1. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
ILMU DAN PENGETAHUAN
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu telah banyak pengaruhnya bagi kehidupan manusia,
berbagai kemudahan hidup telah banyak dirasakan, semua ini telah menumbuhkan
keyakinan bahwa ilmu merupakan suatu sarana yang penting bagi kehidupan,
bahkan lebih jauh ilmu dianggap sebagai dasar bagi suatu ukuran kebenaran.
Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa tidak semua masalah dapat didekati
dengan pendekatan ilmiah, sekuat apapun upaya itu dilakukan. Walaupun ilmu
pengetahuan mencari pengertian menerobos realitas sendiri, pengertian itu hanya
dicari di tataran empiris dan eksperimental. Ilmu pengetahuan membatasi
kegiatannya hanya pada fenomena-fenomena, yang entah langsung atau tidak
langsung, dialami dari panca indera. Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak
menerobos kepada inti objeknya yang sama sekali tersembunyi dari observasi.
Maka ia tidak memberi jawaban perihal kausalitas yang paling dalam.
Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa sulit bahkan tidak mungkin
ilmu mampu menembus batas-batas yang menjadi wilayahnya yang sangat
bertumpu pada fakta empiris, memang tidak bisa dianggap sebagai kegagalan bila
demikian selama klaim kebenaran yang disandangnya diberlakukan dalam
wilayahnya sendiri, namun jika hal itu menutup pintu refleksi radikal terhadap
ilmu maka hal ini mungkin bisa menjadi ancaman bagi upaya memahami
kehidupan secara utuh dan kekayaan dimensi di dalamnya.
Meskipun dalam tahap awal perkembangan pemikiran manusia khususnya
jaman Yunani kuno cikal bakal ilmu terpadu dalam filsafat, namun pada tahap
selanjutnya ternyata telah melahirkan berbagai disiplin ilmu yang masing-masing
mempunyai asumsi filosofisnya (khususnya tentang manusia) masing-masing.
Ilmu ekonomi memandang manusia sebagai homo economicus yakni makhluk
yang mementingkan diri sendiri dan hedonis, sementara sosiologi memandang
manusia sebagai homo socius yakni makhluk yang selalu ingin berkomunikasi dan
bekerjasama dengan yang lain, hal ini menunjukkan suatu pandangan manusia
yang fragmentaris dan kontradiktif, memang diakui bahwa dengan asumsi model
1
2. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
ini ilmu-ilmu terus berkembang dan makin terspesialisasi, dan dengan makin
terspesialisasi maka analisisnya makin tajam, namun seiring dengan itu hasil-hasil
penelitian ilmiah selalu berusaha untuk mampu membuat generalisasi, hal ini
nampak seperti contradictio in terminis (pertentangan dalam istilah).
Dengan demikian eksistensi ilmu mestinya tidak dipandang sebagai
sesuatu yang sudah final, dia perlu dikritisi, dikaji, bukan untuk melemahkannya
tapi untuk memposisikan secara tepat dalam batas wilayahnya, hal inipun dapat
membantu terhindar dari memutlakkan ilmu dan menganggap ilmu dan kebenaran
ilmiah sebagai satu-satunya kebenaran, di samping perlu terus diupayakan untuk
melihat ilmu secara integral bergandengan dengan dimensi dan bidang lain yang
hidup dan berkembang dalam memperadab manusia. Dalam hubungan ini penulis
ingin mengulas lebih lanjut tentang “Ilmu dan Pengetahuan.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?
3. Bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat?
C. Tujuan dan Manfaat
Melalui penulisan ini diharapkan nantinya bisa mengungkapkan secara
detail perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan, sehingga nantinya hasil dari
ulasan penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
D. Pengetahuan
Sebelum
penjabaran
tentang
perbedaan
pengetahuan
dan
ilmu
pengetahuan, perlu diuraikan tentang pengertian pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendalami perbedaan
antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge.1 Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan
secara terminologi pengetahuan ada beberapa definisi:
1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. XI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 85.
2
3. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
a. Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.2
b. Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung
dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki
yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga
yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam
kesatuan aktif.
c. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung
memperkaya kehidupan kita.
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap
sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal,
dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ide, atau yang
bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Jadi dapat dipahami bahwa, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan
yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga
dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu.3 Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulannya ditarik berdasarkan asumsi yang
tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cenderung trial and error
dan berdasarkan pengalaman belaka.
2
Burhanuddin Salam, Logika Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan), Cet. I, (Bandung:
Rineka Cipta, 2003), hal. 28.
3
Burhanuddin Salam, Logika Materiil …. hal. 29.
