Dokumen tersebut membahas tentang proses produksi batik cap, termasuk analisis kebutuhan alat, bahan, dan kapasitas produksi per bulan. Proses pembuatan batik cap meliputi pemberian pola dengan alat pencap, pewarnaan, dan penghilangan lilin. Kapasitas produksi per bulan adalah sekitar 520 meter kain atau 104 lembar kain batik.
1. I.
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Batik merupakan salah satu hasil budaya asli masyarakat Indonesia dan merupakan
asset bangsa yang perlu dilestarikan. Keberadaan batik erat hubungannya dengan nilainilai social yang berkembang dalam masyarakat. Motif-motif yang digunakan merupakan
dimbol-simbol yang yang ada dalam kebudayaan masyarakat, mencerminkan suatu
kehidupan dari masyarakat tertentu.
Pada awalnya, pembuatan batik dilakukan dengan cara sederhan. Peralatan yang
digunakan tidak banyak berkembang, namun seiring dengan berkembangnya pola pikir
manusia, pembutan batik mulai berkembang. Yang tadinya hanya menggunakan alat lukis
biasa dalam membuat motif berkembang dengan menggunakan alat cap. Penggunaan alat
ini tidak terslepas dari tuntutan untuk kecepatan dalam pengerjaan pembatikan.
Pembuatan pola batik dengan menggunakan cap lebih mudah dan prosesnya relative
singkat dibandingkan dengan pembutan pola dengan cara dilukis atau dengan cara ditulis.
Pola-pola yang ingin kita buat tinggal dicap saja pada kain yang akan kita batik. Setelah
itu tinggal melanjutkan ke proses berikutnya. Pola-pola yang dihasilkan dari pencapan
memang tidak seindah dengan pola-pola yang dihasilkan dengan cara yang lain, juga jika
mau membuat motif yang baru juga harus mengganti atau membuat alat cap baru
sehingga harganya relative lebih murah. Namun walaupun demikian, batik cap adalah
suatu proses perkembangan dari suatu batik.
Dalam suatu produksi, batik cap dapat dikatakan merupakan produk batik yang
mampu memcakup banyak pasar dibandingkan dengan batik tulis atau yang lainnya.
Harga batik cap yang relative murah sehingga banyak kalangan yang bisa menikmati
keindahan dari batik, maka produksinya dapat dilakukan dalam kapasitas masal. Untuk
itulah maka kami mengambil batik cap untuk diambil sebagai produk yang akan kami
produksi.
2. MAKSUD DAN TUJUAN
11
2. Menganalisis kebutuhan alat dan bahan dalam pembutan batik cap.
3. DASAR TEORI
a. Asal – Usul
Kata Bathik berasal tiga suku kata dalam huruf jawa Ba – Tha – ka,”Tha” nya
diberi pepet, dibaca ”Thi”,”Ka” nya dipangku yang dibaca ”K”.
Jadi penulisan kata Bathik yang benar adalah ”Bathik” Bukan ”batik” yang
selama ini lebih populer, karena huruf jawa tidak mengenal huruf ”Ta” tetapi yang
dikenal adalah ”Tha”.Bathik adalah suatu karya seni rupa yang ditorehkan pada kain
Dan dimanfaatkan sebagai busana, hiasan dinding dan sebagainya. Yang dibuat
dengan tehnik pewarnaan dengan menggunakan malam (lilin) sebagai penghalang
warna. Definisi ini berlaku pada bathik tulis (serat) maupun bathik Cap.
b. Batik cap
Batik di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Pada awalnya hanya terdapat batik tulis yang dikerjakan oleh para
pengrajin wanita menggunakan canting. Sekitar pertengahan abad ke-19, “canting
cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) mulai dikembangkan.
Canting cap merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah
digambar pola batik. Pada umumnya pola pada canting cap ini dibentuk dari bahan
dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produksi
batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga, dan tak perlu menggambar pola atau
desain di atas kain.
Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang
terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada
kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik
menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak
11
3. menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel pada
kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki kekhasan
tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik karena lilin yang
menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola antara pinggir
motif dan tengahnya.
4. ALAT DAN BAHAN
a. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam membathik, dari jaman dahulu hingga
sekarang ini belum pernah mengalami perubahan yang berarti. dan semua proses
pengerjaan dikerjakan secara manual atau tradisional. Peralatan yang dipergunakan
untuk pengerjaan membathikpun masih tergolong sederhana, diantaranya adalah :
Gawangan
Adalah alat yang bentuknya menyerupai gawang sepak bola. Namun
gawangan untuk membathik ukurannya lebih kecil. Alat ini dipergunakan untuk
meletakkan kain mori yang akan di bathik, alat ini dibuat sendiri dengan bahan
baku dari bambu atau kayu.
