MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
TT2 Karil_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
1. PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GLOBALISASI PADA
PEMBELAJARAN PKN KELAS IV UPT SDN 24 GRESIK
Ayu Imtyas Rusdiansyah, S.Sos
Mercylia Ningrum, S.ST., M.Pd
KUTIPAN LANGSUNG ARTIKEL
1. Artikel 1
Meningkatnya hasil belajar siswa dan motivasi belajar yang lebih baik dikarenakan saat
pembelajaran siswa lebih antusias dan bersemangat, selain itu siswa lebih memahami dan
memperhatikan materi yang diajarkan, ketika didalam kelas siswa tidak merasa jenuh, bosan,
mengantuk, saat proses pembelajaran berlangsung dan juga membuat motivasi siswa menjadi
baik. Keberhasilan penerapan metode diskusi kelas dengan strategi TPS tidak lepas dari
beberapa faktor. Faktor-faktor antara lain kemampuan guru dalam menyampaikan
pembelajaran, motivasi siswa, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa
terhadap penjelasan guru saat pembelajaran juga sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan
metode diskusi kelas dengan strategi “TPS” dalam pembelajaran (Febnasari, S. D., Arifin, Z.,
& Setianingsih, E. S., 2019, p.10).
2. Artikel 2
Ketidakmerataan sarana dan prasarana dalam dunia pendidikan membuat kualitas pendidikan
yang khususnya sekolah dasar kurang optimal. Akan tetapi, ketidaksamaan itu tidak membuat
surut motivasi semangat pengabdian para guru untuk menciptakan inovasi-inovasi terbaru
dalam dunia pendidikan yang sekiranya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan bermartabat (Rusmiati, N.M., 2022, p. 4).
3. Artikel 3
Banyak solusi yang bisa dilakukan oleh peneliti, tetapi yang dianggap mampu meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VI-A mata pelajaran bahasa Indonesia, PPKn,
dan IPS yaitu dengan mengoptimalkan pendekatan “saintifik” dengan menggunakan strategi
discovery learning dengan metode diskusi kelompok. Pendekatan saintifik ini memiliki
keunggulan bila di bandingkan dengan pendekatan yang lain karena proses pembelajaran terdiri
atas lima pengalaman belajar pokok yaitu; a) mengamati, b) menanya, c) mengumpulkan
informasi, d) mengasosiasi, dan e) mengkomunikasikan (Setiarini, A., 2016, p. 6).
2. 4. Artikel 4
Penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Metode diskusi kelompok berjalan dengan baik yaitu dapat dilihat dari cara guru membimbing
diskusi kelompok yang sudah sesuai dengan komponen-komponen yang terdapat dalam
keterampilan membimbing. Guru juga tampak menjadi fasilitator dan motivator dalam proses
diskusi kelompok kecil. Pada saat membimbing diskusi kelompok guru harus mampu
mengarahkan dan mengontrol siswa agar sejalan dengan tujuan pembelajaran. Guru telah
melakukan hal- hal yang dilakukan ketika membimbing diskusi kelompok kecil mulai dari
memusatkan perhatian siswa, memperjelas masalah, menganalisis pandangan siswa,
meningkatkan partisipasi siswa terhadap kelompok, meyebarkan kesempatan berpartisipasi,
dan menutup diskusi (Suandi, I. N., 2022, p. 10).
5. Artikel 5
Peningkatan aktivitas siswa dan guru menjadi tolak ukur bahwa indikator keduanya berjalan
sesuai dengan hasil pembelajaran dikelas dengan menggunakan metode diskusi. Kualitas
pengajaran merupakan salah satu lingkungan belajar yang cukup dominan mempengaruhi hasil
belajar di sekolah, yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau
efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran (Widiarsa, I.N.,
2020, p. 13).
