SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
Pedoman Pelaksanaan
 Program Terapi Rumatan Metadon
 di Lembaga Pemasyarakatan dan
      Rumah Tahanan Negara




Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
         Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
                       Tahun 2007
PEDOMAN PELAKSANAAN
  PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON
      DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
       DAN RUMAH TAHANAN NEGARA




DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

  DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
                       TAHUN 2007
S A M B U T A N

                   DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan dan
rahmat-Nya penyusunan Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di
Lapas/Rutan dapat terselesaikan. Buku ini merupakan panduan untuk menyempurnakan
pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon yang telah dilaksanakan di 3 (tiga)
Lapas/Rutan Indonesia dan direncanakan akan diperluas upaya implementasinya di beberapa
Lapas/Rutan lainnya.
Terbitnya buku ini menunjukkan bahwa Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berupaya keras untuk menanggulangi penyalahgunaan
narkoba dan HIV&AIDS di Lapas/Rutan melalui upaya yang komprehensif dan menyeluruh.
Berbagai upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah tertuang pada
Strategi Nasional Penanggulangan HIV&AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas/Rutan
Tahun 2005 – 2009. Program Terapi Rumatan Metadon merupakan salah satu bentuk
program dengan pendekatan Pengurangan Dampak Buruk yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan pengguna narkoba (heroin) suntik (penasun) sehingga para penasun
dapat beraktivitas secara normal dan produktif, sehingga dapat menekan tingkat kriminalitas.
Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan merupakan
upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, bekerjasama dengan
Indonesia HIV/AIDS Prevention and Care Project (IHPCP) Phase II dan didukung oleh
Departemen Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dengan kontributor
lainnya, untuk memberikan panduan Tim PTRM Lapas/Rutan dalam layanan yang
berkualitas dan berkesinambungan bagi narapidana dan tahanan dengan ketergantungan
narkoba suntik. Buku Pedoman ini merupakan petunjuk tehnis bagi petugas dalam
memberikan pelayanan Program Terapi Rumatan Metadon; dengan demikian Tim Pelaksana
di Lapas/Rutan dapat mengetahui secara tepat kriteria apa saja yang diperlukan dalam
memberikan Terapi Rumatan Metadon bagi narapidana dan tahanan penasun.
Dengan adanya petunjuk teknis Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan
diharapkan agar semua pihak yang tergabung dalam Tim PTRM, baik di lingkungan Pusat
maupun di Lapas/Rutan dapat meningkatkan akselerasi kerja secara lebih sistematis dan
komprehensif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan HIV&AIDS.
Sebagai penutup kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu tersusunnya Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan
Metadon di Lapas/Rutan. Dengan demikian upaya yang dilakukan dalam memberikan
layanan terapi rumatan methadone yang berkualitas dan berkesinambungan bagi narapidana
dan tahanan penyalahguna narkoba dapat berhasil sesuai dengan harapan.


                                                    Jakarta, 29 Oktober 2007




                                                                                          1
SAMBUTAN

         SEKRETARIS KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL



Dalam Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-2010 telah ditetapkan tujuan
umum penanggulangan adalah: untuk mencegah dan mengurangi penularan HIV,
meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) serta mengurangi
dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
Salah satu kelompok berisiko yang perlu akses pada program pencegahan penularan HIV dan
peningkatan kualitas hidup ODHA adalah narapidana dan tahanan, karena diantara mereka
sudah ada yang ditemukan HIV positif dan meninggal dengan gejala AIDS. Kasus HIV dan
AIDS di Lapas/Rutan diketahui pada saat narapidana atau tahanan yang baru masuk dan
sudah terinfeksi HIV maupun terjadinya penularan HIV karena perilaku beresiko seperti
melalui hubungan seksual tidak aman dan penggunaan jarum suntik secara bergantian di
dalam Lapas/Rutan. Hal ini terlihat dari data tahun ke tahun yang mengalami peningkatan
kasus sebagaimana estimasi nasional populasi rawan terinfeksi HIV yang menyebutkan
bahwa dari jumlah ODHA 167.000-217.000 pada tahun 2006 ternyata 3% diantaranya adalah
narapidana dan tahanan.
Peraturan Menteri Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Nasional
Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Narkoba Suntik (Harm Reduction) menetapkan
bahwa salah satu program pencegahan penularan HIV di kalangan pengguna napza suntik
adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa:
lingkup pelaksanaan Program Harm Reduction meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan
prioritas wilayah-wilayah epidemi dengan jumlah penasun yang tinggi termasuk di dalam
Lapas dan Rutan serta di fasilitas pemulihan napza. Sehingga dibutuhkan penyusunan dan
penerbitan Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan.
Dan diharapkan buku pedoman ini akan semakin mendorong perluasan layanan; peningkatan
cakupan dan kualitas layanan PTRM di Lapas/Rutan untuk menghindari infeksi HIV serta
memberikan pelayanan bagi yang sudah terinfeksi HIV.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan terima kasih atas upaya Departemen Hukum dan HAM RI khususnya
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk mengendalikan dan menurunkan laju epidemi
AIDS di dalam Lapas/Rutan.
Semoga upaya penanggulangan ini dapat menyelamatkan generasi muda bangsa Indonesia.
Amin.

                                               Jakarta, 30 Oktober 2007




                                                                                     2
KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan hidayah-Nya Buku
Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan dapat diselesaikan. Buku ini
merupakan salah satu penjabaran dan tindak lanjut dari Strategi Nasional Penanggulangan
HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah
Tahanan Negara (Rutan) di Indonesia Tahun 2005 – 2009.

Program Terapi Rumatan Metadon merupakan salah satu dari 12 (dua belas) upaya Harm
Reduction atau Pengurangan Dampak Buruk. Pada beberapa Negara program ini telah
diimplementasikan pada tingkat masyarakat dan Lapas/Rutan dengan hasil yang signifikan
memuaskan dapat mengurangi tingkat ketergantungan penasun sehingga mereka dapat
beraktivitas kembali secara optimal. Keberhasilan inilah yang mendorong Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan – Departemen Hukum dan HAM RI untuk mengimplementasikannya di
beberapa Lapas/Rutan sejak tahun 2005 dan direncanakan dikembangkan di sejumlah
Lapas/Rutan lainnya.

Sejalan dengan peningkatan jumlah narapidana dan tahanan kasus narkoba, khusus yang
berlatar belakang pengguna narkoba jenis heroin yang menggunakan jarum suntik (penasun),
pada gilirannya berdampak pula pada peningkatan angka penularan penyakit seperti hepatitis
dan HIV&AIDS. Untuk dapat melaksanakan Program Terapi Rumatan Metadon di
Lapas/Rutan dengan baik diperlukan buku pedoman; maka atas kerjasama antara Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan dan Indonesia HIV/AIDS Prevention and Care Project (IHPCP)
Phase II bersama para kontributor lintas sektoral dengan referensi Departemen Kesehatan RI
disusunlah buku pedoman dimaksud untuk dapat dijadikan pedoman bagi petugas PTRM
Lapas/Rutan dalam pemberian pelayanan terapi rumatan metadon bagi narapidana dan
tahanan yang berkesinambungan.

Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Buku Pedoman Terapi Rumatan
Metadon di Lapas/Rutan, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Meskipun
demikian kami sadari bahwa buku ini masih perlu disempurnakan sesuai dengan dengan
perkembangan upaya penanggulangan ketergantungan narkoba. Semoga segala upaya yang
dilakukan bersama dalam menanggulangi peredaran gelap narkoba dan penularan HIV/AIDS
di Lapas/Rutan, terutama penurunan tingkat ketergantungan narapidana dan tahanan
pengguna narkoba (heroin) suntik dapat terealisasi dan mendapat limpahan rahmat dari
Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.



                                                                29




                                                                                         3
DAFTAR ISI




Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan...................................................................                            1
Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional........................................                                         2
Kata Pengantar..................................................................................................................        3
Daftar Isi...........................................................................................................................   4
  I. Pendahuluan
     A. Latar Belakang..................................................................................................                5
     B. Dasar Hukum....................................................................................................                 7
     C. Tujuan...............................................................................................................           7
     D. Sasaran..............................................................................................................           7
 II. Tinjauan Pustaka
     A. Profil Penyalahgunaan Heroin..........................................................................                           8
     B. Farmakologi Heroin..........................................................................................                    10
     C. Farmakologi dan Farmakokinetik Metadon......................................................                                    10
     D. Penyakit-penyakit Penyerta akibat Penggunaan Jarum Suntik Tidak Steril.....                                                     11
III. Pelaksanaan
     A. Advokasi dan KIE Internal Lapas/Rutan tempat Dilaksanakan PTRM...........                                                       13
     B. Sosialisasi PTRM..............................................................................................                  13
     C. Persiapan...........................................................................................................            13
     D. Mekanisme
           1. Ketersediaan Metadon di PTRM Lapas/Rutan.............................................                                     14
           2. Jadwal Pemberian Metadon..........................................................................                        15
           3. Penatalaksanaan............................................................................................               15
IV. Monitoring dan Evaluasi..........................................................................................                   22
 V. Pendanaan.................................................................................................................          22
Daftar Nama Penyusun.....................................................................................................               23
Daftar Istilah.....................................................................................................................     24
Daftar Referensi................................................................................................................        25
Lampiran
     Formulir I. Kartu Pasien...........................................................................................                26
     Formulir II. Lembar Kunjungan Harian...................................................................                            27
     Formulir III. Surat Persetujuan.................................................................................                   29
     Formulir IV. Lembar Evaluasi Klinis......................................................................                          31
     Formulir V. Laporan Bulanan Penggunaan Metadon Cair......................................                                          34
     Formulir VI. Laporan Bulanan.................................................................................                      35
     Formulir VII. Rekapitulasi Pelayanan Penunjang Terapi Metadon.........................                                             36
     Formulir VIII. Formulir Pelaporan Insiden..............................................................                            37




                                                                                                                                             4
I.   PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang

            Dewasa ini masyarakat dunia menghadapi permasalahan kemanusiaan yang
        memiliki akibat multidimensional dan berpotensi mengancam kehidupan individu
        dan masyarakat, yaitu peningkatan penyalahgunaan narkoba dan penyebaran virus
        HIV-AIDS secara cepat, khususnya di kalangan penyalahguna narkoba suntik
        (IDU).

            Dilaporkan pada tahun 2005 terdapat estimasi sebesar 38.6 juta orang yang
        hidup dengan HIV di seluruh dunia. Setidaknya sekitar 4.1 juta orang telah
        terinfeksi baru dan sekitar 2.8 juta orang telah meninggal karena AIDS.

            Di Indonesia sendiri peningkatan jumlah IDU yang sangat cepat pada tahun-
        tahun terakhir sudah mencapai tahap yang memprihatinkan terutama terkait HIV-
        AIDS. Belum ada angka riil mengenai angka pengidap HIV-AIDS saat ini. Namun
        berdasarkan surveillance oleh Depkes menunjukkan tren penularan HIV melalui
        narkotika suntik mengalami peningkatan pesat dari tahun 1999 sampai 2002.
        Kemudian data dari Departemen Kesehatan November 2006 mengemukakan fakta
        bahwa pengguna narkotika suntik di Indonesia yang terinfeksi HIV cukup tinggi
        yaitu 46%. Oleh karena itu program penanggulangan dampak buruk dari penularan
        narkotika suntik (harm reduction) mutlak diperlukan. Salah satu pendekatan harm
        reduction adalah terapi substitusi dengan metadon dalam sediaan cair, dengan cara
        diminum. Hal tersebut dikenal sebagai Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
        yang dulunya dikenal dengan Program Rumatan Metadon (PRM). Pengembangan
        metadon sendiri di Indonesia dimulai di RSKO dan RS Sanglah.

            Upaya penanggulangan dampak buruk narkotika suntik ini tidak hanya sebatas
        di lakukan di masyarakat luar namun juga perlu pada Lapas/Rutan, karena
        Lapas/Rutan merupakan miniatur dari masyarakat luar. Oleh sebab itu permasalahan
        IDU di masyarakat juga terjadi di Lapas/Rutan. Selanjutnya perkembangan HIV-
        AIDS tidaklah terbatas pada masyarakat umum, Lapas/Rutan pun tidak terlepas dari
        penularan virus tersebut. Fenomena ini terlihat pada tahun 2002, dimana Dinkes
        Propinsi Bali pernah melakukan sebuah sero-surveillance di Lapas Kerobokan, yang
        menunjukkan bahwa pada dari 78 warga binaan yang juga IDU telah dites, hasilnya
        40 diantaranya adalah positif HIV. Penyebaran ini melebihi 50%. Tes HIV tidak
        dilakukan secara rutin pada awal masuk Lapas/Rutan.

