SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
IDENTITAS JURNAL
JURNAL 1
JUDUL : Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah
Istimewa Yogyakarta
PENULIS : Bambang Trihartanto Suroyo dan Wiwandari Handayani
JURUSAN/FAKULTAS : Magister Teknik Pembangunan dan Kota, Universitas
Diponegoro
JUMLAH HALAMAN : 19 Halaman
TAHUN : 2014
JURNAL 2
JUDUL : PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN SEBAGAI KAWASAN
AGROPOLITAN
PENULIS : PINGKAN ESTER DIEN
JURUSAN/FAKULTAS : FAKULTAS PERTANIAN/UNIVERSITAS SAM
RATULANGI
JUMLAH HALAMAN : 20 Halaman
TAHUN : 2014
2
I. PENDAHULUAN
Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiayan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber
daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
sauna sistem permukiman dan sistem agribisnis. Pada tugas ini saya mengambil jurnal yang
berjudul “Pengembangan Kawasan agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta” dan “Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan” untuk
dijadikan tugas critical review mata kuliah perencanaan wilayah. Dari kedua jurnal yang akan
saya review ini mempunya perbedaan yaitu pada jurnak pertama, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji keberhasilan pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Metode
analisis yang digunakan adalan berupa pengukuran tigkat kesejahteraan petani, skala likert dan
regeresi linear berganda, kesejahteraan petani padi, melon dan ketela pohon di kawasan ini masih
di bawah rata-rata Kabupaten Kulonprogo. Faktor yang mempengruhi adalah kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana agrbisnis hulu hilir seperti bahan baku, alat mesin pertanian,
irigasi pemasaran dan kondisi jalannya, sehingga menjadi adanya hambatan utama bagi petani
dalam peningkatan produktivitas serta daya beli petani.
Sedangkan pada jurnal kedua membahas tentang bertujuan untuk mengetahui potensi
serta strategi pengembagan wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan. Kemudian latar
belakang dari jurnal kedua ini adalah terjadinya kesenjangan antar desa dan kota mengakibatkan
terjadinya proses irban bias yaitu tersedotnya poteni perdesaan baik dari sisi sumber manusia,
sumber daya alam dan modal. Dan untuk analisa potensi pada jurnal ini meggunakan analisis
secara deskriptif berdasarkan data primer dan sekunder yang ada . untuk analisis strategi
pengembangan kawasan agropolitan digunakannya analisis SWOT.
II. REVIEW JURNAL
Jurnal 1
Semenjak kawasan Kabupaten Kulonprogo ditetapkan kawasan ini sebagai agropolitan pada
tahun 2010, pemerintah daerah belum secara signifikan memberikan adanya dorongan terdapat
ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis dari hulu-hilir. Minimnya daya dukung tersebut
mengakibatkan lemahnya peran kawasan agropolitan pada Fase II terhadap engembangan
wilayah Kabupaten Kulonprogo. Konsep kawasan agropolitan ini adalahs alah satu konsep
perencanaan pengembangan iwlayah yang cukup popular pada beberapa dekade di negara
negara berkembang dan agraris seperti Indoensia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pengembangan Kawasan Agropolitan Fase II terhadap pembangunan desa
semenjak ditetapkan tahun 2010 melalui SK Bupati Kulonprogo. Yang perlu diketahui dalam
penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan petani di kawasan ini karena tujuan utama
pembangunan desa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
3
Kawasan Agropolitan Fase II berada di sebelah selatan Kabupaten Kulonorogo dan di tetapkan
melalui SK Bupati Kulonprogo No.235 pada tahun 2010 meliputi Kecamatan Temon, Wates,
dan Kokap.
Gambar 1. Orientasi Wilayah Penelitian
Kunci keberhasilan dari sebuah pembangunan agropolitan yaitu memberlakukan setiap
distrik agropolitan sebagai suatu unit tunggal otonom mandiri tetapi teintegrasi secara sinergik
dengan keseluruhan sstempengembagan wilayahnya.
Soenarno (2003), mendefinisikan daerah agropolitan sebagai sistem fungsional pada
desa-desa, yang ditujukan dengan keberadaan hirarki ruang diperdesaan, pusat agropolitan dan
desa-desa disekitarnya yang membentuk daerah agropolitan
Gambar 2. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
Sokerano (2003) menyatakan sebaiknya pada daerah agropolitan dihubungkan dengan
keberadaan rencana tata ruang tingkat naisonal, tingkat provinsi, serta tingkat kabupaten.
Hubungan daerah pusat aktivitas secara regional pada tingkat provin
si da nasional.
4
Gambar 3. Hubungan Antara Daerah Agropolitan Dengan Pusat Aktivitas Regional
Penelitian tentang kajian pengembangan kawasan agropolitan Fase II untuk
mendiring pembangunan desa di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.
Penetapan komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Fase II ini ditentukan
berdasarkan tiga kriteria, dari ketiga kriteria tersebut maka dapat diketahui bahwa padi,
ketela pohon dan melon merupakan komoditas unggulan pertanian di Kawasan Agropolitan
Fase II.
No
Komoditas
