Bab I membahas konsep dasar pengelolaan kelas, termasuk pengertian pengelolaan kelas dan urgensinya bagi guru dan siswa. Bab II membahas problematika pengelolaan kelas, termasuk jenis masalah perorangan dan kelompok beserta cara mengatasinya. Bab III membahas pendekatan dalam pengelolaan kelas, seperti pendekatan managerial, psikologis, dan sistem.
Bab IV membahas teknik dalam pengelolaan kelas, seperti faktor yang
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Pengkol
1. BAB I. KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.
Adapun kasus-kasus yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas, yakni: tingkat
penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas, fasilitas yang diperlukan, kondisi siswa, dan
teknik mengajar guru.
B. Urgensi Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan pengelolaan
kelas yang baik dan terkontrol sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Pentingnya pengelolaan kelas bagi guru dan siswa, yaitu:
1. Bagi guru: mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam melihat kelancaran
penyajian dan langkah-langkah pengajaran secara tepat dan baik, memberi respon secara
efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan kecil serta memahami
strategi yang digunakan dengan masalah tingkah laku siswa yang berbeda, dan menyadari
akan kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya.
2. Bagi siswa: mendorong mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah laku
dan mengendalikan diri, memberikan tingkah laku sesuai dengan tata tertib dan menyadari
bahwa teguran guru adalah kasih sayang bukan kemarahan, dan menimbulkan rasa
berkewajiban, melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan
ragam aktivitas kelas.
C. Perbedaan Konsep Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan kelas lebih ditekankan pada usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi sedemikian rupa, sehingga proses belajar-mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Sedangkan pengelolaan pembelajaran lebih ditekankan
pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran.
2. BAB II. PROBLEMATIKA PENGELOLAAN KELAS
A. Pengertian Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing
dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah.
B. Problematika Pengelolaan Kelas
Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus
mampu: mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok, memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok
untuk jenis masalah tertentu, serta memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat
untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu:
1. Masalah perorangan, dapat dikenali dengan adanya teknik sederhana, seperti:
a. Jika guru merasa terganggu atau bosan, tandanya siswa mencari perhatian.
b. Jika guru merasa terancam, tandanya siswa mengalami masalah mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa amat disakiti, tandanya siswa mengalami masalah menuntut balas.
d. Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, tandanya siswa mengalami masalah
ketidakmampuan.
2. Masalah sosial (kelompok), dapat dikenali dengan adanya masalah-masalah, sebagai
berikut: kekurang-kompakan, kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok, reaksi
negatif terhadap sesama anggota kelompok, penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah
laku yang menyimpang, kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari
ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan/hanya meniru-niru kegiatan
orang (anggota) lainnya saja, ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, tingkah laku
agresif/protes, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
C. Mengatasi Masalah Siswa
Beberapa cara (dalam bentuk komunikasi) yang harus dilakukan guru untuk mengatasi
masalah siswa, yaitu:
1. Mengarahkan, mengingatkan, menasehati, menyarankan, dan memberi argumen logis.
2. Menganalisis, mempertimbangkan, mengkritik, menyalahkan, dan memberi label.
3. Memuji, menyetujui, meyakinkan, menaruh simpati, dan memberikan dukungan.
4. Mengajukan pertanyaan, memberikan pancingan, mengalihkan perhatian, mengasyikkan,
dan memberikan humor.
3. BAB III. PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
A. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Pengertian pendekatan adalah konsep dasar yang mewadai, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pengelolaan kelas atau manajemen kelas merupakan upaya pendidik untuk
menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkan apabila terjadi gangguan
atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Manfaat dari tindakan yang dilakukan oleh guru dalam memecahkan permasalahan
anak didik adalah meningkatkan kegairahan siswa, baik secara berkelompok maupun
individual.
Adanya keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara
siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung pada
pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam rangka pengelolaan kelas.
