dibiayai. 30 Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) [1]
  • 31.  Kesempatan tersebut berarti menyelesaikan dua masalah sekaligus yaitu menyediakan lapangan kerja dan memperbaiki lingkungan permukiman kumuh. Program ini menghasilkan kelembagaan BKM dan UPK di tingkat masyarakat serta pengelolaan dana bergulir. . Di tingkat kota/kabupaten, dibentuk Forum BKM sebagai wadah bagi komunikasi, integrasi, dan kerjasama. .  Progress P2KP tahap I (tahun 2000-2001) telah dilaksanakan di 1.298 kelurahan dan didukung oleh dana GoI dan BLN sebesar 562 Milyar lebih, dan mengenai sasaran penerima manfaat sejumlah 141.450 KK keluarga Pra KS. . Masing-masing kelurahan tersebut membentuk Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Proposal yang diajukan oleh KSM tersebut tercatat sebanyak 56.000 proposal yang meliputi bidang ekonomi, prasarana dan pelatihan (SDM). Dalam perkembangannya, proposal yang dinilai layak adalah sebanayak 53.929 dan yang telah dicairkan dananya sebanyak 47.959 proposal. 31 Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) [2]
  • 32. •Kriteria : KK miskin dengan rumah tidak layak huni berdasar Pemetaan Swadaya (PS) tercantum dalam PJM Pronangkis •Proses melalui pemberdayaan masyarakat : - berdasarkan Rencana Tahunan, BKM & UP-UP mengadakan rapat penetapan prioritas kegiatan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan (BAPPUK); - usulan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)/Panitia; - pendampingan oleh Fasilitator. •Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat (BKM/UPL). •Dilaksanakan secara swakelola. •Penyaluran BLM dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu (30%-60%-10%) dari nilai proposal yang disetujui. Rehabilitasi RTLH 249.654 Unit Rp 1,049 T periode 2007-2014 32 Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) [3] Sumber: PMU P2KP, 2015
  • 33.  P2LDT adalah penyempurnaan dari P3D. P2LDT ditujukan untuk perdesaan yang relatif cepat perkembangannya yang bertumpu pada peningkatan partisipasi masyarakat melalui asas TriBina.  Bagi desa-desa potensial dikembangkan Pembangunan Permukiman Desa Pusat Pertumbuhan (P2DPP). P2DPP merupakan pembangunan skala lokal -- satu DPP -- tanpa memperhitungkan hinterland-nya, sehingga desa hinterland-nya lambat perkembangannya.  KTP2D merupakan pengembangan dan penyempurnaan P2DPP. Ditekankan pada bidang perumahan dan merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan secara menyeluruh dan lintas sektoral pada kawasan Agro Bisnis, Agro Wisata, Agro Industri dan Pusat Jasa Lokal. Secara umum komponennya tidak berbeda jauh dengan program KIP karena kesamaan tujuan dan sasaran program yaitu perbaikan dan pembangunan prasarana-sarana, perbaikan/pemugaran rumah di perdesaan ( 1 desa memperoleh stimulan 30 unit rumah dari Dep. PU, 20 unit rumah dari Dep. Dalam Negeri, 10 unit rehab total rumah dari Dep. Sosial), peningkatan kualitas lingkungan permukiman secara umum. 33 Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT) [1]
  • 34. TAHUN ANGGARAN RENCANA PELITA V P2LDT REALISASI PELITA V P2LDT KELEBIHAN PEROLEHAN SASARAN JUMLAH DESA JUMLAH RUMAH (15 unit/desa) JUMLAH DESA JUMLAH RUMAH (15 unit/desa) (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) 1989 – 1990 2.900 43.500 3.365 50.475 + 6.975 1990 - 1991 4.000 60.000 4.066 60.990 + 990 1991 – 1992 4.500 67.500 4.099 61.485 - 6.015 1992 – 1993 4.500 67.500 6.752 101.280 +33.780 1983 – 1994 4.100 61.500 4.786 71.790 +10.290 TOTAL 20.000 300.000 23.068 346.020 + 46.020 Catatan : Realisasi 15 rumah terpugar / desa / tahun  didasarkan data empiris (swadaya masyarakat)  termasuk yang terpugar melalui perintisan + perantaian + peniruan Data olahan per 15 Juni 1993 Keterangan : 1. Rumah perintisan : dengan bantuan dana stimulan Pemerintah Rp. 200.000/rumah + swadaya senilai yang sama Rata-rata diberikan kepada 12 rumah/desa/tahun 2. Rumah perantaian: perputaran bantuan dana stimulan dari rumah binaan yang pertama kepada rumah binaan yang kedua, ketiga dan seterusnyabrata-rata terpugar 1 rumah/desa/tahun 3. Rumah peniruan : rumah lain meniru pola perintisan namun dengan swadaya dan swadaya murni (100%), rata- rata terpugar 2 rumah/desa/tahun Sumber : Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat, 1993 34 Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT) [2]
