SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Machine Vision
LECTURE NOTES
Machine Vision
Session 13
Sample Applications
Machine Vision
LEARNING OUTCOMES
a. Peserta dapat memahami perkembangan penelitian machine vision pada aplikasi content
vased image retrieval
b. Peserta dapat memahami perkembangan penelitian machine vision pada aplikasi face
recognition
c. Peserta dapat mengevaluasi state-of-art dari algoritma-algoritma hasil penelitian pada
bidang machine vision
OUTLINE MATERI (Sub-Topic):
1. Content Based Image Retrieval
2. Face Recognition
Machine Vision
ISI MATERI
Content Based Image Retrieval
Sebuah database gambar yang baik juga perlu mendukung pencarian gambar oleh
pengguna dengan mudah dan akurat. Untuk itu diperlukan metode yang bisa mencari dan
menarik gambar yang relevan dengan cepat dan akurat. Search engine biasanya menggunakan
pendekatan text-based. Tapi pendekatan ini memiliki kelemahan di mana gambar-gambar
pada database harus dilabeli atau dianotasi sehingga text-based search engine bisa
menemukan gambar yang yang dicari. Selain itu, gambar pada database juga kadang dilabeli
dengan anotasi yang salah. Sehingga diperlukan usaha ekstra untuk melabeli gambar-gambar
di database secara manual yang kadang terlalu sulit untuk dilakukan pada database dengan
jumlah gambar yang sangat besar.
Content-based image retrieval (CBIR) merupakan cara yang lebih baik dalam
pencarian gambar pada database dibandingkan dengan text-based image retrieval. Pada
sistem CBIR, setiap gambar biasanya direpresentasikan oleh satu set visual features yang
diekstrak dari gambar tersebut. Proses feature extraction untuk mewakili setiap gambar pada
database dilakukan pada fase training (offline). Feature-feature dari setiap gambar pada
database kemudian dirangkum dan dindeks untuk memudahkan dan mempercepat pencarian.
Kemudian, pada fase testing (online) pengguna bisa melakukan pencarian gambar dengan
memasukkan sebuah gambar query. Sistem CBIR melakukan feature extraction pada gambar
query dengan metode yang sama dengan yang digunakan pada fase training. Feature pada
gambar query kemudian dicocokkan dengan feature-feature dari gambar pada database.
Berdasarkan hasil pencocokan ini, sistem CBIR kemudian menghasilkan daftar gambar-
gambar yang dianggap relevant dengan gambar query yang dimasukkan oleh pengguna.
Machine Vision
Secara umum visual features yang bisa dimanfaatkan oleh sistem CBIR bisa
dikelompokkan menjadi: color features, texture features, dan shape features. Informasi
berupa lokasi 2D dari setiap feature pada gambar juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
hasil image retrieval yang lebih baik. Rangkuman lebih lengkap tentang visual features bisa
dibaca pada jurnal paper yang ditulis oleh (Ismail, 2017) yang ada di Daftar Pustaka no. 3.
Pada paper ini, Ismail juga membahas secara lengkap kelemahan dari sistem-sistem
CBIR yang ada saat ini. Kelemahan utama terdapat pada asumsi bahwa kesamaan visual pada
gambar menunjukkan kesamaan secara semantic. Tapi asumsi ini umumnya tidak berlaku
karena ada ketimpangan (gap) antara makna pada high-level semantic dengan representasi
gambar menggunakan low-level visual features. Ismail pada paper tersebut merangkum
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menjembatani ketimpangan (gap) tersebut.
Pendekatan-pendekatan ini bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu: pendekatan berdasarkan
supervised dan unsupervised learning, dan pendekatan fusion-based image retrieval.
Selain itu, Ismail dalam papernya (Ismail, 2017) juga membahas tentang
permasalahan-permasalahan yang masih dihadapi oleh sistem CBIR, yaitu: anotasi gambar
secara otomatis, sistem CBIR yang bisa menerima gambar query lebih dari satu, dan proses
benchmarking untuk sistem CBIR. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
CBIR, mahasiswa disarankan untuk membaca pustaka no. 3 di Daftar Pustaka dan juga
pustaka-pustaka lain yang berhubungan.
Machine Vision
ISI MATERI
Face Recognition
Face recognition merupakan salah satu sistem biometric yang paling banyak
digunakan dalam proses identifikasi karena bersifat natural dan non-intrusive. Secara umum,
sistem face recognition terbagi menjadi 3 tahap, yaitu face detection, feature extraction dan
face recognition dan ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 1 (Chihaoui, Elkefi, Bellil, &
Amar, 2016).
Gambar 1 – Tahapan dalam sistem Face Recognition (Chihaoui, Elkefi, Bellil, & Amar, 2016)
Tahap pertama adalah face detection, dimana sistem mencoba menentukan apakah
terdapat wajah dalam suatu gambar dan kemudian menentukan lokasi setiap wajah pada
gambar tersebut. Beberapa faktor yang berperan penting dalam face detection antara lain
illumination, position, facial expression, orientation dan morphological criteria seperti
adanya kumis, kacamata, dan sebagainya.
Tahap berikutnya adalah feature extraction yang bertujuan untuk memperoleh feature
vector (signature atau karakteristik unik) dari gambar wajah tersebut. Feature vector ini akan
digunakan untuk membedakan individu yang satu dengan lainnya.
Tahap terakhir adalah proses authentication dan identification. Authentication
merupakan perbandingan antara sebuah wajah dengan wajah lain yang telah ditentukan
(presumed identity) untuk membuktikan identitas pengguna. Identification merupakan
Machine Vision
perbandingan antara sebuah wajah dengan berbagai wajah lain yang ada dalam database
untuk menentukan beberapa kemungkinan identitas pengguna dan disajikan dalam bentuk
persentase probabilitas.
Teknik face recognition dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan area wajah
yang digunakan dalam proses (Chihaoui, Elkefi, Bellil, & Amar, 2016), antara lain:
 Global Approach
Teknik pada kategori global approach dikenal juga dengan istilah Holistic
Approach, dimana seluruh area wajah akan digunakan sebagai input bagi sistem.