B. Pendekatan Managerial Dalam Pengelolaan Kelas
1. Pendekatan modifikasi perilaku, berlandaskan pada psikologi behavioristik yang
menganggap bahwa perilaku manusia (baik dan buruk) merupakan hasil belajar. Untuk
mengarahkan perubahan perilaku manusia ke arah perilaku yang baik, positif sehubungan
dengan pengelolaan kelas, maka ada beberapa teknik pembinaan yang dapat diandalkan,
yakni: penguatan negatif, penghapusan, dan hukuman.
C. Pendekatan Psycological Dalam Pengelolaan Kelas
1. Socio-emotional climate approach, dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling,
pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa:
a. Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang
baik antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik.
b. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik
itu.
D. Pendekatan System Dalam Pengelolaan Kelas
1. Pendekatan proses kelompok, berlandaskan pada psikologi dan dinamika kelompok,
dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung
dalam konteks kelompok. Untuk itu peran pendidik dalam pengelolaan kelas adalah
menciptakan kelompok-kelompok dalam kelas yang mempunyai ikatan kuat dan masing-
masing anggotanya dapat bekerja secara efektif dan efisien. Adapun unsur-unsur yang
perlu diperhatikan, yakni: tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin.
4. BAB IV. TEKNIK DALAM PENGELOLAAN KELAS
A. Hal-hal Yang Berpengaruh Terhadap Pengelolaan Kelas
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas agar pengelolaan kelas
berjalan dengan maksimal dan membantu dalam proses pendidikan, antara lain:
1. Pribadi pendidik
Sebagai seorang tenaga pendidik, guru harus bisa mengenal diri sendiri dan mengenal
siswa. Selanjutnya, membina kepribadian yang baik sebagai guru. Misalnya: kepribadian yang
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kepribadian yang memiliki sifat-sifat terpuji (sabar,
demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun, dan tanggap terhadap
pembaharuan).
2. Disiplin kelas
Disiplin kelas merupakan keadaan tertib dimana guru dan siswa yang tergabung dalam
suatu kelas patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan.
Disiplin kelas yang baik adalah pengendalian dan pengarahan segala perasaan dan
pengarahan segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk menciptakan dan
memelihara suatu suasana kegiatan belajar dan mengajar yang efektif. Tujuan yang ingin
dicapai adalah perkembangan dan pertumbuhan secara maksimal dari setiap siswa yang
menjadi tanggung jawab guru dan sekolah yang bersangkutan.
Berikut ini adalah beberapa teknik pembinaan disiplin kelas tersebut, antara lain:
a. Teknik ”Inner control”, adalah bahwa kontrol perilaku berasal dari diri siswa sendiri.
Teknik ini lebih sesuai digunakan untuk siswa pendidikan menengah dan tinggi.
Misalnya: kesadaran akan norma-norma, peraturan-peraturan, dan tata tertib yang
ditetapkan akan membuat siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri.
b. Teknik ”External control”, adalah bahwa pengendalian berasal dari luar diri siswa
dan hal ini dapat berupa bimbingan dan konseling. Teknik ini lebih sesuai digunakan
untuk siswa pendidikan rendah. Misalnya: dapat berupa pengawasan, tetapi yang
bersifat hukuman.
c. Teknik ”Cooperative control”, adalah kerjasama antara guru dan siswa. Teknik ini
berangkat dari pendapat, bahwa disiplin kelas yang baik mengandung adanya
kesadaran kerjasama antara guru dan siswa secara harmonis, respektif, efektif, dan
produktif. Misalnya: mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa,
mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa, membina organisasi
dan prosedur kelas secara demokratis, dan sebagainya.
5. BAB V. PUNISHMENT DALAM PENGELOLAAN KELAS
A. Makna Hukuman
Menurut pandangan sarjana-sarjana Islam, bahwa maksud hukuman dalam pendidikan
Islam adalah sebagai perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Oleh karena itu,
pendidik seharusnya mempelajari terlebih dahulu sifat serta keadaan anak, kemudian
melakukan pendekatan-pendekatan sebelum diberi hukuman, agar si anak sadar mengakui
kesalahan yang telah dilakukannya dengan penuh kesadaran.
