a) Analisis relevansi konsep going concern sebagai konsep dasar akuntansi syariah. b) Islam melihat bisnis sebagai aktivitas yang boleh selama tidak bertentangan dengan syariat. c) Konsep istimrariyah dalam Islam memiliki relevansi dengan konsep going concern dalam akuntansi.
2. Latarbelakang Islam itulebih integral darisekedaragama (Qardhawi, 2001) Islam merupakansebuahkonsepintegratifdankomprehensif (sempurna) yang tidakdapatdipisahkandalammengisihidupdankehidupanmanusia, baikdalamhubungankepadaTuhan-nyamaupunhubungansesamamanusiadanalamsemesta(Al Banna, 1997). Syariahmerupakanpedoman yang digunakanolehumat Islam untukberperilakudalamsegalaaspekkehidupan (Triyuwono, 1996: 10).Bagiumat Islam, kegiatanbisnistidakakanpernahterlepasdariikatansyariah.
3. Smith (1997; Narsa, 2007) menyatakanbahwaakuntansimenyediakanjasa yang pentingdidalamlingkunganbisnisuntukmembantupengambilankeputusanalokasisumberdaya yang terbatas. Hal inibahwakonsepteoriakuntansi yang sekarang (akuntansikonvensional) masihdapatdipakaisebagaidasardalammerumuskankonsepakuntansi yang sesuaidengannilai-nilaisyariah Islam (SofyanSyafri, 2001). Anggapantentangakuntansisebagaiilmupengetahuandanpraktik yang bebasdarinilai(value free)padaakhirtahun 1970-an sudahmulaidigoyangkeberadaannya (Triyuwono, 1996: 12).
4. In other side Penelitian yang dilakukanolehAdnan (1996) yang berjudulAn Invetigation of Accounting Concepts an Practice in Islamic Banks, The Case of Bank Islam Malaysia Berhaddan Bank Muamalat Indonesia yang dalamkesimpulannyasalahsatudiantaranyabahwasebenarnyatidaksemuakonsepdasarakuntansidapatditerimasecarasyari'ah. sehinggaperlunyadibangun model akuntansi yang memangsesuaidengansyari'ah, biladiharapkanterjadikonsistensiantaragerakekonomi Islam danistrumenpendukungnya.
5. Next Going concern (kelangsunganhidup) adalahkelangsunganhidupsuatubadanusahadanmerupakanasumsidalampelaporankeuangansuatuentitassehinggajikasuatuentitasmengalamikondisi yang sebaliknya, entitastersebutmenjadimasalah (petronela, 2004; SantosadanWedari, 2007). Going concerndisebutjugasebagaikontinuitas yang merupakanasumsiakuntansi yang memperkirakansuatubisnisakanberlanjutdalamjangkawaktu yang tidakterbatas (syahrul, 2000; SantosadanWedari, 2007). Asumsigoing concernberartisuatubadanusahadianggapakanmampumempertahankankegiatanusahanyadalamjangkapanjangdantidakdilikuidasidalamwaktujangkapendek
6. Kalaukerangkadasarakuntansikonvensionalsecaraeksplisitmemakaiduaasumsidasar, yaknidasarakrual(accrual basic)dankelangsunganusaha(going concern), makaasumsidasar yang dipakaidalamkerangkadasarversi AAO-IFI terdiridariempathal, yakni: The accounting unit concept, The going concern concept, The periodicity concept, The stability of purchasing power of the monetary unit. Komparasikeduakonsepdasardiatas, secarategasmenunjukkanbahwahanyaadasatukonsepdasar yang sama-samadiakuiolehkedua model akuntansiyaknikonsepgoing concern. Ironisnyaadalahbahwasebetulnyakonsepinisudahbanyakdiserangolehberbagaipakar, misalnya Husband (1954), Sterling (1967), Fremgen (1968), Boris (1991) dan Abdel Magid (1981).
