SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
+
PARADIGMA
Triyatni Martosenjoyo
Triyatni Martosenjoyo
1
+
PARADIGMA
Sistem kepercayaan (asumsi) dasar
a t a u p a n d a n g a n d u n i a y a n g
membimbing peneliti memilih metode
d a n m e n e n t u k a n f u n d a m e n t a l
ontologis dan epistemologis.
Triyatni Martosenjoyo
2
+
PARADIGMA
§  Pandangan mendasar à yang diakui &
diikuti oleh komunitas suatu disiplin ilmu
tentang realitas yang menjadi fokus disiplin
ilmu tersebut (ONTOLOGI disiplin ilmu).
§  Pandangan mendasar tentang kerangka
METODOLOGI disiplin ilmu itu.
§  Tidak seluruh perkembangan ilmu
berdasarkan akumulasi. à Ada fase ilmu
berkembang secara akumulatif, ada yang
berkembang secara revolusi.
Triyatni Martosenjoyo
3
+
KARL R POPPER vs THOMAS S KUHN
POPPER
AKUMULASI
n  Ilmu berkembang karena proses akumulasi.
n  Semua disiplin ilmu mengalami perkembangan
karena akumulasi pengetahuan pada disiplin
ilmu itu.
n  Postulat, teori dll berkembang karena akumulasi
penelitian dll
n  Di dalam menulis disertasi, dia harus menulis
dengan merujuk apa yang telah ditemukan oleh
disiplin itu. Apa temuannya yang baru? Apa
kontribusinya?
FALSIFIKASI
n  Kebenaran saintifik hanya bisa dipercaya bila
merupakan hasil pengujian hipotesa2 yang
dibangun berdasarkan akumulasi dari
pengetahuan2 sebelumnya.
n  Peneliti harus memiliki bangunan berpikir
sendiri tentang topik yang dipilih, berdasarkan
bangunan2 berpikir sebelumnya.
n  Peneliti mengacu pada postulat, teori, konsep
yang telah berkembang sebelumnya à
mengembangkan bangunan berpikir baru.
n  Popper hanya percaya pada logika DEDUKTIF
dan tidak pada logika INDUKTIF
KUHN
PARADIGMA
n  Tidak seluruh perkembangan ilmu
berdasarkan akumulasi.
n  Ada fase ilmu berkembang secara akumulatif,
ada yang berkembang secara revolusi.
REVOLUSI SAINS
FASE
n  PRA PARADIGMA , komunitas ilmiah sutu
disiplin ilmu belum mencapai pandangan
mendasar tentang ontologi disiplin ilmu.
(ONTOLOGI BELUM JELAS).
n  PARADIGMA à sains normal
n  ANOMALI à muncul realitas yang tidak bisa
dijelaskan melalui kernagka umum yang
diacu sebelumnya. LOGIKA DEDUKTIF
BERCAMPUR INDUKTIF
n  FASE KRISIS à pradigma yang berlakui
sebelumnya tidak bisa lagi dipercaya untuk
menkaji realitas. LOGIKA INDUKTIF
n  PARADIGMA BARU à REVOLUSI SAINS
Triyatni Martosenjoyo
4
+
FASE REVOLUSI SAINS (2)
Triyatni Martosenjoyo
5
PRA
PARADIGMA
PARADIGMA ANOMALI
KRISIS
PARADIGMA
BARU
+
FASE REVOLUSI SAINS (1)
à Pra Paradigma à komunitas ilmiah sutu disiplin ilmu belum
mencapai pandangan mendasar tentang ontologi disiplin
ilmu. Ontologi belum jelas.
à Paradigma à sains normal
à Anomali à muncul realitas yang tidak bisa dijelaskan
melalui kerangka umum yang diacu sebelumnya. Logika
deduktif bercampur induktif.
à Fase Krisis à paradigma yang berlakui sebelumnya tidak
bisa lagi dipercaya untuk mengkaji realitas. Logika Induktif
à Paradigma Baru à Revolusi Sains
Triyatni Martosenjoyo
6
+
KUANTITATIF vs KUALITATIF
(Pandangan Internal)
n  Melepaskan konteks à
mereduksi hal-hal kecil yang
dianggap tidak berpengaruh.
n  Mengesampingkan makna dan
tujuan perilaku. à memahami
perilaku manusia sebagai
benda fisik.
n  Pemisahan teori-teori utama
dari konteks lokal. à peneliti
melihat sebagai orang luar
(etik).
n  Mengeneralisasi statistik.
n  Mengedepankan informasi
kontekstual.
n  Data kulaitatif memberikan
pengertian yang mendalam
tentang perilaku manusia.
n  Peneliti melihat sebagai orang
dalam (emik).
n  Generalisasi tidak dapat
diterapkan pada kasus-kasus
individual.
Triyatni Martosenjoyo
7
KUANTITATIF KUALITATIF
+
KUANTITATIF vs KUALITATIF
(Pandangan Eksternal)
n  Fakta yang sarat teori à fakta dan teori saling bergantung.
Fakta disebut fakta jika ada dalam kerangka teori tertentu.
n  Lemahnya determinasi teori (induksi) à Fakta yang sama
bisa mendukung kerangka teori yang berbeda. Contoh teori
semua angsa putih, ternyata ada angsa yang hitam.
n  Fakta yang sarat nilai à teori merupakan pernyataan nilai.
Tak ada sikap bebas nilai.
n  Peneliti dan yang diteliti saling mempengaruhi à temuan
terjadi melalui interaksi antara peneliti dengan fenomena.
Hasil penelitian tidak obyektif, melainkan subyektif.
Triyatni Martosenjoyo
8
+
TEORI ANGSA HITAM
n  Merujuk pada
peristiwa langka yang
berdampak besar, sulit
diprediksi dan di luar
perkiraan biasa seperti
munculnya internet,
komputer pribadi, PD
I, peristiwa 11
September 2001.
Triyatni Martosenjoyo
9
DIMENSI-DIMENSI PARADIGMA
1. ONTOLOGI
2.
EPISTEMOLOGI
3.
METODOLOGI
4. AKSIOLOGI
Asumsi tentang
“realitas”
Asumsi tentang
hubungan antara
peneliti dengan
yang diteliti
Asumsi tentang
bagaimana
peneliti
memperoleh
pengetahuan
Asumsi tentang
posisi nilai,
etika, pilihan
moral peneliti
dalam suatu
penelitian
Triyatni Martosenjoyo
10
+
PERTANYAAN KE EMPAT à
AKSIOLOGI
n  Tiga pertanyaan pertama adalah untuk menghargai
pengetahuan.
n  Dibutuhkan pertanyaan ke empat untuk menunjukkan
penghargaan bagi manusia yaitu “nilai”.
n  Nilai à apa yang menyatakan manusia harus dihargai dan
berdasarkan “apa” mereka?
n  Pertanyaan ke empat diperlukan untuk menyeimbangkan
penghargaan pada pengetahuan dengan penghargaan
terhadap manusia.
Triyatni Martosenjoyo
11
+
PARADIGMA YANG BERSAING DALAM
PENELITIAN KUALITATIF
n  Positivisme
n  Post positivisme
n  Teori Kritis
n  Konstruktivisme
Triyatni Martosenjoyo
12
ITEM	
   POSITIVISME	
   POSTPOSITIVISME	
   TEORI	
  KRITIS	
   KONSTRUKSIVISME	
  
