2. 1. Pertemuan (16 kali)
a. Tatap Muka : 14
b. UTS : 1
c. UAS : 1
2. Buku Sumber : Miftahul Khairah dan Sakura
Ridwan
Judul Buku : Sintaksis Memahami Satuan
Kalimat Prespektif Fungsi
3. Tugas : Individu dan Kelompok
4. Kuis : Individu
3. 5. Penilaian
a. Akhlaq: bersikap, bertutur,
berpakaian
b. Kehadiran : 25%
c. Tugas : 10%
d. Proses : 15%
d. UTS : 25%
e. UAS : 25%
4. Uraian Materi Per Pertemuan
(SILABUS)
1. Pendahuluan
a. Tujuan dan manfaat mempelajari sintaksis
b. Konsep dasar sintaksis
c. Rencana Perkuliahan
2. Frasa
3. Klasifikasi Frasa
4. Klausa
5. Klasifikasi Klausa
6. Analisis Klausa
6. Hubungan Antar Klausa
7. Kalimat
6. 1. Tujuan dan Manfaat
Mempelajari Sintaksis
2. Konsep Dasar Sintaksis
7. Tujuan
1. Sintaksis merupakan dasar untuk
kemahirwacanaan
2. Merupakan mata kuliah prasyarat mata
kuliah kebahasaan lainnya di Prodi PB
Indonesia
3. Menemukan aturan umum dalam sebuah
bahasa
4. Memiliki kompetensi ilmu kalimat sebagai
ilmu wajib yang harus dikuasai seorang
calon guru bahasa Indonesia
8. MANFAAT
1. Mengetahui dan memahami ilmu kalimat
mulai dari kata, frasa, klausa, dan kalimat
2. Mengetahui keberterimaan sebuah
kalimat
12. Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa
Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan tattein
yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi
istilah sintaksis yaitu: menempatkan bersama-sama
pada kata-kata menjadi kelompok kata (kalimat).
Ramlan (1976:57) menyebutkan bahawa sintaksis
adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan
struktur frasa dan kalimat.
Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis
adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar
kalimat dalam tuturan.
13. Arifin dan Junaiyah (2008:1) bahwa sintaksis
membicarakan hubungan antarkata dalam
tuturan.
Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik yang
mempelajari pengaturan dan hubungan
antara kata dan kata, atau antara kata dan
satuan – satuan yang lebih besar, atau antar
satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
14. FRASA
Penertian Frasa
Sifat Frasa
Ciri-ciri Frasa
Perbedaan Frasa dengan Kata Majemuk
Klasifikasi Frasa
15. Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak
melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan,
2001:139).
Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak
melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka
masih bisa disebut frasa.
Menurut Abdul Chaer (2009:39) frasa dibentuk dari
dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu
fungsi sintaksis.
16. Menurut Zaenal Arifin (2008:18) Frasa
adalah satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
Dari definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa frasa merupakan satu
kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas
dua kata atau lebih yang sifatnya
nonpredikatif tetapi dapat menduduki
unsur S, P, O, Pel, atau Ket
17. 1. Merupakan satuan gramatik yang terdiri
atas dua kata atau lebih.
2. Merupakan satuan yang tidak melebihi
batas fungsi unsur klausa. Frasa selalu
terdapat dalam satu unsur klausa, yaitu
bisa terletak di S, P, O, Pel, atau Ket.
18. Satuan yang mengandung arti baik arti
leksikal maupun gramatikal
Arti leksikal adalah makna yang
terkandung dalam kata
Arti gramatikal adalah makna yang timbul
sebagai akibat peristiwa gramatik
19. 1. Terdiri dari dua kata atau lebih
2. Belum melampaui batas fungsi (S,P,O,
Pel,K)
3. Belum memenuhi syarat sebagai klausa
4. Lebih kecil daripada klausa
5. Dapat dipertukarkan letaknya sejauh
tidak mengubah arti kalimat semula
6. Dapat disisipi kata “yang”
20. 1. kata + kata (sedang + mandi)
2. kata + frasa (yang + akan datang)
3. frasa + frasa (baju baru + anak itu)
4. kata + klitika (buku + nya)
21. Tidak membentuk
makna baru
Dapat disisipi unsur
lain
FRASA
Membentuk makna
baru
Tidak dapat disisipi
unsur lain
Gabungan kata itu
tidak dapat
dipisahkan, diganti,
dipertukarkan,
diimbuhkan kecuali
sekaligus
KATA
MAJEMUK
22. 1. Berdasarkan persamaan distribusi unsur-
unsurnya
2. Berdasarkan inti kata
3. Berdasarkan distribusi kelas kata
23. 1. Frasa Endosentris
Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan
unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah
satu dari unsurnya.