KUTIPAN TIDAK LANGSUNG ARTIKEL
1. Artikel 1
Strategi pembelajaran yang tepat diperlukan untuk menghindari perkembangan pribadi yang
tidak stabil dan kesehatan mental yang buruk pada siswa. Pengajaran harus bertujuan untuk
mengembangkan pribadi yang sehat dan seimbang dengan mengubah metode dan materi,
memberikan kesempatan pada siswa untuk berhasil dan percaya diri, menghindari kecemasan,
serta mendorong partisipasi siswa berdasarkan minat dan keinginan mereka. Pembelajaran
konvensional yang hanya menggunakan model ceramah guru tidak lagi efektif, karena siswa
tidak berani bertanya atau menyampaikan pendapat. Pembelajaran yang tidak menarik akan
membuat siswa cepat bosan, kurang aktif, dan proses belajar mengajar tidak optimal
(Febnasari, S. D., Arifin, Z., & Setianingsih, E. S., 2019).
2. Artikel 2
Metode diskusi kelompok kecil bisa meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
PPKN di kelas VI. Metode ini efektif karena peran guru sebagai fasilitator dan motivator sangat
penting dalam membawa materi ke siswa. Diskusi kelompok mengalihkan perhatian siswa
3. pada materi dan melibatkan mereka dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan
aktivitas siswa dan membuat pembelajaran lebih bermakna (Rusmiati, N.M., 2022).
3. Artikel 3
Situasi kelas yang kurang kondusif dalam pembelajaran bisa disebabkan oleh guru yang
menggunakan gaya ceramah tanpa memperhatikan kondisi siswa, serta siswa yang kurang
gairah dan memiliki rendahnya kompetensi. Meskipun pendekatan saintifik sudah diterapkan,
namun belum optimal dan sesuai dengan harapan (Setiarini, A., 2016).
4. Artikel 4
Metode diskusi kelompok efektif meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan
melibatkan mereka dalam mencari alternatif untuk topik bahasan yang sulit. Metode ini
mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, berfikir kritis dan demokratis, serta menetapkan
keputusan bersama (Suandi, I. N., 2022).
5. Artikel 5
Guru perlu terus meningkatkan profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan IPTEK,
terutama saat ini di masa Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan. Harapannya guru yang
kompeten bisa mengorganisasikan kelas dan menggunakan berbagai media pendidikan untuk
menghasilkan siswa yang baik, berpotensi, mandiri, kritis, bijaksana, dan berakhlak mulia
(Widiarsa, I.N., 2020).
KUTIPAN LANGSUNG BUKU
1. Buku 1
Prestasi belajar adalah hasil atau perubahan pembelajaran yang dicapai dan suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya
respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan
disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal
(Abduloh, S. P., Suntoko, M. P., Purbangkara, T., & Abikusna, A., 2022, p. 22).
2. Buku 2
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta
didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya (Fu'adah, A., 2022, p.
15).
3. Buku 3
Metode pembelajaran digunakan guru untuk mewujudkan situasi dalam proses pembelajaran
4. supaya siswa dapat mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dijabarkan
dalam indikator-indikator dalam silabus. Penggunaan metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi siswa serta karakteristik setiap indikator dalam kompetensi dasar
suatu mata pelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan prestasi belajar
siswa meningkat. Di antaranya metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode
diskusi (Hidayat, M., Miskadi, M. S., & Murtikusuma, R. P., 2022, p. 12).
4. Buku 4
Interaksi belajar-mengajar mengandung arti bahwa ada kegiatan interaksi dari tenaga pengajar
yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak dengan warga belajar yaitu siswa,
siswa/subjek belajar yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Interaksi antara
pengajar dengan warga belajar merupakan suatu proses motivasi. Maksudnya dalam proses
interaksi pihak pengajar dapat memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement
kepada pihak warga belajar agar dapat melakukan kegiatan belajar secara maksimal (Lestari,
E. T., 2020, p. 37).
5. Buku 5
Mendiskusikan berarti membicarakan sesuatu dalam kelompok untuk bertukar pikiran
membahas suatu topik tertentu. Pendengar yang baik senantiasa cerdik dalam menangkap
pokok- pokok masalah yang sedang/hangat didiskusikan. Bermula dari hal-hal penting itulah,
isi diskusi dapat disusun menjadi simpulan yang baik dengan mengaitkan satu masalah dengan
masalah lain (Sudiyono, S. P., 2021, p. 53).
