SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Machine Vision
LECTURE NOTES
Machine Vision
Session 11
Recognition (2)
Machine Vision
LEARNING OUTCOMES
a. Peserta diharapkan memahami pendekatan unsupervised learning dan clustering untuk
mengelompokkan data berdasarkan karakteristik visualnya.
OUTLINE MATERI (Sub-Topic):
1. Unsupervised learning
2. Clustering
Machine Vision
ISI MATERI
Unsupervised Learning
Unsupervised learning adalah salah satu bentuk pembelajaran mesin yang mencoba
menarik kesimpulan dari sebuah dataset yang terdiri dari sampel data yang tidak memiliki
label. Metode unsupervised learning yang paling umum adalah analisis cluster, yang
memanfaatkan analisis data eksplanatori untuk menemukan pola/struktur tersembunyi atau
pengelompokkan pada data tidak berlabel. Karena data yang digunakan pada proses
pembelajaran tidak berlabel, maka output dari proses clustering tidak dapat dievaluasi
kebenarannya. Hal tersebut yang membedakan unsupervised learning dari supervised learning.
Beberapa alasan untuk melakukan unsupervised learning, diantaranya:
a. Proses memberi label pada pola dalam jumlah yang banyak membutuhkan waktu
b. Unsupervised learning dapat dilakukan pada data tidak berlabel, selanjutnya kelompok
data dengan berkarakteristik serupa diberi label sesuai dengan pengetahuan dari expert.
Data yang sudah diberi label kemudian dapat digunakan untuk proses training pada
supervised learning.
c. Melakukan ekstraksi fitur (Principal Component Analysis, Independent Component
Analysis, Singular Value Decomposition)
d. Analisis data ekspanatori pada unsupervised learning memberikan gambaran mengenai
struktur dari data.
Unsupervised learning memiliki memiliki relasi yang kuat dengan permasalahan
estimasi densitas pada statistika. Namun, usupervised learning juga dapat dimanfaatkan
untuk penarikan kesimpulan serta memberikan penjelasan tentang karakteristik utama dari
data. Beberapa pendekatan unsupervised learning, yaitu:
e. Clustering (k-means, mixture model, hierarchical clustering)
f. Hidden Markov Models
g. Teknik ekstraksi fitur untuk reduksi dimensi:
- Principal Component Analysis (PCA)
- Independent Component Analysis (ICA)
- Singular Value Decomposition (SVD)
Machine Vision
ISI MATERI
Clustering
Cluster analysis atau clustering adalah proses untuk mengelompokkan sekumpulan
obyek sedemikian sehingga obyek-obyek dalam kelompok yang sama (disebut cluster)
memiliki kemiripan yang lebih tinggi dibanding obyek-obyek pada kelompok lain. Clustering
merupakan proses utama dalam data mining, dan merupakan teknik yang secara umum
digunakan dalam analisis data secara statistik, juga digunakan pada banyak bidang seperti
pembelajaran mesin, pengenalan pola, analisis citra, temu kembali informasi, dan
bioinformatik.
Terdapat banyak pendekatan dalam melakukan clustering, masing-masing pendekatan
menggunakan model cluster dan algoritma berbeda. Beberapa model cluster sebagai berikut:
a. Model connectivity: contoh hierarchical clustering yang membangun model berdasarkan
distance connectivity.
b. Model centroid: contoh algoritma k-means yang merepresentasikan setiap cluster dengan
sebuah vektor mean.
c. Model distribusi: memodelkan cluster dengan distribusi statistik seperti distribusi normal
multivariate yang digunakan dalam algoritma Expectation-Maximization.
d. Model densitas: contoh DBSCAN dan OPTICS yang mendefiisikan cluser sebagai
connected dense region pada ruang data.
e. Model subspace: contoh Biclustering (dikenal juga sebagai Co-clustering atau two-mode-
clustering), dimana cluster dimodelkan oleh anggota cluster dan atribut-atribut yang
relevan.
f. Model graph: sebuah clique, yaitu subset dari node pada graph sedemikian sehingga
untuk setiap dua node dalam subset yang terkoneksi oleh sebuah edge dipertimbangkan
sebagai bentuk prototipe dari cluster.
Secara umum algoritma clustering bekerja berdasarkan salah satu dari dua pendekatan
berikut:
a. Iterative squared-error partitioning
b. Agglomerative hierarchical clustering
Machine Vision
Squared-Error Partitioning
Berikut algoritma clustering berdasarkan pendekatan squared-error partitioning:
Misalkan suatu data yang terdiri dari n pola akan dikelompokkan menjadi k cluster D1, ..., Dk.
Misalkan ni menyatakan jumlah sampel pada Di, dan misalkan mi adalah nilai rata-rata dari
sampel tersebut:



i
D
x
i
i x
n
m
1
Sum-of-square errors didefinisikan oleh:

 


k
i D
x
i
e
i
m
x
J
1
2
Untuk setiap cluster Di, mean vector mi atau disebut juga centroid, adalah representasi terbaik
dari semua sampel pada Di.
K-Means Clustering
Algoritma umum untuk iterative squered-error partitioning adalah sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah cluster, misal k
2. Inisialisasi centroid dengan cara memilih k sampel secara acak
3. Tentukan keanggotaan tiap sampel ke dalam salah satu cluster dengan cara mencari jarak
terdekat ke centroid.
4. Tentukan centroid baru dengan cara menghitung mean vector dari masing-masing cluster.
5. Lakukan langkah 3 dan 4 hingga nilai optimal dari fungsi obyektif terpenuhi (misal:
hingga ditemukan local minimum atau jumlah iterasi dipenuhi).
6. Sesuaikan jumlah cluster dengan melakukan penggabungan atau pemisahan dari cluster
yang sudah terbentuk dengan cara menghapus cluster dengan jumlah anggotanya sedikit
atau merupakan outlier.
Machine Vision
Langkah 1 hingga 5 dikenal sebagai k-means clustering. Gambar berikut memperlihatkan
ilustrasi proses clustering terhadap 30 sampel data kedalam 3 cluster: (a) inisialisasi centroid
secara acak; (b) menentukan keanggotaan setiap cluster; (c) iterasi-1: menentukan centroid
baru dan anggotanya; (d) iterasi-2: menentukan centroid baru dan anggotanya; (e) iterasi-3:
menentukan centroid baru dan anggotanya. Pada iterasi ketiga posisi centroid sama dengan
iterasi kedua, sehingga proses clustering dapat dihentikan karena sudah konvergen.
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Machine Vision
Proses komputasi K-means clustering sangat efisien dan dapat memberikan hasil yang baik
jika cluster bersifat kompak dan dapat dipisahkan dengan baik pada ruang fitur. Namun
pemilihan jumlah cluster atau nilai k yang tidak optimal akan menghasilkan pengelompokkan
yang tidak akurat. Pemilihan nilai k dapat dilakukan secara empiris maupun berdasarkan
pengetahuan sebelumnya mengenai data.
Hierarchical Clustering
K-means clustering menghasilkan deskripsi data yang bersifat flat, dimana setiap cluster
terpisah pada level yang sama. Pada aplikasi tertentu, sekelompok pola memiliki karakteristik
yang serupa jika dilihat pada level tertentu. Hierarchical clustering berusaha menangkap
pengelompokkan multi level tersebut menggunakan representasi bertingkat/hierarchical.
Berikut karakteristik hierarchical clustering dari data dengan n sampel:
a. Level pertama terdiri dari n cluster, dengan demikian tiap cluster beranggotakan sebuah
sampel.
b. Level kedua terdiri dari n-1 cluster
c. Level ketiga terdiri dari n-2 cluster
d. Dan selanjutnya hingga pada level terakhir (n) terdiri dari satu cluster dengan seluruh
sampel sebagai anggotanya.
Setiap dua sampel pada level tertentu akan dikelompokkan menjadi satu cluster dan akan
tetap akan bergabung sama pada level berikutnya. Hierarchical clustering biasanya
direpresentasikan sebagai tree atau dendogram, yang menunjukkan bagaimana setiap sampel
berkelompok. Berikut algoritma dari Agglomerative Hierarchical Clustering:
1. Tentukan jumlah cluster.
2. Tempatkan tiap sampel pada cluster.
3. Hitung jarak antar setiap cluster.
4. Gabungkan cluster yang memiliki jarak terdekat.
5. Lakukan langkah 3 dan 4 hingga tersisa satu cluster saja.
Berikut beberapa rumus yang umum digunakan untuk mengukur jarak antara dua cluster Di
dan Dj:
Machine Vision
j
i
j
i
mean
D
x D
x
j
i
j
i
avg
D
x
D
x
j
i
D
x
D
x
j
i
m
m
D
D
d
x
x
D
D
D
D
d
x
x
D
D
d
x
x
D
D
d
i j
j
i
j
i