Unggulan Lokasi Permintaan
1 Padi
Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar
Kramatjati-
Jakarta, Purworejo, Surakarta, Semarang.
2 Melon
Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar
Kramatjati-
Jakarta.
3 Ketela Pohon
Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar
Kramatjati-
Jakarta, Semarang
Semakin besar populasi penduduk yang menggantungkan ekonominya pada
sektor pertanian maka semakin besar pula suatu wilayah dikemabngkan menjadi kawasan
agropolitan.
Pelaksanaan agropolitan Fase II yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Kulonprogo selama ini terbukti belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
khususnya petani di kawasan ini secara signifikan
REVIEW JURNAL 2
Isi dari jurnal ini menjelaskan bahwa pengembangan kawasan agropolitan dapat
dijadikan alternative solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan
5
perkotaan. maka dari itu dengan melalui pengembangan agropolitan ini diharapkan terjadi
interaksi kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian sehingga
dapat meminimalisir ancaman yang terjadi karena adanya kesenjangan yang terjadi antara desa
dan kota. Produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahul di pusat kawasan
agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada
di kawasan agropolitan.
Wilayah Langwan merupakan salah satu wilayah yang dapat dikembangkan sebagai
kawasan agropolitan berdasarkan potensi yang ada yang ditunjang dengan rencana strategis
agropolitan PAKAKAAN tahun 2010-2030. Dilihat dari hasil-hasil pertanian agribisnis wilayah
langowan dapat menghasilkan produksi tanaman padi, tanaman palawija, dan tanaman
perkebunan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah potensi apa dan bagaimana strategi pengembangan
wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian in I adalah metode
survey dengan menggunakan teknik wawancara. Dan untuk startegi pengembangan kawasan
agropolitan degan menggunakan analisis SWOT.
Menurut penelitian yang ada untuk komoditas unggulan yang ada di wilayah Langowan
dilihat dari produksi terbesar yaitu produksi tanaman padi. Pengumpulan bahan baku yaitu
penggilingan padi yang merupakan tempat dimana bahan baku yang diproduksi dikumpulkan
untik dapat diolah. Sentra produksi yang ada di wilayah Langowan terdapat di seluruh wilayah
Langowan yaitu pada keempat kecamatan.
Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan
Melalui analisis SWOT dpat dibuat analisis posisi pengembangan wilayah Langowan sebagai
kawasan agropolian. Faktor internal diperoleh melalui selisih antara total kekuatan total skor
kelemahan (10-8=2). Sedangkan faktor eksternal diperoleh melalui selisih antara total skor
peluang dengan total skor ancaman (11-8=3)
Diagram Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan sebagai Kawasan Agropolitan
6
Melihat posisi wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan pada diagram SWOT,
berada pada kuadran 1, atau dapat
dikatakan bahwa wilayah Langowan berada pada posisi yang menguntungkan karena memiliki
peluang dan kekuatan
Formulasi Strategi Matriks SWOT
SWOT Matrik Formulasi Strategi Pengembangan Wilayah Langowan sebagai
Kawasan Agropolitan
Strengths (S) Weakness (W)
1. Memiliki sumber daya 1. Jasa penunjang
Faktor Alam (perbankan) hanya terdapat
Internal 2. Sentra produksi padi di kecamatan Langowan
3. Adanya Sarana dan Timur
Prasarana 2. Penggunaan teknologi
4. Adanya jasa-jasa masih kurang
Penunjang 3. Adanya konversi lahan
Faktor 5. Mayoritas penduduk pertanian dibeberapa
Eksternal berprofesi sebagai petani
tempat
Opportunities (O)
1. Adanya kota sedang/besar
disekitar wilayah
2. Adanya kebijakan
pemerintah dalam
penetapan agropolitan
3. Adanya perencanaan
strategis Agropolitan
PAKAKAAN dalam
RTRW Minahasa 2010-
2030
Strategi S-O
Meningkatkan hubungan
yang baik dengan kota-
kota sedang/besardi
sekitar wilayah
Langowan (S1, S2, S3, S4,
S5, O1, O2, O3)
Menghasilkanhasil
produksi yang lebih
berkualitas (S1, S2, S3, S4,
S5, O1, O2, O3)
Strategi W-O
Menumbuhkembangkan
lembaga-lembaga ekonomi
di perdesaan (W1, O1, O2,
O3)
Melakukansosialisasi
kepadapetanidalam
penggunaan teknologi tepat
guna (W3,O1, O2, O3)
7
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Wilayah lain yang Menjaga serta Memberdayakan lahan
berpotensi sebagai kawasan melestarikan sumber daya pertanian yang ada sesuai
agropolitan alam (S1, S2, T1, T2, T3) dengan fungsinya ( W3,
2. Kerusakan kawasan T1, T3)
lindung
3. Perubahan fungsi lahan
pertanian berkelanjutan
III. CRITICAL REVIEW
Perbedaan Jurnal berjudul “Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan “PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN
SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN
NO JURNAL 1 JURNAL 2
1 Jurnal ini membahas tentang pengakajian
keberhasilan pengembangan Kawasan
Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo
Jurnal yang kedua ini membahas tentang
bagaimana cara mengetahui potensi serta