  • 35. • Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) • Rumah tidak layak huni • Lingkungan kumuh • Peran serta masyarakat. • Penguatan kelompok swadaya masyarakat. • Pelaksanaan swadaya masyarakat. • Stimulan pada kelompok masyarakat. PNPM PERUMAHAN PERMUKIMAN • Kriteria : MBR dengan rumah tidak layak huni. • Proses melalui pemberdayaan masyarakat : - musyawarah; - usulan dari kelompok masyarakat; - pendampingan / fasilitator. • Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat. • Dilaksanakan secara swakelola. • Penyaluran BLM melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) • Stimulan perbaikan / pembangunan baru rumah tdk mengelompok, Prasarana Sarana Utilitas umum (PSU) bersyarat mengelompok. BSP2S: PB 1.600 Unit PK 10.607 Unit periode 2006-8 • Kriteria : MBR serta kawasan tidak layak huni/kumuh. • Proses melalui pemberdayaan masyarakat : - musyawarah; - usulan dari masyarakat dalam bentuk Rencana Tindak Komunitas (RTK); - pendampingan. • Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat. • Dilaksanakan secara swakelola. • Penyaluran BLM melalui pokmas. • Stimulan perbaikan rumah & PSU dalam satuan kawasan (mengelompok). PKP: PB 4.000 Unit PK 28.925 Unit periode 2009-10 • Masy. dpt menghuni rumah yang layak. • Lingk. yang sehat, aman, serasi & teratur •  Angka kemiskinan •  Luasan kawasan kumuh • Partisipatif. • Penguatan Kelembagaan. • Pelaksanaan secara swakelola. • Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S) dan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) Permen No. 8 Th 2006 Permen No. 1 Th 2009 Permen No. 5Th 2009 35
  • 36. Capaian Kinerja Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tahun 2005 - 2009 PROGRAM / KEGIATAN SATUAN RPJMN 2005- 2009 REALISASI 2005 - 2009 2005 2006 2007 2008 2009 Perumahan Swadaya (a+b) Unit 3.550 3.880 4.867 10.925 a.. Pembangunan Baru Perumahan Swadaya Unit 960 540 100 2.000 b. Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya Unit 2.590 3.340 4.767 8.925 c. Fasilitasi Pembangunan PSU Perumahan Swadaya Unit - 4.950 8.925 d. Fasilitasi Pra-Sertifikasi dan Pendampingan Pasca-Sertifikasi Bidang 36
  • 37. Permen No 14 Tahun 2011 • Kriteria : MBR dengan rumah tidak layak huni. • Proses melalui pemberdayaan masyarakat : - musyawarah; - usulan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM); - pendampingan / fasilitator. • Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat . • Dilaksanakan secara swakelola. • Penyaluran BLM melalui UPK/BKM • Stimulan peningkatan kualitas / perbaikan total rumah tidak mengelompok, Prasarana Sarana Utilitas umum (PSU) bersyarat mengelompok minimal 20 unit. BSPS : PB/RT 32.947 Unit PK 237.207 Unit periode 2011-12 37
  • 38. Permen No 06 Tahun 2013 • Kriteria : MBR dengan rumah tidak layak huni. • Proses melalui pemberdayaan masyarakat : - musyawarah; - usulan dari Kelompok Penerima Bantuan(KPB); - pendampingan oleh TPM. • Menggunakan lembaga yang ada di masyarakat . • Dilaksanakan secara swakelola. • Penyaluran BLM bersamaan dengan pembelian bahan bangunan langsung oleh penerima bantuan melalui bank/pos penyalur. • Stimulan peningkatan kualitas / perbaikan total rumah tidak mengelompok, Prasarana Sarana Utilitas umum (PSU) bersyarat mengelompok. BSPS : PB/RT 29.610 Unit PK 384.333 Unit periode 2013-14 38
  • 39. Capaian Kinerja Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tahun 2010-2013 dan Target DIPA 2014 39 PROGRAM / KEGIATAN SATUAN RPJMN 2010- 2014 REALISASI 2010 - 2013 TARGET DIPA 2014 PROGNOSA CAPAIAN 2010 - 2014 2010 2011 2012 2013 TARGET % Perumahan Swadaya (a + b) Unit 100.000 22.000 53.141 218.013 214.143 200.000 707.297 1.414.59 a. Pembangunan Baru Perumahan Swadaya Unit 50.000 2.000 16.403 16.544 29.810 - - 64.757 129.51 b. Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya Unit 50.000 20.000 36.738 201.469 184.333 200.000 642.540 1.285.08 c. Fasilitasi Pembangunan PSU Perumahan Swadaya Unit 50.000 13.350 40.688 - 8.871 9.000 71.909 143.82 d. Fasilitasi Pra-Sertifikasi dan Pendampingan Pasca- Sertifikasi Bidang 30.000 6.314 6.522 7.500 20.864 22.000 63.200 210.67
  • 40. 40
  • 41. N0 PROGRAM LINTAS/ PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL SASARAN INDIKAT0R TARGET (x 000 Unit) PENANGGUN G JAWAB PELAKSANA 201 5 201 6 201 7 201 8 201 9 TOTAL 17.1 Program Pe- ngembanga n Perumahan Kementerian PU & PeRa Pengem- bangan Perumahan Swadaya Terwujudnya keswaswadayaa n masyarakat untuk peningkatan kualitas & pemb. rumah/ hunian yg layak huni & ter-jangkau bagi 2,2Jt MBR dlm lingk.yg aman, sehat, teratur & serasi Jumlah MBR yang menerima pemberda-yaan & meningkat keswadayaannya 225 340 450 545 640 2.200 Kementerian PU & PeRa Jml Rmh Tangga yg terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangun-an Rumah Swadaya 20 45 50 60 75 250 Kementerian PU & PeRa Jml Rmh Tangga yang memperoleh akses terhadap KPR Swadaya 50 100 135 165 450 Kementerian PU & PeRa Jml Rmh Tangga Kementerian 41
  • 42. No KEGIATAN TARGET 5 TAHUN TARGET RPJMN PER TAHUN (Dalam Unit) 2015 2016 2017 2018 2019 A TARGET RPJMN 1.750.00 0 85.00 0 345.00 0 400.00 0 445.00 0 475.00 0 1 Pembangunan Baru Rumah Swadaya 250.000 20.00 0 45.000 50.000 60.000 75.000 2 Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 1.500.00 0 65.00 0 300.00 0 350.00 0 385.00 0 400.00 0 B KEMAMPUAN ANGGARAN 1.061.85 4 82.24 5 107.88 8 299.18 8 256.93 9 315.59 4 PENCAPAIAN BSPS RpM & PLN (Tentatif) 735.856 82.24 5 97.888 112.73 2 201.30 4 241.68 7 PENCAPAIAN BSRS DAK (Tentatif) 168.028 - 10.000 55.038 55.635 47.355 APBD PROV/KAB/KOTA (Tentatif) 154.970 - - 131.41 8 - 26.552 237.11 100.81 188.06 159.40 * Catatan: Capaian DAK untuk Tahun 2016-2018 berdasarkan Rencana Perbandingan Kemampuan Anggaran dengan RPJMN 2015 - 2019
  • 43.