 
 




)
,
(
#
1
)
,
(
max
)
,
(
min
)
,
(
'
,
,
max
,
min
Gambar berikut memperlihatkan tahapan proses hierarchical clustering terhadap 10
sampel data. Berikut penjelasan dari setiap tahapan tersebut:
(a) Bagi data menjadi 10 cluster yang masing-masing berisi satu sampel data.
(b) Cari dua cluster yang memiliki jarak terdekat kemudian gabungkan cluster tersebut
sehingga jumlah cluster hanya tinggal 9.
(c) Cari dua cluster yang memiliki jarak terdekat dengan menganggap cluster yang
sebelumnya sudah bergabung sebagai sebuah cluster kemudian gabungkan cluster
tersebut sehingga jumlah cluster tinggal 8.
(d) Ulangi langkah (c) hingga tersisa hanya satu cluster saja seperti diperlihatkan pada
gambar (i)
Machine Vision
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h) (i)
(j)
Machine Vision
SIMPULAN
1. Salah satu aplikasi utama dari unsupervised learning adalah pengelompokkan data
atau clustering.
2. Selain dapat digunakan untuk pengelompokkan data, unsupervised clustering juga
dapat dimanfaatkan untuk ekstraksi fitur dan reduksi dimensi.
3. Akurasi dari k-means clustering sangat dipengaruhi oleh pemilihan jumlah cluster
awal.
4. Hierarchical clustering memungkinkan pengelompokkan data secara
bertingkat/hierarchical, sehingga karakteristik pengelompokkan data dapat dilihat
pada setiap level-nya.
Machine Vision
DAFTAR PUSTAKA
1. Forsyth. (2011). Computer Vision a Modern Approach (2nd
Edition). Prentice Hall.
New Jersey. ISBN-10: 013608592X. ISBN-13: 978-0136085928.
2. Image Segmentation, http://www.kevinroper.org/image-segmentation/
3. A Tutorial on Clustering Algorithms,
http://home.deib.polimi.it/matteucc/Clustering/tutorial_html/index.html
4. Introduction to K-means Clustering, https://www.datascience.com/blog/introduction-
to-k-means-clustering-algorithm-learn-data-science-tutorials
5. Hierarchical Clustering,
http://www.cs.princeton.edu/courses/archive/spr08/cos424/slides/clustering-2.pdf

More Related Content

What's hot

Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanPemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanTeady Matius
 
Segmentasi Citra Wajah Menggunakan Metode Level Set
Segmentasi Citra Wajah  Menggunakan Metode Level SetSegmentasi Citra Wajah  Menggunakan Metode Level Set
Segmentasi Citra Wajah Menggunakan Metode Level SetHadi Santoso
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalSyafrizal
 
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Amran Simamora
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraSyafrizal
 
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...Repository Ipb
 
2 tadan83-106
2 tadan83-1062 tadan83-106
2 tadan83-106Alen Pepa
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra binerSyafrizal
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citraOvie Poenya
 
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRONSEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRONTeady Matius
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
 
Materi Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan CitraMateri Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan CitraNur Fadli Utomo
 
Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiCahyaUPN97
 
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan PikselBinarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan PikselTeady Matius
 

What's hot (19)

Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanPemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
 
