Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
SISTEM EKONOMI KAPITALIS
1. SISTEM EKONOMI KAPITALIS
Kapitalis berasal dari kata capital, secara sederhana dapat diartikan sebagai ‘modal’. Didalam
sistem kapitalis, kekuasaan tertinggi dipegang oleh pemilik modal, dimana dalam
perekonomian modern pemilik modal dalam suatu perusahaan merupakan para pemegang
saham.
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan faktor-faktor
produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Sementara tujuan utama
kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba.
Sistem perekonomian kapitalis merupakan sistem perekonomian yang memberikan
kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti
memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-
besarnya dan bebas melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas
Tokoh yang mempopulerkan sistem ekonomi Kapitalis adalah Adam Smith. Bukunya yang
terkenal berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation. Adam
Smith menyatakan bahwa “perekonomian akan berjalan dengan baik apabila pengaturannya
diserahkan kepada mekanisme pasar atau mekanisme harga”. Teori ini kemudian dikenal
dengan sebutan The Invisible Hands. Sistem ekonomi Kapitalis merupakan suatu tata cara
pengaturan kehidupan perekonomian yang didasarkan kepada Mekanisme pasar yaitu
interaksi antara permintaan dan penawaran suatu barang yang kegiatannya tergantung pada
kekuatan modal yang dimiliki oleh setiap individu.
Lahirnya Ekonomi Kapitalis
Perkembangan kapitalisme pada negara terbelakang menjadi sebuah topik menarik
untuk dikaji. Gejala kapitalisme dianggap sebagai sebuah solusi untuk melakukan
pembangunan di negara terbelakang. Teori sistem dunia yang disampaikan oleh Wallerstein
merupakan keberlanjutan pemikiran Frank dengan teori depensasinya.Pendapat Frank,
Sweezy dan Wallerstein mengacu pada model yaang dikenal oleh Adam Smith.
Menurut A Smith, pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat memiliki kesamaan dengan pembangunan produktivitas tenaga kerja, pembagian
kerja. Konsep inilah yang kemudian memunculkan pembedaan mode produksi menjadi sektor
pertanian dan manufaktur. Konsep ini kemudian semakin berkembang dengan munculnya
pembedaan desa dan kota sebagai sebuah mode produksi yang berbeda.
2. Inti pemikiran Adam Smith adalah bahwa proses produksi dan distribusi ini harus lepas dari
campur tangan pemerintah dan perdagangan bebas. Proses ekonomi hanya akan berjalan
melalui tangan- tangan tak kelihatan yang mengatur bagaimana produksi dan distribusi
kekayaan ekonomi itu berjalan secara adil. Biarkan para pengusaha, tenaga kerja, pedagang
bekerja mencari keuntungan sendiri. Siapapun tak boleh mencampurinya, karena ekonomi
hanya bisa muncul dari perdagangan yang adil. Karenanya pemerintah harus menjadi penoton
tak berpihak. Ia tak boleh mendukung siapapun yang sedang menumpuk kekayaan pun yang
tak lagi punya kekayaan. Tangan- tangan tak kelihatan akan menunjukkan bagaimana semua
bekerja secara adil, secara fair.
Kenyataan yang terjadi dalam proses kapitalisme telah menimbulkan dampak berupa
pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena arus pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi
tenaga kerja. Kerangka pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja ini terwujud
dalam bentuk peningkatan produktivitas yang dikenal dengan konsep maksimalisasi
keuntungan dan kompetisi pasar
Kapitalisme sebagai suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu
menguasai sumber daya vital dan menggunakannya untuk keuntungan
maksimal.Maksimalisasi keuntungan menyebabkan eksploitasi tenaga kerja murah, karena
tenaga kerja adalah faktor produksi yang paling mudah direkayasa dibandingkan modal dan
tanah.
Kapitalisme pada awalnya berkembang bukan melalui eksploitasi tenaga kerja murah,
melainkan eksploitasi kepada kaum petani kecil. Negara terbelakang merupakan penghasil
barang mentah terutama dalam sektor pertanian. Kapitalisme masuk melalui sistem
perdagangan yang tidak adil, dimana negara terbelakang menjual barang mentah dengan
harga relatif murah sehingga menyebabkan eksploitasi petani. Masuknya sistem perdagangan
menyebabkan petani subsisten menjadi petani komersil yang ternyata merupakan bentuk
eksploitasi tenaga kerja secara tidak langsung. Perkembangan selanjutnya telah melahirkan
industri baru yang memerlukan spesialisasi tenaga kerja.
Kapitalisme yang menitikberatkan pada spesialisasi tenaga kerja dan teknologi tinggi
membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan menguasai teknologi. Keadaan ini sangat sulit
terwujud pada negara pinggiran. Proses ini hanya akan melahirkan tenaga kerja kasar pada
negara pinggiran, sedangkan tenaga kerja terampil dikuasai oleh negara pusat.