           Kebanyakan narapidana yang ODHA memperoleh virus HIV-AIDS di luar
        sebelum masuk Lapas/Rutan. Selanjutnya risiko penularan terjadi melalui alat
        suntik bersama dan seks tidak aman sangat besar. Karena menurut studi dari seluruh
        dunia menunjukkan bahwa banyak narapidana memiliki permasalahan
        penyalahgunaan narkoba termasuk penggunaan jarum suntik juga terjadi di dalam
        penjara. Pecahnya infeksi HIV muncul di sejumlah sistem kepenjaraaan, dimana
        memperlihatkan bagaimana cepatnya HIV menyebar di penjara kecuali ada tindakan
        yang efektif yang dilakukan untuk menghambat penyebaran virus.

           Menyadari masalah HIV-AIDS di lingkungan Lapas/Rutan, Departemen Hukum
        dan HAM, Ditjen Pemasyarakatan, melalui Direktorat Bina Khusus Narkotika
        menyadari penting adanya intervensi untuk mencegah prevalensi tersebut. Maka


                                                                                        5
diputuskan untuk menghubungkan pelayanan satelit metadon yang sedang
berlangsung di PTRM Sandat, RS Sanglah Bali dan RSKO Jakarta ke Lapas
setempat, yaitu Lapas Kerobokan di Bali serta Lapas Narkotika Cipinang dan Rutan
Jakarta Timur di Jakarta. PTRM di Lapas/Rutan dilakukan oleh dokter Lapas yang
sudah dilatih dengan supervisi dari masing-masing Rumah Sakit Pengampu.

     Pelaksanaan PTRM di LapasRutan ini juga mengacu kepada Pedoman WHO
tentang infeksi HIV-AIDS di penjara tahun 1993. Pedoman ini menekankan bahwa
”semua narapidana berhak menerima perawatan kesehatan, termasuk pencegahan
sama dengan yang tersedia di masyarakat tanpa pengecualian”. Tepatnya, disarankan
bahwa narapidana yang sebelumnya mendapat perawatan metadon di luar sebaiknya
tetap dapat menlanjutkan perawatannya pada saat mereka di penjara. Dan bahwa
negara-negara yang tersedia perawatan metadon di masyarakat, sebaiknya juga
menyediakan perawatan metadon di penjara. Rekomendasi serupa baru-baru ini juga
disebutkan kembali pada kerangka kerja penanggulangan nasional terhadap HIV-
AIDS di penjara tahun 2006, yang diterbitkan oleh UNODC bersama WHO dan
UNAIDS.

   Akhirnya, disimpulkan bahwa adapun alasan pemilihan dilaksanakannya PTRM
di Lapas/Rutan di Indonesia adalah (1) diharapkan terjadi pengurangan
penggunaan heroin bahkan abstinent, (2) keamanan dan ketertiban di Lapas/Rutan
dapat terjaga, (3) penggunaan bisa dipantau dan lebih murah, (4) diharapkan bisa
mengurangi residivis kasus narkoba, (5) agar kegiatan harian narapidana/tahanan
dapat dilakukan dengan baik, (6) agar pengawasan kesehatan narapidana/tahanan
dapat dilakukan setiap hari, terutama untuk ODHA, (7) agar terapi ARV dapat
dimulai setelah mengikuti program metadon, (8) mencegah kematian akibat
overdosis setelah napi/tahanan keluar dari rutan/lapas.

     Dalam pelaksanaan PTRM di Lapas/Rutan terdapat beberapa permasalahan
diantaranya ; (1) program terapi metadon membutuhkan tingkat kepatuhan yang
tinggi, terlebih lagi IDU yang mendapat terapi antiretroviral (ARV). Hal tersebut
sulit diperoleh dari para IDU tersebut. (2) sebagian besar Lapas/Rutan belum
memperoleh informasi tentang PTRM. (3) belum tersedianya PTRM di beberapa
wilayah di Indonesia sehingga menyulitkan peserta PTRM yang bebas dari Lapas
untuk melanjutkan terapi jika kembali ke tempat asalnya masing-masing. (4)
program ini adalah program yang membutuhkan keahlian khusus dari tenaga yang
terlibat dalam pelayanan terapi metadon. (5) Peserta perlu pengawasan khusus pada
saat mengikuti PTRM.

   Dengan memperhatikan permasalahan yang ada maka dianggap perlu disusun
pedoman (SOP) pelaksanaan PTRM di Lapas/Rutan.




                                                                               6
B. Dasar Hukum

   1. Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (LNRI Tahun
       1992 Nomor 100, TLNRI Nomor 3495);
   2. Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (LNRI
       Tahun 1995 Nomor 77, TLNRI Nomor 3614);
   3. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psykotropika (LNRI Tahun
       1997 Nomor 10, TLNRI Nomor 3671);
   4. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (LNRI Tahun
       1997 Nomor 67, TLNRI Nomor 3689);
   5. Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM;
   6. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
   7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
       Pelaksanaan Hak Warga Binaan;
   8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan Fungsi dan Tata
       Kerja Organisasi;
   9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 567 Tahun 2006 Tentang Pedoman
       Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Napza;
   10. Keputusan Bersama BNN dan KPA Tahun 2003, tentang Napza Suntik;
   11. Permenko Kesra Nomor 02 Tahun 2007 tentang Harm Reduction;
   12. Kesepakatan Bersama Dirjen Bina Pelayanan Medik dan Dirjen Pemasyarakatan
       tentang Pelaksanaan PTRM di Lapas/Rutan ;
   13. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di
       Lapas/Rutan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2005-2009.


C. Tujuan

   1. Tujuan Umum
      Sebagai acuan     pelaksanaan dalam memberikan         pelayanan   PTRM   di
      Lapas/Rutan

   2. Tujuan Khusus
      2.1 Tersosialisasinya pedoman nasional terapi metadon bagi tenaga kesehatan
          dan non kesehatan dalam PTRM di Lapas/Rutan
      2.2 Meningkatkan kualitas pelayanan PTRM di Lapas/Rutan


D. Sasaran

   Pedoman ini digunakan sebagai panduan bagi:
   1. Pelaksana PTRM Lapas/Rutan
   2. Jajaran Pemasyarakatan Pusat dan Daerah
   3. Instansi terkait (pemerintah, swasta dan masyarakat)




                                                                                7
II.   TINJAUAN PUSTAKA

      A. Profil Penyalahgunaan Heroin

             Sekitar 73% pasien yang datang ke PTRM RSKO berumur 20-29 tahun,
         selebihnya berumur diatas 30 tahun. Sebanyak 90% dari mereka adalah laki-laki.
         Tingkat pendidikan mereka kebanyakan adalah Sekolah Menengah Umum (46%)
         atau Perguruan Tinggi. Banyak diantara mereka putus sekolah atau berhenti kuliah.
         Kebanyakan dari mereka tergolong tingkat sosial menengah. Di PTRM RS Sanglah
         Denpasar, usia pasien lebih banyak dari usia diatas 25 tahun dan 95% lebih laki-laki
         (mengacu pada data laporan Mei 2005).

             Data yang ada di Lapas Klas IIA Denpasar, peserta PTRM di klinik metadon
         100% adalah laki-laki (data bulan Maret 2007). Kebanyakan mereka berusia 25-29
         tahun. Data dari Ditbinsustik menyatakan bahwa jumlah pengguna narkoba suntik di
         seluruh Lapas/Rutan di Indonesia adalah 40% dari jumlah tahanan dan narapidana
         kasus narkoba. Jumlah narapidana dan tahanan kasus narkoba itu sendiri (data tahun
         2006) adalah sebanyak 25.096.

            Kriteria diagnostik untuk ketergantungan zat dan intoksikasi opioida mengacu
         pada kriteria yang ada di ICD-X

         1. Kriteria Diagnostik untuk Ketergantungan Zat (ICD-X)
                Definisi ketergantungan zat adalah suatu pola penggunaan zat yang
            menyebabkan hendaya (disfungsi) yang jelas secara klinis atau tertekan.
            Diagnosa atas terjadinya ketergantungan zat diperlihatkan oleh adanya 3 (atau
            lebih) kriteria di bawah ini, yang terjadi kapan saja selama periode 12 bulan
            yang sama:
   Toleransi, seperti yang dipastikan dengan adanya salah satu hal di bawah ini:
                a. Kebutuhan akan penambahan dosis yang mencolok agar diperoleh
                    keadaan intoksikasi atau efek yang diinginkan.
                b. Berkurangnya efek secara mencolok akibat penggunaan berulang dengan
                    dosis yang sama.
    Gejala putus zat, yang dipastikan dengan adanya salah satu yang tersebut di bawah ini:
                a. Sindroma putus zat yang khas untuk zat tersebut (rujuk ke kriteria A dan
                    B dari kriteria untuk putus zat yang khas untuk zat tertentu).
                b. Zat yang sama (atau yang sangat berkaitan) harus digunakan untuk
                    menyembuhkan atau menghindari gejala putus zat.
    Zat yang sering digunakan jauh lebih banyak atau lebih lama dari pada yang
dimaksudkan.
    Adanya keinginan yang menetap atau usaha yang tak berhasil untuk menghentikan atau
mengendalikan penggunaannya.
    Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari zat (misalnya berobat pada banyak
dokter atau mengendarai mobil jarak jauh), menggunakan zat (misalnya terus menerus
merokok) atau pulih dari pengaruh zat tersebut.
   Berkurang atau berhentinya kegiatan kegiatan sosial, pekerjaan atau rekreasi akibat
menggunakan zat.
   Penggunaan zat berlanjut meskipun mengetahui adanya masalah jasmani atau psikologis
yang disebabkan karena penggunaan zat (misalnya tetap menggunakan kokain walaupun
mengalami depresi atau terus minum minuman beraklohol walaupun mengetahui bahwa
tukak lambung bertambah parah akibat mengkonsumsi alkohol).


                                                                                           8
Penjelasan:
      - Disertai ketergantungan fisik : terbukti adanya toleransi atau putus zat
          (yaitu bila terdapat butir 1 dan 2).
      - Tanpa ketergantungan fisik bila tidak terdapat toleransi atau gejala putus
          zat (yaitu bila tidak terdapat butir 1 maupun butir 2)

2. Kriteria Diagnostik Intoksikasi opioida (ICD X)
   2.1 Baru saja mengkonsumsi opioida (termasuk heroin)
   2.2.Perilaku maladaptif yang secara klinis mencolok atau adanya perubahan
       psikologis (misalnya euforia pada permulaan diikuti dengan apatis, disforia,
       agitatif atau retardasi psikomotor, hendaya dalam daya penilaian, fungsi
       sosial atau pekerjaan, yang berkembang atau segera sesudah mengkonsumsi
       opioida).
   2.3.Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil disebabkan karena anoksia akibat
       overdosis yang berat) dan satu (atau lebih) dari gejala berikut, yang terjadi
       tidak lama sesudah mengkonsumsi opioida.
       a. Kesadaran menurun atau koma
       b. Cadel
       c. Hendaya pada perhatian atau daya ingat
   2.4.Gejala tersebut tidak disebabkan karena kondisi medik umum dan bukan
       disebabkan karena gangguan jiwa lain.

3. Kriteria Diagnostik Putus Opioida (ICD X)
    3.1 Salah satu dari yang tersebut di bawah ini :
        a. Berhenti atau mengurangi penggunaan opioida yang berat dan lama
            (beberapa minggu atau lebih)
        b. Pemberian suatu antagonis opioida sesudah periode penggunaan opioida.
    3.2.Tiga atau lebih dari yang tersebut di bawah ini, terjadi dalam hitungan menit
        sampai beberapa hari sesudah kriteria A :
        a. Perasaan disforik
        b. Mual atau muntah
        c. Nyeri otot
        d. Lakrimasi atau rinore
        e. Pupil melebar, piloereksi, atau berkeringat
        f. Diare
        g. Menguap berkali-kali
        h. Demam
        i. Insomnia
  3.3 Gejala-gejala pada kriteria B secara klinis menyebabkan tekanan batin yang
      jelas atau hendaya (disfungsi) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
      penting lainnya.
  3.4 Gejala -gejala tersebut tidak disebabkan karena kondisi medik umum dan tidak
      disebabkan karena gangguan jiwa lain.




                                                                                   9
B. Farmakologi Heroin

       Heroin tergolong opioida semisintetik, dibuat dari morfin yang terdapat dalam
   getah tanaman candu melalui perubahan kimiawi yang sederhana. Heroin lebih mudah
   larut dalam lemak, sehingga lebih cepat menembus sawar darah otak (Blood Brain
   Barrier) dibandingkan morfin. Heroin mengalami proses biotransformasi di hati untuk
   berubah kembali menjadi morfin. Pengaruh heroin dan morfin adalah sama, hanya
   saja heroin mempunyai kekuatan 3 kali morfin dan mulai bekerja lebih cepat.
   Absorbsi pada penggunaan oral berlangsung lambat. Metabolisme heroin terutama
   terjadi di hepar dan diekskresi melalui air seni dan empedu. Lebih dari 90% ekskresi
   terjadi dalam 24 jam pertama, walaupun metabolitnya dapat dideteksi dalam air seni
   sampai 48 jam atau lebih dalam air seni.