2. Frasa Eksosentris
Frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi
sama dengan frasanya.
26. Frasa endosentris
atributif
Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara
sehingga tak dapat disisipkan oleh kata
penghubung “dan, atau”.
Buku baru, sedang belajar,
belum bekerja
27. Frasa Endosentris
Apositif
Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata
“dan,atau”.
1. Amin, anak Pak Darto sedang belajar.
2. Anak Pak Darto sedang membaca.
3. Amin sedang membaca.
29. Frasa Eksosentris
Direktif
(Frasa Preposisional)
Umumnya berfungsi sebagai keterangan.
1. Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada
dinding
2. Asal arah, seperti : dari kampung, dari
sekolah
3. Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas,
(kue) dari tepung beras
4. Tujuan arah, seperti : ke Lampung
5. Menunjukan peralihan, seperti : kepada
saya, (percaya) kepada Tuhan
6. Perihal, seperti : tentang ekonomi,
(terkenang) akan kebaikannya
7. Tujuan, seperti : untukmu, buatku
8. Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab,
gara-gara kamu
9. Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu
32. Frasa Nominal
• Baju baru
• Gadis cantik
• Ayah ibu
• Gedung sekolah
• Kapal laut
• Cincin emas
• Perusahaan batik
• Dua orang petani
• Koran kemarin pagi
• Beras dari cianjur
• Telur tiga butir
• Si Ahmad
• Sang Pangeran
33. Frasa Verbal
sedang mandi
akan datang
tidak berangkat
tertawa keras
belajar berjalan
35. Cantik sekali
Sungguh elok
Amat pandai
Terlalu besar
Masih malu-malu
Frasa Adjektival
36. Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti
kata sama dengan pengelompokan atas
kelas katanya.
Perbedaannya hanya dilihat dari ada tidak
unsur inti di dalam frasa tersebut.
Frasa yang memiliki inti, dikelompokkan ke
dalam endosentrik, sementara yang tidak
memiliki inti dikelompokkan ke dalam
eksosentrik.
37. Frasa Idiomatik
Frasa yang berbentuk ungkapan
Contoh :
Bergaul dengannya cukup makan hati.
Amir tangan kanan direktur perusahaan.
39. Kridalaksana, klausa merupakan satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata,
minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.
Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik
yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K).
Hasan Alwi, klausa merupakan satuan
sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih
dan mengandung unsur predikasi.
40. Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang mengandung unsur predikasi atau
tersusun atas predikator dan argumen, belum
disertai oleh intonasi akhir pada ragam lisan atau
tanda baca (tanda titik, tanda seru, tanda tanya)
pada ragam tulisan (Miftahul Khairah dan Sakura
Ridwan).
41. Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas predikat baik diikuti oleh subjek,
objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan
merupakan bagian dari penanda klausa.
Penanda klausa adalah P.
42. a. Merupakan kelompok kata
b. Memiliki unsur predikat
c. Satu klausa memiliki satu predikat
d. Di dalam klausa mungkin terdapat frasa,
tetapi di dalam frasa tidak mengandung
klausa
e. Berpotensi menjadi sebuah kalimat
f. Sekurang-kurangnya mengandung satu
subjek
43. 1. Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K)
2. Unsur Kategorial Klausa
3. Unsur Peran Klausa
Unsur kategorial adalah jenis/kelas kata yang
menjadi inti frasa. Kategori frasa menduduki masing-
masing unsur fungsional klausa.
Unsur peran merupakan salah satu pengisi unsur
fungsional.Unsur peran ini berkaitan dengan makna
gramatikal/sintaksis.
(pelaku, perbuatan, sasaran, tujuan/tempat)
44. Klasifikasi
Klausa
berdasarkan
struktur intern
klausa lengkap
klausa tidak lengkap
berdasarkan ada
tidaknya unsur
negasi
klausa positif
klausa negatif
berdasarkan kategori
yang menduduki
fungsi P
klausa nominal
klausa verbal
klausa adjektival
klausa numeral
klausa preposisional
klausa pronominal
berdasarkan potensinya
untuk menjadi kalimat
klausa bebas
klausa terikat
berdasarkan kriteria
tatarannya dalam
kalimat
klausa atasan
klausa bawahan
45. 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya
a. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya
hadir klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan
S dan P.
b. Klausa tidak lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua
unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir
hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang
lain dihilangkan.
46. 2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi
a. Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan
tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
contoh :
Paman berlibur ke Bali
b. Klausa negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya
unsur negasi yang menegatifkan P.
contoh:
Paman tidak berlibur ke Bali
Unsur Negasi (tidak, bukan, tak)
47. 3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki
fungsi P
a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa
Nomina.
