2. Pengertian Budaya JawaPengertian Budaya Jawa
Pengertian budaya Jawa adalah salah satu budaya tradisonal di
Indonesia yang sudah cukup tua, dianut secara turun temurun oleh penduduk
di sepanjang wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun banyak orang
Jawa menganggap bahwa budaya Jawa itu hanya satu dan tidak terbagi-bagi,
akan tetapi dalam kenyataannya terdapat berbagai perbedaan sikap dan
perilaku masyarakatnya di dalam memahami budaya Jawa tersebut
(Sedyawati, 2003). Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh kondisi
geografis yang menjadikan budaya Jawa terbagi ke dalam beberapa
wilayah kebudayaan, dimana setiap wilayah kebudayaan memiliki
karakteristik khas tersendiri dalam mengimplementasikan falsafah-
falsafah budaya Jawa ke dalam kehidupan keseharian (Sujamto,
1997 dalam Sedyawati, 2003).
•Salah satu unsur sistem budaya yang tetap dipertahankan dan
diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya oleh masyarakat Jawa
adalah falsafah hidup. Falsafah hidup merupakan anggapan, gagasan,
dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok masyarakat. Falsafah hidup menjadi landasan dan
memberi makna pada sikap hidup suatu masyarakat yang biasanya
tercermin dalam berbagai ungkapan yang dikenal dalam masyarakat
(Sedyawati, 2003).
•Endraswara (2003) mengatakan bahwa watak dasar orang Jawa
adalah sikap nrima. Nrima adalah menerima segala sesuatu dengan
kesadaran spiritual-psikologis, tanpa merasa nggrundel (menggerutu
karena kecewa di belakang).
•Apapun yang diterima dianggap sebagai karunia Tuhan. Mereka
cenderung menerima dengan kesungguhan hati apapun hasilnya
asalkan ada usaha yang lebih dulu dilakukan. Jika usaha yang
dilakukan gagal, orang Jawa cenderung menerimanya sebagai sebuah
pelajaran. Nrima bukan berarti tanpa upaya yang gigih, namun hanya
sebagai sandaran psikologis. Hal ini berarti orang Jawa mempunyai
kewajiban moral
3. untuk menghormati tata kehidupan yang ada di dunia ini.
Mereka harus menerima kehidupan sebagaimana adanya
sambil berusaha sebaik-baiknya dan menumbuhkan
kedamaian jiwa serta ketenangan emosi.
Ketika orang Jawa dihadapkan dengan suatu konflik,
mereka cenderung menghadapinya dengan memilih untuk
diam dan tidak rewel (melawan) karena prinsip dasar dari
kebanyakan orang Jawa adalah “lebih baik hidup rukun
daripada harus berulah dengan orang lain”. Artinya orang
Jawa begitu menjunjung tinggi sifat keramahtamahan dan
nilai kerukunan antara
• MASA AKULTURASI
BUDAYA JAWA
(Suwardi Endraswara)
A. Paham Animisme Kejawen
Seluruh kepercayaan manusia Jawa berunsur pada animisme dari
jaman prasejarah sampai sekarang, termasuk kepercayaan
tentang mahluk halus, roh leluhur yang mendiami macam-macam
tempat tertentu. Dalam sejarah pulau Jawa ada tiga jaman pokok
mengenai agama yaitu :
- Jaman prasejarah sampai abad 8, dimana jaman itu rakyat Jawa
tinggal di dalam masyarakat kecil dan kepercayaan animisme.
Kepercayaan animisme termasuk kepercayaan manusia
mengenaqi mahluk halus dan roh lelehur yang mendiami
bermacam-macam tempat.
- Jaman kerajaan Hindu-Budha. Pertama dengan kerajaan
Mataram dari abad 8 sampai abad 10 yang terletak di Jawa
Tengah, kerajaan Majapahit dari abad 13 sampai abad 16 yang
terletak di Jawa Timur. Pada jaman tersebut masyarakatnya
beragama Hindu serta Budha.
4. - Jaman Islam setelah abad 16 waktu kerajaan Majapahit
turun. Kerajaan Islam yang dibentuk masih menyimpan
banyak tradisi dari kerajaan Hindu-Budha tetapi memakai
agama Islam.
Karena ketiga jaman agama tersebut, agama Jawa saat ini
berlapiskan tiga, yaitu kepercayaan animisme, agama Hindu-
Budha, dan agama Islam.
Walaupun mayoritas orang Jawa beragama Islam, agama
Islam yang dilakukan di Jawa punya perbedaan dari agama
Islam yang di lakukan di daerah Timur Tengah. Agama Islam
di Jawa dicampuri dengan kepercayaan manusia lain asli
Jawa, yaitu kepercayaan animisme dam kepercayaan dari
kerajaan Hindu-Budha.
Asalnya kepercayaan animisme adalah dari jaman
prasejarah dan bagian kepercayaan itu masih hidup sampai
sekarang. Penganut animisme adalah orang-orang yang
percaya bahwa tempat-tempat atau objek-objek punya
kepercayaan tersendiri, mislanya orang yang percaya
dengan mahluk halus, roh leluhur dan hantu yang mendiami
macam-macam tempat.