Wajan
Yaitu istilah setempat yang berarti alat penggorengan, fungsi dari alat tersebut
adalah tempat untuk mencairkan lilin bathik yang akan digunakan membathik,
alat ini buatan pabrik & bahan bakunya dari almunium atau plat besi serta cara
mendapatkannya dengan cara membeli.
Kompor
Kompor adalah alat pemanas dengan bahan bakar minyak tanah yang
berfungsi untuk mencairkan lilin bathik yang terdapat dalam wajan. cara
mendapatkannya alat tersebut adalah dengan cara membeli
Dingklik
11
4. Istilah setempat yang berarti kursi kecil yang terbuat dari bahan kayu atau
bambu dan digunakan untuk duduk pengrajin saat membathik. Alat ini biasanya
dibuat sendiri.
Kemplong atau ganden
Adalah palu besar yang terbuat dari kayu dan berfungsi untuk menghaluskan
kain mori setelah dikanji. Alat diperoleh dengan cara dibuat sendiri.
Jembangan atau Bak Pencelupan
Yaitu bak yang terbuat dari kayu atau dari susunan batu bata yang disemen.
Yang dipergunakan untuk pewarnaan.
Kerokan
Yaitu alat yang terbuat dari pisau tumpul yang dibengkokkan seperti huruf
“U” dan gunanya untuk mengerok malam bathik bekas canthing isen-isen dan
canthing klowong yang tujuaannya untuk meneruskan pewarnaan pada tahap
kedua.ampayan. Alat yang dipergunakan untuk menjemur kain yang telah diketel
atau selesai dibathik. Dan alat ini biasanya dibuat dari bambu.
Plorodan
Yaitu alat yang digunakan untuk keperluan membersihkan malam agar lepas
dari kain dengan jalan merebus kain yang telah dibathik. Alat ini biasanya
terbuat dari potongan drum bagian bawah.
Alat pencap
Yaitu alat yang digunakan untuk membuat pola batik yang diinginkan dengan
cara pencapan.
b. Bahan
11
5. No
1
Kain Mori
2
Lilin / Malam Bathik
3
Zat Pewarna
4
Air
5
Zat warna reaktif remazol
6
Sodium Bikarbonat
7
Urea
8
Remazhol / Zat Anti Reduksi
9
Manutex / Pengental
10
II.
Nama Bahan
Minyak tanah
PROSES PRODUKSI
Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pemberian malam (lilin)
pada kain, pewarnaan, dan pelepasan lilin dari kain. Kain putih yang akan dibatik dapat
diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna putih sebelum kemudian di beri
malam. Proses pemberian malam ini dilakukan dengan proses cap. Pada bagian kain yang
diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh
malam (wax resist). Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini
dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan, berapa warna yang diinginkan.
11
6. Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan dengan
proses pemanasan. Batik yang telah jadi direbus hingga malam menjadi leleh dan terlepas
dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk
mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah
perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.
Pembuatan pola dan pemberian lilin
pewarnaan
Penghilangan lilin
Secara garis besar, proses pembuatan batik cap pada prinsipnya seperti yang telah
digambarkan pada uraian di atas, namun secara mendetailnya dapat dilakukan dengan tahaptahap sebagai berikut:
a. Diloyor/tahap persiapan
Adalah dimana kain mori sudah dipersiapkan, direndam untuk menghilangkan
kanjinya. Dan dikeringkan. Kemudian setelah kering direndam kembali didalam bubur
beras Wulu serta dkeringkan kembali dengan cara dibentang supaya kain tersebut tidak
kusut.
b. Dikemplong
Yaitu memukul – mukul kain yang telah selesai diloyor palu kayu besar yang
bertujuan supaya kainnya menjadi rata.