Segmentasi Citra Wajah Menggunakan Metode Level Set
Segmentasi Citra Wajah  Menggunakan Metode Level SetSegmentasi Citra Wajah  Menggunakan Metode Level Set
Segmentasi Citra Wajah Menggunakan Metode Level Set
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
 
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
 
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
 
2 tadan83-106
2 tadan83-1062 tadan83-106
2 tadan83-106
 
Jenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraJenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format Citra
 
Kelompok11
Kelompok11Kelompok11
Kelompok11
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
 
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRONSEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
 
Materi Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan CitraMateri Pengantar Pengolahan Citra
Materi Pengantar Pengolahan Citra
 
Pengolahan Citra digital
Pengolahan Citra digitalPengolahan Citra digital
Pengolahan Citra digital
 
Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasi
 
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan PikselBinarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
 
Pcd 2
Pcd 2Pcd 2
Pcd 2
 

Similar to Machine Vision Unsupervised Learning dan Clustering

Pert 04 clustering data mining
Pert 04 clustering   data miningPert 04 clustering   data mining
Pert 04 clustering data miningaiiniR
 
Machine Learning Diskusi 10.pdf
Machine Learning Diskusi 10.pdfMachine Learning Diskusi 10.pdf
Machine Learning Diskusi 10.pdfHendroGunawan8
 
Machine Learning Diskusi 9.pdf
Machine Learning Diskusi 9.pdfMachine Learning Diskusi 9.pdf
Machine Learning Diskusi 9.pdfHendroGunawan8
 
Belajar mudah algoritma data mining k means
Belajar mudah algoritma data mining k meansBelajar mudah algoritma data mining k means
Belajar mudah algoritma data mining k meansilmuBiner
 
Modul praktikum 3 cluster
Modul praktikum 3   clusterModul praktikum 3   cluster
Modul praktikum 3 clusterDeiHart DeiHart
 
Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena DM adalah suatu ...
Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena  DM adalah suatu ...Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena  DM adalah suatu ...
Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena DM adalah suatu ...butest
 
Data mining algoritma covering dan penerapannya
Data mining algoritma covering dan penerapannyaData mining algoritma covering dan penerapannya
Data mining algoritma covering dan penerapannyaUniversitas Gadjah Mada
 
Clustering _IgedeAris.ppt
Clustering _IgedeAris.pptClustering _IgedeAris.ppt
Clustering _IgedeAris.pptPandeKadek3
 
Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...
Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...
Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...ym.ygrex@comp
 
HibahProdi Genap 2012/2013
HibahProdi Genap 2012/2013HibahProdi Genap 2012/2013
HibahProdi Genap 2012/2013achmad fauzan
 
Klasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdf
Klasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdfKlasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdf
Klasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdfElvi Rahmi
 
K-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.pptK-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.pptAdam Superman
 
PPT_Data_Mining_Kel_3.pptx
PPT_Data_Mining_Kel_3.pptxPPT_Data_Mining_Kel_3.pptx
PPT_Data_Mining_Kel_3.pptxAbdulMajid84127
 
04-cara-pemakaian-weka.ppt
04-cara-pemakaian-weka.ppt04-cara-pemakaian-weka.ppt
04-cara-pemakaian-weka.pptPutrifitriasari1
 
Tutorial WEKA.ppt
Tutorial WEKA.pptTutorial WEKA.ppt
Tutorial WEKA.pptJurnalJTIM
 

Similar to Machine Vision Unsupervised Learning dan Clustering (20)

Pert 04 clustering data mining
Pert 04 clustering   data miningPert 04 clustering   data mining
Pert 04 clustering data mining
 
Machine Learning Diskusi 10.pdf
Machine Learning Diskusi 10.pdfMachine Learning Diskusi 10.pdf
Machine Learning Diskusi 10.pdf
 
Machine Learning Diskusi 9.pdf
Machine Learning Diskusi 9.pdfMachine Learning Diskusi 9.pdf
Machine Learning Diskusi 9.pdf
 
Belajar mudah algoritma data mining k means
Belajar mudah algoritma data mining k meansBelajar mudah algoritma data mining k means
Belajar mudah algoritma data mining k means
 
Modul praktikum 3 cluster
Modul praktikum 3   clusterModul praktikum 3   cluster
Modul praktikum 3 cluster
 
Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena DM adalah suatu ...
Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena  DM adalah suatu ...Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena  DM adalah suatu ...
Jawaban No. 2 Tahap-Tahap Data Mining Karena DM adalah suatu ...
 