	
  
ONTOLOGI	
  
Apakah	
  bentuk	
  dan	
  sifat	
  
realitas	
  dan	
  oleh	
  karena	
  
itu,	
   apakah	
   yang	
   ada	
  
disana	
   yang	
   dapat	
  
diketahui	
  tentangnya?	
  
	
  
Realism	
  naïf,	
  realitas	
  “nyata”	
  namun	
  
bisa	
  dipahami.	
  
	
  
Realism	
   kri=s	
   –	
   realitas	
   “nyata”	
  
namun	
   hanya	
   bisa	
   dipahami	
   secara	
  
= d a k	
   s e m p u r n a	
   d a n	
   s e c a r a	
  
probabilis=k.	
  
Cook	
   &	
   Campbell	
   1979	
   àRealisme	
  
kri=s	
   karena	
   realitas	
   harus	
   tunduk	
  
pada	
   pengujian	
   kri=s	
   yang	
   seluas-­‐
luasnya,	
   guna	
   memudahkan	
   dalam	
  
memahami	
  realitas	
  sedekat-­‐dekatnya	
  
(namun	
  =dak	
  pernah	
  sempurna.	
  	
  
	
  
Realism	
   historis	
   –	
   realitas	
   maya	
  
yang	
   dibentuk	
   oleh	
   nilai-­‐nilai	
  
sosial,	
  poli=k,	
  ekonomi,	
  etnik	
  dan	
  
gender;	
   mengkristal	
   seiring	
  
perjalanan	
   waktu,	
   ke	
   dalam	
  
rangkaian	
   struktur	
   yang	
   saat	
   ini	
  
(secara	
   =dak	
   tepat)	
   dipandang	
  
sebagai	
   yang	
   “,	
   nyata”	
   yakni	
  
alamiah	
  dan	
  abadi.	
  
Demi	
   tujuan-­‐tujuan	
   prak=s,	
  
struktur	
   tersebut	
   adalah	
   nyata	
  
yakni	
   sebuah	
   realitas	
   maya	
   atau	
  
historis.	
  
	
  
Rela==visme	
   –	
   realitas	
   yang	
  
dikonstruksikan	
   secara	
   lokal	
   dan	
  
spesifik.	
  
Realitas	
   bisa	
   dipahami	
   dalam	
  
bentuk	
   konstruksi	
   mental	
   yang	
  
bermacam-­‐macam	
  dan	
  tak	
  dapat	
  
diindera,	
   yang	
   secara	
   sosial	
   dan	
  
pengalaman	
   berciri	
   lokal	
   dan	
  
spesifik	
   (meskipun	
   berbagai	
  
elemen	
  sering	
  kali	
  bersama-­‐sama	
  
dimiliki	
  berbagai	
  individu	
  bahkan	
  
lintas	
  budaya),	
  dan	
  bentuk	
  serta	
  
isinya	
   bergantung	
   pada	
   manusia	
  
yang	
  memiliki	
  kontruski	
  tersebut.	
  
	
  
EPISTEMOLOGI	
  
Apakah	
   sifat	
   hubungan	
  
yang	
   terjalin	
   antara	
   yang	
  
mengetahui	
   atau	
   calon	
  
yang	
   mengetahui	
   dengan	
  
s e s u a t u	
   y a n g	
   d a p a t	
  
diketahui?	
  
	
  
Dualis/objek=vis;	
  temuan	
  yang	
  benar.	
  
Peneli=	
  dan	
  obyek	
  yang	
  diteli=	
  dianggap	
  
sebagai	
  en=tas	
  yang	
  terpisah,	
  sedangkan	
  
peneli=	
   dipandang	
   mampu	
   mempelajari	
  
obyek	
   tanpa	
   mempengaruhi	
   atau	
  
dipengaruhi	
  obyeknya.	
  
Strategi	
   dilakukan	
   untuk	
   mereduksi	
   atau	
  
m e n y i n g k i r k a n	
   a n c a m a n	
   y a n g	
  
mempengaruhi	
  validitas.	
  
	
  
Dualis/obyek=vis	
   yang	
   dimodifikasi;	
  
tradisi/	
   komunitas	
   kri=s;	
   temuan-­‐temuan	
  	
  
yang	
  mungkin	
  benar.	
  
Dualisme	
   sudah	
   banyak	
   di=nggalkan	
  
karena	
   tak	
   mungkin	
   lagi	
   untuk	
  
dipertahankan.,	
   sedangkan	
   obyek=vitas	
  
tetap	
   menjadi	
   “cita-­‐cita	
   pemandu”.	
  
Penekan	
   khusus	
   diberikan	
   kepada	
  
“pengawal”	
  eksternal	
  obyek=vitas	
  seper=	
  
tradisi	
  kri=s	
  (apakah	
  hasil-­‐hasil	
  peneli=an	
  
“sesuai”	
   dengan	
   ilmu	
   pengetahuan	
   yang	
  
sudah	
   ada	
   sebelumnya)	
   dan	
   komunikasi	
  
kri=s	
  (seper=	
  editor,	
  juri	
  dan	
  rekan-­‐rekan	
  
profesional).	
  
Hasil	
  peneli=an	
  yang	
  dapat	
  diulang	
  besar	
  
kemungkinan	
  tunduk	
  pada	
  falsifikasi.	
  
Catatan:	
   premis	
   mayor,	
   premis	
   minor,	
  
konklusi.	
  
	
  
Transaksional/subjek=vis;	
   temuan-­‐
temuan	
  yang	
  diperantarai	
  oleh	
  nilai.	
  	
