SlideShare a Scribd company logo
1 of 83
R. MEKAR ISMAYANI, M.PD.
IKIP SILIWANGI BANDUNG
1. Pertemuan (16 kali)
a. Tatap Muka : 14
b. UTS : 1
c. UAS : 1
2. Buku Sumber : Miftahul Khairah dan Sakura
Ridwan
Judul Buku : Sintaksis Memahami Satuan
Kalimat Prespektif Fungsi
3. Tugas : Individu dan Kelompok
4. Kuis : Individu
5. Penilaian
a. Akhlaq: bersikap, bertutur,
berpakaian
b. Kehadiran : 25%
c. Tugas : 10%
d. Proses : 15%
d. UTS : 25%
e. UAS : 25%
Uraian Materi Per Pertemuan
(SILABUS)
1. Pendahuluan
a. Tujuan dan manfaat mempelajari sintaksis
b. Konsep dasar sintaksis
c. Rencana Perkuliahan
2. Frasa
3. Klasifikasi Frasa
4. Klausa
5. Klasifikasi Klausa
6. Analisis Klausa
6. Hubungan Antar Klausa
7. Kalimat
8. UTS
9. Ciri-ciri Unsur Kalimat
10. Klasifikasi Kalimat
11. Lanjutan Klasifikasi Kalimat
12. Pola Kalimat
13. Analisis Kalimat
14. Kalimat Efektif
15. Review Materi
16. UAS
1. Tujuan dan Manfaat
Mempelajari Sintaksis
2. Konsep Dasar Sintaksis
Tujuan
1. Sintaksis merupakan dasar untuk
kemahirwacanaan
2. Merupakan mata kuliah prasyarat mata
kuliah kebahasaan lainnya di Prodi PB
Indonesia
3. Menemukan aturan umum dalam sebuah
bahasa
4. Memiliki kompetensi ilmu kalimat sebagai
ilmu wajib yang harus dikuasai seorang
calon guru bahasa Indonesia
MANFAAT
1. Mengetahui dan memahami ilmu kalimat
mulai dari kata, frasa, klausa, dan kalimat
2. Mengetahui keberterimaan sebuah
kalimat
L
I
N
G
U
I
S
T
I
K
semantik
sintaksis
morfologi
fonologi
Tata bahasa
(gramatika)
Bukan
gramatika
Bukan
gramatika
FONOLOGI
TATARAN
LINGUISTIK
WACANA
SINTAKSIS
MORFOLOGI
SEMANTIK
FON
FONEM
MORFEM
KATA
KALIMAT
KLAUSA
FRASA
MAKNA
Kata Frasa Klausa Kalimat
 Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa
Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan tattein
yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi
istilah sintaksis yaitu: menempatkan bersama-sama
pada kata-kata menjadi kelompok kata (kalimat).
 Ramlan (1976:57) menyebutkan bahawa sintaksis
adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan
struktur frasa dan kalimat.
 Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis
adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar
kalimat dalam tuturan.
 Arifin dan Junaiyah (2008:1) bahwa sintaksis
membicarakan hubungan antarkata dalam
tuturan.
 Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik yang
mempelajari pengaturan dan hubungan
antara kata dan kata, atau antara kata dan
satuan – satuan yang lebih besar, atau antar
satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
FRASA
 Penertian Frasa
 Sifat Frasa
 Ciri-ciri Frasa
 Perbedaan Frasa dengan Kata Majemuk
 Klasifikasi Frasa
 Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak
melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan,
2001:139).
Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak
melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka
masih bisa disebut frasa.
 Menurut Abdul Chaer (2009:39) frasa dibentuk dari
dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu
fungsi sintaksis.
 Menurut Zaenal Arifin (2008:18) Frasa
adalah satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
 Dari definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa frasa merupakan satu
kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas
dua kata atau lebih yang sifatnya
nonpredikatif tetapi dapat menduduki
unsur S, P, O, Pel, atau Ket
1. Merupakan satuan gramatik yang terdiri
atas dua kata atau lebih.
2. Merupakan satuan yang tidak melebihi
batas fungsi unsur klausa. Frasa selalu
terdapat dalam satu unsur klausa, yaitu
bisa terletak di S, P, O, Pel, atau Ket.
Satuan yang mengandung arti baik arti
leksikal maupun gramatikal
Arti leksikal adalah makna yang
terkandung dalam kata
Arti gramatikal adalah makna yang timbul
sebagai akibat peristiwa gramatik
1. Terdiri dari dua kata atau lebih
2. Belum melampaui batas fungsi (S,P,O,
Pel,K)
3. Belum memenuhi syarat sebagai klausa
4. Lebih kecil daripada klausa
5. Dapat dipertukarkan letaknya sejauh
tidak mengubah arti kalimat semula
6. Dapat disisipi kata “yang”
1. kata + kata (sedang + mandi)
2. kata + frasa (yang + akan datang)
3. frasa + frasa (baju baru + anak itu)
4. kata + klitika (buku + nya)
Tidak membentuk
makna baru
Dapat disisipi unsur
lain
FRASA
Membentuk makna
baru
Tidak dapat disisipi
unsur lain
Gabungan kata itu
tidak dapat
dipisahkan, diganti,
dipertukarkan,
diimbuhkan kecuali
sekaligus
KATA
MAJEMUK
1. Berdasarkan persamaan distribusi unsur-
unsurnya
2. Berdasarkan inti kata
3. Berdasarkan distribusi kelas kata
1. Frasa Endosentris
Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan
unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah
satu dari unsurnya.
2. Frasa Eksosentris
Frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi
sama dengan frasanya.
Frasa Endosentris
Koordinatif
Atributif
Apositif
Frasa endosentris
koordnatif
Frasa yang unsur-unsurnya setara, dapat
dihubungkan dengan kata “dan, atau”
suami istri, kakek nenek, adik
kakak, dsb.
Frasa endosentris
atributif
Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara
sehingga tak dapat disisipkan oleh kata
penghubung “dan, atau”.
Buku baru, sedang belajar,
belum bekerja
Frasa Endosentris
Apositif
Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata
“dan,atau”.
1. Amin, anak Pak Darto sedang belajar.
2. Anak Pak Darto sedang membaca.
3. Amin sedang membaca.
Frasa
Eksosentris
direktif
nondirektif
Frasa Eksosentris
Direktif
(Frasa Preposisional)
Umumnya berfungsi sebagai keterangan.
1. Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada
dinding
2. Asal arah, seperti : dari kampung, dari
sekolah
3. Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas,
(kue) dari tepung beras
4. Tujuan arah, seperti : ke Lampung
5. Menunjukan peralihan, seperti : kepada
saya, (percaya) kepada Tuhan
6. Perihal, seperti : tentang ekonomi,
(terkenang) akan kebaikannya
