SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
1




                                    BAB I

                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

           Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

   banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis,

   pendidikan tak dapat dipisahkan dari belajar mengajar. Dari perspektif

   mengajar, pelakunya adalah guru/pendidik. Sedangkan dari perspektif belajar,

   pelakunya adalah peserta didik. Dengan demikian, pendidikan adalah proses

   interaksi pendidik dan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu.

   Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing peserta didik menuju

   pada tahapan kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah

   ataupun pendidikan luar sekolah, termasuk di dalamnya pendidikan dalam

   keluarga serta lingkungan (Dinn Wahyudin, Supriyadi, Ishak Abduhak, 2006:

   3.1).

           Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,

   Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:

      Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
      membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
      mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
      potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
      kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
      kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
      bertanggung jawab.

           Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa

   depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara

   kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa. Bagi
2




pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan

tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia. Dengan demikian, berbagai

macam model pendidikan sangat tergantung dari rumusan wujud atau jabaran

manusia yang sejahtera dengan berbagai dimensinya. Fungsi pendidikan

lainnya adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula dimaksudkan

untuk mendukung kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban sangat

evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan

pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan sesuai dengan

peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini,

pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau

reformasi damai (Umaedi, Hadiyanto, Siswantari, 2008: 1.3).

     P. H. Coombs (dalam Dinn Wahyudin et al, 2006: 3.22-3.23)

mengungkapkan ada dua belas komponen pendidikan yang berkaitan dan

berhubungan satu sama lain. Adapun kedua belas komponen tersebut adalah

tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen, struktur dan jadwal, isi bahan

belajar, pendidik, alat bantu mengajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu,

penelitian, ongkos pendidikan.

     Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 151) mengatakan bahwa

proses pembelajaran tidak akan lepas dari tugas dan peran pengajar dan

pembelajar. Masing-masing memiliki posisinya sesuai dengan tugas dan

perannya. Tugas dan peran ini saling mengisi selama proses pembelajaran,

tidak ada salah satu pihak yang lebih besar perannya, karena keduanya berada

dalam satu arah dan tujuan yang sama.
3




     Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam

melakukan proses belajar adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik

merupakan komponen yang menjadi subjek dan sekaligus objek pendidikan.

Sebagai subjek pendidikan maksudnya peserta didik sebagai pihak yang

secara langsung terlibat dalam perencanaan ataupun pelaksanaan pendidikan.

Sedangkan sebagai objek, peserta didik merupakan pihak yang menjadi

sasaran layanan mengapa pendidikan itu dilaksanakan (Dinn Wahyudin et al,

2006: 3.22).

     Sri Anitah W, dkk (2009: 2.13) mengatakan bahwa proses belajar

merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah

rangkaian aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam upaya mengubah

perilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan.

Proses belajar mengajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh desain pelajaran

maupun strategi yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.

     Pendidik merupakan komponen sumber daya insani yang melaksanakan

garapan pendidikan. Fungsinya memberi layanan untuk kelancaran proses

pembelajaran kepada peserta didik. Termasuk kelompok ini adalah tenaga

kependidikan lainnya, seperti pustakawan, petugas laboratorium, dan

sebagainya. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas peran guru.

Guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan model-model

pembelajaran yang inovatif (Dinn Wahyudin et al, 2006: 3.23).

     Guru memiliki peranan yang sangat berat dan penting karena guru harus

bertanggung jawab atas terbentuknya moral siswa yang telah diamankan para
4




orang tua atau wali untuk menciptakan anak didiknya menjadi terdidik,

terbimbing, dan terlatih jasmani dan rohaninya. Maka guru adalah seorang

figur yang terhormat, dia menjadi ukuran dan pedoman bagi anak didiknya, di

tengah masyarakat sebagai suri tauladan (Martinis Yamin dan Bansu I.

Ansari, 2012: 9).

      Seperti yang telah kita pahami bahwa tugas utama guru adalah

mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu

atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah dirumuskan dalam

kurikulum     yang   berfungsi   sebagai   pedoman     pelaksanaan    proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan ialah

bagaimana memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang dapat

menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

      Menurut Gagne (dalam Sri Anitah W, dkk, 2009: 1.3) bahwa belajar

adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut

pokok (ciri utama) belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan

pengalaman.

      Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses mental

dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan

belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan

itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang

bersangkutan. Hasil belajar yang berupa perubahan perilaku atau tingkah
5




laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik

yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari

pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan

emosional terjadi. Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di

dalam interaksi antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial.

      Guru sebagai pendidik dituntut untuk pandai merekayasa pembelajaran

sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta dituntut untuk selalu kreatif dan

inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga pengalaman dan tujuan

dapat diterima siswa. Dengan demikian, siswa akan lebih aktif dan merasa

senang dalam pembelajaran. Tugas guru adalah sebagai motivator dan

fasilitator, bukan satu-satunya sumber belajar.

      Djam’an Satori, dkk (2007: 1.18-1.19) mengatakan bahwa guru

dianggap sebagai suatu profesi bilamana ia memiliki pernyataan dasar,

keterampilan teknik serta didukung oleh sikap kepribadian yang mantap.

Dengan demikian, guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi,

yaitu kompetensi profesional, kompetensi personal (kepribadian), kompetensi

sosial, dan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya

dengan mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai material.

      Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

mengembangkan       model-model     pembelajaran   yang   berorientasi   pada

peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
6




pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan

siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat

meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal (Aunurrahman, 2010: 140).

     Akhir-akhir ini telah banyak ditemukan oleh para ahli teori-teori

metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan metode

itu cocok dan pas pada semua materi pembelajaran di kelas. Seorang guru

dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memilih strategi pembelajaran

yang baik dan efektif. Agar kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik

sehingga kualitas pembelajaran yang diinginkan dapat terwujud.

     Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan

pengembangan diri. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari mata

pelajaran yang ada di kurikulum SD. Berdasarkan struktur kurikulum SD/MI,

Bahasa Indonesia mempunyai alokasi waktu, yaitu di kelas IV-VI lima jam

pelajaran per minggu (Permendiknas, 2006: 83).

     Pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang sistemik,

sistematis, dan terencana. Dikatakan sistemik karena di dalamnya terdapat

seperangkat subsistem yang saling berkaitan dan berinteraksi secara

fungsional untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dikatakan sistematis karena dalam pelaksanaannya terdapat tatanan dan

tahapan yang bersifat prosedural dan berhubungan secara kronologis-kausatif.

Selanjutnya dikatakan terencana karena dalam pembelajaran terlihat jelas dan
7




tegas adanya dasar, arah/tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai (Solchan T.

W, dkk, 2008: 11.5).

     Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pelajaran bahasa, terdapat

beberapa permasalahan yang harus diantisipasi dan didudukkan secara

proporsional. Permasalahan tersebut berkaitan dengan tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi, pengajar (guru), dan

siswa. Masing-masing subsistem mempunyai peranan penting dalam

pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia.

     Yusi Rosdiana, dkk (2009: 1.18) menyatakan bahwa fungsi umum

bahasa adalah sebagai alat komunikasi soaial. Bahasa sangat menyatu dalam

kehidupan manusia. Setiap manusia mempunyai anggota masyarakat.

Aktivitasnya sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan

bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pemikiran, harapan, dan

keinginannya disampaikan dengan bahasa. Setiap masyarakat memiliki

bahasa dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Aksi dan reaksi

manusia dalam kelompok masyarakat bergantung pada bahasa yang

digunakan.

     Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat aspek yang

saling berkaitan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Kegiatan siswa dalam kelas pun keempat keterampilan berbahasa tidak dapat

dipisah-pisahkan. Pada waktu siswa mendengarkan keterangan guru (ada

kegiatan mendengarkan dari kegiatan berbicara gurunya). Kemudian

mencatat apa-apa yang dianggap penting (kegiatan menulis). Jika siswa itu
8




bertanya tentang apa-apa yang belum dipahaminya (terdapat kegiatan

berbicara), kemudian dijawab oleh guru (ada kegiatan mendengarkan). Jadi

dalam      berkomunikasi   keempat   keterampilan   itu   saling   bergantian

kehadirannya, tidak mungkin hanya hadir satu keterampilan saja (Solchan T.