B. Hindu-Budha Ke Jawa
Pengaruh Hindu Budha yang paling mengakar dalam kehidupan orang
Jawa terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur cukup kental, karena
Hindu-Budha memberikan tat tulis, perhitungan tahun Saka, serta sastra
yang mengandung filsafat keagamaan beserta ajaran mistik yang cukup
halus. Artinya, Hinduisme memberikan dan mengangkat budaya intelektual
selapis suku Jawa dan melahirkan kerajaan-kerajaan besar dengan budaya
religi animisme dan dinamisme yang asli dan telah mengakar dengan
berbagai macam tradisi dan aturan-aturan (hukum) adatnya.
Asalnya agama Hindu dan agama Budha adalah dari India dan agama
tersebut datang ke pulau Jawa sebelum abad ke 8. Agama Hindu-Budha
menguasai pulau Jawa selama delapan abad dan agama itu memang
pengaruhi kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung. Tempat
bergunung-gunung sepanjang sejarah agama ini dipakai sebgai tempat
smemedi. Simbolisme agama Hindu dalam kepercayaan manusia Jawa
memang kuat sekali.
5. Kosmologi agama Hindu termasuk lima dewnya menurut mata
angin dan Siwa sebagai tengah. Dari dewa Siwa ditengah,
ada Iswara ke timur, Brama ke selatan, Mahadewa ke barat
dan Wisnu ke utara. Selanjutnya karena dunia manusia
berhubungan dengan dunia alam dan ghaib, pada waktu
kerajaan Hindu-Budha kalau ada bencana seperti letusan
gunung berapi, banjir dan sebgainya, bencana tersebut akan
mengkurangkan kekuatan rajanya.
Sebenarnya Hindu-Budha tidak mematikan budaya Jawa asli
akan tetapi sebaliknya justru memupuk dan menyuburkannya.
Tidak hanya itu, Hinduisme meningkatkan filsafat hidup dan
wawasan tentang alam raya beserta teori-teori kenegaraan
yang dipengaruhi oleh raja-raja yang keramat sebagai wakil
para dewa untuk mengatur kehidupan masyarakat yang
diberkati para dewa. Oleh karena itu Hinduisme kemudian
mengakar dalam dan menjadi penyangga kebudayaan priyayi
kejawen yang menjulang di lingkungan istana kerajaan-
kerajaan.
Paham ini telah membentuk tradisi besar, sedangkan
masyarakat petani pedesaan yang hanya selapis tipis
tersentuh Hinduisme tetap buta huruf dqan mewujudkan
tradisi kecil dlam budaya Jawa. Namun budaya animisme dan
dinamisme tetap bertahan serta ikut menjiwai pula dalam pola
kebudayaan priyayi di lingkungan tradisi besar. Kemudian
kedatangan agama Islam yang mulai menyebar di Indonesia
sejak abad ke-13 M, ternyata juga tidak mengganggu budaya
asli animisme dan dinamisme di Jawqa, karena budaya asli ini
mempunyai watak yang elastis yang dapat menyusup dalam
kehidupan Islam pesantren.
6. C. Pengaruh Hindu JawaC. Pengaruh Hindu Jawa
Coedes (Koentjaraningrat (1994 : 38-40)) menjelaskqan bahwaCoedes (Koentjaraningrat (1994 : 38-40)) menjelaskqan bahwa
bukti-bukti tertua mengenai adanya negara-negara Hindu Jawabukti-bukti tertua mengenai adanya negara-negara Hindu Jawa
berupa prasasti-prasasti dari batu yang ditemukan di pantai utaraberupa prasasti-prasasti dari batu yang ditemukan di pantai utara
Jawa Barat kurang lebih 60 kilometer sebelah timur kota JakartaJawa Barat kurang lebih 60 kilometer sebelah timur kota Jakarta
di lembah sungai Cisedane. Walaupun tidak ada tanggal padadi lembah sungai Cisedane. Walaupun tidak ada tanggal pada
prasasti itu, tetapi dilihat dari bentuk dan gaya huruf Indiaprasasti itu, tetapi dilihat dari bentuk dan gaya huruf India
Selatan dari tulisannya dapat diketahui bahwa prasasti ituSelatan dari tulisannya dapat diketahui bahwa prasasti itu
merupakan suatu diskripsi mengenai beberapa upacara yangmerupakan suatu diskripsi mengenai beberapa upacara yang
dilakukan oleh seorang raja untuk merayakan peresmian bangunandilakukan oleh seorang raja untuk merayakan peresmian bangunan
irigrasi dan bangunan keagamaan dalam abad ke-11 M.irigrasi dan bangunan keagamaan dalam abad ke-11 M.
Kebudayaan Hindu mengkin telah mendominasi hampir seluruhKebudayaan Hindu mengkin telah mendominasi hampir seluruh
Asia Selatan dan Asia Tenggara pada waktunya, tetapiAsia Selatan dan Asia Tenggara pada waktunya, tetapi
pengaruhnya yang terbesar adalah terhadap masyarakat istana,pengaruhnya yang terbesar adalah terhadap masyarakat istana,
sedangkan konsep-konsep Hindu hanya sedekit mempengaruhisedangkan konsep-konsep Hindu hanya sedekit mempengaruhi
masyarakat petani di daerah pedesaan yang cara hidupnyamasyarakat petani di daerah pedesaan yang cara hidupnya
barangkali tidak banyak berubah sejak abad-abad yang lalu.barangkali tidak banyak berubah sejak abad-abad yang lalu.
