SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
FILARIASIS
KELOMPOK 7
Friska Friskila Sinaga 121000271
Elisabet O. Sinaga 121000263
Renta Purba 121000265
Riance M. Sinaga 121000248
Haryati Lumbangaol 121000266
Erista O. Siregar 121000314
IDENTIFIKASI
Filariasis bancrofti adalah penyakit yang
mengenai kelenjar dan saluran limfe yang
disebabkan oleh parasit golongan nematoda
yaitu Wuchereria bancrofti yang terjadi
melalui gigitan nyamuk Culex
quinquefasciatus, Anopheles dan Aedes yang
merupakan hospes perantaranya.
ETIOLOGI FILARIASIS
•Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies
cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,
dan Brugia timori
• Secara epidemiologi dibagi menjadi enam tipe
(Majawati, 2003; Kementrian Kesehatan RI lampiran II,
2005) :
1. Wuchereria bancrofti tipe urban
2. Wuchereria bancrofti tipe rural
3. Brugia malayi tipe periodik nokturna
4. Brugia malayi tipe subperiodik nokturna
5. Brugia malayi tipe nonperiodik
6. Brugia timori
Lanjutan...
• Cacing filaria hidup dalam tubuh manusia
dalam darah serta saluran dan kelenjar limfe.
• Makrofilaria atau cacing dewasa hidup
dalam saluran dan kelenjar limfe. Merupakan
fase hidup cacing filaria elephantiasis
• Mikrofilaria hidup didalam sistem
sirkulasi darah. Merupakan fase hidup cacing
filaria yang lebih berbahaya penularan
penyakit melalui vektor.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi sekitar 2 bulan.Tetapi
Periode pra patennya (dari saat
infeksi sampai tampaknya
microfilaria di dalam darah)
sekurang-kurangnya 8 bulan.
Masa Penularan
Apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang infektif yaitu nyamuk
yang mengandung larva stadium III (
L3 ).
Distribusi Filariasis menurut tempat
• Diperkirakan larva cacing tsb telah menginfeksi lebih dari 700 juta
orang di seluruh dunia, dimana 60 juta orang diantaranya (64%)
terdapat di regional Asia Tenggara.
• Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang endemis terhadap filariasis
dan salah satu diantaranya adalah Indonesia
• Tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Provinsi
Aceh (2.359 kasus), NTT (1.730 kasus), Papua (1.158 kasus)
• Tiga kabupaten dengan kasus terbanyak filariasis adalah Aceh Utara
(1.353 kasus), Manokwari (667 kasus) dan Mappi (652 kasus).
• 335 kabupaten/kota dari 495 kabupaten/kota (67%) merupakan
kabupaten kota endemis filariasis. (Depkes RI,2010)
Lanjutan…
Responden tinggal diperkotaan sebesar 0,03%
pernah terkena filariasis dan tinggal dipedesaan
pernah terkena filariasis sebesar 0,05%,
probabilitas risiko terjadinya filariasis 2,44 kali
lebih besar pada orang yang tinggal dipedesaan
dibandingkan orang yang tinggal diperkotaan
Distribusi filariasismenurut orang
• Dapat menyerang semua golongan umur baik
anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan
perempuan (Kemenkes RI, 2010a)
• Pada tahun 1997, diperkirakan paling tidak 128
juta orang terinfeksi, diantaranya adalah anak
usia dibawah 15 tahun(Chairufatah, 2009)
• Berdasarkan penelitian Soeyoko dkk (2008) di
kabupaten Bonebolango, lebih banyak pada
perempuan (51,4%), pekerjaan bukan petani
(54,3%),berpendidikan rendah (68,6%),
berpengetahuan kurang (58,6%), dan
berpenghasilan rendah 80%).
Distribusi Filariasis menurut
waktu
• Kasus filariasis yang dilaporkan terus bertambah
dari tahun ke tahun.
• Pada tahun 2007 kasus klinis filariasis dilaporkan
sebanyak 11.473 kasus, tahun 2008
sebanyak11.699 kasus dan tahun 2009
sebanyak11.914 kasus ( proporsi sebesar 0,005%
dari jumlah penduduk) (Kemenkes RI, 2010b).
RESERVOIR
• Di Indonesia B. malayi telah ditemukan di
Presbytis cristata (lutung) dan Macaca fascicularis.