W, dkk, 2008: 7.5).

         Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa

ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan aspek keterampilan

berbahasa ragam tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan

berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis adalah

keterampilan berbahasa yang bersifat produktif (Yeti Mulyati, dkk, 2009:

1.15).

         Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa

kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun, diketahui

bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini masih cenderung guru yang

menjadi pusat pembelajaran (teacher centered). Guru hanya menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa kurang termotivasi untuk

aktif dalam pembelajaran. Siswa merasa malu/tidak berani dalam bertanya

dan mengungkapkan ide/pendapat. Dengan demikian kemampuan berbicara

siswa belum terasah dengan baik di SD ini.

         Kemampuan berbicara dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kemampuan

dasar dalam kegiatan berbicara dan kemampuan lanjutan dalam kegiatan

berbicara. Kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara meliputi berdialog,

menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita.
9




Sedangkan kemampuan lanjutan dalam kegiatan berbicara meliputi

musyawarah, diskusi, dan pidato.

        Solchan T. W, dkk (2008: 4.19) menyatakan bahwa, aspek berbicara

meliputi mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan,

dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman,

keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar

seri,   kegiatan   sehari-hari,   peristiwa,   tokoh,   kesukaan/ketidaksukaan,

kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi

dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa

dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair

lagu, pantun, dan drama anak.

        Pembelajaran berbicara di kelas tinggi bertujuan untuk memupuk

keberanian siswa, mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa, melatih

siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain, melatih siswa berfikir logis

dan kritis, dan menghargai siswa menghargai pendapat orang lain (Solchan T.

W, dkk, 2008: 11.21).

        Penelitian yang mempunyai relasi atau keterkaitan dengan penelitian ini

antara lain seperti penelitian skripsi yang ditulis oleh Hartono tahun 2011

dengan judul “297 Strategi Dan Penggunaan Metode Student Facilitator And

Explaining Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia”. Hasil

penelitian ini menjelaskan bahwa model pembelajaran SFAE dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan

peningkatan hasil belajar dari pra tindakan, siklus I dan siklus II, yaitu dari
10




prosentase keberhasilan kelas yang tuntas pada pra tindakan sebesar 41%

meningkat menjadi 62% pada siklus I dan meningkat menjadi 81% di siklus

II dengan persentase peningkatan dari pra tindakan ke siklus I sebesar 21%

dan dari siklus I ke siklus II sebesar 19%, sehingga prosentase peningkatan

hasil belajar siswa secara klasikal dari pra tindakan ke siklus II sebesar 40%.

      Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran SFAE dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Disarankan saat guru menerapkan model SFAE, perlu diperhatikan

kemampuan siswa, sebab model ini menuntut siswa yang dapat membaca,

bertanggung jawab, memiliki kemampuan individu untuk menjadi fasilitator

dan membelajarkan siswa. Guru disarankan juga menggunakan variasi model

pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh dan hasil belajar dapat meningkat.

      Selain itu, penelitian lain dilakukan oleh Abram Rinekso L.

dan Aris Nasuha dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran

Student Facilitator And Explaining Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Tik Di Sma N 1 Mertoyudan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil

penelitian menunjukkan minat belajar sebelum dan sesudah diberi

pembelajaran meggunakan metode ceramah dan strategi pembelajaran

Student Facilitator And Explaining yaitu pada kelas kontrol nilai rata-rata

minat belajar sebelum sebesar 58,44, dan sesudahnya sebesar 67,8. Pada kelas

eksperimen nilai rata-rata minat belajar sebelumnya sebesar 59,03, dan

sesudahnya 75,97. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata minat belajar

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Terdapat perbedaan
11




minat belajar yang signifikan antara penerapan strategi pembelajaran Student

Facilitator And Explaining dengan metode ceramah.

     Terdapat persamaan dan perbedaan pada penelitian yang dilakukan

Hartono dengan Abram Rinekso L. dan Aris Nasuha. Persamaan pada

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model Student Facilitator And

Explaining. Sedangkan perbedaannya terdapat pada mata pelajaran dan

variabel bebas yang diteliti. Pada penelitian Hartono hanya sebatas

mendeskripsikan model Student Facilitator And Explaining pada mata

pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sedangkan penelitian yang dilakukan

Abram Rinekso L. dan Aris Nasuha adalah untuk mengetahui pengaruh

model tersebut terhadap minat belajar pada mata pelajaran TIK.

     Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melihat

pengaruh model pembelajaran student facilitator and explaining terhadap

kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dengan mengambil judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Terhadap

Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
12




B. Batasan Masalah

         Agar penelitian ini dapat terarah, maka penelitian ini dibatasi dengan

   fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah:

   1.   Pokok bahasan pada penelitian ini adalah pada kelas IV semester II,

        Kompetensi Dasar: 6.2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui

        telepon sesuai dengan isi pesan.

   2.   Penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.



C. Rumusan Masalah

         Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut, rumusan

   masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh model

   pembelajaran student facilitator and explaining terhadap kemampuan siswa

   dalam mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa

   Kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun Tahun

   Pelajaran 2012/2013?



D. Tujuan Penelitian

         Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai

   dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model

   pembelajaran student facilitator and explaining terhadap kemampuan siswa

   dalam mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa

   Kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun Tahun

   Pelajaran 2012/2013.
13




E. Kegunaan Penelitian

        Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan

   memberi manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoretis

   dan manfaat praktis adalah sebagai berikut:

   1. Manfaat teoretis

     a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang pendidikan pada siswa,

        terutama dalam hal keterampilan berbicara khususnya mengemukakan

        pendapat.

     b. Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti yang ingin

        mengembangkan dunia pendidikan.

   2. Manfaat Praktis

           Adapun manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah

      sebagai berikut :

     a. Bagi Siswa

        1) Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan sehingga menambah

            antusias dan minat siswa terhadap pembelajaran.

        2) Sebagai bahan informasi tentang pentingnya model pembelajaran

            dalam       mengembangkan     kemampuan     berbicara   khususnya

            mengemukakan pendapat.

     b. Bagi guru

        1) Sebagai referensi dalam mengajar bahasa Indonesia, penting untuk

            memperhatikan anak secara spesifik berdasarkan kemampuan dan

            karakteristik belajar anak.
14




          2) Dapat meningkatkan kualitas mengajar guru, sehingga dalam

              pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan.

          3) Dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang semula monoton

              (teacher center) menjadi student center.

        c. Bagi sekolah

          1) Memberikan sumbangan keilmuan yang baik bagi sekolah dalam

              perbaikan proses pembelajaran.

          2) Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sekolah, sehingga

              dapat memberdayakan sekolah tersebut kepada masyarakat.

        d. Mahasiswa

          1) Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan tentang

              model pembelajaran.

          2) Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam membuka

              cakrawala berfikir mereka akan pentingnya model pembelajaran.



F. Definisi Operasional

          Agar tidak terjadi salah persepsi atas judul ini, maka perlu didefinisikan

   hal-hal sebagai berikut:

   1.    Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan

         model    pembelajaran      di   mana     siswa/peserta     didik    belajar

         mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya.

         Dalam penelitian ini dimulai dari guru menyampaikan kompetensi yang

         ingin dicapai, guru memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan
15




     kepada siswa lainnya, selanjutnya guru menyimpulkan ide/pendapat dari

     siswa.

2.   Kemampuan mengemukakan pendapat adalah salah satu prinsip dari

     pendekatan keterampilan proses, yaitu kemampuan mengomunikasikan

     hasil. Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang harus

     dikuasai siswa dalam keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran

     bahasa Indonesia, misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil

     pengamatannya, kemudian mempresentasikannya di depan kelas dalam

     sebuah kegiatan diskusi (Puji Santosa, 2008: 2.24). Penilaian pada

     keterampilan ini menggunakan tes diskusi, dilakukan dengan cara

     disajikan suatu topik dan pembicara diminta untuk mendiskusikannya.

     Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pembicara dalam

     menyampaikan pendapat, mempertahankan pendapat, serta menanggapi

     ide dan pikiran yang disampaikan oleh peserta lain (Kundharu Saddhono

     dan St. Y. Slamet, 2012: 59-60).

