SlideShare a Scribd company logo
1 of 67
Ulumul Hadits 4
Doddy Al Jambary 0818 884 844
2829FEE7 aljambary@gmail.com
       paradigmabaru.com
Kitab Shohih Lain

Shahih Ibnu Khuzaimah
Kitab Shohih Lain

Shahih Ibnu Khuzaimah
Shahih Ibnu Hibban
Kitab Shohih Lain

Shahih Ibnu Khuzaimah
Shahih Ibnu Hibban
Mustadrak Al Hakim
Kitab Shohih Lain

Shahih Ibnu Khuzaimah
Shahih Ibnu Hibban
Mustadrak Al Hakim
4 Kitab Sunan (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi,
Nasai)
Kitab Shohih Lain

Shahih Ibnu Khuzaimah
Shahih Ibnu Hibban
Mustadrak Al Hakim
4 Kitab Sunan (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi,
Nasai)
Ad Daruqutny, Al Baihaqi dll
Kitab Shohih Lain

Shahih Ibnu Khuzaimah
Shahih Ibnu Hibban
Mustadrak Al Hakim
4 Kitab Sunan (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi,
Nasai)
Ad Daruqutny, Al Baihaqi dll
Tidak cukup, harus ada pernyataan shahih
Mustadrak Al Hakim
Mustadrak Al Hakim

Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan
syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu
dari keduanya, sementara keduanya belum
mengeluarkan hadits hadits tersebut.
Mustadrak Al Hakim

Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan
syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu
dari keduanya, sementara keduanya belum
mengeluarkan hadits hadits tersebut.
Mustadrak Al Hakim

Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan
syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu
dari keduanya, sementara keduanya belum
mengeluarkan hadits hadits tersebut.

Memuat juga hadits yang beliau anggap shohih.
Mustadrak Al Hakim

Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan
syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu
dari keduanya, sementara keduanya belum
mengeluarkan hadits hadits tersebut.

Memuat juga hadits yang beliau anggap shohih.
Mustadrak Al Hakim

Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan
syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu
dari keduanya, sementara keduanya belum
mengeluarkan hadits hadits tersebut.

Memuat juga hadits yang beliau anggap shohih.

Beliau dikenal sebagai ulama hadits yang
Mutasahil
Ibnu Hibban
Ibnu Hibban

At Taqosim wal Anwa
Ibnu Hibban

At Taqosim wal Anwa
(Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis)
Ibnu Hibban

At Taqosim wal Anwa
(Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis)
Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (acak)
Ibnu Hibban

At Taqosim wal Anwa
(Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis)
Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (acak)
Tidak disusun per bab / per musnad, pencarian hadits di
kitab ini sangat sulit sekali. Disusun ulang ole Al Amir Ala
ad diin Abu Al Hasan Ali bin Biban (w.739H) dengan Judul
Al Ihsan fi Taqrib ibn Hibban. Ibnu hibban dikenal sebagai
Mutasahil, tapi lebih ringan dibanding Imam Al Hakim
(Tadrib ar Rowy: 1/109)
Ibnu Hibban

At Taqosim wal Anwa
(Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis)
Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (acak)
Tidak disusun per bab / per musnad, pencarian hadits di
kitab ini sangat sulit sekali. Disusun ulang ole Al Amir Ala
ad diin Abu Al Hasan Ali bin Biban (w.739H) dengan Judul
Al Ihsan fi Taqrib ibn Hibban. Ibnu hibban dikenal sebagai
Mutasahil, tapi lebih ringan dibanding Imam Al Hakim
(Tadrib ar Rowy: 1/109)
Shahih Ibnu Khuzaimah
Shahih Ibnu Khuzaimah