B. Teknik-teknik Hukuman Dalam Kelas
Teknik hukuman dalam kelas, yakni: sebelum anak berumur 10 tahun tidak boleh
dipukul, memberikan kesempatan pada siswa untuk taubat dari yang pernah dilakukannya dan
memperbaiki kesalahan, pukulan tidak boleh lebih dari 10 kali apabila hukuman pukulan
terpaksa dilakukan (tidak boleh memukul wajah dan organ vital), suatu hukuman tidak boleh
menyinggung harga diri seorang anak, dan tidak boleh berupa penghinaan atas dirinya.
Adapun sisi positif pemberian hukuman, yakni: memberikan pelajaran pada pelaku
dan siswa lain agar tidak melakukan pelanggaran yang sama, serta menjadikan siswa lebih
disiplin. Sedangkan, sisi negatif pemberian hukuman, yakni: mematikan kreatifitas siswa,
menjadikan anak minder, dan memberikan pengaruh psikis terhadap perkembangan siswa.
C. Bentuk-bentuk Punishment
Banyak bentuk punishment yang diberikan guru kepada muridnya, dari yang mulai
menggunakan kekerasan sampai pada hal yang lebih mendidik. Misalnya: hukuman berupa
penundaan dalam memberikan penghargaan, hukuman berupa pencabutan hak istimewa
murid, hukuman berupa penyetrapan atau time out, dan hukuman berupa skorsing.
D. Penerapan Hukuman
Adapun beberapa penerapan hukuman, diantaranya: kombinasi dengan pengaturan
lingkungan, kombinasi dengan prosedur lain, penyajian dengan intensitas kuat, konsisten dan
diberikan seketika, dan menghalangi lolos dari hukuman.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Hukuman
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas hukuman, yakni: memaksimalkan
kondisi untuk respon (sebagai alternatif yang diinginkan), meminimalisir penyebab respon
yang dihukum, pemilihan hukuman, pelaksanaan hukuman, dan penggunaan aturan.
F. Tujuan Adanya Hukuman
Upaya ini dimaksudkan untuk menghentikan pelanggaran-pelanggaran yang sudah
terlanjur dilakukan oleh peserta didik.
6. BAB VI. FUNGSI GURU DALAM KELAS
A. Fungsi Managerial Guru Dalam Pembelajaran
Fungsi ini bukan saja pada saat pelajaran berlangsung, tetapi juga sebelum dan
sesudah pelajaran berlangsung. Hal-hal yang termasuk managerial guru, misalnya:
menyangkut tata usaha, administrasi kelas, dan sebagainya.
Dalam menjalankan tugas sebagai guru, setidaknya harus memiliki kemampuan dan
sikap, sebagai berikut: menguasai kurikulum, menguasai materi mata pelajaran, menguasai
metode dan evaluasi belajar, setia terhadap tugas, dan disiplin dalam arti luas.
Empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerjaan seorang guru sebagai manager,
yakni: merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi.
B. Fungsi Instuksional
Sepanjang sejarah keguruan, tugas atau fungsi guru yang sudah tradisional adalah
mengajar (to each), yakni: menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta
kepada murid, memberikan tugas-tugas kepada mereka, dan mengoreksi atau memeriksanya.
Fungsi instruksional inilah yang masih selalu diutamakan oleh hampir semua orang
yang disebut guru, dan fungsi instruksional ini masih dominan dalam karier besar guru.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu:
1. Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara berkelanjutan.
2. Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar-mengajar untuk tiap bahan
kajian yang akan diajarkan, yang berkaitan dengan penggunaan metode tertentu.
3. Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar-mengajar
yang efektif.
4. Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar.
5. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, yang merupakan program sekolah.
Misalnya: program perbaikan dan pengajaran pengayaan serta ekstrakurikuler.