  • 44. PENCARI TEMPAT TINGGAL (Home Seekers) Bukan MBR MBR Penghasilan Tak Teratur >Peningkatan Kualitas >Pembangunan Rumah Penghasilan Teratur >Peningkatan Kualitas >Pembangunan Rumah • Koordinasi • Bantek • Monitoring Kredit Tidak Bersubsidi Kredit Bersubsidi Rumah ditempati sendiri > Untuk Usaha > Tidak untuk Usaha Rumah tidak ditempati sendiri Non Bank Bank Kredit Tidak Bersubsidi Kredit Bersubsidi FASILITASI KREDIT MIKRO BAGI PERUMAHAN SWADAYA Stimulan Bergulir Fasilitasi Pembiayaan Perumahan Swadaya 44
  • 45.  1989 intervensi terhadap perumahan swadaya melalui P2BPK adalah program yang diarahkan memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan, memiliki, dan menghuni sendiri rumah yang layak secara berkelompok.  1994 program ini menjadi resmi setelah keluarnya SK Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 06/KPT/1994 tentang Pedoman Umum Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) tahun 1994. Semula program ini bernama P2BPK sesuai SK tersebut, namun belakangan lebih populer sebagai Program Perumahan Swadaya meskipun substansinya tidak jauh berbeda. Hal yang membedakan terletak pada sumber dana proyek:  Pada P2BPK sumber dana adalah Dana Mitra (DM) dan Kredit Triguna BTN.  Pada Perumahan Swadaya sumber dana berasal dari swadaya masyarakat dan stimulasi dana bergulir. Pelaksanaan program ini didukung kerjasama dengan UN Habitat melalui proyek INS/94/003 dan Kredit Triguna dari BTN. P2BPK merupakan campuran antara formal dan swadaya. Swadaya karena perencanaan, pelaksanaan & pengembangan pembangunan oleh penghuni. Formal karena semua aspek pembangunan mengacu pada standar-standar dan peraturan pemerintah dan keterlibatan pemerintah masih diperlukan. 45 Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) [1]
  • 46.  Melalui proyek ini dikembangkan mekanisme dukungan penyelenggaraan P2BPK, antara lain:  Pembentukan AKPPI (Asosiasi Konsultan Pembangunan Perumahan Indonesia)  Penetapan ASPEK (Asosiasi Permukiman Kooperatif)  Pelatihan-pelatihan  Dengan adanya AKPPI dan ASPEK diharapkan penyelenggaraan P2BPK dapat berjalan dan melembaga dengan dukungan Kredit Triguna (BTN). Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) [2]
  • 47.  Ada beberapa kesamaan antara program perumahan swadaya/P2BPK dengan program penanganan lingkungan permukiman kumuh yang dilaksanakan melalui program Peningkatan Kualitas Lingkungan (PKL) tahun 2001-2002 secara nasional dan KIP Komprehensif tahun 1998-2002 yaitu keterlibatan masyarakat secara aktif sebagai subyek pembangunan melalui KSM yang dibentuk sesuai kebutuhan.  Asas pokok P2BPK adalah menjadi kelompok yang terorganisasi (organized client) yang formal dan legal sehingga memudahkan pembinaan dan pendampingan. Hal ini karena kelompok harus membuat kesepakatan diantara sesama anggota kelompok, mengurus persyaratan dan perizinan membangun rumah serta mengajukan Kredit Triguna BTN.  P2BPK dilaksanakan dengan prinsip AKKU, yaitu:  Aspirasi Kelompok  Kebutuhan Kelompok  Kemampuan Kelompok, serta  Upaya Kelompok  P2BPK mengandalkan kelompok serta bertolak dari potensi, kebutuhan dan upaya kelompok, mencakup:  membangun rumah baru, maupun meningkatkan kualitas rumah yang ada, sampai dengan peremajaan lingkungan;  mencari tanah, mengumpulkan dana hingga membangun, dan mengelola lingkungan selanjutnya;  membangun kompleks perumahan, maupun lingkungan permukiman dengan PSUnya. Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) [3]