More Related Content

What's hot

Tugas kurpel
Tugas kurpelTugas kurpel
Tugas kurpelpurwa83
 
Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Made Rai Adnyana
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Ig Fandy Jayanto
 
Peran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganPeran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganMuLtazam Gea
 
Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...
Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...
Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...Sarofi Joemo
 
pentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikanpentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikanMohammad Nawawi
 
Hakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranHakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranShinta Alya
 
Kurikulum Dan Pmbljrn Rika
Kurikulum Dan Pmbljrn RikaKurikulum Dan Pmbljrn Rika
Kurikulum Dan Pmbljrn RikaRIKASEPTIANI
 
Interaksi dalam Pengurusan Pembelajaran
Interaksi dalam Pengurusan PembelajaranInteraksi dalam Pengurusan Pembelajaran
Interaksi dalam Pengurusan PembelajaranPuteri Farahin
 
Tuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
Tuti Herawati Tugas Kurikulum PembelajarannnnnnTuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
Tuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn20080210965
 
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum PembelajaranTugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajarandhikaadityantie
 
pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)
pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)
pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)Aamir Din
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasisintaroyani
 

What's hot (19)

Tugas kurpel
Tugas kurpelTugas kurpel
Tugas kurpel
 
Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
 
Peran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganPeran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembangan
 
Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...
Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...
Keterpaduan antara tugas_guru_mengajar_membimbing_dalam_proses_belajar_mengaj...
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
pentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikanpentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikan
 
Hakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranHakikat Pembelajaran
Hakikat Pembelajaran
 
Kurikulum Dan Pmbljrn Rika
Kurikulum Dan Pmbljrn RikaKurikulum Dan Pmbljrn Rika
Kurikulum Dan Pmbljrn Rika
 
Gru proposal (2)
Gru  proposal (2)Gru  proposal (2)
Gru proposal (2)
 
Problematika sejarah
Problematika sejarahProblematika sejarah
Problematika sejarah
 
Interaksi dalam Pengurusan Pembelajaran
Interaksi dalam Pengurusan PembelajaranInteraksi dalam Pengurusan Pembelajaran
Interaksi dalam Pengurusan Pembelajaran
 
Tuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
Tuti Herawati Tugas Kurikulum PembelajarannnnnnTuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
Tuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
 
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum PembelajaranTugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
 
pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)
pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)
pengurusan dan pembelajaran pelajar (kump15_buahnaga)
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasi
 
Manajemen Kelas
Manajemen KelasManajemen Kelas
Manajemen Kelas
 

Similar to Bab i ok

salimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdf
salimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdfsalimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdf
salimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdfAhmadBakhtiarPakuSad
 
322093 model-model-pembelajaran-inovatif
322093 model-model-pembelajaran-inovatif322093 model-model-pembelajaran-inovatif
322093 model-model-pembelajaran-inovatifmuhammad husnul fikri
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemaisyahfiver
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Mayawi Karim
 
Peranan guru disekolah
Peranan guru disekolahPeranan guru disekolah
Peranan guru disekolahiskawia
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranRosida Marasabessy
 
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar Pendidikan
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar PendidikanPengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar Pendidikan
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar PendidikanAnita Julia
 
Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)rusiana12
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryDewi Fitri
 
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)Tjoetnyak Izzatie
 
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxBAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxUpiHambuku
 
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)Susi Yanti
 
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang Lingkup Psikologi PendidikanRuang Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang Lingkup Psikologi PendidikanLutfi Koto
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 

Similar to Bab i ok (20)

Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Sbm
SbmSbm
Sbm
 
salimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdf
salimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdfsalimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdf
salimnahdi,+1279-Article+Text-5247-2-15-20210803.pdf
 
322093 model-model-pembelajaran-inovatif
322093 model-model-pembelajaran-inovatif322093 model-model-pembelajaran-inovatif
322093 model-model-pembelajaran-inovatif
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistem
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
 
Pkp ut raha
Pkp ut rahaPkp ut raha
Pkp ut raha
 
Peranan guru disekolah
Peranan guru disekolahPeranan guru disekolah
Peranan guru disekolah
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
 
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar Pendidikan
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar PendidikanPengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar Pendidikan
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan - Pengantar Pendidikan
 
Ppp2
Ppp2Ppp2
Ppp2
 
Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
 
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
 
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxBAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
 