Dapat dibedakan dua tipe umum kerajaan Hindu-Indonesia, yaitu :Dapat dibedakan dua tipe umum kerajaan Hindu-Indonesia, yaitu :
-- Kerajaan-kerajaan pantai yang didasarkan atas perdaganganKerajaan-kerajaan pantai yang didasarkan atas perdagangan
yang berkembang sekeliling suatu kota pelabuhan.yang berkembang sekeliling suatu kota pelabuhan.
-- Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah pedalaman,Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah pedalaman,
dilembah-lembah dan daratan tinggi yang sangat subur diantaradilembah-lembah dan daratan tinggi yang sangat subur diantara
sungai-sungai dan komplek-komplek gunung berapi di Jawa.sungai-sungai dan komplek-komplek gunung berapi di Jawa.
Dalam kerajaan-kerajaan agraris di Jawa maupun di banyakDalam kerajaan-kerajaan agraris di Jawa maupun di banyak
kerajaan di Asia Tenggara, berkembang konsep khusus mengenaikerajaan di Asia Tenggara, berkembang konsep khusus mengenai
sifat raja. Dasarnya adalah kesadaran orang-orang akan hubungansifat raja. Dasarnya adalah kesadaran orang-orang akan hubungan
yang dekat antara susunan alam semesta dengan kerajaanyang dekat antara susunan alam semesta dengan kerajaan
manusia. Pandangan mengenai susunan alam semesta pada orangmanusia. Pandangan mengenai susunan alam semesta pada orang
Jawa jaman dahulu itu diambil alih dari agama Hindu, yangJawa jaman dahulu itu diambil alih dari agama Hindu, yang
menganggap bahwa alam semesta merupakan benua berbentukmenganggap bahwa alam semesta merupakan benua berbentuk
lingkaran yang dikelilingi oleh beberapa samudera dengan pulau-lingkaran yang dikelilingi oleh beberapa samudera dengan pulau-
pulau besar di empat penjuru, yang merupakan tempat tinggalpulau besar di empat penjuru, yang merupakan tempat tinggal
keempat penjaganya yang keramat.keempat penjaganya yang keramat.
7. Walaupun pandangan kita banyak tentang cara hidup,Walaupun pandangan kita banyak tentang cara hidup,
pandangan hidup, dan agama raja-raja, para bangsawan, dan para pemukapandangan hidup, dan agama raja-raja, para bangsawan, dan para pemuka
agama dalam masyarakat Jawa zaman dahulu yang dapat kita pelajariagama dalam masyarakat Jawa zaman dahulu yang dapat kita pelajari
dari piagam-piagam kerajaan, kesusasteraan Jawa kuno dan sisa-sisadari piagam-piagam kerajaan, kesusasteraan Jawa kuno dan sisa-sisa
candi-candi kuno serta monumen-monumen keagamaan, kita samasekalicandi-candi kuno serta monumen-monumen keagamaan, kita samasekali
tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan para petani di daerah pedesaantidak tahu apa-apa mengenai kehidupan para petani di daerah pedesaan
jaman itu.jaman itu.
D. Islam Kejawen
1.Paham Ngerti Sadurunge Winarah
Shihab memaparkan bahwa penyebaran Islam di negeri ini dilakukan
antara lain oleh kaum ulama pesantren. Mereka ini menggunakan
tasawuf Suni sebagai pegangan dalam penyebaran agama Islam,
semenjak beberapa abad yang lalu. Dengan tasawuf tersebut, mereka
melawan pandangan kaum kebatinan, yang dalam budaya Jawa dikena
dengan nama Kejawen. Sebagai bukti sejarah atas penentangan mereka
itu, disebutkan Syekh Siti Jenar (Tanah Merah atau Lemah Abang)
sebagai orang yang menyimpang dari tasawuf Suni di atas, dan karena
itu dihukum mati oleh para Wali Sanga (Wali Sembilan). Mereka yang
mengikuti pandangan itu, pada akhirnya mengembangkan paham
kebatinan/kejawen di negeri ini.
Hukuman mati yang dijatuhkan Wali Sanga atas Syekh Siti Jenar, bukqanlah
karena beliau berpaham Wihdatul Wujud. Beliau mengajarkan paham itu
kepada orang banyak. “Dosa” Syekh Siti Jenar bukan terletak pada
penerimaan beliau pada Wihdatul Wujud, melainkan dalam “sikap gegabah
beliau dalam mengajarkan paham tersebut di kalangan orang kebanyakan”.
Karena itulah, kaum penganjur tarekat (dikenal sebagai kaum tasawuf, kaum
sufi) selalu mementingkan menjalankan syariat sebelum bertasawuf.
Pandangan semacam itu dikenal di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan kaum
tradisionalis lain dengan ungkapan Man Yatakhaqq’ Walam Yatasyarra’
Fahuwa Zindiqum (orang yang berpandangan hakikat dan tidak menjalankan
syariat adalah orang sesat), kesimpulan dari pandangan ini ialah anggapan
para ulama tradisonalis kita yang tidak menolak Wihdatul Wujud –nya Ibnu
Arabi, melainkan melarang penyebarannya di kalangan mereka yang masih
awam. Mereka menolak Pantheisme atau Wihdatul Wujud tersebut dikalangan
orang awam, tetapi bagi kepentingan diri mereka sendiri, mereka juga
menjalankan paham tersebut secara tertutup.