Data ini kemudian diproyeksikan ke dalam dimensi yang lebih kecil (subspace).
 Local Approach
Teknik pada kategori local approach hanya akan menggunakan beberapa feature
atau karakteristik dari sebagian area wajah yang diperoleh melalui sebuah
classifier.
 Hybrid and Statistical Approach
Teknik pada kategori hybrid and statistical approach umumnya merupakan
gabungan antara kedua jenis diatas untuk meningkatkan akurasi sistem. Metode
statistik dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variable dalam
persamaan matematis.
Face Recognition Dengan Global Approach
Pada implementasi face recognition dengan global approach, gambar wajah
direpresentasikan dalam bentuk pixel matrix yang kemudian ditransformasikan ke dalam vector agar
dapat dimanipulasi. Karena seluruh area wajah akan digunakan, maka tidak diperlukan adanya proses
Machine Vision
feature extraction untuk memperoleh karakteristik tertentu seperti mulut, hidung, mata, dan
sebagainya.
Meskipun metode ini mudah untuk diimplementasikan, metode ini cenderung sensitif
terhadap berbagai variasi yang mungkin terjadi seperti pose, pencahayaan, ekspresi wajah dan
orientasi wajah karena variasi ini pada dasarnya akan mengubah nilai pixel dari gambar tersebut.
Input data kemudian diproyeksikan kedalam dimensi yang lebih rendah (subspace). Hal ini
dikarenakan tidak semua pixel pada input data merupakan bagian wajah (beberapa pixel bisa saja
merupakan bagian dari background image). Dengan demikian, gambar wajah tersebut dapat diperkecil
dengan memberikan fokus hanya pada bagian wajah.
Berdasarkan teknik yang digunakan dalam melakukan proyeksi, kategori Global Approach
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Linear dan Non-Linear.
Linear Techniques
Berikut adalah beberapa contoh teknik yang termasuk dalam kategori linear techniques:
 Eigenface
Eigenface merupakan teknik yang paling populer digunakan dalam face recognition.
Teknik ini didasarkan pada penggunaan Principal Component Analysis (PCA) untuk
transformasi gambar menjadi sebuah eigenface. Secara umum, tujuan utama dari teknik
ini adalah untuk menentukan principal components dari berbagai sample gambar yang
ada. Dalam definisi formal, hal ini berarti menentukan eigenvector dari covariance matrix
yang dibentuk berdasarkan sample gambar yang ada. Covariance matrix diperoleh
melalui transformasi setiap gambar menjadi sebuah vector dimana setiap elemen dari
vector tersebut merupakan nilai intensitas pixel yang bersangkutan. Transformasi pixel
matrix menjadi vector ini secara tidak langsung telah menghapus struktur geometri
gambar tersebut.
Machine Vision
 2D Principal Component Analysis
Teknik 2D Principal Component Analysis berusaha memperbaiki kekurangan pada PCA,
dimana hilangnya informasi (struktur geometri) saat transformasi pixel matrix menjadi
vector diatasi melalui penggunaan two-dimensional matrices (2D PCA). Karena input
sudah berupa 2D matrices, maka transformasi menjadi vector tidak diperlukan lagi.
Image covariance matrix dibangun secara langsung menggunakan matrix gambar input
dan kemudian diperoleh eigenvector sebagai dasar dari proses feature extraction.
 Linear Discriminant Analysis (LDA)
Teknik LDA juga berusaha memperbaiki kekurangan pada PCA melalui penerapan linear
discriminant criterion. Criterion ini bertujuan untuk memaksimalkan ratio antara
determinan between-class scatter matrix dengan determinan within-class scatter matrix
dari gambar yang diberikan.
Between-class scatter matrix dikenal juga sebagai extra-personal dan menggambarkan
variasi yang terjadi atas perbedaan identitas (individu yang berbeda), sementara within-
class scatter matrix yang dikenal dengan sebagai intra-personal menggambarkan variasi
yang terjadi pada identitas yang sama. Variasi ini bisa terjadi karena perbedaan
pencahayaan atau ekspresi wajah saat pengambilan gambar.
Non-Linear Techniques
Berikut adalah beberapa teknik yang termasuk dalam kategori non-linear techniques:
 Kernel Principal Component Analysis
Kernel PCA merupakan ekstensi dari PCA yang bersifat non-linear. Proses utamanya
adalah mapping data dari input space ke dalam feature space melalui metode non-linear
mapping, dan kemudian melakukan kalkulasi PCA dalam feature space tersebut. Kernel
function yang digunakan adalah polynominal kernel dan memanfaatkan sebuah
pendekatan yang dikenal dengan istilah kernel trick, dimana perhitungan vector (dot
Machine Vision
product) pada feature space dapat dilakukan tanpa harus melakukan transformasi ke
dalam feature space tersebut.
 Support Vector Machine
Support Vector Machine (SVM) merupakan teknik yang digunakan dalam pattern
recognition secara efektif dan oleh karenanya juga telah digunakan dalam face
recognition. Dalam dataset yang terdiri dari 2 jenis kelas berbeda, SVM akan mencari
sebuah hyperplane untuk memisahkan dataset tersebut menjadi 2 sisi. Hal ini tercapai
dengan cara memaksimalkan jarak antar titik terdekat dari kedua kelas tersebut, dan
hyperplane yang dihasilkan dikenal dengan istilah Optimal Separating Hyperplane
(OSH).
Face Recognition Dengan Local Approach
Teknik face recognition pada kategori local approach memanfaatkan facial features yang
kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan parameter statistik tertentu (Chihaoui, Elkefi, Bellil, &
Amar, 2016). Kategori ini juga dikenal sebagai feature-based approach dan dapat dibagi menjadi 2
jenis berdasarkan cara memperoleh facial features yaitu:
 Interest-point based methods
Teknik pada kategori interest-point based umumnya telah memiliki point of interest
tertentu, dan kemudian facial features diperoleh berdasarkan point tersebut.
 Local-appearance based methods
Teknik pada kategori local-appearance based akan membagi gambar ke dalam beberapa
area kecil (regions) untuk memperoleh local characteristics.
Machine Vision
Interest-Point Based Methods
Pada kategori interest-point based, point of interest telah ditentukan berdasarkan geometric