Kitab ini lebih tinggi kualitas keshahihannya dibanding
Shahîh Ibn Hibbân karena penulisnya, Ibn Khuzaimah
dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati sekali.
Saking hati-hatinya, dia kerap abstain (tidak memberikan
penilaian) terhadap suatu keshahihan hadits karena
kurangnya pembicaraan seputar sanadnya.
Tingkatan Keshohihan Hadits
Tingkatan Keshohihan Hadits
Jalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik
Tingkatan Keshohihan Hadits
   Jalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik
Pendapat yang terpilih, bahwa tidak dapat dipastikan sanad
tertentu dinyatakan secara mutlak sebagai sanad yang paling
shahih sebab perbedaan tingkatan keshahihan itu didasarkan
pada terpenuhinya syarat-syarat keshahihan, sementara
sangat jarang terelasisasinya kualitas paling tinggi di dalam
seluruh syarat-syarat keshahihan. Oleh karena itu, lebih baik
menahan diri dari menyatakan bahwa sanad tertentu
merupakan sanad yang paling shahih secara mutlak.
Sekalipun demikian, sebagian ulama telah meriwayatkan
pernyataan pada sanad-sanad yang dianggap paling shahih,
padahal sebenarnya, masing-masing imam menguatkan
pendapat yang menurutnya lebih kuat.
a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin
‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin
Rahawaih dan Imam Ahmad.
a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin
‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin
Rahawaih dan Imam Ahmad.
b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini
adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al-
Fallas.
a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin
‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin
Rahawaih dan Imam Ahmad.
b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini
adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al-
Fallas.
c)
Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari
‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini adalah pernyataan yang dinukil
dari Yahya bin Ma’in.
a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin
‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin
Rahawaih dan Imam Ahmad.
b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini
adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al-
Fallas.
c)
Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari
‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini adalah pernyataan yang dinukil
dari Yahya bin Ma’in.
d) Riwayat az-Zuhriy dari ‘Aliy dari al-Husain dari ayahnya
dari ‘Aliy ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Abu Bakar
bin Abi Syaibah.
a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin
‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin
Rahawaih dan Imam Ahmad.
b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini
adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al-
Fallas.
c)
Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari
‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini adalah pernyataan yang dinukil
dari Yahya bin Ma’in.
d) Riwayat az-Zuhriy dari ‘Aliy dari al-Husain dari ayahnya
dari ‘Aliy ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Abu Bakar
bin Abi Syaibah.
e)
Riwayat Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar ; ini adalah
pernyataan yang dinukil dari Imam al-Bukhariy.
Tingkatan Hadits Shohih
Tingkatan Hadits Shohih
a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan
dengan sanad yang paling shahih, seperti Malik dari Nafi’
dari Ibn ‘Umar.
Tingkatan Hadits Shohih
a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan
dengan sanad yang paling shahih, seperti Malik dari Nafi’
dari Ibn ‘Umar.
b) Yang dibawah itu tingkatannya, yaitu bilamana
diriwayatkan dari jalur Rijâl (rentetan para periwayat) yang
kapasitasnya di bawah kapasitas Rijâl pada sanad pertama
diatas seperti riwayat Hammâd bin Salamah dari Tsâbit dari
Anas.
Tingkatan Hadits Shohih
a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan
dengan sanad yang paling shahih, seperti Malik dari Nafi’
dari Ibn ‘Umar.
b) Yang dibawah itu tingkatannya, yaitu bilamana
diriwayatkan dari jalur Rijâl (rentetan para periwayat) yang
kapasitasnya di bawah kapasitas Rijâl pada sanad pertama
diatas seperti riwayat Hammâd bin Salamah dari Tsâbit dari
Anas.
c)	Yang dibawah itu lagi tingkatannya, yaitu bilamana
diriwayatkan oleh periwayat yang terbukti dinyatakan sebagai
periwayat yang paling rendah julukan Tsiqah kepada mereka
(tingkatan Tsiqah paling rendah), seperti riwayat Suhail bin
Abi Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.
7 Tingkatan Hadits Shohih
7 Tingkatan Hadits Shohih
Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
7 Tingkatan Hadits Shohih
   Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
   Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
7 Tingkatan Hadits Shohih
   Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
   Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim
7 Tingkatan Hadits Shohih
   Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
   Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim
3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya
sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya
7 Tingkatan Hadits Shohih
   Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
   Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim
3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya
sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya
4. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari
sementara dia tidak mengeluarkannya
7 Tingkatan Hadits Shohih
   Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
   Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim
3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya
sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya
4. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari
sementara dia tidak mengeluarkannya
5. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan Muslim
sementara dia tidak mengeluarkannya
7 Tingkatan Hadits Shohih
   Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al-
   Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim
3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya
sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya
4. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari
sementara dia tidak mengeluarkannya
5. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan Muslim
sementara dia tidak mengeluarkannya
6. Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti
Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan
persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).
Makna Ungkapan Ulama
Makna Ungkapan Ulama

  “Hadits ini Shahîh” adalah bahwa lima syarat keshahihan
  di atas telah terealisasi padanya, tetapi dalam waktu yang
  sama, tidak berarti pemastian keshahihannya pula sebab
  bisa jadi seorang periwayat yang Tsiqah keliru atau lupa.

“Hadits ini tidak Shahîh” adalah bahwa semua syarat yang
lima tersebut ataupun sebagiannya belum terealisasi padanya,
namun dalam waktu yang sama bukan berarti ia berita
bohong sebab bisa saja seorang periwayat yang banyak
kekeliruan berkata benar.
Mutafaqun ‘Alaih
Mutafaqun ‘Alaih
Disepakati oleh al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan
mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan
umat Islam. Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam
makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah
bersepakat untuk menerima hadits yang telah disepakati
keduanya.
Mutafaqun ‘Alaih
  Disepakati oleh al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan
  mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan
  umat Islam. Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam
  makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah
  bersepakat untuk menerima hadits yang telah disepakati
  keduanya.
Sementara itu, pendapat lain dari Ibnu Taimiyah al-Jad,
khususnya dalam kitab haditsnya “ Muntaqo al-akhbaar min
ahadiitsu sayyid al-akhyaar”, ia menyebutkan istilah
“muttafaq” alaihi untuk hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori, Muslim dan Ahmad. Sementara untuk yang hanya
dikeluarkan oleh imam bukhori dan Muslim, beliau
menyebutkan istilah “ akhrojaahu “ ( dikeluarkan oleh mereka
Hasan Shohih Li ghoirihi
Hasan Shohih Li ghoirihi


Hadist Shohih lighoirihi adalah Hadist Hasan Li Dzatihi
yang mempunyai riwayat dari jalan lain yang setara
dengannya atau bahkan lebih kuat darinya. Dinamakan
shohih lighoirihi (karena yang lainnya), karena keshahihan
disini tidak muncul dari sanadnya tersendiri, tetapi karena
bergabungnya sanad atau riwayat lain yang menguatkan
hadits tersebut.
Tingkatan Shohih Lighoirihi
Tingkatan Shohih Lighoirihi


  Tingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling
  tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk
  kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan
  hadits yang diterima.