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang Lingkup Psikologi PendidikanRuang Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 

Bab i ok

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, pendidikan tak dapat dipisahkan dari belajar mengajar. Dari perspektif mengajar, pelakunya adalah guru/pendidik. Sedangkan dari perspektif belajar, pelakunya adalah peserta didik. Dengan demikian, pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu. Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing peserta didik menuju pada tahapan kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, termasuk di dalamnya pendidikan dalam keluarga serta lingkungan (Dinn Wahyudin, Supriyadi, Ishak Abduhak, 2006: 3.1). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa. Bagi
  • 2. 2 pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia. Dengan demikian, berbagai macam model pendidikan sangat tergantung dari rumusan wujud atau jabaran manusia yang sejahtera dengan berbagai dimensinya. Fungsi pendidikan lainnya adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula dimaksudkan untuk mendukung kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban sangat evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi damai (Umaedi, Hadiyanto, Siswantari, 2008: 1.3). P. H. Coombs (dalam Dinn Wahyudin et al, 2006: 3.22-3.23) mengungkapkan ada dua belas komponen pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Adapun kedua belas komponen tersebut adalah tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen, struktur dan jadwal, isi bahan belajar, pendidik, alat bantu mengajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian, ongkos pendidikan. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 151) mengatakan bahwa proses pembelajaran tidak akan lepas dari tugas dan peran pengajar dan pembelajar. Masing-masing memiliki posisinya sesuai dengan tugas dan perannya. Tugas dan peran ini saling mengisi selama proses pembelajaran, tidak ada salah satu pihak yang lebih besar perannya, karena keduanya berada dalam satu arah dan tujuan yang sama.
  • 3. 3 Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik merupakan komponen yang menjadi subjek dan sekaligus objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan maksudnya peserta didik sebagai pihak yang secara langsung terlibat dalam perencanaan ataupun pelaksanaan pendidikan. Sedangkan sebagai objek, peserta didik merupakan pihak yang menjadi sasaran layanan mengapa pendidikan itu dilaksanakan (Dinn Wahyudin et al, 2006: 3.22). Sri Anitah W, dkk (2009: 2.13) mengatakan bahwa proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan. Proses belajar mengajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh desain pelajaran maupun strategi yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Pendidik merupakan komponen sumber daya insani yang melaksanakan garapan pendidikan. Fungsinya memberi layanan untuk kelancaran proses pembelajaran kepada peserta didik. Termasuk kelompok ini adalah tenaga kependidikan lainnya, seperti pustakawan, petugas laboratorium, dan sebagainya. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas peran guru. Guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif (Dinn Wahyudin et al, 2006: 3.23). Guru memiliki peranan yang sangat berat dan penting karena guru harus bertanggung jawab atas terbentuknya moral siswa yang telah diamankan para
  • 4. 4 orang tua atau wali untuk menciptakan anak didiknya menjadi terdidik, terbimbing, dan terlatih jasmani dan rohaninya. Maka guru adalah seorang figur yang terhormat, dia menjadi ukuran dan pedoman bagi anak didiknya, di tengah masyarakat sebagai suri tauladan (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2012: 9). Seperti yang telah kita pahami bahwa tugas utama guru adalah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan ialah bagaimana memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang dapat menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Gagne (dalam Sri Anitah W, dkk, 2009: 1.3) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan. Hasil belajar yang berupa perubahan perilaku atau tingkah
  • 5. 5 laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan emosional terjadi. Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Guru sebagai pendidik dituntut untuk pandai merekayasa pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga pengalaman dan tujuan dapat diterima siswa. Dengan demikian, siswa akan lebih aktif dan merasa senang dalam pembelajaran. Tugas guru adalah sebagai motivator dan fasilitator, bukan satu-satunya sumber belajar. Djam’an Satori, dkk (2007: 1.18-1.19) mengatakan bahwa guru dianggap sebagai suatu profesi bilamana ia memiliki pernyataan dasar, keterampilan teknik serta didukung oleh sikap kepribadian yang mantap. Dengan demikian, guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi profesional, kompetensi personal (kepribadian), kompetensi sosial, dan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai material. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
