SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
1
Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh”
Moh. Badrih
Mei 2020
PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL
Materi Penulisan Kreatif Sastra
Program Studi PBSI FKIP UNISMA Juni 2020
***
Perwatakan pada tokoh tertentu dalam karya sastra dimulai dari bagaimana pengarang novel
memperkenalkan tokoh-tokohnya, peran, dan fungsi peran atau penokohannya tersebut. Tokoh yang
yang ditampilkan akan dapat dianalisis melalui berbagai hal seperti dialog, perilaku, latar, maupun
melalui analisa dari pengarang sendiri melalui tulisannya.
Tokoh cerita menurut Abrams sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro, (2005: 165)
menjelaskan, tokoh cerita (character), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu naratif, atau
drama, yang oleh pembaca. ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan adalah
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Fungsi dan peran tokoh dalam cerita bukan hanya sekedar memainkan peran tetapi harus
mampu menyampaikan ide cerita, tema yang terangkai dalam satu jalinan cerita. Jokop Sumarjo
(dalam Zainuddin Fananie, 2000: 86) menjelaskan fungsi dan peran tokoh dalam cerita yaitu:
”Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati berupa rekaan
atau hanya imajinasi pengarang, masalah penokohan merupakan satu bagian penting dalam
membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita,
tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan jiwa, terutama psiko-analisa, merupakan pula salah satu alasan pentingnya
peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang”.
Hubungan antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat sekali dengan bagaimana
penerimaan pembaca. Karena pembacalah yang dapat memberi makna yang sebenarnya. Pemaknaan
pembaca dilihat dari bagaimana berdialog dengan kata-kata atau dengan sikap tingkah lakunya dilihat
berdasarkan oleh kwalitas pribadi tokoh bukan hanya secara fisik saja.
Burhan Nurgiantoro, (1995: 165) menyampaikan pengertian yang berbeda antara penokohan
dan tokoh. Pengertian penokohan lebih luas dibandingkan dengan pengertiannya tokoh. Tokoh
berhubungan dengan pemeran sedangkan penokohan berhubugan dengan perwatakan pemeran
sebagai berikut:
”Istilah penokohan berbeda pengertiannya dengan tokoh. Penokohan lebih luas dibandingkan
dengan tokoh. Tokoh hanyalah sosok pemeran dalamcerita sedangkan penokohan mencakup
masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh cerita, bagaimana penempatannya
dalam cerita, dan pelukisan dalam cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas
kepada pembaca”.
2
Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh”
Moh. Badrih
Mei 2020
Wellek & Warren, (1989: 288) menyampaikan pendapatnya tentang adanya perubahan
penokohan. Penokohan yang telah didukung oleh penampilan psikis dan fisik dapat berubah sewaktu-
waktu berdasarkan keadaan karakterologi yang dijadikan acuan. Tokoh dalam novel dapat
menunjukan adanya perubahan tersebut. Ada penokohan statis dan penokohan dinamis atau
penokohan berkembang. Penokohan datar (flat characterization) menampilkan satu kecenderungan,
yang dianggap dominan atau kecenderungan yang paling jelas secara sosial. Penokohan bulat (round
characterization) seperti penokohan dinamik membutuhkan ruang dan penekanan. Tokoh-tokoh
cerita dalam sebuah fiksi memilki peranan yang tidak sama.
Burhan Nurgiantoro, (2005: 176) memberikan kategori ke dalam beberapa jenis yaitu: (1)
dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dibedakan menjadi tokoh utama cerita (central
charakter, main charakter) dan tokoh tambahan (paripheral charakter); (2) dilihat dari fungsi
penampilan tokoh dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis; (3) berdasarkan
perwatakannya tokoh cerita dibedakan ke dalam tokoh sederhana (simple atau flat character) dan
tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character); (4) berdasarkan kriteria
berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dibedakan ke dalam tokoh statis/tidak
berkembang (static charakter) dan tokoh berkembang (developing charakter); (5) berdasarkan
kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap(sekelompok) manusia dari kehidupan nyata, tokoh
cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh topikal (typical character) dan tokoh netral (neutral
character).
Hal yang sama disampaikan oleh Aminuddin, (2002: 82) bahwa ragam pelaku penokohan
sebagai berikut:
”Selain terdapat pelaku utama, pelaku tambahan, pelaku protagonis, dan pelaku antagonis juga
terdapat sejumlah ragam pelaku yang lain. Ragam pelaku lain selain ragam pelaku yang telah
diungkapkan itu adalah (1) simple character, (2) complex character, (3) pelaku dinamis ,dan
(4) pelaku statis”.
Simpel karakter adalah jika pelaku tidak banyak menunjukan adanya kompleksitas masalah.
Komplek karakter pelaku yang pemunculannya menunjukan pelaku yang banyak dibebani
permasalahan yang komplek. Pelaku dinamis adalah pelaku yang memiliki perubahan dan
perkembangan batin dalam keseluruhan penampilan. Pelaku statis dalam hal ini adalah pelaku yang
tidak menunjukan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai cerita