7. Tujuan, seperti : untukmu, buatku
8. Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab,
gara-gara kamu
9. Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu
Frasa Eksosentris Nondirektif
(Frasa Articula/Kata Sandang)
1.Aku bertanya kepada (si) terdakwa.
2.(Sang) kekasih rupanya sudah pergi.
1. Frasa Nominal (Frasa Benda)
2. Frasa Verbal (Frasa Kerja)
3. Frasa Ajektival (Frasa Sifat)
4. Frasa Pronominal (Frasa Ganti)
5. Frasa Numeral (Frasa Bilangan)
6. Frasa Preposisional/Adverbial (Frasa
Depan)
Frasa Nominal
• Baju baru
• Gadis cantik
• Ayah ibu
• Gedung sekolah
• Kapal laut
• Cincin emas
• Perusahaan batik
• Dua orang petani
• Koran kemarin pagi
• Beras dari cianjur
• Telur tiga butir
• Si Ahmad
• Sang Pangeran
Frasa Verbal
 sedang mandi
 akan datang
 tidak berangkat
 tertawa keras
 belajar berjalan
Frasa Preposisional
ke depan
dari pasar
untuk mama
kepada bawahan
di sekolah
 Cantik sekali
 Sungguh elok
 Amat pandai
 Terlalu besar
 Masih malu-malu
Frasa Adjektival
 Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti
kata sama dengan pengelompokan atas
kelas katanya.
 Perbedaannya hanya dilihat dari ada tidak
unsur inti di dalam frasa tersebut.
 Frasa yang memiliki inti, dikelompokkan ke
dalam endosentrik, sementara yang tidak
memiliki inti dikelompokkan ke dalam
eksosentrik.
Frasa Idiomatik
Frasa yang berbentuk ungkapan
Contoh :
Bergaul dengannya cukup makan hati.
Amir tangan kanan direktur perusahaan.
Pengertian Klausa
Ciri-Ciri Klausa
Jenis-Jenis Klausa
Hubungan antar Klausa Koordinatif dan
Subordinatif
 Kridalaksana, klausa merupakan satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata,
minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.
 Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik
yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K).
 Hasan Alwi, klausa merupakan satuan
sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih
dan mengandung unsur predikasi.
 Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
 Satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang mengandung unsur predikasi atau
tersusun atas predikator dan argumen, belum
disertai oleh intonasi akhir pada ragam lisan atau
tanda baca (tanda titik, tanda seru, tanda tanya)
pada ragam tulisan (Miftahul Khairah dan Sakura
Ridwan).
Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas predikat baik diikuti oleh subjek,
objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan
merupakan bagian dari penanda klausa.
Penanda klausa adalah P.
a. Merupakan kelompok kata
b. Memiliki unsur predikat
c. Satu klausa memiliki satu predikat
d. Di dalam klausa mungkin terdapat frasa,
tetapi di dalam frasa tidak mengandung
klausa
e. Berpotensi menjadi sebuah kalimat
f. Sekurang-kurangnya mengandung satu
subjek
1. Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K)
2. Unsur Kategorial Klausa
3. Unsur Peran Klausa
Unsur kategorial adalah jenis/kelas kata yang
menjadi inti frasa. Kategori frasa menduduki masing-
masing unsur fungsional klausa.
Unsur peran merupakan salah satu pengisi unsur
fungsional.Unsur peran ini berkaitan dengan makna
gramatikal/sintaksis.
(pelaku, perbuatan, sasaran, tujuan/tempat)
Klasifikasi
Klausa
berdasarkan
struktur intern
klausa lengkap
klausa tidak lengkap
berdasarkan ada
tidaknya unsur
negasi
klausa positif
klausa negatif
berdasarkan kategori
yang menduduki
fungsi P
klausa nominal
klausa verbal
klausa adjektival
klausa numeral
klausa preposisional
klausa pronominal
berdasarkan potensinya
untuk menjadi kalimat
klausa bebas
klausa terikat
berdasarkan kriteria
tatarannya dalam
kalimat
klausa atasan
klausa bawahan
1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya
a. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya
hadir klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan
S dan P.
b. Klausa tidak lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua
unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir
hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang
lain dihilangkan.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi
a. Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan
tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
contoh :
Paman berlibur ke Bali
b. Klausa negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya
unsur negasi yang menegatifkan P.
contoh:
Paman tidak berlibur ke Bali
Unsur Negasi (tidak, bukan, tak)
3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki
fungsi P
a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa
Nomina.
Contoh:
Dia seorang dokter
b. Klausa verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa verbal.
Contoh:
Dia sedang membantu para korban banjir
c. Klausa adjektival
Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa adjektival.
Contoh:
1) Adiknya sangat gemuk
2) Hotel itu sudah tua
d. Klausa Numeral
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori numeralia. Contoh; mahasiswanya sembilan
orang
e. Klausa preposisional
Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja
f. Klausa Pronominal
Klausa pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk pronomina. Contoh:
1) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah
2) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya
saya
4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat
a. Klausa bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki
potensi untuk menjadi kalimat mayor
b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki
potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor
a. Kalusa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari
klausa yang lain
Contoh:
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Pada contoh di atas, yang merupakan klausa atasan yaitu:
“Kami sedang belajar”
b. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau
menjadi unsur dari klausa
Contoh :
Pada kalimat poin a, klausa bawahan yaitu: “ketika paman