7. Dalam Islam, aktivitasbisnisataumuamalahpadadasarnyaadalahbolehselamatidakadanashataudalil-dalil yang melarangnya. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Syariah diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan dan menyempurnakannya, mengeliminasi dan mereduksi kerusakan, memberikan alternatif pilihan terbaik di antara beberapa pilihan, memberikan nilai maslahat yang maksimal di antara beberapa maslahat, dan menghilangkan nilai kerusakan yang lebih besar dengan menanggung kerusakan yang lebih kecil. Salahsatusyaratsahakadadalahmasalahpemberianbataswaktuakad. Artinyaharusadamasakontrak yang jelas yang sudahditetapdiawalakad. Hal inimenunjukkanbahwaketikapendirianusahaharusjelasakadnyadanberapa lama masakontraknya. Hal inibertentangandengankonsepGoing Concern yang menyatakanbahwaperusahaandidirikanuntukmasa yang tidakterbatasatauuntukselamanya. Tidakadaharapanperusahaanakandilikuidasidalamjangkapendek.
8. The reason why? BagimanakahkonsepIstimrariyah (kontinuitas entity) dalamperspektifakuntasisyariah Bagaimanakahrelevansigoingconcernsebagaikonsepdasarakuntansisyariah
9. Islam TeoriakuntansiPositif Teori Akuntansi Normatif Muamalah TeoriAkuntansi Maqasid Syari’ah Konsep Akad dan Perseroan dalam Muamalah Postula Akuntansi Konsep Teoritis akuntansi Going Concern KonsepIstimrariyahdalam Islam Relevansi Going Concern sbg konsep dasar akuntansi syariah Flows Idea
10. Research Metodology TahapDeskriptif Ontologimenyangkuttentanghakikatapa yang dikajiatauscience of being qua being (Ervin Laszlo, 1971; Muhammad, 2003). Epistimologiadalahberkaitandenganbagaimanacarailmupengetahuanmelakukanpengkajiandanmenyusuntubuhpengetahuannyaataustudifilsafat yang membahasruanglingkupdanbatas-bataspengetahuan. Metodologidigunakanuntukmengujimetode-metode yang digunakanatau yang akandigunakanuntukmenghasilkanpengetahuan yang valid (Gaffikin, 1988; Muhammad, 2003). Sementaraaksiologiadalahtiangpenyanggafilsafatilmu yang berkaitandengankegunaanilmu yang telahtersusunitudipergunakanatautheory of value ( Runes, 1972: 32; Muhammad, 2003). Berdasarkantigasisitersebutselanjutnyadapatdilakukananalisisterhadapesensiilmupengetahuan. Walaupunharusdisadaribahwasebagaibahanuntukmengkajiakuntansisyariahmakajalan yang terbaik yang ditempuhadalahmempelajariakuntansibarat yang sudahdemikianmapandanberkembang, bahkantelahdianutbaikolehmasyarakatbaratmaupunmasyarakatmuslim (Harahap, 1997)
11. Dari sinilahakandapatditemukanhakikatilmu yang sebenarnya, baikdarisisipengertian, caramemperolehdankegunaanbagimasyarakatislampadakhususnyadanmasyarakatduniapadaumumnya. Hadjisarosamenyatakan “sesuatu (ekonomi/akuntansi) menurutpengertian yang umumakanmemperolehpredikatsyariahsetelahdikenalisecarabenardanutuh, dengancatatan, benardanutuhmenurut hokum-hukumketetapan-Nya (sunnatullah) (Poernomosidi, 1997).
