2. SEJARAH BATIK
Batik Indonesia telah diakui sebagai warisan
kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi oleh
UNESCO. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa
Batik Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, memiliki
keterikatan yang sangat erat dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat yang berkembang sejak zaman nenek
moyang. Batik awalnya merupakan pakaian keluarga
kerajaan.
3. Seorang Antropolog bernama Rens Heringa yang meneliti
Batik Jawa selama lebih dari 25 tahun mengatakan bahwa mitos
paling awal tentang batik sudah ada pada kira-kira tahun 700
Masehi, yaitu saat Pangeran Lembu Amiluhur mempersunting
seorang putri bangsawan Coromandel, India. Putri dan para
dayangnya yang beragama Hindu mengajarkan cara membatik
kepada orang-orang Jawa. Hal ini sejalan dengan pendapat GP
Rouffaer bahwa cara membatik di Indonesia diperkenalkan dari
India atau Srilanka pada abad ke-6 M atau ke-7 M. GP Rouffaer
juga menyimpulkan bahwa canting ditemukan di Jawa sekitar abad
ke-12, hal ini dikarenakan pada saat itu batik dengan pola
gringsing sudah dikenal di Kediri, Jawa Timur. Batik dengan pola
gringsing hanya bisa dibentuk dengan menggunakan canting.
4. Batik Indonesia mulai berkembang pada zaman Majapahit.
Batik pada awalnya merupakan seni yang dikerjakan oleh sebatas
kalangan kerajaan di dalam kraton. Batik kemudian berkembang
menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk
mengisi waktu senggang karena dibawa oleh para pengikut raja
yang tinggal diluar lingkungan kraton.
Perkembangan batik pada zaman Majapahit dapat ditelusuri
di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Perkembangan batik di
Tulung Agung tidak terlepas dari kisah Adipati Kalang yang tidak
mau tunduk pada pemerintahan Majapahit. Alkisah, penguasa
Tulung Agung (dulu Bonorowo) tersebut tidak mau tunduk
terhadap pemerintahan Majapahit yang menyebabkan terjadinya
pertempuran dan berakhir dengan tewasnya sang Adipati
disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Para petugas
dan keluarga kerjaan Majapahit kemudian menetap dan
mengembangkan batik di daerah tersebut. Ciri khas Batik
Kalangberet dan Mojokerto memiliki kemiripan dengan Batik
Yogyakarta, yaitu bercorak coklat dan biru tua pada dasaran
berwarna putih.
5. DEVINISI BATIK
Batik adalah suatu seni menghias kain atau bahan
lain dengan menggunakan bahan penutup lilin untuk
membentuk corak hiasan dengan menggunakan alat
canting.
6. Batik, dari sisi etimologi (ilmu asal-usul kata),
merupakan gabungan atas dua kata dalam bahasa Jawa;
“amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik
merujuk pada dua hal.
Teknik pembuatan corak atau pewarnaan kain
dengan malam. Literatur tekstil internasional mengenal
teknik ini sebagai wax-resist dyeing. Bagian kain yang
tertentu ditutupi malam/lilin, sehingga zat pewarna
tidak akan terserap pada bagian kain itu pada saat
pewarnaan.
7. Batik merupakan lukisan di atas kain yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakaian.
Pada awalnya, batik hanya dikenal oleh kalangan
keraton. Batik terdiri dari berbagai motif dan setiap motif
merupakan simbol bagi pemakainya, seperti motif-motif
parang dan kawung yang hanya boleh dikenakan oleh
keluarga kerajaan. Pada perkembangannya, batik
menyebar ke kalangan masyarakat umum.
Batik Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO
sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan
non-bendawi pada tanggal 2 Oktober 2009. Pengakuan
UNESCO ini meliputi teknik, teknologi serta motif Batik
Indonesia.
8. BAHAN UNTUK MEMBUAT BATIK TULIS
Nama
Bahan Gambar Keterangan dan
fungsi
Malam Batik
(Pokok)
Dalam pembuatan batik,
malam berperan sebagai
penutup bagian kain agar
tidak terwarnai dalam
pencelupan.