Contoh: Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abu
Hurairoh bahwa Nabi SW bersabda
Tingkatan Shohih Lighoirihi


  Tingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling
  tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk
  kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan
  hadits yang diterima.

Contoh: Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abu
Hurairoh bahwa Nabi SW bersabda
Tingkatan hadits tadi masuk pada kategori hasan lighorihi.
Menurut Ibnu Sholah : karena Muhammad bin Amr bin al-
Qomah sebenarnya dikenal sebagai perawi yang jujur dan
amanah, namun ia tidak termasuk mereka yang kuat hafalan.
Sehingga sebagian mendhaifkannya karena termasuk orang
yang lemah dalam hafalannya, namun sebagian lain
menganggapnya tsiqoh karena kejujuran dan kemuliannya.
Sehingga asli hadits ini masuk kategori hasan li dzatihi.
Namun kemudian diketahui bahwa hadits ini dikuatkan
dengan jalur lain, yaitu oleh al A'raj bin Humuz dan sa'id al
Maqbari dan yang lainnya, maka ketakutan lemahnya
hafalan Muhammad bin Amr dalam hadits ini menjadi
hilang, dan terangkat tingkatannya menjadi shohih lighoirihi.
29[Taysîr Mushthalah al-Hadîts karya Mahmûd ath-Thahân-
terjemahan oleh Abu Al Jauzaa]
Doddy Al Jambary 0818 884 844
2829FEE7 aljambary@gmail.com
   slideshare.net/aljambary
       www.cordova.co.id
      paradigmabaru.com

More Related Content

What's hot

Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...
Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...
Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...Rizky Faisal
 
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap KhilafiyahSikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap KhilafiyahAgus Suhartono
 
Ulum al quran lengkap pt 2
Ulum al quran lengkap pt 2Ulum al quran lengkap pt 2
Ulum al quran lengkap pt 2Amiruddin Ahmad
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
 
perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an qoida malik
 
Sejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-QuranSejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-QuranIlliyin Studio
 
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulBenarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulR&R Darulkautsar
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anjuniska efendi
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsYudi Wahyudin
 
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'inSejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'inNoor Aziah Mamat
 
Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3Amiruddin Ahmad
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Marhamah Saleh
 

What's hot (19)

Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...
Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...
Perkataan imam bukhari “fiihi nazhar” mengenai seorang perawi hadits tidak se...
 
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap KhilafiyahSikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
 
Al fatiha
Al fatihaAl fatiha
Al fatiha
 
Ulum al quran lengkap pt 2
Ulum al quran lengkap pt 2Ulum al quran lengkap pt 2
Ulum al quran lengkap pt 2
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
 
"139 Faedah Hadith"
"139 Faedah Hadith""139 Faedah Hadith"
"139 Faedah Hadith"
 
perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an perkembangan Studi al qur'an
perkembangan Studi al qur'an
 
Sejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-QuranSejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-Quran
 
qiroatus sab'ah
qiroatus sab'ahqiroatus sab'ah
qiroatus sab'ah
 
Ilmu ilmu matan
Ilmu ilmu matanIlmu ilmu matan
Ilmu ilmu matan
 
ppt Rasm usmani
ppt Rasm usmanippt Rasm usmani
ppt Rasm usmani
 
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulBenarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
 
Mahamai kitab tafsir
Mahamai kitab tafsirMahamai kitab tafsir
Mahamai kitab tafsir
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al hadits
 
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'inSejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
 
Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3Ulum al quran lengkap pt 3
Ulum al quran lengkap pt 3
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 

Similar to Tingkatan Hadits Shohih

Mustolah hadis
Mustolah hadis Mustolah hadis
Mustolah hadis long71
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsYudi Wahyudin
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islamJuaria Muin
 
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...caturwibowo83
 
Edisi 001 umdatul ahkaam
Edisi 001 umdatul ahkaamEdisi 001 umdatul ahkaam
Edisi 001 umdatul ahkaamMuhammad Zain
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah completeAngah Rahim
 
tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah aswajanu
 
Hadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalahHadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalahA Budi Pakdije
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisQomaruz Zaman
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoAswin Wyn
 
pengenalan jenis hadith.pdf
pengenalan jenis hadith.pdfpengenalan jenis hadith.pdf
pengenalan jenis hadith.pdfhaydarshareef
 
Hadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantarHadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantardanang fajar
 
Sejarah pertumbuhan al hadis
Sejarah pertumbuhan al hadisSejarah pertumbuhan al hadis
Sejarah pertumbuhan al hadisnuzulLaa
 
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis""Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"Kaminorsabir Kamin
 

Similar to Tingkatan Hadits Shohih (20)

Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3
 
Mustolah hadis
Mustolah hadis Mustolah hadis
Mustolah hadis
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al hadits
 
Hadith
HadithHadith
Hadith
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
 
Edisi 001 umdatul ahkaam
Edisi 001 umdatul ahkaamEdisi 001 umdatul ahkaam
Edisi 001 umdatul ahkaam
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
 
tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah
 
Hadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalahHadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalah
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratis
 
Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor Fuady
Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor FuadySejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor Fuady
Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits by Bapak Noor Fuady
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
 
pengenalan jenis hadith.pdf
pengenalan jenis hadith.pdfpengenalan jenis hadith.pdf
pengenalan jenis hadith.pdf
 
Hadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantarHadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantar
 
Ulum hadith
Ulum hadithUlum hadith
Ulum hadith
 
Sejarah pertumbuhan al hadis
Sejarah pertumbuhan al hadisSejarah pertumbuhan al hadis
Sejarah pertumbuhan al hadis
 
