2. Latar Belakang Tanam Paksa
• Kekosongan keuangan Belanda yang
disebabkan oleh perang kemerdekaan dari
Belgia maupun perang Diponegoro.
3. Aturan sistem tanam paksa
• Setiap penduduk wajib menyerahkan seperlima dari lahan ditanami
tanaman wajib yang berkualitas ekspor.
• Tanah yang disediakan untuk tanah wajib dibebaskan dari pajak tanah.
• Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah kolonial.
Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan
kembali kepada rakyat.
• Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib tidak
boleh melebihi tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menanam padi
atau kurang lebih 3 bulan.
• Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari atau
seperlima tahun di perkebunan pemerintah
• Jika terjadi kerusakan atau kegagalan panen menjadi tanggung jawab
pemerintah (jika bukan akibat kesalahan petani).
• Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada kepala desa.
4. Pelaksanaan tanam paksa
• Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah garapan,
apalagi tanahnya subur.
• Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk
tanaman ekspor, sehingga banyak tidak sempat mengerjakan sawah dan
ladang sendiri.
• Rakyat tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun.
• Waktu pelaksanaan tanaman ternyata melebihi waktu tanam padi (tiga
bulan) sebab tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan
yang terus-menerus.
• Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan
kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.
• Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/petani.
5. c. Akibat tanam paksa
1) Bagi Belanda
a) Bagi Belanda tanam paksa membawa
keuntungan melimpah, di antaranya:
b) Kas Belanda menjadi surplus (berlebihan).
c) Belanda bebas dari kesulitan keuangan.
6. c. Akibat tanam paksa
2) Bagi Indonesia
a) Akibat adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan
tanam paksa, maka membawa akibat yang memberatkan
rakyat Indonesia, yaitu:
b) Banyak tanah yang terbengkalai, sehingga panen gagal.
c) Rakyat makin menderita.
d) Wabah penyakit merajalela.
e) Bahaya kelaparan yang melanda Cirebon memaksa rakyat
mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri.
f) Kelaparan hebat di Grobogan, sehingga banyak yang
mengalami kematian dan menyebabkan jumlah penduduk
menurun tajam.
7. d. Penentangan tanam paksa
1. Golongan pendeta
Golongan ini menentang atas dasar kemanusiaan.
Adapun tokoh yang mempelopori penentangan ini
adalah Baron Van Hovel.
2. Golongan liberal
a) Golongan liberal terdiri dari pengusaha dan
pedagang, di antaranya:
b) Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli
yang menentang tanam paksa dengan mengarang
buku berjudul Max Havelaar.
c) Frans Van de Pute dengan mengarang buku
berjudul Suiker Constracten (Kontrak Kerja).
8. e. Penghapusan pelaksanaan tanam paksa
secara bertahap
Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak,
akhirnya pemerintah Belanda menghapus
tanam paksa secara bertahap:
1. Tahun 1860 tanam paksa lada dihapus.
2. Tahun 1865 tanam paksa nila dan teh
dihapus.
3. Tahun 1870 tanam paksa semua jenis
tanaman, dihapus kecuali kopi di
Priangan.