  • 48.  Program ini dapat menjadi pilihan bagi penghuni lingkungan permukiman kumuh untuk pindah dan mengadakan perumahan sendiri secara berkelompok di lokasi yang lebih baik. Program ini menghasilkan dua keluaran yaitu KSM dan pengelolaan dana bergulir (program perumahan swadaya).  Sampai tahun 2000, P2BPK telah direncanakan pada 153 lokasi yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia dan direncanakan akan dibangun 15.947 unit rumah. Pada perkembangannya, sampai dengan bulan Oktober 2000 baru 1.015 unit rumah yang selesai 100% dan diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2000 akan selesai 3.553 unit rumah. Dengan demikian rencana yang telah terrealisasi baru mencapai 22,28% sehingga masih ada 12.394 unit rumah yang harus dibangun, atau 77,72% dari rencana, sementara KPR yang besarnya 66,93% dari realisasi jumlah unit rumah terbangun.  P2BPK wajib direvitalisasi, karena satu-satunya rumpun perumahan swadaya yang mengurangi backlog dengan skema pulih biaya. Jika dibina intensif dan diprogram massif, P2BPK dapat mengurangi backlog lebih signifikan dari pengembang, HANYA dengan cara menyediakan skim (divisi) dana talangan (bridging-fund) pada BLU PPP dan implementasi PERMENPUPERA No. 20/PRT/M/2014 dan No. 21/PRT/M/2014. 48 Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) [4]
  • 49. Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK) [5] No KanCab BTN Nama Kelompok Tahun Unit Tenor Progress Bunga Keterangan 1 Palembang KUD Sawitri 1996 50 15 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah Negara + diberi SHAT Kop. Pedatuan 1995 27 14 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah Negara + diberi SHAT 2 Makassar Kop. Mitra Mas 1997 120 15 th 100 % 8,5 %/th 3 Bandung Kopedi 1994 116 20 th 93.9% 8,5 %/th Kowaperak 1994 160 15 th 61 % 8,5 %/th 4 Jakarta Eko Damai Mand[ri 1994 181 15 th 100 % 8,5 %/th Kopersup 1992 156 20 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah Perumnas Kopra 1996 200 15 th 40 % 8,5 %/th Koperasi PKGC 1997 100 15 th 100 % 8,5 %/th 5 Bekasi KUD MSP 1997 250 15 th 50 % 8,5 %/th 6 Solo Kop. Tekad UPTP 1 1994 74 15 th 100 % 8,5 %/th Kop. Tekad UPTP 2 1996 110 15 th 100 % 8,5 %/th Mojosongo Berseri i 1999 51 15 th 100 % 8,5 %/th Mojosongo Berseri 2 1999 37 15 th 100 % 8,5 %/th 7 Denpasar KSPRR (PNS&PDAM) 1996 64 20 th 100 % 8,5 %/th Ex Tanah warga 8 Mataram Kopajali 1997 45 20 th 100 % 8,5 %/th 9 Balikpapan Koperasi 1996 105 15 th 100 % 8,5 %/th 15 rumah tahap 1 pre-finance PemKot T o t a l 1.846 Sumber: PJM 2000 -2004 (review 2000) Ditjen Perkim, DepKimPrasWil 2002 diolah 49
  • 50. Co-BILD atau Proyek Penerapan Pembangunan Perumahan dan Daerah berbasis pada Prakarsa Komunitas Masyarakat (P3DPK) merupakan program rintisan kerja sama antara UNHCS/UNDP dan Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Program ini telah dilaksanakan sejak pertengahan tahun 2001.  Latar belakang terbentuknya program ini adalah untuk menguji mekanisme pembiayaan perumahan dengan suku bunga pasar, mengedepankan kredit mikro perumahan yang dapat diakses oleh MBR, agar dapat memiliki rumah layak huni.  Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan bagi MBR melaluI dukungan terhadap proses pembangunan rumah bertahap, atau “rumah tumbuh”.  Sasaran dari Co-BILD diperuntukkan bagi rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah, namun stabil dan mampu menabung dalam jangka waktu pendek, sehingga bantuan atau kredit yang diberikan dapat dikembalikan lagi oleh MBR tersebut.  Secara umum ruang linkup Co-BILD mencakup: 1. Penyiapan dukungan kelembagaan tingkat nasional dan lokal untuk pelaksanaan desain dan pengelolaan prakarsa komunitas di bidang perumahan dan permukiman. 2. Pembangunan kapasitas organisasi dan komunitas. menjadi forum bagi kegiatan - kegiatan pembangunan dan perbaikan/pemeliharaan perumahan 3. Pengembangan mekanisme pembiayaan yang mendukung komunitas lokal, dan khususnya masyarakat yang kurang mampu dalam upaya mereka mendapatkan lahan, prasarana dan perumahan lain yang terkait. Community Based Housing and Initiative for Local Development (CoBILD) [1] 50