Ketidakberdayaan tenaga kerja padaa negara pinggiran merupakan keuntugan bagi negara
pusat untuk melakukan eksploitasi. Ekspansi kapitalisme melalui investasi modal dan
teknologi tinggi pada negara pinggiran disebabkan oleh tersedianya tenaga kerja yang murah
3. Kapitalisme yang menjalar hingga negara terbelakang menjadikan struktur sosial di
negara terbelakang juga berubah. Kapitalisme memunculkan kelas sosial baru di negara
terbelakang yaitu kelas pemilik modal. Berkembangnya ekonomi kapitalisme ini didukung
oleh sistem kekerabatan antar mereka. Kelas borjuis di negara terbelakang juga dapat
memanfaatkan dukungan politik dari pemerintah. Sebagai sebuah kesatuan ekonomi dunia,
asumsi Wallerstein akan adanya perlawanan dari negara terbelakang sebagai kelas tertindas
oleh negara pusat menjadi hal yang tidak mungkin terjadi.
Dari uraian diatas terlihat bahwa kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan
cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk diujal, telah merambah jauh
menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak- banyaknya, bersama- sama juga
mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas.
Kapitalisme tidak hanya merubah cara- cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun
bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari
hubungan antar negara bahkan ketingkat antar individu.Sehingga itulah kita mengenal tidak
hanya perusahaan- perusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan bentuk negara.
Upaya untuk memerangi kapitalisme bukan dengan sistem ekonomi sosialis namun dengan
kemandirian ekonomi dan swasembada.
Perspektif Sistem Ekonomi Kapitalisme
A. Ciri- ciri Sistem Ekonomi Kapitalisme
Ada beberapa ciri kapitalisme yang perlu kita perhatikan dan kerap muncul di sekitar kita
tanpa disadari, diantaranya :
1. Setiap individu memiliki kebebasan untuk memiliki faktor-faktor produksi.
2. Pengakuan yang luas atas hak- hak pribadi dimana Pemilikan alat- alat produksi
ditangan individu dan individu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik
bagi dirinya.
3. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar, dimana pasar berfungsi memberikan
signal kepada produsen dan konsumen dalam bentuk harga- harga. Campur tangan
pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The invisible hand” yang mengatur
perekonomian menjadi efisien. Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba
4. Manusia dipandang sebagaai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar
kepentingan sendiri. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman
yunani kuno (disebut hedonisme)
5. Peranan modal dalam perekonomian sangat menentukan bagi setiap individu untuk
menguasai sumber-sumber ekonomi sehingga dapat menciptakan efisiensi; Pemilik
4. modal bebas untuk menggunakan cara apa saja untuk meningkatkan keuntungan
maksimal, dengan mendayagunakan sumber produksi dan pekerjanya. Sehingga
modal kapitalis seringkali diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk
menghasilkan laba
6. Peranan pemerintah dalam perekonomian sangat kecil. Pengawasan atau campur
tangan pemerintah diupayakan seminimal mungkin. Tetapi jika dianggap riskan,
negara sewaktu-waktu dapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi lancarnya
pelaksanaan sistem kapitalisme.
7. Hak milik atas alat-alat produksi dan distribusi merupakan hak milik perseorangan
yang dilindungi sepenuhnya oleh negara.
8. Kegiatan perekonomian selalu berdasarkan keadaan pasar. Aktivitas ekonomi secara
bebas hanya ditentukan oleh penjualan dan pembelian.
9. Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya
produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
B. Kelebihan Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem ekonomi kapitalis memiliki kelebihan, diantaranya :
1. Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam penyelenggaraan perekonomian, sebab
masyarakat diberi kebebasan melakukan segala hal yang terbaik bagi dirinya dalam
menentukan kegiatan perekonomian;
2. Kualitas produk yang dihasilkan menjadi lebih baik, sebab terjadinya persaingan yang
ketat
3. Efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi dapat tercapai dengan baik, sebab
tindakan ekonomi yang dilakukan didasarkan kepada motif pencarian keuntungan
yang sebesar-besarnya.
C. Kelemahan Sistem Kapitalisme
Sistem ekonomi kapitalis memiliki kelemahan, diantaranya :
1. Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan bebas yang monopolistik dan
tidak sehat.
2. Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Terapat
kesenjangan yang besar antara pemilik modal dan golongan pekerja sehingga yang
kaya lebih kaya dan yang miskin bertambah miskin.
3. Tidak tertutup kemungkinan munculnya monopoli yang merugikan masyarakat
4. Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber
daya oleh individu.
5. 5. Pemerataan pendapatan sulit dilakukan, karena persaingan bebas tersebut. Sulitnya
melakukan pemerataan pendapatan dikarenakan prinsip yang belaku adalah free fight
liberalism, dimana kunci untuk memenangkan persaingan adalah modal;
D. Kecenderungan Bisnis Dalam Kapitalisme
Perkembangan bisnis sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang berlaku. Kecenderungan
bisnis dalam kapitalisme dewasa ini adalah : adanya spesialisasi, adanya produksi massa,
adanya perusahaan berskala besar, adanya perkembangan penelitian.