       Toleransi tubuh terhadap heroin terjadi dengan cepat, namun terdapat beberapa
   perbedaan reaksi antara masing-masing organ tubuh. Sebagai contoh, heroin memiliki
   toleransi tinggi terhadap depresi pernafasan, efek analgetik, sedasi dan muntah
   dibandingkan toleransi terhadap miosis dan konstipasi. Selain itu juga terdapat
   toleransi silang antara heroin dan opioida lain.

       Potensi heroin untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis sangat
   kuat. Heroin yang beredar di pasar gelap tidak dalam bentuk murni melainkan
   dicampur dengan tepung, gula, kina, kakao atau bahkan tawas.

      Heroin juga berpotensi menimbulkan reaksi toksik sampai overdosis, gejala klinis
   dapat meliputi:
        1. Depresi pernafasan
        2. Bibir biru dan pucat atau tubuh membiru
        3. Pupil pin-point atau dilatasi bila pasien koma
        4. Bila heroin disedot melalui hidung, mukosa hidung tampak hiperemis
        5. Adanya bekas suntikan baru
        6. Edema paru
        7. Jantung aritmia dan atau kejang
        8. Koma atau mati (akibat depresi pernafasan, edema otak atau paru)


C. Farmakologi dan Farmakokinetik Metadon

       Metadon mempunyai khasiat sebagai suatu analgetika dan euforian karena bekerja
   pada reseptor opioida mu, mirip dengan agonis opioida mu yang lain misalnya
   morfin. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang kuat dan secara oral
   diserap dengan baik. Metadon juga dapat dikonsumsi secara parenteral dan rektal,
   meski cara yang terakhir tidak lazim. Efek metadon secara kualitatif mirip dengan
   efek morfin dan opioid lainnya. Efek metadon tersebut antara lain sebagai analgetik,
   sedatif, depresi pernafasan dan euforia. Efek lainnya adalah menurunkan tekanan
   darah, konstriksi pupil dan efek pada saluran cerna yaitu memperlambat pengosongan
   lambung karena mengurangi motilitas, meningkatkan tonus sfingter pilorik dan
   meningkatkan tonus sfingter oddi yang berakibat spasme saluran empedu.

       Efek samping metadon antara lain gangguan tidur, mual muntah, konstipasi, mulut
   kering, berkeringat, vasodilatasi dan gatal-gatal, menstruasi tidak teratur,
   ginekomastia dan disfungsi seksual pada pria serta retensi cairan dan penambahan


                                                                                    10
berat badan. Efek samping tidak akan terlalu banyak dialami oleh orang yang telah
   menggunakan heroin.

      Bioavailibilitas metadon oral tidak memperlihatkan perubahan yang berarti pada
   orang yang distabilisasi dengan metadon atau yang sudah menggunakannya secara
   kronis.

       Metadon dipecah di hati melalui sistem enzim sitokrom P450. Sekitar 10%
   metadon yang dikonsumsi secara oral akan diekskresi utuh. Sisanya akan
   dimetabolisme dan metabolit inaktifnya dibuang melalui urine dan tinja. Metadon
   juga dibuang melalui keringat dan liur.

       Onset efek metadon terjadi sekitar 30 menit setelah obat diminum. Konsentrasi
   puncak dicapai setelah 3-4 jam setelah metadon diminum. Rerata waktu paruh
   metadon adalah 24 jam. Metadon mencapai kadar tetap dalam tubuh setelah
   penggunaan 3-10 hari. Setelah stabilisasi dicapai, variasi konsentrasi metadon dalam
   darah tidak terlalu besar dan supresi gejala putus obat lebih mudah dicapai.

       Metadon banyak diikat oleh protein plasma dalam jaringan seluruh tubuh.
   Metadon dapat ditemukan dalam darah , otak, dan jaringan lain seperti ginjal, limpa,
   hati, dan paru.

       Konsentrasi metadon dalam jaringan tersebut lebih tinggi daripada dalam darah.
   Ikatan ini menyebabkan terjadinya akumulasi metadon dalam badan cukup lama bila
   seseorang berhenti menggunakan metadon.


D. Penyakit-penyakit Penyerta Akibat Penggunaan Jarum Suntik Tidak Steril

       Penyakit infeksi sering dijumpai pada pengguna zat psikoaktif. Infeksi tulang dan
   sendi, endokarditis, spesis, infeksi jaringan lunak dan tetanus dapat terjadi bila
   parafernalia atau obat yang kotor atau tidak steril digunakan melalui suntikan dan/atau
   kulit tidak dibersihkan secukupnya. Hepatitis (B,C,D), HIV dan malaria dapat
   menular bila terjadi saling pinjam meminjam peralatan suntik atau terjadi inokulasi
   langsung darah orang lain

       Para IDU cenderung menggunakan obat dengan cara yang tidak steril melalui
   suntikan dan/atau kulit yang tidak dibersihkan. Akibatnya mereka sangat mudah
   mendapat infeksi oportunistik seperti infeksi tulang dan sendi, endokarditis, sepsis,
   infeksi jaringan lunak, dan tetanus. Hepatitis ( B,C,D ), HIV, dan malaria dapat
   menular bila terjadi saling pinjam meminjam peralatan suntik atau terjadi inokulasi
   langsung darah orang lain yang terinfeksi. Infeksi lainnya adalah tuberkulosis yang
   ditularkan melalui udara pernafasan. Gonore, HBV, HIV, dan sifilis dapat berjangkit
   melalui hubungan seksual yang tak terlindung. Pneumonia karena berbagai etiologi
   juga sangat sering terjadi di kalangan penyalahguna heroin.


   1. HIV

         Holmberg (1996) memperkirakan secara kasar bahwa separuh dari infeksi
      HIV/AIDS terdapat pada penasun. Di kalangan pengguna heroin makin banyak


                                                                                       11
dilaporkan angka kejadian infeksi HIV pada laki-laki dan perempuan yang
   menggunakan zat untuk bersenang-senang selain melalui suntikan, diperkirakan
   juga hal tersebut disebabkan karena infeksi melalui kontak seksual. Sero-
   surveilance pada penasun yang datang berobat di RSKO memperlihatkan hasil
   lebih dari 50% yang positif HIV dan 59,49% untuk yang berobat di RS Sanglah
   Bali (Juni 2005). Sedangkan di Lapas/Rutan diketahui data HIV yang berada pada
   Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta yang dihimpun melalui VCT yang dilakukan
   secara bertahap sejak Mei 2005 hingga Agustus 2007. Berdasarkan data terakhir
   jumlah narapidana yang telah mengikuti VCT sebanyak 893 orang, dan 349 orang
   diantaranya HIV positif.


2. Virus Hepatitis

       Virus Hepatitis menyebabkan inflamasi dan kerusakan atau kematian sel-sel
   hati. Penasun mempunyai resiko tinggi untuk terinfeksi beberapa jenis virus
   hepatitis. Pada suatu penelitian terhadap 389 penasun di Kalifornia, 41% positif
   dengan antibodi HAV, 73% HBV, 94% HCV, dan 10% HDV (1995). Sero-
   surveilence terhadap penasun yang berobat ke RSKO, hasilnya 70% HCV positif.

       Hepatitis B adalah virus DNA dari golongan hepadnavirus yang terdapat
   dalam titer yang tinggi dalam darah dan eksudat (misalnya lesi di kulit) orang
   yang terinfeksi akut maupun kronis. Dalam jumlah yang moderat HBV terdapat
   pada air liur, semen, dan cairan vagina. Tiga (3) cara transmisi yang penting
   adalah melalui darah, aktivitas seksual, dan ibu-anak. Masa inkubasinya 2 minggu
   sampai 6 bulan.

        Virus Hepatitis C adalah virus RNA dari golongan flavivirus, terdapat dalam
   titer rendah pada darah orang yang terinfeksi dan dapat terdeteksi dalam cairan
   tubuh lain tetapi tidak konsisten. Transmisi yang utama HCV adalah melalui
   darah, ibu-anak, sedangkan penularan secara seksual jarang. Masa inkubasinya
   berkisar 6 sampai 7 minggu, dengan rentang waktu 2 minggu sampai 6 bulan.


3. Tuberkulosis

       Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global. Sebanyak 40% kasus
   tuberkulosis dunia berada di Asia Tenggara dengan kasus terbanyak (95%) berada
   di India, Indonesia, Bangladesh, Thailand dan Myanmar. Di Asia Tenggara lebih
   dari 95% kasus tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pembunuh utama pada
   umur 5 tahun keatas.

       Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia berada di urutan ketiga setelah
   India dan Cina. Rata-rata kasus TB baru di Indonesia mencapai 582 ribu per
   tahun. Dan 75% dari kasus tersebut adalah kelompok usia produktif. Fakta
   lainnya, jumlah kasus HIV/AIDS yang disertai tuberkulosis di Bali sebanyak 24%,
   32% di Jawa Timur dan 10% di DKI. Kasus Tuberkulosis di Lapas/Rutan sendiri
   cukup mempengaruhi angka kematian. Dilaporkan dari Januari hingga Agustus
   2007 kematian akibat Tuberkulosis di Lapas/Rutan adalah 107 orang (sumber:
   Direktorat Bina Perawatan,Direktorat Jenderal Pemasyarakatan).




                                                                                12
III. PELAKSANAAN

      Untuk terlaksananya PTRM di Lapas/Rutan perlu dilakukan langkah-langkah
   sebagai berikut :

   A. Advokasi dan KIE internal lapas/rutan tempat dilaksanakan PTRM.
      1. Advokasi dan KIE dilaksanakan oleh Tim PTRM Lapas/Rutan bekerjasama
         dengan pihak lain terkait kepada jajaran petugas Lapas/Rutan.
      2. Layanan rumatan metadon diikuti narapidana/tahanan secara sukarela, namun
         tetap mengikuti prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh tim PTRM
         Lapas/Rutan..

   B. Sosialisasi PTRM
         Sosialisasi dilaksanakan oleh Tim PTRM Lapas/Rutan bekerjasama dengan
      Pihak lain yang terkait, disampaikan kepada :
      1. Narapidana/Tahanan
      2. Wali (keluarga) narapidana/Tahanan

   C. Persiapan
      1. Eksternal
         1.1 Tersedianya RS Pengampu
         1.2 Visitasi dilakukan oleh Depkes, Tim PTRM Pusat (Binsustik), Dinkes dan
             Kanwil Depkumham setempat

      2. Internal
         2.1 Dukungan jajaran Lapas/Rutan untuk menerapkan PTRM
         2.2 SDM
             a. Penunjukkan Tim Metadon Lapas/Rutan oleh Kalapas/Karutan
             b. Pelatihan tentang PTRM oleh Depkes
             c. Pengorganisasian PTRM
                 Kegiatan PTRM berada di bawah pelaksanaan Tim Metadon, dimana
                 Kalapas sebagai pelindung.
         2.3 Sarana dan prasarana
             a. Lokasi
                 Lokasi PTRM untuk Lapas dan Rutan adalah di poliklinik Lapas/Rutan
             b. Ruangan
                 Sarana layanan PTRM minimal memiliki beberapa ruangan yang terdiri:
                 1) Ruang tempat penyimpanan metadon yang aman.
                 2) Ruang pemeriksaan.
                 3) Ruang tempat pemberian metadon harus mendapatkan pencahayaan
                    yang cukup dan hanya memungkinkan satu orang untuk dilayani
                    serta tersedianya sarana pencucian tangan dan peralatan
                 4) Jika dimungkinkan perlu dipersiapkan juga ruangan untuk: Ruang
                    tunggu, konseling individual, konseling kelompok.
             c. Peralatan
                 1) Peralatan medik
                    Peralatan medik yang diperlukan mencakup:
                      Pompa pengukur dosis untuk metadon
                      Sediaan metadon
                      Stetoskop
                      Tensimeter

                                                                                      13
Timbangan
                 Tempat tidur periksa
                 Steps tool
                 Peralatan pertolongan pertama: semprit suntik, desinfektan, kapas,
                 obat-obatan gawat darurat lain dan nalokson (narcan)
             2) Peralatan non medik
                Peralatan non medik diantaranya:
                 Meja, kursi
                 Alat tulis kantor
                 Komputer
                 Telepon
                 Gelas

