SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
BAB I 
PENDAHULUAN 
ii 
1.1. Latar belakang 
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya 
adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. 
Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan 
pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. 
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti 
membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit 
yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, 
ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1). 
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi 
Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan 
infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak 
diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah 
mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. 
Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi 
kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya 
Chronic Obstructive 
Pulmonary Disease (2,3). 
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan 
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. 
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari 
kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan 
oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena 
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5). 
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian 
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering 
disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di 
Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data 
penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 
9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah 
penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari 
rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan 
bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan 
tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan 
anak balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka kesakitan dan 
kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian 
yang telah disebutkan di atas. 
1.2 Tujuan 
Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran 
pernapasan atas (ISPA). 
ii 
1.3 Rumusan Masalah 
Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran 
pernapasan atas (ISPA)? 
1.4 Manfaat 
1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA
BAB II 
PEMBAHASAN 
ii 
I. PENGERTIAN ISPA 
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran 
pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ 
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran 
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. 
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan 
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, 
bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita 
pneumoni yang dapat berujung pada kematian. 
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua 
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibedakan atas derajat 
beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek 
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan 
sebagai bukan pneumonia. 
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang 
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada 
sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro 
kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan 
bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan 
masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. 
II. KLASIFIKASI 
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut : 
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest 
indrawing). 
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa 
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis 
tergolong bukan pneumonia. 
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan 
umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi 
penyakit yaitu : 
a. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian 
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 
kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding 
ii 
dada bagian bawah atau napas cepat. 
c. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu : 
d. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian 
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam 
keadaan tenang tldak menangis atau meronta). 
e. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan 
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit 
atau lebih. 
f. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian 
bawah dan tidak ada napas cepat. 
III. ETIOLOGI 
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan 
heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan 
akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis 
bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, 
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium 
Diffteria (Achmadi dkk., 2004). 
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan 
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak yang 
kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD 
PERSI, 2002). 
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di 
dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus 
para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan 
penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar 
terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada 
bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak 
penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan 
Maulany, 95). 
IV. PATOFISIOLOGI 
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan 
tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang 
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau 
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus 
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 
1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas 
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi 
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan 
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal 
gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. 
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat 
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme 
perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan 
bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus 
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak 
tersebut (Kending dan Chernick, 1983). 
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat 
menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang 
produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan 
malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan 
infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak 
(Tyrell, 1980). 
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain 
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke 
saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang 
saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran 
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga 
menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985). 
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis 
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar 
terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun 
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas 
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada 