datang.”
a. Makna Unsur Pengisi P
1) Menyatakan makna “Perbuatan/tindakan”
2) Menyatakan makna “Keadaan”
3) Menyatakan makna “Keberadaan”
4) Menyatakan makna “pengenal/identitas”
5) Menyatakan makna “jumlah”
6) Menyatakan makna “perolehan”
7) Menyatakan makna “Proses”
8) Menyatakan makna “Kejadian”
9) Menyatakan makna “Pemilikan”
10) Menyatakan makna “Kuantitas”
b. Makna Unsur Pengisi S
1. Menyatakan makna "pelaku"
2. Menyatakan makna "alat"
3. Menyatakan makna "sebab"
4. Menyatakan makna "penderita"
5. Menyatakan makna "hasil"
6. Menyatakan makna "tempat"
7. Menyatakan makna "penerima”
8. Menyatakan makna "pengalaman"
9. Menyatakan makna "dikenal"
10. Menyatakan makna "terjumlah“
11. Menyatakan makna “Sasaran”
12. Menyatakan makna “Penanggap”
13. Menyatakan makna “Pengguna”
14. Menyatakan makna “Penyerta”
15. Menyatakan makna “Sumber”
16. Menyatakan makna “Jangkauan”
17. Menyatakan makna “Ukuran”
c. Makna Unsur Pengisi O
1. Menyatakan makna "penderita"
2. Menyatakan makna "penerima"
3. Menyatakan makna “tempat”
4. Menyatakan makna "alat"
5. Menyatakan makna "hasil"
e. Makna Unsur Pengisi PEL
1. Menyatakan makna "penderita".
2. Menyatakan makna "alat".
f. Makna Unsur Pengisi KET
1. Menyatakan makna "tempat"
2. Menyatakan makna "waktu"
3. Menyatakan makna "cara”
4. Menyatakan makna "peserta/penyerta"
5. Menyatakan makna "alat (dengan)"
6. Menyatakan makna "sebab"
7. Menyatakan makna "pelaku"
8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas"
9. Menyatakan makna "perbandingan"
10. Menyatakan makna "perkecualian“
11. Menyatakan makna “tujuan/penerima (ke)”
12. Menyatakan makna “kesalingan”
13. Menyatakan makna “syarat (jika, seandainya)”
14. Menyatakan makna “perwatasan (tentang)”
15. Menyatakan makna “perlawanan”
16. Menyatakan makna “kualitas (bagus, jelek, baik,
terang, redup, dsb)”
18. Menyatakan makana “modalitas”
1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara)
Contoh:
Diana membaca komik dan adik menggambar pemandangan.
2. Hubungan Subordinatif (Kalimat majemuk bertingkat)
Contoh:
Martini membelikan adik mainan baru ketika adik berulang tahun.
S P O Pel S P
Catatan:
untuk mengetahui hubungan antarklausa, lihat konjungsi yang digunakan
pada klausa tersebut, jika yang digunakan konjungsi kalimat majemuk setara
maka hubungan klausa tersebut bersifat koordinatif. Apabila konjungsi yang
digunakan yaitu konjungsi kalimat majemuk bertingkat, maka hubungan
antarklausa bersifat subordinatif.
 Pengertian Kalimat
 Ciri-ciri Kalimat
 Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat)
 Ciri-ciri Unsur Kalimat
 Klasifikasi Kalimat
 Pola Kalimat
 Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran
 Kalimat Efektif
Menurut Abdul Chaer (2009:44) kalimat
adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi
final.
Satuan gramatikal yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada
akhir naik atau turun (Ida Bagus
Putrayasa, 2010:20).
Satuan kumpulan kata-kata yang terkecil
dan mengandung pikiran lengkap (Sutan
Takdir Alisyahbana (1993:72).
Menurut Zaenal Arifin (2008:54) kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai intonasi final
(kalimat lisan), dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa.
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri
kalimat sebagai berikut.
1) Dalam bahasa lisan diawali dengan
kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan.
2) Dalam bahasa tulis diawali dengan hurup
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
tanya, atau tanda seru.
3) Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat.
CIRI - CIRI KALIMAT
Kesenyapan awal berupa huruf kapital
Kesenyapan tengah berupa tanda koma
(,), tanda titik koma ( ;), tanda titik dua (:)
Kesenyapan akhir yang berupa intonasi
final, yaitu intonasi berita (.), tanya (?),
intonasi perintah (!), dan intonasi kagum.
1. Subjek (S)
2. Predikat(P)
3. Objek (O)
4. Pelengkap (Pel)
5. Keterangan (K)
JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS
(UNSUR-UNSUR KALIMAT)
1. Subjek
a. S selalu mendahului P
b. Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
c. Berupa kata benda, frase bendaan, kata ganti
d. Disertai kata itu, ini, dan tersebut
e. Didahului kata bahwa
f. Tidak didahului preposisi
g. Mempunyai keterangan pewatas yang
h. Batas antara S dan P dapat diberi kata pemisah
adalah, jadi, menjadi, atau merupakan.
2. Predikat
a. Predikat merupakan jawaban atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana.
b. Secara morfologis P sering ditandai
prefiks me-, di-, dan ber-.
c. Predikat disertai kata adalah, menjadi,
jadi, atau merupakan
d. Predikat dapat diingkari
e. Predikat dapat disertai kata keterangan
aspek
f. Predikat dapat disertai kata keterangan
modalitas
g. Predikat dapat didahului kata yang
h. Predikat dapat berupa:
1) kata benda/frase nominal(profesi/jabatan/pekerjaan),
2) kata kerja / frase verbal,
3) kata sifat / frase adjektival,
4) kata bilangan / frase numeral,
5) kata depan / frase preposisional.
i. Fungsi predikat menyatakan pernyataan,
perintah, atau pertanyaan.
3. Objek
Objek, adalah konstituen kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh predikat yang
berupa verba transitif pada kalimat aktif.
Contoh:
Adi mengunjungi. (Membutuhkan kehadiran O)
Ayah memakan. (Membutuhkan kehadiran O)
Adi mengunjungi Pak Rustam.
Ayah memakan mangga.
Adi berkunjung. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
Ayah makan. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
4. Pelengkap
Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada
perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu:
NO OBJEK PELENGKAP
1 Berwujud nomina atau klausa.
Contoh:
Ia mempelajari matematika.
Berwujud nomina, verba,
adjektiva, frasa, preposisi, atau
klausa.
Contoh:
Ia belajar matematika.
2 Berada langsung di belakang
predikat.
Contoh:
Ia membaca sebuah cerita.
Berada langsung di belakang P