berakhir. Sementara itu, Panuti Sudjiman (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005: 53) menyampaikan
kedudukan tokoh protagonis dalam cerita yaitu:
”Penentuan tokoh protagonis didasarkan pada kriteria sebagai berikut. Pertama tokoh yang
paling tinggi intensitas keterlibatannya dalam peristiwa- peristiwa yang membangun cerita.
3
Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh”
Moh. Badrih
Mei 2020
Waktu yang digunakan untuk menceritakan pengalaman tokoh protagonis lebih banyak
dibandingkan dengan waktu yangdigunakan untuk mengisahkan tokoh-tokoh lain. Kedua
tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan
tokoh-tokoh lain tidak saling berhubungan. Ketiga, protagonis menjadi pusat sorotan di alam
cerita”.
Keberhasilan pengarang dalam menggambarkan atau menampilkan penokohan tergantung
pada kemampuan pengarang menggambarkan watak tokoh- tokoh yang ada yang mewakili karakter-
karakter manusia yang dikehendaki tema dan amanat dalam batas kewajaran realita kehidupan
manusia.
Zainuddin Fananie, (2000: 87) mengungkapkan model mengekspresikan karakter tokoh yang
dipakai pengarang dapat bermacam-macam yaitu: (1) analitik artinya tokoh-tokoh cerita sudah
dideskripsikan sendiri oleh pengarang, dengan kata lain pengaranglah yang menganalisis watak
tokoh-tokohnya; dan (2) dramatik artinya pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan karakter
tokohnya. Karakter dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan
dalammenghadapi setiap peristiwa,perjalanan karier, dan hubungan dengan tokoh-toko lain, termasuk
komentar dari tokoh yang satu ke tokoh yang lain.
Lebih lanjut Boulton, (dalam Aminuddin, 2002: 79) mengungkapkan bahwa cara pengarang
menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang
menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di dalam mimpi, pelaku yang memiliki
semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai dengan
kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri
sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat
seperti manusia, misalnya kancil, kucing, sepatu, dan lain-lainnya.
Cara penggarang menggambarkan para tokoh dapat di analisis oleh pengarang langsung dan
jelas melalui tulisannya.Analisis lain dapat dilakukan dengan melihat melalui komponen-komponen
yang mendukung dalam rangkaian ceritanya. Secara garis besar ada dua macam cara pendeskripsian
karakter tokoh dalam sastra novel seperti yang disampaikan oleh Mursal Esten, (1990: 27) sebagai
berikut:
”Pertama secara analitik, yaitu pengarang langsung menceritakanbagaimana watak tokoh-
tokohnya. Kedua secara dramatik, yaitupengarang tidak langsung menceritakan bagaimana
watak-watak para tokohnya. Misalnya melalui penggambaran tempat dan lingkungan tokoh,
bentuk-bentuk lahir (potongan tubuh dan sebagainya), melalui percakapan (dialog), dan
melalui perbuatan tokoh”.
Lebih rinci dan luas lagi Muchtar lubis dalam Henry Guntur Tarigan (1993: 132-133)
menyampaikan tentang cara penggambaran penokohan bukan hanya dari unsur-unsur yang
4
Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh”
Moh. Badrih
Mei 2020
mendukung saja tetapi juga tanggapan dan komentar dari lawan main dan bagaimana tokoh dapat
bereaksi terhadap suatu kejadian sebagai berikut: (1) physical deskription (melukiskan bentuk lahir
tokoh); secara Portryal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran tokoh
atau siapa saja yang melintas dalam pikirannya); (2) reaction to even (bagaimana reaksi tokoh itu
terhadap kejadian); (3) direct outhor analysis (pengarang langsung menganalisis watak tokohnya.
Menurut M. Saleh Saad (dalam Tengsoe Tjahjono, 1988: 138) menyampaikan cara pengarang
melukiskan keadaan dan watak tokoh-tokohnya dapat melalui dua jalan yaitu: (1) cara analitik; dan
(2) cara dramatik. Dalam cara analitik seorang pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan
dan watak tokoh-tokohnya, sedangkan dalam cara dramatik dalam melukiskan tokoh-tokohnya tidak
dengan cara menganalisis langsung, tetapi melalui hal-hal yang lain. Cara pelukisan keadaan watak
tokoh secara dramatik ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: (1) dengan cara melukiskan
reaksi tokoh lain.
Lebih rinci dan luas lagi Muchtar lubis dalam Henry Guntur Tarigan (1993: 132-133)
menyampaikan tentang cara penggambaran penokohan bukan hanya dari unsur-unsur yang
mendukung saja tetapi juga tanggapan dan komentar dari lawan main dan bagaimana tokoh dapat
bereaksi terhadap suatu kejadian sebagai berikut: (1) physical deskription (melukiskan bentuk lahir
tokoh); secara Portryal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran tokoh
atau siapa saja yang melintas dalam pikirannya); (2) reaction to even (bagaimana reaksi tokoh itu
terhadap kejadian); (3) direct outhor analysis (pengarang langsung menganalisis watak tokohnya.
Menurut M. Saleh Saad (dalam Tengsoe Tjahjono, 1988: 138) menyampaikan cara pengarang
melukiskan keadaan dan watak tokoh-tokohnya dapat melalui dua jalan yaitu: (1) cara analitik; dan
(2) cara dramatik. Dalam cara analitik seorang pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan
dan watak tokoh-tokohnya, sedangkan dalam cara dramatik dalam melukiskan tokoh-tokohnya tidak
dengan cara menganalisis langsung, tetapi melalui hal-hal yang lain. Cara pelukisan keadaan watak
tokoh secara dramatik ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: (1) dengan cara melukiskan
reaksi tokoh lain.
”Pada kasus lain, bunyi yang diartikulasikan dari nama karakter tertentu dapat mengarahkan
kita pada sifat karakter itu seperti nama (karakterkarakter Dickens) Scrooge yang
mensugestikan sifat kikir, pickwick yang humoris, atau Murdstone yang jahat. Bukti lain yang
tidak kalah penting adalah deskripsi eksplisit dan komentar pengarang tentang karakter
bersangkutan. Deskripsi semacam itu selalu membantu kita dalam menvisualisasikan
sekaligus memahami karakter tersebut”.
5
Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh”
Moh. Badrih
Mei 2020
Pada prinsipnya ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh tokohnya
yaitu: (1) metode analisis atau deskriptif atau langsung; (2) metode tidak langsung atau peragaan atau
dramatisasi, ditambah dengan (3) metode kontekstual.
1) Metode analisis atau deskriptif atau langsung yaitu metode yang digunakan
pengarang dalam mendeskripsikan tokoh-tokohnya secara langsung dengan terinci
(analitis). Pendeskripsiannya dapat dilakukan secara fisik (keadaan fisiknya), psikis
(wataknya), dapat juga keadaan sosialnya (kedudukan dan pangkat) akan tetapi
lazimnya adalah ketiga-tiganya.
2) metode tidak langsung atau metode dramatik. Pengarang tidak memaparkan kehidupan
tokoh cerita tetapi pembaca yang menafsirkan karena pengarang ingin memberikan
fakta. Pengarang dalam mengambarkan tokohnya ini biasanya berkenaan dengan
penampilan fisik,hubungan dengan orang lain, cara hidup sehari-hari, dan sebagainya.
3) Metode kontekstual adalah metode yang digunakan pengarang untuk melukiskan
watak tokoh melalui konteks bahasa atau bacaan (Herman J. Waluyo, 2002: 167).
Wellek dan Warren, (1989: 287) menjelaskan cara-cara yang paling sederhana dalam
pendeskripsian perwatakan adalah dengan pemberian nama. Setiap sebutan adalah
sejenis cara memberi kepribadian dan penghidupan. Character atau tokoh adalah
bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Karakter ini berpribadi,
berwatak, dia memiliki sifat-sifat karakteristik yang tiga dimensional. Tiga dimensi
yang di maksud adalah:
(A)Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri badani, seperti: (a) usia, tingkat kedewasaan, (b)
jenis kelamin , (c) keadaan tubuhnya, (d) ciri-ciri muka.
(B) Dimensi sosiologis ialah latar belakang kemasyarakatan, misalnya: (a) status
sosial, (b) pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, (c) pendidikan (d)
kehidupan pribadi (e) pandangan hidup (f) aktifitas sosial, organisasi, hobbi, (g)
bangsa, suku, keturunan.
(C) Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, meliputi: (a) mentalitas, ukuran
moral/membedakan antara yang baik dan tidak baik, (b) temperamen, keinginan
dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, (c) I.Q. (Intelegen Quotient) tingkat
kecerdasan, kecakapan, keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu
(Harymawan, 1988: 25).
6
Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh”
Moh. Badrih
Mei 2020
Tokoh dalam cerita novel seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari disekitar kita,
selalu memiliki berbagai watak-watak tertentu tentang macam apa tokoh yang ditampilkannya itu.
Seorang pengarang seringkali memberikan penjelasan kepada pembaca secara langsung. Seorang
pelaku yang digambarkan melalui gambaran lingkungan. Seringkali lewat tingkah laku seseorang
juga dapat ditentukan bagaimana perwatakannya. Pemahaman watak seseorang juga dapat diketahui
lewat apa yang dibicarakan oleh orang lain terhadapnya. Dalam upaya memahami watak-watak
tokoh pelaku dalam cerita, pembaca dapat penjelasan kepada pembaca secara langsung. seorang
pelaku yang digambarkan melalui gambaran lingkungan. Seringkali lewat tingkah laku seseorang
juga dapat ditentukan bagaimana perwatakannya.
Pemahaman watak seseorang juga dapat diketahui lewat apa yang dibicarakan oleh orang
lain terhadapnya. Dalam upaya memahami watak-watak tokoh pelaku dalam cerita, pembaca dapat
menelusurinya lewat: (1) tuturan pengarang terhadp karakteristik pelakunya; (2) gambaran yang
diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian; (3)
menunjukan bagaimana perilakunya; (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya
sendiri; (5) memahami bagaimana jalan pikirannya; (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara
tentangnya; (7) melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya; (8) melihat bagaimana tokoh-
tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya; (9) melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi
tokoh yang lainnya. (Aminuddin, 2002:80).
Daftar Rujukan
Marquab, Reinhard. 1997. Duden Abiturhilfen. Erzählende Prosatexte analysieren, Training für
Klausuren und Abitur (Terjemahan) (12. Und 13. Schuljahr): Dudenverlag.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rahmat Djoko, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Stanton.
Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