12. TahapEvaluatif Metode yang digunakanpadatahapevaluatifadalahmetodeanalitikkritis-rasional. Metodeiniditerapkanmengingatpadatahapinidilakukanupayamembandingkankonsepakuntansibaratdenganakuntansisyariah. sehingga Cooper and Hopper berargumen, bahwa: “… it is a concern with accessing the significance of accounting as a set of everyday practices and as a series of theorical discourses central to studies in accounting” (Cooper & Hopper, 1987; Muhammad, 2003) Melaluipendekatancritical theorykitaakanmelihatsuatuteoriitubukansajaterletakpadaupayamenempatkanideologisebagai ‘bentukpemikiran’ akantetapijugaakanmencobamengkajitentangbagaimanakondisisosial, sepertisistemakuntansi yang dikembangkanolehkaumkapitalis, terpenuhinyakepuasankebutuhanhidup, dankebebasandiridarikondisisosialmasyarakat yang rentan (Alvesson, 1987; Muhammad, 2003)
14. MetodePengumpulanData Sesuaidenganpendekatan yang digunakandalampenelitianini, maka yang digunakanadalahberupapernyataan-pernyataanahli yang relevan. Dengandemikianteknikpengambilan sample data adalahdengan purposive sampling/data, yang selanjutnyadidukungdenganteknikanalisisisi (content analysis). Teknikinimenurutbogdandanbiklen (1982) yang dikutipsyafi’iedimaksudkanuntukpengambilansampel internal (internal sampling)yaitukeputusan yang diambil, begitupenelitimemilikisuatupikiranumumtentangjumlahdokumensertamacamnya yang akandikaji, dengansiapaakanberbicara, dankapanakanmelakukanobservasi. Penggalian data-data primer mula-muladilakukandenganmengumpulkanayat-ayat yang berkaitandenganistilahperhitungan (hisab), akad yang dalampenggaliannyamenggunakanteknikdokumentasimurni. Sedangkanuntukmengumpulkan data skunderdilakukandenganmencaripokok-pokokpikiran yang ditulisolehparailmuwan yang telahditulisdalambuku-bukuterutama yang berkaitandengantemasentral yang telahdiajukan, dalamrangkamenemukanesensitentangkonsepakuntansi.
15. Technical and analysis model SehubungandenganpermasalahanakuntansimakaGaffikinmenyarankanempattahapan yang harusdilaluiolehpenelitidalammenerapkanmetodologianalisis. Keempattahapantersebutadalah: logical, envioronmental, ideological dan linguistic (Gaffikin, 1989; Muhammad, 2003). Masing-masingtahapantersebutsalingberkaitaneratsatudengan yang lain. Olehkarenaitu, keberhasilankonstruksiteoriiniakanmenemukankecocokankriteriapadasemuabidang.
16. DalamKamusBesarBahasa Indonesia artirelevansiadalahhubunganataukaitan. Kata serapan dari kata asing yaitu relevant. Makna hubungan ini artinya adanya kesesuaian antara satu hal dengan hal yang lain. Dan dapatdisimpulkanbahwa a) akuntansimenyediakanjasa yang pentingdidalamlingkunganbisnisuntukmembantupengambilankeputusanalokasisumberdaya yang terbatas; b) informasi yang disediakanakuntansibersifatkuantitatif yang dapatdigunakandenganevaluasikualitatifdalampengambilankeputusanekonomi; c) meskipunakuntansimelaporkanapa yang telahterjaditetapibergunauntukpengambilankeputusandimasamendatang (Smith, Skousen, danStice, 1997; Narsa, 2007).
19. The benefit is: Agar bermanfaatmakapenetapanstandarharusberlandaskandanberhubungandenganserangkaiankonsepsertatujuan fundamental. Masalah-masalahpraktis yang baruakandapatdipecahkansecaracepatjikamengacupadakerangkateoridasar yang telahada.
20. Accounting theory LebihlanjutdikatanolehHendriksendan Van Breda (1992) seperti yang dikutipTriyuwono (2005) bahwatujuanutamadariteoriakuntansiadalahmemberikansatu set prinsip yang diturunkansecaralogisuntukdijadikansebagaireferensidalammenilaidanmengembangkanpraktikakuntansi.