  • 51.  Program Co-BILD ini berjalan melalu penyediaan dana yang bergulir sebagai pinjaman kepada rumah tangga yang diberikan untuk melakukan pembebasan tanah, perbaikan rumah, pembangunan rumah baru dan peningkatan atau pengadaan prasarana lingkungan permukiman. Co-BILD memberikan pinjaman sebanyak 3 kali putaran yang besarnya rata-rata Rp.2.400.000,- untuk masa pinjam selama 2 tahun dengan suku bunga 18% per tahun, yang disesuaikan dengan suku bunga perumahan yang telah ditetapkan oleh BTN, yang dievaluasi setiap 6 bulan sekali.  Program ini dilaksanakan dengan menggunakan sebuah pendekatan pembelajaran untuk menggali dan mengembangkan melalui proses partisipatif, suatu strategi yang mengakomodasi dan merespon kebutuhan akan perumahan suatu daerah dengan mengedepankan pembangunan yang berbasis pada masyarakat.  Untuk melaksanakan CoBILD maka perlu dibentuk kelembagaan yaitu Bapekam, FPK, dan BP-DPM.  Dana CoBILD disalurkan kepada KSM melalui BP-DPM (Badan Pengelola Dana Pemberdayaan Masyarakat). BP-DPM dibentuk berdasarkan kesepakatan pada saat dilakukan rapat pada tingkat Forum Pembangunan Kota (FPK). Rapat FPK dihadiri KSM- KSM yang menjadi anggotanya setelah terlebih dahulu dibentuk Badan Pembangunan Kampung (Bapekam) oleh KSM di wilayah masing-masing. Community Based Housing and Initiative for Local Development (CoBILD) [2] 51
  • 52. 52 Community Based Housing and Initiative for Local Development (CoBILD) [3]  Dilaksanakan di 12 kota di mana setiap kota mendapatkan pagu pendanaan senilai Rp 2,4 miliar untuk disalurkan kepada 1000 KK yang memenuhi persyaratan .  Program ini menghasilkan kelembagaan KSM sebagai kelembagaan masyarakat Bapekam di tingkat masyarakat dan Forum Pembangunan Kampung (FPK) di tingkat kota sebagai kelembagaan pengambil kebijakan, serta Badan Pengelola (BP) sebagai pengelola dana bergulir tingkat kota. .  Selain menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama juga menempatkan peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pelaku utama pendukung mitra masyarakat, Ini mengingat kewenanganannya terutama setelah diberlakukannya UU 22/99 dan PP 25/2000 yang mengatur otonomi daerah.  Sasaran fisik program CoBILD adalah bantuan 10.000 rumah tangga di 12 kota yang dipilih pada tahap awal. Dalam perkembangannya di tahun 2000, respon terhadap program CoBILD dari kelompok masyarakat ternyata luar biasa, terlihat dari proposal yang dikirimkan oleh 573 kelompok masyarakat yang terdiri atas 47.418 anggota di 55 kota di seluruh Indonesia.  Pada tahun 2003, seluruk 12 kota penerima CoBILD diserahkan pembinaannya dari Pemerintah kepada masing-masing Pemerintah Kota.
  • 53. Sebaran Perguliran Dana Program CoBILD Sebaran Penerima Manfaat Program CoBILD 53 Community Based Housing and Initiative for Local Development (CoBILD) [4]
  • 54. 54 Neigbourhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) [1]  Neighborhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) didanai utamanya melalui loan yang mempunyai sasaran langsung pada rumah dan prasarana lingkungan bagi masyarakat miskin. Tahun 2004 sudah mulai diproses. Rencananya total dana yang dikucurkan sebesar US $ 126,5 juta untuk 32 kota di 16 propinsi. Program tersebut mencakup 50.000 sampai 60.000 unit rumah dan akan menjangkau 2 juta penduduk termasuk penduduk miskin. "NUSSP sendiri hampir sama dengan program P2KP karena menyentuh pada masyarakat miskin tetapi bedanya langsung pada rumah dan lingkungannya, tidak lagi pada modal kerja saja.  Rincian pendanaan NUSSP ini sebanyak US $ 88 juta berbentuk loan dari ADB, sharing Pemda US $ 30 juta sebagai dana pendamping, bantuan Pemerintah Pusat US $ 5,6 juta, dana PT PNM sebagai central financial institution sebesar US $ 0,5 juta dan beneficiaries US $ 1,7 juta, sehingga total seluruhnya US $ 126,5 juta. Loan NUSSP ini telah mendapat persetujuan Board of ADB pada bulan Desember 2003. Berbeda dengan P2KP-1 yang telah selesai dilaksanakan di Pulau Jawa, program NUSSP ini akan lebih banyak di kota-kota luar Jawa. Program ini sebagai upaya dalam penanggulangan kemiskinan utamanya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (berpenghasilan sekitar Rp. 350 ribu sampai 1,5 juta).