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis""Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
 
CARA TURUN SUJUD.pdf
CARA TURUN SUJUD.pdfCARA TURUN SUJUD.pdf
CARA TURUN SUJUD.pdf
 
CARA TURUN SUJUD.pdf
CARA TURUN SUJUD.pdfCARA TURUN SUJUD.pdf
CARA TURUN SUJUD.pdf
 

More from Doddy Elzha Al Jambary (20)

Tarhib Ramadhan 4.0
Tarhib Ramadhan 4.0Tarhib Ramadhan 4.0
Tarhib Ramadhan 4.0
 
Life begin at 40
Life begin at 40Life begin at 40
Life begin at 40
 
Melebur - Aqidah Series
Melebur - Aqidah SeriesMelebur - Aqidah Series
Melebur - Aqidah Series
 
Qona'ah
Qona'ahQona'ah
Qona'ah
 
Bahaya kikir
Bahaya kikirBahaya kikir
Bahaya kikir
 
An 19 Muslim Idaman
An 19 Muslim IdamanAn 19 Muslim Idaman
An 19 Muslim Idaman
 
Istiqomah
IstiqomahIstiqomah
Istiqomah
 
Prahara zina
Prahara zinaPrahara zina
Prahara zina
 
Back to life
Back to lifeBack to life
Back to life
 
Ke Surga dengan Cinta
Ke Surga dengan CintaKe Surga dengan Cinta
Ke Surga dengan Cinta
 
Allah's Family
Allah's FamilyAllah's Family
Allah's Family
 
Istijmar & Istinja
Istijmar & IstinjaIstijmar & Istinja
Istijmar & Istinja
 
Buaian Dosa
Buaian DosaBuaian Dosa
Buaian Dosa
 
The power of pray
The power of prayThe power of pray
The power of pray
 
Optimalisasi Ramadhan
Optimalisasi RamadhanOptimalisasi Ramadhan
Optimalisasi Ramadhan
 
Mulia dengan musholla
Mulia dengan mushollaMulia dengan musholla
Mulia dengan musholla
 
Mengurai takdir
Mengurai takdirMengurai takdir
Mengurai takdir
 
International idol
International idolInternational idol
International idol
 
Ain, jangan main main
Ain, jangan main mainAin, jangan main main
Ain, jangan main main
 