Selain kera, kucing (Felix) juga merupakan
reservoir dari B. malayi (Palmieri, 1979; Lim dkk.
1984; Poernomo, 1984).
• Hospes reservoir yang paling penting adalah kera,
terutama kera Presbytis yang seringkali
mempunyai prevalensi infeksi tinggi. Meskipun
kucing domestik juga merupakan hospes
reservoir, tapi prevalensi pada kucing pada
umumnya lebih rendah.
CARA PENULARAN
• Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit
kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk
yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung
larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut
mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria )
sewaktu menghisap darah penderita mengandung
microfilaria atau binatang reservoir yang
mengandung microfilaria. Siklus Penularan
penyakit kaki gajah ini melalui dua tahap, yaitu
perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector )
dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh
manusia (hospes) dan reservoair.
SIKLUS PENULARAN FILARIASIS
1. Tahap perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vektor ):
• Saat nyamuk (vektor) menghisap darah penderita (mikrofilaremia) beberapa microfilaria ikut
terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk.
• Setelah berada dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepas selubung, kemudian menerobos
dinding lambung menuju ke rongga badan dan selanjutnya ke jaringan otot thoraks.
• Dalam jaringan otot thoraks, larva stadium I (LI) berkembang menjadi bentuk larva stadium II
(L2) dan selanjutnya berkembang menjadi stadium III (L3) yang efektif.
• Waktu perkembangan dari L1 menjadi L3 disebut masa inkubasi ektrinsik, untuk spesies
Wuchereria bancrofti antara 10-14 hr, Brugia malayi dan Brugia timori 7-10 hr. 5. St. LIII bergerak
ke proboscis ( alat tusuk) nyamuk dan akan dipindahkan ke manusia pada saat nyamuk menggit.
• Mikrofilaria didalam tubuh nyamuk hanya mengalami perubahan bentuk dan tidak berkembang
biak (cyclicodevelopmental) sehingga diperlukan gigitan berulang kali utk terjadinya infeksi.
LANJUTAN
2. Tahap perkembangan dalam tubuh manusia dan hewan perantara ( hospes
reservoir ) :
• Didalam tubuh manusia St. L3 akan menuju sistem limfe dan selanjutnya
tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina.
• Melalui kopulasi, cacing betina menghasilkan mikrofilaria yg beredar dalam
darah. Secara periodik seekor cacing betina akan mengeluarkan sekitar 50.000
larva setiap hari.
• Perkembangan L3 menjadi cacing dewasa dan menghasilkan mikrofilaria
W.bancrofti selama 9 bln dan B.malayi, B.timori selama 3 bulan di tubuh
manusia.
• Perkembangan seperti ini terjadi juga dalam tubuh hewan reservoar ( lutung
dan kucing).
KERENTANAN & KEKEBALAN
Semua orang mungkin rentan
terhadap infeksi namun ada
perbedaan yang bermakna secara
geografis terhadap jenis dan
beratnya infeksi. Infeksi ulang yang
terjadi di daerah endemis dapat
mengakibatkan manifestasi lebih
berat seperti elephantiasis.
CARA PENCEGAHAN FILARIASIS
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara
penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk).
2. Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif dalam nyamuk
dengan menggunakan umpan manusia; mengidentifikasi waktu dan tempat
menggigit nyamuk serta tempat perkembangbiakannya.
3. Penyemprotan anti nyamuk, menggunakan pestisida residual, memasang kawat
kasa, tidur dengan menggunakan kelambu.
4. Membersihkan tempat perindukan nyamuk
5. Pengendalian lingkungan untuk menghindari penularan dari reservoir binatang (
kera maupun kucing )
6. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine (DEC,
Banocide®, Hetrazan®, Notezine®)
Filariasis
Filariasis

