SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
OLEH :
NOVALIA TAHIR
811416038
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya
tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena
masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak
diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu
dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun
(1). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama
adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi
akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak
diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara
maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah
sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi
kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya
hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(2,3).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas
adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh
ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5).
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat
dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi
(3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar
antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian
dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu
adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini
berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3
juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari
Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa
separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan
(6).
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai
sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak
balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka
kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang
telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di
atas.
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang
balita rata- rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali
setahun.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi
penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :
(1) ISPA non–Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah
batuk pilek.
(2) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain
seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi napas
(napas cepat).
ISPA dapat ditularkan melalui bersin dan udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti
tetesan cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. Bila
penyebabnya virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang
untuk media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi
tempat berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau
sistem pernapasan. Umumnya penyakit pneumonia menular secara langsung
dari seseorang penderita kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu
batuk banyak virus dan kuman yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh orang
yang berdekatan dengan penderita.
Salah satu unsur penting dalam pencegahan kejadian ISPA
adalah pengendalian faktor risiko, yang meliputi antara lain:
*Pemberian ASI eksklusif,
*Kekurangan gizi pada balita,
*Pencegahan terjadinya berat badan lahir rendah,
*Pengurangan polusi udara dalam ruangan, dan paparan polusi
di luar ruangan
*Imunisasi
*Kepadatan Penduduk.
Penerapan beberapa intervensi dalam pengendalian
faktor risiko telah dilakukan di beberapa negara dan
didokumentasikan sebagai lesson learned
Upaya-upaya pengendalian faktor risiko di atas, telah dilaksanakan oleh
berbagai unit terkait baik di pusat maupun daerah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. Namun demikian, pada pelaksanaan kegiatan
pengendalian faktor risiko ke depan, Subdit ISPA akan memfokuskan
kegiatannya pada penanganan gangguan pernafasan akibat kabut asap.
INTERVENSI DAMPAK
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan - Penurunan 15-23% insidens pneumonia
- Penurunan 13% kematian anak
Kecukupan gizi, termasuk gizi mikro,
dalam 5 tahun pertama kehidupan
Penurunan 6% kematian anak, dengan
pemberian makanan pendamping ASI dalam
usia 6-23 bulan
Pengurangan polusi dalam rumah - Penurunan risiko (RR) dengan
penggunaan bahan bakar minyak.
- Pengurangan 75% insidens pneumonia
dengan peningkatan penggunaan bahan
bakar padat
Cuci tangan pakai sabun Penurunan 3% kematian anak, ketika
dikombinasikan dengan intervensi
peningkatan air minum dan sanitasi
1. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
Salah satu indikator kunci dalam program P2-ISPA adalah
cakupan penemuan pneumonia balita. Sejak tahun 2000, angka cakupan
penemuan pneumonia Balita berkisar antara 20%-36%. Angka cakupan
tersebut masih jauh dari target nasional yaitu periode 2000-2004
sebesar 86%, sedangkan periode 2005-2009 adalah dalam kisaran 46%-
86%. Sementara itu, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6
cakupan penemuan pneumonia balita cenderung tidak berubah periode
2011-2014. Peningkatan terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 63,45%.
2. Kesiapsiagaan dan Respon Pandemi Influenza
Belum efektifnya upaya-upaya penemuan dan tatalaksana kasus
pneumonia balita
Belum optimalnya upaya penanganan ISPA di wilayah kabut
asap
Masih rendahnya jumlah daerah dengan kesiapsiagaan
pandemi influenza
Kurangnya ketersediaan data dan hasil riset terkait P2-ISPA
Masih lemahnya dukungan manajemen program
PPT P2 ISPA.pptx

More Related Content

Similar to PPT P2 ISPA.pptx

Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]
Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]
Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]nandang2404
 
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPABAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPANajMah Usman
 
Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018
Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018
Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018muhamadrizkiabdulgan
 
PPT PROGRAM ISPA.ppt
PPT PROGRAM ISPA.pptPPT PROGRAM ISPA.ppt
PPT PROGRAM ISPA.pptNovalia41
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniakhairil10
 
1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx
1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx
1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docxSadhiraGita
 
Imunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptxImunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptxdeaputri88
 
3.Pencegahan Pneumonia.pdf
3.Pencegahan Pneumonia.pdf3.Pencegahan Pneumonia.pdf
3.Pencegahan Pneumonia.pdfcarolussiahaan1
 
223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumoniahomeworkping10
 
PPT VAKSINASI COVID 19.pptx
PPT VAKSINASI COVID 19.pptxPPT VAKSINASI COVID 19.pptx
PPT VAKSINASI COVID 19.pptxOgiKurniawan3
 