Manasik Haji
Manasik HajiManasik Haji
Manasik Haji
 

Tingkatan Hadits Shohih

  • 1.
  • 2. Ulumul Hadits 4 Doddy Al Jambary 0818 884 844 2829FEE7 aljambary@gmail.com paradigmabaru.com
  • 3.
  • 4. Kitab Shohih Lain Shahih Ibnu Khuzaimah
  • 5. Kitab Shohih Lain Shahih Ibnu Khuzaimah Shahih Ibnu Hibban
  • 6. Kitab Shohih Lain Shahih Ibnu Khuzaimah Shahih Ibnu Hibban Mustadrak Al Hakim
  • 7. Kitab Shohih Lain Shahih Ibnu Khuzaimah Shahih Ibnu Hibban Mustadrak Al Hakim 4 Kitab Sunan (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasai)
  • 8. Kitab Shohih Lain Shahih Ibnu Khuzaimah Shahih Ibnu Hibban Mustadrak Al Hakim 4 Kitab Sunan (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasai) Ad Daruqutny, Al Baihaqi dll
  • 9. Kitab Shohih Lain Shahih Ibnu Khuzaimah Shahih Ibnu Hibban Mustadrak Al Hakim 4 Kitab Sunan (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasai) Ad Daruqutny, Al Baihaqi dll Tidak cukup, harus ada pernyataan shahih
  • 10.
  • 12. Mustadrak Al Hakim Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu dari keduanya, sementara keduanya belum mengeluarkan hadits hadits tersebut.
  • 13. Mustadrak Al Hakim Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu dari keduanya, sementara keduanya belum mengeluarkan hadits hadits tersebut.
  • 14. Mustadrak Al Hakim Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu dari keduanya, sementara keduanya belum mengeluarkan hadits hadits tersebut. Memuat juga hadits yang beliau anggap shohih.
  • 15. Mustadrak Al Hakim Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu dari keduanya, sementara keduanya belum mengeluarkan hadits hadits tersebut. Memuat juga hadits yang beliau anggap shohih.
  • 16. Mustadrak Al Hakim Kitab yang memuat hadits shohih berdasarkan syarat Bukhori Muslim ata persyaratan salah satu dari keduanya, sementara keduanya belum mengeluarkan hadits hadits tersebut. Memuat juga hadits yang beliau anggap shohih. Beliau dikenal sebagai ulama hadits yang Mutasahil
  • 17.
  • 20. Ibnu Hibban At Taqosim wal Anwa (Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis)
  • 21. Ibnu Hibban At Taqosim wal Anwa (Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis) Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (acak)
  • 22. Ibnu Hibban At Taqosim wal Anwa (Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis) Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (acak) Tidak disusun per bab / per musnad, pencarian hadits di kitab ini sangat sulit sekali. Disusun ulang ole Al Amir Ala ad diin Abu Al Hasan Ali bin Biban (w.739H) dengan Judul Al Ihsan fi Taqrib ibn Hibban. Ibnu hibban dikenal sebagai Mutasahil, tapi lebih ringan dibanding Imam Al Hakim (Tadrib ar Rowy: 1/109)
  • 23. Ibnu Hibban At Taqosim wal Anwa (Klasifikasi -klasifikasi & Beragam Jenis) Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (acak) Tidak disusun per bab / per musnad, pencarian hadits di kitab ini sangat sulit sekali. Disusun ulang ole Al Amir Ala ad diin Abu Al Hasan Ali bin Biban (w.739H) dengan Judul Al Ihsan fi Taqrib ibn Hibban. Ibnu hibban dikenal sebagai Mutasahil, tapi lebih ringan dibanding Imam Al Hakim (Tadrib ar Rowy: 1/109)
  • 24.
  • 26. Shahih Ibnu Khuzaimah Kitab ini lebih tinggi kualitas keshahihannya dibanding Shahîh Ibn Hibbân karena penulisnya, Ibn Khuzaimah dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati sekali. Saking hati-hatinya, dia kerap abstain (tidak memberikan penilaian) terhadap suatu keshahihan hadits karena kurangnya pembicaraan seputar sanadnya.
  • 27.
  • 29. Tingkatan Keshohihan Hadits Jalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik
  • 30. Tingkatan Keshohihan Hadits Jalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik Pendapat yang terpilih, bahwa tidak dapat dipastikan sanad tertentu dinyatakan secara mutlak sebagai sanad yang paling shahih sebab perbedaan tingkatan keshahihan itu didasarkan pada terpenuhinya syarat-syarat keshahihan, sementara sangat jarang terelasisasinya kualitas paling tinggi di dalam seluruh syarat-syarat keshahihan. Oleh karena itu, lebih baik menahan diri dari menyatakan bahwa sanad tertentu merupakan sanad yang paling shahih secara mutlak. Sekalipun demikian, sebagian ulama telah meriwayatkan pernyataan pada sanad-sanad yang dianggap paling shahih, padahal sebenarnya, masing-masing imam menguatkan pendapat yang menurutnya lebih kuat.
  • 31.
  • 32. a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin Rahawaih dan Imam Ahmad.
  • 33. a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin Rahawaih dan Imam Ahmad. b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al- Fallas.
  • 34. a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin Rahawaih dan Imam Ahmad. b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al- Fallas. c) Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Yahya bin Ma’in.
  • 35. a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin Rahawaih dan Imam Ahmad. b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al- Fallas. c) Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Yahya bin Ma’in. d) Riwayat az-Zuhriy dari ‘Aliy dari al-Husain dari ayahnya dari ‘Aliy ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Abu Bakar bin Abi Syaibah.
  • 36. a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin Rahawaih dan Imam Ahmad. b) Riwayat Ibn Sirindari ‘Ubaidah dari ‘Aliy(binAbiThalib);ini adalah pernyataan yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al- Fallas. c) Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Yahya bin Ma’in. d) Riwayat az-Zuhriy dari ‘Aliy dari al-Husain dari ayahnya dari ‘Aliy ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Abu Bakar bin Abi Syaibah. e) Riwayat Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari Imam al-Bukhariy.
  • 38. Tingkatan Hadits Shohih a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan dengan sanad yang paling shahih, seperti Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar.