Jadi dengan demikian antar kaum syara’ dan kaum kebatinan (kejawen)
memang berbeda tetapi tidak bertentangan atau dengan kata lain tidak ada
pertentangan prinsipial antara kaum Wihdatul Wujud (kebatinan/kejawen) dan
kaum syariat yang menggunakan referensi fikih.
8. 2. Tradisi dan Bid’ah2. Tradisi dan Bid’ah
Sebetulnya membicarakan bid’ah sendiri tidak mungkin terlepas dariSebetulnya membicarakan bid’ah sendiri tidak mungkin terlepas dari
perjalanan panjang sejarah pertumbuhan dan perkembangan Islam diperjalanan panjang sejarah pertumbuhan dan perkembangan Islam di
negeri ini. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu :negeri ini. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu :
-- Metode dakwahMetode dakwah
-- Latarbelakang budayaLatarbelakang budaya
-- Sistem-sistem simbolSistem-sistem simbol
Dari hal tersebut jelas bahwa Islam di negeri ini cenderung berwajahDari hal tersebut jelas bahwa Islam di negeri ini cenderung berwajah
kultural.kultural.
Metode dakwah Islam berbeda dengan agama lain. Islam masuk keMetode dakwah Islam berbeda dengan agama lain. Islam masuk ke
Indonesia dengan begitu elastik. Baik yang berhubungan dneganIndonesia dengan begitu elastik. Baik yang berhubungan dnegan
pengenalan simbol-simbol Islam atau ritus-ritus keagamaan. Dapat dilihatpengenalan simbol-simbol Islam atau ritus-ritus keagamaan. Dapat dilihat
bahwa masjid pertama yang dibangun menyerupai arsitektur lokalbahwa masjid pertama yang dibangun menyerupai arsitektur lokal
warisan dari Hindu. Sehingga jelas Islam lebih toleran terhadap warna/warisan dari Hindu. Sehingga jelas Islam lebih toleran terhadap warna/
corak budaya lokal. Tidak seperti, miswalnya Budha yang masukcorak budaya lokal. Tidak seperti, miswalnya Budha yang masuk
membawa ‘stupa’ atau bangunan gereja Kristen yang arsitekturnya alamembawa ‘stupa’ atau bangunan gereja Kristen yang arsitekturnya ala
Barat. Dengan demikian Islam tidak memindahkan simbol-simbol budayaBarat. Dengan demikian Islam tidak memindahkan simbol-simbol budaya
yang ada di Timur Tengan (Arab), tempat lahirnya agama Islam.yang ada di Timur Tengan (Arab), tempat lahirnya agama Islam.
Para pendakwa dulu memang lebih lues dan halus dalam menyampaikanPara pendakwa dulu memang lebih lues dan halus dalam menyampaikan
ajaran Islam kepada masyarakat yangajaran Islam kepada masyarakat yang heterogen settingheterogen setting nilai budayanya.nilai budayanya.
Wali Sanga dapat dengan mudah memasukkan Islam karena agamaWali Sanga dapat dengan mudah memasukkan Islam karena agama
tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikantersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikan
dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya masyarakat diberi “bingkisan”dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya masyarakat diberi “bingkisan”
ynag dibungkus budaya Jawa isinya Islam. Contohnya, Sunan Kalijagaynag dibungkus budaya Jawa isinya Islam. Contohnya, Sunan Kalijaga
banyak menciptakan kidung-kidung Jawa bernafaskan Islam, misalnyabanyak menciptakan kidung-kidung Jawa bernafaskan Islam, misalnya
ilir-ilir, tandure wis semilirilir-ilir, tandure wis semilir. Pertimbangannya jelas menyangkut. Pertimbangannya jelas menyangkut
keefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan mendapatkeefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan mendapat
ruang gerak dakwah yang lebih memadai.ruang gerak dakwah yang lebih memadai.
Wujud dakwah dalam Islam yang demikian tentunya tidak lepas dariWujud dakwah dalam Islam yang demikian tentunya tidak lepas dari
latarbelakang Jawa itu sendiri. Untuk mengetahui latarbelakang budaya,latarbelakang Jawa itu sendiri. Untuk mengetahui latarbelakang budaya,
kita memerlukan sebuah teori budaya. Menurut Kuntowijoyo (Paradigmakita memerlukan sebuah teori budaya. Menurut Kuntowijoyo (Paradigma
Islam: Interpretasi untuk Aksi) sebuah teori budaya akan memberikanIslam: Interpretasi untuk Aksi) sebuah teori budaya akan memberikan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut : pertama, apa struktur darijawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut : pertama, apa struktur dari
budaya, kedua atas dasar apa struktur itu dibangun, ketiga bagaimanabudaya, kedua atas dasar apa struktur itu dibangun, ketiga bagaimana
menerangkan variasi dalam budaya.menerangkan variasi dalam budaya.
9. Persoalan pertama dan kedua menjelaskan mengenai hubungan antar simbol
dan mendasarinya. Paradigma positivisme-pandangan Marx diantaranya-
melihat hubungan keduanya sebagai hubungan atas bawah yang ditentukan
oleh keadaan ekonomi, yakni modus produksi.berbeda dengan pandangan
Weber yang dalam metodologinya menggunakan verstehen atau menyatu rasa.
