1. 1
MAKALAH KARAKTERISTIK, MODEL,
DAN PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : ALFIATURROHMANIAH
NIM : 2017.143.284
SEMESTER : 4H
DOSEN PENGAMPU : TRIYANA YETRA, M.Pd.
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SD
2019
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Karakteristik,
Model, dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Triyana Yetra, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun
tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Palembang, Maret 2019
Penyusun
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................
2.1 Karakteristik Instrumen Evaluasi............................................................
2.2 Model-Model Evaluasi...........................................................................
2.3 Pendekatan Evaluasi..............................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi
individu dengan lingkungan dan pengalaman yang dilakukan secara sadar dan
terencana secara berkesinambungan. Dalam proses pembelajaran, tahap penilaian
atau evaluasi diperlukan untuk melihat perubahan atau hasil yang telah dicapai oleh
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian atau evaluasi
diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik (PP. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17). Adapun menurut Depdiknas (2003:6), tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk (a) melihat produktivitas dan efektivitas
kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru,
(c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-
mengajar, (d) mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama
kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (e) menempatkan siswa dalam
situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik instrument evaluasi?
2. Apa saja model-model evaluasi pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan evaluasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan karakteristik instrument evaluasi pembelajaran.
2. Untuk memaparkan model-model evaluasi pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam evaluasi
pembelajaran.
BAB II
5. 5
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Instrumen Evaluasi
Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena keefektifan
pembelajaran hanya dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan kata lain, melalui
evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya atau tidak. Pada umunya guru melakukan penilaian
berdasarkan proses pengukuran dalam bentuk tes dan non tes. Alat ukur atau
instrument tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Instrumen yang baik
adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat
memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur
sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah
valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan
proporsional.
a. Valid, artinya suatu instrumen dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur
apa yang hendak diukur secara tepat.
b. Reliabel, artinya suatu instrumen dapat dikatakan Reliabel atau handal jika ia
mempunyai hasil yang taat asas (consistent).
c. Relevan, artinya instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.
d. Representatif, artinya materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh
materi yang disampaikan.
e. Praktis artinya mudah digunakan. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari
teknik penyusunan instrument, tetapi juga bagi orang lain yang ingin
menggunakan instrument tersebut.
f. Deskriminatif, artinya instrumen itu harus disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun.
g. Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek
yang dievaluasi.
6. 6
h. Proporsional, artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang
proporsional antara sulit, sedang, dan mudah.
Adapun ciri-ciri evaluasi yang baik menurut J. Mursell dalam buku Succesfull
Teaching (tanpa tahun :23) adalah “evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan
transfer, dan evaluasi langsung dari proses belajar” yang ketiganya dikhususkan
pada ciri-ciri penilaian proses dan hasil belajar, bukan ciri-ciri evaluasi secara
umum.
1. Evaluasi dan Hasil Langsung
Jika evaluasi diadakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung,
maka guru ingin mengetahui keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran
dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika evaluasi dilakukan sesudah proses
pembelajaran selesai, berarti guru ingin mengetahui hasil atau prestasi belajar yang
diperoleh peserta didik.
2. Evaluasi dan Transfer
Hal penting yang berkenaan dengan proses belajar adalah kemungkinan
mentransfer hasil yang dipelajari kedalam situasi yang fungsional. Apabila suatu
hasil belajar tidak dapat ditransfer dan hanya dapat digunakan dalam satu situasi
tertentu saja, maka hasil belajar itu disebut hasil belajar palsu. Sebaliknya, jika
suatu hasil belajar dapat ditransfer kepada penggunaan yang aktual, maka hasil
belajar itu disebut hasil belajar autentik. Jadi, evaluasi yang baik harus mengukur
hasil belajar yang autentik dan kemungkinan dapat ditransfer.
Ada dua sebab mengapa hasil belajar yang mengakibatkan dan berhubungan
dengan proses transfer menjadi penting artinya dalam proses evaluasi. Pertama,
hasil-hasil itu menyatakan secara khusus dan sejelas-jelasnya kepada guru
mengenai apa yang terjadi atau tidak terjadi, dan sampai mana tercapainya hasil
belajar yang penuh makna dan autentik sifatnya. Kedua, hasil belajar sangat erat
hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar, sehingga mempunyai efek yang
sangat kuat terhadap pembentukan pola dan karakter belajar yang dilakukan peserta
didik.