  • 55.  NUSSP yang memiliki empat komponen utama yaitu: 1. meningkatkan sistem perencanaan dan manajemen untuk meningkatkan kualitas dari lokasi dan membangunkan yang baru untuk masyarakat miskin perkotaan; 2. meningkatkan akses ke pembiayaan perumahan bagi masyarakat miskin melalui lembaga keuangan pusat dan daerah; 3. meningkatkan perbaikan lingkungan miskin dan pengembangan lokasi baru untuk masyarakat miskin; dan 4. memperkuat sektor lembaga untuk meningkatkan pelayanan Pembiayaan perumahan awalnya direncanakan untuk mendanai 30.000 perbaikan rumah dan 25.000 rumah-rumah di lokasi pengembangan yang baru, dengan jumlah total US$ 17,1 juta. Target ini dinilai terlalu tinggi sehingga dikurangi menjadi US$ 1,5 juta untuk mendanai 1.500 keluarga miskin tanpa penjelasan khusus tentang tujuan penggunaan dana pinjaman. Dana yang berasal dari pinjaman ADB disalurkan melalui PNM (Permodalan Nasional Madani - Dana Nasional untuk Skala Investasi Kecil dan Menengah) sebagai pusat institusi keuangan dan disalurkan melalui lembaga keuangan lokal yang akan menjadi lembaga keuangan yang secara langsung memberikan layanan kepada peminjam utama. Neigbourhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) [2] 55
  • 56. Pada akhir proyek, dilaporkan bahwa:  Banyak lokasi NUSSP merasakan dampak peningkatan akses transportasi; akses informasi; dan akses untuk kesehatan, pendidikan dan fasilitas sosial dasar lainnya.  Proyek NUSSP telah memperbaiki rumah 800.000 keluarga  Lebih dari 1000 rumah tangga disediakan sertipikat hak atas tanah atau rumah.  2,164 keluarga telah memanfaatkan kredit mikro dengan jumlah total yang dibayar Rp. 6,9 milyar atau rata-rata Rp. 3,2 juta /keluarga.  Sebagian besar kredit digunakan untuk perbaikan rumah, misalnya mengganti lantai dan atap, menambah fasilitas sanitasi, dan memperoleh izin tanah.  Suku bunga pinjaman adalah 15% dari PNM kepada lembaga keuangan lokal dan 30% – 40% hingga ke peminjam akhir.  405 rumah dibangun dengan ukuran 27 m2 dan tanah ukuran 100 m2. Rata2 harga rumah Rp 42 juta. Pinjaman untuk membeli rumah baru ini diberikan oleh bank komersial – bukan merupakan bagian dari proyek – dengan pinjaman yang bertenor 10 sampai 15 tahun dengan suku bunga antara 4,5% -11% per tahun  Awalnya, pinjaman US$ 344/KK untuk membangun rumah tumbuh. Namun, kecil kemungkinan konsep rumah tumbuh menarik minat masyarakat miskin perkotaan. Neigbourhood Unit Small Shelter Project (NUSSP) [3] 56
  • 57. 57 Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Kratonan, Solo Rehabilitasi RTLH adalah salah satu tujuan menuju Solo bebas kumuh 2015. Program ini didasarkan fakta bahwa terdapat 6.612 RTLH di 5 Kecamatan pada tahun 2006. Sampai dengan tahun 2011 Rehabilitasi RTLH sudah dilaksanakan terhadap 4.986 rumah , dan 1.250 rumah sisanya ditangani pada tahun 2012. Lokasinya di Kelurahan Kratonan, RW 06, RT 01. Pada tahun 2007, dikeluarkan Peraturan Walikota no. 13/2007 tentang Mekanisme Pemberian Bantuan untuk Rehabilitasi Rumah, dimana proses dan mekanisme P2BPK yang diterapkan meliputi : (a) Pembentukan POKJA menjadi Tim Pelaksana Kelurahan & Tim Pelaksana POKJA; (b) Penyiapan Rencana Tapak dan Usulan Proyek yang diarahkan oleh POKJA kepada KSM. Usulan disampaikan kepada Pemerintah Kota melalui Dinas Kesejahtaraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DKRPPKB), dengan persetujuan Lurah; (c) Persetujuan atas Bantuan Rehabilitasi dan Perbaikan Rumah, bagi calon penerima bantuan yang sudah diverifikasi, DKRPPKB menyetujui bantuan rehabilitasi dan perbaikan rumah yang sebesar Rp. 2 juta rupiah per rumah dan Rp 7,5 juta kredit mikro per KK dari Bank BUKOPIN, melalui BLUD Yayasan Griya Layak Huni yang berasal dari Dana hibah Slum Upgrading Facility (SUF) UN Habitat, sejak tahun 2010. Semua anggaran pembiayaan selanjutnya dikelola dan diadministrasikan secara terpusat oleh POKJA. Slum Upgrading Facility (SUF) [1]
  • 58. Walikota Joko Widodo pada akhirnya melakukan kunjungan lapangan bersama Kementerian PU, BPN serta Dinas Tata Ruang dan Kebersihan (DTRK), Dinas Pertamanan. Kunjungan ini ditujukan untuk mendukung program dengan mensinergikan program internal seluruh unit kerja pemerintah; (d). Tahap Pelaksanaan, dimana pembangunan dilaksanakan di bawah koordinasi KSM dan POKJA. Ada dua pekerjaan fisik yang dilaksanakan secara simultan. Pertama pekerjaan perbaikan rumah dan kedua legalisasi status tanah dan penyediaan PSU dari berbagai unit SKPD. Selebihnya, diberikan bantuan pengembangan ekonomi atau peningkatan industri rumah tangga dan; (e). Penyiapan Laporan Akuntabilitas, yang menjelaskan seluruh aktivitas di setiap tahapan, sebagai kewajiban POKJA pasca pelaksanaan konstruksi serta penyaluran bantuan bentuk lain. Slum Upgrading Facility (SUF) [2] 58
  • 59. P2BPK disamping menghasilkan perbaikan rumah dan lingkungannya, juga pengembangan ekonomi lokal, antara lain: (1). Peningkatan kualitas rumah. Dari Pemerintah Kota berupa hibah Rp 2 juta per rumah, untuk perbaikan ringan. Bagi mereka yang menginginkan perbaikan sedang, mereka dapat meminjam kredit perbaikan rumah sebesar Rp 7,5 juta dari Bank BUKOPIN dengan masa tenor 5 tahun (terdapat 11 rumah mengambil kredit) (2). Peningkatan kualitas lingkungan, yang juga dalam pengelolaan manajemen terpadu program perbaikan kawasan kumuh yang didukung berbagai pihak terkait seperti BPN, yang melakukan Sertipikasi Hak Atas Tanaih dan Peningkatan Status Tanah bagi persil penerima bantuan menjadi hak milik, di mana sebelumnya adalah tanah negara; DTRK telah membantu DED rumah dan penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); DPU, membangun drainase dan con-block area pe- destrian; PDAM menyediakan air bersih dan toilet umum. PLN yang meningkatkan layanan distribusi sampai tingkat hunian; dan DKP menyiapkan taman lingkungan dan penerangan jalan. Dengan peningkatan kualitas rumah dan lingkungannya sekarang Kelurahan Kratonan sangat siap mengantisipasi bencana banjir. (3). Peningkatan Ekonomi, sebagai bantuan pembinaan ekonomi dari Kementerian KUKM melalui program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah serta bantuan untu sejumlah pedagang keliling. Slum Upgrading Facility (SUF) [3] 59
  • 60.