trategi pengembangan wilayah Langowan
sebagai kawasan Agropolitan
2 Metode analisis yang digunakan yaitu
pengukuran tingkat kesejahteraan petani,
skala likert dan menggunakan metode
regresi linear berganda
Metode yang digunakan untuk mengetahui
analisis potensi agropolitan yaitu
menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan data primer dan sekunder, dan
analisis strategi pengembangan kawasan
Agropolitan digunakan analisis SWOT
Bibit unggul pada produksi di Kabupaten
Kulorpogo yaiu padi, ketela pohon, dan
melon
Wilayah Langowan bertpotensi sebagai
kawasan agropolitan yang ditunjang oleh
potensi argo dan politan yaitu sumber daya
alam, sentra produksi padi.
Pada jurnal pertama yang berjudul “Pembangunan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Kuloprogo,Daerah Istimewa Yogyakarta” sudah cukup baik pembahasan yang diberikan juga
sudah cukup jelas dan cukup lengkap dari pembhasan yang dibahas apa sampek metode yang
digunakan untuk menganalisis penelitian pada jurnal pertama ini dijelaskan secara urut dan
lengkap, terdapat tabel dan gambar gambar sebagai penunjang pada jurnnal pertama ini selain tabel
dan gambar juga terdapat bagan bagan yang menjelaskan tentang sistem kawasan agropolitan dan
kerangka analisis.
8
Sedangkan pada jurnal kedua yang berjudul “Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai
Kawasan Agropolitan” pembahasannya sudah cukup baik, metode yang di gunakan jga jelas yaitu
menggunakan analisis desktiptif dan analisis pengembangan kawasannya mengunakan analisis
SWOT yang dilakukan dengan cara wawancara dengan warga setempat. Pada strategi
pengembangan kawasan agropolitannya di jelaskan secara detai dan terdapat tabelnya
IV. KESIMPULAN
Pada jurnal pertama semenjak ditetapkannya kawasan agropolitan fase II tahun 2010
sampai saat ini belum memebrikan pengaruh secara signifikan terhadap pembangunan desa di
Kabupaten Progo. Dimana pembangunan desa meruakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dan masyarakat dengan tujuan untuk mewujudukan pedesaan yang maju, adil, makmur dan
sejahtera. Ketersebatasan sarana dan prasarana sb sistemhulu merupakan hamabatan utama dalam
pengembagan kawasan agropolitan.
Pada jurnal kedua mendapatkan kesimpulan bahwa wilayah Langowan berpotensi sebagai
kawasan agropolitan yang ditunjang oleh argo dan politan, yaitu sumber dya alam, sentra produksi
dan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani, analisis posisi wilayah Langowan sbagai
kawasa agropolitan berada pada kuadran pertama yaitu pada posisi yang menguntungkann dan
strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah Langowan adalah strategi integrasi horizontal.
Penerapan konsep Agropolitan diharapkan dapat mempercepat pembangunan perdesaan
dan mampu meberikan pelayanan sosial ekonomi serta berimbas pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat petani dan meminimalisisr adanya kesenjangan anatara penduduk desa dengan
penduduk kota.
V. LESSON LEARNED
Yang saya dapat dari jurnal ini bahwa menerapkan konsep agropolitan di sebuah wilayah
pedesaan itu penting karena yang diharapkan adalah dapat mempercepat pembangunan pedesaayan
dan memebrikan pelayanan sosial ekonomi, dan selain itu untuk meneliti sebuah penelitian yang
membahas tentang agropolitan tidak hanya menggunakan satu metode, tetapi terdapat banyak
metode yang dapat dugunakan salah satunya adalah metode yang menggunakan analisis likert dan
analisis SWOT. Nah dengan analisis SWOT ini kita akan berinterakso langsung dengan masyarakat
atau terjun langsung ke lapangan, dari situ kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan banyak
pengalaman yang akan di dapat.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengmbangkan kawasan agropolitan yaitu perlu
dilakukan pemebnahan sub sitem hulu-hilir pertanian yang terkait dengan industri produksi
maupun penyediaan bibit unggul, pupul dll. Peningkatan produktivitas tanaman melalui inovasi
9
teknologi pertaniaan penggunaan inovasi teknologi berupa aplikasi Benih Unggul Baru (BUB).
Pembenahan sub sitem penunjang yang dilakukan dengan penyuluhan serta pendampingan kepada
petani melalui balai penyuluhan kelompok tani guna mengatasi permasalahan di lapangan yang
dihadapi pertain serta pengembangan kompetensi petani dalam hal inovasi produk hasil pertanian
dan penggunakan alat mesin pertanian. Selain itu mempertahankan serta memelihara produksi
pertanian yang ada.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Friedmann, John dan Mike Douglass. (1975) Pengembangan Agropolitan : Sebuah Siasat Baru
Perencanaan Regional di Asia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.
Suroyo BT dan Handayani W. (2014) Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Kulonprogo,Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Diponegoro :Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota
Dien PE. (2014) Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan. Universitas
Sam Ratulangi : Fakultas Pertanian Manado