jika tak ada O dan di belakang O
jika ada O.
Contoh:
Ia menjadi tentara.
Ia membacakan adik sebuah
cerita.
NO OBJEK PELENGKAP
3 Dapat menjadi S akibat
pemasifan.
Contoh:
Ayah memakan roti.
Roti dimakan ayah
Tidak dapat menjadi S akibat
pemasifan.
Contoh:
Adik belajar matematika.
Matematika diajar adik.
4 Dapat diganti dengan pronomina
–nya.
Contoh:
Ibu menjual baju.
Ibu menjualnya.
Tidak dapat diganti dengan –
nya, kecuali kombinasi
preposisi selain di, ke, dari,
dan akan.
Contoh:
Ibu berjualan baju.
Ibu berjualannya.
Adik bercerita tentang hal itu.
Adik bercerita tentangnya.
5. Keterangan
Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang
paling beragam dan paling mudah berpindah
letaknya.
Fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat
suka rela atau tidak wajib.
Contoh :
• Dia memotong rambutnya di kamar.
• Di kamar, dia memotong rambutnya.
• Dia di kamar memotong rambutnya.
Kalimat
Susunan
S-P-nya
Normal
Inversi
Kelengkapan
unsurnya
Mayor
Minor
Maksud
penuturnya
Deklaratif
Interogatif
Imperatif
Eksklamatif
Jumlah
klausa
Tunggal
Majemuk
Proporsinya
Sederhana
Luas
Kategori Pengisi
P-nya
Nominal Verbal
Aktif
Transitif
Intransitif
pasif
KLASIFIKASI KALIMAT
Pola kalimat dasar adalah:
S - P : Suara Tia merdu.
Adikku menangis.
Struktur kalimat dasar
1. KB + KB
2. KB + KK
3. KB + KS
4. KB + K Bilangan
5. KB + K Depan
Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di
antaranya:
P – S : Habis sudah harapannya.
S - P - O : Badai Tsunami mengguncang
Asia.
S - P - K : Kereta Bima sudah bersiap di
Jalur 4.
S - P - O - Pel : Kus memberi adik sebuah
boneka DORA.
Fungsi
Tipe
Subyek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
1. S-P Orang itu sedang tidur - - -
Saya mahasiswa - - -
2. S-P-O Ayahnya membeli mobil baru - -
Rani mendapat hadiah - -
3. S-P-Pel Beliau menjadi - ketua koperasi -
Pancasila merupakan - dasar negara kita -
4. S-P-Ket Kami tinggal - - di Jakarta
Kecelakaan itu terjadi - - minggu lalu
5. S-P-O-Pel Dia mengirimi ibunya uang -
Dian mengambilkan adiknya air minum -
6. S-P-O-Ket Pak Raden memasukkan uang - ke bank
Beliau memperlakukan kami - dengan baik
 Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan
tetapi tidak semua kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar.
 Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa
segi:
1. kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni
2. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang
diperluas dengan berbagai keterangan
3. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang
berubah susunannya
S dan P merupakan inti dalam sebuah
kalimat.
Kalimat inti adalah kalimat yang di
dalamnya mengandung inti kalimat yaitu S
dan P.
Kalimat inti sering disebut kalimat
sederhana
Kalimat luas adalah kalimat yang dibangun
atas beberapa unsur inti (mengandung
unsur inti (S dan P) dan unsur tambahan
(O, Pel, K)).
FUNGSI S P O Pel K
KATEGORI N V N N F Adverbia
PERAN Pelaku Pekerjaan Sasaran
Tempat/ Waktu/
Keadaan/ Sifat
CONTOH Paman membelikan Rianti buku kemarin sore
 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat
sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar
/pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010:172).
 Menurut Kreaf (1980:36), kalimat efektif adalah
kalimat yang memenuhi dua syarat sebagai berikut.
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya
dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan pembicara atau penulis.
 Menurut Razak (1985:2), kalimat dikatakan
efektif bila mampu membuat proses penyampaian
dan penerimaan itu berlangsung dengan
sempurna, mampu membuat isi atau maksud yang
disampaikannya itu tergambar lengkap dalam
pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa
yang disampaikan oleh pembicara (penulis).
 Menurut Arifin (1987:111), kalimat efektif adalah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau penulis.
Syarat Kalimat Efektif
Kesepadanan/
Kesatuan struktur
Keparalelan
bentuk
Ketegasan
makna
(penekanan)
Kehematan
kata
Kecermatan
penalaran
(Kecermatan)
Kepaduan
gagasan
(koherensi)
Kelogisan
bahasa
1
Keseimbangan antara
pikiran dan struktur
bahasa
Cirinya:
a) Memiliki subjek dan predikat yang jelas
b) Tidak terdapat subjek ganda
c) Menggunakan kata penghubung yang tepat
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”
2
Kesamaan bentuk yang
digunakan dalam kalimat
Kesepadanan struktur
Keparalelan bentuk
3
Perlakuan penonjolan
pada pokok ide kalimat
Ketegasan makna
Caranya:
a) Meletakkan kata yang menonjol di depan kalimat
b) Membuat urutan kata yang bertahap
c) Melakukan pengulangan kata
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
e) Menggunakan partikel penekanan
4
Tidak menggunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang tidak perlu
Caranya:
a) Menghilangkan pengulangan subjek
b) Menghilangkan pemakaian subordinat pada hiponimi kata
c) Menghilangkan kesinoniman dalam kalimat
d) Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak
Kehematan kata
5 Tidak menimbulkan tafsiran ganda
Kecermatan penalaran
6
Memberikan pernyataan padu,
sehinga informasi tidak terpecah
Kepaduan gagasan
Cirinya:
a) Tidak bertele-tele
b) Menggunakan aspek+agen+verba secara tertib
c) Tidak menyisipkan kata “daripada” atau “tentang” antara
predikat dan objek
7
Ide kalimat dapat diterima oleh akal
dan sesuai ejaan yang berlaku
Kelogisan bahasa
1. Saya melihatnya dengan mata kepala saya
sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari
dari pagi sampai sore. (tidak hemat)
2. Kambing sangat senang bermain hujan. (tidak
logis)
3. Karyawan teladan itu memang tekun bekerja
dari pagi sehingga petang. (tidak tepat)
4. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian
buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi
label. (tidak paralel)
5. Kepada setiap pengemudi mobil harus
memiliki surat izin mengemudi. (tidak padu)
6. Dalam pembangunan sangat berkaitan