Dari sini dapat dipahami makna subjektif dari perbuatan-perbuatan
berdasarkan sudut pandang pelakunya. Realitas ialah relaitas pelakunya, bukn
pengamat. Hubungan kausal-fungsional dalam ilmu empiris-positif digantikan
hubungan makna dalam memahami budaya. Sehingga dalam budaya tak akan
ditemui usaha merumuskan hukum-hukum (nomotetik), tapi hanya akan
melukiskan gejala (ideografik).
Dengan demikian, mengikuti premis Weber tersebut, dari simbol-simbol
budaya yang seharusnya dipahami atau ditangkap esensinya adalah makna
yang tersirat. Dapat dikatakan bahwa dalam satu makna (esensi), simbol boleh
berbeda otoritas asal makna masih sama. Hanya saja yang perlu dikoreksi
adalah simbol-simbol tadi pada dasarnya adalah kata benda. Sedangkan
menurut logika berfikir, kata benda atau simbol-simbol tadi yang sering
diperdebatkan untuk kemungkinan disalahkan atau dibenarkan. Perdebatan
simbol itu akan menggiring kita untuk kemudian memitoskan sesuatu.
Dahulu orang menciptakan simbol agar perasaan kita tajam, namun karena
pengaruh Barat kita menangkap semua itu dengan visi dan paradigma
positivisme. Dari pembicaraan simbol-simbol (untuk pengungkapan nilai)
Islam diatas yang berpotensi memunculkan bid’ah, maka kemudian timbul
pertanyaan apakah tidak mungkin kalau keadaan tersebut justru
mengakibatkan budaya yang tidak Islami? Kalau konsepsi tentang budaya di
awal mengacu pada perpsektif ‘kata benda’ maka akan menjawab Islam atau
tidak kiranya akan lebih mengena jika menggunakan pendekatan budaya
sebagai ‘kata kerja’. Dalam pengertian yang terakhir ini budaya dipahami
sebagai kreatifitas atau rekayasa.
Dalam konteks Islam, istilah tarekat mungkin akan dapat menggantikan
konsepsi budaya sebagai kata kerja, yaitu ketika manusia menyambung-
anyamkan antara kenyataan alam (sunatullah) dengan realitas sosial (syariat).
Untuk menuju yang Islam, orientasi tarekat tadi mesti diarahkan oleh
kesadaran wahidy: proses perjalanan kembali kepada-Nya. Sebab yang
demikian tentunya yang akan diridhai. Itulah kreatifitas yang Islami. Sehingga
segala tindakan manusia dalam menjawab tantangan yang diridhai Allah SWT
akan mewujudkan budaya yang Islami pula.
10. KEPERCAYAAN, RITUAL DAN PANDANGANKEPERCAYAAN, RITUAL DAN PANDANGAN
HIDUP ORANG JAWAHIDUP ORANG JAWA
I.I. PENDAHULUANPENDAHULUAN
Jangan melupakan bagian dari negara kesatuan republik indonesia yangJangan melupakan bagian dari negara kesatuan republik indonesia yang
menyimpan banyak hal menarik. Hingga banyak peneliti terkemukamenyimpan banyak hal menarik. Hingga banyak peneliti terkemuka
berupaya mengetahui sejarah dan budaya yang ada. Contoh saja sukuberupaya mengetahui sejarah dan budaya yang ada. Contoh saja suku
jawa dan segala peradaban yang berkembang di dalamnya. Namun aneh,jawa dan segala peradaban yang berkembang di dalamnya. Namun aneh,
jika seseorang yang mengaku dirinya orang jawa merasa “pekewuh” jikajika seseorang yang mengaku dirinya orang jawa merasa “pekewuh” jika
dijadikan objek penelitian. Ada beberapa alasan yang mendasar,dijadikan objek penelitian. Ada beberapa alasan yang mendasar,
mengapa kita perlu mengetahui budaya jawa.mengapa kita perlu mengetahui budaya jawa.
Pertama, seperti modern ini yaitu keterasingan masyarakat jawa terhadapPertama, seperti modern ini yaitu keterasingan masyarakat jawa terhadap
nilai-nilai yang ada pada jawa itu sendiri. Tidak wajar jika kita tahunilai-nilai yang ada pada jawa itu sendiri. Tidak wajar jika kita tahu
tentang dunia yang luas ini dengan segala hiruk-pikuknya namun kitatentang dunia yang luas ini dengan segala hiruk-pikuknya namun kita
melupakan kearifan dan kehalusan jawa.melupakan kearifan dan kehalusan jawa.
Kedua, lebih bersifat teoritis, etika falsafi masa kini hampir secaraKedua, lebih bersifat teoritis, etika falsafi masa kini hampir secara
eksklusif dikembangkan pada latar belakang penghayatan moral, bukaneksklusif dikembangkan pada latar belakang penghayatan moral, bukan
penghayatan pada suatu sistem dari yang cukup berbeda akan dapatpenghayatan pada suatu sistem dari yang cukup berbeda akan dapat
membantu memecahkan masalah pada masa sekarang.membantu memecahkan masalah pada masa sekarang.