More Related Content

What's hot (20)

Tahapan apresiasi Drama
Tahapan apresiasi Drama Tahapan apresiasi Drama
Tahapan apresiasi Drama
 
Pendahuluan & Hakikat Pengkajian Drama
Pendahuluan & Hakikat Pengkajian DramaPendahuluan & Hakikat Pengkajian Drama
Pendahuluan & Hakikat Pengkajian Drama
 
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karyaKajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
 
KRITIK DAN ESAI SASTRA
KRITIK DAN ESAI SASTRAKRITIK DAN ESAI SASTRA
KRITIK DAN ESAI SASTRA
 
05 sudut pandang
05 sudut pandang05 sudut pandang
05 sudut pandang
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
Apresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalApresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnal
 
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
 
Contoh analisis ekspresif
Contoh analisis ekspresifContoh analisis ekspresif
Contoh analisis ekspresif
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
Sudut pandang
Sudut pandangSudut pandang
Sudut pandang
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
3. cerpen
3. cerpen3. cerpen
3. cerpen
 
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
Jurnal Kajian Puisi IndonesiaJurnal Kajian Puisi Indonesia
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
 
sudut pandang
sudut pandangsudut pandang
sudut pandang
 
KD 10.5 ANTOLOGI PUISI
KD 10.5 ANTOLOGI PUISIKD 10.5 ANTOLOGI PUISI
KD 10.5 ANTOLOGI PUISI
 
This is the html version of the file http
This is the html version of the file httpThis is the html version of the file http
This is the html version of the file http
 
Jurnal novi
Jurnal noviJurnal novi
Jurnal novi
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 

Similar to 2 proses pembentukan karakter tokoh dalam novel

Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikPungki Ariefin
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikPungki Ariefin
 