Napthol
(Pokok)
Pewarna batik setelah di
canting.
Kain
(Pokok)
Sebagai media dimana
menjadi tempat menggambar
motif batik.
10. ALAT UNTUK MEMBUAT BATIK TULIS
Nama
Alat
Gambar Keterangan dan fungsinya
Canting
(Pokok)
Canting dipakai untuk
menuliskan pola batikdengan
cairan malam. Canting pada
umumnya terbuat dari bahan
tembaga dengan gagang
bambu.
Wajan kecil
(Pokok)
Sebagai tempat dimana lilin
yang meleleh di tempatkan.
Kompor
minyak
(Pokok)
Alat untuk mencairkan lilin di
atas wajan.
11. Gawangan
(Tambahan)
Untuk membentangkan
kain batik yang akan
dibatik.
Dingklik
(Tambahan)
Duduk sang pembatik.
Ember
(Tambahan)
Tempat berlangsungnya
proses pewarnaan.
Panci
(Tambahan)
Alat untuk melorod malam.
12. MACAM – MACAM BATIK BERDASARKAN PEMBUATNYA
1. Batik tulis
Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan canting.
A. Pembuatan Batik Tulis secara Tradisional
Proses pembuatan batik tulis secara tradisional hanya menggunakan
pewarna biru indigo dan soga dengan melewati 7 tahapan pembuatan, yaitu:
Mbathik atau Nglowong, yaitu membuat pola pada kain dengan menempelkan
malam menggunakan canthing tulis. Nglowong pada sebelah kain disebut juga
“ngengreng” dan setelah selesai dilanjutkan dengan “nerusi” pada sebelah
lainnya. Malam klowong yang digunakan pada proses ini tidak boleh bertekstur
terlalu ulet agar nantinya mudah dikerok.
Nembok, yaitu menutup bagian-bagian pola yang akan dibiarkan berwarna
putih menggunakan malam. Lapisan malam mini berfungsi sebagai tembok
penahan zat pewarna agar jangan merembes ke bagian yang ditembok. Malam
tembok harus memiliki tekstur kuat dan ulet. Medel, yaitu mencelup kain yang
telah diberi malam kedalam pewarna untuk memberikan warna dasar. Pada
zaman dahulu, warna dasar ini adalah warna biru tua menggunakan bahan
pewarna Indigo (bahasa jawanya adalah tom). Bahan pewarna ini tebilang
sangat lambat untuk diserap oleh kain, sehingga harus dilakukan berulang kali.
Ngerok dan Nggirah, yaitu menghilangkan lilin dari bagian-bagian yang akan
diberikan warna soga. Biasanya proses ini menggunakan alat yang dinamakan
cawuk (semacam pisau tumpul).
13. Mbironi, yaitu menutup bagian-bagian yang akan tetap berwarna biru.
Proses ini dilakukan pada kedua sisi kain.
Nyoga, yaitu mencelup kain kedalam pewarna soga. Sebagaimana
Medel, proses ini jika menggunakan pewarna alam juga harus
dilakukan secara berulang dan setiap kali selesai pencelupan maka
harus dikeringkan di udara terbuka.
Nglorod, yaitu menghilangkan lilin batik menggunakan air mendidih.
B. Pembuatan Batik Tulis secara Kesikan / Lorodan
Secara umum proses pembuatan batik tulis secara kesikan /
lorodan adalah sama dengan proses pembuatan batik tulis secara
tradisional, hanya saja berbeda pada langkah ke 4, yaitu proses
menghilangkan lilin setelah mengalami pencelupan pertama. Pada
pembuatan batik tulis secara kesikan / lorodan, penghilangan malam
pertama itu dilakukan dengan proses nglorod sehingga menghasilkan
apa yang disebut “kelengan”. Setelah menjadi “kelengan”, selanjutnya
(langkah kelima) melewati proses penutupan bagian-bagian yang akan
tetap berwarna biru yang dinamakan proses ngesik.