Data mining algoritma covering dan penerapannya
Data mining algoritma covering dan penerapannyaData mining algoritma covering dan penerapannya
Data mining algoritma covering dan penerapannya
 
Analisis Cluster
Analisis ClusterAnalisis Cluster
Analisis Cluster
 
Clustering _IgedeAris.ppt
Clustering _IgedeAris.pptClustering _IgedeAris.ppt
Clustering _IgedeAris.ppt
 
teknik-teknik data mining
teknik-teknik data miningteknik-teknik data mining
teknik-teknik data mining
 
Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...
Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...
Jurnal metode clustering dengan algoritma fuzzy c means untuk rekomendasi pem...
 
HibahProdi Genap 2012/2013
HibahProdi Genap 2012/2013HibahProdi Genap 2012/2013
HibahProdi Genap 2012/2013
 
Data mining 7
Data mining 7Data mining 7
Data mining 7
 
Klasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdf
Klasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdfKlasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdf
Klasterisasi - Algoritma K-Means Clustering.pdf
 
K-MEANS CLUSTERING.pptx
K-MEANS CLUSTERING.pptxK-MEANS CLUSTERING.pptx
K-MEANS CLUSTERING.pptx
 
K-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.pptK-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.ppt
 
PPT_Data_Mining_Kel_3.pptx
PPT_Data_Mining_Kel_3.pptxPPT_Data_Mining_Kel_3.pptx
PPT_Data_Mining_Kel_3.pptx
 
04-cara-pemakaian-weka.ppt
04-cara-pemakaian-weka.ppt04-cara-pemakaian-weka.ppt
04-cara-pemakaian-weka.ppt
 
Tutorial WEKA.ppt
Tutorial WEKA.pptTutorial WEKA.ppt
Tutorial WEKA.ppt
 
Modul klasifikasi decission tree modul klasifikasi
Modul klasifikasi decission tree modul klasifikasiModul klasifikasi decission tree modul klasifikasi
Modul klasifikasi decission tree modul klasifikasi
 

More from Binus Online Learning

PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1Binus Online Learning
 
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2 PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2 Binus Online Learning
 

More from Binus Online Learning (20)

LN s11-machine vision-s2
LN s11-machine vision-s2LN s11-machine vision-s2
LN s11-machine vision-s2
 
LN s09-machine vision-s2
LN s09-machine vision-s2LN s09-machine vision-s2
LN s09-machine vision-s2
 
LN s05-machine vision-s2
LN s05-machine vision-s2LN s05-machine vision-s2
LN s05-machine vision-s2
 
LN s03-machine vision-s2
LN s03-machine vision-s2LN s03-machine vision-s2
LN s03-machine vision-s2
 
LN s02-machine vision-s2
LN s02-machine vision-s2LN s02-machine vision-s2
LN s02-machine vision-s2
 
PPT s12-machine vision-s2
PPT s12-machine vision-s2PPT s12-machine vision-s2
PPT s12-machine vision-s2
 
PPT s11-machine vision-s2
PPT s11-machine vision-s2PPT s11-machine vision-s2
PPT s11-machine vision-s2
 
PPT s10-machine vision-s2
PPT s10-machine vision-s2PPT s10-machine vision-s2
PPT s10-machine vision-s2
 
PPT s09-machine vision-s2
PPT s09-machine vision-s2PPT s09-machine vision-s2
PPT s09-machine vision-s2
 
PPT s08-machine vision-s2
PPT s08-machine vision-s2PPT s08-machine vision-s2
PPT s08-machine vision-s2
 
PPT s07-machine vision-s2
PPT s07-machine vision-s2PPT s07-machine vision-s2
PPT s07-machine vision-s2
 