  
Peneli=	
   dan	
   obyek	
   yang	
   diteli=	
  
terhubung	
   secara	
   interak=f,	
   dengan	
  
nilai-­‐nilai	
   peneli=	
   (dan	
   “nilai-­‐nilai	
  
o r a n g	
   l a i n ”	
   t e r p o s i s i k a n ) ;	
  
mempengaruhi	
   peneli=an	
   secara	
   tak	
  
terhindarkan.	
   Oleh	
   karenanya	
  
t e m u a n -­‐ t e m u a n	
   p e n e l i = a n	
  
“diperantarai	
  oleh	
  nilai”.	
  
Menantang	
   pembedaan	
   tradisional	
  
a n t a r a	
   o n t o l o g y	
   d e n g a n	
  
epistemology;	
   sesuatu	
   yang	
   dapat	
  
diketahui	
  ternyata	
  terjalin	
  secara	
  erat	
  
antara	
   peneli=	
   tertentu	
   dengan	
  
obyek	
  atau	
  kelompok	
  tertentu.	
  
	
  
Transaksional/subjek=vis;	
   temuan-­‐
temuan	
  yang	
  diciptakan,	
  
Peneli=	
   dan	
   obyek	
   dianggap	
  
terhubung	
   secara	
   =mbal	
   balik	
  
sehingga	
   “hasil-­‐hasil	
   peneli=an”	
  
terciptakan	
   secara	
   literal	
   seiring	
  
d e n g a n	
   b e r j a l a n n y a	
   p r o s e s	
  
peneli=an.	
  
Pembedaan	
   konvensional	
   antara	
  
ontology	
   dengan	
   epistemology	
  
lenyap,	
   sebagaimana	
   yang	
   terjadi	
  
dalam	
  teori	
  kri=s.	
  
	
  
METODOLOGI	
  
A p a	
   s a j a	
   c a r a	
   y a n g	
  
ditempuh	
   peneli=	
   	
   (calon	
  
yang	
   akan	
   mengetahui)	
  
untuk	
   menemukan	
   apapun	
  
yang	
   ia	
   percaya	
   dapat	
  
diketahui?	
  
	
  
Eksperimental/manipula=ve;	
   verifikas	
  
hipotesis;	
   terutama	
   metode-­‐metode	
  
kuan=ta=f.	
  
	
  
Eksperimental/manipula=f	
   yang	
  
dimodifikasi;	
   keragaman	
   kri=s;	
   falsifikasi	
  
hipotesis;	
   bisa	
   jadi	
   melipu=	
   metode-­‐
metode	
  kualita=f	
  
	
  
Dialogis/dialek=s	
  
	
  
Hermeneu=s/dialek=s	
  
Triyatni Martosenjoyo
13
+
EPISTEMOLOGI POSITIVISME
n  Ada dualisme antara yang diteliti dan
diteliti à 2 keadaan yang tidak
mempengaruhi satu sama lain.
n  Metode berjalan untuk menemukan
kebenaran.
Triyatni Martosenjoyo
14
+
METODOLOGI
n  Ekperimental à before after, with without.
n  Menguji hipotesis à realitas dikaji untuk
menguji hipotesis. Harus kuantitatif, ada
statistik. Frekwensi, populasi, jumlah,
bukan pada makna.
n  Temuan bersifat pasti.
Triyatni Martosenjoyo
15
+
POSTPOSITIVISME
n  Tidak bisa menjelaskan mengapa realitas
terjadi.Yang bisa dilakukan melihat proses
terjadinya realitas itu. à Fenomena bunuh
diri bisa dijelaskan dengan misalnya apa
yang menyebabkan fakta sosial bunuh di kota
besar tinggi. Bagaimana prosesnya?
n  Ilmu sosial hanya bisa memberi penjelasan
tentang kemungkinan-kemungkinan
mengapa orang bunuh diri, tetapi tidak bisa
menyatakan sebab-akibat.
n  Proses & makna sosial.
Triyatni Martosenjoyo
16
+
n  Seorang peneliti harus lebur ke dalam
kebudayaan yang ditelitinya. à
kebenaran yang dihasilkan bukan
kebenaran yang pasti seperti pada
positivisme, melainkan probabilitas
(kemungkinan-kemungkinan kebenaran).
n  Peneliti sosial menjasi instrumen
penelitian & tidak mengandalkan
instrumen buatan à ada hubungan antara
peneliti dengan yang diteliti.
Triyatni Martosenjoyo
17
+
METODOLOGI (1)
n  Peneliti menggambarkan secara
menyeluruh segala aspek yang ditelitinya
menurut pandangan yang diteliti à emik.
n  Kebudayaan dlihat apa adanya.
n  Manipulasi tidak disengaja.
n  Ada multiplisitas realitas dalam
masyarakat à tidak bersifat tunggal.
Tugas peneliti tudak mengeneralisasi
realitas.
Triyatni Martosenjoyo
18
+
METODOLOGI (2)
n  Memfalsifikasi hipotesis à
membawa dugaan2 tetapi tidak
menguji teori à membangun teori.
n  Konsisten pada metode kualitatif.
Triyatni Martosenjoyo
19
+
TEORI KRITIS
n  Setiap realitas punya sejarah masing-
masing.
n  Tugas meneliti mencari sejarah itu à
mengkritisi sejarah realitas sosial.
Triyatni Martosenjoyo
20
+
EPISTEMOLOGI TEORI KRITIS (1)
n  Antara peneliti & yang diteliti ada
transaksi à ada keberpihakan yang
dibangun.
n  Peneliti harus mempunyai pegangan nilai
dalam menangkap, mengkritisi yang
dinilainya. Menjadi bagian yang
mendorong.
Triyatni Martosenjoyo
21
+
EPISTEMOLOGI TEORI KRITIS (2)
n  Ilmuwan sosial bukan cuma bertugas
menjelaskan realitas, melainkan menjadi
bagian yang emansipatoris sebagai
bagian dari gerakan perubahan à Tugas
ilmuwan memperjuangkan realitas baru
memperbaiki status quo, menjaga nilai.
Triyatni Martosenjoyo
22
+
METODOLOGI
n  Mengandalkan dialog antara peneliti dan
yang diteliti.
n  Ada pertukaran pengetahuan.
n  Tesis, antitesis, sintesa di antara keduanya.
Triyatni Martosenjoyo
23
+
KONSRUKTIVISME (1)
n  Hasil konstruksi.Tugas peneliti
merekonstruksi atau medekonstruksi
realitas yang sudah ada.
n  Realitas sosial bersifat relatif berdasarkan
konstruksi lokalnya masing2.
Triyatni Martosenjoyo
24
+
KONSRUKTIVISME (2)
n  Realitas sosial adalah realitas yang
dikonstruksi terus menerus.è berubah
terus & bersifat relatif. Ada perjuangan
abadi antara konstruktor sosial vs aktor2
individu. Hasil dialektika antara
konstruktor & aktor.
n  Setiap struktur cenderung memelihara
status quo & setiap aktor cenderung
melakukan perbaruan.
Triyatni Martosenjoyo
25
+
EPISTEMOLOGI
KONSTRUKTIVISME
n  Peneliti menjadi bagian dari kontruksi
sosial. Ada transaksi & subyektivisme.
n  Temuan bukan sesuatu yang sudah ada
dan ditemukan, melainkan sesuatu yang
dikreasikan (created findings).
Triyatni Martosenjoyo
26
+
METODOLOGI
n  Bukan cuma dialog à posisi peneliti
dengan yang diteliti setara dalam
menafsirkan sesuatu.
Triyatni Martosenjoyo
27
+
PEMELIHARA REALITAS VS
REKONSTRUKSI DEKONSTRUKSI
n  Positivisme & postpositivisme à
pemelihara realitas.
n  Teori kritis & konstruktivisme à
rekonstruksi & dekonstruksi.
Triyatni Martosenjoyo
28
+
MASALAH	
   POSITIVISME	
   POSTPOSITIVISME	
   TEORI	
  KRITIS	
   KONSTRUKSIVISME	
  