21. Positive accounting theory Teoriekonomipositif, menurut Friedman (1953; Suwardjono, 2005), padahakekatnyaterbebasdariikatanpelbagaiaspeketika—sebagaimanadikemukakan Keynes. Dialebihmengacukeistilah “apaadanya” (what it is) daripadakeistilah “seharusnyademikian” (it should be). Dengandemikian, fungsinyaharusdinilaiberdasarkanketepatan (precision), bidangkajian (scope), dankesesuaianperamalanberdasarkanpadapengalaman. Ringkasnya, ekonomipositifadalah, ataudapatdikategorikansebagaiilmupengetahuan yang objektif (objective science), sepertihalnyailmufisika. Teoriakuntansipositifmerupakanvariandariteoriekonomipositif. Teoriiniberkembangseiringdengankebutuhanuntukmenjelaskandanmemprediksirealitaspraktik-praktikakuntansi yang adadimasyarakat—what it is (Watts dan Zimmerman, 1986; Suwardjono, 2005).
22. Normative accounting theory TeoriAkuntansiNormatifadalahPenjelasanataupenalaranuntukmenjustifikasikelayakansuatuperlakuanakuntansi paling sesuaidengantujuan yang telahditetapkan. Lebihmenjelaskanpraktik-praktikakuntansi yang seharusnyaberlaku “it should be”. Nilaisebagaisasaran. Akuntansinormatifadalahpraktikakuntansi yang dilaksanakansesuaidenganaturan yang telahditetapkan. AturantersebutdikenaldengannamaPraktikAkuntansiBerterimaUmum (PABU) atauGAAP. Salahsatubagiankecildari PABU adalah SAK ataustandarakuntansiKeuangan.
23. KosepDasar(Basic Assumptions) AsumsiEntitasAkuntansi(Economic Entity Assumption) Asumsi entitas ekonomi mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu, dengan kata lain aktivitas entitas bisnis dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas pemiliknya dan dengan setiap unit bisnis lainnya.
24. AsumsiKelangsunganHidup (Going Concern Assumption) Asumsigoing concernberartisuatubadanusahadianggapakanmampumempertahankankegiatanusahanyadalamjangkapanjangdantidakdilikuidasidalamwaktujangkapendek. Melaluikonsepini, suatuentitasdiasumsikanakanmelanjutkanoperasinyacukup lama untukmewujudkanproyek-proyeknya, komitmen, dankegiatan yang sedangberlangsung (Belkaoui, 1992). Harahap (2001) menyatakanbahwa going concern disebutjuga continuity. Artinyaperusahaandianggapakanterusmelaksanakanoperasinyasepanjangprosespernyelesaianproyek, perjanjian, dankegiatan yang sedangberlangsung. Perusahaan dianggaptidakakanberhenti, ditutupataudilikuidasidimasa yang akandatang.
25.
26. Asumsi Unit PengukuranatauMoneter (Monetary Unit Assumption) Asumsi ini mengandung pengertian bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi. Sebagai catatan unit moneter adalah unit yang relevan, sederhana, tersedia secara universal, dapat dipahami, dan berguna. Selain itu, aplikasi asumsi ini tergantung pada asumsi-asumsi yang lebih dasar bahwa data kuantitatif akan berguna dalam mengkomunikasikan informasi ekonomi dan membuat keputusan ekonomi yang rasional.
27. AsumsiPeriodeWaktu (Periodicity Assumption) Latar belakang atau alasan adanya asumsi ini yaitu pemakai perlu diberitahu tentang kinerja dan status ekonomi perusahaan dari waktu ke waktu agar dapat mengevaluasi dan membandingkan dengan perusahaan lain.
28. Konsep Teoritis Akuntansi Proprietary Theory Fokusawalkepentinganpelaporankeuanganentitasperusahaanadalah proprietor (pemilik). Proprietor, sepertidijelaskanRosenfield (2005; Mulawarman, 2006) adalahseorangataubanyakorang yang berkepentinganterhadapkeberhasilanataukegagalanusahadanbagaimanausahadilakukan yang dapatmemberikantranfersumberdayakepadamerekasecarasukarela. Asset – Liabilities = Proprietor’s Equity ( Aset – Kewajiban = EkuitasPemilik )
29. Entity Theory MenurutEntity Theory, entitasdianggapsebagaisesuatu yang terpisahdanberbedadaripihak yang menanamkan modal dalamperusahaandan unit usahaitulah yang menjadipusatperhatian yang harusdilayani, bukannyapemilik. Entitasdikonsepsikanmemilikieksistensi yang terpisah (Lorig 1964; Kam 1990; Belkaoui 2000; Suwardjono 2006; Mulawarman, 2009).