Ppt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anak
Ppt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anakPpt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anak
Ppt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anakrizka_pratiwi
 
Unsur intrinsik pada cerpen antara lain
Unsur intrinsik pada cerpen antara lainUnsur intrinsik pada cerpen antara lain
Unsur intrinsik pada cerpen antara lainelisa rizka
 
Tokoh & Cara menentukan Tema
Tokoh & Cara menentukan TemaTokoh & Cara menentukan Tema
Tokoh & Cara menentukan TemaJulia Iffah S
 
Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02
Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02
Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02Entertainment
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenMomee Rain
 
PPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
PPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORERPPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
PPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORERPPGhybrid3
 
Materi Ajar aksi 3.pptx
Materi Ajar aksi 3.pptxMateri Ajar aksi 3.pptx
Materi Ajar aksi 3.pptxSMKMUHGUNA
 

Similar to 2 proses pembentukan karakter tokoh dalam novel (20)

Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
Ppt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anak
Ppt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anakPpt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anak
Ppt cerita fiksi dan bacaan nonfiksi anak
 
Unsur intrinsik pada cerpen antara lain
Unsur intrinsik pada cerpen antara lainUnsur intrinsik pada cerpen antara lain
Unsur intrinsik pada cerpen antara lain
 
cerpen Kelompok 5
cerpen Kelompok  5   cerpen Kelompok  5
cerpen Kelompok 5
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
Tokoh & Cara menentukan Tema
Tokoh & Cara menentukan TemaTokoh & Cara menentukan Tema
Tokoh & Cara menentukan Tema
 
CERPEN.pdf
CERPEN.pdfCERPEN.pdf
CERPEN.pdf
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
Cerita pendek 2
Cerita pendek 2Cerita pendek 2
Cerita pendek 2
 
Cerita pendek 2
Cerita pendek 2Cerita pendek 2
Cerita pendek 2
 
Ppt prosa
Ppt prosaPpt prosa
Ppt prosa
 
Penjelasan Cerita Rakyat
Penjelasan Cerita RakyatPenjelasan Cerita Rakyat
Penjelasan Cerita Rakyat
 
Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02
Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02
Prosapuisidandramanewspasi115 131022022853-phpapp02
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis Cerpen
 
PPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
PPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORERPPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
PPT IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
 
PPT. KD 1. NOVEL.pptx
PPT. KD 1. NOVEL.pptxPPT. KD 1. NOVEL.pptx
PPT. KD 1. NOVEL.pptx
 
Materi Ajar aksi 3.pptx
Materi Ajar aksi 3.pptxMateri Ajar aksi 3.pptx
Materi Ajar aksi 3.pptx
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Bahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xiBahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xi
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