3
4. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
E. Ilmu
Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan
mensistematisasikan sesuatu.4 Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman
dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu itu dilanjutkan
dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat berupa suatu metode berfikir secara objektif (objective
thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia
faktual.5 Ini diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya
merupakan
hal
yang
objektif
dengan
menyampingkan
unsur
pribadi,
mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau
subjektif). Ilmu secara komprehensif yang merupakan lukisan dan keterangan
yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan
waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca indera manusia.
Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang dengan melakukannya umat
manusia memperoleh sesuatu lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa
lampau, sekarang dan kemudian serta suatu kemampuan yang meningkat untuk
menyesuaikan dirinya.
Berbicara masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak
semudah dengan yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu
pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu
pengetahuan itu. Sekarang orang lebih berkepentingan dengan mengadakan
penggolongan (klasifikasi) sehingga garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang
satu dengan yang lainnya menjadi lebih diperhatikan.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Amsal Bakhtiar
(2005) di antaranya adalah:
1. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
4
Arief Sidharta, Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu, (Bandung: Pustaka Sutra, 2008),
hal. 7-11.
5
Burhanuddin Salam, Logika Materiil …. hal. 31.
4
5. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.6
2. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
3. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
4. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan
untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.7
5. Harsojo, menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
6. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukumhukum, yang ketetapan dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda
antara ilmu dengan pengetahuan. Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan
penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan
proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika
deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Secara
lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan
dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi.
Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa,
di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
F. Objek Ilmu Pengetahuan
Ilmu filsafat memiliki objek material dan objek formal. Objek material
adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan.
6
Endang Saifudddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987), hal. 47.
7
Endang Saifudddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan …. hal. 48.
5
6. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu,
atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah
pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge),
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.8
Objek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas objek material,
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan
yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka
dihasilkanlah sistem filsafat ilmu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa objek
formal adalah sudut pandang dari mana dan bagaimana subjek menelaah objek
materialnya yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu.9
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya
filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Jadi beranjak dari sana kita dapat memahami bahwa, ilmu adalah
kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan
objek formal.10 Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat
harus memenuhi ke dua objek tersebut. Objek material adalah sesuatu hal yang
dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu
hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia,
tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan
kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan
oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi
pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek
8
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 53.
9
JB. Blikolong, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, (Seri Diktat Kuliah), (Universitas
Gunadarma Jakarta), hal. 7.
10
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Pustaka
Indeks, 2008), hal. 8.
6
7. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan
ilmu yang berbeda-beda.11
G. Dasar Ilmu
Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.12 Dasar
ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat
empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai,
tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan
yang paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa
asumsi yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama adalah suatu objek bisa
dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat (substansi), struktur atau
komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua adalah kelestarian relatif artinya
ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu singkat).
Asumsi ketiga yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak
terjadi secara kebetulan.
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan
yang dimiliki. Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi
perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru
mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan
Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung,
namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu
pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat
kemampuan manusia di bumi ini.
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan
umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi
11
Burhanuddin Salam, Logika Materiil …. hal. 2.
Redja Mudyaharjo, Filsafat Pendidikan: Suatu Pengantar, Cet. I, (Bandung:
Rosdakarya, 2001), hal. 7.
12
7
8. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
manusia karena dengan ilmu segala keperluan dan kebutuhan manusia menjadi
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat
jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu
pada permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan
suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau
manusia-manusia lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya.
Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. 13 Ilmu
menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja
melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga
dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini
bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu. Di samping ilmu
sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia.
Kedua ciri dasar ilmu yaitu wujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut,
merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu
sebagai suatu metode.
Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut
siklus-empirik. Ini menunjukkan pada dua hal yang pokok, yaitu siklus yang
mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan
empirik menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam
tingkatan pertama dapat diregistrasi secara inderawi. Metode siklus-empirik
mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari
segenap tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap
kerja tersebut sering kali dilakukan secara bersamaan.
13
Burhanuddin Salam, Logika Materiil …. hal. 98.
8
9. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
H. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat
Filsafat ilmu pengetahuan adalah salah satu cabang filsafat.14 Filsafat
diartikan sebagai sikap: sikap mempertanyakan atau sikap bertanya, yaitu
bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu atau mempertanyakan apa saja.
Dengan kata lain filsafat sesungguhnya adalah metode berfikir, yaitu cara. Sikap
bertanya itu sendiri adalah filsafat, termasuk mempertanyakan “Apa itu filsafat?”