  • 6. 6 pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal (Aunurrahman, 2010: 140). Akhir-akhir ini telah banyak ditemukan oleh para ahli teori-teori metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan metode itu cocok dan pas pada semua materi pembelajaran di kelas. Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memilih strategi pembelajaran yang baik dan efektif. Agar kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga kualitas pembelajaran yang diinginkan dapat terwujud. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari mata pelajaran yang ada di kurikulum SD. Berdasarkan struktur kurikulum SD/MI, Bahasa Indonesia mempunyai alokasi waktu, yaitu di kelas IV-VI lima jam pelajaran per minggu (Permendiknas, 2006: 83). Pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang sistemik, sistematis, dan terencana. Dikatakan sistemik karena di dalamnya terdapat seperangkat subsistem yang saling berkaitan dan berinteraksi secara fungsional untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dikatakan sistematis karena dalam pelaksanaannya terdapat tatanan dan tahapan yang bersifat prosedural dan berhubungan secara kronologis-kausatif. Selanjutnya dikatakan terencana karena dalam pembelajaran terlihat jelas dan
  • 7. 7 tegas adanya dasar, arah/tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai (Solchan T. W, dkk, 2008: 11.5). Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pelajaran bahasa, terdapat beberapa permasalahan yang harus diantisipasi dan didudukkan secara proporsional. Permasalahan tersebut berkaitan dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi, pengajar (guru), dan siswa. Masing-masing subsistem mempunyai peranan penting dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia. Yusi Rosdiana, dkk (2009: 1.18) menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi soaial. Bahasa sangat menyatu dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mempunyai anggota masyarakat. Aktivitasnya sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pemikiran, harapan, dan keinginannya disampaikan dengan bahasa. Setiap masyarakat memiliki bahasa dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Aksi dan reaksi manusia dalam kelompok masyarakat bergantung pada bahasa yang digunakan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat aspek yang saling berkaitan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan siswa dalam kelas pun keempat keterampilan berbahasa tidak dapat dipisah-pisahkan. Pada waktu siswa mendengarkan keterangan guru (ada kegiatan mendengarkan dari kegiatan berbicara gurunya). Kemudian mencatat apa-apa yang dianggap penting (kegiatan menulis). Jika siswa itu
  • 8. 8 bertanya tentang apa-apa yang belum dipahaminya (terdapat kegiatan berbicara), kemudian dijawab oleh guru (ada kegiatan mendengarkan). Jadi dalam berkomunikasi keempat keterampilan itu saling bergantian kehadirannya, tidak mungkin hanya hadir satu keterampilan saja (Solchan T. W, dkk, 2008: 7.5). Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif (Yeti Mulyati, dkk, 2009: 1.15). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun, diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini masih cenderung guru yang menjadi pusat pembelajaran (teacher centered). Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa kurang termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa merasa malu/tidak berani dalam bertanya dan mengungkapkan ide/pendapat. Dengan demikian kemampuan berbicara siswa belum terasah dengan baik di SD ini. Kemampuan berbicara dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara dan kemampuan lanjutan dalam kegiatan berbicara. Kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara meliputi berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita.
  • 9. 9 Sedangkan kemampuan lanjutan dalam kegiatan berbicara meliputi musyawarah, diskusi, dan pidato. Solchan T. W, dkk (2008: 4.19) menyatakan bahwa, aspek berbicara meliputi mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Pembelajaran berbicara di kelas tinggi bertujuan untuk memupuk keberanian siswa, mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa, melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain, melatih siswa berfikir logis dan kritis, dan menghargai siswa menghargai pendapat orang lain (Solchan T. W, dkk, 2008: 11.21). Penelitian yang mempunyai relasi atau keterkaitan dengan penelitian ini antara lain seperti penelitian skripsi yang ditulis oleh Hartono tahun 2011 dengan judul “297 Strategi Dan Penggunaan Metode Student Facilitator And Explaining Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar dari pra tindakan, siklus I dan siklus II, yaitu dari