  • 39. Tingkatan Hadits Shohih a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan dengan sanad yang paling shahih, seperti Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar. b) Yang dibawah itu tingkatannya, yaitu bilamana diriwayatkan dari jalur Rijâl (rentetan para periwayat) yang kapasitasnya di bawah kapasitas Rijâl pada sanad pertama diatas seperti riwayat Hammâd bin Salamah dari Tsâbit dari Anas.
  • 40. Tingkatan Hadits Shohih a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan dengan sanad yang paling shahih, seperti Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar. b) Yang dibawah itu tingkatannya, yaitu bilamana diriwayatkan dari jalur Rijâl (rentetan para periwayat) yang kapasitasnya di bawah kapasitas Rijâl pada sanad pertama diatas seperti riwayat Hammâd bin Salamah dari Tsâbit dari Anas. c) Yang dibawah itu lagi tingkatannya, yaitu bilamana diriwayatkan oleh periwayat yang terbukti dinyatakan sebagai periwayat yang paling rendah julukan Tsiqah kepada mereka (tingkatan Tsiqah paling rendah), seperti riwayat Suhail bin Abi Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.
  • 41.
  • 43. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)
  • 44. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi) 1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari
  • 45. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi) 1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari 2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim
  • 46. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi) 1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari 2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim 3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya
  • 47. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi) 1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari 2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim 3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya 4. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya
  • 48. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi) 1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari 2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim 3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya 4. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya 5. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan Muslim sementara dia tidak mengeluarkannya
  • 49. 7 Tingkatan Hadits Shohih Muttafaqun ‘Alaih Hadits diriwayatkan secara sepakat oleh al- Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi) 1. Diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari 2. Diriwayatkan secara tersendiri oleh Muslim 3. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya 4. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya 5. Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan Muslim sementara dia tidak mengeluarkannya 6. Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).
  • 50.
  • 52. Makna Ungkapan Ulama “Hadits ini Shahîh” adalah bahwa lima syarat keshahihan di atas telah terealisasi padanya, tetapi dalam waktu yang sama, tidak berarti pemastian keshahihannya pula sebab bisa jadi seorang periwayat yang Tsiqah keliru atau lupa. “Hadits ini tidak Shahîh” adalah bahwa semua syarat yang lima tersebut ataupun sebagiannya belum terealisasi padanya, namun dalam waktu yang sama bukan berarti ia berita bohong sebab bisa saja seorang periwayat yang banyak kekeliruan berkata benar.
  • 53.
  • 55. Mutafaqun ‘Alaih Disepakati oleh al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan umat Islam. Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah bersepakat untuk menerima hadits yang telah disepakati keduanya.
  • 56. Mutafaqun ‘Alaih Disepakati oleh al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan umat Islam. Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah bersepakat untuk menerima hadits yang telah disepakati keduanya. Sementara itu, pendapat lain dari Ibnu Taimiyah al-Jad, khususnya dalam kitab haditsnya “ Muntaqo al-akhbaar min ahadiitsu sayyid al-akhyaar”, ia menyebutkan istilah “muttafaq” alaihi untuk hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim dan Ahmad. Sementara untuk yang hanya dikeluarkan oleh imam bukhori dan Muslim, beliau menyebutkan istilah “ akhrojaahu “ ( dikeluarkan oleh mereka
  • 57.
  • 58. Hasan Shohih Li ghoirihi
  • 59. Hasan Shohih Li ghoirihi Hadist Shohih lighoirihi adalah Hadist Hasan Li Dzatihi yang mempunyai riwayat dari jalan lain yang setara dengannya atau bahkan lebih kuat darinya. Dinamakan shohih lighoirihi (karena yang lainnya), karena keshahihan disini tidak muncul dari sanadnya tersendiri, tetapi karena bergabungnya sanad atau riwayat lain yang menguatkan hadits tersebut.
  • 60.
  • 62. Tingkatan Shohih Lighoirihi Tingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan hadits yang diterima. Contoh: Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abu Hurairoh bahwa Nabi SW bersabda
  • 63. Tingkatan Shohih Lighoirihi Tingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan hadits yang diterima. Contoh: Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abu Hurairoh bahwa Nabi SW bersabda
  • 64.
  • 65. Tingkatan hadits tadi masuk pada kategori hasan lighorihi. Menurut Ibnu Sholah : karena Muhammad bin Amr bin al- Qomah sebenarnya dikenal sebagai perawi yang jujur dan amanah, namun ia tidak termasuk mereka yang kuat hafalan. Sehingga sebagian mendhaifkannya karena termasuk orang yang lemah dalam hafalannya, namun sebagian lain menganggapnya tsiqoh karena kejujuran dan kemuliannya. Sehingga asli hadits ini masuk kategori hasan li dzatihi. Namun kemudian diketahui bahwa hadits ini dikuatkan dengan jalur lain, yaitu oleh al A'raj bin Humuz dan sa'id al Maqbari dan yang lainnya, maka ketakutan lemahnya hafalan Muhammad bin Amr dalam hadits ini menjadi hilang, dan terangkat tingkatannya menjadi shohih lighoirihi. 29[Taysîr Mushthalah al-Hadîts karya Mahmûd ath-Thahân- terjemahan oleh Abu Al Jauzaa]
  • 66.
  • 67. Doddy Al Jambary 0818 884 844 2829FEE7 aljambary@gmail.com slideshare.net/aljambary www.cordova.co.id paradigmabaru.com

