Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih. Jenis frasa dibagi menjadi frasa endosentris, eksosentris, dan lainnya berdasarkan distribusi unsur pusatnya, serta frasa nomina, verba, ajektiva, dan lainnya berdasarkan kategori kata pusatnya.
3. Pengertian FrasaPengertian Frasa
Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari duaFrasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang membentuk satu kesatuankata atau lebih yang membentuk satu kesatuan
Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuanMenurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan
gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebihgramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih
dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatandan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan
(Ramlan, 2001). Artinya sebanyak apapun kata(Ramlan, 2001). Artinya sebanyak apapun kata
tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagaitersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai
Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau punSubjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun
keterangan, maka masih bisa disebut frasa.keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
4. ContohContoh
gedung sekolah itugedung sekolah itu ((Gedung sekolah itu(S)Gedung sekolah itu(S)
luas(P).)luas(P).)
yang akan pergiyang akan pergi ((Dia(S) yang akan pergi(P)Dia(S) yang akan pergi(P)
besok(Ket).besok(Ket). ))
sedang membacasedang membaca ((Bapak(S) sedang membaca(P)Bapak(S) sedang membaca(P)
koran sore(O).koran sore(O). ))
besok lusabesok lusa ((Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P). ))
5. Jenis FrasaJenis Frasa
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkanJenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnyapersamaan distribusi dengan unsurnya
(pemadunya)(pemadunya)
berdasarkan kategori kata yang menjadi unsurberdasarkan kategori kata yang menjadi unsur
pusatnya.pusatnya.
6. Berdasarkan Persamaan DistribusiBerdasarkan Persamaan Distribusi
dengan Unsurnya (Pemadunya).dengan Unsurnya (Pemadunya).
Frasa EndosentrisFrasa Endosentris,, frasa yang memiliki unsur pusat.frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh: SejumlahContoh: Sejumlah mahasiswamahasiswa(S) diteras(P).(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’
(salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari(salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari
subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasasubjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa
endosentris.endosentris.
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyaiFrasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai
unsur pusatunsur pusat
contoh:contoh: mahasiswa di teras.mahasiswa di teras.
7. Frasa endosentris sendiri masihFrasa endosentris sendiri masih
dibagi menjadi tiga.dibagi menjadi tiga.
a) Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasaa) Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa
endosentris yang semua unsurnya adalah unsurendosentris yang semua unsurnya adalah unsur
pusat dan mengacu pada hal yang berbedapusat dan mengacu pada hal yang berbeda
diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’
atau ‘atau’.atau ‘atau’.
Contoh:Contoh:
(1) rumah pekarangan(1) rumah pekarangan
(2) suami istri dua tiga (hari)(2) suami istri dua tiga (hari)
(3) ayah ibu(3) ayah ibu
8. b) Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasab) Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa
endosentris yang disamping mempunyai unsurendosentris yang disamping mempunyai unsur
pusat juga mempunyai unsur yang termasukpusat juga mempunyai unsur yang termasuk
atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukanatribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan
unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusatunsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat
untuk membentuk frasa yang bersangkutan.untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:Contoh:
(1) pembangunan lima tahun(1) pembangunan lima tahun
(2) sekolah Inpres(2) sekolah Inpres
(3) buku baru(3) buku baru
(4) orang itu(4) orang itu
(5) malam ini(5) malam ini
9. c) Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yangc) Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang
semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu padasemua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada
hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisihal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi
bagi unsur pusat yang lain. Untuk itu, unsur-unsurbagi unsur pusat yang lain. Untuk itu, unsur-unsur
pembentuknya secara otomatis mempunyai hubunganpembentuknya secara otomatis mempunyai hubungan
antarsuku, baik dalam hubungan posisi maupunantarsuku, baik dalam hubungan posisi maupun
hubungan makna. (Yuniawan, 2000)hubungan makna. (Yuniawan, 2000)
Contoh:Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkanUnsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan
unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi.unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi.
10. Berdasarkan Kategori Kata yangBerdasarkan Kategori Kata yang
Menjadi Unsur Pusatnya.Menjadi Unsur Pusatnya.
Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UPFrasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP
frasa nomina itu berupa:frasa nomina itu berupa:
a) nomina sebenarnyaa) nomina sebenarnya
contoh:contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalanpasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
b) pronominab) pronomina
contoh:contoh:
dia itu musuh sayadia itu musuh saya
c) namac) nama
contoh:contoh:
Rina itu manisRina itu manis
d) kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nominad) kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkandia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikitanaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkandia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan duakata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua
ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
11. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yangFrasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasatermasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa
verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secaraverba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara
sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) katasintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’,keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’,
dan biasanya menduduki fungsi predikat.dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:Contoh:
Dia berlari.Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, danSecara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan
secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yangsecara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang
menunjukkan verba aktif.menunjukkan verba aktif.
12. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategoriFrasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak,ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak,
alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:Contoh:
Rumahnya besar.Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kataAda pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata
tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jikatertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika
hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaanhal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan
adalah ciri dominan.adalah ciri dominan.
Contoh:Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ ataumenakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau
‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
13. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yangFrasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yangtermasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang
secara semantis mengatakan bilangan atau jumlahsecara semantis mengatakan bilangan atau jumlah
tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)
kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:Contoh:
dua buahdua buah
tiga ekortiga ekor
lima bijilima biji
duapuluh lima orang.duapuluh lima orang.
14. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanyaFrasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya
preposisi atau kata depan sebagai penanda danpreposisi atau kata depan sebagai penanda dan
diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa)diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa)
sebagai petanda.sebagai petanda.
Contoh:Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atauPenanda (preposisi) + Petanda (kata atau
kelompok kata) di teraskelompok kata) di teras
ke rumah temanke rumah teman
dari sekolahdari sekolah
untuk sayauntuk saya
15. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atauFrasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau
kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagaikata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai
petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, makapetanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka
petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, RamlanDalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, Ramlan
menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karenamenyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena
keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategoriketerangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori
konjungsi.konjungsi.
16. KESIMPULANKESIMPULAN
Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupaFrasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim jugagabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksisdisebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam kalimat.di dalam kalimat.
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaanJenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan
distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkandistribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya. Berdasarkankategori kata yang menjadi unsur pusatnya. Berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) yaitu frasapersamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) yaitu frasa
endosentris dan frasa eksosentris. Berdasarkan kategori kataendosentris dan frasa eksosentris. Berdasarkan kategori kata
yang menjadi unsur pusatnya yaitu frasa nomina, frasa verba,yang menjadi unsur pusatnya yaitu frasa nomina, frasa verba,
frasa ajektiva, frasa numeralia, frasa preposisi dan frasafrasa ajektiva, frasa numeralia, frasa preposisi dan frasa
konjungsi.konjungsi.
17. DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dan Dery Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta:Alwi, Hasan dan Dery Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.Yayasan Obor Indonesia.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa IndonesiaArifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia.Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V.Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V.
Karyono.Karyono.
Rusnaji, Oscar.Rusnaji, Oscar. 1983. Aspek-aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. IKIP1983. Aspek-aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. IKIP
Malang.Malang.