  • 10. 10 prosentase keberhasilan kelas yang tuntas pada pra tindakan sebesar 41% meningkat menjadi 62% pada siklus I dan meningkat menjadi 81% di siklus II dengan persentase peningkatan dari pra tindakan ke siklus I sebesar 21% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 19%, sehingga prosentase peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal dari pra tindakan ke siklus II sebesar 40%. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Disarankan saat guru menerapkan model SFAE, perlu diperhatikan kemampuan siswa, sebab model ini menuntut siswa yang dapat membaca, bertanggung jawab, memiliki kemampuan individu untuk menjadi fasilitator dan membelajarkan siswa. Guru disarankan juga menggunakan variasi model pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh dan hasil belajar dapat meningkat. Selain itu, penelitian lain dilakukan oleh Abram Rinekso L. dan Aris Nasuha dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Tik Di Sma N 1 Mertoyudan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan minat belajar sebelum dan sesudah diberi pembelajaran meggunakan metode ceramah dan strategi pembelajaran Student Facilitator And Explaining yaitu pada kelas kontrol nilai rata-rata minat belajar sebelum sebesar 58,44, dan sesudahnya sebesar 67,8. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata minat belajar sebelumnya sebesar 59,03, dan sesudahnya 75,97. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata minat belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Terdapat perbedaan
  • 11. 11 minat belajar yang signifikan antara penerapan strategi pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan metode ceramah. Terdapat persamaan dan perbedaan pada penelitian yang dilakukan Hartono dengan Abram Rinekso L. dan Aris Nasuha. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model Student Facilitator And Explaining. Sedangkan perbedaannya terdapat pada mata pelajaran dan variabel bebas yang diteliti. Pada penelitian Hartono hanya sebatas mendeskripsikan model Student Facilitator And Explaining pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sedangkan penelitian yang dilakukan Abram Rinekso L. dan Aris Nasuha adalah untuk mengetahui pengaruh model tersebut terhadap minat belajar pada mata pelajaran TIK. Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melihat pengaruh model pembelajaran student facilitator and explaining terhadap kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dengan mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
  • 12. 12 B. Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah, maka penelitian ini dibatasi dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah pada kelas IV semester II, Kompetensi Dasar: 6.2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan. 2. Penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh model pembelajaran student facilitator and explaining terhadap kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran student facilitator and explaining terhadap kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Pacinan Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.
  • 13. 13 E. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan memberi manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoretis dan manfaat praktis adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang pendidikan pada siswa, terutama dalam hal keterampilan berbicara khususnya mengemukakan pendapat. b. Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti yang ingin mengembangkan dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Siswa 1) Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan sehingga menambah antusias dan minat siswa terhadap pembelajaran. 2) Sebagai bahan informasi tentang pentingnya model pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan berbicara khususnya mengemukakan pendapat. b. Bagi guru 1) Sebagai referensi dalam mengajar bahasa Indonesia, penting untuk memperhatikan anak secara spesifik berdasarkan kemampuan dan karakteristik belajar anak.
  • 14. 14 2) Dapat meningkatkan kualitas mengajar guru, sehingga dalam pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. 3) Dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang semula monoton (teacher center) menjadi student center. c. Bagi sekolah 1) Memberikan sumbangan keilmuan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan proses pembelajaran. 2) Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sekolah, sehingga dapat memberdayakan sekolah tersebut kepada masyarakat. d. Mahasiswa 1) Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan tentang model pembelajaran. 2) Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam membuka cakrawala berfikir mereka akan pentingnya model pembelajaran. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah persepsi atas judul ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran di mana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Dalam penelitian ini dimulai dari guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan
  • 15. 15 kepada siswa lainnya, selanjutnya guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa. 2. Kemampuan mengemukakan pendapat adalah salah satu prinsip dari pendekatan keterampilan proses, yaitu kemampuan mengomunikasikan hasil. Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil pengamatannya, kemudian mempresentasikannya di depan kelas dalam sebuah kegiatan diskusi (Puji Santosa, 2008: 2.24). Penilaian pada keterampilan ini menggunakan tes diskusi, dilakukan dengan cara disajikan suatu topik dan pembicara diminta untuk mendiskusikannya. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pembicara dalam menyampaikan pendapat, mempertahankan pendapat, serta menanggapi ide dan pikiran yang disampaikan oleh peserta lain (Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, 2012: 59-60).