2 proses pembentukan karakter tokoh dalam novel

  • 1. 1 Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh” Moh. Badrih Mei 2020 PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL Materi Penulisan Kreatif Sastra Program Studi PBSI FKIP UNISMA Juni 2020 *** Perwatakan pada tokoh tertentu dalam karya sastra dimulai dari bagaimana pengarang novel memperkenalkan tokoh-tokohnya, peran, dan fungsi peran atau penokohannya tersebut. Tokoh yang yang ditampilkan akan dapat dianalisis melalui berbagai hal seperti dialog, perilaku, latar, maupun melalui analisa dari pengarang sendiri melalui tulisannya. Tokoh cerita menurut Abrams sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro, (2005: 165) menjelaskan, tokoh cerita (character), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu naratif, atau drama, yang oleh pembaca. ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Fungsi dan peran tokoh dalam cerita bukan hanya sekedar memainkan peran tetapi harus mampu menyampaikan ide cerita, tema yang terangkai dalam satu jalinan cerita. Jokop Sumarjo (dalam Zainuddin Fananie, 2000: 86) menjelaskan fungsi dan peran tokoh dalam cerita yaitu: ”Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati berupa rekaan atau hanya imajinasi pengarang, masalah penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan jiwa, terutama psiko-analisa, merupakan pula salah satu alasan pentingnya peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang”. Hubungan antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat sekali dengan bagaimana penerimaan pembaca. Karena pembacalah yang dapat memberi makna yang sebenarnya. Pemaknaan pembaca dilihat dari bagaimana berdialog dengan kata-kata atau dengan sikap tingkah lakunya dilihat berdasarkan oleh kwalitas pribadi tokoh bukan hanya secara fisik saja. Burhan Nurgiantoro, (1995: 165) menyampaikan pengertian yang berbeda antara penokohan dan tokoh. Pengertian penokohan lebih luas dibandingkan dengan pengertiannya tokoh. Tokoh berhubungan dengan pemeran sedangkan penokohan berhubugan dengan perwatakan pemeran sebagai berikut: ”Istilah penokohan berbeda pengertiannya dengan tokoh. Penokohan lebih luas dibandingkan dengan tokoh. Tokoh hanyalah sosok pemeran dalamcerita sedangkan penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh cerita, bagaimana penempatannya dalam cerita, dan pelukisan dalam cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca”.
  • 2. 2 Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh” Moh. Badrih Mei 2020 Wellek & Warren, (1989: 288) menyampaikan pendapatnya tentang adanya perubahan penokohan. Penokohan yang telah didukung oleh penampilan psikis dan fisik dapat berubah sewaktu- waktu berdasarkan keadaan karakterologi yang dijadikan acuan. Tokoh dalam novel dapat menunjukan adanya perubahan tersebut. Ada penokohan statis dan penokohan dinamis atau penokohan berkembang. Penokohan datar (flat characterization) menampilkan satu kecenderungan, yang dianggap dominan atau kecenderungan yang paling jelas secara sosial. Penokohan bulat (round characterization) seperti penokohan dinamik membutuhkan ruang dan penekanan. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi memilki peranan yang tidak sama. Burhan Nurgiantoro, (2005: 176) memberikan kategori ke dalam beberapa jenis yaitu: (1) dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dibedakan menjadi tokoh utama cerita (central charakter, main charakter) dan tokoh tambahan (paripheral charakter); (2) dilihat dari fungsi penampilan tokoh dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis; (3) berdasarkan perwatakannya tokoh cerita dibedakan ke dalam tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character); (4) berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dibedakan ke dalam tokoh statis/tidak berkembang (static charakter) dan tokoh berkembang (developing charakter); (5) berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap(sekelompok) manusia dari kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh topikal (typical character) dan tokoh netral (neutral character). Hal yang sama disampaikan oleh Aminuddin, (2002: 82) bahwa ragam pelaku penokohan sebagai berikut: ”Selain terdapat pelaku utama, pelaku tambahan, pelaku protagonis, dan pelaku antagonis juga terdapat sejumlah ragam pelaku yang lain. Ragam pelaku lain selain ragam pelaku yang telah diungkapkan itu adalah (1) simple character, (2) complex character, (3) pelaku dinamis ,dan (4) pelaku statis”. Simpel karakter adalah jika pelaku tidak banyak menunjukan adanya kompleksitas masalah. Komplek karakter pelaku yang pemunculannya menunjukan pelaku yang banyak dibebani permasalahan yang komplek. Pelaku dinamis adalah pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan penampilan. Pelaku statis dalam hal ini adalah pelaku yang tidak menunjukan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai cerita berakhir. Sementara itu, Panuti Sudjiman (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005: 53) menyampaikan kedudukan tokoh protagonis dalam cerita yaitu: ”Penentuan tokoh protagonis didasarkan pada kriteria sebagai berikut. Pertama tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatannya dalam peristiwa- peristiwa yang membangun cerita.