Karena itu, ketika kita bertanya “Apa itu filsafat?” kita sesungguhnya berfilsafat
dan dengan demikian memperlihatkan secara paling konkret hakikat filsafat itu
sendiri. Meskipun pada akhirnya setiap pertanyaan dapat ditemukan jawabannya,
namun jawaban ini selalu dipertanyakan lagi. Karena itulah, filsafat dianggap
sebagai sesuatu yang bermula dari pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan.
Bahkan pertanyaan itu sendiri merupakan sebuah jawaban. Dengan kata lain,
filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau lebih tepat cara berpikir, yang
terbuka;
terbuka
untuk
dipertanyakan
dan
dipersoalkan
kembali. Teori
pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakikat pengetahuan, apa unsur-unsur
pembentuk
pengetahuan,
bagaimana
menyusun
dan
mengelompokkan
pengetahuan, apa batas-batas pengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi
sasaran dari ilmu pengetahuan.15 Jadi di sinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian
atau telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut sebuah
sistem pengetahuan yang di dalamnya terdapat hubungan relasional antara,
pengetahu/yang mengetahui (the knower) dan yang terketahui/yang diketahui (the
known) dan juga antara pengamat (the observer) dengan yang diamati (the
observed).16
Memang benar bahwa secara etimologis filsafat itu berarti cinta akan
kebenaran; suatu dorongan terus-menerus, suatu dambaan untuk mencari dan
mengejar dambaan. Tetapi, dalam pengetian ini, yang pertama-tama mau
diungkapkan adalah bahwa filsafat adalah sebuah upaya, sebuah proses, sebuah
pencarian, sebuah quest, sebuah perburuan tanpa henti akan kebenaran. Karena
14
15
Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 7.
Muhdhor Achmad, Ilmu dan Keingintahuan, (Bandung: Trigendakarya, 1994), hal. 61-
85.
16
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hal. 86.
9
10. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
itu, cinta (philo) dalam philosophia, tidak dipahami pertama-tama sebagai kata
benda yang statis, yang given, melainkan sebagai sebuah kata kerja, sebuah
proses. Dalam arti itu, filsafat adalah sebuah sikap yang dihidupi, yang dihayati
dalam pencarian, dalam quest, dalam pertanyaan terus-menerus.
Dalam filsafat ilmu pengetahuan, sikap ini muncul dalam bentuk sikap
kritis yang ingin meragukan terus kebenaran yang telah ditemukan. Karena itu
pula, apa yang disebut sebagai kebenaran dan yang pada titik tertentu diyakini
sebagai kebenaran selalu akan diliputi tanda tanya. Konkritnya dengan berfilsafat,
dengan berupaya mencari kebenaran, pada akhirnya orang semakin memahami
makna segala sesuatu, termasuk makna kehidupan ini, justru karena pencarian
terus-menerus tadi, maka semakin jelas tentang apa itu filsafat.
Filsafat disebut juga sebagai ratu dan induk semua ilmu pengetahuan, ratu
yang memahkotai semua ilmu dengan sikap dasar selalu bertanya ini. Disebut
induk karena dari sikap dasar bertanya ini lahirlah berbagai ilmu yang demikian
banyak sekarang ini. Tapi, ada satu perbedaan dasar antara sikap bertanya dalam
filsafat dan sikap bertanya dalam semua ilmu lainnya. Dalam filsafat, kita
memepertanyakan apa saja dari berbagai sudut, khususnya dari sudut yang paling
umum dan mendasar menyangkut hakikat, inti, penegertian paling mendasar.
Sedangkan dalam ilmu pengetahuan, yang di pertanyakan hanya satu saja
kenyataan yang digulumi oleh ilmu itu dan dipertanyakan dari sudut pandang ilmu
yang bersangkutan. Jadi, yang dipersoalkan filsafat adalah seluruh kenyataan dari
sudut pandang yang paling mendasar.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik
tekan, di mana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis
dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen
dan klasifikasi data pengalaman indera serta berupaya untuk menemukan hukumhukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji
pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup halhal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat
sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi
kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan
kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta
10
11. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan
antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat
mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti
bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya
mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan
objek kajian filsafat (filsafat ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai
kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan
sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. 17 Dengan
demikian, ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan,
filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa
dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, namun ada ilmu yang dapat
menjawab masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya
bersifat mutlak/dogmatis.
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia
merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung
pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh
karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat
penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam
perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.
I. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada awalnya yakni pada masa Yunani kuno yang pertama muncul adalah
filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat.18 Sehingga
dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater
scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh
kenyataan, padahal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan
berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing
ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-
17
18
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu …. hal. 1.