Tujuan	
  peneli;an	
   Penjelasan	
  prediksi	
  dan	
  kontrol	
   Kri=k	
   dan	
   transformasi,	
  
pemulihan	
  dan	
  emansipasi	
  
P e m a h a m a n 	
   d a n	
  
rekonstruksi	
  
	
  
Sifat	
  ilmu	
  
pengetahuan	
  
H i p o t e s i s	
   y a n g	
   s a h i	
  
dikembangkan	
   menjadi	
   fakta	
  
dan	
  hukum	
  
Hipotesis	
   yang	
   tak	
   dapat	
  
difalsifikasi	
   yang	
   berpeluang	
  
menjadi	
  fakta	
  atau	
  hukum	
  
Wawasan	
   structural	
   /	
  
historis	
  
Berbagai	
   rekonstruksi	
  
i n d i v i d u a l	
   b e r s a t u	
  
membentuk	
  consensus.	
  
A k u m u l a s i	
  
Pengetahun	
  
P e r t a m b a h a n	
   “ b a h a n -­‐ b a h a n	
   p e m b a n g u n ”	
   y a n g	
  
menyempurnakan	
   “bangunan	
   pengetahuan”,	
   generalisasi	
   dan	
  
hubungan	
  sebab-­‐akibat.	
  
Revisionisme	
   histories,	
  
g e n e r a l i s a s i	
   m e l a l u i	
  
similaritas.	
  
Rekonstruksi	
   yang	
   lebih	
  
matang	
   dan	
   canggih,	
  
pengalaman	
   yang	
   seolah-­‐
olah	
  dialami	
  sendiri.	
  
Kriteria	
  baik	
  
buruknya	
  atau	
  
kualitas	
  
“Keketatan”	
  sebagai	
  standar	
  konvensional:	
  validitas	
  internal	
  dan	
  
eksternal,	
  reliabilitas	
  dan	
  objek=vitas.	
  
Keterposisian	
   historis,	
  
lenyapnya	
   ke=dak	
   tahuan	
  
s=mulus	
  =ndakan.	
  
Layak	
   dipercaya,	
   oten=k	
  
dan	
  salah	
  paham.	
  
Nilai	
   Tidak	
  tercakup	
  –pengaruh	
  ditolak.	
   Tercakup	
  –	
  berciri	
  forma=f.	
  
E;ka	
   Ekstrinsik,	
  cenderung	
  menipu	
   Intrinsik,	
   kecenderungan	
  
moral	
   ke	
   arah	
   ilham	
  
(bimbingan	
  gaib)	
  
Intrinsik,	
   kecenderungan	
  
p r o s e s 	
   k e 	
   a r a h	
  
penyingkapan	
   rahasia	
  
(persoalan-­‐persoalan	
  
khusus).	
  
Suara	
   “Ilmuwan	
   yang	
   =dak	
   memihak”	
   sebagi	
   penasehat	
   pembuat	
  
kebijakan	
  dan	
  pelaku	
  perubahan	
  
“ i n t e l e k t u a l	
  
transforma=ve”	
   sebagai	
  
pembela	
  dan	
  ak=fis,	
  
“par=sipan	
   yang	
   penuh	
  
empa=	
   dan	
   gairah	
   sebagai	
  
fasilitator	
   bagi	
   rekonstruksi	
  
mul=-­‐pesan.	
  
Pela;han	
   Teknis	
   dan	
   kuan=ta=f,	
   teori-­‐
teori	
  subtan=f.	
  
T e k n i s	
   k u a n = t a = f	
   d a n	
  
k u a l i t a = f ,	
   t e o r i -­‐ t e o r i	
  
substan=ve.	
  
Sosialisasi	
   ulang,	
   kualita=f	
   dan	
   kuan=ta=f,	
   nilai-­‐nilai	
  
altruism	
  dan	
  pemberdayaan.	
  
Akomodasi	
   Sepadan	
   Tidak	
  sepadan	
  
Hegemoni	
   Pengatur	
  publikasi,	
  pendanaan,	
  promosi	
  dan	
  jabatan.	
   Mencari	
  pengakuan	
  dan	
  masukan.	
  
POSISI PARADIGMA DALAM MASALAH-
MASALAH PRAKTIS PILIHAN
Triyatni Martosenjoyo
29

More Related Content

What's hot

Ppt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologiPpt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologipipit1992
 
Landasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis PragmatismeLandasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis PragmatismeQueenDaresa
 
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...Cecep Kustandi
 
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020hary hermawan
 
Nilai Kemanusiaan - Dhea Budiman
Nilai Kemanusiaan - Dhea BudimanNilai Kemanusiaan - Dhea Budiman
Nilai Kemanusiaan - Dhea BudimanDhea Budiman
 
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)ELce PurWandarie
 
4 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia1
4 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia14 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia1
4 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia1Eliezer Lewis
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSri Suwanti
 
Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...
Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...
Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...Cecep Kustandi
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Kelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat Ilmu
Kelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat IlmuKelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat Ilmu
Kelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat IlmuAndra Firmansyah
 

What's hot (20)

aksiologi filsafat
aksiologi filsafataksiologi filsafat
aksiologi filsafat
 
Ppt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologiPpt. filsafat ontologi
Ppt. filsafat ontologi
 
filsafat ilmu logika
 filsafat ilmu  logika  filsafat ilmu  logika
filsafat ilmu logika
 
Landasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis PragmatismeLandasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis Pragmatisme
 
Filsafat dan kebenaran
Filsafat dan kebenaranFilsafat dan kebenaran
Filsafat dan kebenaran
 
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
Hakikat, Fungsi, Norma, Moral dan Hukum dalam Mendapatkan Keadilan, Ketertiba...
 