  • 3. 3 Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh” Moh. Badrih Mei 2020 Waktu yang digunakan untuk menceritakan pengalaman tokoh protagonis lebih banyak dibandingkan dengan waktu yangdigunakan untuk mengisahkan tokoh-tokoh lain. Kedua tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan tokoh-tokoh lain tidak saling berhubungan. Ketiga, protagonis menjadi pusat sorotan di alam cerita”. Keberhasilan pengarang dalam menggambarkan atau menampilkan penokohan tergantung pada kemampuan pengarang menggambarkan watak tokoh- tokoh yang ada yang mewakili karakter- karakter manusia yang dikehendaki tema dan amanat dalam batas kewajaran realita kehidupan manusia. Zainuddin Fananie, (2000: 87) mengungkapkan model mengekspresikan karakter tokoh yang dipakai pengarang dapat bermacam-macam yaitu: (1) analitik artinya tokoh-tokoh cerita sudah dideskripsikan sendiri oleh pengarang, dengan kata lain pengaranglah yang menganalisis watak tokoh-tokohnya; dan (2) dramatik artinya pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan karakter tokohnya. Karakter dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan dalammenghadapi setiap peristiwa,perjalanan karier, dan hubungan dengan tokoh-toko lain, termasuk komentar dari tokoh yang satu ke tokoh yang lain. Lebih lanjut Boulton, (dalam Aminuddin, 2002: 79) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di dalam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing, sepatu, dan lain-lainnya. Cara penggarang menggambarkan para tokoh dapat di analisis oleh pengarang langsung dan jelas melalui tulisannya.Analisis lain dapat dilakukan dengan melihat melalui komponen-komponen yang mendukung dalam rangkaian ceritanya. Secara garis besar ada dua macam cara pendeskripsian karakter tokoh dalam sastra novel seperti yang disampaikan oleh Mursal Esten, (1990: 27) sebagai berikut: ”Pertama secara analitik, yaitu pengarang langsung menceritakanbagaimana watak tokoh- tokohnya. Kedua secara dramatik, yaitupengarang tidak langsung menceritakan bagaimana watak-watak para tokohnya. Misalnya melalui penggambaran tempat dan lingkungan tokoh, bentuk-bentuk lahir (potongan tubuh dan sebagainya), melalui percakapan (dialog), dan melalui perbuatan tokoh”. Lebih rinci dan luas lagi Muchtar lubis dalam Henry Guntur Tarigan (1993: 132-133) menyampaikan tentang cara penggambaran penokohan bukan hanya dari unsur-unsur yang
  • 4. 4 Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh” Moh. Badrih Mei 2020 mendukung saja tetapi juga tanggapan dan komentar dari lawan main dan bagaimana tokoh dapat bereaksi terhadap suatu kejadian sebagai berikut: (1) physical deskription (melukiskan bentuk lahir tokoh); secara Portryal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran tokoh atau siapa saja yang melintas dalam pikirannya); (2) reaction to even (bagaimana reaksi tokoh itu terhadap kejadian); (3) direct outhor analysis (pengarang langsung menganalisis watak tokohnya. Menurut M. Saleh Saad (dalam Tengsoe Tjahjono, 1988: 138) menyampaikan cara pengarang melukiskan keadaan dan watak tokoh-tokohnya dapat melalui dua jalan yaitu: (1) cara analitik; dan (2) cara dramatik. Dalam cara analitik seorang pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan dan watak tokoh-tokohnya, sedangkan dalam cara dramatik dalam melukiskan tokoh-tokohnya tidak dengan cara menganalisis langsung, tetapi melalui hal-hal yang lain. Cara pelukisan keadaan watak tokoh secara dramatik ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: (1) dengan cara melukiskan reaksi tokoh lain. Lebih rinci dan luas lagi Muchtar lubis dalam Henry Guntur Tarigan (1993: 132-133) menyampaikan tentang cara penggambaran penokohan bukan hanya dari unsur-unsur yang mendukung saja tetapi juga tanggapan dan komentar dari lawan main dan bagaimana tokoh dapat bereaksi terhadap suatu kejadian sebagai berikut: (1) physical deskription (melukiskan bentuk lahir tokoh); secara Portryal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran tokoh atau siapa saja yang melintas dalam pikirannya); (2) reaction to even (bagaimana reaksi tokoh itu terhadap kejadian); (3) direct outhor analysis (pengarang langsung menganalisis watak tokohnya. Menurut M. Saleh Saad (dalam Tengsoe Tjahjono, 1988: 138) menyampaikan cara pengarang melukiskan keadaan dan watak tokoh-tokohnya dapat melalui dua jalan yaitu: (1) cara analitik; dan (2) cara dramatik. Dalam cara analitik seorang pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan dan watak tokoh-tokohnya, sedangkan dalam cara dramatik dalam melukiskan tokoh-tokohnya tidak dengan cara menganalisis langsung, tetapi melalui hal-hal yang lain. Cara pelukisan keadaan watak tokoh secara dramatik ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: (1) dengan cara melukiskan reaksi tokoh lain. ”Pada kasus lain, bunyi yang diartikulasikan dari nama karakter tertentu dapat mengarahkan kita pada sifat karakter itu seperti nama (karakterkarakter Dickens) Scrooge yang mensugestikan sifat kikir, pickwick yang humoris, atau Murdstone yang jahat. Bukti lain yang tidak kalah penting adalah deskripsi eksplisit dan komentar pengarang tentang karakter bersangkutan. Deskripsi semacam itu selalu membantu kita dalam menvisualisasikan sekaligus memahami karakter tersebut”.