11
7. c. Membuat corak/gambar (molani) sekaligus menutup motif dengan malam (lilin)
(pencapan)
Membuat corak untuk batik ini adalah dengan cara mencap dengan alat cap yang
telah tersedia. Motif-motif yang dibuat adalah berdasarkan motif alat cap yang dimiliki,
caranya dengan mencelupkan alat cap ke dalam lilin panas dan ditempelkan ke
kain sehingga membentuk motif yang kita buat.
d. Nerusi
Adalah merekatkan malam pada sisi sebaliknya, yang bertujuan untuk mendapatkan
hasil bathikan yang berkualitas.
e. Wedel/pencelupan
Tahap ini adalah pemberian (pencelupan) warna pada bagian kain yang tidak ditutup
dengan malam atau bisa dikatankan pewarnaan dasar.
f. Kerok
Tahap ini adalah menghilangkan malam bathikan dengan cara dikerok dengan
menggunakan alat pisau tumpul yang dibengkokkan seperti huruf “U” dengan tujuaan
untuk pemberiaan warna selanjutnya (warna kedua), jika kita mau mencelup dua kali
(sesuai yang kita inginkan).
g. Mencap untuk kedua kalinya
Kain yang telah melalui proses pengerokan biasanya malam bathikan mengalami
kerontokan, untuk mencegah kemasukan warna lain, maka ditutup kembali dengan
malam menggunakan alat cap.
h. Nyoga/pencelupan ke dua kali
11
8. Adalah tahapan pewarnaan kedua dengan menggunakan zat pewarna buatan atau
alami yang terbuat dari kulit kayu ; jambal, tinggi dan teger. Jenis tumbuhan ini terdapat
di daerah NTB dan Kalimantan.
i. Babaran/menghilangkan malam (nglorot)
Adalah proses akhir membuat bathik, dimana proses ini adalah melorod malam yang
menempel pada kain dengan cara merebus kain tersebut hingga malam yang menempel
lepas semuanya.
j. Mbilasi (pembilasan/pencucian)
Yaitu setelah lmalam bathiknya lepas dari kain kemudian kainnya dibilas dengan air
hingga airnya sampai kelihatan bening.
k. Pememehan/penjemuran
Setelah proses babaran usai tahap berikutnya adalah pengeringan kain bathik. Dengan
cara dijemur sampai kering dan tidak boleh kontak langsung dengan pancaran sinar
matahari.
Persiapan
Molani
Kerok
Pencelupan
Neruai
Molani ke-2
Pencelupan ke-2
Nglorot
Penjemuran
III.
Dikemplong
Mbilasi
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
11
9. 1. Kebutuhan alat (sebgian data diasumsikan)
No
Jenis Alat
Jumlah
1
Wajan / ketel
1
2
Kompor
1
3
Dingklik
1
4
Kemplong / ganden
1
5
Jembangan
atau
Bak
1
Pencelupan
6
Kerokan
1
7
Plorodan
1
8
Alat pencap
4
2. Kebutuhuan bahan yang diperlukan
Lilin
= 200 gram
Zat warna reaktif remazol
= 75 gram
Sodium bikarbonat
= 10 gram
Urea
= 50 gram
Remazol/zat anti reduksi
= 20 gram
Manutex/pengental
= 350 gram
Air
= 495 gram
Minyak Tanah
= 1,5 liter
11
10. 3. Analisis kapasitas produksi per bulan
Pengerjaan pembatikan (pencapan dan pewarnaan,untuk persiapan batik dilakukan
pada hari sebelumnya) untuk 5 meter kain dapat dikerjakan dalam waktu 2 jam. Jadi jika
satu hari kerja (8 jam efektif) dapat mengerjakan batik cap sebanyak 20 meter. Dalam
waktu satu minggu (6 hari kerja) dapat terselesaikan sebanyak 120 meter kain batik, dan
dalam waktu satu bulan (4 minggu + 2 hari kerja) dapat terselesaikan batik sebanyak 520
meter atau 104 lembar kain batik.
No
Nama Bahan
Jumlah
1
Kain Mori
520 meter
2
Lilin / Malam Bathik
20,8 kg
4
Air
51,48 kg
5
Zat warna reaktif remazol
7,8 kg
6
Sodium Bikarbonat
1,04 kg
7
Urea
5,2 kg
8
Remazhol / Zat Anti Reduksi
2,08 kg
9
Manutex / Pengental
36,4 kg
10 Minyak Tanah
IV.
156 liter
KESIMPULAN
11
11. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu produksi, perencanaan
produksi merupakan suatu hal yang penting dalam suatu produksi, misalnya dalam produksi
batik cap. Dengan perencanaan produksi maka akan dapat ditentukan kapasitas produksi
yang dapat dibuat sehingga dapat menentukan kebutuhan bahan dasar.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Batik Pekalongan, Pembuatan Batik. Teknik Pembuatan Batik « Batik.htm
Belajar Membuat Batik. www.indonext.com
Batik Bakaran Wetan-Pati. Indek.php.htm
Laporan Kerja Praktek di Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya Pembuatan Batik dengan
Zat Warna Reaktif Remazol pada Kain Mori Prima. 1996. Bandung: STT Tekstil
11