More Related Content

What's hot

Perencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan KhususPerencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan KhususDadang Solihin
 
Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang WilayahRencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayahmanafhsb
 
Membangun sistem informasi pertanahan
Membangun sistem informasi pertanahanMembangun sistem informasi pertanahan
Membangun sistem informasi pertanahanAni Rani
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofiFuad Ramadhan
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031joihot
 
Peran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruangPeran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruangYayasan CAPPA
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaPenataan Ruang
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desaSpesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desariyanto apri
 
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaPengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaRabiyatul Adawiyah
 
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah rzkaprl
 
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK santy_wahyuni
 
Participatory Planning: A Conceptual Framework
Participatory Planning: A Conceptual FrameworkParticipatory Planning: A Conceptual Framework
Participatory Planning: A Conceptual FrameworkRandy Wrihatnolo
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Arthur Semseviera Rontini
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPSEKP - UGM
 

What's hot (20)

Konsep Agropolitan
Konsep AgropolitanKonsep Agropolitan
Konsep Agropolitan
 
PPT AGROPOLITAN.pptx
PPT AGROPOLITAN.pptxPPT AGROPOLITAN.pptx
PPT AGROPOLITAN.pptx
 
Perencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan KhususPerencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan Khusus
 
Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang WilayahRencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah
 
Membangun sistem informasi pertanahan
Membangun sistem informasi pertanahanMembangun sistem informasi pertanahan
Membangun sistem informasi pertanahan
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofi
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
 
Peran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruangPeran masyarakat dlm penataan ruang
Peran masyarakat dlm penataan ruang
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
 
Semarang 30% rth final
Semarang 30% rth finalSemarang 30% rth final
Semarang 30% rth final
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desaSpesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
 
Teori figure ground
Teori figure groundTeori figure ground
Teori figure ground
 
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaPengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
 
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
 
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
 
Participatory Planning: A Conceptual Framework
Participatory Planning: A Conceptual FrameworkParticipatory Planning: A Conceptual Framework
Participatory Planning: A Conceptual Framework
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 