Contoh:
Dia seorang dokter
b. Klausa verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa verbal.
Contoh:
Dia sedang membantu para korban banjir
c. Klausa adjektival
Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa adjektival.
Contoh:
1) Adiknya sangat gemuk
2) Hotel itu sudah tua
48. d. Klausa Numeral
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori numeralia. Contoh; mahasiswanya sembilan
orang
e. Klausa preposisional
Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja
f. Klausa Pronominal
Klausa pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk pronomina. Contoh:
1) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah
2) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya
saya
49. 4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat
a. Klausa bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki
potensi untuk menjadi kalimat mayor
b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki
potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor
50. a. Kalusa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari
klausa yang lain
Contoh:
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Pada contoh di atas, yang merupakan klausa atasan yaitu:
“Kami sedang belajar”
b. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau
menjadi unsur dari klausa
Contoh :
Pada kalimat poin a, klausa bawahan yaitu: “ketika paman
datang.”
51. a. Makna Unsur Pengisi P
1) Menyatakan makna “Perbuatan/tindakan”
2) Menyatakan makna “Keadaan”
3) Menyatakan makna “Keberadaan”
4) Menyatakan makna “pengenal/identitas”
5) Menyatakan makna “jumlah”
6) Menyatakan makna “perolehan”
7) Menyatakan makna “Proses”
8) Menyatakan makna “Kejadian”
9) Menyatakan makna “Pemilikan”
10) Menyatakan makna “Kuantitas”
52. b. Makna Unsur Pengisi S
1. Menyatakan makna "pelaku"
2. Menyatakan makna "alat"
3. Menyatakan makna "sebab"
4. Menyatakan makna "penderita"
5. Menyatakan makna "hasil"
6. Menyatakan makna "tempat"
7. Menyatakan makna "penerima”
8. Menyatakan makna "pengalaman"
9. Menyatakan makna "dikenal"
10. Menyatakan makna "terjumlah“
11. Menyatakan makna “Sasaran”
12. Menyatakan makna “Penanggap”
13. Menyatakan makna “Pengguna”
14. Menyatakan makna “Penyerta”
15. Menyatakan makna “Sumber”
16. Menyatakan makna “Jangkauan”
17. Menyatakan makna “Ukuran”
53. c. Makna Unsur Pengisi O
1. Menyatakan makna "penderita"
2. Menyatakan makna "penerima"
3. Menyatakan makna “tempat”
4. Menyatakan makna "alat"
5. Menyatakan makna "hasil"
54. e. Makna Unsur Pengisi PEL
1. Menyatakan makna "penderita".
2. Menyatakan makna "alat".
f. Makna Unsur Pengisi KET
1. Menyatakan makna "tempat"
2. Menyatakan makna "waktu"
3. Menyatakan makna "cara”
4. Menyatakan makna "peserta/penyerta"
5. Menyatakan makna "alat (dengan)"
55. 6. Menyatakan makna "sebab"
7. Menyatakan makna "pelaku"
8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas"
9. Menyatakan makna "perbandingan"
10. Menyatakan makna "perkecualian“
11. Menyatakan makna “tujuan/penerima (ke)”
12. Menyatakan makna “kesalingan”
13. Menyatakan makna “syarat (jika, seandainya)”
14. Menyatakan makna “perwatasan (tentang)”
15. Menyatakan makna “perlawanan”
16. Menyatakan makna “kualitas (bagus, jelek, baik,
terang, redup, dsb)”
18. Menyatakan makana “modalitas”
56. 1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara)
Contoh:
Diana membaca komik dan adik menggambar pemandangan.
2. Hubungan Subordinatif (Kalimat majemuk bertingkat)
Contoh:
Martini membelikan adik mainan baru ketika adik berulang tahun.
S P O Pel S P
Catatan:
untuk mengetahui hubungan antarklausa, lihat konjungsi yang digunakan
pada klausa tersebut, jika yang digunakan konjungsi kalimat majemuk setara
maka hubungan klausa tersebut bersifat koordinatif. Apabila konjungsi yang
digunakan yaitu konjungsi kalimat majemuk bertingkat, maka hubungan
antarklausa bersifat subordinatif.
57. Pengertian Kalimat
Ciri-ciri Kalimat
Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat)
Ciri-ciri Unsur Kalimat
Klasifikasi Kalimat
Pola Kalimat
Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran
Kalimat Efektif
58. Menurut Abdul Chaer (2009:44) kalimat
adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi
final.