PPT s06-machine vision-s2
PPT s06-machine vision-s2PPT s06-machine vision-s2
PPT s06-machine vision-s2
 
PPT s05-machine vision-s2
PPT s05-machine vision-s2PPT s05-machine vision-s2
PPT s05-machine vision-s2
 
PPT s04-machine vision-s2
PPT s04-machine vision-s2PPT s04-machine vision-s2
PPT s04-machine vision-s2
 
PPT s03-machine vision-s2
PPT s03-machine vision-s2PPT s03-machine vision-s2
PPT s03-machine vision-s2
 
PPT s02-machine vision-s2
PPT s02-machine vision-s2PPT s02-machine vision-s2
PPT s02-machine vision-s2
 
PPT s01-machine vision-s2
PPT s01-machine vision-s2PPT s01-machine vision-s2
PPT s01-machine vision-s2
 
LN sesi 2 delivering quality-1
LN sesi 2 delivering quality-1LN sesi 2 delivering quality-1
LN sesi 2 delivering quality-1
 
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
PPT Sesi 2 FO the guest delivering quality-1
 
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2 PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
PPT Sesi 3 FO the guest - delivering quality 2
 

Recently uploaded

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 

Recently uploaded (6)

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 

Machine Vision Unsupervised Learning dan Clustering

  • 1. Machine Vision LECTURE NOTES Machine Vision Session 11 Recognition (2)
  • 2. Machine Vision LEARNING OUTCOMES a. Peserta diharapkan memahami pendekatan unsupervised learning dan clustering untuk mengelompokkan data berdasarkan karakteristik visualnya. OUTLINE MATERI (Sub-Topic): 1. Unsupervised learning 2. Clustering
  • 3. Machine Vision ISI MATERI Unsupervised Learning Unsupervised learning adalah salah satu bentuk pembelajaran mesin yang mencoba menarik kesimpulan dari sebuah dataset yang terdiri dari sampel data yang tidak memiliki label. Metode unsupervised learning yang paling umum adalah analisis cluster, yang memanfaatkan analisis data eksplanatori untuk menemukan pola/struktur tersembunyi atau pengelompokkan pada data tidak berlabel. Karena data yang digunakan pada proses pembelajaran tidak berlabel, maka output dari proses clustering tidak dapat dievaluasi kebenarannya. Hal tersebut yang membedakan unsupervised learning dari supervised learning. Beberapa alasan untuk melakukan unsupervised learning, diantaranya: a. Proses memberi label pada pola dalam jumlah yang banyak membutuhkan waktu b. Unsupervised learning dapat dilakukan pada data tidak berlabel, selanjutnya kelompok data dengan berkarakteristik serupa diberi label sesuai dengan pengetahuan dari expert. Data yang sudah diberi label kemudian dapat digunakan untuk proses training pada supervised learning. c. Melakukan ekstraksi fitur (Principal Component Analysis, Independent Component Analysis, Singular Value Decomposition) d. Analisis data ekspanatori pada unsupervised learning memberikan gambaran mengenai struktur dari data. Unsupervised learning memiliki memiliki relasi yang kuat dengan permasalahan estimasi densitas pada statistika. Namun, usupervised learning juga dapat dimanfaatkan untuk penarikan kesimpulan serta memberikan penjelasan tentang karakteristik utama dari data. Beberapa pendekatan unsupervised learning, yaitu: e. Clustering (k-means, mixture model, hierarchical clustering) f. Hidden Markov Models g. Teknik ekstraksi fitur untuk reduksi dimensi: - Principal Component Analysis (PCA) - Independent Component Analysis (ICA) - Singular Value Decomposition (SVD)