31. Enterprise Theory Suojanen (1954; Mulawarman, 2006) memformulasikanperusahandalamkerangkaThe Enterprise Theory, sebagaiperusahaan yang merupakanbagiandarikomunitassosial, institusidimanakeputusan yang dibuatlebihdipengaruhiolehberbagaikelompok yang sebenarnyalebihdarihanyashareholders.
32. Teori Dana Menurut teori dana, dasar akuntansi bukanlah pemilik ataupun kesatuan tetapi sekelompok aktiva dan kewajiban serta kendalanya yang disebut dana yang mengatur penggunaan aktiva. Jadi teori dana memandang unit bisnis terdiri dari sumber daya ekonomik dan kewajiban serta batasan-batasan yang bertalian dengan penggunaan sumber daya ini.
36. Secaraumum, maslahahdiartikansebagaikebaikan (kesejahteraan) duniadanakhirat. Para ahliushulfiqhmendefinisikannyasebagaisegalasesuatu yang mengandungmanfaat, kegunaan, kebaikandanmenghindarkanmudharat, kerusakandanmafsadah. (jalb al-nafa’iywadafa’i al-dharar). Maqasid al-syari’ahdikembangkanuntukmencapaitujuanakhirdaridilaksanakannyasyari’ahyaitukemaslahatanumatmanusia, bagi Imam as-Syatibikemaslahatanyang hendakdiwujudkanituterbagikepadatigatingkatan, yaitukebutuhandaruriyyah, kebutuhanhajiyyahdankebutuhantahsiniyyah (Anwar, 2003). kebutuhandaruriyyahadalahtingkatankebutuhan yang harusadaataudapatdisebutsebagaikebutuhan primer. maqasid al-hajiyyah, ialahkebutuhansekunder, dimanadalamtingkataninibilakebutuhantersebuttidakdapatdiwujudkantidaksampaimengancamkeselamatannya, namunakanmengalamihambatandankesulitan. kebutuhantakhsiniyyah, ialahtingkatankebutuhan yang apabilatidakdipenuhitidakakanmengancameksistensisalahsatudari lima halpokoktadidantidakmenimbulkankesulitan.
37. Akad Al-‘aqdu (akad) adalah ar-rabthu wa al –ihkam wa at-taqwiyah (mengikat, menetapkan, menguatkan) (as-Sabatin, 2009). Akad menurut istilah syariah adalah keterpautan ijab dan qabul menurut konteks yang dibenarkan syariah, yang memunculkan implikasi pada objeknya.
38. Rukundansyaratakad Rukun (1) Dua pihak yang berakad (al-‘aqidan); (2) Objek akad (mahal al-‘aqd); (3) Redaksi akad (shighath al-a’qd). Syarat Kelayakanduapihak yang berakad. Kapasitasobjekakadterhadaphukumakad. Akadbukantermasuk yang dilarangolehnashsyariah Akadharusmemenuhisyarat-syaratin’iqadspesifikasinya.
39. Perseroan Dalam Islam Perseroan DalamIslam syirkahberartimencampurkanduabagianataulebihsedemikianrupasehinggatidakdapatlagidibedakansatubagiandenganbagianlainnya (An-Nabhani, 1990: 146). Adapunmenurutmaknasyariat, syirkahadalahsuatuakadantaraduapihakataulebih, yang bersepakatuntukmelakukansuatuusahadengantujuanmemperolehkeuntungan (An-Nabhani, 1990: 146).