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020
 
Ips dan ilmu sosial
Ips dan ilmu sosialIps dan ilmu sosial
Ips dan ilmu sosial
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Dimensi Ontologi
Dimensi OntologiDimensi Ontologi
Dimensi Ontologi
 
Nilai Kemanusiaan - Dhea Budiman
Nilai Kemanusiaan - Dhea BudimanNilai Kemanusiaan - Dhea Budiman
Nilai Kemanusiaan - Dhea Budiman
 
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
 
Sarana ilmiah
Sarana ilmiahSarana ilmiah
Sarana ilmiah
 
ARISTOTELES
ARISTOTELESARISTOTELES
ARISTOTELES
 
4 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia1
4 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia14 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia1
4 pandangan-ilmiah-dan-filosofis-tentang-manusia1
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
 
Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...
Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...
Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial, Dinamika dan Dilema Interaksi So...
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Kelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat Ilmu
Kelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat IlmuKelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat Ilmu
Kelompok 8 Rangkuman Seluruh PPT P.Filsafat Ilmu
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 

Similar to Paradigma dalam Penelitian Kualitatif

Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriCindar Tyas
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmuoktavianidiann
 
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxKel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxNurulQomaria9
 
Historis filsafat
Historis filsafatHistoris filsafat
Historis filsafatAndi Uli
 
PERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.ppt
PERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.pptPERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.ppt
PERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.pptvalentinoromli
 
Filosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajianFilosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajianSigit Kindarto
 
Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahYf Indah
 
chapter 1. metode penelitian dasar
chapter 1. metode penelitian dasarchapter 1. metode penelitian dasar
chapter 1. metode penelitian dasarPanca Titis
 
Research method lecture 2 - filsafat ilmu
Research method   lecture 2 - filsafat ilmuResearch method   lecture 2 - filsafat ilmu
Research method lecture 2 - filsafat ilmuthe45
 
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Rusmin Unisa
 
Makalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanMakalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanHenry Kurniawan
 
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahanModul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahanSri Suwanti
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuM fazrul
 
Teknologi & kemislinan
Teknologi & kemislinanTeknologi & kemislinan
Teknologi & kemislinanAze Aze
 
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuanFilsafat dan ilmu pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuanYeasy Agustina
 

Similar to Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (20)

Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
 
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxKel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
Filsafat kurikulum
Filsafat kurikulumFilsafat kurikulum
Filsafat kurikulum
 
Historis filsafat
Historis filsafatHistoris filsafat
Historis filsafat
 
PERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.ppt
PERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.pptPERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.ppt
PERTEMUAN 1 HAKIKAT SAINS.ppt
 
Filosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajianFilosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajian
 
Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalah
 
chapter 1. metode penelitian dasar
chapter 1. metode penelitian dasarchapter 1. metode penelitian dasar
chapter 1. metode penelitian dasar
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Research method lecture 2 - filsafat ilmu
Research method   lecture 2 - filsafat ilmuResearch method   lecture 2 - filsafat ilmu
Research method lecture 2 - filsafat ilmu
 
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
 
Metode Kualitatif
Metode KualitatifMetode Kualitatif
Metode Kualitatif
 
Metode Kualitatif
Metode KualitatifMetode Kualitatif
Metode Kualitatif
 
Makalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanMakalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawan
 
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahanModul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahan
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmu
 
Teknologi & kemislinan
Teknologi & kemislinanTeknologi & kemislinan
Teknologi & kemislinan
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuanFilsafat dan ilmu pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuan
 

More from Arifin Abidin

3KK1 1532 - Lect. 03.pptx
3KK1 1532 - Lect. 03.pptx3KK1 1532 - Lect. 03.pptx
3KK1 1532 - Lect. 03.pptxArifin Abidin
 
3KK1 1532 - Lect. 02.pptx
3KK1 1532 - Lect. 02.pptx3KK1 1532 - Lect. 02.pptx
3KK1 1532 - Lect. 02.pptxArifin Abidin
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxArifin Abidin
 
3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf
3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf
3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdfArifin Abidin
 
1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah
1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah
1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiahArifin Abidin
 
Ict's learning and teaching
Ict's learning and teachingIct's learning and teaching
Ict's learning and teachingArifin Abidin
 

More from Arifin Abidin (7)

3KK1 1532 - Lect. 03.pptx
3KK1 1532 - Lect. 03.pptx3KK1 1532 - Lect. 03.pptx
3KK1 1532 - Lect. 03.pptx
 
3KK1 1532 - Lect. 02.pptx
3KK1 1532 - Lect. 02.pptx3KK1 1532 - Lect. 02.pptx
3KK1 1532 - Lect. 02.pptx
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
 
3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf
3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf
3KK1 1532 - Lect. 01 Perkenalan.pdf
 
1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah
1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah
1. mencari kebenaran dan pendekatan ilmiah
 
3.studi kasus (s2)
3.studi kasus (s2)3.studi kasus (s2)
3.studi kasus (s2)
 
Ict's learning and teaching
Ict's learning and teachingIct's learning and teaching
Ict's learning and teaching
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