59. Satuan gramatikal yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada
akhir naik atau turun (Ida Bagus
Putrayasa, 2010:20).
Satuan kumpulan kata-kata yang terkecil
dan mengandung pikiran lengkap (Sutan
Takdir Alisyahbana (1993:72).
60. Menurut Zaenal Arifin (2008:54) kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai intonasi final
(kalimat lisan), dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa.
61. Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri
kalimat sebagai berikut.
1) Dalam bahasa lisan diawali dengan
kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan.
2) Dalam bahasa tulis diawali dengan hurup
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
tanya, atau tanda seru.
3) Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat.
CIRI - CIRI KALIMAT
62. Kesenyapan awal berupa huruf kapital
Kesenyapan tengah berupa tanda koma
(,), tanda titik koma ( ;), tanda titik dua (:)
Kesenyapan akhir yang berupa intonasi
final, yaitu intonasi berita (.), tanya (?),
intonasi perintah (!), dan intonasi kagum.
63. 1. Subjek (S)
2. Predikat(P)
3. Objek (O)
4. Pelengkap (Pel)
5. Keterangan (K)
JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS
(UNSUR-UNSUR KALIMAT)
64. 1. Subjek
a. S selalu mendahului P
b. Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
c. Berupa kata benda, frase bendaan, kata ganti
d. Disertai kata itu, ini, dan tersebut
e. Didahului kata bahwa
f. Tidak didahului preposisi
g. Mempunyai keterangan pewatas yang
h. Batas antara S dan P dapat diberi kata pemisah
adalah, jadi, menjadi, atau merupakan.
65. 2. Predikat
a. Predikat merupakan jawaban atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana.
b. Secara morfologis P sering ditandai
prefiks me-, di-, dan ber-.
c. Predikat disertai kata adalah, menjadi,
jadi, atau merupakan
d. Predikat dapat diingkari
e. Predikat dapat disertai kata keterangan
aspek
66. f. Predikat dapat disertai kata keterangan
modalitas
g. Predikat dapat didahului kata yang
h. Predikat dapat berupa:
1) kata benda/frase nominal(profesi/jabatan/pekerjaan),
2) kata kerja / frase verbal,
3) kata sifat / frase adjektival,
4) kata bilangan / frase numeral,
5) kata depan / frase preposisional.
i. Fungsi predikat menyatakan pernyataan,
perintah, atau pertanyaan.
67. 3. Objek
Objek, adalah konstituen kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh predikat yang
berupa verba transitif pada kalimat aktif.
Contoh:
Adi mengunjungi. (Membutuhkan kehadiran O)
Ayah memakan. (Membutuhkan kehadiran O)
Adi mengunjungi Pak Rustam.
Ayah memakan mangga.
Adi berkunjung. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
Ayah makan. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
68. 4. Pelengkap
Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada
perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu:
NO OBJEK PELENGKAP
1 Berwujud nomina atau klausa.
Contoh:
Ia mempelajari matematika.
Berwujud nomina, verba,
adjektiva, frasa, preposisi, atau
klausa.
Contoh:
Ia belajar matematika.
2 Berada langsung di belakang
predikat.
Contoh:
Ia membaca sebuah cerita.
Berada langsung di belakang P
jika tak ada O dan di belakang O
jika ada O.
Contoh:
Ia menjadi tentara.
Ia membacakan adik sebuah
cerita.
69. NO OBJEK PELENGKAP
3 Dapat menjadi S akibat
pemasifan.
Contoh:
Ayah memakan roti.
Roti dimakan ayah
Tidak dapat menjadi S akibat
pemasifan.
Contoh:
Adik belajar matematika.
Matematika diajar adik.
4 Dapat diganti dengan pronomina
–nya.
Contoh:
Ibu menjual baju.
Ibu menjualnya.
Tidak dapat diganti dengan –
nya, kecuali kombinasi
preposisi selain di, ke, dari,
dan akan.
Contoh:
Ibu berjualan baju.
Ibu berjualannya.
Adik bercerita tentang hal itu.
Adik bercerita tentangnya.
70. 5. Keterangan
Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang
paling beragam dan paling mudah berpindah
letaknya.
Fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat
suka rela atau tidak wajib.
Contoh :
• Dia memotong rambutnya di kamar.
• Di kamar, dia memotong rambutnya.
• Dia di kamar memotong rambutnya.
72. Pola kalimat dasar adalah:
S - P : Suara Tia merdu.
Adikku menangis.
Struktur kalimat dasar
1. KB + KB
2. KB + KK
3. KB + KS
4. KB + K Bilangan
5. KB + K Depan
73. Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di
antaranya:
P – S : Habis sudah harapannya.