More Related Content

Similar to SINTAKSIS.pptx

Materi ajar bahasa Indonesia
Materi ajar bahasa IndonesiaMateri ajar bahasa Indonesia
Materi ajar bahasa IndonesiaPenulis
 
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdf
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdfFrasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdf
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdfZukét Printing
 
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.doc
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.docFrasa dan Ciri-Ciri Frasa.doc
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.docZukét Printing
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaNur Widya
 
Pengertian Kata dalam Bahasa Indonesia
Pengertian Kata dalam Bahasa IndonesiaPengertian Kata dalam Bahasa Indonesia
Pengertian Kata dalam Bahasa IndonesiaSiti Hardiyanti
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiahtaufiq99
 
Bab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biBab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biNurul Qamar
 
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesiaJenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesiastikesby kebidanan
 
VEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docx
VEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docxVEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docx
VEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docxVm1988
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxImyLasama
 
Kaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesiaKaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesiasahabatmuslim
 
PPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.ppt
PPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.pptPPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.ppt
PPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.pptRianViki
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAHMAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAHSharon Alfa Marlina
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaChoirul Abidin
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaChoirul Abidin
 

Similar to SINTAKSIS.pptx (20)

Materi ajar bahasa Indonesia
Materi ajar bahasa IndonesiaMateri ajar bahasa Indonesia
Materi ajar bahasa Indonesia
 
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdf
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdfFrasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdf
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.pdf
 
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.doc
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.docFrasa dan Ciri-Ciri Frasa.doc
Frasa dan Ciri-Ciri Frasa.doc
 
Sintaksis rasta
Sintaksis rastaSintaksis rasta
Sintaksis rasta
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Frasa 2010
Frasa 2010 Frasa 2010
Frasa 2010
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Frasa adjektiva Kelas X SMA
Frasa adjektiva Kelas X SMAFrasa adjektiva Kelas X SMA
Frasa adjektiva Kelas X SMA
 
Pengertian Kata dalam Bahasa Indonesia
Pengertian Kata dalam Bahasa IndonesiaPengertian Kata dalam Bahasa Indonesia
Pengertian Kata dalam Bahasa Indonesia
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiah
 
Bab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biBab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan bi
 
Frasa ajektif
Frasa ajektifFrasa ajektif
Frasa ajektif
 
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesiaJenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
 
VEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docx
VEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docxVEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docx
VEBRI .M KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANNYA.docx
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
 
Kaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesiaKaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesia
 
PPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.ppt
PPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.pptPPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.ppt
PPT TATABAHASA BI S-2 - Copy.ppt
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAHMAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