Paradigma dalam Penelitian Kualitatif

  • 2. + PARADIGMA Sistem kepercayaan (asumsi) dasar a t a u p a n d a n g a n d u n i a y a n g membimbing peneliti memilih metode d a n m e n e n t u k a n f u n d a m e n t a l ontologis dan epistemologis. Triyatni Martosenjoyo 2
  • 3. + PARADIGMA §  Pandangan mendasar à yang diakui & diikuti oleh komunitas suatu disiplin ilmu tentang realitas yang menjadi fokus disiplin ilmu tersebut (ONTOLOGI disiplin ilmu). §  Pandangan mendasar tentang kerangka METODOLOGI disiplin ilmu itu. §  Tidak seluruh perkembangan ilmu berdasarkan akumulasi. à Ada fase ilmu berkembang secara akumulatif, ada yang berkembang secara revolusi. Triyatni Martosenjoyo 3
  • 4. + KARL R POPPER vs THOMAS S KUHN POPPER AKUMULASI n  Ilmu berkembang karena proses akumulasi. n  Semua disiplin ilmu mengalami perkembangan karena akumulasi pengetahuan pada disiplin ilmu itu. n  Postulat, teori dll berkembang karena akumulasi penelitian dll n  Di dalam menulis disertasi, dia harus menulis dengan merujuk apa yang telah ditemukan oleh disiplin itu. Apa temuannya yang baru? Apa kontribusinya? FALSIFIKASI n  Kebenaran saintifik hanya bisa dipercaya bila merupakan hasil pengujian hipotesa2 yang dibangun berdasarkan akumulasi dari pengetahuan2 sebelumnya. n  Peneliti harus memiliki bangunan berpikir sendiri tentang topik yang dipilih, berdasarkan bangunan2 berpikir sebelumnya. n  Peneliti mengacu pada postulat, teori, konsep yang telah berkembang sebelumnya à mengembangkan bangunan berpikir baru. n  Popper hanya percaya pada logika DEDUKTIF dan tidak pada logika INDUKTIF KUHN PARADIGMA n  Tidak seluruh perkembangan ilmu berdasarkan akumulasi. n  Ada fase ilmu berkembang secara akumulatif, ada yang berkembang secara revolusi. REVOLUSI SAINS FASE n  PRA PARADIGMA , komunitas ilmiah sutu disiplin ilmu belum mencapai pandangan mendasar tentang ontologi disiplin ilmu. (ONTOLOGI BELUM JELAS). n  PARADIGMA à sains normal n  ANOMALI à muncul realitas yang tidak bisa dijelaskan melalui kernagka umum yang diacu sebelumnya. LOGIKA DEDUKTIF BERCAMPUR INDUKTIF n  FASE KRISIS à pradigma yang berlakui sebelumnya tidak bisa lagi dipercaya untuk menkaji realitas. LOGIKA INDUKTIF n  PARADIGMA BARU à REVOLUSI SAINS Triyatni Martosenjoyo 4
  • 5. + FASE REVOLUSI SAINS (2) Triyatni Martosenjoyo 5 PRA PARADIGMA PARADIGMA ANOMALI KRISIS PARADIGMA BARU
  • 6. + FASE REVOLUSI SAINS (1) à Pra Paradigma à komunitas ilmiah sutu disiplin ilmu belum mencapai pandangan mendasar tentang ontologi disiplin ilmu. Ontologi belum jelas. à Paradigma à sains normal à Anomali à muncul realitas yang tidak bisa dijelaskan melalui kerangka umum yang diacu sebelumnya. Logika deduktif bercampur induktif. à Fase Krisis à paradigma yang berlakui sebelumnya tidak bisa lagi dipercaya untuk mengkaji realitas. Logika Induktif à Paradigma Baru à Revolusi Sains Triyatni Martosenjoyo 6
  • 7. + KUANTITATIF vs KUALITATIF (Pandangan Internal) n  Melepaskan konteks à mereduksi hal-hal kecil yang dianggap tidak berpengaruh. n  Mengesampingkan makna dan tujuan perilaku. à memahami perilaku manusia sebagai benda fisik. n  Pemisahan teori-teori utama dari konteks lokal. à peneliti melihat sebagai orang luar (etik). n  Mengeneralisasi statistik. n  Mengedepankan informasi kontekstual. n  Data kulaitatif memberikan pengertian yang mendalam tentang perilaku manusia. n  Peneliti melihat sebagai orang dalam (emik). n  Generalisasi tidak dapat diterapkan pada kasus-kasus individual. Triyatni Martosenjoyo 7 KUANTITATIF KUALITATIF
  • 8. + KUANTITATIF vs KUALITATIF (Pandangan Eksternal) n  Fakta yang sarat teori à fakta dan teori saling bergantung. Fakta disebut fakta jika ada dalam kerangka teori tertentu. n  Lemahnya determinasi teori (induksi) à Fakta yang sama bisa mendukung kerangka teori yang berbeda. Contoh teori semua angsa putih, ternyata ada angsa yang hitam. n  Fakta yang sarat nilai à teori merupakan pernyataan nilai. Tak ada sikap bebas nilai. n  Peneliti dan yang diteliti saling mempengaruhi à temuan terjadi melalui interaksi antara peneliti dengan fenomena. Hasil penelitian tidak obyektif, melainkan subyektif. Triyatni Martosenjoyo 8
  • 9. + TEORI ANGSA HITAM n  Merujuk pada peristiwa langka yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa seperti munculnya internet, komputer pribadi, PD I, peristiwa 11 September 2001. Triyatni Martosenjoyo 9
  • 10. DIMENSI-DIMENSI PARADIGMA 1. ONTOLOGI 2. EPISTEMOLOGI 3. METODOLOGI 4. AKSIOLOGI Asumsi tentang “realitas” Asumsi tentang hubungan antara peneliti dengan yang diteliti Asumsi tentang bagaimana peneliti memperoleh pengetahuan Asumsi tentang posisi nilai, etika, pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian Triyatni Martosenjoyo 10
  • 11. + PERTANYAAN KE EMPAT à AKSIOLOGI n  Tiga pertanyaan pertama adalah untuk menghargai pengetahuan. n  Dibutuhkan pertanyaan ke empat untuk menunjukkan penghargaan bagi manusia yaitu “nilai”. n  Nilai à apa yang menyatakan manusia harus dihargai dan berdasarkan “apa” mereka? n  Pertanyaan ke empat diperlukan untuk menyeimbangkan penghargaan pada pengetahuan dengan penghargaan terhadap manusia. Triyatni Martosenjoyo 11
  • 12. + PARADIGMA YANG BERSAING DALAM PENELITIAN KUALITATIF n  Positivisme n  Post positivisme n  Teori Kritis n  Konstruktivisme Triyatni Martosenjoyo 12