features tertentu, seperti jarak antar mata, lebar kepala, dan sebagainya. Data ini kemudian digunakan
sebagai input bagi classifier dalam membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Berikut adalah beberapa contoh teknik yang termasuk dalam kategori ini:
 Elastic Bunch Graph Mapping
Teknik Elastic Bunch Graph Mapping (EBGM) digunakan untuk identifikasi wajah dari
sebuah database yang berisi tepat satu gambar wajah untuk setiap individu. Face
description diperoleh melalui representasi wajah dalam bentuk image graphs dengan
tujuan untuk menghindari kompleksitas yang muncul dari berbagai variasi seperti pose,
ekspresi wajah, dan ukuran gambar wajah. Points of interest (mata, hidung, mulut, dan
lain-lain) direpresentasikan dalam bentuk wavelet components (jets) dan kemudian akan
digabungkan menjadi image graph yang merupakan representasi unik dari sebuah wajah.
Image graph ini kemudian akan dibandingkan dengan data yang ada di database untuk
membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya.
 Feature Extraction by Gabor Filter
Gabor filter merupakan sebuah filter linear yang digunakan dalam edge detection dan
dinamai atas penemunya, yaitu Dennis Gabor. Gabor filters telah terbukti sebagai salah
satu tool yang efektif untuk digunakan dalam proses facial feature extraction karena
memiliki properti orientational selectivity dan spatial locality yang mampu memberikan
toleransi terhadap distorsi. Meskipun demikian, Gabor filter masih memiliki kelemahan,
misalnya sifat filter yang tidak saling orthogonal satu sama lain dan oleh karenanya setiap
filter masih memiliki hubungan (correlated) dengan filter lainnya sehingga diperlukan
beberapa kombinasi filter lebih lanjut.
Machine Vision
Local-Appearance Based Methods
Setelah gambar terbagi menjadi beberapa region yang lebih kecil, proses berikutnya adalah
merepresentasikan informasi dari setiap region tersebut. Beberapa karakteristik yang umum
digunakan antara lain Gabor Coefficient, Haar Wavelets, Fourier Transform, Local Binary Pattern dan
Local Phase Quantization.
 Local Binary Pattern
Local Binary Pattern (LBP) merupakan sebuah descriptor yang bertujuan untuk
merangkum informasi mengenai struktur dari suatu gambar secara efisien. Motivasi dari
penggunaan LBP adalah adanya toleransi terhadap variasi pencahayaan serta memiliki
computational complexity yang cukup rendah.
Sebuah LBP operator akan memberikan label dalam bentuk desimal bagi setiap pixel, dan
dikenal dengan istilah LBP Codes. Setiap pixel akan dibandingkan dengan pixel
disekitarnya dalam area 3x3. Kemudian nilai intensitas dari setiap pixel dalam area 3x3
tersebut akan dikurangi dengan nilai intensitas central pixel, dimana bila hasilnya
negative maka diberi nilai 0 sedangkan jika hasilnya positif akan diberi nilai 1. Seluruh
nilai ini kemudian akan digabungkan secara clockwise membentuk sebuah binary number
dan kemudian dikonversi ke dalam bentuk desimal.
 Local Phase Quantization
Quantization merupakan proses mapping dari sebuah set dengan range yang besar
menjadi set dengan range yang lebih kecil, dimana contoh paling sederhananya adalah
pembulatan (rounding atau truncation).
Pada implementasi dalam face recognition, proses dimulai dengan membagi gambar ke
dalam area yang lebih kecil (regions) lalu menerapkan Discrete Fourier Transform untuk
setiap pixel pada gambar dan kemudian melakukan quantization terhadap phase angle
dari frequency coefficient yang ada ke dalam quadrants. Proses quantization ini akan
menghasilkan nilai binary, dimana nilai positif akan diterjemahkan menjadi 1 dan nilai
Machine Vision
negatif diterjemahkan menjadi 0. Hasil encoding ini kemudian diubah ke bentuk desimal
dan dikenal sebagai LPQ Labels yang merupakan representasi local texture pada pixel
tersebut.
LPQ Label pada setiap region kemudian digabungkan menjadi sebuah histogram, dan
terakhir histogram dari setiap region akan digabungkan menjadi satu. Identifikasi individu
kemudian tercapai dengan membandingkan histogram yang diperoleh dengan histogram
yang tersimpan di database.
Face Recognition Dengan Hybrid Approach
Teknik pada kategori ini merupakan gabungan antara penggunaan karakteristik global dan
lokal. Contoh yang termasuk dalam kategori ini adalah Hidden Markov Model (HMM). Tahap
pertama adalah membagi sebuah gambar wajah kedalam 5 area (subface) sesuai dengan urutan alami
dalam fase recognition yaitu forehead, eyes, nose, mouth dan chin. Tahap berikutnya adalah
melakukan feature extraction menggunakan LBP atau LPQ dan diikuti dengan penerapan Discrete
Cosine Transform. Hasil dari operasi tersebut berupa vector (HMM subface). Local HMM dari setiap
subface kemudian digabungkan untuk membentuk global HMM.
Machine Vision
SIMPULAN
1. Sistem CBIR berdasarkan visual features sudah banyak diusulkan. Tapi pendekatan ini
masih menghadapi kendala adanya kesenjangan (gap) antara makna pada high-level
semantic dengan representasi gambar menggunakan low-level visual features.
Pendekatan-pendekatan untuk menjembatani gap ini juga sudah diusulkan oleh para
peneliti.
2. Perkembangan dari penelitian di bidang face recognition sudah cukup pesat. Mulai dari
face recognition menggunakan pendekatan global, pendekatan lokal, sampai dengan
pendekatan hybrid global dan lokal.
Machine Vision
DAFTAR PUSTAKA
1. Forsyth. (2011). Computer Vision a Modern Approach (2nd Edition). Prentice Hall.
New Jersey. ISBN-10: 013608592X. ISBN-13: 978-0136085928.
2. Szeliski. (2010). Computer Vision: Algorithms and Applications. Springer. London.
ISBN-13: 978-1848829343. ISBN-10: 1848829345
3. M. M. Ismail, A Survey on Content-based Image Retrieval, IJACSA, 8 (5), 2017
4. M. Chihaoui, A. Elkefi, W. Bellil, and C. B. Amar, A Survey of 2D Face Recognition
Techniques, Computers 5(4), 2016
5. M. M. Kasar, D. Bhattacharyya, and T-H Kim, Face Recognition Using Neural
Network: A Review, IJSIA 10 (3), 2016, pp. 81 - 100