Rizal Mustansyir, dkk, Filasafat Ilmu, Cet. III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
hal. 58.
11
12. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu,
hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu.19
Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmuilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masingmasing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu
pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada
hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang
memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak
ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi
filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan
ilmiah.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai
induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang
juga mengalami spesialisasi.20 Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat
hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah
menjadi sektoral dan terkristal dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah
kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.
J. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, di antaranya yang menjadi
esensi dari pembahasan antara lain:
Hakikat filsafat secara bahasa philo/philia/philare yang artinya cinta, ingin,
senang dan kata sophia/sophos yang artinya ilmu, kebijaksanaan atau
pengetahuan. Jadi filsafat/falsafah/filosofi artinya adalah mencintai kebijaksanan
pengetahuan dan keinginan yang kuat akan ilmu pengetahuan. Jadi berfikir filsafat
mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis,
sistematis, tertib, rasional dan komprehensif.
Hakikat filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara
sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep19
20
Fathul Mufid, Filsafat Ilmu Islam, (Kudus: Stain Kudus, 2008), hal. 7 dan 66.
Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hal. 42.
12
13. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
konsep, dan pra-anggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam
kerangka
umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual. Di samping itu filsafat ilmu
pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science
of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam menyelesaikan
kajiannya pada konsep ontologis, secara epistemologis dan tinjauan ilmu secara
aksiologis.
Objek filsafat ilmu yaitu: pertama, objek material adalah ilmu dengan segala
gejalanya manusia untuk tahu. Kedua, objek formal adalah ilmu atas dasar tinjauan
filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai
gejala dan upaya pendekatannya.
Secara sederhana ilmu pengetahuan dapat dikelompokkan dalam dua
bidang ilmu: ilmu eksakta dan ilmu humaniora. Dalam ilmu-ilmu eksakta „klasik‟,
pada umumnya semua teori dipandang serba akurat dan pasti, kecuali untuk
beberapa pengecualian (anomali). Salah satunya yang terkenal adalah “anomali
air.” Dari segi teori, pemanasan/pendinginan bahan tertentu akan mempercepat/
memperlambat gerak ion-ion dalam atom bahan itu. Karena itu hampir semua
barang yang dipanaskan akan memuai (dan menyusut jika didinginkan), kecuali
air yang memang mulai menyusut saat awal pendinginan tetapi pada titik 0o C
akan mulai memuai lagi. Dari segi teori anomali ini memang tak bisa dijelaskan,
tetapi anomali ini adalah kenyataan tetap (terbukti) dalam empirik.
Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan
kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan
ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal. Ilmu
bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode tertentu seperti
observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan
menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak
dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif). Sedangkan pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun
fisik, pengetahuan merupakan informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
13
14. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak
teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka.
Jadi, ilmu pengetahuan masa kini cenderung mengakui keterbatasannya
dalam
mengamati
kehidupan
manusia
dan
lingkungannya
secara
holistik/menyeluruh apalagi jika ditambahkan unsur adanya super-spesialisasi
ilmu masa kini. Kerjasama di berbagai bidang ilmu menjadi hal yang bersifat
imperatif. Sikap serba akurat dan pasti dalam logika ilmu sudah ditinggalkan oleh
dunia ilmu masa kini. Pandangan orang masa kini, yang cenderung cepat menarik
kesimpulan pasti dapat dicurigai berasal dari orang yang sembrono dan subjektif,
atau berasal dari orang yang tanpa sadar sudah tenggelam dalam zaman, atau
seperti ungkapan “sudah punya pilihan prinsip/paham tertentu sebelum penelitian
tuntas dilakukan.
14
15. Ilmu dan Pengetahuan
Oleh: Wan Sri Mahriana (24121584-2)
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. XI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).
Arief Sidharta, Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu, (Bandung: Pustaka Sutra,
2008).
Burhanuddin Salam, Logika Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan), Cet. I,
(Bandung: Rineka Cipta, 2003).
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Pustaka
Indeks, 2008).
Endang Saifudddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987).
Fathul Mufid, Filsafat Ilmu Islam, (Kudus: Stain Kudus, 2008).
Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001).
JB. Blikolong, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, (Seri Diktat Kuliah), (Universitas
Gunadarma Jakarta).
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Muhdhor Achmad, Ilmu dan Keingintahuan, (Bandung: Trigendakarya, 1994).
Redja Mudyaharjo, Filsafat Pendidikan: Suatu Pengantar, Cet. I, (Bandung:
Rosdakarya, 2001).
Rizal Mustansyir, dkk, Filasafat Ilmu, Cet. III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003).
15