Similar to PPT P2 ISPA.pptx (20)

Proposal hartati psik terakhir
Proposal hartati psik terakhirProposal hartati psik terakhir
Proposal hartati psik terakhir
 
ISPA MENURUT WHO.pdf
ISPA MENURUT WHO.pdfISPA MENURUT WHO.pdf
ISPA MENURUT WHO.pdf
 
Edi
EdiEdi
Edi
 
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNAIndry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]
Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]
Cakupan penemuan pneumonia_pada_balita_di_indonesia_tahun[1]
 
Epidemiologi ispa
Epidemiologi ispaEpidemiologi ispa
Epidemiologi ispa
 
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPABAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
 
Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018
Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018
Penemuan Pnemonia di indonesia tahun 2013-2018
 
F1 borang
F1 borangF1 borang
F1 borang
 
ispa
ispaispa
ispa
 
PPT PROGRAM ISPA.ppt
PPT PROGRAM ISPA.pptPPT PROGRAM ISPA.ppt
PPT PROGRAM ISPA.ppt
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
 
1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx
1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx
1446-Article Text-9877-1-10-20190227.docx
 
Imunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptxImunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptx
 
3.Pencegahan Pneumonia.pdf
3.Pencegahan Pneumonia.pdf3.Pencegahan Pneumonia.pdf
3.Pencegahan Pneumonia.pdf
 
223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia
 
PPT VAKSINASI COVID 19.pptx
PPT VAKSINASI COVID 19.pptxPPT VAKSINASI COVID 19.pptx
PPT VAKSINASI COVID 19.pptx
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Recently uploaded (20)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

PPT P2 ISPA.pptx

  • 2. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease (2,3).
  • 3. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5). Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).
  • 4. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
  • 5. ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata- rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
  • 6. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu : (1) ISPA non–Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek. (2) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi napas (napas cepat).
  • 7. ISPA dapat ditularkan melalui bersin dan udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti tetesan cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. Bila penyebabnya virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi tempat berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau sistem pernapasan. Umumnya penyakit pneumonia menular secara langsung dari seseorang penderita kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan kuman yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh orang yang berdekatan dengan penderita.
  • 8. Salah satu unsur penting dalam pencegahan kejadian ISPA adalah pengendalian faktor risiko, yang meliputi antara lain: *Pemberian ASI eksklusif, *Kekurangan gizi pada balita, *Pencegahan terjadinya berat badan lahir rendah, *Pengurangan polusi udara dalam ruangan, dan paparan polusi di luar ruangan *Imunisasi *Kepadatan Penduduk. Penerapan beberapa intervensi dalam pengendalian faktor risiko telah dilakukan di beberapa negara dan didokumentasikan sebagai lesson learned
  • 9. Upaya-upaya pengendalian faktor risiko di atas, telah dilaksanakan oleh berbagai unit terkait baik di pusat maupun daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Namun demikian, pada pelaksanaan kegiatan pengendalian faktor risiko ke depan, Subdit ISPA akan memfokuskan kegiatannya pada penanganan gangguan pernafasan akibat kabut asap. INTERVENSI DAMPAK Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan - Penurunan 15-23% insidens pneumonia - Penurunan 13% kematian anak Kecukupan gizi, termasuk gizi mikro, dalam 5 tahun pertama kehidupan Penurunan 6% kematian anak, dengan pemberian makanan pendamping ASI dalam usia 6-23 bulan Pengurangan polusi dalam rumah - Penurunan risiko (RR) dengan penggunaan bahan bakar minyak. - Pengurangan 75% insidens pneumonia dengan peningkatan penggunaan bahan bakar padat Cuci tangan pakai sabun Penurunan 3% kematian anak, ketika dikombinasikan dengan intervensi peningkatan air minum dan sanitasi
  • 10. 1. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Salah satu indikator kunci dalam program P2-ISPA adalah cakupan penemuan pneumonia balita. Sejak tahun 2000, angka cakupan penemuan pneumonia Balita berkisar antara 20%-36%. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu periode 2000-2004 sebesar 86%, sedangkan periode 2005-2009 adalah dalam kisaran 46%- 86%. Sementara itu, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6 cakupan penemuan pneumonia balita cenderung tidak berubah periode 2011-2014. Peningkatan terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 63,45%. 2. Kesiapsiagaan dan Respon Pandemi Influenza
  • 11. Belum efektifnya upaya-upaya penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia balita Belum optimalnya upaya penanganan ISPA di wilayah kabut asap Masih rendahnya jumlah daerah dengan kesiapsiagaan pandemi influenza Kurangnya ketersediaan data dan hasil riset terkait P2-ISPA Masih lemahnya dukungan manajemen program