Similar to Critical review anindya cahya 08211640000107

Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimzenoz
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirSariRamadani2
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...bramantiyo marjuki
 
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.pptpengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.pptCIPTAKARYAMETRO
 
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docxPROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docxTamNe
 
Bondowoso agroindustri
Bondowoso agroindustri Bondowoso agroindustri
Bondowoso agroindustri Adi T Wibowo
 
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitansuningterusberkarya
 
Pengembangan usaha agribisnis beras
Pengembangan usaha agribisnis beras Pengembangan usaha agribisnis beras
Pengembangan usaha agribisnis beras NaaRonaa
 
Pengembangan usaha agribisnis beras Dian Dwi wijaksana
Pengembangan usaha agribisnis beras  Dian Dwi wijaksana Pengembangan usaha agribisnis beras  Dian Dwi wijaksana
Pengembangan usaha agribisnis beras Dian Dwi wijaksana DiandwiwWijaksana
 

Similar to Critical review anindya cahya 08211640000107 (20)

Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatim
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
 
Saila rahmah
Saila rahmah Saila rahmah
Saila rahmah
 
Silvani widya
Silvani widyaSilvani widya
Silvani widya
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Bab II proptek
Bab II proptekBab II proptek
Bab II proptek
 
Pawer poin karya tulis
Pawer poin karya tulisPawer poin karya tulis
Pawer poin karya tulis
 
Bab I proptek
Bab I proptekBab I proptek
Bab I proptek
 
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.pptpengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
 
Training PELD 2014
Training PELD 2014Training PELD 2014
Training PELD 2014
 
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docxPROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
PROPOSAL PENELITIAN AGROWISATA.docx
 
Bondowoso agroindustri
Bondowoso agroindustri Bondowoso agroindustri
Bondowoso agroindustri
 
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
 
Bab iv (hal. 46 68)
Bab iv (hal. 46 68)Bab iv (hal. 46 68)
Bab iv (hal. 46 68)
 
Bab iv (hal. 46 68)
Bab iv (hal. 46 68)Bab iv (hal. 46 68)
Bab iv (hal. 46 68)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab iii (hal. 38 45)
Bab iii (hal. 38 45)Bab iii (hal. 38 45)
Bab iii (hal. 38 45)
 
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjoProposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo
 
Pengembangan usaha agribisnis beras
Pengembangan usaha agribisnis beras Pengembangan usaha agribisnis beras
Pengembangan usaha agribisnis beras
 
Pengembangan usaha agribisnis beras Dian Dwi wijaksana
Pengembangan usaha agribisnis beras  Dian Dwi wijaksana Pengembangan usaha agribisnis beras  Dian Dwi wijaksana
Pengembangan usaha agribisnis beras Dian Dwi wijaksana
 