SINTAKSIS.pptx

  • 1. R. MEKAR ISMAYANI, M.PD. IKIP SILIWANGI BANDUNG
  • 2. 1. Pertemuan (16 kali) a. Tatap Muka : 14 b. UTS : 1 c. UAS : 1 2. Buku Sumber : Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan Judul Buku : Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Prespektif Fungsi 3. Tugas : Individu dan Kelompok 4. Kuis : Individu
  • 3. 5. Penilaian a. Akhlaq: bersikap, bertutur, berpakaian b. Kehadiran : 25% c. Tugas : 10% d. Proses : 15% d. UTS : 25% e. UAS : 25%
  • 4. Uraian Materi Per Pertemuan (SILABUS) 1. Pendahuluan a. Tujuan dan manfaat mempelajari sintaksis b. Konsep dasar sintaksis c. Rencana Perkuliahan 2. Frasa 3. Klasifikasi Frasa 4. Klausa 5. Klasifikasi Klausa 6. Analisis Klausa 6. Hubungan Antar Klausa 7. Kalimat
  • 5. 8. UTS 9. Ciri-ciri Unsur Kalimat 10. Klasifikasi Kalimat 11. Lanjutan Klasifikasi Kalimat 12. Pola Kalimat 13. Analisis Kalimat 14. Kalimat Efektif 15. Review Materi 16. UAS
  • 6. 1. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sintaksis 2. Konsep Dasar Sintaksis
  • 7. Tujuan 1. Sintaksis merupakan dasar untuk kemahirwacanaan 2. Merupakan mata kuliah prasyarat mata kuliah kebahasaan lainnya di Prodi PB Indonesia 3. Menemukan aturan umum dalam sebuah bahasa 4. Memiliki kompetensi ilmu kalimat sebagai ilmu wajib yang harus dikuasai seorang calon guru bahasa Indonesia
  • 8. MANFAAT 1. Mengetahui dan memahami ilmu kalimat mulai dari kata, frasa, klausa, dan kalimat 2. Mengetahui keberterimaan sebuah kalimat
  • 11. Kata Frasa Klausa Kalimat
  • 12.  Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi istilah sintaksis yaitu: menempatkan bersama-sama pada kata-kata menjadi kelompok kata (kalimat).  Ramlan (1976:57) menyebutkan bahawa sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.  Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.
  • 13.  Arifin dan Junaiyah (2008:1) bahwa sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.  Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata dan satuan – satuan yang lebih besar, atau antar satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
  • 14. FRASA  Penertian Frasa  Sifat Frasa  Ciri-ciri Frasa  Perbedaan Frasa dengan Kata Majemuk  Klasifikasi Frasa
  • 15.  Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.  Menurut Abdul Chaer (2009:39) frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis.
  • 16.  Menurut Zaenal Arifin (2008:18) Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif  Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa merupakan satu kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang sifatnya nonpredikatif tetapi dapat menduduki unsur S, P, O, Pel, atau Ket
  • 17. 1. Merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih. 2. Merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Frasa selalu terdapat dalam satu unsur klausa, yaitu bisa terletak di S, P, O, Pel, atau Ket.
  • 18. Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal maupun gramatikal Arti leksikal adalah makna yang terkandung dalam kata Arti gramatikal adalah makna yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik
  • 19. 1. Terdiri dari dua kata atau lebih 2. Belum melampaui batas fungsi (S,P,O, Pel,K) 3. Belum memenuhi syarat sebagai klausa 4. Lebih kecil daripada klausa 5. Dapat dipertukarkan letaknya sejauh tidak mengubah arti kalimat semula 6. Dapat disisipi kata “yang”
  • 20. 1. kata + kata (sedang + mandi) 2. kata + frasa (yang + akan datang) 3. frasa + frasa (baju baru + anak itu) 4. kata + klitika (buku + nya)
  • 21. Tidak membentuk makna baru Dapat disisipi unsur lain FRASA Membentuk makna baru Tidak dapat disisipi unsur lain Gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan, diganti, dipertukarkan, diimbuhkan kecuali sekaligus KATA MAJEMUK
  • 22. 1. Berdasarkan persamaan distribusi unsur- unsurnya 2. Berdasarkan inti kata 3. Berdasarkan distribusi kelas kata
  • 23. 1. Frasa Endosentris Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. 2. Frasa Eksosentris Frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi sama dengan frasanya.
  • 25. Frasa endosentris koordnatif Frasa yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata “dan, atau” suami istri, kakek nenek, adik kakak, dsb.
  • 26. Frasa endosentris atributif Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan oleh kata penghubung “dan, atau”. Buku baru, sedang belajar, belum bekerja
  • 27. Frasa Endosentris Apositif Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata “dan,atau”. 1. Amin, anak Pak Darto sedang belajar. 2. Anak Pak Darto sedang membaca. 3. Amin sedang membaca.
  • 29. Frasa Eksosentris Direktif (Frasa Preposisional) Umumnya berfungsi sebagai keterangan. 1. Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada dinding 2. Asal arah, seperti : dari kampung, dari sekolah 3. Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras 4. Tujuan arah, seperti : ke Lampung 5. Menunjukan peralihan, seperti : kepada saya, (percaya) kepada Tuhan 6. Perihal, seperti : tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya 7. Tujuan, seperti : untukmu, buatku 8. Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab, gara-gara kamu 9. Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu
  • 30. Frasa Eksosentris Nondirektif (Frasa Articula/Kata Sandang) 1.Aku bertanya kepada (si) terdakwa. 2.(Sang) kekasih rupanya sudah pergi.
  • 31. 1. Frasa Nominal (Frasa Benda) 2. Frasa Verbal (Frasa Kerja) 3. Frasa Ajektival (Frasa Sifat) 4. Frasa Pronominal (Frasa Ganti) 5. Frasa Numeral (Frasa Bilangan) 6. Frasa Preposisional/Adverbial (Frasa Depan)
  • 32. Frasa Nominal • Baju baru • Gadis cantik • Ayah ibu • Gedung sekolah • Kapal laut • Cincin emas • Perusahaan batik • Dua orang petani • Koran kemarin pagi • Beras dari cianjur • Telur tiga butir • Si Ahmad • Sang Pangeran
  • 33. Frasa Verbal  sedang mandi  akan datang  tidak berangkat  tertawa keras  belajar berjalan
  • 34. Frasa Preposisional ke depan dari pasar untuk mama kepada bawahan di sekolah
  • 35.  Cantik sekali  Sungguh elok  Amat pandai  Terlalu besar  Masih malu-malu Frasa Adjektival
  • 36.  Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti kata sama dengan pengelompokan atas kelas katanya.  Perbedaannya hanya dilihat dari ada tidak unsur inti di dalam frasa tersebut.  Frasa yang memiliki inti, dikelompokkan ke dalam endosentrik, sementara yang tidak memiliki inti dikelompokkan ke dalam eksosentrik.
  • 37. Frasa Idiomatik Frasa yang berbentuk ungkapan Contoh : Bergaul dengannya cukup makan hati. Amir tangan kanan direktur perusahaan.
  • 38. Pengertian Klausa Ciri-Ciri Klausa Jenis-Jenis Klausa Hubungan antar Klausa Koordinatif dan Subordinatif
  • 39.  Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.  Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K).  Hasan Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.