More Related Content

What's hot (15)

Brugia malayi
Brugia malayiBrugia malayi
Brugia malayi
 
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten KarawangProgram Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
 
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
 
FILARIASIS - penyakit untut
FILARIASIS - penyakit untutFILARIASIS - penyakit untut
FILARIASIS - penyakit untut
 
Askep elephantiasis
Askep elephantiasisAskep elephantiasis
Askep elephantiasis
 
Vektor penyakit protozoa
Vektor penyakit protozoaVektor penyakit protozoa
Vektor penyakit protozoa
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
Makalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhhMakalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhh
 
Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteriVektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
 
Filaria
FilariaFilaria
Filaria
 
Pembekakan Tungkai Kiri
Pembekakan Tungkai Kiri Pembekakan Tungkai Kiri
Pembekakan Tungkai Kiri
 
Modul parasito mansonella ozzardi
Modul parasito mansonella ozzardiModul parasito mansonella ozzardi
Modul parasito mansonella ozzardi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 

Viewers also liked

Essential services in bangladesh
Essential services in bangladeshEssential services in bangladesh
Essential services in bangladeshMohammad Alam
 
ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.
ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.
ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.Yogacharya AB Bhavanani
 
Epidemiology and control of filariasis-
 Epidemiology and control of filariasis- Epidemiology and control of filariasis-
Epidemiology and control of filariasis-Ubaida Fazaa
 
Health Status of Bangladesh
Health Status of BangladeshHealth Status of Bangladesh
Health Status of Bangladeshrubaiya tabassum
 
The epi vaccines and its characteristics
The epi vaccines and its characteristicsThe epi vaccines and its characteristics
The epi vaccines and its characteristicsGeorgie Almacen
 
Presentation filariasis
Presentation filariasisPresentation filariasis
Presentation filariasis22_04
 
Lymphatic system-ppt
Lymphatic system-pptLymphatic system-ppt
Lymphatic system-pptneeshma71991
 
Lymphatic filariasis ppt 1014
Lymphatic filariasis ppt 1014Lymphatic filariasis ppt 1014
Lymphatic filariasis ppt 1014hhettrickpt
 
Iodine deficiency symptoms
Iodine deficiency symptomsIodine deficiency symptoms
Iodine deficiency symptomseawong1192
 
Expanded Programme On Immunization In Nigeria
Expanded Programme On Immunization In NigeriaExpanded Programme On Immunization In Nigeria
Expanded Programme On Immunization In NigeriaMaimunat
 
Epidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in India
Epidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in IndiaEpidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in India
Epidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in IndiaReshma Ann Mathew
 
Lymphatic Filariasis
Lymphatic FilariasisLymphatic Filariasis
Lymphatic Filariasisnyang126
 

Viewers also liked (20)

Essential services in bangladesh
Essential services in bangladeshEssential services in bangladesh
Essential services in bangladesh
 
ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.
ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.
ROLE OF YOGA IN NON-COMMUNICABLE DISEASES: A BRIEF REVIEW.
 
Epidemiology and control of filariasis-
 Epidemiology and control of filariasis- Epidemiology and control of filariasis-
Epidemiology and control of filariasis-
 
Health system
Health systemHealth system
Health system
 
Health Status of Bangladesh
Health Status of BangladeshHealth Status of Bangladesh
Health Status of Bangladesh
 
LEPROSY
LEPROSYLEPROSY
LEPROSY
 
Filariosis
FilariosisFilariosis
Filariosis
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
The epi vaccines and its characteristics
The epi vaccines and its characteristicsThe epi vaccines and its characteristics
The epi vaccines and its characteristics
 
Presentation filariasis
Presentation filariasisPresentation filariasis
Presentation filariasis
 
Lymphatic system-ppt
Lymphatic system-pptLymphatic system-ppt
Lymphatic system-ppt
 
Lymphatic filariasis ppt 1014
Lymphatic filariasis ppt 1014Lymphatic filariasis ppt 1014
Lymphatic filariasis ppt 1014
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Iodine deficiency symptoms
Iodine deficiency symptomsIodine deficiency symptoms
Iodine deficiency symptoms
 
Expanded Programme On Immunization In Nigeria
Expanded Programme On Immunization In NigeriaExpanded Programme On Immunization In Nigeria
Expanded Programme On Immunization In Nigeria
 
Leprosy
LeprosyLeprosy
Leprosy
 
Leprosy
LeprosyLeprosy
Leprosy
 
Epidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in India
Epidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in IndiaEpidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in India
Epidemiology and control of filariasis (Lymphatic Filariasis) in India
 
Lymphatic Filariasis
Lymphatic FilariasisLymphatic Filariasis
Lymphatic Filariasis
 
Iodine deficiency
Iodine deficiencyIodine deficiency
Iodine deficiency
 

Similar to Filariasis (20)

Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 
Ppt nematoda.
Ppt nematoda.Ppt nematoda.
Ppt nematoda.
 