40. Nabi Saw bersabda, sebagaimanadituturkan Abu Hurairahra: Allah ‘AzzawaJallatelahberfirman: Akuadalahpihakketigadariduapihak yang ber-syirkahselamasalahsatunyatidakmengkhianati yang lainnya. Kalausalahsatunyaberkhianat, Akukeluardarikeduanya. [HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni]. Rukunsyirkah yang pokokada 3 (tiga) yaitu: (1) akad (ijab-kabul), disebutjugashighat; (2) duapihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnyaharusmemilikikecakapan (ahliyah) melakukantasharruf (pengelolaanharta); (2) obyekakad (mahal), disebutjugama’qûd ‘alayhi, yang mencakuppekerjaan (amal) dan/atau modal (mâl) (Al-Jaziri, 1996: 69; Al-Khayyath, 1982: 76; 1989: 13; Shiddiq, 2007).
41. Macam-macamsyirkah SyirkahInân syirkahantaraduapihakataulebih yang masing-masingmemberikonstribusikerja (‘amal) dan modal (mâl). ). Contohsyirkahinân: A dan B insinyurtekniksipil. A dan B sepakatmenjalankanbisnispropertidenganmembangundanmenjualbelikanrumah. Masing-masingmemberikankonstribusi modal sebesarRp 500 jutadankeduanyasama-samabekerjadalamsyirkahtersebut.
42. Syirkah ‘Abdan syirkahantaraduapihakataulebih yang masing-masinghanyamemberikankonstribusikerja (‘amal), tanpakonstribusi modal (mâl) Contohnya: A dan B. keduanyaadalahnelayan, bersepakatmelautbersamauntukmencariikan. Merekasepakat pula, jikamemperolehikandandijual, hasilnyaakandibagidenganketentuan: A mendapatkansebesar 60% dan B sebesar 40%.
43. SyirkahMudhârabah syirkahantaraduapihakataulebihdenganketentuan, satupihakmemberikankonstribusikerja (‘amal), sedangkanpihak lain memberikankonstribusimodal (mâl) (An-Nabhani, 1990: 152). SyirkahWujûh syirkahantaraduapihak (misal A dan B) yang sama-samamemberikankonstribusikerja (‘amal), denganpihakketiga (misalnya C) yang memberikankonstribusi modal (mâl). Dalamhalini, pihak A dan B adalahtokohmasyarakat. Syirkahsemacaminihakikatnyatermasukdalamsyirkahmudhârabahsehinggaberlakuketentuan-ketentuansyirkahmudhârabahpadanya (An-Nabhani, 1990: 154).
44. SyirkahMufâwadhah syirkahantaraduapihakataulebih yang menggabungkansemuajenissyirkahdiatas (syirkahinân, ‘abdan, mudhârabah, danwujûh) (An-Nabhani, 1990: 156; Al-Khayyath, 1982: 25). Contoh: A adalahpemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, duainsinyurtekniksipil, yang sebelumnyasepakat, bahwamasing-masingberkonstribusikerja. Kemudian B dan C jugasepakatuntukberkonstribusi modal, untukmembelibarangsecarakreditatasdasarkepercayaanpedagangkepada B dan C. Dalamhalini, padaawalnya yang adaadalahsyirkah ‘abdan, yaituketika B dan C sepakatmasing-masingber-syirkahdenganmemberikankonstribusikerjasaja. Lalu, ketika A memberikan modal kepada B dan C, berartidiantaramerekabertigaterwujudsyirkahmudhârabah. Di sini A sebagaipemodal, sedangkan B dan C sebagaipengelola. Ketika B dan C sepakatbahwamasing-masingmemberikankonstribusi modal, disampingkonstribusikerja, berartiterwujudsyirkahinândiantara B dan C. Ketika B dan C membelibarangsecarakreditatasdasarkepercayaanpedagangkepadakeduanya, berartiterwujudsyirkahwujûhantara B dan C. Dengandemikian, bentuksyirkahsepertiinitelahmenggabungkansemuajenissyirkah yang ada, yang disebutsyirkahmufâwadhah.