  • 40.  Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang- kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.  Satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi atau tersusun atas predikator dan argumen, belum disertai oleh intonasi akhir pada ragam lisan atau tanda baca (tanda titik, tanda seru, tanda tanya) pada ragam tulisan (Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan).
  • 41. Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari penanda klausa. Penanda klausa adalah P.
  • 42. a. Merupakan kelompok kata b. Memiliki unsur predikat c. Satu klausa memiliki satu predikat d. Di dalam klausa mungkin terdapat frasa, tetapi di dalam frasa tidak mengandung klausa e. Berpotensi menjadi sebuah kalimat f. Sekurang-kurangnya mengandung satu subjek
  • 43. 1. Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K) 2. Unsur Kategorial Klausa 3. Unsur Peran Klausa Unsur kategorial adalah jenis/kelas kata yang menjadi inti frasa. Kategori frasa menduduki masing- masing unsur fungsional klausa. Unsur peran merupakan salah satu pengisi unsur fungsional.Unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. (pelaku, perbuatan, sasaran, tujuan/tempat)
  • 44. Klasifikasi Klausa berdasarkan struktur intern klausa lengkap klausa tidak lengkap berdasarkan ada tidaknya unsur negasi klausa positif klausa negatif berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P klausa nominal klausa verbal klausa adjektival klausa numeral klausa preposisional klausa pronominal berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat klausa bebas klausa terikat berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat klausa atasan klausa bawahan
  • 45. 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya a. Klausa Lengkap Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P. b. Klausa tidak lengkap Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
  • 46. 2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi a. Klausa positif Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh : Paman berlibur ke Bali b. Klausa negatif Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh: Paman tidak berlibur ke Bali Unsur Negasi (tidak, bukan, tak)
  • 47. 3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P a. Klausa Nominal Klausa nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa Nomina. Contoh: Dia seorang dokter b. Klausa verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verbal. Contoh: Dia sedang membantu para korban banjir c. Klausa adjektival Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektival. Contoh: 1) Adiknya sangat gemuk 2) Hotel itu sudah tua
  • 48. d. Klausa Numeral Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh; mahasiswanya sembilan orang e. Klausa preposisional Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja f. Klausa Pronominal Klausa pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk pronomina. Contoh: 1) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah 2) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya
  • 49. 4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat a. Klausa bebas Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor b. Klausa terikat Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor
  • 50. a. Kalusa Atasan Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari klausa yang lain Contoh: Ketika paman datang, kami sedang belajar. Pada contoh di atas, yang merupakan klausa atasan yaitu: “Kami sedang belajar” b. Klausa Bawahan Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa Contoh : Pada kalimat poin a, klausa bawahan yaitu: “ketika paman datang.”
  • 51. a. Makna Unsur Pengisi P 1) Menyatakan makna “Perbuatan/tindakan” 2) Menyatakan makna “Keadaan” 3) Menyatakan makna “Keberadaan” 4) Menyatakan makna “pengenal/identitas” 5) Menyatakan makna “jumlah” 6) Menyatakan makna “perolehan” 7) Menyatakan makna “Proses” 8) Menyatakan makna “Kejadian” 9) Menyatakan makna “Pemilikan” 10) Menyatakan makna “Kuantitas”
  • 52. b. Makna Unsur Pengisi S 1. Menyatakan makna "pelaku" 2. Menyatakan makna "alat" 3. Menyatakan makna "sebab" 4. Menyatakan makna "penderita" 5. Menyatakan makna "hasil" 6. Menyatakan makna "tempat" 7. Menyatakan makna "penerima” 8. Menyatakan makna "pengalaman" 9. Menyatakan makna "dikenal" 10. Menyatakan makna "terjumlah“ 11. Menyatakan makna “Sasaran” 12. Menyatakan makna “Penanggap” 13. Menyatakan makna “Pengguna” 14. Menyatakan makna “Penyerta” 15. Menyatakan makna “Sumber” 16. Menyatakan makna “Jangkauan” 17. Menyatakan makna “Ukuran”
  • 53. c. Makna Unsur Pengisi O 1. Menyatakan makna "penderita" 2. Menyatakan makna "penerima" 3. Menyatakan makna “tempat” 4. Menyatakan makna "alat" 5. Menyatakan makna "hasil"
  • 54. e. Makna Unsur Pengisi PEL 1. Menyatakan makna "penderita". 2. Menyatakan makna "alat". f. Makna Unsur Pengisi KET 1. Menyatakan makna "tempat" 2. Menyatakan makna "waktu" 3. Menyatakan makna "cara” 4. Menyatakan makna "peserta/penyerta" 5. Menyatakan makna "alat (dengan)"
  • 55. 6. Menyatakan makna "sebab" 7. Menyatakan makna "pelaku" 8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas" 9. Menyatakan makna "perbandingan" 10. Menyatakan makna "perkecualian“ 11. Menyatakan makna “tujuan/penerima (ke)” 12. Menyatakan makna “kesalingan” 13. Menyatakan makna “syarat (jika, seandainya)” 14. Menyatakan makna “perwatasan (tentang)” 15. Menyatakan makna “perlawanan” 16. Menyatakan makna “kualitas (bagus, jelek, baik, terang, redup, dsb)” 18. Menyatakan makana “modalitas”
  • 56. 1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara) Contoh: Diana membaca komik dan adik menggambar pemandangan. 2. Hubungan Subordinatif (Kalimat majemuk bertingkat) Contoh: Martini membelikan adik mainan baru ketika adik berulang tahun. S P O Pel S P Catatan: untuk mengetahui hubungan antarklausa, lihat konjungsi yang digunakan pada klausa tersebut, jika yang digunakan konjungsi kalimat majemuk setara maka hubungan klausa tersebut bersifat koordinatif. Apabila konjungsi yang digunakan yaitu konjungsi kalimat majemuk bertingkat, maka hubungan antarklausa bersifat subordinatif.
  • 57.  Pengertian Kalimat  Ciri-ciri Kalimat  Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat)  Ciri-ciri Unsur Kalimat  Klasifikasi Kalimat  Pola Kalimat  Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran  Kalimat Efektif
  • 58. Menurut Abdul Chaer (2009:44) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
  • 59. Satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun (Ida Bagus Putrayasa, 2010:20). Satuan kumpulan kata-kata yang terkecil dan mengandung pikiran lengkap (Sutan Takdir Alisyahbana (1993:72).
  • 60. Menurut Zaenal Arifin (2008:54) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
  • 61. Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. 1) Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. 2) Dalam bahasa tulis diawali dengan hurup kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. 3) Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. CIRI - CIRI KALIMAT
  • 62. Kesenyapan awal berupa huruf kapital Kesenyapan tengah berupa tanda koma (,), tanda titik koma ( ;), tanda titik dua (:) Kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita (.), tanya (?), intonasi perintah (!), dan intonasi kagum.