  • 4. Machine Vision ISI MATERI Clustering Cluster analysis atau clustering adalah proses untuk mengelompokkan sekumpulan obyek sedemikian sehingga obyek-obyek dalam kelompok yang sama (disebut cluster) memiliki kemiripan yang lebih tinggi dibanding obyek-obyek pada kelompok lain. Clustering merupakan proses utama dalam data mining, dan merupakan teknik yang secara umum digunakan dalam analisis data secara statistik, juga digunakan pada banyak bidang seperti pembelajaran mesin, pengenalan pola, analisis citra, temu kembali informasi, dan bioinformatik. Terdapat banyak pendekatan dalam melakukan clustering, masing-masing pendekatan menggunakan model cluster dan algoritma berbeda. Beberapa model cluster sebagai berikut: a. Model connectivity: contoh hierarchical clustering yang membangun model berdasarkan distance connectivity. b. Model centroid: contoh algoritma k-means yang merepresentasikan setiap cluster dengan sebuah vektor mean. c. Model distribusi: memodelkan cluster dengan distribusi statistik seperti distribusi normal multivariate yang digunakan dalam algoritma Expectation-Maximization. d. Model densitas: contoh DBSCAN dan OPTICS yang mendefiisikan cluser sebagai connected dense region pada ruang data. e. Model subspace: contoh Biclustering (dikenal juga sebagai Co-clustering atau two-mode- clustering), dimana cluster dimodelkan oleh anggota cluster dan atribut-atribut yang relevan. f. Model graph: sebuah clique, yaitu subset dari node pada graph sedemikian sehingga untuk setiap dua node dalam subset yang terkoneksi oleh sebuah edge dipertimbangkan sebagai bentuk prototipe dari cluster. Secara umum algoritma clustering bekerja berdasarkan salah satu dari dua pendekatan berikut: a. Iterative squared-error partitioning b. Agglomerative hierarchical clustering
  • 5. Machine Vision Squared-Error Partitioning Berikut algoritma clustering berdasarkan pendekatan squared-error partitioning: Misalkan suatu data yang terdiri dari n pola akan dikelompokkan menjadi k cluster D1, ..., Dk. Misalkan ni menyatakan jumlah sampel pada Di, dan misalkan mi adalah nilai rata-rata dari sampel tersebut:    i D x i i x n m 1 Sum-of-square errors didefinisikan oleh:      k i D x i e i m x J 1 2 Untuk setiap cluster Di, mean vector mi atau disebut juga centroid, adalah representasi terbaik dari semua sampel pada Di. K-Means Clustering Algoritma umum untuk iterative squered-error partitioning adalah sebagai berikut: 1. Tentukan jumlah cluster, misal k 2. Inisialisasi centroid dengan cara memilih k sampel secara acak 3. Tentukan keanggotaan tiap sampel ke dalam salah satu cluster dengan cara mencari jarak terdekat ke centroid. 4. Tentukan centroid baru dengan cara menghitung mean vector dari masing-masing cluster. 5. Lakukan langkah 3 dan 4 hingga nilai optimal dari fungsi obyektif terpenuhi (misal: hingga ditemukan local minimum atau jumlah iterasi dipenuhi). 6. Sesuaikan jumlah cluster dengan melakukan penggabungan atau pemisahan dari cluster yang sudah terbentuk dengan cara menghapus cluster dengan jumlah anggotanya sedikit atau merupakan outlier.
  • 6. Machine Vision Langkah 1 hingga 5 dikenal sebagai k-means clustering. Gambar berikut memperlihatkan ilustrasi proses clustering terhadap 30 sampel data kedalam 3 cluster: (a) inisialisasi centroid secara acak; (b) menentukan keanggotaan setiap cluster; (c) iterasi-1: menentukan centroid baru dan anggotanya; (d) iterasi-2: menentukan centroid baru dan anggotanya; (e) iterasi-3: menentukan centroid baru dan anggotanya. Pada iterasi ketiga posisi centroid sama dengan iterasi kedua, sehingga proses clustering dapat dihentikan karena sudah konvergen. (a) (b) (c) (d) (e)