45. Perseroan dalamSistemKapitalis Perseroan “Firma” Perseroan inimerupakantransaksiantaraduaorangataulebih yang sepakatmelakukanperdaganganbersamadengannamatertentu, kemudiansemuaanggotanyaterikatdenganhutang-hutangperseroandenganjaminanhartamilikmereka, tanpabatas. Perseroan Saham perseroan yang terbentukdariparapesero yang tidakdikenaliolehkhalayak. Pendiriperseroansahamadalahtiaporang yang melakukantransksiperseroan yang pertama. Sebab, transaksi yang itulah yang menjadikanparapelakunyaterikatdenganaktivitastertentudalamrangkamereallisasikantujuanbersama, yaituperseroan. Sedangkanuntukmendaftarkandiridalamperseroantersebut, mengharuskanseseoranguntukmembelisatulembarsuratsahamataulebih, dariproyekperseroan, sebaikompensasidarinilainamaperseroantersebut.
46. Legal Entity Legal entityatausyakhhiyyahqanuniyyahadalahsuatuungkapanmengenaientitas yang terpisah, yang memungkinkannyauntukmenuntutataudituntutpihak lain secaralangsungdalamsifatnyasebagaisuatuperibadi. (Zaid, 2004). Dalamkajianhukumperusahaan (company law), perusahaandiposisikansebagaiseparate legal entity, yaitusebagaibadanhukum yang hartasertabeberapahallainnyaterpisahdenganparapemegangsaham, maupunparadireksinya. PrinsipinilahirsejakadanyaKasusSolomon v Solomonpadatahun 1897 (Karsayuda, 2008).
47. Hartaperusahaan (share) terpisahdariharta-hartapemegangsahamdandireksinya ; Jikaterjadibankrap (bangkrut), makahartaperusahaansaja yang digunakanuntukmembayarutang-utangmaupunkewajibanlainnyakepadaparapihak ; Dalammelaksanakanperjanjiandenganpihak lain digunakannamaperusahaantersebut, bukannamadireksimaupunparakomisaris. Dalamkonteksiniadabeberapahal yang dapatdilakukanolehsebuahperusahaan, yaitu : Dapatmembukarekeningdi Bank atasnamaperusahaan; Dapatmembeliberbagaimacam property, sepertitanah, mobildanlainnyaatasnamaperusahaan; Dapatberhutangkepadaberbagaipihaktermasukinstitusi-institusikeuanganatasnamaperusahaan. Dapatmelakukangugatan, maupundigugatdiPengadilan. Dan dalambeberapahaldapatdikenakansangsipidana. Perusahaan menjadisesuatu yang berterusandandapatdiwariskan. Iatidaktergantungdaripanjangnyaumurpendiri, atauhal-hal yang berkaitandenganpendirinya. Mendapatkanbeberapakeistimewaandalamperuntukkanperundang-undangan.
49. AnalisisKonsepIstimrariyah (KontinuitasEntity) DalamPerspektifAkuntasiSyariah. Seperti yang sudahdijelaskansebelumnyabahwakonsepistimrariyah (kontinuitasentity) adalahkonsep yang memberikanpandanganbahwaperusahaanituakanterusmenjalankankegiatannyasampaiwaktu yang tidakdiketahui, danlikuidasinyamerupakanmasalahpengecualian, kecualijikaterdapatindikasi yang mengarahkepadakebalikannya (Zaid, 2004). Seperti yang dinyatakanoleh Abdel Magid (1981) danRoszaini (2001) bahwa “Mudharaba and musharaka contracts are for specific periods, however, these are assumed to continue until one or all of the parties involved decide to terminate such contracts.”Iniartinyabahwaasumsigoing concernseperti yang didefinisikanolehakuntansikonvensionaladalahtidakberlaku. Kontinuitasusahaharusberdasarkankesepakatankontrakantarakeduabelahpihak yang melakukankontraktersebut.