Heldi.docx
Heldi.docxHeldi.docx
Heldi.docx
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Jaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedJaringan 1 converted
Jaringan 1 converted
 
Nematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringanNematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringan
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malaria
 
MALARIA - epidemiologi penyakit menular
MALARIA - epidemiologi penyakit menularMALARIA - epidemiologi penyakit menular
MALARIA - epidemiologi penyakit menular
 
Penyakit tropis
Penyakit tropisPenyakit tropis
Penyakit tropis
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Foodborne/Waterborne Bacteria
Foodborne/Waterborne BacteriaFoodborne/Waterborne Bacteria
Foodborne/Waterborne Bacteria
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Keperawatan
KeperawatanKeperawatan
Keperawatan
 
Penyakit Rabies
Penyakit RabiesPenyakit Rabies
Penyakit Rabies
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 

Recently uploaded

362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 

Recently uploaded (20)

362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 

Filariasis

  • 2. KELOMPOK 7 Friska Friskila Sinaga 121000271 Elisabet O. Sinaga 121000263 Renta Purba 121000265 Riance M. Sinaga 121000248 Haryati Lumbangaol 121000266 Erista O. Siregar 121000314
  • 3. IDENTIFIKASI Filariasis bancrofti adalah penyakit yang mengenai kelenjar dan saluran limfe yang disebabkan oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti yang terjadi melalui gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus, Anopheles dan Aedes yang merupakan hospes perantaranya.
  • 4. ETIOLOGI FILARIASIS •Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori • Secara epidemiologi dibagi menjadi enam tipe (Majawati, 2003; Kementrian Kesehatan RI lampiran II, 2005) : 1. Wuchereria bancrofti tipe urban 2. Wuchereria bancrofti tipe rural 3. Brugia malayi tipe periodik nokturna 4. Brugia malayi tipe subperiodik nokturna 5. Brugia malayi tipe nonperiodik 6. Brugia timori
  • 5.
  • 6.
  • 7. Lanjutan... • Cacing filaria hidup dalam tubuh manusia dalam darah serta saluran dan kelenjar limfe. • Makrofilaria atau cacing dewasa hidup dalam saluran dan kelenjar limfe. Merupakan fase hidup cacing filaria elephantiasis • Mikrofilaria hidup didalam sistem sirkulasi darah. Merupakan fase hidup cacing filaria yang lebih berbahaya penularan penyakit melalui vektor.
  • 8. Masa Inkubasi Masa inkubasi sekitar 2 bulan.Tetapi Periode pra patennya (dari saat infeksi sampai tampaknya microfilaria di dalam darah) sekurang-kurangnya 8 bulan.
  • 9. Masa Penularan Apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ).
  • 10. Distribusi Filariasis menurut tempat • Diperkirakan larva cacing tsb telah menginfeksi lebih dari 700 juta orang di seluruh dunia, dimana 60 juta orang diantaranya (64%) terdapat di regional Asia Tenggara. • Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang endemis terhadap filariasis dan salah satu diantaranya adalah Indonesia • Tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Provinsi Aceh (2.359 kasus), NTT (1.730 kasus), Papua (1.158 kasus) • Tiga kabupaten dengan kasus terbanyak filariasis adalah Aceh Utara (1.353 kasus), Manokwari (667 kasus) dan Mappi (652 kasus). • 335 kabupaten/kota dari 495 kabupaten/kota (67%) merupakan kabupaten kota endemis filariasis. (Depkes RI,2010)
  • 11. Lanjutan… Responden tinggal diperkotaan sebesar 0,03% pernah terkena filariasis dan tinggal dipedesaan pernah terkena filariasis sebesar 0,05%, probabilitas risiko terjadinya filariasis 2,44 kali lebih besar pada orang yang tinggal dipedesaan dibandingkan orang yang tinggal diperkotaan