6. Mengatur ruangan kelas.
7. Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik serta daya
tangkap siswa terhadap pelajaran.
C. Fungsi Educational
Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi harus mendidik (to
educate). Fungsi educational ini harus merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini, setiap
guru harus berusaha mendidik murid-muridnya menjadi manusia dewasa.
7. BAB VII. GURU DAN TATA USAHA KELAS
A. Pengertian Guru
Guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.
Artinya, bahwa guru bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan
materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan
berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya (sebagai orang
dewasa) untuk menjadi anggota masyarakat.
B. Tata Usaha Kelas
Tata usaha kelas pada dasarnya berarti usaha menghimpun, mencatat, menggandakan,
mengirim, dan menyimpan berbagai keterangan tertulis di lingkungan suatu organisasi atau
unit kerja. Tata usaha atau administrasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses pemanfaatan
semua sumber material dan personal secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
C. Jenis-jenis Tata Usaha Kelas
1. Catatan kelas, memiliki kriteria yang harus diperhatikan dalam sistem pencatatan yang
baik, yakni: pencatatan harus kumulatif (mencakup sejarah yang lengkap mengenai
siswa), pencatatan mudah ditransformasikan (mudah dialihkan dalam catatan kumulatif),
pencatatan mengandung data relevan, pencatatan tidak terlalu banyak pengulangan,
pencatatan harus tahan lama, dan pencatatan hendaknya ringkas dan merangkum secara
lengkap. Adapun jenis-jenis catatan kelas, meliputi: (a) Catatan mengenai siswa, berfungsi
sebagai bimbingan penyuluhan siswa. Misalnya: daftar presensi kelas, catatan pekerjaan
siswa, catatan hasil tes, hasil-hasil evaluasi guru (dalam buku nilai), catatan anekdot
(kejadian sehari-hari mengenai siswa secara konkret), catatan partisipasi siswa, dan daftar
pribadi siswa, (b) Catatan bagi guru, berfungsi untuk kepentingan efektivitas
pekerjaannya. Misalnya: silabus, persiapan mengajar, buku batas pelajaran, kumpulan soal
ujian dan tugas, buku nilai, catatan hasil evaluasi siswa, buku notula rapat, dan buku
agenda guru.
2. Laporan-laporan kelas (classroom reports), yang harus disusun oleh guru, meliputi: (a)
laporan kepada pimpinan sekolah: persiapan mengajar, daftar presensi siswa, laporan hasil
pelajaran, pengorganisasian siswa di kelas, inventaris kelas, keuangan kelas, keadaan usia
siswa, mutasi siswa, kenaikan kelas, daftar kelas, laporan khusus (kesehatan), (b) laporan
pendidikan kepada orang tua: laporan tentang hasil pendidikan, laporan tentang
perkembangan pendidikan, dan dialog dengan orang tua atau wali siswa.
8. BAB VIII. GURU DAN SUPERVISI KELAS
A. Pengertian Supervisi
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
B. Fungsi Supervisi
Fungsinya ialah membantu sekolah dalam membina para guru dan staf dalam
mengembangkan potensi individu peserta didik, serta meningkatkan jalinan kontak dengan
masyarakat sekitar untuk meraih kemajuan bersama.
C. Tujuan Supervisi
Supervisi mempunyai tujuan yang sangat jelas dan sangat baik, yakni: (a) ditinjau
secara khusus: membimbing dan membantu kesulitan para guru dalam proses belajar-
mengajar agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, (b) ditinjau
secara umum: meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
D. Teknik-teknik Supervisi
Teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yakni: (a) teknik perseorangan:
supervisi yang dilakukan secara perseorangan, kegiatan yang dilakukan berupa: mengadakan
kunjungan kelas, mengadakan kunjungan observasi, membimbing guru-guru tentang cara-cara
mempelajari pribadi siswa dan atau mengawasi problema yang dialami siswa, dan
membimbing guru-guru dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah,
(b) teknik kelompok: supervisi yang dilakukan secara kelompok, kegiatan yang dilakukan
berupa: mengadakan rapat, mengadakan diskusi, dan mengadakan penataran-penataran.