More Related Content

What's hot

Proposal Sistem Pengenalan Wajah
Proposal Sistem Pengenalan WajahProposal Sistem Pengenalan Wajah
Proposal Sistem Pengenalan WajahDwi Ely Kurniawan
 
Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]
Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]
Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]Desiree Jane
 
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Amran Simamora
 
2 tadan83-106
2 tadan83-1062 tadan83-106
2 tadan83-106Alen Pepa
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...ym.ygrex@comp
 
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...ym.ygrex@comp
 
Face recognition
Face recognitionFace recognition
Face recognitionAji Jatnika
 
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...Repository Ipb
 
Model sistem
Model sistemModel sistem
Model sistemarfianti
 
Bab proposal deteksi objek
Bab  proposal deteksi objekBab  proposal deteksi objek
Bab proposal deteksi objekYunifa Ad'ha
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citraOvie Poenya
 
Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiCahyaUPN97
 

What's hot (15)

Proposal Sistem Pengenalan Wajah
Proposal Sistem Pengenalan WajahProposal Sistem Pengenalan Wajah
Proposal Sistem Pengenalan Wajah
 
Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]
Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]
Face Detection & Face Recognition [Teori Informasi 2011]
 
Kelompok11
Kelompok11Kelompok11
Kelompok11
 
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
 
2 tadan83-106
2 tadan83-1062 tadan83-106
2 tadan83-106
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
 
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
5. jurnal jones pandiangan perancangan aplikasi segmentasi citra dengan metod...
 
Face recognition
Face recognitionFace recognition
Face recognition
 
Sistem pengenalan wajah
Sistem pengenalan wajahSistem pengenalan wajah
Sistem pengenalan wajah
 
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
 
9 f43e4d cd01
9 f43e4d cd019 f43e4d cd01
9 f43e4d cd01
 
Model sistem
Model sistemModel sistem
Model sistem
 
Bab proposal deteksi objek
Bab  proposal deteksi objekBab  proposal deteksi objek
Bab proposal deteksi objek
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
 
Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasi
 

Similar to Judul

Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...
Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...
Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...Noor Azizah
 
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...ym.ygrex@comp
 
pengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptx
pengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptxpengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptx
pengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptxRikiDarmawan11
 
Goal Directed Design - kelompok 2.pptx
Goal Directed Design - kelompok 2.pptxGoal Directed Design - kelompok 2.pptx
Goal Directed Design - kelompok 2.pptxZakyRomdoni
 
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Fazar Hidayat
 
Interaksi Manusia dan Komputer : Conceptual Model
Interaksi Manusia dan Komputer : Conceptual ModelInteraksi Manusia dan Komputer : Conceptual Model
Interaksi Manusia dan Komputer : Conceptual ModelEko Kurniawan Khannedy
 
Procceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiri
Procceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiriProcceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiri
Procceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiriAndika Dwi Hadiri
 
Matlabputufahri
MatlabputufahriMatlabputufahri
MatlabputufahrianakBaik
 
Aplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi Baru
Aplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi BaruAplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi Baru
Aplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi BaruNurdin Al-Azies
 
05 Bab 2 152016039.pdf
05 Bab 2 152016039.pdf05 Bab 2 152016039.pdf
05 Bab 2 152016039.pdfBujangMustika
 
Pengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptx
Pengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptxPengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptx
Pengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptxNandaNursyahAlam
 
Analisis dan perancangan sistem informasi
Analisis dan perancangan sistem informasiAnalisis dan perancangan sistem informasi
Analisis dan perancangan sistem informasiDyah Ayu Damayanti
 
Aps12 design object_modeling
Aps12 design object_modelingAps12 design object_modeling
Aps12 design object_modelingArif Rahman
 
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMA
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMAPENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMA
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMAAyuEndahLestari
 
Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...
Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...
Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...Agung Hakase
 

Similar to Judul (20)

Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...
Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...
Pengenalan Wajah Dua Dimensi Menggunakan Multi-Layer Perceptron Berdasarkan N...
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...2. jurnal dessy purwandani  implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
2. jurnal dessy purwandani implementasi metode gaussian smoothing untuk peng...
 