  • 12. Distribusi filariasismenurut orang • Dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2010a) • Pada tahun 1997, diperkirakan paling tidak 128 juta orang terinfeksi, diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun(Chairufatah, 2009) • Berdasarkan penelitian Soeyoko dkk (2008) di kabupaten Bonebolango, lebih banyak pada perempuan (51,4%), pekerjaan bukan petani (54,3%),berpendidikan rendah (68,6%), berpengetahuan kurang (58,6%), dan berpenghasilan rendah 80%).
  • 13. Distribusi Filariasis menurut waktu • Kasus filariasis yang dilaporkan terus bertambah dari tahun ke tahun. • Pada tahun 2007 kasus klinis filariasis dilaporkan sebanyak 11.473 kasus, tahun 2008 sebanyak11.699 kasus dan tahun 2009 sebanyak11.914 kasus ( proporsi sebesar 0,005% dari jumlah penduduk) (Kemenkes RI, 2010b).
  • 14. RESERVOIR • Di Indonesia B. malayi telah ditemukan di Presbytis cristata (lutung) dan Macaca fascicularis. Selain kera, kucing (Felix) juga merupakan reservoir dari B. malayi (Palmieri, 1979; Lim dkk. 1984; Poernomo, 1984). • Hospes reservoir yang paling penting adalah kera, terutama kera Presbytis yang seringkali mempunyai prevalensi infeksi tinggi. Meskipun kucing domestik juga merupakan hospes reservoir, tapi prevalensi pada kucing pada umumnya lebih rendah.
  • 15. CARA PENULARAN • Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
  • 16. SIKLUS PENULARAN FILARIASIS 1. Tahap perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vektor ): • Saat nyamuk (vektor) menghisap darah penderita (mikrofilaremia) beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. • Setelah berada dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepas selubung, kemudian menerobos dinding lambung menuju ke rongga badan dan selanjutnya ke jaringan otot thoraks. • Dalam jaringan otot thoraks, larva stadium I (LI) berkembang menjadi bentuk larva stadium II (L2) dan selanjutnya berkembang menjadi stadium III (L3) yang efektif. • Waktu perkembangan dari L1 menjadi L3 disebut masa inkubasi ektrinsik, untuk spesies Wuchereria bancrofti antara 10-14 hr, Brugia malayi dan Brugia timori 7-10 hr. 5. St. LIII bergerak ke proboscis ( alat tusuk) nyamuk dan akan dipindahkan ke manusia pada saat nyamuk menggit. • Mikrofilaria didalam tubuh nyamuk hanya mengalami perubahan bentuk dan tidak berkembang biak (cyclicodevelopmental) sehingga diperlukan gigitan berulang kali utk terjadinya infeksi.
  • 17. LANJUTAN 2. Tahap perkembangan dalam tubuh manusia dan hewan perantara ( hospes reservoir ) : • Didalam tubuh manusia St. L3 akan menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina. • Melalui kopulasi, cacing betina menghasilkan mikrofilaria yg beredar dalam darah. Secara periodik seekor cacing betina akan mengeluarkan sekitar 50.000 larva setiap hari. • Perkembangan L3 menjadi cacing dewasa dan menghasilkan mikrofilaria W.bancrofti selama 9 bln dan B.malayi, B.timori selama 3 bulan di tubuh manusia. • Perkembangan seperti ini terjadi juga dalam tubuh hewan reservoar ( lutung dan kucing).
  • 18. KERENTANAN & KEKEBALAN Semua orang mungkin rentan terhadap infeksi namun ada perbedaan yang bermakna secara geografis terhadap jenis dan beratnya infeksi. Infeksi ulang yang terjadi di daerah endemis dapat mengakibatkan manifestasi lebih berat seperti elephantiasis.
  • 19. CARA PENCEGAHAN FILARIASIS 1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk). 2. Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif dalam nyamuk dengan menggunakan umpan manusia; mengidentifikasi waktu dan tempat menggigit nyamuk serta tempat perkembangbiakannya. 3. Penyemprotan anti nyamuk, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu. 4. Membersihkan tempat perindukan nyamuk 5. Pengendalian lingkungan untuk menghindari penularan dari reservoir binatang ( kera maupun kucing ) 6. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine (DEC, Banocide®, Hetrazan®, Notezine®)