D. Mekanisme
   1. Ketersediaan Metadon di PTRM Lapas/Rutan
         Ketersediaan metadon di Lapas/Rutan didapatkan dari RS Pengampu
      masing-masing. Dosis metadon diantar atau diambil setiap minggu sesuai
      dengan kesepakatan Tim PTRM dan RS. Demi keamanan, petugas yang
      membawakan metadon ke Lapas/Rutan dibekali surat tugas dan tidak selalu
      sama pada hari yang berbeda setiap minggunya.
                  ALUR PERMINTAAN & PENGADAAN
                 ZAT METADON UNTUK LAPAS/RUTAN
      1.1. Alur
              permintaan dan pengadaan zat metadon untuk lapas/rutan   melalui jalur
                             (Melalui Jalur Depkes)
           Departemen Kesehatan RI
                        DEPKUMHAM
                                                      DEPKES
                          (Pokja)



                         DITJENPAS                  RS PENGAMPU
                      (Tim Methadone)                SETEMPAT



                     POKJA HIV-AIDS
                       PROPINSI



                         LP/RUTAN



                      ALUR PERMINTAAN & PENGADAAN
      1.2. Alur permintaan METADON zat metadon untuk lapas/rutan melalui jalur
                    ZAT dan pengadaan UNTUK LAPAS/RUTAN
           Komisi Penanggulangan(Melalui Jalur KPA)
                                 AIDS

                                     DEPKUMHAM
                 KPAN                                          DEPKES
                                       (Pokja)



                                     DITJENPAS              RS PENGAMPU
                                  (Tim Methadone)            SETEMPAT



                                  POKJA HIV-AIDS
                                    PROPINSI



                                      LP/RUTAN




                                                                                 14
2. Jadwal Pemberian Metadon
      Setiap hari (7x dalam seminggu). Jam disesuaikan dengan kesepakatan Tim
   PTRM.
   Penerimaan peserta PTRM baru hanya pada hari dan jam kerja resmi

3. Penatalaksanaan
   3.1 Kriteria Inklusi:
       Pasien yang mengikuti terapi di dalam Lapas/Rutan ada dua macam, yaitu:
       a. Pasien yang melanjutkan terapi dari luar Lapas/Rutan (dalam hal ini
           pasien PTRM di luar Lapas yang harus menjalani masa pidana)
       b. Pasien yang memulai terapi di Lapas, dengan memenuhi kriteria inklusi
           sebagai berikut:
           1) Memenuhi kriteria ICD-X untuk ketergantungan opioid
           2) Usia yang direkomendasikan: 18 tahun atau lebih. Klien yang berusia
               kurang dari 18 tahun harus mendapat second opinion dari profesional
               medis lain (Dokter Spesialis anak atau psikiater)
           3) Ketergantungan opioida (minimal 6 bulan)
           4) Sudah pernah mencoba berhenti menggunakan opioid minimal satu
               kali.
           5) Minimal 3 bulan sisa masa pidana dan dapat mengakses pelayanan
               metadon saat selesai menjalani masa pidana

   3.2 Kriteria Eksklusi:
       Kriteria eksklusi meliputi:
       a. Pasien dengan penyakit fisik berat. Hal ini perlu pertimbangan khusus
           yakni meminta pendapat banding profesi medik terkait.
       b. Psikosis yang jelas. Perlu pertimbangan psikiater untuk menentukan
           langkah terapi
       c. Retardasi mental yang jelas. Perlu pertimbangan psikiater untuk
           menentukan langkah terapi.

            Program terapi rumatan metadon tidak diberikan pada peserta dalam
       keadaan overdosis atau intoksikasi opiat.

   3.3 Seleksi Peserta PTRM
           Seleksi kesehatan fisik dan psikososial peserta dilakukan oleh dokter
       Lapas/Rutan yang sudah dilatih dalam terapi substitusi metadon. Dokter ini
       harus memiliki sertifikasi dari Depkes, mengikuti pelatihan terkait dan
       konseling yang berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS.
           Penilaian peserta PTRM tidak dilakukan dalam keadaan peserta
       intoksikasi atau overdosis. Apabila overdosis dan intoksikasi sudah dapat
       diatasi dapat dievaluasi ulang untuk menjadi peserta PTRM.

   3.4 Komponen dalam Program Terapi Rumatan Metadon
          Beberapa komponen dalam program terapi rumatan metadon di Lapas
       adalah sebagai berikut:
       a. Konseling meliputi konseling adiksi, metadon, kepatuhan minum obat,
          kelompok dan VCT.
       b. Pemberian metadon
       c. Pertemuan kelompok dukungan
       d. Kegiatan keterampilan


                                                                               15
3.5 Pemberian dosis awal metadon
    a. Dosis awal yang dianjurkan adalah 20 mg untuk tiga hari pertama.
       Kematian sering terjadi bila menggunakan dosis awal yang melebihi 40
       mg.
    b. Pasien harus diobservasi 45 menit setelah pemberian dosis awal untuk
       memantau tanda-tanda toksisitas atau gejala putus obat.
       Jika terdapat intoksikasi atau gejala putus obat berat maka dosis metadon
       akan dimodifikasi sesuai dengan keadaan.
    c. Estimasi yang terlalu tinggi tentang toleransi pasien terhadap opiat dapat
       membawa pasien kepada resiko toksik akibat dosis tunggal. Dan juga
       pasti meningkatkan risiko yang lebih sering terjadi yaitu keadaan toksik
       akibat akumulasi metadon sebab metadon dieliminasi lambat karena
       waktu paruhnya panjang.
       Estimasi toleransi pasien terhadap metadon yang terlalu rendah
       menyebabkan risiko pasien untuk menggunakan opiat yang ilegal
       bertambah besar akibat kadar metadon dalam darah kurang dan akan
       memperpanjang gejala putus zat maupun periode stabilisasi.
    d. Metadon harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan sampai
       menjadi 100cc. Pasien harus hadir setiap hari di klinik dan perawat akan
       memberikan metadon kepada pasien.
       Pasien harus segera menelan metadon tersebut dihadapan petugas klinik
       dan akan diberikan segelas air minum. Setelah diminum, petugas akan
       meminta pasien menyebutkan namanya atau mengatakan sesuatu yang
       lain untuk memastikan bahwa metadon telah ditelan. Pasien harus
       menanda tangani buku yang tersedia, sebagai bukti bahwa ia telah
       menerima dosis metadon hari itu.

3.6 Fase Stabilisasi Terapi Substitusi Metadon
        Fase stabilisasi bertujuan untuk menaikkan perlahan-lahan dosis dari
    dosis awal sehingga memasuki fase rumatan. Pada fase ini risiko intoksikasi
    dan overdosis cukup tinggi pada 10-14 hari pertama.
        Dosis yang direkomendasikan digunakan dalam fase stabilisasi adalah
    dosis awal dinaikkan 5-10 mg tiap 3-5 hari. Hal ini bertujuan untuk melihat
    efek dari dosis yang sedang diberikan. Total kenaikan dosis tiap minggu
    tidak boleh lebih dari 30 mg. Apabila pasien masih menggunakan heroin
    maka dosis metadon perlu ditingkatkan.
            Kadar metadon dalam darah akan terus meningkat selama 5 hari
    setelah dosis awal atau penambahan dosis. Waktu paruh metadon cukup
    panjang yaitu 24 jam, sehingga bisa dilakukan penambahan dosis setiap hari
    akan berbahaya akibat akumulasi dosis. Karena itu penambahan dosis
    dilakukan setiap 3-5 hari.
            Sangat penting untuk diingat bahwa tak ada hubungan yang jelas
    antara besarnya jumlah dosis opiat yang dikonsumsi seorang penasun
    dengan dosis metadon yang dibutuhkannya. Selama minggu pertama fase
    stabilisasi pasien harus datang setiap hari di klinik untuk diamati secara
    cermat oleh profesional medis terhadap efek metadon (untuk memperkecil
    kemungkinan terjadinya overdosis dan penilaian selanjutnya).
            Pasien yang mengikuti program terapi metadon yang secara
    konsisten menggunakan benzodiazepin, kokain atau amfetamin mempunyai
    risiko yang signifikan terhadap komplikasi dan mempunyai prognosis yang
    lebih buruk. Sebagai tambahan, dapat disebutkan bahwa kombinasi alkohol,


                                                                              16
sedativa dan opiat berjangka kerja pendek (misalnya oksikodon dan
   hidromorfon) secara nyata meningkatkan risiko kematian akibat overdosis.

3.7 Kriteria Penambahan Dosis
        Beberapa kriteria penambahan dosis adalah sebagai berikut:
    a. Adanya tanda dan gejala putus opiat (obyektif dan subyektif),
    b. Jumlah dan/atau frekuensi penggunaan opiat tidak berkurang.
    c. Craving terhadap opiat yang tetap masih ada.
        Penambahan dosis di atas mempertimbangkan keadaan klinis peserta
        PTRM.
        Prinsip terapi pada program metadon adalah start low go slow aim high;
    artinya memulai dosis yang rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan
    adalah aman dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif.

3.8 Fase Rumatan pada Program Substitusi dengan Metadon
        Dosis rumatan rata-rata adalah 60-120 mg per hari. Dosis rumatan harus
    dipantau dan disesuaikan setiap hari secara teratur tergantung dari keadaan
    pasien. Selain itu banyak pengaruh sosial lainnya yang menjadi
    pertimbangan penyesuaian dosis. Fase ini dapat berjalan selama bertahun-
    tahun sampai perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi dan
    kehidupan sosial.

3.9 Fase Penghentian Metadon
        Metadon dapat dihentikan secara bertahap perlahan (tappering off).
    Penghentian metadon dapat dilakukan pada keadaan berikut:
    a. Pasien sudah lama stabil
    b. Minimal 6 bulan pasien dalam keadaan bebas heroin
    c. Pasien dalam kondisi yang stabil untuk beraktivitas di Lapas atas
        observasi petugas klinik Lapas
        Penurunan dosis maksimal sebanyak 10%. Penurunan dosis yang
    direkomendasikan adalah setiap 2 minggu. Pemantauan perkembangan
    psikologis pasien harus diperhatikan. Jika ada emosi tidak stabil, dosis dapat
    dinaikkan kembali.

3.10 Pemantauan pasien
         Pasien diobservasi setiap hari setelah minum dosis pertama terutama
    untuk tanda-tanda intoksikasi dalam tiga hari pertama. Jika terjadi gejala
    intoksikasi dokter harus menilai lebih dulu dosis berikut yang akan
    digunakan. Dalam bulan pertama terapi, dokter melakukan evaluasi ulang
    pada pasien minimal satu kali seminggu. Dan selanjutnya, dokter melakukan
    evaluasi ulang pada pasien minimal setiap bulan. Penambahan dosis selalu
    harus didahului dengan evaluasi ulang pada pasien.
    Penilaian yang dilakukan terhadap pasien meliputi:
    a. Derajat keparahan gejala putus obat
    b. Intoksikasi
    c. Penggunaan obat lain
    d. Efek samping
    e. Persepsi pasien terhadap kecukupan dosis
    f. Kepatuhan terhadap regimen obat yang diberikan
    g. Kualitas tidur, nafsu makan, dll



                                                                               17
3.11 Pemeriksaan Urine Opioid
         Tes urine terhadap penggunaan obat (urine drug screen) merupakan
     pemeriksaan objektif untuk mendeteksi adanya metabolit opiat dalam
     urine. Namun perlu diingat bahwa saat pengumpulan urine pasien harus
     diawasi petugas medis. Dalam hal terapi metadon, UDS dapat berguna
     pada keadaan berikut:
     a. Periksa urine pasien di awal terapi untuk tujuan diagnostik yaitu untuk
         memastikan apakah pasien pernah atau tidak menggunakan opiat atau
         zat adiktif lain sebelumnya. Tahap ini merupakan suatu tindakan wajib.
     b. Hasil tes urine yang positif terhadap heroin menjadi pertimbangan
         untuk meningkatkan dosis metadon. Apabila pasien masih
         menggunakan heroin maka dosis metadon perlu ditingkatkan.
     c. UDS dapat dilakukan dengan kriteria:
         1) Secara acak, minimal 3 bulan sekali
         2) Pada keadaan tertentu: intoksikasi, withdrawal

3.12 Dosis yang Terlewat
         Hilangnya toleransi terhadap opiat yang secara klinis jelas dapat terjadi
     bila pasien tidak mengkonsumsi metadon walaupun hanya 3 hari. Karena
     alasan ini, maka bila pasien tidak datang ke klinik 3 hari berturut-turut atau
     lebih, perawat atau pekerja sosial yang bertugas harus melaporkan kepada
     dokter yang bertugas serta meminta pasien untuk ke dokter. Dokter
     memberikan dosis kembali ke dosis awal atau 50% dari dosis yang terakhir
     diberikan.
         Reevaluasi klinik harus dilakukan. Bila pasien tidak datang lebih dari 4
     hari maka dikembalikan kepada dosis awal. Bila pasien tidak datang lebih
     dari 3-6 bulan maka pasien dinilai ulang seperti pasien baru.