Critical review anindya cahya 08211640000107

  • 1.
  • 2. 1 IDENTITAS JURNAL JURNAL 1 JUDUL : Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta PENULIS : Bambang Trihartanto Suroyo dan Wiwandari Handayani JURUSAN/FAKULTAS : Magister Teknik Pembangunan dan Kota, Universitas Diponegoro JUMLAH HALAMAN : 19 Halaman TAHUN : 2014 JURNAL 2 JUDUL : PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN PENULIS : PINGKAN ESTER DIEN JURUSAN/FAKULTAS : FAKULTAS PERTANIAN/UNIVERSITAS SAM RATULANGI JUMLAH HALAMAN : 20 Halaman TAHUN : 2014
  • 3. 2 I. PENDAHULUAN Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiayan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan sauna sistem permukiman dan sistem agribisnis. Pada tugas ini saya mengambil jurnal yang berjudul “Pengembangan Kawasan agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta” dan “Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan” untuk dijadikan tugas critical review mata kuliah perencanaan wilayah. Dari kedua jurnal yang akan saya review ini mempunya perbedaan yaitu pada jurnak pertama, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keberhasilan pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Metode analisis yang digunakan adalan berupa pengukuran tigkat kesejahteraan petani, skala likert dan regeresi linear berganda, kesejahteraan petani padi, melon dan ketela pohon di kawasan ini masih di bawah rata-rata Kabupaten Kulonprogo. Faktor yang mempengruhi adalah kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana agrbisnis hulu hilir seperti bahan baku, alat mesin pertanian, irigasi pemasaran dan kondisi jalannya, sehingga menjadi adanya hambatan utama bagi petani dalam peningkatan produktivitas serta daya beli petani. Sedangkan pada jurnal kedua membahas tentang bertujuan untuk mengetahui potensi serta strategi pengembagan wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan. Kemudian latar belakang dari jurnal kedua ini adalah terjadinya kesenjangan antar desa dan kota mengakibatkan terjadinya proses irban bias yaitu tersedotnya poteni perdesaan baik dari sisi sumber manusia, sumber daya alam dan modal. Dan untuk analisa potensi pada jurnal ini meggunakan analisis secara deskriptif berdasarkan data primer dan sekunder yang ada . untuk analisis strategi pengembangan kawasan agropolitan digunakannya analisis SWOT. II. REVIEW JURNAL Jurnal 1 Semenjak kawasan Kabupaten Kulonprogo ditetapkan kawasan ini sebagai agropolitan pada tahun 2010, pemerintah daerah belum secara signifikan memberikan adanya dorongan terdapat ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis dari hulu-hilir. Minimnya daya dukung tersebut mengakibatkan lemahnya peran kawasan agropolitan pada Fase II terhadap engembangan wilayah Kabupaten Kulonprogo. Konsep kawasan agropolitan ini adalahs alah satu konsep perencanaan pengembangan iwlayah yang cukup popular pada beberapa dekade di negara negara berkembang dan agraris seperti Indoensia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengembangan Kawasan Agropolitan Fase II terhadap pembangunan desa semenjak ditetapkan tahun 2010 melalui SK Bupati Kulonprogo. Yang perlu diketahui dalam penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan petani di kawasan ini karena tujuan utama pembangunan desa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
  • 4. 3 Kawasan Agropolitan Fase II berada di sebelah selatan Kabupaten Kulonorogo dan di tetapkan melalui SK Bupati Kulonprogo No.235 pada tahun 2010 meliputi Kecamatan Temon, Wates, dan Kokap. Gambar 1. Orientasi Wilayah Penelitian Kunci keberhasilan dari sebuah pembangunan agropolitan yaitu memberlakukan setiap distrik agropolitan sebagai suatu unit tunggal otonom mandiri tetapi teintegrasi secara sinergik dengan keseluruhan sstempengembagan wilayahnya. Soenarno (2003), mendefinisikan daerah agropolitan sebagai sistem fungsional pada desa-desa, yang ditujukan dengan keberadaan hirarki ruang diperdesaan, pusat agropolitan dan desa-desa disekitarnya yang membentuk daerah agropolitan Gambar 2. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Sokerano (2003) menyatakan sebaiknya pada daerah agropolitan dihubungkan dengan keberadaan rencana tata ruang tingkat naisonal, tingkat provinsi, serta tingkat kabupaten. Hubungan daerah pusat aktivitas secara regional pada tingkat provin si da nasional.