Editor's Notes

  1. \n
  2. \n
  3. \n
  4. \n
  5. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  6. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  7. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  8. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  9. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  10. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  11. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan, Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.\n
  12. Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil.\nOleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap\n25kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh\n
  13. Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil.\nOleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap\n25kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh\n
  14. Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil.\nOleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap\n25kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh\n
  15. Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil.\nOleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap\n25kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh\n
  16. Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil.\nOleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap\n25kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh\n
  17. Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil.\nOleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap\n25kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh\n
  18. Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan bab-bab.\nIbn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)\n
  19. Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan bab-bab.\nIbn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)\n
  20. Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan bab-bab.\nIbn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)\n
  21. Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan bab-bab.\nIbn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)\n
  22. Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan bab-bab.\nIbn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)\n
  23. Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan bab-bab.\nIbn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)\n
  24. Shahîh Ibn Khuzaimah\nKitab ini lebih tinggi kualitas keshahihannya dibanding Shahîh Ibn Hibbân karena penulisnya, Ibn Khuzaimah dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati sekali. Saking hati-hatinya, dia kerap abstain (tidak memberikan penilaian) terhadap suatu keshahihan hadits karena kurangnya pembicaraan seputar sanadnya.\n
  25. Shahîh Ibn Khuzaimah\nKitab ini lebih tinggi kualitas keshahihannya dibanding Shahîh Ibn Hibbân karena penulisnya, Ibn Khuzaimah dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati sekali. Saking hati-hatinya, dia kerap abstain (tidak memberikan penilaian) terhadap suatu keshahihan hadits karena kurangnya pembicaraan seputar sanadnya.\n
  26. TINGKATAN KESHAHIHAN SEBUAH HADITS\nJalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik\nPendapat yang terpilih, bahwa tidak dapat dipastikan sanad tertentu dinyatakan secara mutlak sebagai sanad yang paling shahih sebab perbedaan tingkatan keshahihan itu didasarkan pada terpenuhinya syarat-syarat keshahihan, sementara sangat jarang terelasisasinya kualitas paling tinggi di dalam seluruh syarat-syarat keshahihan. Oleh karena itu, lebih baik menahan diri dari menyatakan bahwa sanad tertentu merupakan sanad yang paling shahih secara mutlak. Sekalipun demikian, sebagian ulama telah meriwayatkan pernyataan pada sanad-sanad yang dianggap paling shahih, padahal sebenarnya, masing-masing imam menguatkan pendapat yang menurutnya lebih kuat.\n26Diantara pernyataan-pernyataan itu menyatakan bahwa riwayat-riwayat yang paling shahih adalah:\n\n
  27. TINGKATAN KESHAHIHAN SEBUAH HADITS\nJalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik\nPendapat yang terpilih, bahwa tidak dapat dipastikan sanad tertentu dinyatakan secara mutlak sebagai sanad yang paling shahih sebab perbedaan tingkatan keshahihan itu didasarkan pada terpenuhinya syarat-syarat keshahihan, sementara sangat jarang terelasisasinya kualitas paling tinggi di dalam seluruh syarat-syarat keshahihan. Oleh karena itu, lebih baik menahan diri dari menyatakan bahwa sanad tertentu merupakan sanad yang paling shahih secara mutlak. Sekalipun demikian, sebagian ulama telah meriwayatkan pernyataan pada sanad-sanad yang dianggap paling shahih, padahal sebenarnya, masing-masing imam menguatkan pendapat yang menurutnya lebih kuat.\n26Diantara pernyataan-pernyataan itu menyatakan bahwa riwayat-riwayat yang paling shahih adalah:\n\n
  28. TINGKATAN KESHAHIHAN SEBUAH HADITS\nJalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik\nPendapat yang terpilih, bahwa tidak dapat dipastikan sanad tertentu dinyatakan secara mutlak sebagai sanad yang paling shahih sebab perbedaan tingkatan keshahihan itu didasarkan pada terpenuhinya syarat-syarat keshahihan, sementara sangat jarang terelasisasinya kualitas paling tinggi di dalam seluruh syarat-syarat keshahihan. Oleh karena itu, lebih baik menahan diri dari menyatakan bahwa sanad tertentu merupakan sanad yang paling shahih secara mutlak. Sekalipun demikian, sebagian ulama telah meriwayatkan pernyataan pada sanad-sanad yang dianggap paling shahih, padahal sebenarnya, masing-masing imam menguatkan pendapat yang menurutnya lebih kuat.\n26Diantara pernyataan-pernyataan itu menyatakan bahwa riwayat-riwayat yang paling shahih adalah:\n\n
  29. \n
  30. \n
  31. \n
  32. \n
  33. \n
  34. Tingkatan Hadits Shohih\nPada bagian yang sebelumnya telah kita kemukakan bahwa sebagian para ulama telah menyebutkan mengenai sanad-sanad yang dinyatakan sebagai paling shahih menurut mereka. Maka, berdasarkan hal itu dan karena terpenuhinya persyaratan- persyaratan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa hadits yang shahih itu memiliki beberapa tingkatan:\n\n
  35. Tingkatan Hadits Shohih\nPada bagian yang sebelumnya telah kita kemukakan bahwa sebagian para ulama telah menyebutkan mengenai sanad-sanad yang dinyatakan sebagai paling shahih menurut mereka. Maka, berdasarkan hal itu dan karena terpenuhinya persyaratan- persyaratan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa hadits yang shahih itu memiliki beberapa tingkatan:\n\n
  36. Tingkatan Hadits Shohih\nPada bagian yang sebelumnya telah kita kemukakan bahwa sebagian para ulama telah menyebutkan mengenai sanad-sanad yang dinyatakan sebagai paling shahih menurut mereka. Maka, berdasarkan hal itu dan karena terpenuhinya persyaratan- persyaratan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa hadits yang shahih itu memiliki beberapa tingkatan:\n\n