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori 
IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 
1994). 
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, 
ii 
yaitu: 
 Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa 
 Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah 
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
 Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan 
ii 
batuk. 
 Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh 
dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia. 
V. MANIFESTASI KLINIS 
a) Tanda-tanda ISPA 
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda 
laboratoris. 
 Tanda-tanda klinis : 
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi 
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, 
grunting expiratoir dan wheezing. 
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan 
cardiac arrest. 
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, 
papil bendung, kejang dan coma. 
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. 
 Tanda-tanda laboratoris : 
a. Hypoxemia, 
b. Hypercapnia dan 
c. Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik). 
d. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: 
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, 
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: 
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari 
setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, 
stridor, Wheezing, demam dan dingin. 
b) Gejala ISPA 
· Gejala dari ISPA Ringan 
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala 
sebagai berikut : 
1. Batuk 
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu 
berbicara atau menangis) 
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung 
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC
ii 
· Gejala dari ISPA Sedang 
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan 
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : 
1. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 
bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun 
: frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau 
lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun. 
2. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer) 
3. Tenggorokan berwarna merah 
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak 
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga 
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) 
· Gejala dari ISPA Berat 
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau 
ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : 
1. Bibir atau kulit membiru 
2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun 
3. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah 
4. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas 
5. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba 
6. Tenggorokan berwarna merah 
VI. PENATALAKSANAAN 
a) Pencegahan 
 Pencegahan dapat dilakukan dengan: 
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. 
b. Immunisasi. 
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. 
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. 
b) Pengobatan dan perawatan 
 Prinsip perawatan ISPA antara lain: 
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari 
b. Meningkatkan makanan bergizi 
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum 
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan 
yang bersih 
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih 
ii 
menetek 
 Pengobatan antara lain: 
· Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi 
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam 
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian 
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan 
pada air (tidak perlu air es). 
· Mengatasi batuk 
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ 
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari. 
VII. KOMPLIKASI 
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika 
tidak terjadi invasi kuman lainnya. 
a. Sinusitis paranasal 
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus 
paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri 
dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan 
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. 
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar 
berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala 
hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun 
bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap 
tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis 
paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik. 
b. Penutupan tuba eusthachii 
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung 
kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak 
kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan 
kejang demam. 
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya 
yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi 
akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada 
telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang 
demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika 
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan
selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis 
media perforata (OMP). 
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah : 
 Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret. 
 Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga 
ii 
merintangi penyaluran sekret. 
 Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat 
berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis). 
c. Penyebaran infeksi 
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, 
bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi 
meningitis purulenta. 
VIII Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA 
a. Agent 
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau 
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis 
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan 
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, 
Coxsackie, dan Echo. 
b. Manusia 
1. Umur 
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun 
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih 
tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan 
lumen saluran nafasnya masih sempit. 
2. Jenis Kelamin 
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat 
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan 
perempuan. 
3. Status Gizi 
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian 
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena 
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. 
Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat 
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir 
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. 
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari 
pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. 
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir. 
5. Status ASI Eksklusif 
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi 
untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) 
payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan 
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting 
untuk melindungi bayi dari infeksi. 
6. Status Imunisasi 
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu 
agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada 
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan 
kesehatan anak. 
c. Lingkungan 
1. Kelembaban Ruangan 
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross 
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada 
balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai 
exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan 
menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali. 
2. Suhu Ruangan 
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini 
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut 
tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor 
risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali. 
3. Ventilasi 
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara 
di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh 
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. 
4. Kepadatan Hunian Rumah 
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian 
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat 
dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil 
ii
penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya 
ISPA sebesar 9 kali. 
5. Penggunaan Anti Nyamuk 
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat 
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. 
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru 
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan. 
6. Bahan Bakar Untuk Memasak 
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara 
menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar 
nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan 
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian. 
7. Keberadaan Perokok 
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 
4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), 
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian 
Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur 
di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk. 
8. Status Ekonomi dan Pendidikan 
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran 
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang 
membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik 
didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke 
pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. 
IX Cara Penularan Penyakit ISPA 
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit 
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk 
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan 
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian 
besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak 
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang 
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab 
ii
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ISPA 
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
a) Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi 
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia 
c) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil 
d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya 
infeksi penekanan imun) 
2. INTERVENSI DAN RASIONAL 
1) Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi 
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50 
Intervensi Rasionalisasi 
Observasi tanda – tanda vital Pemantauan tanda vital yang teratur dapat 
ii 
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya 
Anjurkan pada klien/keluarga umtuk 
melakukan kompres dingin (air biasa) pada 
kepala / axial. 
Degan menberikan kompres maka aakan terjadi 
proses konduksi / perpindahan panas dengan 
bahan perantara 
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian 
yang tipis dan yang dapat menyerap keringat 
seperti terbuat dari katun 
Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk 
pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap 
keringat. 
Atur sirkulasi udara. Penyedian udara bersih 
Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 
2500 ml/hr. 
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan 
tubuh meningkat. 
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama 
fase febris penyakit 
Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan 
panas 
Kolaborasi dengan dokter : 
· Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial 
· Antipiretika 
Untuk mengontrol infeksi pernapasan 
Menurunkan panas 
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia 
Tujuan: 
· Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal. 
· Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan. 
· Tidak menunujukan tanda malnutrisi. 
Intervensi Rasional 
Kaji kebiasaan diet, input-output dan 
timbang BB setiap hari 
Berguna untuk menentukan kebutuhan 
kalori menyusun tujuan berat badan, dan
ii 
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi 
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan 
dalam keadaan hangat 
Untuk menjamin nutrisi adekuat/ 
meningkatkan kalori total 
Berikan oral sering, buang secret berikan 
wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu 
dan ciptakan lingkungan bersih dan 
menyenangkan. 
Nafsu makan dapat dirangsang pada 
situasi rileks, bersih dan menyenangkan. 
Tingkatkan tirai baring. Untuk mengurangi kebutuhahan 
metabolic 
Kolaborasi: 
· Konsul ahli gizi untuk memberikan diet 
sesuai kebutuhan klien 
Metode makan dan kebutuhan kalori 
didasarkan pada situasi atau kebutuhan 
individu untuk memberikan nutrisi 
maksimal 
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil 
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol 
Intervensi Rasional 
Teliti keluhan nyeri ,catat 
intensitasnya (dengan skala 0 – 10), 
factor memperburuk atau meredakan 
lokasinya, lamanya, dan 
karakteristiknya. 
Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang 
berhubungan merupakan suatu hal yang amat 
penting untuk memilih intervensi yang cocok & 
untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang 
diberikan. 
Anjurkan klien untuk menghindari 
allergen / iritan terhadap debu, bahan 
kimia, asap,rokok 
Mengurangi bertambah beratnya penyakit 
Dan mengistirahatkan/meminimalkan 
berbicara bila suara serak 
Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan 
serta mengurangi nyeri tenggorokan 
Kolaborasi 
Berikan obat sesuai indikasi 
· Steroid oral, iv, & inhalasi 
· Analgesic 
· Kortikosteroid digunakan untuk mencegah 
reaksi alergi / menghambat pengeluaran 
histamine dalam inflamadi pernapasan 
· Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri
4) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya 
infeksi penekanan imun) 
Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi 
Intervensi Rasional 
Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan potensial terpajan pada 
ii 
penyakit infeksius 
Jaga keseimbangan antara istirahat dan 
aktifitas 
Menurunkan konsumsi /kebutuhan 
keseimbangan O2 dan memperbaiki 
pertahanan klien terhadap infeksi, 
meningkatkan penyembuhan. 
Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, 
jika ditutup dengan tisu buang segera 
ketempat sampah 
Mencegah penyebaran pathogen 
melalui cairan 
Daya tahan tubuh, terutama anak usia 
dibawah 2 tahun, lansia dan penderita 
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A 
dan mineral seng atau anti oksidan jika 
kondisi tubuh menurun / asupan makanan 
berkurang 
Malnutrisi dapat mempengaruhi 