E. Pola Supervisi
Model supervisi adalah pola yang dilakukan oleh seorang supervisor untuk melakukan
kegiatan supervisi. Pola supervisi berkembang sesuai dengan dinamika imu pengetahuan,
yakni: (a) pola supervisi klinis, yang difokuskan pada perbaikan pelajaran dengan melalui
siklus yang sistematis dari tahap: perencanaan, pengamatan, dan analisis terhadap penampilan
mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional, (b) pola
supervisi fungsional, untuk pendidikan dasar dilakukan oleh penilik menurut bidang masing-
masing di tingkat kecamatan.
F. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Beberapa prinsip pokok tentang supervisi, yakni: ilmiah yang mencakup unsur-unsur
(sistematika, obyektif, dan menggunakan alat/instrument yang dapat memberikan informasi),
demokratis, kooperatif, dan konstruktif serta kreatif.
9. BAB IX. GURU DAN METODE PEMBELAJARAN
A. Metode Pembelajaran
Macam-macam metode pembelajaran:
1. Metode ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
2. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan untuk didiskusikan/dirundingkan, agar menemukan jawaban permasalahannya.
4. Metode simulasi
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Jenis-jenis simulasi: sosiodrama, psikodrama, dan role playing.
5. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab sebagai format interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan
bertanya, yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan, sehingga dapat
menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa.
6. Metode penugasan
Metode penugasan yaitu memberi kesempatan pada peserta didik untuk melaksanakan
tugas berdasarkan petunjuk langsung yang dipersiapkan guru.
7. Metode karya wisata
Dengan metode karya wisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu
untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah.
8. Metode drill (latihan)
Metode drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terhadap apa yang telah dipelajari siswa, sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu.
9. Metode pemecahan masalah (problem solving)
Problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
10. BAB X. GURU DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan kata serapan dalam bahasa Indonesia yang berasal dari istilah
bahasa Inggris “evaluation”. Evaluation berasal dari akar kata value yang berarti nilai.
Evaluasi atau penilaian di bidang pendidikan memiliki beberapa macam istilah yang sering
dipakai, yakni: tes, pengukuran, dan penilaian. Depdikbud (1994) mengemukakan bahwa
penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.
Adapun keterkaitan antara guru dan evaluasi pembelajaran, yakni: evaluasi dilakukan
oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran.
B. Tujuan, Fungsi, Dan Jenis Evaluasi
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi memiliki fungsi: pengukur kecakapan yang
disyaratkan di awal program pendidikan (penempatan), upaya untuk memilih (selektif) ,
memahami latar belakang peserta didik (diagnostik), dan pengukur keberhasilan. Jenis-jenis
evaluasi: (a) evaluasi yang dilaksanakan di tengah satuan waktu pembelajaran, setelah
beberapa satuan materi pembelajaran diselesaikan, guna mencari tahu sejauh mana siswa
sudah menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan (evaluasi formatif), (b) evaluasi
yang dilaksanakan pada akhir satuan waktu pembelajaran semester, setelah sejumlah materi
pembelajaran diselesaikan guna menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa (evaluasi
sumatif).
C. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran, meliputi: (a) program pembelajaran
(kompetensi dasar, materi, metode, media, sumber, dan lingkungan), (b) proses pelaksanaan
pembelajaran (kegiatan, guru, dan peserta didik), dan (c) hasil pembelajaran.
D. Prinsip-prinsip Umum Evaluasi
Prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran terdiri dari: kontinuitas
(berkesinambungan), komprehensif (seluruh objek/aspek harus dievaluasi), objektivitas dan
adil (data dan fakta yang sebenarnya), kooperatif (bekerjasama dengan semua pihak), dan
praktis (mudah digunakan).