  37. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  38. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  39. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  40. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  41. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  42. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  43. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  44. 1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini tingkatan paling tinggi)\n2) Haditsyangdiriwayatkansecaratersendiriolehal-Bukhari 3) HaditsyangdirwayatkansecaratersendiriolehMuslim\n274) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan keduanya tidak mengeluarkannya\n5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia tidak mengeluarkannya\n6) HaditsyangdiriwayatkanberdasarkanpersyaratanMuslimsementaradiatidak mengeluarkannya\n7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits tersebut (al-Bukhari dan Muslim).\n
  45. Makna Ungkapan Ulama Hadits “Hadits ini Shahîh” “Hadits ini tidak Shahîh”\nYang dimaksud dengan ucapan mereka “Hadits ini Shahîh” adalah bahwa lima syarat keshahihan di atas telah terealisasi padanya, tetapi dalam waktu yang sama, tidak berarti pemastian keshahihannya pula sebab bisa jadi seorang periwayat yang Tsiqah keliru atau lupa.\nYang dimaksud dengan ucapan mereka “Hadits ini tidak Shahîh” adalah bahwa semua syarat yang lima tersebut ataupun sebagiannya belum terealisasi padanya, namun dalam waktu yang sama bukan berarti ia berita bohong sebab bisa saja seorang periwayat yang banyak kekeliruan bertindak benar.\n
  46. Makna Ungkapan Ulama Hadits “Hadits ini Shahîh” “Hadits ini tidak Shahîh”\nYang dimaksud dengan ucapan mereka “Hadits ini Shahîh” adalah bahwa lima syarat keshahihan di atas telah terealisasi padanya, tetapi dalam waktu yang sama, tidak berarti pemastian keshahihannya pula sebab bisa jadi seorang periwayat yang Tsiqah keliru atau lupa.\nYang dimaksud dengan ucapan mereka “Hadits ini tidak Shahîh” adalah bahwa semua syarat yang lima tersebut ataupun sebagiannya belum terealisasi padanya, namun dalam waktu yang sama bukan berarti ia berita bohong sebab bisa saja seorang periwayat yang banyak kekeliruan bertindak benar.\n
  47. Makna Kata “Muttafaqun ‘Alaih”\nMaksudnya adalah hadits tersebut disepakati oleh kedua Imam hadits, yaitu al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan umat Islam. Hanya saja, Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah bersepakat untuk menerima hadits-hadits yang telah disepakati oleh keduanya. (‘Ulûm al-Hadîts:24)\nSementara itu, pendapat lain dari Ibnu Taimiyah al-Jad, khususnya dalam kitab haditsnya “ Muntaqo al-akhbaar min ahadiitsu sayyid al-akhyaar”, ia menyebutkan istilah “muttafaq” alaihi untuk hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim dan Ahmad. Sementara untuk yang hanya dikeluarkan oleh imam bukhori dan\n28Muslim, beliau menyebutkan istilah “ akhrojaahu “ ( dikeluarkan oleh mereka berdua)\n
  48. Makna Kata “Muttafaqun ‘Alaih”\nMaksudnya adalah hadits tersebut disepakati oleh kedua Imam hadits, yaitu al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan umat Islam. Hanya saja, Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah bersepakat untuk menerima hadits-hadits yang telah disepakati oleh keduanya. (‘Ulûm al-Hadîts:24)\nSementara itu, pendapat lain dari Ibnu Taimiyah al-Jad, khususnya dalam kitab haditsnya “ Muntaqo al-akhbaar min ahadiitsu sayyid al-akhyaar”, ia menyebutkan istilah “muttafaq” alaihi untuk hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim dan Ahmad. Sementara untuk yang hanya dikeluarkan oleh imam bukhori dan\n28Muslim, beliau menyebutkan istilah “ akhrojaahu “ ( dikeluarkan oleh mereka berdua)\n
  49. Makna Kata “Muttafaqun ‘Alaih”\nMaksudnya adalah hadits tersebut disepakati oleh kedua Imam hadits, yaitu al- Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan mereka berdua atas keshahihannya, bukan kesepakatan umat Islam. Hanya saja, Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah bersepakat untuk menerima hadits-hadits yang telah disepakati oleh keduanya. (‘Ulûm al-Hadîts:24)\nSementara itu, pendapat lain dari Ibnu Taimiyah al-Jad, khususnya dalam kitab haditsnya “ Muntaqo al-akhbaar min ahadiitsu sayyid al-akhyaar”, ia menyebutkan istilah “muttafaq” alaihi untuk hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim dan Ahmad. Sementara untuk yang hanya dikeluarkan oleh imam bukhori dan\n28Muslim, beliau menyebutkan istilah “ akhrojaahu “ ( dikeluarkan oleh mereka berdua)\n
  50. Hadist Shohih lighoirihi adalah Hadist Hasan Li Dzatihi yang mempunyai riwayat dari jalan lain yang setara dengannya atau bahkan lebih kuat darinya. Dinamakan shohih lighoirihi (karena yang lainnya), karena keshahihan disini tidak muncul dari sanadnya tersendiri, tetapi karena bergabungnya sanad atau riwayat lain yang menguatkan hadits tersebut.\n
  51. Hadist Shohih lighoirihi adalah Hadist Hasan Li Dzatihi yang mempunyai riwayat dari jalan lain yang setara dengannya atau bahkan lebih kuat darinya. Dinamakan shohih lighoirihi (karena yang lainnya), karena keshahihan disini tidak muncul dari sanadnya tersendiri, tetapi karena bergabungnya sanad atau riwayat lain yang menguatkan hadits tersebut.\n
  52. Tingkatan Hadits Shohih Lighoirihi\nTingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan hadits yang diterima.\n\nLawla an asuyqo ‘ala ummati laa martuhum bis siwaki ‘inda kulli sholatin\n
  53. Tingkatan Hadits Shohih Lighoirihi\nTingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan hadits yang diterima.\n\nLawla an asuyqo ‘ala ummati laa martuhum bis siwaki ‘inda kulli sholatin\n
  54. Tingkatan Hadits Shohih Lighoirihi\nTingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling tinggi, tetapi dibawah shohih lidzatihi. Dan termasuk kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau periwayatan hadits yang diterima.\n\nLawla an asuyqo ‘ala ummati laa martuhum bis siwaki ‘inda kulli sholatin\n
  55. Hadits yang diriwayatkan dari :\nTingkatan hadits di atas masuk pada kategori hasan lighorihi. Menurut Ibnu Sholah : karena Muhammad bin Amr bin al-Qomah sebenarnya dikenal sebagai perawi yang jujur dan amanah, namun ia tidak termasuk mereka yang kuat hafalan. Sehingga sebagian mendhaifkannya karena termasuk orang yang lemah dalam hafalannya, namun sebagian lain menganggapnya tsiqoh karena kejujuran dan kemuliannya. Sehingga asli hadits ini masuk kategori hasan li dzatihi.\nNamun kemudian diketahui bahwa hadits ini dikuatkan dengan jalur lain, yaitu oleh al A'raj bin Humuz dan sa'id al Maqbari dan yang lainnya, maka ketakutan lemahnya hafalan Muhammad bin Amr dalam hadits ini menjadi hilang, dan terangkat tingkatannya menjadi shohih lighoirihi.\n29[Taysîr Mushthalah al-Hadîts karya Mahmûd ath-Thahân- terjemahan oleh Abu Al Jauzaa]\n
  56. \n