  • 61. Bari Fola dalam bahasa Tidore terdiri atas 2 kata: “Bari” dan “Fola”. Kata BARI bermakna gotong royong dan kata FOLA berarti Rumah. Jadi, BARI FOLA dapat diartikan “bergotong royong membangun rumah”, mulai dari mempersiapkan bahan- bahannya hingga membantu membangun rumahnya. Karakteristik yang dimiliki “Bari” (gotong royong) ialah makanan yang disajikan sangat sederhana atau dalam istilah masyarakat Tidore disebut “alakadar”. Makanan, minuman dan lainnya disediakan oleh keluarga yang melaksanakan hajatan dibantu oleh kerabat dan tetangga. Sementara dalam tradisi Bari Fola juga dikenal dengan istilah “mayae” yaitu pihak yang dimintai bantuan untuk bergotong-royong membangun rumah. “Tabeajou ngon moi-moi, ngom ni Bari re kala ma gai laha lau ua”. (Mohon maaf kepada kalian semua, hidangan alakadar kami [dalam Mayae ini] mungkin kelihatannya kurang pantas/kurang berkenaan dengan selera). Tradisi Bari di masa lalu dilakukan terutama untuk sesama dengan maksud untuk meringankan pekerjaan, diantaranya membantu sesama warga masyarakat membangun rumah, membuka kebun atau ladang, bahkan menjadi kekuatan pembangunan dalam mengadakan sarana prasarana umum misalnya sekolah, rumah ibadah, pasar rakyat/tradisional, jalan, jembatan, sarana perekonomian dan lainnya. Barifola [1] 61
  • 62. Saat ini tradisi Bari lebih dikhususkan untuk membangun rumah warga yang tidak mampu. Melalui wadah Ikatan Keluarga Tidore (IKT) Kota Ternate Bari Fola dijadikan sebagai aksi sosial memperbaiki rumah tinggal warga masyarakat yang kurang mampu. Aksi sosial ini dilaksanakan secara swakarsa dan swadana yang bersumber dari gerakan calamoi, infaq, sadaqah, dan sumbangan dari para anggota paguyuban yang berkecukupan. Awalnya kegiatan Bari Fola yang diprakarsai oleh IKT Kota Ternate dibiayai dengan menggunakan mekanisme gerakan Kotak Calamoi dalam setiap pengajian dan arisan bulanan anggota IKT di setiap kelurahan. Dari dana yang terkumpul kemudian dijadikan dana stimulus pembangunan rumah dalam kegiatan Bari Fola. Mulai digulirkan dan dimatangkan pada awal Maret 2007. Agar Bari Fola berjalan tanpa mengabaikan aspek teknis dan konstruksi rumah, setiap rumah yang dibangun disesuaikan dengan standar bangunan IKT dan desain rumah dikerjakan oleh anggota IKT yang memiliki kualifikasi keahlian arsitektur dan rancang bangun rumah. Dengan tetap mengedepankan kualitas pengerjaan agar tertata rapi dan kordinasi berjalan lancar dibentuklah beberapa kelompok kecil yang terdiri dari pekerja bangunan. Pimpinan dan anggota kelompok ini akan bekerja secara bergantian agar tidak mengganggu pekerjaan bagi penghidupan mereka dan keluarga. Pimpinan dan anggota kelompok ini bertindak sebagai pengarah dan pengendali teknis pengerjaan. Barifola 62 Barifola [2]
  • 63. Setiap awal kegiatan BariFola diadakan setiap anggota diberi bantuan 15 Kg beras, 2kg gula, dan uang secukupnya untuk keperluan makan keluarga mereka. Bantuan tersebut diberikan dengan asumsi sebagai pengganti upah pekerjaan rumah. Lama waktu pelaksanaan Barifola berkisar 1 minggu dengan besaran biaya membangun setiap unit rumah sebesar 30-40 juta Rupiah. Menariknya, setiap kegiatan Bari Fola selalu mendorong upaya kerjasama antara Tim Bari Fola dengan Anggota IKT dan masyarakat sekitar tempat Bari Fola dilaksanakan. Kaum perempuan setempat membantu si pemilik rumah menyiapkan makanan “alakadar” kepada orang-orang yang bekerja yang bersumber dari gerakan kotak calamoi selama kegiatan. Seringkali ibu-ibu anggota IKT dari kelurahan lain memasak dan mengantar makanan ke lokasi rumah yang sedang dibangun. Sementara kaum lelaki setempat juga turut serta dalam pengerjaan pembangunan rumah. Pimpinan/Pengurus dan anggota membaur di dalam suasana kegotong-royongan penuh kekeluargaan yang menggembirakan, di setiap kegiatan BARI FOLA. Barifola [3] 63