3.13 Dosis yang dimuntahkan
         Pada situasi tertentu, dosis yang baru ditelan mungkin dimuntahkan.
     Bila kejadian muntah itu disaksikan oleh petugas, dosis metadon dapat
     diganti sebagai berikut:
     Muntah terjadi < 10 menit sesudah dikonsumsi, ganti dosis hari itu
     sepenuhnya.
     Muntah 10-30 menit sesudah dikonsumsi, ganti 50% dosis hari itu.
     Muntah 30-45 menit sesudah dikonsumsi, ganti 25 % dosis hari itu.
     Muntah > 45 menit, tak ada penggantian.

3.14 Efek Samping
         Kemungkinan terjadinya efek samping yang berat biasanya terjadi
     ketika dokter sedang meningkatkan dosis. Efek samping yang biasanya
     terjadi adalah konstipasi, mengantuk, berkeringat, mual, muntah, masalah
     seksual, gatal-gatal, jerawat.

3.15 Overdosis metadon
        Bahaya utama karena overdosis adalah terhambatnya pernafasan yang
     dapat diatasi dengan memberikan naloxon HCl (Narcan) sesuai dengan
     SOP. Pemberian naloxson bisa sampai 24 jam karena waktu paruh
     metadon yang panjang karena itu pasien perlu perawatan di rumah sakit.




                                                                                18
3.16 Interaksi Obat
         Walaupun tidak terdapat kontra indikasi absolut pemberian suatu obat
     bersama metadon, beberapa jenis obat harus dihindarkan bila pasien
     mengkonsumsi metadon. Antagonis opiat harus dihindari. Barbiturat,
     efavirens, nevirapin, karbamazepin, estrogen, fenitoin, rifampisin,
     spironolakton, dan verapamil akan menurunkan kadar metadon dalam darah.
     Sebaliknya, amitriptilin, simetidin, dan flukonazol akan meningkatkan kadar
     metadon dalam darah. Etanol secara akut akan meningkatkan efek metadon
     dan metadon akan menunda eliminasi etanol.

3.17 Dikeluarkan dari program secara paksa
         Ada beberapa alasan yang perlu pertimbangan untuk mengeluarkan
     pasien dari program metadon, antara lain:
     a. Pasien mengancam keselamatan atau kenyamanan anggota staf, pasien
         lain atau seseorang yang berkaitan dengan mereka.
     b. Pasien terlibat dalam perilaku merusak di tempak milik program
         metadon.
     c. Pasien yang diketahui memperjualbelikan atau berbagi metadon dengan
         orang lain.
     d. Pasien yang diketahui mencuri metadon dari klinik atau melakukan
         tindak kriminal lain di lingkungan klinik.
     e. Semua keputusan untuk mengeluarkan pasien dari program harus
         berdasarkan keputusan dokter di klinik Lapas

         Penanganan pemutusan PTRM secara paksa, dosis diturunkan secara
     bertahap 15-30 mg selama 3-20 hari dan dapat dievaluasi ulang sebagaii
     peserta PTRM.

 3.18 Keadaan khusus
         Pasien yang diterapi metadon mungkin mengalami beberapa keadaan
      khusus berikut ini:
      a. Transfer ke buprenorfin

       Tabel 1. Konversi metadon ke buprenorfin
         Dosis metadon terakhir    Dosis Buprenorfin hari I     Dosis Buprenorfin hari
                                                                       berikut
          1-10 mg (8 mg atau >)               2 mg                      2-4 mg
           10-20 mg (8-16 mg)                 4 mg                      4-8 mg
           20-40 mg (<30 mg)                  4 mg                      6-8 mg
                 >60 mg           Transfer menunjukkan gejala
                                            putus zat

              Buprenorfin memiliki afinitas terhadap reseptor mu yang lebih
          besar dibanding metadon, namun kerjanya lebih lemah pada reseptor
          tersebut.
              Untuk dosis metadon diatas 60 mg diperlukan penurunan dosis
          terlebih dahulu dengan proses detoksifikasi bertahap, baru kemudian
          dikonversi ke dosis buprenorfin. Penurunan dosis metadon dilakukan
          dengan 2,5-5 mg per minggu.




                                                                                    19
b. Transfer ke Naltrekson
       Pemberian naltrekson pada pasien yang secara fisik tergantung
   pada opioid akan memperberat timbulnya gejala putus obat yang parah.
   Pasien yang diterapi metadon sebaiknya menjalankan detoksifikasi
   metadon, diikuti 14 hari bebas obat untuk memberi kesempatan
   eliminasi metadon dalam tubuh. Konsultasi para ahli diperlukan untuk
   menangani pasien seperti ini.

c. Pemindahan antar Lapas/Rutan
   1) Pada kasus tertentu, peserta dapat dipindahkan ke Lapas/Rutan lain
      dimana Lapas/Rutan tersebut sebaiknya telah memiliki layanan
      metadon. Jika tidak ada maka dilakukan langkah-langkah : (1)
      penurunan dosis secara cepat, (2) penyampaian informasi medis ke
      Lapas/Rutan yang dituju untuk mendapatkan pengobatan
      symptomatic
   2) Peserta yang dipindahkan akan dibekali dosis yang diperlukan
      selama dalam perjalanan. Petugas keamanan yang mengawal
      peserta akan bertanggungjawab atas dosis yang diberikan sampai
      peserta sampai ke tempat tujuan dan mendapatkan dosis metadon
      di tempat yang baru.

d. Peserta PTRM yang akan bebas dan tidak memiliki wali (keluarga)
   1) Diupayakan untuk mencarikan pengganti wali. Misalnya dari LSM
      yang bergerak dibidang HR
   2) Apabila tidak ada pengganti wali, sebelum bebas diturunkan
      dosisnya secara bertahap.
   3) Dapat dilakukan transfer ke buprenorfin

e. Dosis bawa pulang dapat diberikan pada peserta PTRM yang akan
   keluar dari lapas/rutan karena suatu sebab yang sah dan tidak bisa
   mendapatkan akses layanan PTRM secara cepat (maksimal 2 hari) dan
   dibekali surat keterangan dokter yang diketahui oleh kalapas/karutan
   atau yang mewakili
       Sebelum mulai memberikan dosis bawa pulang kriteria berikut ini
   harus dinilai :
   1) Secara klinis stabil : dosis sudah harus mencapai tingkat stabil.
   2) Pasien tampak stabil secara sosial, kognitif maupun emosional, hal
       mana perlu agar pasien dapat bertanggung jawab atas penyimpanan
       metadon dan penggunaannya.
   3) Lamanya pasien berada di program substitusi metadon: dosis bawa
       pulang tidak dianjurkan selama 1 bulan pertama dalam program
       rumatan metadon. Pemberian dosis bawa pulang dapat
       dipertimbangkan       bila    orangtua/keluarga     pasien      mau
       bertanggungjawab atas penyimpanan dan penggunaan dosis bawa
       pulang itu. Untuk itu orangtua/keluarga harus membuat pernyataan
       tertulis.
   4) Pasien menunjukkan sikap atau perilaku yang kooperatif dengan
       faktor penunjang lainnya seperti dukungan keluarga, kawan atau
       pendamping
   5) Alasan bawa pulang diperkuat dengan informasi dari keluarga



                                                                       20
6) Untuk kebijaksanaan memberikan dosis bawa pulang, hal yang
      perlu   diperhatikan adalah      agar  mewaspadai perilaku
      memperjualbelikan metadon di pasaran oleh pasien itu sendiri.
      Dosis bawa pulang ini tidak boleh menjadi sesuatu yang reguler,
      harus pada keadaan mendesak.

f. Peserta PTRM yang sedang Hamil, Neonatus, diagnosis ganda,
   Penyalahgunaan Napza tipe multiple, nyeri kronis diperlukan
   pertimbangan dokter ahli lainnya sesuai dengan keadaan/penyakit yang
   dialami/dideritanya.




                                                                    21
IV. MONITORING DAN EVALUASI

     A. Jenis Pencatatan dan Pelaporan
        1. Kartu identitas khusus
        2. Surat persetujuan
        3. Lembar evaluasi klinis
        4. Formulir registrasi
        5. Catatan harian
        6. Laporan bulanan
        7. Laporan semester
        8. Laporan tahunan

     B. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
        1. Pencatatan dilakukan di klinik Lapas/Rutan
        2. Pelaporan PTRM ditujukan ke Kanwil Depkumham setempat dengan tembusan
           ke Ditjen PAS cq Ditbinsustik.
        3. Pemakaian jumlah Metadon dilaporkan ke RS Pengampu

     C. Supervisi Program
        Supervisi dilakukan oleh Tim PTRM Pusat (Ditjen PAS), Tim PTRM RS Pengampu



V.   PENDANAAN
         Dana pelaksanaan PTRM dapat berasal dari APBN, APBD dan dana dari sumber
     lain yang tidak mengikat.




                                                                                    22
DAFTAR NAMA PENYUSUN


Pelindung             Drs. UNTUNG SUGIYONO, Bc.IP, MM
                      (Direktur Jenderal Pemasyarakatan)

Penanggung Jawab      1. Drs. IRSYAD BUSTAMAN, Bc.IP, M.Si
                         (Direktur Bina Khusus Narkotika)
                      2. Dr. JAMES BLOGG
                         (IHPCP – AusAID)

Tim Pelaksana
   1. Ketua:          Dr. HENDRA SALIM
                      (Kasubdit Perawatan Kesehatan Dit. Binsustik)

   2. Sekretaris:     1. Dra. EMI SULISTYATI
                         (Kasi Identifikasi Ketergantungan Narkoba Dit. Binsustik)
                      2. PATRI HANDOYO
                         (IHPCP – AusAID)

   3. Anggota:        SYAHRIR SUAIB, SH
                      (Kasubdit Bimbingan Hukum Dit. Binsustik)
                      Drs. WAHIDDIN, Bc.IP, M.Si
                      (Kasubdit Kemitraan)
                      Drs. PRASETYO, Bc.IP
                      (Kasubdit Pelayanan Sosial)
                      Dra. HERNA LUSY, MM
                      (Kasi Pendidikan dan Bimbingan Lanjutan)
                      SRIYATI
                      (Kasubag Tata Usaha)
                      TAUFIQURRAKHMAN, S.Sos, M.Si
                      (Kasi Perawatan Jasmani)
                      Dr. PUTU PRIMATANTI (Lapas Klas IIA Kerobokan Bali)
                      Dr. FINNAHARI (Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta)
                      Dr. RATNA WATI (Rutan Klas IIA Jakarta Timur)
                      DIAH AYU NOORSHINTA
                      ENDAR TRI A
                      MUTIA SARI

   4. Kontributor:    DR RATNA MARDIATI (Direktur RSKO)
                      MUQOWIMUL AMAN, Bc.IP, SH
                      (Kadiv Pemasyarakatan, Kanwil Depkumham Provinsi Banten)
                      Dr. ASLIATI (RS Fatmawati)
                      Dr. YULIA ANWAR (Puskesmas Kec. Jatinegara)
                      Dr. SUPANTO (Puskesmas Kec. Tanjung Priok)
                      HENRI PUTERANTO (ASA/FHI)
                      NURJANAH, SKM (P3ML, Depkes)
                      M. SUHARIN (ASA/FHI)




                                                                                     23
DAFTAR ISTILAH

Agitatif                   :   Gaduh / suka menantang
Analgesika                 :   Penghilang rasa sakit
Anoksia                    :   Kekurangan oksigen
Bioavailibilitas           :   Ketersediaan perjalanan obat di dalam tubuh
Craving                    :   Sugesti / keinginan yang sangat kuat untuk
                               mendapatkan zat
Dilatasi pupil             :   Pelebaran pupil
Disforia                   :   Perasaan sedih yang berlebih-lebihan
Edema                      :   Pembengkakan
Euforia                    :   Perasaan gembira yang berlebihan
Ginekomastia               :   Pembesaran payudara pada laki-laki
HCV                        :   Hepatitis C Virus
Hiperemia                  :   Kemerahan
HIV                        :   Human Immunodeficiency Virus
ICD – X                    :   International Criteria Diagnostic X
IDU                        :   Injecting Drug User
Intoksikasi                :   Keracunan / di bawah pengaruh zat / mabuk
Jantung Aritma             :   Denyut jantung yang tidak beraturan
Konstipasi                 :   Kesulitan susah buang air besar
Lakrimasi                  :   Produksi air mata yang belebihan
Masa Inkubasi              :   Masa masuknya kuman sampai timbul gejala
Miosis / Kontriksi Pupil   :   Penyempitan pupil
Motilitas                  :   Gerakan
P2PL                       :   Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Parenteral                 :   Melalui peredaran darah
Penasun                    :   Pengguna Napza Suntik
Piloereksi                 :   Berdirinya bulu-bulu halus / merinding
Prevalensi                 :   Angka kekerapan
Prognosis                  :   Kemungkinan untuk sembuh
Psikosis                   :   Gangguan jiwa
Pupil Pintpoin             :   Penyempitan pupil yang menyerupai satu titik
Rektal                     :   Melalui peredaran darah
Reseptor Opioidamu         :   Salah satu reseptor opiod di otak
Rinore                     :   Sekresi hidung yang berlebihan
Sedatif                    :   Menyebabkan kantuk
Spasme                     :   Kram, kejang, dan kaku
Surveillance               :   Pengumpulan data yang sistematis dan terus menerus
                               terhadap distribusi kecederungan infeksi penyakit atau
                               kejadian lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan dan
                               pemberantasan infeksi, penyakit atau kejadian kesehatan
                               dengan efektif.
Vasodilatasi               :   Pelebaran Pembuluh Darah