kesehatan umum dan menurunkan 
tahanan terhadap infeksi 
Kolaborasi 
Pemberian obat sesuai hasil kultur 
Dapat diberikan untuk organisme 
khusus yang teridentifikasi dengan 
kultur dan sensitifitas / atau di berikan 
secara profilatik karena resiko tinggi 
C. CONTOH KASUS 
Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7 tahun 
dan anak keduanya berusia 4 tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu 
selly mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir 
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan 
makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga 
mengalami diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang 
lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang 
mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala 
asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik. 
Hasil pemeriksaan diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40 
x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5o C. Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS 
untuk ditangani lebih lanjut.
PENGKAJIAN 
1. Indentitas klien 
Nama : An. I 
Umur : 1 Tahun 7 Bulan 
Jenis kelamin : perempuan 
2. Riwayat keperawatan 
a. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak 
kunjung sembuh, demam, menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir 
berwarna kehijauan, susah bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare. 
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh. 
3. Koping keluarga 
Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif. 
4. Riwayat tumbuh kembang 
a. BB lahir abnormal 
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah 
mengalami trauma saat sakit 
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal 
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium 
5. Riwayat social 
Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan aktif 
bermain dengan teman sebayanya. 
6. Pemeriksaan fisik 
a. Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir 
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare 
b. Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya 
c. Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentang penyakit pernafasan 
serta tindakan yang akan dilakukan. 
ii 
No 
Diagnosa 
Keperawatan 
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi 
1 Napas tidak 
efektif b.d 
penurunan 
ekspansi paru 
Pola nafas 
kembali efektif 
dengan kriteria: 
usaha nafas 
kembali normal 
dan meningkatnya 
suplai oksigen ke 
· Berikan posisi 
yang nyaman 
sekaligus dapat 
mengeluarkan 
sekret dengan 
mudah. 
· Ciptakan dan 
· Membantu 
dalam 
memberikan 
posisi yang 
nyaman 
sekaligus dapat 
mengeluarkan 
Pola napas 
klien 
kembali 
efektif
paru-paru. pertahankan 
ii 
jalan nafas 
yang bebas. 
· Anjurkan 
pada keluarga 
untuk 
membawakan 
baju yang lebih 
longgar, tipis 
serta menyerap 
keringat. 
· Berikan O2 
dan nebulizer 
sesuai dengan 
instruksi 
dokter. 
· Berikan obat 
sesuai dengan 
instruksi 
dokter 
(bronchodilato 
r) 
· 
Observasi tand 
a vital,adanya 
cyanosis,serta 
pola 
kedalaman 
dalam 
pernafasan. 
sekret dengan 
mudah. 
· Menciptakan 
dan pertahankan 
jalan nafas yang 
bebas. 
· Menganjurkan 
pada keluarga 
untuk 
membawakan 
baju yang lebih 
longgar, tipis 
serta menyerap 
keringat. 
· Membantu 
dalam 
pemberian O2 
dan nebulizer 
sesuai dengan 
instruksi dokter. 
· Membantu 
dalam 
pemberian obat 
sesuai dengan 
instruksi dokter 
(bronchodilator) 
· Mengobservasi 
tanda vital, 
adanya 
cyanosis, serta 
pola, kedalaman 
dalam 
pernafasan.
BAB III 
PENUTUP 
ii 
3. Kesimpulan 
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, 
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA 
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, 
Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu 
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk 
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan 
pembangunan nasional. 
3.2. Saran 
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, 
maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. 
Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan 
dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus 
ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA 
 http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut- ispa.html 
 http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa- infeksi-saluran-pernapasan-akut/ 
 http://chapung- vierche.blogspot.com/2011/11/askep- ispa.html 
 http://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian- ispa.html 
 http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/12/askep- ispa- infeksi-saluran-pernafasan. 
ii 
html 
 http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak. 
html
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, 
rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna 
memenuhi tugas dari dosen. 
Makalah ini membahas tentang “ INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT”, 
semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa Akper Pemda Muna 
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. 
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari 
itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen 
pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun 
kami dari yang salah menjadi benar. 
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir 
ii 
kata kami mengucapkan terima kasih. 
Raha, Februari 2014 
Penyusun
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR ……………………………………….....…........ i 
DAFTAR ISI ………………………………………………………...... ii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang ……………………………….. ………....................... 1 
B. Tujuan..................................................................................................... 2 
C. Rumusan masalah................................................................................... 2 
D. mafaat................................................................................................... 2 
BAB II PEMBAHASAN 
I. Pengertian ispa................................................................................... 3 
Ii. Klasifikasi.................................................................................... 3 
Iii. Etiologi.......................................................................................... 4 
Iv. Patofisiologi................................................................................... 4 
V. Manifestasi klinis................................................................................... 6 
Vi. Penatalaksanaan................................................................................... 7 
Vii. Komplikasi................................................................................... 8 
Viii faktor yang mempengaruhi penyakit ispa...................................... 9 
Ix cara penularan penyakit ispa..................................................................... 11 
BAB III PENUTUP 
A. Kesimpulan ………………………………….........……….................... 17 
B. Saran....................................................................................................... 17 
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18 
ii
MAKALAH 
ISPA 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : WA ODE 
GUSNAWATI KADIR 
ii 
NIM : 
11.11.941 
TINGKAT : II. A
AKADEMI KEPERAWATAN 
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 
2014 
ii