Negara-negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis antara lain :
Benua Amerika : AS, Argentina, Bolivia, Brazil, Chili, dll.
Benua Eropa : Austria, Belgia, Kroasia, Cekoslavia, dll.
Benua Asia : India, Iran, Thailand, Jepang, Filipina, dll.
Benua Afrika : Mesir, Senegal, Afrika Selatan.
Kepulauan Oceania : Australia dan Selandia baru.
E. Dampak Sistem Ekonomi Kapitalis
Studi Kasus: “Krisis Finansial Global”
Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait, membuat ‘efek domino’ krisis yang
berbasis di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke berbagai negara di
seluruh penjuru dunia. Tak terkecualikan Indonesia. Krisis keuangan yang berawal dari krisis
subprime mortgage itu merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS. Pemain-pemain utama
Wall Street berguguran, termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua bank
terbesar di AS. Para investor mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga saham di
bursa-bursa utama dunia pun rontok.
Menurut Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Washington, seperti dikutip
AFP belum lama ini, resesi sekarang dipicu pengeringan aliran modal. Ia menaksir akan
terdapat kerugian sekitar 1,4 triliun dolar AS pada sistem perbankan global akibat kredit
macet di sektor perumahan AS. “Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 945
miliar dolar AS,”. Hal ini menyebabkan sistem perbankan dunia saling enggan mengucurkan
dana, sehingga aliran dana perbankan, urat nadi perekonomian global, menjadi macet. Hasil
analisis Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan
memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan
setidaknya dua kuartal berturut-turut sudah bisa disebut sebagai resesi.
Sederet bank di Eropa juga telah menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus turun
tangan menolong dan mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia,
6. Luksemburg, dan Belanda menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal 11,2 miliar
euro atau sekitar Rp155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan likuiditasnya. Fortis,
bank terbesar kedua di Belanda dan perusahaan swasta terbesar di Belgia, memiliki 85.000
pegawai di seluruh dunia dan beroperasi di 31 negara, termasuk Indonesia. Ketiga pemerintah
itu memiliki 49 persen saham Fortis. Fortis akan menjual kepemilikannya di ABN AMRO
yang dibelinya tahun lalu kepada pesaingnya, ING. Pemerintah Jerman dan konsorsium
perbankan, juga berupaya menyelamatkan Bank Hypo Real Estate, bank terbesar pemberi
kredit kepemilikan rumah di Jerman. Pemerintah Jerman menyiapkan dana 35 miliar euro
atau sekitar Rp486,4 triliun berupa garansi kredit. Inggris juga tak kalah sibuk. Kementerian
Keuangan Inggris, menasionalisasi bank penyedia KPR, Bradford & Bingley, dengan
menyuntikkan dana 50 miliar poundsterling atau Rp864 triliun. Pemerintah juga harus
membayar 18 miliar poundsterling untuk memfasilitasi penjualan jaringan cabang Bradford
& Bingley kepada Santander, bank Spanyol yang merupakan bank terbesar kedua di Eropa.
Bradford & Bingley merupakan bank Inggris ketiga yang terkena dampak krisis finansial AS
setelah Northern Rock dinasionalisasi Februari lalu dan HBOS yang dilego pemiliknya
kepada Lloyds TSB Group.
Dengan menggunakan analisis “stakeholder”, kita dapat melihat bahwa krisis finansial global
yang dimulai dari AS, sesungguhnya merupakan akibat dari ketidakseimbangan
pembangunan ekonomi yang berlebihan di SEKTOR FINANSIAL dibandingkan SEKTOR
RIIL yang berakar dari system moneter buatan The Fed. Padahal secara inheren sektor
finansial ini sudah bersifat inflatif, karena mengandalkan keuntungannya pada system riba
dan bukan karena produktivitas yang riil (yang disebabkan karena kerja, kreativitas dan
pemikiran).
Cara populer untuk mengatasi krisis ini, karenanya, jelas dengan memberikan energi yang
lebih besar pada sektor riil sebagaimana yang pernah dilakukan Presiden AS Roosevelt
bersama penasihat ekonominya yang terkenal John Maynard Keynes untuk membangun
secara massif infrastruktur sektor riil pasca terjadinya depresi besar di AS, di tahun 1930-an.
Secara implisit, gambaran di atas juga menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya dampak krisis
finansial yang terjadi di AS maupun di luar AS, sangat ditentukan oleh peran dari masing-
masing pemangku kepentingan atau “stakeholders” tadi. Pemerintah di luar AS bisa saja
meminimalisir dampak krisis bila melakukan “imunisasi” atau “proteksi” yang perlu serta
mengantisipasinya dengan melakukan pembangunan sector riil dan peningkatan
kesejahteraan publik secara massif.