                                                                                      24
REFERENSI

1. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba pada
   Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di Indonesia 2005-2009
2. Permenko Kesra selaku Ketua KPA Nasional Nomor 02/PERMENKO/KESRA/I/2007
   tentang Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS melalui Pengurangan
   Dampak Buruk Penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Suntik
3. Surat Keputusan Menkes RI Nomor 494/MENKES/VII/2006 tentang Penetapan RS dan
   Satelit Uji Coba Pelayanan PTRM serta Pedoman PTRM
4. Kesepakatan Bersama Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI dan Direktur
   Jenderal Pemasyarakatan Depkumham RI tentang Pelaksanaan PTRM di Lapas dan
   Rutan Nomor SK. 00.01.3.1.2338 / E. 248.UM.06.07
5. Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon Departemen Kesehatan RI
6. HIV/AIDS Prevention Care, Treatment, and Support in Prison Settings: A Framework
   for an Effective National Response
7. WHO Guidelines for Methadone Substitution Therapy
8. Standard Operating Procedure of Methadone Substitution Therapy in Canada Prison
9. HIV in Prison: A Reader with Particular Relevance to the Newly Independent States




                                                                                       25
FORMULIR I

           Halaman Depan                     KARTU PASIEN
                                         NAMA RUTAN/LAPAS (logo)
                                          ALAMAT RUTAN/LAPAS
                                           TELEPON/FAX/EMAIL

                                                           No Reg. PTRM: _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _
                                                           (7 digit pertama: kode RS/Puskesmas Pengampu
                                                                                                Nasional)
         Nama:              __________________            No Rekam Medik: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

         Tanggal Lahir: __________________
                                                          Jenis Kelamin: L/P
         Umur:              __________________
         Tanggal Daftar: __________________


                                                          Dikeluarkan di _____________________
                         Pas Foto                         Tanggal __________________________


                         2 X 3 cm



                                                          (________________________________)
                                                                 Nama dan Tanda Tangan
                                                                 Penanggung Jawab PTRM
         Kartu ini berlaku dari tanggal _____ sd. ____ (1 tahun sejak pendaftaran)




           Halaman Belakang



         Perhatian:
             1. Bawalah Kartu Pasien ini, karena kartu ini adalah kunci untuk mencari berkas
                 Anda;
             2. Kartu Pasien ini merupakan identitas Anda sebagai peserta program terapi
                 rumatan metadon di klinik Lapas/Rutan __________;
             3. Laporkan kepada dokter Anda apabila mengalami komplikasi atau masalah
                 kesehatan/over dosis selama menjalankan terapi, agar menjadi catatan yang
                 tertulis di kartu ini;
             4. Jika hilang, harap segera menghubungi klinik PTRM;
             5. Jika menemukan kartu ini, mohon menghubungi/atau mengembalikan ke
                 alamat tersebut di balik halaman ini.




Ukuran dibuat seperti kartu identitas.
Jika ini diregistrasi nasional akan seperti sistem ARV




                                                                                                            26
FORMULIR II

 Halaman Depan


LEMBAR KUNJUNGAN HARIAN

                                                           No. Reg. PTRM: _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _
                                                           (7 digit pertama: kode RS/Puskesmas Pengampu Nasional)
                                                           No. Rekam Medik: ……………………………………………………………..




Nama:                    ____________________________________
Tanggal Lahir:           _________/_____________/____________
Umur:                    _______thn
Jenis Kelamin:           L/P                                                               Pas Foto
Alamat Rumah:            ____________________________________
                         ____________________________________
                         ____________________________________                              2 X 3 cm
Telepon:                 ____________________________________




Catatan:
Formulir B ini merupakan halaman paling depan dari berkas pasien. Di bagian
map depan pasien letakkan juga pas foto




                                                                                                                    27
Halaman Berikutnya

                        FORMULIR PENGGUNAAN METADON HARIAN


NAMA LAPAS/RUTAN:       ________________________________________
ALAMAT:                 ________________________________________
                        ________________________________________
TELEPON/FAX/EMAIL:      ________________________________________

                                      No. Reg. PTRM: _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _
                                      (7 digit pertama: kode RS/Puskesmas Pengampu Nasional)
                                      No. Rekam Medik: ……………………………………………………………..

Nama:                   _______________________
Umur:                   ____ thn
Jenis Kelamin:          L/P


                 Hari    Dosis    Tanda Tangan          Tanda Tangan
   Tanggal                                                                         Catatan
                 ke-     (mg)        Pasien                Petugas




                                                                                               28
FORMULIR III

                                                                                               Nama Lapas/Rutan
                                                                                                          Alamat
                                                                                               Telepon/Fax/Email


                                             SURAT PERSETUJUAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama:                       ___________________________________________________
Umur:                       ___________________________________________________
Jenis Kelamin:              ___________________________________________________
Alamat Rumah:               ___________________________________________________
Telepon:                    ___________________________________________________
No. Reg. PTRM:              ___________________________________________________
No. Rekam Medik:            ___________________________________________________

Setelah mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh staf PTRM dan memahami program tersebut,
saya ingin secara sukarela menjalani program terapi metadon, dan akan mematuhi semua tata
tertib dan peraturan PTRM.

(spasi yang agak lebar untuk keperluan pengecapan penelitian)


                                                          ___________________, ___________________20___

                                                                        Disaksikan oleh:
        Nama dan Tanda Tangan Pasien:                          Nama dan Tanda Tangan Orang Tua /
                                                                Penanggung Jawab / Pendamping
                                                                      (bila pasien setuju):




________________________________________                  ________________________________________
 (....................................................)    (....................................................)

              Dokter yang Bertugas:




________________________________________
 (....................................................)




                                                                                                                    29
PENJELASAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON

   1. Metadon adalah suatu opiat sintetik yang menyebabkan pasien akan mengalami
       ketergantungan fisik. Jika ia berhenti mengkonsumsi metadon secara tiba-tiba, ia akan
       mengalami gejala putus zat;
   2. Terapi metadon merupakan suatu terapi pengganti opioid bagi orang yang memiliki
       ketergantungan kronis terhadap opioid selama kurun waktu lebih dari satu tahun;
   3. Terapi metadon bertujuan untuk mencegah/mengendalikan penularan infeksi HIV, Hepatitis
       B dan C yang rentan ditularkan melalui pemakaian jarum suntik bersama;
   4. Metadon diberikan dalam bentuk cair dengan cara diminum dan ditelan di hadapan petugas;
   5. Metadon merupakan obat keras golongan narkotik yang pemakaiannya harus dengan
       pengawasan dokter. Metadon dapat menimbulkan overdosis jika digunakan oleh
       anak/dewasa yang tidak memiliki toleransi terhadap opiat;
   6. Jika digunakan secara benar dan dengan pengawasan dokter, terapi metadon dapat
       membantu menghilangkan kebiasaan memakai opioda, mengurangi tingkat kriminalitas, dan
       membantu memperbaiki hubungan pasien di lingkungan sosialnya;
   7. Jika terjadi overdosis, pasien/keluarga/orang terdekat harus segera menghubungi
       dokter/petugas kesehatan;
   8. Efek samping yang biasanya terjadi adalah sulit buang air besar, mengantuk, berkeringat,
       mual dan muntah. Ketika pertama kali mendapat metadon dan peningkatan dosis,
       disarankan sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor dan tidak mengoperasikan
       mesin;
   9. Program terapi rumatan metadon memerlukan waktu beberapa tahun;
   10. Pasien dapat dikeluarkan secara paksa apabila melanggar aturan-aturan dari PTRM sesuai
       dalam pedoman nasional.




                                                                                           30
FORMULIR IV

                                                                                     Nama Lapas/Rutan
                                                                                                Alamat
                                                                                     Telepon/Fax/Email

                                   PROGRAM TERAPI METADON

                                     LEMBAR EVALUASI KLINIS

Identitas Pasien:

Nama: __________________________________          Jenis Kelamin: P / L
Umur: __________________________________          Pendidikan Terakhir: _____________________
Agama: _________________________________          Kewarganegaraan: _______________________
Pekerjaan: ______________________________
Status Perkawinan: _______________________        Alamat teman dekat / pendamping (jika
Alamat Lengkap: _________________________         pasien setuju)
________________________________________
________________________________________          No. Ponsel: _____________________________
________________________________________
Telepon: ________________________________
Nomor Urut Kelahiran:
Anak nomor ____ dari _____ bersaudara
Pekerjaan Ayah: _________________________         Pekerjaan Ibu: ___________________________

Status ekonomi sebaiknya di lembar terpisah dan dinilai oleh pekerja sosial


Riwayat Penggunaan Zat:
          Jenis Zat              Temb.    Alko.   Ganj.   Benz.   Amfe.       Koka    Halu.   Inha.
Pernah pakai?
Umur pertama kali pakai?
Pakai dalam satu tahun
terakhir?
Pakai dalam satu bulan
terakhir?
Cara pakai?
Berapa banyak?


Riwayat Penggunaan Opioid Sebelumnya:

Berapa lama? ______________________________________________________________________
Jenisnya? _________________________________________________________________________
Umur pertama kali menggunakan? ____________________________________________________
Umur berapa menggunakan opioid secara teratur? _______________________________________
Berapa banyak per hari sebulan terakhir? ______________________________________________
Cara menggunakan? ________________________________________________________________

Apakah pernah menjalani detoksifikasi?
YA      TIDAK*
Jika YA, berapa kali?                  Rawat jalan: ____________________________________
                                       Rawat inap: _____________________________________



                                                                                                      31
Apakah pernah mengikuti program rehabilitasi?
YA      TIDAK*
Jika YA, berapa kali?               Dimana? ________________________________________

Apakah pernah mengikuti program rumatan metadon sebelumnya?
YA      TIDAK*
Jika YA, berapa kali?               Dimana? ________________________________________

Apakah pernah mengikuti program rumatan buprenorfin?
YA      TIDAK*
Jika YA, berapa kali?               Dimana? ________________________________________

Apakah pernah mengikuti program terapi naltrekson?
YA      TIDAK*
Jika YA, berapa kali?                Dimana? ________________________________________


Masalah Mediko-Psiko-Sosial:

Apakah pernah menderita suatu komplikasi medik akibat penggunaan zat psikoaktif?
YA      TIDAK*
Jika YA, sebutkan: _________________________________________________________________

Apakah pernah mengalami overdosis sebelumnya?
YA      TIDAK*
Jika YA, disebabkan oleh obat apa? Sebutkan: __________________________________________

Apakah terdapat ko-morbiditas psikiatrik?
YA      TIDAK*
Jika YA, sebutkan: _________________________________________________________________

Apakah terdapat stresor psikososial?
YA      TIDAK*
Jika YA, sebutkan: _________________________________________________________________

Apakah pernah terlibat masalah pelanggaran hukum dan ditahan (penjara) berkaitan langsung
dengan penggunaan zat psikoaktif?
YA      TIDAK*
Jika YA, sebutkan jenis zat psikoaktif tersebut: _________________________________________
Faktor Resiko Seksual: (jika pasien mau menjawab hal ini)
  * lingkari pilihan
Apakah pernah berhubungan seksual?
YA       TIDAK
Jika YA, dengan siapa? Sebutkan: _____________________________________________________
Lalu isi tabel di bawah ini:

                                             Menggunakan Kondom**
      Kriteria
                           Tidak Pernah             Selalu                Kadang-kadang
Pasangan hidup
Pacar
Teman
PSK

Faktor Resiko Menyuntik:                                  ** tandai pilihan dengan (X)

Apakah pernah saling meminjam alat suntik?
YA      TIDAK
Jika YA, dengan berapa banyak orang?
a. 1 orang     b. 2-10 orang c. > 10 orang



                                                                                             32
Jika berbagi jarum/peralatan suntik lainnya, apakah Anda mensterilkannya terlebih dahulu sebelum
menyuntik diri sendiri?
YA      TIDAK

Apakah pernah mendapat transfusi darah?
YA      TIDAK
Jika YA, sebutkan untuk alasan apa: __________________________________________________


Hasil Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran:                                                 Frekuensi nadi:

Keadaan umum:                                              Frekuensi nafas:

Tekanan darah:                                             Berat badan:


Status Generalis:
(terutama injecting site and soft tissue infection, liver condition, limfadenopati)

Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
(tidak wajib, namun dapat menjadi pertimbangan bila ada indikasi)
    - Urine drug screen:
    - Tes fungsi hati:
    - Tes kehamilan:
    - Tes HIV:
    - Tes Hepatitis B dan C:

Pemeriksaan Sinar Tembus (atas indikasi)

Pemeriksaan Lain (atas indikasi)

Hasil Pemeriksaan Mental/Psikiatris (jika ada indikasi)

Hasil Tes Psikologis (jika diperlukan)

Evaluasi Sosial:

    -    Riwayat pekerjaan:
    -    Riwayat pendidikan:
    -    Lingkungan rumah:
    -    Berapa jumlah anak?