KUTIPAN TIDAK LANGSUNG BUKU
1. Buku 1
Dalam kurikulum, penting untuk memperhatikan usia, karakteristik, dan budaya siswa agar
dapat membekali mereka dengan keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan saat ini dan di
masa depan. Oleh karena itu, penting untuk mengenalkan ilmu pengetahuan, moral, akhlak
mulia, dan nilai-nilai agama Islam dalam kegiatan dan pembiasaan perilaku melalui integrasi
kegiatan yang aman, kreatif, eksploratif, dan menyenangkan. Tujuan dari program
intrakurikuler adalah untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar
melalui bidang perkembangan dan bidang keagamaan (Abduloh, S. P., Suntoko, M. P.,
Purbangkara, T., & Abikusna, A., 2022).
2. Buku 2
Pembelajaran cooperatif learning berbeda dengan sekadar belajar dalam kelompok biasa. Ada
unsur-unsur dasar dalam pembelajaran cooperatif learning yang membedakannya dari
5. pembagian kelompok biasa. Dengan melaksanakan prosedur model cooperatif learning dengan
benar, guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif (Fu'adah, A., 2022).
3. Buku 3
Konstruktivisme adalah teknik pembelajaran di mana siswa secara aktif mendesain
pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Siswa akan
mengaitkan materi mata pelajaran baru dengan materi mata pelajaran lama yang telah ada.
Pembelajaran konstruktivisme memungkinkan siswa untuk mengonstruksi kembali
pengetahuan yang telah dimilikinya (Hidayat, M., Miskadi, M. S., & Murtikusuma, R. P.,
2022).
4. Buku 4
Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar bagi guru dan siswa. Bagi guru,
mengetahui motivasi belajar siswa sangat penting untuk memelihara dan meningkatkan
semangat belajar siswa. Bagi siswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar
sehingga mereka terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Faktor metode pembelajaran
juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Guru memiliki peran penting sebagai pengajar dan
pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan serta mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral, dan
sosial (Lestari, E. T., 2020).
5. Buku 5
Perubahan sebagai hasil dari proses pembelajaran dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, dan aspek lain yang ada
pada siswa. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan, keterampilan, dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan sesuatu, dan prestasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai
bidang (Sudiyono, S. P., 2021).
6. DAFTAR PUSTAKA
Abduloh, S. P., Suntoko, M. P., Purbangkara, T., & Abikusna, A. (2022) Peningkatan dan
Pengembangan Prestasi Belajar Peserta Didik. Uwais Inspirasi Indonesia.
Febnasari, S. D., Arifin, Z., & Setianingsih, E. S. (2019). Efektifitas Penggunaan Metode
Pembelajaran Diskusi Kelas dengan Strategi “TPS” untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(3), 310-318.
Fu'adah, A. (2022). Pembelajaran Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Prestasi dan
Motivasi Belajar Anak. Penerbit P4I.
Hidayat, M., Miskadi, M. S., & Murtikusuma, R. P. (Eds.). (2022). Metode Diskusi Tipe Kokok
Meningkatkan Motivasi, Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa. Penerbit P4I.
Lestari, E. T. (2020). Cara Praktis Meningkatkan Motivasi Siswa Sekolah Dasar. Deepublish.
Rusmiati, N. M. (2022). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VI Melalui
Metode Diskusi Kelompok Kecil. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, 6(1).
Setiarini, A. (2016). Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik dengan
Mengoptimalkan Penerapan Pendekatan Saintifik Strategi Discovery Learning
dan Metode Diskusi di SDN Model Mataram. Jurnal Kependidikan: Jurnal
Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran
dan Pembelajaran, 2(1).
Suandi, I. N. (2022). Penerapan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VI. Journal of Education Action
Research, 6(1).
Sudiyono, S. P. (2021). Metode Diskusi Kelompok dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP. Penerbit Adab.
Widiarsa, I. N. (2020). Peningkatan hasil belajar siswa melalui metode diskusi. Jurnal
Pendidikan Indonesia, 1(03), 234-253.