Face recognition
Face recognitionFace recognition
Face recognition
 
pengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptx
pengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptxpengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptx
pengolahan citra mengenai segmentasi citra.pptx
 
PKL Bondowoso.pptx
PKL Bondowoso.pptxPKL Bondowoso.pptx
PKL Bondowoso.pptx
 
Jenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraJenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format Citra
 
Goal Directed Design - kelompok 2.pptx
Goal Directed Design - kelompok 2.pptxGoal Directed Design - kelompok 2.pptx
Goal Directed Design - kelompok 2.pptx
 
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
Content based image retrieval tugas softskill kelompok 1 2 ia15
 
Interaksi Manusia dan Komputer : Conceptual Model
Interaksi Manusia dan Komputer : Conceptual ModelInteraksi Manusia dan Komputer : Conceptual Model
Interaksi Manusia dan Komputer : Conceptual Model
 
8043 23279-1-pb
8043 23279-1-pb8043 23279-1-pb
8043 23279-1-pb
 
Procceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiri
Procceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiriProcceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiri
Procceding_KNIT_2_97-102_AndikaDwiHadiri
 
Matlabputufahri
MatlabputufahriMatlabputufahri
Matlabputufahri
 
Aplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi Baru
Aplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi BaruAplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi Baru
Aplikasi Rekayasa Konstruksi dg SAP2000 Edisi Baru
 
05 Bab 2 152016039.pdf
05 Bab 2 152016039.pdf05 Bab 2 152016039.pdf
05 Bab 2 152016039.pdf
 
Pengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptx
Pengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptxPengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptx
Pengantar Visualisasi Data 2024 Terbaru.pptx
 
Analisis dan perancangan sistem informasi
Analisis dan perancangan sistem informasiAnalisis dan perancangan sistem informasi
Analisis dan perancangan sistem informasi
 
Aps12 design object_modeling
Aps12 design object_modelingAps12 design object_modeling
Aps12 design object_modeling
 
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMA
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMAPENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMA
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PT GLOBAL PRIMA UTAMA
 
Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...
Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...
Pengembangan Antarmuka Grafis Automated Fingerprint Identification System Ber...
 

More from Binus Online Learning

PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1Binus Online Learning
 
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2 PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2 Binus Online Learning
 

More from Binus Online Learning (20)

LN s11-machine vision-s2
LN s11-machine vision-s2LN s11-machine vision-s2
LN s11-machine vision-s2
 
LN s05-machine vision-s2
LN s05-machine vision-s2LN s05-machine vision-s2
LN s05-machine vision-s2
 
LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2LN s04-machine vision-s2
LN s04-machine vision-s2
 
LN s03-machine vision-s2
LN s03-machine vision-s2LN s03-machine vision-s2
LN s03-machine vision-s2
 
LN s02-machine vision-s2
LN s02-machine vision-s2LN s02-machine vision-s2
LN s02-machine vision-s2
 
PPT s12-machine vision-s2
PPT s12-machine vision-s2PPT s12-machine vision-s2
PPT s12-machine vision-s2
 
PPT s11-machine vision-s2
PPT s11-machine vision-s2PPT s11-machine vision-s2
PPT s11-machine vision-s2
 
PPT s10-machine vision-s2
PPT s10-machine vision-s2PPT s10-machine vision-s2
PPT s10-machine vision-s2
 
PPT s09-machine vision-s2
PPT s09-machine vision-s2PPT s09-machine vision-s2
PPT s09-machine vision-s2
 
PPT s08-machine vision-s2
PPT s08-machine vision-s2PPT s08-machine vision-s2
PPT s08-machine vision-s2
 
PPT s07-machine vision-s2
PPT s07-machine vision-s2PPT s07-machine vision-s2
PPT s07-machine vision-s2
 
PPT s06-machine vision-s2
PPT s06-machine vision-s2PPT s06-machine vision-s2
PPT s06-machine vision-s2
 
PPT s05-machine vision-s2
PPT s05-machine vision-s2PPT s05-machine vision-s2
PPT s05-machine vision-s2
 
PPT s04-machine vision-s2
PPT s04-machine vision-s2PPT s04-machine vision-s2
PPT s04-machine vision-s2
 
PPT s03-machine vision-s2
PPT s03-machine vision-s2PPT s03-machine vision-s2
PPT s03-machine vision-s2
 
PPT s02-machine vision-s2
PPT s02-machine vision-s2PPT s02-machine vision-s2
PPT s02-machine vision-s2
 
PPT s01-machine vision-s2
PPT s01-machine vision-s2PPT s01-machine vision-s2
PPT s01-machine vision-s2
 
LN sesi 2 delivering quality-1
LN sesi 2 delivering quality-1LN sesi 2 delivering quality-1
LN sesi 2 delivering quality-1
 
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
 
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2 PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
 

Recently uploaded

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (6)