Diagnosis:


Rencana Terapi:




.......................................,.............20.....
Diisi oleh Dr. ............................................


Tanda Tangan




                                                                                             33
FORMULIR V

                      LAPORAN BULANAN PENGGUNAAN METADON CAIR

                                 BOTOL:                 MG/ML

Nama Rutan/Lapas                                                          Bulan: _______
Alamat                                                                    Tahun: _______

                                                           Pema-
                     Pemasukan                    Jml               Total
     Stok                                                   Kaian            Stok
No          Satuan                               Keselu             Pema-                Ket
     Awal                          Sum    Jum              Jml               Akhir
                                                 ruhan              Kaian
                                   ber     lah             Pasien
1     2       3          4          5      6      2+6           8     9      (2+6) – 9   10




__________, __________________20 ____
PENANGGUNG JAWAB PTRM
(Apoteker/Dokter)




(__________________________)
SIK/SID: __________________




                                                                                               34
FORMULIR VI

                                                                             Nama Lapas/Rutan
                                                                                        Alamat
                                                                             Telepon/Fax/Email


                                              LAPORAN BULANAN
                                         Bulan: __________________
                                        Tahun: ___________________

Jumlah Pasien:
Jumlah pasien pada akhir bulan lalu
Jumlah pasien baru
Jumlah pasien drop out*
Jumlah pasien pindah
Jumlah pasien ditahan polisi
Jumlah pasien meninggal dunia
Jumlah pasien dikeluarkan
Jumlah pasien pada akhir bulan ini
Jumlah pasien dalam terapi ARV
Jumlah pasien dalam terapi TB
Jumlah pasien dalam terapi ARV & TB
*drop out: tidak minum obat dalam waktu 7 hari berturut-turut tanpa alasan



Rincian Penyebab Kematian (dilaporkan tiap 3 bulan)
Sebab Kematian                                            Jumlah
a. Overdosis
b. Kecelakaan
c. Perkelahian
d. Lain-lain, sebutkan:
- .......................................................
- .......................................................
- .......................................................
- .......................................................
- .......................................................
- .......................................................




                                                                                           35
FORMULIR VII

                                                                                  Nama Lapas/Rutan
                                                                                             Alamat
                                                                                  Telepon/Fax/Email


                             Rekapitulasi Pelayanan Penunjang Terapi Metadon
                                           Bulan..... Tahun 20....



                                         Jumlah Pasien yang
             Kegiatan                                                          Catatan
                                         Mengikuti/Diperiksa

VCT Pre-test

VCT Post-test

Kelompok Dukungan Sebaya

Lain-lain:

...................................

...................................




                                                                                                36
FORMULIR VIII

                                                                            Nama Lapas/Rutan
                                                                                       Alamat
                                                                            Telepon/Fax/Email



                       FORMULIR PELAPORAN INSIDEN (bagian dari SOP)




Staf penanggung jawab pelaporan: ____________________________________________________


Tanggal, waktu, dan lokasi insiden: ___________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________


Deskripsi insiden: __________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________


Tindakan yang diambil pada saat itu, dan tindakan selanjutnya: ___________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________


Anjuran tindakan: __________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________




Tanda tangan: _________________________ (Koordinator Program/Lapangan)




                                                                                             37
PEDOMAN PTRM

More Related Content

What's hot

Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)mataram indonesia
 
Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker Surya Amal
 
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_LinaNadhilah2
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obatnisha althaf
 
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahgunaPeranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahgunaHerrupribadi77
 
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Ulfah Hanum
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekAlbertus Beny
 
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiLiaManggraSari
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
 
Home pharmacy care
Home pharmacy careHome pharmacy care
Home pharmacy careHelenWidaya
 
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020dinasintia
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasLinaNadhilah2
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Ulfah Hanum
 

What's hot (18)

Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
 
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
 
Home care
Home careHome care
Home care
 
Pengembangan obat herbal
Pengembangan obat herbalPengembangan obat herbal
Pengembangan obat herbal
 
Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker
 
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
 
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahgunaPeranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
Peranan kementerian kesehatan dalam kebijakan nasional rehabilitasi penyalahguna
 
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
 
Home pharmacy care
Home pharmacy careHome pharmacy care
Home pharmacy care
 
Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...
Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...
Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...
 
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013
 

Viewers also liked

Withdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life SupportsWithdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life Supportsari purwahyudi nugroho
 
Pertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional 2015 rs new
Pertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional   2015 rs newPertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional   2015 rs new
Pertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional 2015 rs newsablon plastik
 
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFINPENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFINSketchpowder, Inc.
 
Juknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di PenjaraJuknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di PenjaraIrene Susilo
 
Formulir deteksi dini hais 2013
Formulir deteksi dini hais 2013Formulir deteksi dini hais 2013
Formulir deteksi dini hais 2013Hadjiman Wh
 
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rsKepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rsAlbertus Beny
 
Bengkel las ketok surat keterangan
Bengkel las ketok surat keteranganBengkel las ketok surat keterangan
Bengkel las ketok surat keteranganArya Ningrat
 
Panduan manual pengalaman belajar lapangan 2014-1
Panduan manual pengalaman belajar lapangan  2014-1Panduan manual pengalaman belajar lapangan  2014-1
Panduan manual pengalaman belajar lapangan 2014-1Sirajamaspul Bambapuang
 
Laporan kkp almudatstsir
Laporan kkp almudatstsirLaporan kkp almudatstsir
Laporan kkp almudatstsirAl Yasier
 
Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]
Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]
Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]guesteda25a3
 
standar pelayanan pemasyarakatan
standar pelayanan   pemasyarakatanstandar pelayanan   pemasyarakatan
standar pelayanan pemasyarakatanLukman Agung Widodo
 

Viewers also liked (20)

Withdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life SupportsWithdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life Supports
 
Contoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rmContoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rm
 
FORM SURAT PERNYATAAN
FORM SURAT PERNYATAANFORM SURAT PERNYATAAN
FORM SURAT PERNYATAAN
 
Residensi Thailand
Residensi ThailandResidensi Thailand
Residensi Thailand
 
Pertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional 2015 rs new
Pertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional   2015 rs newPertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional   2015 rs new
Pertemuan evaluasi pelaksanaan jkn kis tk nasional 2015 rs new
 
Status present
Status presentStatus present
Status present
 
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFINPENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
 
Tata laksana dbd 3
Tata laksana dbd 3Tata laksana dbd 3
Tata laksana dbd 3
 
Lampiran tugas-belajar
Lampiran tugas-belajarLampiran tugas-belajar
Lampiran tugas-belajar
 
Juknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di PenjaraJuknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
 
Formulir deteksi dini hais 2013
Formulir deteksi dini hais 2013Formulir deteksi dini hais 2013
Formulir deteksi dini hais 2013
 
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rsKepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
Kepmenkes no. 129 th 2008 standar pelayanan minimal rs
 
Bengkel las ketok surat keterangan
Bengkel las ketok surat keteranganBengkel las ketok surat keterangan
Bengkel las ketok surat keterangan
 
Panduan manual pengalaman belajar lapangan 2014-1
Panduan manual pengalaman belajar lapangan  2014-1Panduan manual pengalaman belajar lapangan  2014-1
Panduan manual pengalaman belajar lapangan 2014-1
 
Contoh informed choise
Contoh informed choiseContoh informed choise
Contoh informed choise
 
Laporan kkp almudatstsir
Laporan kkp almudatstsirLaporan kkp almudatstsir
Laporan kkp almudatstsir
 
Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011
 
Teknik fasilitasi
Teknik fasilitasiTeknik fasilitasi
Teknik fasilitasi
 
Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]
Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]
Electrolyte Analyzer.Pptx [Autosaved]
 
standar pelayanan pemasyarakatan
standar pelayanan   pemasyarakatanstandar pelayanan   pemasyarakatan
standar pelayanan pemasyarakatan
 

Similar to PEDOMAN PTRM

PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
PERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATANPERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATAN
PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATANHerrupribadi77
 
Kepmen kes no420 narkoba
Kepmen kes no420 narkobaKepmen kes no420 narkoba
Kepmen kes no420 narkobacubeg
 
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01Amphie Yuurisman
 
Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...
Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...
Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...AntiNarkoba.com
 
Mahasiswa dan Bahaya Narkotika
Mahasiswa dan Bahaya NarkotikaMahasiswa dan Bahaya Narkotika
Mahasiswa dan Bahaya NarkotikaAntiNarkoba.com
 
LAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptx
LAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptxLAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptx
LAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptxUripKuduSabar
 
Draft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi NapzaDraft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi NapzaPersonal
 
Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...
Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...
Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...Ardhany Rc
 
Kuliah umum bebas narkoba
Kuliah umum bebas narkobaKuliah umum bebas narkoba
Kuliah umum bebas narkobaKata M
 
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCPharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCSainal Edi Kamal
 
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenMakalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenNoveldy Pitna
 
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)Ditya Permana Adi
 
1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx
1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx
1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptxssuser1a94271
 
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Sketchpowder, Inc.
 
Hiv dadang kesra 2013
Hiv dadang kesra 2013 Hiv dadang kesra 2013
Hiv dadang kesra 2013 Dadang otrismo
 
Riset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokok
Riset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokokRiset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokok
Riset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokokindonesiaheart
 

Similar to PEDOMAN PTRM (20)

PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
PERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATANPERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATAN
PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
 
Kepmen kes no420 narkoba
Kepmen kes no420 narkobaKepmen kes no420 narkoba
Kepmen kes no420 narkoba
 
Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)
Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)
Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)
 
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
 
Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...
Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...
Potret efektifitas rehabilitasi penyalahgunaan narkotika di lembaga permasyar...
 
Buku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakauBuku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakau
 
Mahasiswa dan Bahaya Narkotika
Mahasiswa dan Bahaya NarkotikaMahasiswa dan Bahaya Narkotika
Mahasiswa dan Bahaya Narkotika
 
LAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptx
LAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptxLAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptx
LAPORAN TUNGGUL P2PTM-1.pptx
 
hasil_lit_bnn_2015
hasil_lit_bnn_2015hasil_lit_bnn_2015
hasil_lit_bnn_2015
 
Draft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi NapzaDraft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi Napza
 
Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...
Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...
Kajian dampak pengabaian hak rehabilitasi dalam proses pengadilan di 5 kota (...
 
Kuliah umum bebas narkoba
Kuliah umum bebas narkobaKuliah umum bebas narkoba
Kuliah umum bebas narkoba
 
BAHAN BNN.pptx
BAHAN BNN.pptxBAHAN BNN.pptx
BAHAN BNN.pptx
 
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCPharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
 
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenMakalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
 
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
Pedoman Nasional Pengobatan Antiretroviral (ART)
 
1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx
1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx
1.KASIE BNN_REHAB NAPZA 2021.pptx
 
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
 
Hiv dadang kesra 2013
Hiv dadang kesra 2013 Hiv dadang kesra 2013
Hiv dadang kesra 2013
 
Riset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokok
Riset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokokRiset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokok
Riset kesehatan dasar 2010 (penggunaan tembakau dan rokok
 

More from Sketchpowder, Inc.

Ilustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi NapzaIlustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi NapzaSketchpowder, Inc.
 
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationCommunity Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationSketchpowder, Inc.
 
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011Sketchpowder, Inc.
 
Refleksi transformatif war on drugs cover preview
Refleksi transformatif war on drugs   cover previewRefleksi transformatif war on drugs   cover preview
Refleksi transformatif war on drugs cover previewSketchpowder, Inc.
 
Intuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company ProfileIntuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company ProfileSketchpowder, Inc.
 
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah PenjajakanLayanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah PenjajakanSketchpowder, Inc.
 
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan Indonesia
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan IndonesiaHunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan Indonesia
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan IndonesiaSketchpowder, Inc.
 
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnyaMengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnyaSketchpowder, Inc.
 
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...Sketchpowder, Inc.
 