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Dengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic FeverDengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic Fever
 
Kanker paru paru
Kanker paru paruKanker paru paru
Kanker paru paru
 
Sop vulva hygiene
Sop vulva hygieneSop vulva hygiene
Sop vulva hygiene
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontik
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 
Huknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendahHuknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendah
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akutAan Kurniawan
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTSri Nur Ramliah
 
Bagan pathway ispa pada anak
Bagan pathway ispa pada anakBagan pathway ispa pada anak
Bagan pathway ispa pada anakJufriPrabu
 
Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Nova Ci Necis
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...Warnet Raha
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atasakbardaus88
 
7 Upper respiratory tract infections
7 Upper respiratory tract infections7 Upper respiratory tract infections
7 Upper respiratory tract infectionsYaser Ammar
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutGadisMentari
 
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAAnatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAnurahlina08
 

Viewers also liked (20)

Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
 
7. pendidikan kesehatan
7. pendidikan kesehatan7. pendidikan kesehatan
7. pendidikan kesehatan
 
Askep ispa
Askep ispaAskep ispa
Askep ispa
 
2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
makalah pediatric
makalah pediatricmakalah pediatric
makalah pediatric
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
 
1. ispa
1. ispa1. ispa
1. ispa
 
Makalah Karies Gigi
Makalah Karies GigiMakalah Karies Gigi
Makalah Karies Gigi
 
Bagan pathway ispa pada anak
Bagan pathway ispa pada anakBagan pathway ispa pada anak
Bagan pathway ispa pada anak
 
Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantung
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
 
7 Upper respiratory tract infections
7 Upper respiratory tract infections7 Upper respiratory tract infections
7 Upper respiratory tract infections
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akut
 
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAAnatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
 

Similar to Makalah ispa (20)

Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
 
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNAIndry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Ispa AKPER PEMKAB MUNA
Ispa AKPER PEMKAB MUNAIspa AKPER PEMKAB MUNA
Ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep Anak dengan ISPA
Askep Anak dengan ISPAAskep Anak dengan ISPA
Askep Anak dengan ISPA
 
Mini project
Mini projectMini project
Mini project
 
Edi
EdiEdi
Edi
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
 
PPT P2 ISPA.pptx
PPT P2 ISPA.pptxPPT P2 ISPA.pptx
PPT P2 ISPA.pptx
 
ispa
ispaispa
ispa
 
ISPA MENURUT WHO.pdf
ISPA MENURUT WHO.pdfISPA MENURUT WHO.pdf
ISPA MENURUT WHO.pdf
 
Epidemiologi ispa
Epidemiologi ispaEpidemiologi ispa
Epidemiologi ispa
 
Makalah+diagnostik+klinik+kel7
Makalah+diagnostik+klinik+kel7Makalah+diagnostik+klinik+kel7
Makalah+diagnostik+klinik+kel7
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
 
223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia
 
ISPA
ISPAISPA
ISPA
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Penatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispaPenatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispa
 
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan AtasInfeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 

Makalah ispa

  • 1. BAB I PENDAHULUAN ii 1.1. Latar belakang Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease (2,3). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5). Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).
  • 2. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas. 1.2 Tujuan Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). ii 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)? 1.4 Manfaat 1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA
  • 3. BAB II PEMBAHASAN ii I. PENGERTIAN ISPA ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian. Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. II. KLASIFIKASI Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut : 1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : a. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
  • 4. b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding ii dada bagian bawah atau napas cepat. c. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu : d. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). e. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. f. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. III. ETIOLOGI Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002). Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95). IV. PATOFISIOLOGI Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
  • 5. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980). Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994). Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, ii yaitu:  Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa  Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
  • 6.  Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan ii batuk.  Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia. V. MANIFESTASI KLINIS a) Tanda-tanda ISPA Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.  Tanda-tanda klinis : a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.  Tanda-tanda laboratoris : a. Hypoxemia, b. Hypercapnia dan c. Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik). d. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin. b) Gejala ISPA · Gejala dari ISPA Ringan Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : 1. Batuk 2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis) 3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung 4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC
  • 7. ii · Gejala dari ISPA Sedang Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : 1. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun. 2. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer) 3. Tenggorokan berwarna merah 4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak 5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga 6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) · Gejala dari ISPA Berat Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : 1. Bibir atau kulit membiru 2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun 3. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah 4. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas 5. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba 6. Tenggorokan berwarna merah VI. PENATALAKSANAAN a) Pencegahan  Pencegahan dapat dilakukan dengan: a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. b. Immunisasi. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. b) Pengobatan dan perawatan  Prinsip perawatan ISPA antara lain: a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari b. Meningkatkan makanan bergizi c. Bila demam beri kompres dan banyak minum d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
  • 8. f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih ii menetek  Pengobatan antara lain: · Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). · Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari. VII. KOMPLIKASI Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. a. Sinusitis paranasal Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik. b. Penutupan tuba eusthachii Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan
  • 9. selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP). Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :  Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.  Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga ii merintangi penyaluran sekret.  Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis). c. Penyebaran infeksi Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta. VIII Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA a. Agent Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. b. Manusia 1. Umur Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 3. Status Gizi Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
  • 10. 4. Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir. 5. Status ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi. 6. Status Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak. c. Lingkungan 1. Kelembaban Ruangan Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali. 2. Suhu Ruangan Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali. 3. Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. 4. Kepadatan Hunian Rumah Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil ii
  • 11. penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali. 5. Penggunaan Anti Nyamuk Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan. 6. Bahan Bakar Untuk Memasak Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian. 7. Keberadaan Perokok Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk. 8. Status Ekonomi dan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. IX Cara Penularan Penyakit ISPA Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab ii
  • 12. B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ISPA 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN a) Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia c) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun) 2. INTERVENSI DAN RASIONAL 1) Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50 Intervensi Rasionalisasi Observasi tanda – tanda vital Pemantauan tanda vital yang teratur dapat ii menentukan perkembangan perawatan selanjutnya Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin (air biasa) pada kepala / axial. Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat. Atur sirkulasi udara. Penyedian udara bersih Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas Kolaborasi dengan dokter : · Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial · Antipiretika Untuk mengontrol infeksi pernapasan Menurunkan panas 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia Tujuan: · Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal. · Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan. · Tidak menunujukan tanda malnutrisi. Intervensi Rasional Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan
  • 13. ii evaluasi keadekuatan rencana nutrisi Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total Berikan oral sering, buang secret berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan lingkungan bersih dan menyenangkan. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih dan menyenangkan. Tingkatkan tirai baring. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic Kolaborasi: · Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal 3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol Intervensi Rasional Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasinya, lamanya, dan karakteristiknya. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan. Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok Mengurangi bertambah beratnya penyakit Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi · Steroid oral, iv, & inhalasi · Analgesic · Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan · Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri
  • 14. 4) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun) Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi Intervensi Rasional Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan potensial terpajan pada ii penyakit infeksius Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat sampah Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan Daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi C. CONTOH KASUS Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7 tahun dan anak keduanya berusia 4 tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu selly mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga mengalami diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik. Hasil pemeriksaan diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40 x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5o C. Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS untuk ditangani lebih lanjut.
  • 15. PENGKAJIAN 1. Indentitas klien Nama : An. I Umur : 1 Tahun 7 Bulan Jenis kelamin : perempuan 2. Riwayat keperawatan a. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak kunjung sembuh, demam, menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare. b. Riwayat kesehatan masa lalu : Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh. 3. Koping keluarga Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif. 4. Riwayat tumbuh kembang a. BB lahir abnormal b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium 5. Riwayat social Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan aktif bermain dengan teman sebayanya. 6. Pemeriksaan fisik a. Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare b. Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya c. Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentang penyakit pernafasan serta tindakan yang akan dilakukan. ii No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi 1 Napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke · Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah. · Ciptakan dan · Membantu dalam memberikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan Pola napas klien kembali efektif
  • 16. paru-paru. pertahankan ii jalan nafas yang bebas. · Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat. · Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter. · Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilato r) · Observasi tand a vital,adanya cyanosis,serta pola kedalaman dalam pernafasan. sekret dengan mudah. · Menciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas. · Menganjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat. · Membantu dalam pemberian O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter. · Membantu dalam pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator) · Mengobservasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.
  • 17. BAB III PENUTUP ii 3. Kesimpulan Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional. 3.2. Saran Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA  http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut- ispa.html  http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa- infeksi-saluran-pernapasan-akut/  http://chapung- vierche.blogspot.com/2011/11/askep- ispa.html  http://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian- ispa.html  http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/12/askep- ispa- infeksi-saluran-pernafasan. ii html  http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak. html
  • 19. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “ INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT”, semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa Akper Pemda Muna dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir ii kata kami mengucapkan terima kasih. Raha, Februari 2014 Penyusun
  • 20. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………….....…........ i DAFTAR ISI ………………………………………………………...... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………….. ………....................... 1 B. Tujuan..................................................................................................... 2 C. Rumusan masalah................................................................................... 2 D. mafaat................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN I. Pengertian ispa................................................................................... 3 Ii. Klasifikasi.................................................................................... 3 Iii. Etiologi.......................................................................................... 4 Iv. Patofisiologi................................................................................... 4 V. Manifestasi klinis................................................................................... 6 Vi. Penatalaksanaan................................................................................... 7 Vii. Komplikasi................................................................................... 8 Viii faktor yang mempengaruhi penyakit ispa...................................... 9 Ix cara penularan penyakit ispa..................................................................... 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………….........……….................... 17 B. Saran....................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18 ii
  • 21. MAKALAH ISPA DISUSUN OLEH : NAMA : WA ODE GUSNAWATI KADIR ii NIM : 11.11.941 TINGKAT : II. A
  • 22. AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2014 ii