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

Judul

  • 1. Machine Vision LECTURE NOTES Machine Vision Session 13 Sample Applications
  • 2. Machine Vision LEARNING OUTCOMES a. Peserta dapat memahami perkembangan penelitian machine vision pada aplikasi content vased image retrieval b. Peserta dapat memahami perkembangan penelitian machine vision pada aplikasi face recognition c. Peserta dapat mengevaluasi state-of-art dari algoritma-algoritma hasil penelitian pada bidang machine vision OUTLINE MATERI (Sub-Topic): 1. Content Based Image Retrieval 2. Face Recognition
  • 3. Machine Vision ISI MATERI Content Based Image Retrieval Sebuah database gambar yang baik juga perlu mendukung pencarian gambar oleh pengguna dengan mudah dan akurat. Untuk itu diperlukan metode yang bisa mencari dan menarik gambar yang relevan dengan cepat dan akurat. Search engine biasanya menggunakan pendekatan text-based. Tapi pendekatan ini memiliki kelemahan di mana gambar-gambar pada database harus dilabeli atau dianotasi sehingga text-based search engine bisa menemukan gambar yang yang dicari. Selain itu, gambar pada database juga kadang dilabeli dengan anotasi yang salah. Sehingga diperlukan usaha ekstra untuk melabeli gambar-gambar di database secara manual yang kadang terlalu sulit untuk dilakukan pada database dengan jumlah gambar yang sangat besar. Content-based image retrieval (CBIR) merupakan cara yang lebih baik dalam pencarian gambar pada database dibandingkan dengan text-based image retrieval. Pada sistem CBIR, setiap gambar biasanya direpresentasikan oleh satu set visual features yang diekstrak dari gambar tersebut. Proses feature extraction untuk mewakili setiap gambar pada database dilakukan pada fase training (offline). Feature-feature dari setiap gambar pada database kemudian dirangkum dan dindeks untuk memudahkan dan mempercepat pencarian. Kemudian, pada fase testing (online) pengguna bisa melakukan pencarian gambar dengan memasukkan sebuah gambar query. Sistem CBIR melakukan feature extraction pada gambar query dengan metode yang sama dengan yang digunakan pada fase training. Feature pada gambar query kemudian dicocokkan dengan feature-feature dari gambar pada database. Berdasarkan hasil pencocokan ini, sistem CBIR kemudian menghasilkan daftar gambar- gambar yang dianggap relevant dengan gambar query yang dimasukkan oleh pengguna.
  • 4. Machine Vision Secara umum visual features yang bisa dimanfaatkan oleh sistem CBIR bisa dikelompokkan menjadi: color features, texture features, dan shape features. Informasi berupa lokasi 2D dari setiap feature pada gambar juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan hasil image retrieval yang lebih baik. Rangkuman lebih lengkap tentang visual features bisa dibaca pada jurnal paper yang ditulis oleh (Ismail, 2017) yang ada di Daftar Pustaka no. 3. Pada paper ini, Ismail juga membahas secara lengkap kelemahan dari sistem-sistem CBIR yang ada saat ini. Kelemahan utama terdapat pada asumsi bahwa kesamaan visual pada gambar menunjukkan kesamaan secara semantic. Tapi asumsi ini umumnya tidak berlaku karena ada ketimpangan (gap) antara makna pada high-level semantic dengan representasi gambar menggunakan low-level visual features. Ismail pada paper tersebut merangkum pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menjembatani ketimpangan (gap) tersebut. Pendekatan-pendekatan ini bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu: pendekatan berdasarkan supervised dan unsupervised learning, dan pendekatan fusion-based image retrieval. Selain itu, Ismail dalam papernya (Ismail, 2017) juga membahas tentang permasalahan-permasalahan yang masih dihadapi oleh sistem CBIR, yaitu: anotasi gambar secara otomatis, sistem CBIR yang bisa menerima gambar query lebih dari satu, dan proses benchmarking untuk sistem CBIR. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang CBIR, mahasiswa disarankan untuk membaca pustaka no. 3 di Daftar Pustaka dan juga pustaka-pustaka lain yang berhubungan.
  • 5. Machine Vision ISI MATERI Face Recognition Face recognition merupakan salah satu sistem biometric yang paling banyak digunakan dalam proses identifikasi karena bersifat natural dan non-intrusive. Secara umum, sistem face recognition terbagi menjadi 3 tahap, yaitu face detection, feature extraction dan face recognition dan ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 1 (Chihaoui, Elkefi, Bellil, & Amar, 2016). Gambar 1 – Tahapan dalam sistem Face Recognition (Chihaoui, Elkefi, Bellil, & Amar, 2016) Tahap pertama adalah face detection, dimana sistem mencoba menentukan apakah terdapat wajah dalam suatu gambar dan kemudian menentukan lokasi setiap wajah pada gambar tersebut. Beberapa faktor yang berperan penting dalam face detection antara lain illumination, position, facial expression, orientation dan morphological criteria seperti adanya kumis, kacamata, dan sebagainya. Tahap berikutnya adalah feature extraction yang bertujuan untuk memperoleh feature vector (signature atau karakteristik unik) dari gambar wajah tersebut. Feature vector ini akan digunakan untuk membedakan individu yang satu dengan lainnya. Tahap terakhir adalah proses authentication dan identification. Authentication merupakan perbandingan antara sebuah wajah dengan wajah lain yang telah ditentukan (presumed identity) untuk membuktikan identitas pengguna. Identification merupakan