3. Evaluasi Langsung dari Proses Belajar
7. 7
Penelitian tentang proses belajar yang diikuti oleh peserta didik merupakan
suatu hal penting yang dilakukan oleh guru. Meneliti proses belajar peserta didik
memerlukan waktu, tenaga, pemikiran dan pengalaman. Guru juga dapat
menggunakan suatu metode untuk menilai proses belajar dengan memperhatikan
prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan urutan (sequence). Jadi,
dalam evaluasi pembelajaran guru jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi
juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani
oleh peserta didik.
2.2 Model-Model Evaluasi
Pada tahun 1949, Tyler pernah mengembangkan model Black box. Ketika
itu, orang banyak mempelajari evaluasi dari psikometrik dengan kajian utamanya
adalah tes dan pengukuran. Baru sekitar tahun 1960-an studi evaluasi mulai berdiri
sendiri menjadi salah satu program studi di perguruan tinggi. Selanjutnya, sekitar
tahun 1972, model evaluasi mulai berkembang. Taylor dan Cowley berhasil
mengumpulkan berbagai pemikiran tentang model evaluasi menggunakan
pendekatan positivisme yang berakar pada teori psikometrik. Penggunaan desain
eksperimen oleh Campbell dan Stanley (1963) menjadi ciri utama dari model
evaluasi. Perkembangan lain adalah adanya suatu upaya untuk bersikap eklektik
dalam penggunaan pendekatan positivisme maupun fenomenologi yang oleh Patton
(1980) disebut paradigm of choice.
Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai model-model evaluasi
dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada
juga yang sama. Misalnya saja, Said Hamid Hasan (1988) mengelompokkan model
evaluasi sebagai berikut:
1. Model evaluasi kuantitatif, yaitu meliputi: model Tyler, model teoretik Tatlor
dan Maguire, model pendekatan sistem Alkin, model Countenance Stake,
model CIPP, model ekonomi mikro.
2. Model evaluasi kualitatif, yang meliputi: model studi kasus, model iluminatif,
dan model responsif.
8. 8
Sementara itu, Kaufman dan Thomas dalam Suharmisi Arikunto dan Cepi
Safruddin AJ (2007) membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:
1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
3. Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven.
4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
8. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
Ada juga model evaluasi yang dikelompokkan Nana Sudjana dan R.Ibrahim
(2007:234) yang membagi model evaluasi menjadi empat model utama, yaitu
“measurement, congruence, educational system, dan illumination”. Dari beberapa
model evaluasi di atas, beberapa diantaranya akan dikemukakan secara singkat sbb:
1. Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan
pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku
awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Penggunaan model Tyler
memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan
sesudah terjadinya pembelajaran (pre-test dan post-test). Model ini mensyaratkan
validitas informasi pada tes akhir dan memerlukan kontrol dengan menggunakan
desain eksperimen. Menurut Tyler, ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan,
yaitu menentukan tujuan pembelajaran yang akan di evaluasi, menentukan situasi
dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku
yang berhubungan dengan tujuan, dan menentukan alat evaluasi yang akan
dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
2. Model yang Berorientasi pada Tujuan
9. 9
Model evaluasi ini menggunakan tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi
diartikan sebagai proses pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran telah tercapai. Tujuan model ini adalah membantu guru merumuskan
tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan, dan juga
membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
proses pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan bergantung pada tujuan yang
ingin diukur, dan hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan
program pembelajaran berdasarkan kriteria program khusus. Kelebihan model ini
terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan dan menekankan pada
peserta didik sebagai aspek penting dalam program pembelajaran. Kekurangannya
adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak
diharapkan.
3. Model Pengukuran
Model pengukuran (Measurement model) banyak mengemukakan
pemikiran R. Thorndike dan R. L. Ebel yang menitikberatkan pada kegiatan
pengukuran. Dalam bidang pendidikan, model ini diterapkan untuk mengungkap
perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat
dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik,
bimbingan dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi model ini adalah tingkah
laku peserta didik, mencakup hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat,
bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik. Instrumen yang digunakan
pada umumnya adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif
yang dibakukan. Model ini menggunakan pendekatan penilaian acuan norma
(norm-referenced assessment).