  • 63. 1. Subjek (S) 2. Predikat(P) 3. Objek (O) 4. Pelengkap (Pel) 5. Keterangan (K) JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS (UNSUR-UNSUR KALIMAT)
  • 64. 1. Subjek a. S selalu mendahului P b. Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa c. Berupa kata benda, frase bendaan, kata ganti d. Disertai kata itu, ini, dan tersebut e. Didahului kata bahwa f. Tidak didahului preposisi g. Mempunyai keterangan pewatas yang h. Batas antara S dan P dapat diberi kata pemisah adalah, jadi, menjadi, atau merupakan.
  • 65. 2. Predikat a. Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana. b. Secara morfologis P sering ditandai prefiks me-, di-, dan ber-. c. Predikat disertai kata adalah, menjadi, jadi, atau merupakan d. Predikat dapat diingkari e. Predikat dapat disertai kata keterangan aspek
  • 66. f. Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas g. Predikat dapat didahului kata yang h. Predikat dapat berupa: 1) kata benda/frase nominal(profesi/jabatan/pekerjaan), 2) kata kerja / frase verbal, 3) kata sifat / frase adjektival, 4) kata bilangan / frase numeral, 5) kata depan / frase preposisional. i. Fungsi predikat menyatakan pernyataan, perintah, atau pertanyaan.
  • 67. 3. Objek Objek, adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Contoh: Adi mengunjungi. (Membutuhkan kehadiran O) Ayah memakan. (Membutuhkan kehadiran O) Adi mengunjungi Pak Rustam. Ayah memakan mangga. Adi berkunjung. (Tidak membutuhkan kehadiran O) Ayah makan. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
  • 68. 4. Pelengkap Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu: NO OBJEK PELENGKAP 1 Berwujud nomina atau klausa. Contoh: Ia mempelajari matematika. Berwujud nomina, verba, adjektiva, frasa, preposisi, atau klausa. Contoh: Ia belajar matematika. 2 Berada langsung di belakang predikat. Contoh: Ia membaca sebuah cerita. Berada langsung di belakang P jika tak ada O dan di belakang O jika ada O. Contoh: Ia menjadi tentara. Ia membacakan adik sebuah cerita.
  • 69. NO OBJEK PELENGKAP 3 Dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Ayah memakan roti. Roti dimakan ayah Tidak dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Adik belajar matematika. Matematika diajar adik. 4 Dapat diganti dengan pronomina –nya. Contoh: Ibu menjual baju. Ibu menjualnya. Tidak dapat diganti dengan – nya, kecuali kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Contoh: Ibu berjualan baju. Ibu berjualannya. Adik bercerita tentang hal itu. Adik bercerita tentangnya.
  • 70. 5. Keterangan Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat suka rela atau tidak wajib. Contoh : • Dia memotong rambutnya di kamar. • Di kamar, dia memotong rambutnya. • Dia di kamar memotong rambutnya.
  • 72. Pola kalimat dasar adalah: S - P : Suara Tia merdu. Adikku menangis. Struktur kalimat dasar 1. KB + KB 2. KB + KK 3. KB + KS 4. KB + K Bilangan 5. KB + K Depan
  • 73. Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di antaranya: P – S : Habis sudah harapannya. S - P - O : Badai Tsunami mengguncang Asia. S - P - K : Kereta Bima sudah bersiap di Jalur 4. S - P - O - Pel : Kus memberi adik sebuah boneka DORA.
  • 74. Fungsi Tipe Subyek Predikat Objek Pelengkap Keterangan 1. S-P Orang itu sedang tidur - - - Saya mahasiswa - - - 2. S-P-O Ayahnya membeli mobil baru - - Rani mendapat hadiah - - 3. S-P-Pel Beliau menjadi - ketua koperasi - Pancasila merupakan - dasar negara kita - 4. S-P-Ket Kami tinggal - - di Jakarta Kecelakaan itu terjadi - - minggu lalu 5. S-P-O-Pel Dia mengirimi ibunya uang - Dian mengambilkan adiknya air minum - 6. S-P-O-Ket Pak Raden memasukkan uang - ke bank Beliau memperlakukan kami - dengan baik
  • 75.  Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan tetapi tidak semua kalimat tunggal merupakan kalimat dasar.  Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa segi: 1. kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni 2. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang diperluas dengan berbagai keterangan 3. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang berubah susunannya
  • 76. S dan P merupakan inti dalam sebuah kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang di dalamnya mengandung inti kalimat yaitu S dan P. Kalimat inti sering disebut kalimat sederhana Kalimat luas adalah kalimat yang dibangun atas beberapa unsur inti (mengandung unsur inti (S dan P) dan unsur tambahan (O, Pel, K)).
  • 77. FUNGSI S P O Pel K KATEGORI N V N N F Adverbia PERAN Pelaku Pekerjaan Sasaran Tempat/ Waktu/ Keadaan/ Sifat CONTOH Paman membelikan Rianti buku kemarin sore
  • 78.  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar /pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010:172).  Menurut Kreaf (1980:36), kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi dua syarat sebagai berikut. a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis.
  • 79.  Menurut Razak (1985:2), kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna, mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan oleh pembicara (penulis).  Menurut Arifin (1987:111), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau penulis.
  • 80. Syarat Kalimat Efektif Kesepadanan/ Kesatuan struktur Keparalelan bentuk Ketegasan makna (penekanan) Kehematan kata Kecermatan penalaran (Kecermatan) Kepaduan gagasan (koherensi) Kelogisan bahasa
  • 81. 1 Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa Cirinya: a) Memiliki subjek dan predikat yang jelas b) Tidak terdapat subjek ganda c) Menggunakan kata penghubung yang tepat d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang” 2 Kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat Kesepadanan struktur Keparalelan bentuk 3 Perlakuan penonjolan pada pokok ide kalimat Ketegasan makna Caranya: a) Meletakkan kata yang menonjol di depan kalimat b) Membuat urutan kata yang bertahap c) Melakukan pengulangan kata d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan e) Menggunakan partikel penekanan
  • 82. 4 Tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu Caranya: a) Menghilangkan pengulangan subjek b) Menghilangkan pemakaian subordinat pada hiponimi kata c) Menghilangkan kesinoniman dalam kalimat d) Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak Kehematan kata 5 Tidak menimbulkan tafsiran ganda Kecermatan penalaran 6 Memberikan pernyataan padu, sehinga informasi tidak terpecah Kepaduan gagasan Cirinya: a) Tidak bertele-tele b) Menggunakan aspek+agen+verba secara tertib c) Tidak menyisipkan kata “daripada” atau “tentang” antara predikat dan objek 7 Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai ejaan yang berlaku Kelogisan bahasa
  • 83. 1. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. (tidak hemat) 2. Kambing sangat senang bermain hujan. (tidak logis) 3. Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (tidak tepat) 4. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label. (tidak paralel) 5. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak padu) 6. Dalam pembangunan sangat berkaitan