S - P - O : Badai Tsunami mengguncang
Asia.
S - P - K : Kereta Bima sudah bersiap di
Jalur 4.
S - P - O - Pel : Kus memberi adik sebuah
boneka DORA.
74. Fungsi
Tipe
Subyek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
1. S-P Orang itu sedang tidur - - -
Saya mahasiswa - - -
2. S-P-O Ayahnya membeli mobil baru - -
Rani mendapat hadiah - -
3. S-P-Pel Beliau menjadi - ketua koperasi -
Pancasila merupakan - dasar negara kita -
4. S-P-Ket Kami tinggal - - di Jakarta
Kecelakaan itu terjadi - - minggu lalu
5. S-P-O-Pel Dia mengirimi ibunya uang -
Dian mengambilkan adiknya air minum -
6. S-P-O-Ket Pak Raden memasukkan uang - ke bank
Beliau memperlakukan kami - dengan baik
75. Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan
tetapi tidak semua kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar.
Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa
segi:
1. kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni
2. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang
diperluas dengan berbagai keterangan
3. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang
berubah susunannya
76. S dan P merupakan inti dalam sebuah
kalimat.
Kalimat inti adalah kalimat yang di
dalamnya mengandung inti kalimat yaitu S
dan P.
Kalimat inti sering disebut kalimat
sederhana
Kalimat luas adalah kalimat yang dibangun
atas beberapa unsur inti (mengandung
unsur inti (S dan P) dan unsur tambahan
(O, Pel, K)).
77. FUNGSI S P O Pel K
KATEGORI N V N N F Adverbia
PERAN Pelaku Pekerjaan Sasaran
Tempat/ Waktu/
Keadaan/ Sifat
CONTOH Paman membelikan Rianti buku kemarin sore
78. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat
sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar
/pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010:172).
Menurut Kreaf (1980:36), kalimat efektif adalah
kalimat yang memenuhi dua syarat sebagai berikut.
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya
dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan pembicara atau penulis.
79. Menurut Razak (1985:2), kalimat dikatakan
efektif bila mampu membuat proses penyampaian
dan penerimaan itu berlangsung dengan
sempurna, mampu membuat isi atau maksud yang
disampaikannya itu tergambar lengkap dalam
pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa
yang disampaikan oleh pembicara (penulis).
Menurut Arifin (1987:111), kalimat efektif adalah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau penulis.
80. Syarat Kalimat Efektif
Kesepadanan/
Kesatuan struktur
Keparalelan
bentuk
Ketegasan
makna
(penekanan)
Kehematan
kata
Kecermatan
penalaran
(Kecermatan)
Kepaduan
gagasan
(koherensi)
Kelogisan
bahasa
81. 1
Keseimbangan antara
pikiran dan struktur
bahasa
Cirinya:
a) Memiliki subjek dan predikat yang jelas
b) Tidak terdapat subjek ganda
c) Menggunakan kata penghubung yang tepat
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”
2
Kesamaan bentuk yang
digunakan dalam kalimat
Kesepadanan struktur
Keparalelan bentuk
3
Perlakuan penonjolan
pada pokok ide kalimat
Ketegasan makna
Caranya:
a) Meletakkan kata yang menonjol di depan kalimat
b) Membuat urutan kata yang bertahap
c) Melakukan pengulangan kata
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
e) Menggunakan partikel penekanan
82. 4
Tidak menggunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang tidak perlu
Caranya:
a) Menghilangkan pengulangan subjek
b) Menghilangkan pemakaian subordinat pada hiponimi kata
c) Menghilangkan kesinoniman dalam kalimat
d) Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak
Kehematan kata
5 Tidak menimbulkan tafsiran ganda
Kecermatan penalaran
6
Memberikan pernyataan padu,
sehinga informasi tidak terpecah
Kepaduan gagasan
Cirinya:
a) Tidak bertele-tele
b) Menggunakan aspek+agen+verba secara tertib
c) Tidak menyisipkan kata “daripada” atau “tentang” antara
predikat dan objek
7
Ide kalimat dapat diterima oleh akal
dan sesuai ejaan yang berlaku
Kelogisan bahasa
83. 1. Saya melihatnya dengan mata kepala saya
sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari
dari pagi sampai sore. (tidak hemat)
2. Kambing sangat senang bermain hujan. (tidak
logis)
3. Karyawan teladan itu memang tekun bekerja
dari pagi sehingga petang. (tidak tepat)
4. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian
buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi
label. (tidak paralel)
5. Kepada setiap pengemudi mobil harus
memiliki surat izin mengemudi. (tidak padu)
6. Dalam pembangunan sangat berkaitan