Kepercayaan dan pandangan hidup orang jawa, merupakan sebuah temaKepercayaan dan pandangan hidup orang jawa, merupakan sebuah tema
menarik yang perlu dikaji karena memuat banyak hal yang kurangmenarik yang perlu dikaji karena memuat banyak hal yang kurang
diperhatikan akan tetapi nilai pandangan hidup ini dianggap sebagaidiperhatikan akan tetapi nilai pandangan hidup ini dianggap sebagai
kebudayaan asing yang kita adopsi dari agama, suku atau bahkan bangsakebudayaan asing yang kita adopsi dari agama, suku atau bahkan bangsa
lain.lain.
Dalam masyarakat jawa umumnya ada juga kebiasaan-kebiasaan yangDalam masyarakat jawa umumnya ada juga kebiasaan-kebiasaan yang
sering dilakukan terutama pada masyarakat islam khususnya. Hal inisering dilakukan terutama pada masyarakat islam khususnya. Hal ini
tidak lepas dari peran agama yang di anut oleh masyarakat jawa itutidak lepas dari peran agama yang di anut oleh masyarakat jawa itu
sendiri, tradisi-tradisi itu di pertahankan karena sudah terinternalisasisendiri, tradisi-tradisi itu di pertahankan karena sudah terinternalisasi
dari nenek moyang pada jaman dahulu ketika ajaran islam belum masuk.dari nenek moyang pada jaman dahulu ketika ajaran islam belum masuk.
II.II. RUMUSAN MASALAHRUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memfokuskan pembahasan tema kali ini, maka kami buatUntuk lebih memfokuskan pembahasan tema kali ini, maka kami buat
rumusan masalah.rumusan masalah.
1. apa dan bagaimana kepercayaan orang jawa ?1. apa dan bagaimana kepercayaan orang jawa ?
2. bagaimana pandangan hidup orang jawa ?2. bagaimana pandangan hidup orang jawa ?
3. ritual apa saja yang ada dalam masyarakat jawa ?3. ritual apa saja yang ada dalam masyarakat jawa ?
11. III. PEMBAHASAN
A.Kepercayaan orang jawa
“kepercayaan” berasal dari kata “percaya” adalah gerakan hati
dalam menerima sesuatu yang logis dan bukan logis tanpa suatu
beban atau keraguan sama sekali kepercayaan ini bersifat murni.
Kata ini mempunyai kesamaan arti dengan keyakinan dan agama
akan tetapi memiliki arti yang sangat luas.
Kepercayaan-kepercayaan dari agama hindu, budha, maupun
kepercayaan dinamisme dan animisme itulah yang dalam proses
perkembangan islam berinterelasi dengan kepercayaan-
kepercayaan dalam islam.
“orang jawa” adalah orang yang berpenduduk asli jawa tengah
dan jawa timur yang berbahasa jawa atau orang yang bahasa
ibunya adalah bahasa jawa. Membahas mengenai kepercayaan
orang jawa sangatlah luas dan meliputi berbagai aspek yang
bersifat magic atau ghaib yang jauh dari jangkauan kekuatan dan
kekuasaan mereka. Masyarakat jawa jauh sebelum agama-agama
masuk, mereka sudah meyakini adanya tuhan yang maha esa
dengan berbagai sebutan diantaranya adalah “gusti kang murbeng
dumadi” atau tuhan yang maha kuasa yang dalam seluruh proses
kehidupan orang jawa pada waktu itu selalu berorientasi pada
tuhan yang maha esa. Jadi, orang jawa telah mengenal dan
mengakui adanya tuhan jauh sebelum agama masuk ke jawa
ribuan tahun yang lalu dan sudah menjadi tradisi sampai saat ini
yaitu agama kejawen yang merupakan tatanan “pugaraning urip”
atau tatanan hidup berdasarkan pada budi pekerti yang luhur.
Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa pada tradisi jawa
diwujudkan berdasarkan pada sesuatu yang nyata, riil atau
kesunyatan yang kemudian direalisasikan pada tata cara hidup
dan aturan positif dalam kehidupan masyarakat jawa, agar hidup
selalu berlangsung dengan baik dan bertanggung jawab
Kejawen adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh
dikatakan agama yang terutama yang dianut di pulau jawa dan
suku bangsa lainnya yang menetap di jawa.
12. 2. Varian Santri
Mojokuto yang berdiri pada pertengahan akhir abad ke-19, jamaah
muslimnya terkristal dalam latar abangan yang umum. Sementara mereka
yang terdiri dari kelas pedagang dan banyak petani muncul dari utara jawa
memunculkan varian santri. Perbedaan yang mencolok antara abangan dan
santri adalah jika abangan tidak acuh terhadap doktrin dan terpesona pada
upacara. Sementara santri lebih memiliki perhatian terhadap doktrin dan
mengalahkan aspek ritual islam yang menipis.
Untuk mempertahankan doktrin santri, mereka mengembangkan pola
pendidikan yang khusus dan terus menerus. Di antaranya pondok (pola
santri tradisional), langgar dan masjid (komunitas santri lokal), kelompok
tarekat (mistik islam tradisional) dan sistem sekolah yang diperkenalkan
oleh gerakan modernis. Kemudian memunculkan varian pendidikan baru
dan upaya santri memasukan pelajaran doktrin padasekolah negeri.