14. C. Pembuatan Batik Tulis secara Pesisiran / Pekalongan
Sebagaimana kita ketahui, batik pesisiran / Pekalongan memiliki
pewarnaan yang beraneka ragam. Proses pewarnaan dalam pembuatan batik
tulis secara pesisiran / Pekalongan tidak seluruhnya dilakukan dengan cara
pencelupan. Pewarnaan pada bagian tertentu pola dilakukan dengan
menyapukan zat pewarna (nyolet), sehingga dapat dilakukan pewarnaan secara
serentak dengan berbagai macam warna. Secara umum proses pembuatan
batik tulis secara pesisiran / Pekalongan melewati 10 tahapan sebagai
berikut:
Mbathik atau Nglowong
Nyolet, yaitu pemberian warna pada bagian-bagian tertentu pola dengan cara
menyapukan zat pewarna pada bagian-bagian tersebut.
Nutup, yaitu menutup bagian yang telah dicolet menggunakan malam
Ndhasari, yaitu mencelup latar pola dengan zat pewarna yang dikehendaki
Menutup Dasaran, yaitu menutup bagian-bagian latar pola yang sudah
diwarnai dengan malam agar tetap warnanya pada proses selanjutnya.
Medel
Nglorod, seperti pada proses pembuatan batik tulis secara kesikan / lorodan,
proses ini menghasilkan “kelengan” tetapi perbedaannya adalah “kelengan”
yang dihasilkan adalah “kelengan berawarna”
15. Nutup dan Granitan, yaitu menutup bagian-bagian yang telah diberi warna
dan bagian yang akan dibiarkan tetap putih serta membuat titik-titik
putih pada garis-garis diluar pola yang disebut dengan granit.
Nyoga
Nglorod
2. Batik cap
Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan cap yang
dibentuk sesuai dengan motif yang diinginkan.
Pembuatan batik cap menggunakan alat cap atau stempel yang telah
terpola batik. Stempel tersebut diceupkan ke dalam lilin panas, kemudian
ditekan atau dicapkan pada kain. Proses ini memakan waktu yang lebih
cepat dibanding pada proses batik tulis, karena pada batik tulis pola
tersebut harus dilukis titik demi titik dengan canting, sedangkan pada
batik cap dengan sekali tekan kita dapat menyelesaikannya.
3. Batik kombinasi cap tulis
Proses penggambaran malam pada pada kain menggunakan canting dan cap.
16. 4. Batik Printing
Seiring dengan perkembangan teknologi tekstil dan kebutuhan
akan adanya produksi massal, saat ini banyak beredar kain bermotif
batik atau yang terkenal dengan nama batik print. Pembuatan batik
print dilakukan dengan cara mencetak motif batik diatas kain yang
kemudian disusul dengan pewarnaan sebagaimana proses sablon. Batik
print jika mengacu pada pengertian batik secara umum jelas bukan
merupakan batik karena pada proses pembuatannya tidak
menggunakan metode rintang warna atau tidak mengaplikasikan lilin
batik pada kain. Cara membuat batik printing, teknik pembuatan
batik print relatif sama dengan produksi sablon, yaitu menggunakan
klise(kassa) untuk mencetak motif batik di atas kain. proses
pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu
dengan menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai
keinginan, kemudian diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jenis
batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena tidak melalui
proses penempelan lilin dan pencelupan seperti batik pada umumnya,
hanya saja motif yang dibuat adalah motif batik. oleh karena itu
batik print merupakan salah satu jenis batik yang fenomenal,
kemunculannya dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin
batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga
mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik.
17. Secara kasat mata kita dapat membedakan batik
print dan batik tulis/cap dengan melihat permukaan di
balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak
meresap ke seluruh serat kain, dan hanya menempel
pada permukaan kain, sehingga di balik kain masih
terlihat sedikit berwarna putih.
Belakangan muncul perkembangan baru pada batik
print, dengan adanya metode print malam.Metode ini
dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik.
pada print malam, materi yang di printkan pada kain
adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik print
konvensional. setelah malam menempel, kemudian kain
tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan
batik pada umumnya.