  • 13. ITEM   POSITIVISME   POSTPOSITIVISME   TEORI  KRITIS   KONSTRUKSIVISME     ONTOLOGI   Apakah  bentuk  dan  sifat   realitas  dan  oleh  karena   itu,   apakah   yang   ada   disana   yang   dapat   diketahui  tentangnya?     Realism  naïf,  realitas  “nyata”  namun   bisa  dipahami.     Realism   kri=s   –   realitas   “nyata”   namun   hanya   bisa   dipahami   secara   = d a k   s e m p u r n a   d a n   s e c a r a   probabilis=k.   Cook   &   Campbell   1979   àRealisme   kri=s   karena   realitas   harus   tunduk   pada   pengujian   kri=s   yang   seluas-­‐ luasnya,   guna   memudahkan   dalam   memahami  realitas  sedekat-­‐dekatnya   (namun  =dak  pernah  sempurna.       Realism   historis   –   realitas   maya   yang   dibentuk   oleh   nilai-­‐nilai   sosial,  poli=k,  ekonomi,  etnik  dan   gender;   mengkristal   seiring   perjalanan   waktu,   ke   dalam   rangkaian   struktur   yang   saat   ini   (secara   =dak   tepat)   dipandang   sebagai   yang   “,   nyata”   yakni   alamiah  dan  abadi.   Demi   tujuan-­‐tujuan   prak=s,   struktur   tersebut   adalah   nyata   yakni   sebuah   realitas   maya   atau   historis.     Rela==visme   –   realitas   yang   dikonstruksikan   secara   lokal   dan   spesifik.   Realitas   bisa   dipahami   dalam   bentuk   konstruksi   mental   yang   bermacam-­‐macam  dan  tak  dapat   diindera,   yang   secara   sosial   dan   pengalaman   berciri   lokal   dan   spesifik   (meskipun   berbagai   elemen  sering  kali  bersama-­‐sama   dimiliki  berbagai  individu  bahkan   lintas  budaya),  dan  bentuk  serta   isinya   bergantung   pada   manusia   yang  memiliki  kontruski  tersebut.     EPISTEMOLOGI   Apakah   sifat   hubungan   yang   terjalin   antara   yang   mengetahui   atau   calon   yang   mengetahui   dengan   s e s u a t u   y a n g   d a p a t   diketahui?     Dualis/objek=vis;  temuan  yang  benar.   Peneli=  dan  obyek  yang  diteli=  dianggap   sebagai  en=tas  yang  terpisah,  sedangkan   peneli=   dipandang   mampu   mempelajari   obyek   tanpa   mempengaruhi   atau   dipengaruhi  obyeknya.   Strategi   dilakukan   untuk   mereduksi   atau   m e n y i n g k i r k a n   a n c a m a n   y a n g   mempengaruhi  validitas.     Dualis/obyek=vis   yang   dimodifikasi;   tradisi/   komunitas   kri=s;   temuan-­‐temuan     yang  mungkin  benar.   Dualisme   sudah   banyak   di=nggalkan   karena   tak   mungkin   lagi   untuk   dipertahankan.,   sedangkan   obyek=vitas   tetap   menjadi   “cita-­‐cita   pemandu”.   Penekan   khusus   diberikan   kepada   “pengawal”  eksternal  obyek=vitas  seper=   tradisi  kri=s  (apakah  hasil-­‐hasil  peneli=an   “sesuai”   dengan   ilmu   pengetahuan   yang   sudah   ada   sebelumnya)   dan   komunikasi   kri=s  (seper=  editor,  juri  dan  rekan-­‐rekan   profesional).   Hasil  peneli=an  yang  dapat  diulang  besar   kemungkinan  tunduk  pada  falsifikasi.   Catatan:   premis   mayor,   premis   minor,   konklusi.     Transaksional/subjek=vis;   temuan-­‐ temuan  yang  diperantarai  oleh  nilai.     Peneli=   dan   obyek   yang   diteli=   terhubung   secara   interak=f,   dengan   nilai-­‐nilai   peneli=   (dan   “nilai-­‐nilai   o r a n g   l a i n ”   t e r p o s i s i k a n ) ;   mempengaruhi   peneli=an   secara   tak   terhindarkan.   Oleh   karenanya   t e m u a n -­‐ t e m u a n   p e n e l i = a n   “diperantarai  oleh  nilai”.   Menantang   pembedaan   tradisional   a n t a r a   o n t o l o g y   d e n g a n   epistemology;   sesuatu   yang   dapat   diketahui  ternyata  terjalin  secara  erat   antara   peneli=   tertentu   dengan   obyek  atau  kelompok  tertentu.     Transaksional/subjek=vis;   temuan-­‐ temuan  yang  diciptakan,   Peneli=   dan   obyek   dianggap   terhubung   secara   =mbal   balik   sehingga   “hasil-­‐hasil   peneli=an”   terciptakan   secara   literal   seiring   d e n g a n   b e r j a l a n n y a   p r o s e s   peneli=an.   Pembedaan   konvensional   antara   ontology   dengan   epistemology   lenyap,   sebagaimana   yang   terjadi   dalam  teori  kri=s.     METODOLOGI   A p a   s a j a   c a r a   y a n g   ditempuh   peneli=     (calon   yang   akan   mengetahui)   untuk   menemukan   apapun   yang   ia   percaya   dapat   diketahui?     Eksperimental/manipula=ve;   verifikas   hipotesis;   terutama   metode-­‐metode   kuan=ta=f.     Eksperimental/manipula=f   yang   dimodifikasi;   keragaman   kri=s;   falsifikasi   hipotesis;   bisa   jadi   melipu=   metode-­‐ metode  kualita=f     Dialogis/dialek=s     Hermeneu=s/dialek=s   Triyatni Martosenjoyo 13
  • 14. + EPISTEMOLOGI POSITIVISME n  Ada dualisme antara yang diteliti dan diteliti à 2 keadaan yang tidak mempengaruhi satu sama lain. n  Metode berjalan untuk menemukan kebenaran. Triyatni Martosenjoyo 14
  • 15. + METODOLOGI n  Ekperimental à before after, with without. n  Menguji hipotesis à realitas dikaji untuk menguji hipotesis. Harus kuantitatif, ada statistik. Frekwensi, populasi, jumlah, bukan pada makna. n  Temuan bersifat pasti. Triyatni Martosenjoyo 15
  • 16. + POSTPOSITIVISME n  Tidak bisa menjelaskan mengapa realitas terjadi.Yang bisa dilakukan melihat proses terjadinya realitas itu. à Fenomena bunuh diri bisa dijelaskan dengan misalnya apa yang menyebabkan fakta sosial bunuh di kota besar tinggi. Bagaimana prosesnya? n  Ilmu sosial hanya bisa memberi penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan mengapa orang bunuh diri, tetapi tidak bisa menyatakan sebab-akibat. n  Proses & makna sosial. Triyatni Martosenjoyo 16