3. Varian Priyayi
Dalam kebudayaan jawa, istilah priyayi atau berdarah biru merupakan satu
kelas sosial yang mengacu kepada golongan bangsawan. Suatu golongan
tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga
kerajaan.
Kelompok ini menunjuk pada elemen hinduisme lanjutan dari tradisi
keraton hindu-jawa. Sebagai halnya keraton, maka priyayi lebih
menekankan pada kekuatan sopan santun yang halus, seni tinggi dan
mistisme intuitif dan potensi sosialnya yang memenuhi kebutuhan kolonial
Belanda untuk mengisi birokrasi pemerintahannya.
Kepercayaan-kepercayaan religius para abangan merupakan campuran khas
penyembahan unsur-unsur alamiah secara animis yang berakar dalam
agama-agama hinduisme yang semuanya telah ditumpangi oleh ajaran islam
B. Pandangan hidup orang jawa
Yang di maksud pandangan hiduporang jawa adalah pandangan secara
keseluruhan dari semua keyakinan deskriptif tentang realita kehidupan
yang dihadapi oleh manusia sangat bermakna dan diperoleh dari berbagai
pengalaman hidup.
Berdasarkan hasil penelitian parsudi suparlan di suriname (1976) bahwa
orang jawa berprinsip “sangkan paraning dumadi” (dari mana manusia
berasal, apa dan siapa dia pada masa kini dan kemana arah tujuan hidup
yang dijalani dan ditujunya).
Prinsip ini menyangkut dua hal, yaitu konsep eksistensi manusia di dunia
dan konsep tempat manusia di dunia.
13. Masyarakat jawa dengan segala pandangan hidupnya memiliki karakteristik budaya
yang khas, sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pada garis besarnya pandangan
hidup orang jawa dapat dibedakan menjadi du bagian yaitu pandangan lahir dan
pandangan batin. Pandangan lahir terkait dengan kedudukan seseorang sebagai
makhluk individu dan sosial, sedangkan pandangan batin berkaitan dengan
kedudukan seseorang sebagai makhluk individu dan sosial. Dalam hal ini
pandangan jawa memiliki kaidah-kaidah yang di identifikasikan berdasarkan
ungkapan-ungkapan budaya sebagai pengejawantahan nilai-nilai budaya yang
didukung oleh masyarakatnya. Sebaliknya, pandangan batin terkait dengan
persoalan-persoalan yang bersifat supranatural akan tetapi menduduki tempat yang
penting dalam sistem budaya jawa.
Terdapat system yang menuntut untuk meminimalisasi kepentingan-kepentingan
yang bersifat individu, hal tersebut didasarkan pada semangat komunal akan tetapi
secara individu, seseorang di tuntut untuk memiliki kepercayaan yang kuat serta
tekad dalam memperjuangkan hidup (jujur da nerimo). Ungkapan diatas
merupakan kristalisasi atau bahan untuk membaca semangat hidup agar mampu
menempatkan diri sebagai individu guna menjaga keberadaan kehidupan.
Secara sosial, orang jawa memiliki orientasi utama yaitu dengan menciptakan
sikap yang mulia terhadap orang lain. Untuk menciptakan hal tersebut banyak
orang jawa yang menghindari sikap adigang adigung, adiguna sre dengki, panas
elen, wedi isin, eling lan waspodo, serta menciptakan hubungan sosial yang
harmoni. Dalam hal ini melibatkan norma social seperti rukun. Tepo sliro, jujur,
andap ashor dan sebagainya.
Sebenarnya tujuan serta pandangan orang jawa itu sama, yaitu untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin bagi anggotanya. Kebahagiaan tersebut diwujudkan
sebagai hidup sejahtera, cukup sandang pandang, tempat tinggal aman dan
tenteram. Hubungan masyarakat jawa adalah pengejawantahan yang lebih lanjut
dari manusia didalam keluarga. Sedangkan hubungan dikeluarganya adalah
pengejawantahan dari hubungan manusia sebagai pribadi dan orang lain.
C. Ritual masyarakat jawa
Sejak jaman awal islam, banyak sekali tradisi-tradisi yang dibirkan berlanjut tapi
spirit (jiwa dan semangatnya) diubah atau disesuaikan dengan nilai-nilai islam,
seperti tata cara perkawinan masyarakat Arab pra-islam banyak yang dilestarikan
sekaligus diislamkan bagian intinya. Ini yang oleh sementara ahli antrophologi
budaya disebut sebagai “islamisasi tradisi” atau “islamisasi budaya”
15. IV. KESIMPULAN
Sebelum agama-agama masuk beribu-ribu tahun lalu orang jawa
mempercayai adanya tuhan yang diwujudkan melalui hal-hal
yang nyata yang disebut agama kejawen yaitu perpaduan antara
animisme, agama hindu dan budha. Namun pengaruh agama
islam dan agama kristen, nampak agama ini adalah sebuah
kepercayaan sinkretisme.