4. Model Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carol, dan Lee J.Cronbach)
Evaluasi menurut model ini adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian
(congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi
digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi
adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan
10. 10
(intended behavior) pada akhir kegiatan pendidikan. Untuk itu, model ini
menggunakan 2 teknik yaitu tes dan non tes yang dilakukan sebelum dan sesudah
kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah evaluasi model ini adalah
merumuskan tujuan tingkah laku, menentukan situasi dimana peserta didik dapat
memperlihatkan perilaku yang akan di evaluasi, menyusun alat evaluasi, dan
menggunakan hasil evaluasi. Oleh sebab itu, model ini menekankan pada
pendekatan penilaian acuan patokan (criterion-referenced assessment).
5. Educational System Evaluation Model (Daniel L.Stufflebeam, Michael
Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus)
Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari
berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik
yang bersifat mutlak/intern maupun relative/ekstern. Objek evaluasi model ini
diambil dari beberapa model, yaitu:
a. Model countenance dari Stake. Meliputi keadaan sebelum kegiatan
berlangsung (antecedents), kegiatan yang terjadi dan saling mempengaruhi
(transactions), hasil yang diperoleh (outcomes).
b. Model CIPP dan CDPP dari Stufflebeam. CIPP yaitu Context, Input, Process
dan Product. CDPP yaitu context, design, process dan product.
c. Model Scriven. Meliputi instrumental evaluation dan consequential
evaluation.
d. Model Provus. Meliputi design, operation program, interim product, dan
terminal product.
e. Model EPIC (Evaluative Innovative Curriculum) yang mengevaluasi perilaku,
pembelajaran dan institusi.
f. Model CEMREL (Central Midwestern Regional Educational Laboratory).
Dikembangkan oleh Howard Russell dan Louis Smith dengan penekanan pada
tiga segi, yaitu (1) fokus evaluasi yang menekankan pada peserta didik,
mediator dan material (2) peranan evaluasi adalah untuk evaluasi kegiatan yang
sedang berjalan dan evaluasi pada akhir kegiatan (3) data evaluasi bersumber
dari pengukuran skala, jawaban angket dan observasi.
11. 11
g. Model Atkinson, yang mengemukakan tiga domain tujuan, yaitu struktur,
proses dan produk.
6. Model Alkin
Model ini dikembangkan oleh Malvin Alkin (1969), evaluasi adalah suatu
proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi
yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi
pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternative. Menurut Alkin terdapat
lima jenis evaluasi, yaitu:
a. Sistem assessment, untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi
dari suatu sistem.
b. Program planning, untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin
akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
c. Program implementation, untuk menyiapkan informasi apakah suatu program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang
direncanakan.
d. Program improvement, memberikan informasi tentang bagaimana suatu
program dapat berfungsi, bekerja atau berjalan.
e. Program certification, memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu
program.
7. Model Brinkerhoff
Robert O.Brinkerhoff (1987) mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang
disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, yaitu:
a. Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi ini dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian
disusun pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Selama proses evaluasi, seorang evaluator
harus tetap menjalin komunikasi yang kontinu dengan audiensi, sehingga data dan
informasi yang dikumpulkan tidak terputus dan tetap utuh. Dengan demikian,
desain akan terus berkembang dan berubah sesuai situasi dan kondisi di lapangan.
12. 12
b. Formative vs Sumative Evaluation
Untuk dapat memahami kedua jenis evaluasi ini dapat dilihat dari fungsinya.
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran,
sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan
pembelajaran secarah menyeluruh.
c. Desain Eksperimental dan Desain Quasi Eksperimental vs Natural
Inquiry
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random
sampling, memberikan perlakuan,dan mengukur dampak. Tujuan adalah untuk
menilai manfaat hasil percobaan program pembelajaran. Untuk itu, perlu dilakukan
manipulasi terhadap lingkungan dan pemilihan strategi yang dianggap pantas.
Dalam desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu
untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat.
8. Illuminative Model (Malcolm Parlett dan Hamilton)
Tujuan evaluasi adalah untuk mempelajari secara cermat dan hati-hati
terhadap pelaksanaan sistem pembelajaran,faktor-faktor yang mempengaruhinya,
kelebihan dan kekurangan sistem, pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar
peserta didik. Fungsi evaluasi adalah sebagai input untuk kepentingan pengambilan
keputusan dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan sistem pembelajaran
yang sedang dikembangkan. Cara-cara yang digunakan tidak bersifat standar, tetapi
bersifat fleksibel dan selektif.