  • 6. Machine Vision perbandingan antara sebuah wajah dengan berbagai wajah lain yang ada dalam database untuk menentukan beberapa kemungkinan identitas pengguna dan disajikan dalam bentuk persentase probabilitas. Teknik face recognition dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan area wajah yang digunakan dalam proses (Chihaoui, Elkefi, Bellil, & Amar, 2016), antara lain:  Global Approach Teknik pada kategori global approach dikenal juga dengan istilah Holistic Approach, dimana seluruh area wajah akan digunakan sebagai input bagi sistem. Data ini kemudian diproyeksikan ke dalam dimensi yang lebih kecil (subspace).  Local Approach Teknik pada kategori local approach hanya akan menggunakan beberapa feature atau karakteristik dari sebagian area wajah yang diperoleh melalui sebuah classifier.  Hybrid and Statistical Approach Teknik pada kategori hybrid and statistical approach umumnya merupakan gabungan antara kedua jenis diatas untuk meningkatkan akurasi sistem. Metode statistik dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variable dalam persamaan matematis. Face Recognition Dengan Global Approach Pada implementasi face recognition dengan global approach, gambar wajah direpresentasikan dalam bentuk pixel matrix yang kemudian ditransformasikan ke dalam vector agar dapat dimanipulasi. Karena seluruh area wajah akan digunakan, maka tidak diperlukan adanya proses
  • 7. Machine Vision feature extraction untuk memperoleh karakteristik tertentu seperti mulut, hidung, mata, dan sebagainya. Meskipun metode ini mudah untuk diimplementasikan, metode ini cenderung sensitif terhadap berbagai variasi yang mungkin terjadi seperti pose, pencahayaan, ekspresi wajah dan orientasi wajah karena variasi ini pada dasarnya akan mengubah nilai pixel dari gambar tersebut. Input data kemudian diproyeksikan kedalam dimensi yang lebih rendah (subspace). Hal ini dikarenakan tidak semua pixel pada input data merupakan bagian wajah (beberapa pixel bisa saja merupakan bagian dari background image). Dengan demikian, gambar wajah tersebut dapat diperkecil dengan memberikan fokus hanya pada bagian wajah. Berdasarkan teknik yang digunakan dalam melakukan proyeksi, kategori Global Approach dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Linear dan Non-Linear. Linear Techniques Berikut adalah beberapa contoh teknik yang termasuk dalam kategori linear techniques:  Eigenface Eigenface merupakan teknik yang paling populer digunakan dalam face recognition. Teknik ini didasarkan pada penggunaan Principal Component Analysis (PCA) untuk transformasi gambar menjadi sebuah eigenface. Secara umum, tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menentukan principal components dari berbagai sample gambar yang ada. Dalam definisi formal, hal ini berarti menentukan eigenvector dari covariance matrix yang dibentuk berdasarkan sample gambar yang ada. Covariance matrix diperoleh melalui transformasi setiap gambar menjadi sebuah vector dimana setiap elemen dari vector tersebut merupakan nilai intensitas pixel yang bersangkutan. Transformasi pixel matrix menjadi vector ini secara tidak langsung telah menghapus struktur geometri gambar tersebut.
  • 8. Machine Vision  2D Principal Component Analysis Teknik 2D Principal Component Analysis berusaha memperbaiki kekurangan pada PCA, dimana hilangnya informasi (struktur geometri) saat transformasi pixel matrix menjadi vector diatasi melalui penggunaan two-dimensional matrices (2D PCA). Karena input sudah berupa 2D matrices, maka transformasi menjadi vector tidak diperlukan lagi. Image covariance matrix dibangun secara langsung menggunakan matrix gambar input dan kemudian diperoleh eigenvector sebagai dasar dari proses feature extraction.  Linear Discriminant Analysis (LDA) Teknik LDA juga berusaha memperbaiki kekurangan pada PCA melalui penerapan linear discriminant criterion. Criterion ini bertujuan untuk memaksimalkan ratio antara determinan between-class scatter matrix dengan determinan within-class scatter matrix dari gambar yang diberikan. Between-class scatter matrix dikenal juga sebagai extra-personal dan menggambarkan variasi yang terjadi atas perbedaan identitas (individu yang berbeda), sementara within- class scatter matrix yang dikenal dengan sebagai intra-personal menggambarkan variasi yang terjadi pada identitas yang sama. Variasi ini bisa terjadi karena perbedaan pencahayaan atau ekspresi wajah saat pengambilan gambar. Non-Linear Techniques Berikut adalah beberapa teknik yang termasuk dalam kategori non-linear techniques:  Kernel Principal Component Analysis Kernel PCA merupakan ekstensi dari PCA yang bersifat non-linear. Proses utamanya adalah mapping data dari input space ke dalam feature space melalui metode non-linear mapping, dan kemudian melakukan kalkulasi PCA dalam feature space tersebut. Kernel function yang digunakan adalah polynominal kernel dan memanfaatkan sebuah pendekatan yang dikenal dengan istilah kernel trick, dimana perhitungan vector (dot
  • 9. Machine Vision product) pada feature space dapat dilakukan tanpa harus melakukan transformasi ke dalam feature space tersebut.  Support Vector Machine Support Vector Machine (SVM) merupakan teknik yang digunakan dalam pattern recognition secara efektif dan oleh karenanya juga telah digunakan dalam face recognition. Dalam dataset yang terdiri dari 2 jenis kelas berbeda, SVM akan mencari sebuah hyperplane untuk memisahkan dataset tersebut menjadi 2 sisi. Hal ini tercapai dengan cara memaksimalkan jarak antar titik terdekat dari kedua kelas tersebut, dan hyperplane yang dihasilkan dikenal dengan istilah Optimal Separating Hyperplane (OSH). Face Recognition Dengan Local Approach Teknik face recognition pada kategori local approach memanfaatkan facial features yang kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan parameter statistik tertentu (Chihaoui, Elkefi, Bellil, & Amar, 2016). Kategori ini juga dikenal sebagai feature-based approach dan dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan cara memperoleh facial features yaitu:  Interest-point based methods Teknik pada kategori interest-point based umumnya telah memiliki point of interest tertentu, dan kemudian facial features diperoleh berdasarkan point tersebut.  Local-appearance based methods Teknik pada kategori local-appearance based akan membagi gambar ke dalam beberapa area kecil (regions) untuk memperoleh local characteristics.