  • 64. Barifola [4] 64 Barifola membangun rumah Calon Penerima Bantuan (CPB) dari 0% sampai lengkap dan layak huni serta membuat furniture yang diperlukan. 1. Kriteria Obyek CPB. Keluarga yang belum menempati rumah layak huni dan kemampuan ekonominya tidak memungkinkan membangun rumah sendiri atau keluarga yang memiliki rumah, namun kondisinya tidak layak huni, baik kecukupan ruang, lingkungan dan sanitasi (kesehatan). 2. Kriteria Subyek CPB. Keluarga yang berpendapatan paling banyak Rp.500.000,-/bulan; orang tua tunggal (janda/duda) dan manula; memiliki tanggungan keluarga yang besar (anak-anak usia sekolah); tidak memiliki tulang punggung perekonomian keluarga bersangkutan. 3. Cara Memilih Obyek dan Subyek CPB. Dilakukan oleh Tim Penilai, yaitu tim verifikasi sekaligus sebagai tim supervisi. Setelah mendapat masukan berupa informasi awal melalui setiap koordinator, dan/atau terpercaya dari satu kelurahan/lingkungan tentang kondisi rumah keluarga yang pantas dibantu. Setiap unit rumah yang dibangun atau renovasi membutuhkan dana sekitar Rp 40 juta tanpa biaya tukang. Keputusan itu kemudian diumumkan setelah salat Magrib di masjid. ’’Masyarakat Tidore memang kental dengan budaya Islam sehingga semua aktivitas sosial bermula dari masjid,’’
  • 65. Barifola [5] 65 . 4. Proses Investigasi CPB. Tim Penilai melakukan observasi lokasi, memverifikasi kondisi keluarga dan lingkungan-nya, berkoordinasi dengan Lurah, Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat setempat tentang keberadaan keluarga bersangkutan. 5. Proses Penentuan CPB. Dimulai dengan rapat antar pemuka desa/kelurahan untuk memutuskan rumah keluarga yang akan diperbaiki atau dibangun sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Keputusan itu kemudian diumumkan setelah salat Magrib di masjid. ’’Masyarakat Tidore memang kental dengan budaya Islam sehingga semua aktivitas sosial bermula dari masjid,’’ . 6. Waktu Pelaksanaan. Setelah ditentukan calon penerima bantuan, kemudian ditetapkan waktu kapan barifola dilakukan. Pada waktu yang telah disepakati, warga se desa/kelurahan keluar rumah dan membawa bantuan untuk pembangunan rumah tersebut dengan cara bergotong royong.
  • 66. Barifola [6] 66 . 7. Cara Gotong Royong. Pembagian tugas dimana para pria yang bekerja membangun rumah, kaum perempuan memasak untuk makan warga yang bekerja membangun rumah tersebut. Khusus di Ternate, Barifola semakin aktif sejak 2008. 8. Cakupan Wilayah Pelaksanaan Barifola. Meski berasal dari Tidore, gerakan tersebut tidak dikhususkan untuk masyarakat yang berasal dari Tidore saja. Dalam perkembangannya, Barifola juga menyasar rumah-rumah warga tidak mampu di daerah-daerah lain di seluruh penjuru Maluku Utara, di antaranya, Ternate, Halmahera, Obi, dan Bacan.
  • 67. Dalam kurun waktu 2008-2014, sudah 136 unit rumah dilaksanakan gerakan BARIFOLA, sebagian kecil saja berupa kegiatan perbaikan sedang dan ringan. Rincian lokasi kegiatannya sebagai berikut:  Kota Ternate sebanyak 129 unit  Kabupaten Halmahera Utara sebanyak 2 unit  Kabupaten Halmahera Sela- tan sebanyak 2 unit Penyampaian apresiasi presiden atas pelaksanaan  Kota Tidore sebanyak 3 unit. Barifola (Tweeter). Kini, gerakan BARIFOLA terus dipromosikan oleh Walikota Ternate untuk dijadikan salah satu solusi penanganan masalah perumahan warga Tidore di Ternate. Dengan per- timbangan lain, Walikota Ternate juga turut mempromosikan BARIFOLA kepada kabu- paten/kota lainnya bahkan menginginkan agar BARIFOLA menjadi salah satu gerakan masif di tingkat Provinsi Maluku Utara, yang tidak hanya bagi masyarakat Tidore saja. Barifola [7] 67