  • 17. + n  Seorang peneliti harus lebur ke dalam kebudayaan yang ditelitinya. à kebenaran yang dihasilkan bukan kebenaran yang pasti seperti pada positivisme, melainkan probabilitas (kemungkinan-kemungkinan kebenaran). n  Peneliti sosial menjasi instrumen penelitian & tidak mengandalkan instrumen buatan à ada hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Triyatni Martosenjoyo 17
  • 18. + METODOLOGI (1) n  Peneliti menggambarkan secara menyeluruh segala aspek yang ditelitinya menurut pandangan yang diteliti à emik. n  Kebudayaan dlihat apa adanya. n  Manipulasi tidak disengaja. n  Ada multiplisitas realitas dalam masyarakat à tidak bersifat tunggal. Tugas peneliti tudak mengeneralisasi realitas. Triyatni Martosenjoyo 18
  • 19. + METODOLOGI (2) n  Memfalsifikasi hipotesis à membawa dugaan2 tetapi tidak menguji teori à membangun teori. n  Konsisten pada metode kualitatif. Triyatni Martosenjoyo 19
  • 20. + TEORI KRITIS n  Setiap realitas punya sejarah masing- masing. n  Tugas meneliti mencari sejarah itu à mengkritisi sejarah realitas sosial. Triyatni Martosenjoyo 20
  • 21. + EPISTEMOLOGI TEORI KRITIS (1) n  Antara peneliti & yang diteliti ada transaksi à ada keberpihakan yang dibangun. n  Peneliti harus mempunyai pegangan nilai dalam menangkap, mengkritisi yang dinilainya. Menjadi bagian yang mendorong. Triyatni Martosenjoyo 21
  • 22. + EPISTEMOLOGI TEORI KRITIS (2) n  Ilmuwan sosial bukan cuma bertugas menjelaskan realitas, melainkan menjadi bagian yang emansipatoris sebagai bagian dari gerakan perubahan à Tugas ilmuwan memperjuangkan realitas baru memperbaiki status quo, menjaga nilai. Triyatni Martosenjoyo 22
  • 23. + METODOLOGI n  Mengandalkan dialog antara peneliti dan yang diteliti. n  Ada pertukaran pengetahuan. n  Tesis, antitesis, sintesa di antara keduanya. Triyatni Martosenjoyo 23
  • 24. + KONSRUKTIVISME (1) n  Hasil konstruksi.Tugas peneliti merekonstruksi atau medekonstruksi realitas yang sudah ada. n  Realitas sosial bersifat relatif berdasarkan konstruksi lokalnya masing2. Triyatni Martosenjoyo 24
  • 25. + KONSRUKTIVISME (2) n  Realitas sosial adalah realitas yang dikonstruksi terus menerus.è berubah terus & bersifat relatif. Ada perjuangan abadi antara konstruktor sosial vs aktor2 individu. Hasil dialektika antara konstruktor & aktor. n  Setiap struktur cenderung memelihara status quo & setiap aktor cenderung melakukan perbaruan. Triyatni Martosenjoyo 25
  • 26. + EPISTEMOLOGI KONSTRUKTIVISME n  Peneliti menjadi bagian dari kontruksi sosial. Ada transaksi & subyektivisme. n  Temuan bukan sesuatu yang sudah ada dan ditemukan, melainkan sesuatu yang dikreasikan (created findings). Triyatni Martosenjoyo 26
  • 27. + METODOLOGI n  Bukan cuma dialog à posisi peneliti dengan yang diteliti setara dalam menafsirkan sesuatu. Triyatni Martosenjoyo 27
  • 28. + PEMELIHARA REALITAS VS REKONSTRUKSI DEKONSTRUKSI n  Positivisme & postpositivisme à pemelihara realitas. n  Teori kritis & konstruktivisme à rekonstruksi & dekonstruksi. Triyatni Martosenjoyo 28
  • 29. + MASALAH   POSITIVISME   POSTPOSITIVISME   TEORI  KRITIS   KONSTRUKSIVISME   Tujuan  peneli;an   Penjelasan  prediksi  dan  kontrol   Kri=k   dan   transformasi,   pemulihan  dan  emansipasi   P e m a h a m a n   d a n   rekonstruksi     Sifat  ilmu   pengetahuan   H i p o t e s i s   y a n g   s a h i   dikembangkan   menjadi   fakta   dan  hukum   Hipotesis   yang   tak   dapat   difalsifikasi   yang   berpeluang   menjadi  fakta  atau  hukum   Wawasan   structural   /   historis   Berbagai   rekonstruksi   i n d i v i d u a l   b e r s a t u   membentuk  consensus.   A k u m u l a s i   Pengetahun   P e r t a m b a h a n   “ b a h a n -­‐ b a h a n   p e m b a n g u n ”   y a n g   menyempurnakan   “bangunan   pengetahuan”,   generalisasi   dan   hubungan  sebab-­‐akibat.   Revisionisme   histories,   g e n e r a l i s a s i   m e l a l u i   similaritas.   Rekonstruksi   yang   lebih   matang   dan   canggih,   pengalaman   yang   seolah-­‐ olah  dialami  sendiri.   Kriteria  baik   buruknya  atau   kualitas   “Keketatan”  sebagai  standar  konvensional:  validitas  internal  dan   eksternal,  reliabilitas  dan  objek=vitas.   Keterposisian   historis,   lenyapnya   ke=dak   tahuan   s=mulus  =ndakan.   Layak   dipercaya,   oten=k   dan  salah  paham.   Nilai   Tidak  tercakup  –pengaruh  ditolak.   Tercakup  –  berciri  forma=f.   E;ka   Ekstrinsik,  cenderung  menipu   Intrinsik,   kecenderungan   moral   ke   arah   ilham   (bimbingan  gaib)   Intrinsik,   kecenderungan   p r o s e s   k e   a r a h   penyingkapan   rahasia   (persoalan-­‐persoalan   khusus).   Suara   “Ilmuwan   yang   =dak   memihak”   sebagi   penasehat   pembuat   kebijakan  dan  pelaku  perubahan   “ i n t e l e k t u a l   transforma=ve”   sebagai   pembela  dan  ak=fis,   “par=sipan   yang   penuh   empa=   dan   gairah   sebagai   fasilitator   bagi   rekonstruksi   mul=-­‐pesan.   Pela;han   Teknis   dan   kuan=ta=f,   teori-­‐ teori  subtan=f.   T e k n i s   k u a n = t a = f   d a n   k u a l i t a = f ,   t e o r i -­‐ t e o r i   substan=ve.   Sosialisasi   ulang,   kualita=f   dan   kuan=ta=f,   nilai-­‐nilai   altruism  dan  pemberdayaan.   Akomodasi   Sepadan   Tidak  sepadan   Hegemoni   Pengatur  publikasi,  pendanaan,  promosi  dan  jabatan.   Mencari  pengakuan  dan  masukan.   POSISI PARADIGMA DALAM MASALAH- MASALAH PRAKTIS PILIHAN Triyatni Martosenjoyo 29