  • 5. 5 Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh” Moh. Badrih Mei 2020 Pada prinsipnya ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh tokohnya yaitu: (1) metode analisis atau deskriptif atau langsung; (2) metode tidak langsung atau peragaan atau dramatisasi, ditambah dengan (3) metode kontekstual. 1) Metode analisis atau deskriptif atau langsung yaitu metode yang digunakan pengarang dalam mendeskripsikan tokoh-tokohnya secara langsung dengan terinci (analitis). Pendeskripsiannya dapat dilakukan secara fisik (keadaan fisiknya), psikis (wataknya), dapat juga keadaan sosialnya (kedudukan dan pangkat) akan tetapi lazimnya adalah ketiga-tiganya. 2) metode tidak langsung atau metode dramatik. Pengarang tidak memaparkan kehidupan tokoh cerita tetapi pembaca yang menafsirkan karena pengarang ingin memberikan fakta. Pengarang dalam mengambarkan tokohnya ini biasanya berkenaan dengan penampilan fisik,hubungan dengan orang lain, cara hidup sehari-hari, dan sebagainya. 3) Metode kontekstual adalah metode yang digunakan pengarang untuk melukiskan watak tokoh melalui konteks bahasa atau bacaan (Herman J. Waluyo, 2002: 167). Wellek dan Warren, (1989: 287) menjelaskan cara-cara yang paling sederhana dalam pendeskripsian perwatakan adalah dengan pemberian nama. Setiap sebutan adalah sejenis cara memberi kepribadian dan penghidupan. Character atau tokoh adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Karakter ini berpribadi, berwatak, dia memiliki sifat-sifat karakteristik yang tiga dimensional. Tiga dimensi yang di maksud adalah: (A)Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri badani, seperti: (a) usia, tingkat kedewasaan, (b) jenis kelamin , (c) keadaan tubuhnya, (d) ciri-ciri muka. (B) Dimensi sosiologis ialah latar belakang kemasyarakatan, misalnya: (a) status sosial, (b) pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, (c) pendidikan (d) kehidupan pribadi (e) pandangan hidup (f) aktifitas sosial, organisasi, hobbi, (g) bangsa, suku, keturunan. (C) Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, meliputi: (a) mentalitas, ukuran moral/membedakan antara yang baik dan tidak baik, (b) temperamen, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, (c) I.Q. (Intelegen Quotient) tingkat kecerdasan, kecakapan, keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu (Harymawan, 1988: 25).
  • 6. 6 Materi Penulisan Kreatif Sastra “Proses Pembentukan Karakter Tokoh” Moh. Badrih Mei 2020 Tokoh dalam cerita novel seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari disekitar kita, selalu memiliki berbagai watak-watak tertentu tentang macam apa tokoh yang ditampilkannya itu. Seorang pengarang seringkali memberikan penjelasan kepada pembaca secara langsung. Seorang pelaku yang digambarkan melalui gambaran lingkungan. Seringkali lewat tingkah laku seseorang juga dapat ditentukan bagaimana perwatakannya. Pemahaman watak seseorang juga dapat diketahui lewat apa yang dibicarakan oleh orang lain terhadapnya. Dalam upaya memahami watak-watak tokoh pelaku dalam cerita, pembaca dapat penjelasan kepada pembaca secara langsung. seorang pelaku yang digambarkan melalui gambaran lingkungan. Seringkali lewat tingkah laku seseorang juga dapat ditentukan bagaimana perwatakannya. Pemahaman watak seseorang juga dapat diketahui lewat apa yang dibicarakan oleh orang lain terhadapnya. Dalam upaya memahami watak-watak tokoh pelaku dalam cerita, pembaca dapat menelusurinya lewat: (1) tuturan pengarang terhadp karakteristik pelakunya; (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian; (3) menunjukan bagaimana perilakunya; (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri; (5) memahami bagaimana jalan pikirannya; (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya; (7) melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya; (8) melihat bagaimana tokoh- tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya; (9) melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya. (Aminuddin, 2002:80). Daftar Rujukan Marquab, Reinhard. 1997. Duden Abiturhilfen. Erzählende Prosatexte analysieren, Training für Klausuren und Abitur (Terjemahan) (12. Und 13. Schuljahr): Dudenverlag. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo, Rahmat Djoko, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Stanton. Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.