Secara garis besar, orang jawa mempunyai tujuan yang sama
yaitu mencapai kebahagiaan lahir dan batin melalui tepo seliro,
unggah ungguhnya, menghormati orang lain dan selalu hidup
berdampingan demi tercapainya tatanan masyarakat yang
harmonis.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah ini berhasil kami susun dengan segenap
bantuan dari berbagai pihak, namun tentu masih banyak
kekurangan yang perlu adanya sumbangsih dari teman-teman
seperjuangan. Terima kasih kiranya kami ucapkan atas segala
partisipasinya teman-teman demi menambah wawasan dan
pembuka wacana baru bagi kita semua.
16. a. Sistem Kepercayaan / Religi Suku Jawaa. Sistem Kepercayaan / Religi Suku Jawa
Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah Islam.
Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik,
Hindu, dan Buddha. Masyarakat Jawa percaya bahwa
hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo (pasrah).
Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/ roh leluhur
dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit, dan jin.
Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah
diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa
sebagai berikut.
Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh
bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.
Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah
panen.
Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-
bulan besar Islam.
Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus,
perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru.
Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga
hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat
puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).
17. MATA PENCAHARIAN JAWA TENGAH
I. PENDAHULUAN
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak
di bagian tengah Pulau Jawa. Dan di Jawa Tengah sendiri terdiri dari
berbagai kabupaten dan kota. Banyak sekali kekayaan alam yang dimiliki
di dalamnya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan kekayaan alam
tersebut dengan baik. Ada berbagai macam pekerjaan atau mata
pencaharian yang ada di masyarakat Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah sendiri ada mata pencaharian penduduk yang memiliki
corak sederhana, yang biasanya sangat berhubungan dengan pemanfaatan
lahan dan sumber daya alam. Contohnya pertanian, perkebunan, dan
peternakan. Sementara, mata pencaharian penduduk yang memiliki corak
modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu
berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti
jasa, transportasi, dan pariwisata. Disini kami akan menjelaskan lebih
lanjut tentang berbagai macam mata pencaharian masyarakat Jawa Tengah
yang telah kami amati pada saat berkunjung di museum Ronggowarsito.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam-macam mata pencaharian di Jawa Tengah ?
2. Apa saja macam-macam alat yang digunakan masyarakat Jawa
Tengah dalam bekerja ?
III. HASIL PENGAMATAN
1.) Pertanian
Pertanian merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan
tanaman pangan. Indonesia yang merupakan negara agraris mengandalkan
sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Sistem bercocok
tanam (pertanian) muncul melalui suatu proses, sebagai bukti dapat dilihat
dari kesederhanaan bentuk alat-alat yang digunakan, cara menanam dan
jenis tanaman yang ditanam. Hal ini dilakukan secara turun menurun untuk
masyarakat yang hidup dari pertanian tersebut. Pertanian sendiri sudah
dikenal kurang lebih 10.000 tahun yang lalu.
Adapun alat-alat pertanian yaitu seperti : bajak, ani-ani, caping, sabit.
20. IV. ANALISIS BUDAYA JAWAIV. ANALISIS BUDAYA JAWA
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak kekayaan Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak kekayaan
sumber daya alam, sehingga masyarakat dapat menggunakan sumber sumber daya alam, sehingga masyarakat dapat menggunakan sumber
daya alam tersebut sebagai sumber mata pencaharian. Di Jawa daya alam tersebut sebagai sumber mata pencaharian. Di Jawa
sendiri banyak berbagai macam mata pencaharian, contohnya saja sendiri banyak berbagai macam mata pencaharian, contohnya saja
seperti pertanian, nelayan, peternakan, pertambangan, perdagangan, seperti pertanian, nelayan, peternakan, pertambangan, perdagangan,
perindustrian, dan masih banyak yang lainnya.perindustrian, dan masih banyak yang lainnya.
Berbagai macam mata pencaharian tersebut memberikan kehidupan Berbagai macam mata pencaharian tersebut memberikan kehidupan
dan kemakmuran bagi masyarakat Jawa sendiri. Dan di Jawa juga dan kemakmuran bagi masyarakat Jawa sendiri. Dan di Jawa juga
banyak sekali terdapat peninggalan zaman pra sejarah mengenai banyak sekali terdapat peninggalan zaman pra sejarah mengenai
mata pencaharian masyarakat Jawa yang berupa peralatan-peralatan mata pencaharian masyarakat Jawa yang berupa peralatan-peralatan
dan sebagainya. Di Jawa mayoritas penduduknya bermata dan sebagainya. Di Jawa mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani dan nelayan karena Indonesia merupakan pencaharian sebagai petani dan nelayan karena Indonesia merupakan
negara agraris dan maritim. negara agraris dan maritim.
V. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan kami di museum Ronggowarsito
tentang mata pencaharian di pulau Jawa dapat disimpulkan
sebagai berikut : macam-macam mata pencaharian, apa saja
alat-alat yang digunakan, serta sejarah yang terdapat di
dalamnya. Macam- macam mata pencaharian tersebut antara
lain :
- Pertanian merupakan usaha pengolahan tanah untuk
pembudidayaan tanaman pangan. Alat-alat yang digunakan
antara lain : bajak, ani-ani, caping, sabit.
- Nelayan, kehidupan nelayan merupakan kehidupan keras
dan berat, kepada laut hidupnya digantungkan. Alat-alat yang
digunakan antara lain : pancing, jala, sero, wuwu, kepis,
seser, ajug, anlo, bagan, ental.
- Pembuat keris, alatnya seperti besalen.
- Pembuat gerabah.