  • 7. Machine Vision Proses komputasi K-means clustering sangat efisien dan dapat memberikan hasil yang baik jika cluster bersifat kompak dan dapat dipisahkan dengan baik pada ruang fitur. Namun pemilihan jumlah cluster atau nilai k yang tidak optimal akan menghasilkan pengelompokkan yang tidak akurat. Pemilihan nilai k dapat dilakukan secara empiris maupun berdasarkan pengetahuan sebelumnya mengenai data. Hierarchical Clustering K-means clustering menghasilkan deskripsi data yang bersifat flat, dimana setiap cluster terpisah pada level yang sama. Pada aplikasi tertentu, sekelompok pola memiliki karakteristik yang serupa jika dilihat pada level tertentu. Hierarchical clustering berusaha menangkap pengelompokkan multi level tersebut menggunakan representasi bertingkat/hierarchical. Berikut karakteristik hierarchical clustering dari data dengan n sampel: a. Level pertama terdiri dari n cluster, dengan demikian tiap cluster beranggotakan sebuah sampel. b. Level kedua terdiri dari n-1 cluster c. Level ketiga terdiri dari n-2 cluster d. Dan selanjutnya hingga pada level terakhir (n) terdiri dari satu cluster dengan seluruh sampel sebagai anggotanya. Setiap dua sampel pada level tertentu akan dikelompokkan menjadi satu cluster dan akan tetap akan bergabung sama pada level berikutnya. Hierarchical clustering biasanya direpresentasikan sebagai tree atau dendogram, yang menunjukkan bagaimana setiap sampel berkelompok. Berikut algoritma dari Agglomerative Hierarchical Clustering: 1. Tentukan jumlah cluster. 2. Tempatkan tiap sampel pada cluster. 3. Hitung jarak antar setiap cluster. 4. Gabungkan cluster yang memiliki jarak terdekat. 5. Lakukan langkah 3 dan 4 hingga tersisa satu cluster saja. Berikut beberapa rumus yang umum digunakan untuk mengukur jarak antara dua cluster Di dan Dj:
  • 8. Machine Vision j i j i mean D x D x j i j i avg D x D x j i D x D x j i m m D D d x x D D D D d x x D D d x x D D d i j j i j i                 ) , ( # 1 ) , ( max ) , ( min ) , ( ' , , max , min Gambar berikut memperlihatkan tahapan proses hierarchical clustering terhadap 10 sampel data. Berikut penjelasan dari setiap tahapan tersebut: (a) Bagi data menjadi 10 cluster yang masing-masing berisi satu sampel data. (b) Cari dua cluster yang memiliki jarak terdekat kemudian gabungkan cluster tersebut sehingga jumlah cluster hanya tinggal 9. (c) Cari dua cluster yang memiliki jarak terdekat dengan menganggap cluster yang sebelumnya sudah bergabung sebagai sebuah cluster kemudian gabungkan cluster tersebut sehingga jumlah cluster tinggal 8. (d) Ulangi langkah (c) hingga tersisa hanya satu cluster saja seperti diperlihatkan pada gambar (i)
  • 9. Machine Vision (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j)
  • 10. Machine Vision SIMPULAN 1. Salah satu aplikasi utama dari unsupervised learning adalah pengelompokkan data atau clustering. 2. Selain dapat digunakan untuk pengelompokkan data, unsupervised clustering juga dapat dimanfaatkan untuk ekstraksi fitur dan reduksi dimensi. 3. Akurasi dari k-means clustering sangat dipengaruhi oleh pemilihan jumlah cluster awal. 4. Hierarchical clustering memungkinkan pengelompokkan data secara bertingkat/hierarchical, sehingga karakteristik pengelompokkan data dapat dilihat pada setiap level-nya.
  • 11. Machine Vision DAFTAR PUSTAKA 1. Forsyth. (2011). Computer Vision a Modern Approach (2nd Edition). Prentice Hall. New Jersey. ISBN-10: 013608592X. ISBN-13: 978-0136085928. 2. Image Segmentation, http://www.kevinroper.org/image-segmentation/ 3. A Tutorial on Clustering Algorithms, http://home.deib.polimi.it/matteucc/Clustering/tutorial_html/index.html 4. Introduction to K-means Clustering, https://www.datascience.com/blog/introduction- to-k-means-clustering-algorithm-learn-data-science-tutorials 5. Hierarchical Clustering, http://www.cs.princeton.edu/courses/archive/spr08/cos424/slides/clustering-2.pdf