  • 5. 4 Gambar 3. Hubungan Antara Daerah Agropolitan Dengan Pusat Aktivitas Regional Penelitian tentang kajian pengembangan kawasan agropolitan Fase II untuk mendiring pembangunan desa di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penetapan komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Fase II ini ditentukan berdasarkan tiga kriteria, dari ketiga kriteria tersebut maka dapat diketahui bahwa padi, ketela pohon dan melon merupakan komoditas unggulan pertanian di Kawasan Agropolitan Fase II. No Komoditas Unggulan Lokasi Permintaan 1 Padi Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar Kramatjati- Jakarta, Purworejo, Surakarta, Semarang. 2 Melon Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar Kramatjati- Jakarta. 3 Ketela Pohon Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar Kramatjati- Jakarta, Semarang Semakin besar populasi penduduk yang menggantungkan ekonominya pada sektor pertanian maka semakin besar pula suatu wilayah dikemabngkan menjadi kawasan agropolitan. Pelaksanaan agropolitan Fase II yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Kulonprogo selama ini terbukti belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa khususnya petani di kawasan ini secara signifikan REVIEW JURNAL 2 Isi dari jurnal ini menjelaskan bahwa pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternative solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan
  • 6. 5 perkotaan. maka dari itu dengan melalui pengembangan agropolitan ini diharapkan terjadi interaksi kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian sehingga dapat meminimalisir ancaman yang terjadi karena adanya kesenjangan yang terjadi antara desa dan kota. Produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahul di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan. Wilayah Langwan merupakan salah satu wilayah yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agropolitan berdasarkan potensi yang ada yang ditunjang dengan rencana strategis agropolitan PAKAKAAN tahun 2010-2030. Dilihat dari hasil-hasil pertanian agribisnis wilayah langowan dapat menghasilkan produksi tanaman padi, tanaman palawija, dan tanaman perkebunan Permasalahan dalam penelitian ini adalah potensi apa dan bagaimana strategi pengembangan wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian in I adalah metode survey dengan menggunakan teknik wawancara. Dan untuk startegi pengembangan kawasan agropolitan degan menggunakan analisis SWOT. Menurut penelitian yang ada untuk komoditas unggulan yang ada di wilayah Langowan dilihat dari produksi terbesar yaitu produksi tanaman padi. Pengumpulan bahan baku yaitu penggilingan padi yang merupakan tempat dimana bahan baku yang diproduksi dikumpulkan untik dapat diolah. Sentra produksi yang ada di wilayah Langowan terdapat di seluruh wilayah Langowan yaitu pada keempat kecamatan. Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan Melalui analisis SWOT dpat dibuat analisis posisi pengembangan wilayah Langowan sebagai kawasan agropolian. Faktor internal diperoleh melalui selisih antara total kekuatan total skor kelemahan (10-8=2). Sedangkan faktor eksternal diperoleh melalui selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman (11-8=3) Diagram Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan sebagai Kawasan Agropolitan
  • 7. 6 Melihat posisi wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan pada diagram SWOT, berada pada kuadran 1, atau dapat dikatakan bahwa wilayah Langowan berada pada posisi yang menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan Formulasi Strategi Matriks SWOT SWOT Matrik Formulasi Strategi Pengembangan Wilayah Langowan sebagai Kawasan Agropolitan Strengths (S) Weakness (W) 1. Memiliki sumber daya 1. Jasa penunjang Faktor Alam (perbankan) hanya terdapat Internal 2. Sentra produksi padi di kecamatan Langowan 3. Adanya Sarana dan Timur Prasarana 2. Penggunaan teknologi 4. Adanya jasa-jasa masih kurang Penunjang 3. Adanya konversi lahan Faktor 5. Mayoritas penduduk pertanian dibeberapa Eksternal berprofesi sebagai petani tempat Opportunities (O) 1. Adanya kota sedang/besar disekitar wilayah 2. Adanya kebijakan pemerintah dalam penetapan agropolitan 3. Adanya perencanaan strategis Agropolitan PAKAKAAN dalam RTRW Minahasa 2010- 2030 Strategi S-O Meningkatkan hubungan yang baik dengan kota- kota sedang/besardi sekitar wilayah Langowan (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3) Menghasilkanhasil produksi yang lebih berkualitas (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3) Strategi W-O Menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ekonomi di perdesaan (W1, O1, O2, O3) Melakukansosialisasi kepadapetanidalam penggunaan teknologi tepat guna (W3,O1, O2, O3)
  • 8. 7 Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T 1. Wilayah lain yang Menjaga serta Memberdayakan lahan berpotensi sebagai kawasan melestarikan sumber daya pertanian yang ada sesuai agropolitan alam (S1, S2, T1, T2, T3) dengan fungsinya ( W3, 2. Kerusakan kawasan T1, T3) lindung 3. Perubahan fungsi lahan pertanian berkelanjutan III. CRITICAL REVIEW Perbedaan Jurnal berjudul “Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan “PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN NO JURNAL 1 JURNAL 2 1 Jurnal ini membahas tentang pengakajian keberhasilan pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo Jurnal yang kedua ini membahas tentang bagaimana cara mengetahui potensi serta trategi pengembangan wilayah Langowan sebagai kawasan Agropolitan 2 Metode analisis yang digunakan yaitu pengukuran tingkat kesejahteraan petani, skala likert dan menggunakan metode regresi linear berganda Metode yang digunakan untuk mengetahui analisis potensi agropolitan yaitu menggunakan analisis deskriptif berdasarkan data primer dan sekunder, dan analisis strategi pengembangan kawasan Agropolitan digunakan analisis SWOT Bibit unggul pada produksi di Kabupaten Kulorpogo yaiu padi, ketela pohon, dan melon Wilayah Langowan bertpotensi sebagai kawasan agropolitan yang ditunjang oleh potensi argo dan politan yaitu sumber daya alam, sentra produksi padi. Pada jurnal pertama yang berjudul “Pembangunan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kuloprogo,Daerah Istimewa Yogyakarta” sudah cukup baik pembahasan yang diberikan juga sudah cukup jelas dan cukup lengkap dari pembhasan yang dibahas apa sampek metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian pada jurnal pertama ini dijelaskan secara urut dan lengkap, terdapat tabel dan gambar gambar sebagai penunjang pada jurnnal pertama ini selain tabel dan gambar juga terdapat bagan bagan yang menjelaskan tentang sistem kawasan agropolitan dan kerangka analisis.
  • 9. 8 Sedangkan pada jurnal kedua yang berjudul “Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan” pembahasannya sudah cukup baik, metode yang di gunakan jga jelas yaitu menggunakan analisis desktiptif dan analisis pengembangan kawasannya mengunakan analisis SWOT yang dilakukan dengan cara wawancara dengan warga setempat. Pada strategi pengembangan kawasan agropolitannya di jelaskan secara detai dan terdapat tabelnya IV. KESIMPULAN Pada jurnal pertama semenjak ditetapkannya kawasan agropolitan fase II tahun 2010 sampai saat ini belum memebrikan pengaruh secara signifikan terhadap pembangunan desa di Kabupaten Progo. Dimana pembangunan desa meruakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dengan tujuan untuk mewujudukan pedesaan yang maju, adil, makmur dan sejahtera. Ketersebatasan sarana dan prasarana sb sistemhulu merupakan hamabatan utama dalam pengembagan kawasan agropolitan. Pada jurnal kedua mendapatkan kesimpulan bahwa wilayah Langowan berpotensi sebagai kawasan agropolitan yang ditunjang oleh argo dan politan, yaitu sumber dya alam, sentra produksi dan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani, analisis posisi wilayah Langowan sbagai kawasa agropolitan berada pada kuadran pertama yaitu pada posisi yang menguntungkann dan strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah Langowan adalah strategi integrasi horizontal. Penerapan konsep Agropolitan diharapkan dapat mempercepat pembangunan perdesaan dan mampu meberikan pelayanan sosial ekonomi serta berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dan meminimalisisr adanya kesenjangan anatara penduduk desa dengan penduduk kota. V. LESSON LEARNED Yang saya dapat dari jurnal ini bahwa menerapkan konsep agropolitan di sebuah wilayah pedesaan itu penting karena yang diharapkan adalah dapat mempercepat pembangunan pedesaayan dan memebrikan pelayanan sosial ekonomi, dan selain itu untuk meneliti sebuah penelitian yang membahas tentang agropolitan tidak hanya menggunakan satu metode, tetapi terdapat banyak metode yang dapat dugunakan salah satunya adalah metode yang menggunakan analisis likert dan analisis SWOT. Nah dengan analisis SWOT ini kita akan berinterakso langsung dengan masyarakat atau terjun langsung ke lapangan, dari situ kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan banyak pengalaman yang akan di dapat. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengmbangkan kawasan agropolitan yaitu perlu dilakukan pemebnahan sub sitem hulu-hilir pertanian yang terkait dengan industri produksi maupun penyediaan bibit unggul, pupul dll. Peningkatan produktivitas tanaman melalui inovasi
  • 10. 9 teknologi pertaniaan penggunaan inovasi teknologi berupa aplikasi Benih Unggul Baru (BUB). Pembenahan sub sitem penunjang yang dilakukan dengan penyuluhan serta pendampingan kepada petani melalui balai penyuluhan kelompok tani guna mengatasi permasalahan di lapangan yang dihadapi pertain serta pengembangan kompetensi petani dalam hal inovasi produk hasil pertanian dan penggunakan alat mesin pertanian. Selain itu mempertahankan serta memelihara produksi pertanian yang ada. VI. DAFTAR PUSTAKA Friedmann, John dan Mike Douglass. (1975) Pengembangan Agropolitan : Sebuah Siasat Baru Perencanaan Regional di Asia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Suroyo BT dan Handayani W. (2014) Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo,Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Diponegoro :Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Dien PE. (2014) Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan. Universitas Sam Ratulangi : Fakultas Pertanian Manado