50. KonsepDasar aksioma atau pernyataan yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya karena secara umum telah diterima kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, dan menggambarkan ekonomi, politik, sosial, dan hukum dimana akuntansi beroperasi (Tuanakotta, 1984: 79; Arwani, 2009).
57. RelevansiGoing ConcernSebagaiKonsepDasarAkuntansiSyariah Imam Ghazali (1937) sebagaimana yang dikutip Djaenudin (2009) menyatakan bahwa tujuan syari’ah adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, perlindungan kehidupan, perlindungan akal, perlindungan keturunan, dan perlindungan harta benda, hal-hal yang mendukung untuk merealisasikan lima hal yang harus dilindungi ini adalah tergolong perbuatan yang maslahah bagi manusia dan dikehendaki.
59. Pandanganparaahli Sebagaimana yang sudahdijelaskandibagiantinjauanteori, Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi masalah (petronela, 2004; Santosa dan Wedari, 2007). Going concerndisebutjugasebagaikontinuitas yang merupakanasumsiakuntansi yang memperkirakansuatubisnisakanberlanjutdalamjangkawaktu yang tidakterbatas (syahrul, 2000; SantosadanWedari, 2007). Asumsigoing concernberartisuatubadanusahadianggapakanmampumempertahankankegiatanusahanyadalamjangkapanjangdantidakdilikuidasidalamwaktujangkapendek. Melaluikonsepini, suatuentitasdiasumsikanakanmelanjutkanoperasinyacukup lama untukmewujudkanproyek-proyeknya, komitmen, dankegiatan yang sedangberlangsung (Belkaoui, 1992).
60. Diantara yang mendukung Syahatah (2001) menyatakanalasannyamengapagoing concernmasihsesuaidenganpandanganakuntansi Islam bahwa, halinididasarkanpadapengertianbahwakehidupaninijugaberkesinambungan. Manusiamemangakanfana, tapi Allah akanmewariskansemua yang adadialamini. Zaid (2004) menyatakanbahwaumurperusahaantidaklahtergantungpadaumurpemiliknya, yakniparapemiliknyaitutentuakanberjalanmenujuketiadaan. Ketiadaanmerekaitutidaklahmenghentikankehidupandimukabumiini, bahkankehidupaniniakanterusberjalan, denganatautanpaadanyamereka.
61. Yang menolak Husband (1954; Adnan, 2005), yang mengkritikkonsepini, keduanyamemandangbahwauntukbisnisventurepadadasarnyaadalahentitas yang memilikipengalaman, konsepkelangsunganatauasumsikeabadiantampaknyatidakdiperlukan. Sterling (1968) menolakkonsepini, asumsigoing concerndianggapnyamasih absurd. The high rate of business failure would make it difficult to build an evidential case for a projection of continuity. No business has ever continued ‘indefinitely’ into the future. Fremgen (1968) jugamenganggapgoing concernbukansebagaiasumsiataupostulat. Iamenyatakan: …the going concern concept assumption has had no important influence on the formulation of accounting principles.
62. Abdel Magid (1981) menolakkonsepini, iaberpendapatbahwa"the Islamic model of mudaraba does not recognize the going concern assumption." BahkanRoszaini (2001) danAdnan (2005) jugamenyatakanasumsiataupostulatgoing concernsebenarnyasangatbertentangandengankonseptauhid. Hal inidikarenakanentitasbisnisdiasumsikanabadi. IniartinyaentitasbisnissamadenganTuhan. Padahal yang abadisejatinyahanya Allah saja. Roszaini (2001) menyatakansecarategasbahwagoing concernatau kelangsungan usaha tergantung pada persetujuan kontrak antara kelompok yang terlibat dalam aktivitas bagi hasil.
63. Basic argument Syahatah (2001) konseppenilaian yang berdasarkannilaitukar yang berlaku(current Value) T. Gambling dan R.A.A. Karim (1991), Muhammad (2004) jugamenyatakanbahwa basis penilaian yang sesuaidengankerangka Islam adalahpenilaianberbasiszakat.