9. Model Responsif
Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna
atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat,
berminat, dan berkepentingan dengan program pembelajaran. Tujuan evaluasi
adalah untuk memahami semua komponen program pembelajaran melalui berbagai
sudut pandang yang berbeda. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka
model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitatif. Kelebihan
model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat yang ambigius serta tidak fokus. Sedangkan
kekurangannyayaitu pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau
13. 13
penyederhanaan informasi, tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari
berbagai kelompok, serta membutuhkan waktu dan tenaga. Evaluator harus dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang diamati.
Model-model evaluasi yang telah dipaparkan diatas dapat digunakan dalam
proses pembelajaran dengan tergantung pada tujuan evaluasi yang ditetapkan.
Keberhasilan suatu evaluasi pembelajaran secara keseluruhan dipengaruhi oleh
penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, serta dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: tujuan pembelajaran, sistem sekolah dan pembinaan
guru.
2.3 Pendekatan Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari
sesuatu. Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah
atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan
evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem.
Dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi juga dibagi menjadi dua,
yaitu criterion-referenced evaluation dan norm-referenced evaluation.
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama
ini di sekolah yang ditujukan hanya kepada perkembangan aspek intelektual peserta
didik. Kegiatan-kegiatan evaluasi difokuskan pada komponen produk saja,
sementara komponen proses cenderung diabaikan. Spencer mengemukakan bahwa
sejumlah isi pendidikan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk
merumuskan tujuan pendidikan secara kompeherensif dan pada gilirannya menjadi
acuan dalam membuat perencanaan evaluasi. Namun, tidak sedikit guru mengalami
kesulitan untuk mengembangkan sistem evaluasi di sekolah karena bertentangan
dengan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Oleh sebab itu, sebaiknya kebijakan
evaluasi lebih menekankan pada target kualitas, yaitu kepentingan dan
kebermaknaan pendidikan bagi anak.
2. Pendekatan Sistem
14. 14
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan
dan ketergantungan. Pendekatan ini memfokuskan kepada komponen evaluasi yang
meliputi komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses
dan komponen produk (CIPP) yang menjadi landasan perimbangan dalam evaluasi
pembelajaran secara sistematis. Dalam literature modern tentang evaluasi, terdapat
dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menafsirkan hasil evaluasi, yaitu
penilaian acuan patokan (criterion-referenced evaluation) dan penilaian acuan
norma (nor-referenced evaluation).
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika
menggunakan pendekatan ini, guru harus membandingkan hasil yang diperoleh
peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak
telah ditetapkan oleh guru. Pendekatan ini cocok digunakan dalam evaluasi formatif
yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran. PAP dapat menggambarkan
prestasi belajar peserta didik secara objektif apabila alat ukur yang digunakan
adalah alat ukur yang standar.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu
kelasnya. Makna nilai dalam bentuk nilai maupun kualifikasi memiliki sifat relatif.
Artinya, jika pedoman konversi skor sudah disusun untuk suatu kelompok, maka
pedoman itu hanya berlaku untuk kelomnpok itu saja dan tidak berlaku untuk
kelompok yang lain, karena distribusi skor peserta didik sudah berbeda.
BAB III
15. 15
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik menggunakan alat ukur atau
instrument dalam bentuk tes dan non tes. Adapun karakteristik instrumen evaluasi
yang baik adalah valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif,
spesifik dan proporsional. Selanjutnya, ciri-ciri evaluasi yang baik adalah evaluasi
dan hasil langsung, evaluasi dan transfer, dan evaluasi langsung dari proses belajar.
Dalam studi tentang evaluasi, terdapat 9 model evaluasi dengan format atau
sistematika yang berbeda, yairu: Model Tyler, Model yang Berorientasi pada
Tujuan, Model Pengukuran, Model Kesesuaian, Educational System Evaluation
Model, Model Alkin, Model Brinkerhoff, Illuminative Model dan Model Responsif.
Keberhasilan evaluasi pembelajaran secara keseluruhan dipengaruhi oleh
penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, serta dipengaruhi oleh tujuan
pembelajaran, sistem sekolah dan pembinaan guru..
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
melaksanakan evaluasi baik dalam pembelajaran maupun hasil belajar sesuai
dengan prosedur dan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA