BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
IslamNusantara
1. Sumber Historis, Sosiologis, Teologis, dan Filosofis tentang Pribumisasi Islam
a. Menggali Sumber Historis
Indonesia adalah negara yang kekuatan harmonisasi keberagamannya terletak pada ruang
kebudayaan, dimana Indonesia memiliki kebudayaan adiluhung yang menjadi sebuah ruang
dialog bagi hal-hal perbedaan. Ketika masuknya Islam di Indonesia, kebanyakan masyarakat
Indonesia terutama masyarakat yang memegang teguh kebudayaan dan kepercayaan turun
menurun menganggap bahwa kedatangan Islam akan menggeser atau menghilangkan identitas
kebudayaan mereka karena kebanyakan dari mereka menganggap bahwa agama Islam akan
menyelipkan kebudayan Timur-Tengah. Di samping itu banyak bermunculan kekerasan yang
mengatasnamakan agama, mereka menilai kebudayan Indonesia sebagai sesuatu yang tahayul,
khurafat, bid’ah, klenik, dsb.
Melihat dan memahami fenomena tersebut maka terciptalah gagasan konsep “Pribumisasi Islam”
yang dicetuskan oleh K.H Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ).
Bagaimana sih konsep “Pribumisasi Islam” ?
Konsep Gus Dur tentang pribumisasi Islam terkait dengan apa yang disebut Islam Nusantara,
yakni perwujudan Islam melalui tardisi dan budaya lokal Nusantara. Kata ‘melalui’ di sini
mempunyai arti, bahwa antara Islam dan tradisi lokal tidak mengalami reduksi. Dengan kata lain,
Islam tetap pada karakternya, budaya juga tetap pada karakternya sehingga satu sama lain tidak
bersifat dominatif
2. Ide untuk mewujudkan Islam melalui tradisi dan kebudayaan ini juga bukan pikiran baru yang
datang dari Gus Dur, karena sejak dulu para kiai pesantren sudah punya kecenderungan untuk
menghadirkan jenis keislaman yang khas Indonesia, tanpa banyak dicampur unsur Arabisme.
Jadi, pribumisasi Islam hanya stempelnya saja. Gus Dur berjasa menteorikan- nya. Gus Dur telah
memberi nama terhadap jenis perjuangan yang dilakukan oleh para ulama Indonesia sejak Wali
Songo sampai sekarang. Walisongo sekitar abad ke-15 dan ke-16 telah berhasil memasukan nilai-
nilai lokal dalam Islam yang khas indonesia. Kreatifitas walisongo ini melahirkan gagasan baru
nalar Islam Indonesia yang tidak harfiah meniru Islam di Arab. Tidak ada nalar Arabisasi yang
melekat dalam penyebaran Islam awal di Nusantara. Walisongo mengakomodasikan Islam
sebagai ajaran agama yang mengalami historisasi dengan kebudayaan.
3. b.Menggali Sumber Sosiologis
Islam masuk di Indonesia tidak dengan cara kekerasan atau peperangan melainkan dengan cara
damai serta persuasif akibat kegigihan para ulama. Karena para ulama berpegang teguh kepada
Q.S Al-Baqarah ayat 256:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Proses penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut
1) Perdagangan
Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini
menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang. Dijelaskan di sini bahwa
proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik
beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan
2) Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari penyebaran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena
ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua
individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti
masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim.
4. 3). Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam,
maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya karena Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya
4). Tasawuf
Jalur tasawuf,yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan
ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan
dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima.
5). Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam
melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama
Islam bagi para santri.
6). Seni Budaya
Contohnya melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang
masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
5. C. Menggali Sumber Teologis
tauhid bukan sekedar pengakuan atau persaksian bahwa
tiada illah selain Allah, tapi pemaknaan terhadap tauhid melampaui dari sekedar
pengakuan atas eksistensinya yang tunggal. Jika kita tarik pemaknaan tauhid
dalam ranah realitas ciptaan (makhluk), maka tauhid berarti pengakuan akan
pluralitas atas selain Dia (makhluk-Nya). Tuhan tidak menghadirkan pluralitas dalam ciptaan
untuk mendorong ketidakharmonisan dan perang. Pluralitas sekaligus menjadi bukti relativitas
makhluk.
D. Sumber Filosofis
Secara filosofis pribumisasi Islam didasari oleh paradigma sufistik tentang
substansi keberagaman. Dalam paradigma sufistik, agama memiliki dua wajah
yaitu aspek esoteris (aspek dalam) dan aspek eksoterik (aspek luar). Dalam tataran
esoteris, semua agama adalah sama karena ia berasal dari Tuhan Yang Tunggal.
pada aspek eksoterik, yaitu unsur lahir dan amalan kasat mata saja. Sejalan dengan
pemahaman ini, maka substansi keagamaan adalah satu, cara manusia dapat
menyembah (tunduk, patuh, dan berserah diri) kepada Tuhan sebagai kebenaran
universal. Adapun ekspresi keberagaman atau aksentuasi paham keagamaan pasti
berbeda-beda karena perbedaan kebutuhan dan tuntutan fisik dan materi yang
berbeda pula.