  • 10. Machine Vision Interest-Point Based Methods Pada kategori interest-point based, point of interest telah ditentukan berdasarkan geometric features tertentu, seperti jarak antar mata, lebar kepala, dan sebagainya. Data ini kemudian digunakan sebagai input bagi classifier dalam membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah beberapa contoh teknik yang termasuk dalam kategori ini:  Elastic Bunch Graph Mapping Teknik Elastic Bunch Graph Mapping (EBGM) digunakan untuk identifikasi wajah dari sebuah database yang berisi tepat satu gambar wajah untuk setiap individu. Face description diperoleh melalui representasi wajah dalam bentuk image graphs dengan tujuan untuk menghindari kompleksitas yang muncul dari berbagai variasi seperti pose, ekspresi wajah, dan ukuran gambar wajah. Points of interest (mata, hidung, mulut, dan lain-lain) direpresentasikan dalam bentuk wavelet components (jets) dan kemudian akan digabungkan menjadi image graph yang merupakan representasi unik dari sebuah wajah. Image graph ini kemudian akan dibandingkan dengan data yang ada di database untuk membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya.  Feature Extraction by Gabor Filter Gabor filter merupakan sebuah filter linear yang digunakan dalam edge detection dan dinamai atas penemunya, yaitu Dennis Gabor. Gabor filters telah terbukti sebagai salah satu tool yang efektif untuk digunakan dalam proses facial feature extraction karena memiliki properti orientational selectivity dan spatial locality yang mampu memberikan toleransi terhadap distorsi. Meskipun demikian, Gabor filter masih memiliki kelemahan, misalnya sifat filter yang tidak saling orthogonal satu sama lain dan oleh karenanya setiap filter masih memiliki hubungan (correlated) dengan filter lainnya sehingga diperlukan beberapa kombinasi filter lebih lanjut.
  • 11. Machine Vision Local-Appearance Based Methods Setelah gambar terbagi menjadi beberapa region yang lebih kecil, proses berikutnya adalah merepresentasikan informasi dari setiap region tersebut. Beberapa karakteristik yang umum digunakan antara lain Gabor Coefficient, Haar Wavelets, Fourier Transform, Local Binary Pattern dan Local Phase Quantization.  Local Binary Pattern Local Binary Pattern (LBP) merupakan sebuah descriptor yang bertujuan untuk merangkum informasi mengenai struktur dari suatu gambar secara efisien. Motivasi dari penggunaan LBP adalah adanya toleransi terhadap variasi pencahayaan serta memiliki computational complexity yang cukup rendah. Sebuah LBP operator akan memberikan label dalam bentuk desimal bagi setiap pixel, dan dikenal dengan istilah LBP Codes. Setiap pixel akan dibandingkan dengan pixel disekitarnya dalam area 3x3. Kemudian nilai intensitas dari setiap pixel dalam area 3x3 tersebut akan dikurangi dengan nilai intensitas central pixel, dimana bila hasilnya negative maka diberi nilai 0 sedangkan jika hasilnya positif akan diberi nilai 1. Seluruh nilai ini kemudian akan digabungkan secara clockwise membentuk sebuah binary number dan kemudian dikonversi ke dalam bentuk desimal.  Local Phase Quantization Quantization merupakan proses mapping dari sebuah set dengan range yang besar menjadi set dengan range yang lebih kecil, dimana contoh paling sederhananya adalah pembulatan (rounding atau truncation). Pada implementasi dalam face recognition, proses dimulai dengan membagi gambar ke dalam area yang lebih kecil (regions) lalu menerapkan Discrete Fourier Transform untuk setiap pixel pada gambar dan kemudian melakukan quantization terhadap phase angle dari frequency coefficient yang ada ke dalam quadrants. Proses quantization ini akan menghasilkan nilai binary, dimana nilai positif akan diterjemahkan menjadi 1 dan nilai
  • 12. Machine Vision negatif diterjemahkan menjadi 0. Hasil encoding ini kemudian diubah ke bentuk desimal dan dikenal sebagai LPQ Labels yang merupakan representasi local texture pada pixel tersebut. LPQ Label pada setiap region kemudian digabungkan menjadi sebuah histogram, dan terakhir histogram dari setiap region akan digabungkan menjadi satu. Identifikasi individu kemudian tercapai dengan membandingkan histogram yang diperoleh dengan histogram yang tersimpan di database. Face Recognition Dengan Hybrid Approach Teknik pada kategori ini merupakan gabungan antara penggunaan karakteristik global dan lokal. Contoh yang termasuk dalam kategori ini adalah Hidden Markov Model (HMM). Tahap pertama adalah membagi sebuah gambar wajah kedalam 5 area (subface) sesuai dengan urutan alami dalam fase recognition yaitu forehead, eyes, nose, mouth dan chin. Tahap berikutnya adalah melakukan feature extraction menggunakan LBP atau LPQ dan diikuti dengan penerapan Discrete Cosine Transform. Hasil dari operasi tersebut berupa vector (HMM subface). Local HMM dari setiap subface kemudian digabungkan untuk membentuk global HMM.
  • 13. Machine Vision SIMPULAN 1. Sistem CBIR berdasarkan visual features sudah banyak diusulkan. Tapi pendekatan ini masih menghadapi kendala adanya kesenjangan (gap) antara makna pada high-level semantic dengan representasi gambar menggunakan low-level visual features. Pendekatan-pendekatan untuk menjembatani gap ini juga sudah diusulkan oleh para peneliti. 2. Perkembangan dari penelitian di bidang face recognition sudah cukup pesat. Mulai dari face recognition menggunakan pendekatan global, pendekatan lokal, sampai dengan pendekatan hybrid global dan lokal.
  • 14. Machine Vision DAFTAR PUSTAKA 1. Forsyth. (2011). Computer Vision a Modern Approach (2nd Edition). Prentice Hall. New Jersey. ISBN-10: 013608592X. ISBN-13: 978-0136085928. 2. Szeliski. (2010). Computer Vision: Algorithms and Applications. Springer. London. ISBN-13: 978-1848829343. ISBN-10: 1848829345 3. M. M. Ismail, A Survey on Content-based Image Retrieval, IJACSA, 8 (5), 2017 4. M. Chihaoui, A. Elkefi, W. Bellil, and C. B. Amar, A Survey of 2D Face Recognition Techniques, Computers 5(4), 2016 5. M. M. Kasar, D. Bhattacharyya, and T-H Kim, Face Recognition Using Neural Network: A Review, IJSIA 10 (3), 2016, pp. 81 - 100