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza SuntikPanduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza SuntikSketchpowder, Inc.
 
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi IndonesiaHarm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi IndonesiaSketchpowder, Inc.
 
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba SuntikDokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba SuntikSketchpowder, Inc.
 
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009Sketchpowder, Inc.
 
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan
Protokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  PenyiksaanProtokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  Penyiksaan
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang PenyiksaanSketchpowder, Inc.
 
ADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGS
ADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGSADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGS
ADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGSSketchpowder, Inc.
 

More from Sketchpowder, Inc. (20)

Ilustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi NapzaIlustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi Napza
 
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationCommunity Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
 
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
 
Refleksi transformatif war on drugs cover preview
Refleksi transformatif war on drugs   cover previewRefleksi transformatif war on drugs   cover preview
Refleksi transformatif war on drugs cover preview
 
Intuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company ProfileIntuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company Profile
 
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah PenjajakanLayanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
 
Perempuan di Lingkar Napza
Perempuan di Lingkar NapzaPerempuan di Lingkar Napza
Perempuan di Lingkar Napza
 
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan Indonesia
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan IndonesiaHunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan Indonesia
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan Indonesia
 
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnyaMengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
 
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
 
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza SuntikPanduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
 
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi IndonesiaHarm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
 
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba SuntikDokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
 
12 Concepts Anonymous
12 Concepts Anonymous12 Concepts Anonymous
12 Concepts Anonymous
 
Upah, Harga, dan Laba
Upah, Harga, dan LabaUpah, Harga, dan Laba
Upah, Harga, dan Laba
 
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
 
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan
Protokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  PenyiksaanProtokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  Penyiksaan
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan
 
Make Heroin Legal
Make Heroin LegalMake Heroin Legal
Make Heroin Legal
 
Pajak Tangkal Kejahatan
Pajak Tangkal KejahatanPajak Tangkal Kejahatan
Pajak Tangkal Kejahatan
 
ADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGS
ADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGSADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGS
ADDICTED TO PROFIT - CAPITALISM AND DRUGS
 

Recently uploaded

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

PEDOMAN PTRM

  • 1. Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Tahun 2007
  • 2. PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN RUMAH TAHANAN NEGARA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN TAHUN 2007
  • 3. S A M B U T A N DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan dan rahmat-Nya penyusunan Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan dapat terselesaikan. Buku ini merupakan panduan untuk menyempurnakan pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon yang telah dilaksanakan di 3 (tiga) Lapas/Rutan Indonesia dan direncanakan akan diperluas upaya implementasinya di beberapa Lapas/Rutan lainnya. Terbitnya buku ini menunjukkan bahwa Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berupaya keras untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dan HIV&AIDS di Lapas/Rutan melalui upaya yang komprehensif dan menyeluruh. Berbagai upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah tertuang pada Strategi Nasional Penanggulangan HIV&AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas/Rutan Tahun 2005 – 2009. Program Terapi Rumatan Metadon merupakan salah satu bentuk program dengan pendekatan Pengurangan Dampak Buruk yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pengguna narkoba (heroin) suntik (penasun) sehingga para penasun dapat beraktivitas secara normal dan produktif, sehingga dapat menekan tingkat kriminalitas. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan merupakan upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, bekerjasama dengan Indonesia HIV/AIDS Prevention and Care Project (IHPCP) Phase II dan didukung oleh Departemen Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dengan kontributor lainnya, untuk memberikan panduan Tim PTRM Lapas/Rutan dalam layanan yang berkualitas dan berkesinambungan bagi narapidana dan tahanan dengan ketergantungan narkoba suntik. Buku Pedoman ini merupakan petunjuk tehnis bagi petugas dalam memberikan pelayanan Program Terapi Rumatan Metadon; dengan demikian Tim Pelaksana di Lapas/Rutan dapat mengetahui secara tepat kriteria apa saja yang diperlukan dalam memberikan Terapi Rumatan Metadon bagi narapidana dan tahanan penasun. Dengan adanya petunjuk teknis Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan diharapkan agar semua pihak yang tergabung dalam Tim PTRM, baik di lingkungan Pusat maupun di Lapas/Rutan dapat meningkatkan akselerasi kerja secara lebih sistematis dan komprehensif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan HIV&AIDS. Sebagai penutup kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan. Dengan demikian upaya yang dilakukan dalam memberikan layanan terapi rumatan methadone yang berkualitas dan berkesinambungan bagi narapidana dan tahanan penyalahguna narkoba dapat berhasil sesuai dengan harapan. Jakarta, 29 Oktober 2007 1
  • 4. SAMBUTAN SEKRETARIS KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL Dalam Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-2010 telah ditetapkan tujuan umum penanggulangan adalah: untuk mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat. Salah satu kelompok berisiko yang perlu akses pada program pencegahan penularan HIV dan peningkatan kualitas hidup ODHA adalah narapidana dan tahanan, karena diantara mereka sudah ada yang ditemukan HIV positif dan meninggal dengan gejala AIDS. Kasus HIV dan AIDS di Lapas/Rutan diketahui pada saat narapidana atau tahanan yang baru masuk dan sudah terinfeksi HIV maupun terjadinya penularan HIV karena perilaku beresiko seperti melalui hubungan seksual tidak aman dan penggunaan jarum suntik secara bergantian di dalam Lapas/Rutan. Hal ini terlihat dari data tahun ke tahun yang mengalami peningkatan kasus sebagaimana estimasi nasional populasi rawan terinfeksi HIV yang menyebutkan bahwa dari jumlah ODHA 167.000-217.000 pada tahun 2006 ternyata 3% diantaranya adalah narapidana dan tahanan. Peraturan Menteri Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Narkoba Suntik (Harm Reduction) menetapkan bahwa salah satu program pencegahan penularan HIV di kalangan pengguna napza suntik adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa: lingkup pelaksanaan Program Harm Reduction meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan prioritas wilayah-wilayah epidemi dengan jumlah penasun yang tinggi termasuk di dalam Lapas dan Rutan serta di fasilitas pemulihan napza. Sehingga dibutuhkan penyusunan dan penerbitan Buku Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan. Dan diharapkan buku pedoman ini akan semakin mendorong perluasan layanan; peningkatan cakupan dan kualitas layanan PTRM di Lapas/Rutan untuk menghindari infeksi HIV serta memberikan pelayanan bagi yang sudah terinfeksi HIV. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyampaikan penghargaan yang setinggi- tingginya dan terima kasih atas upaya Departemen Hukum dan HAM RI khususnya Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk mengendalikan dan menurunkan laju epidemi AIDS di dalam Lapas/Rutan. Semoga upaya penanggulangan ini dapat menyelamatkan generasi muda bangsa Indonesia. Amin. Jakarta, 30 Oktober 2007 2
  • 5. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan hidayah-Nya Buku Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan dapat diselesaikan. Buku ini merupakan salah satu penjabaran dan tindak lanjut dari Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) di Indonesia Tahun 2005 – 2009. Program Terapi Rumatan Metadon merupakan salah satu dari 12 (dua belas) upaya Harm Reduction atau Pengurangan Dampak Buruk. Pada beberapa Negara program ini telah diimplementasikan pada tingkat masyarakat dan Lapas/Rutan dengan hasil yang signifikan memuaskan dapat mengurangi tingkat ketergantungan penasun sehingga mereka dapat beraktivitas kembali secara optimal. Keberhasilan inilah yang mendorong Direktorat Jenderal Pemasyarakatan – Departemen Hukum dan HAM RI untuk mengimplementasikannya di beberapa Lapas/Rutan sejak tahun 2005 dan direncanakan dikembangkan di sejumlah Lapas/Rutan lainnya. Sejalan dengan peningkatan jumlah narapidana dan tahanan kasus narkoba, khusus yang berlatar belakang pengguna narkoba jenis heroin yang menggunakan jarum suntik (penasun), pada gilirannya berdampak pula pada peningkatan angka penularan penyakit seperti hepatitis dan HIV&AIDS. Untuk dapat melaksanakan Program Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan dengan baik diperlukan buku pedoman; maka atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Indonesia HIV/AIDS Prevention and Care Project (IHPCP) Phase II bersama para kontributor lintas sektoral dengan referensi Departemen Kesehatan RI disusunlah buku pedoman dimaksud untuk dapat dijadikan pedoman bagi petugas PTRM Lapas/Rutan dalam pemberian pelayanan terapi rumatan metadon bagi narapidana dan tahanan yang berkesinambungan. Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Buku Pedoman Terapi Rumatan Metadon di Lapas/Rutan, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Meskipun demikian kami sadari bahwa buku ini masih perlu disempurnakan sesuai dengan dengan perkembangan upaya penanggulangan ketergantungan narkoba. Semoga segala upaya yang dilakukan bersama dalam menanggulangi peredaran gelap narkoba dan penularan HIV/AIDS di Lapas/Rutan, terutama penurunan tingkat ketergantungan narapidana dan tahanan pengguna narkoba (heroin) suntik dapat terealisasi dan mendapat limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin. 29 3
  • 6. DAFTAR ISI Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan................................................................... 1 Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional........................................ 2 Kata Pengantar.................................................................................................................. 3 Daftar Isi........................................................................................................................... 4 I. Pendahuluan A. Latar Belakang.................................................................................................. 5 B. Dasar Hukum.................................................................................................... 7 C. Tujuan............................................................................................................... 7 D. Sasaran.............................................................................................................. 7 II. Tinjauan Pustaka A. Profil Penyalahgunaan Heroin.......................................................................... 8 B. Farmakologi Heroin.......................................................................................... 10 C. Farmakologi dan Farmakokinetik Metadon...................................................... 10 D. Penyakit-penyakit Penyerta akibat Penggunaan Jarum Suntik Tidak Steril..... 11 III. Pelaksanaan A. Advokasi dan KIE Internal Lapas/Rutan tempat Dilaksanakan PTRM........... 13 B. Sosialisasi PTRM.............................................................................................. 13 C. Persiapan........................................................................................................... 13 D. Mekanisme 1. Ketersediaan Metadon di PTRM Lapas/Rutan............................................. 14 2. Jadwal Pemberian Metadon.......................................................................... 15 3. Penatalaksanaan............................................................................................ 15 IV. Monitoring dan Evaluasi.......................................................................................... 22 V. Pendanaan................................................................................................................. 22 Daftar Nama Penyusun..................................................................................................... 23 Daftar Istilah..................................................................................................................... 24 Daftar Referensi................................................................................................................ 25 Lampiran Formulir I. Kartu Pasien........................................................................................... 26 Formulir II. Lembar Kunjungan Harian................................................................... 27 Formulir III. Surat Persetujuan................................................................................. 29 Formulir IV. Lembar Evaluasi Klinis...................................................................... 31 Formulir V. Laporan Bulanan Penggunaan Metadon Cair...................................... 34 Formulir VI. Laporan Bulanan................................................................................. 35 Formulir VII. Rekapitulasi Pelayanan Penunjang Terapi Metadon......................... 36 Formulir VIII. Formulir Pelaporan Insiden.............................................................. 37 4
  • 7. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat dunia menghadapi permasalahan kemanusiaan yang memiliki akibat multidimensional dan berpotensi mengancam kehidupan individu dan masyarakat, yaitu peningkatan penyalahgunaan narkoba dan penyebaran virus HIV-AIDS secara cepat, khususnya di kalangan penyalahguna narkoba suntik (IDU). Dilaporkan pada tahun 2005 terdapat estimasi sebesar 38.6 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Setidaknya sekitar 4.1 juta orang telah terinfeksi baru dan sekitar 2.8 juta orang telah meninggal karena AIDS. Di Indonesia sendiri peningkatan jumlah IDU yang sangat cepat pada tahun- tahun terakhir sudah mencapai tahap yang memprihatinkan terutama terkait HIV- AIDS. Belum ada angka riil mengenai angka pengidap HIV-AIDS saat ini. Namun berdasarkan surveillance oleh Depkes menunjukkan tren penularan HIV melalui narkotika suntik mengalami peningkatan pesat dari tahun 1999 sampai 2002. Kemudian data dari Departemen Kesehatan November 2006 mengemukakan fakta bahwa pengguna narkotika suntik di Indonesia yang terinfeksi HIV cukup tinggi yaitu 46%. Oleh karena itu program penanggulangan dampak buruk dari penularan narkotika suntik (harm reduction) mutlak diperlukan. Salah satu pendekatan harm reduction adalah terapi substitusi dengan metadon dalam sediaan cair, dengan cara diminum. Hal tersebut dikenal sebagai Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang dulunya dikenal dengan Program Rumatan Metadon (PRM). Pengembangan metadon sendiri di Indonesia dimulai di RSKO dan RS Sanglah. Upaya penanggulangan dampak buruk narkotika suntik ini tidak hanya sebatas di lakukan di masyarakat luar namun juga perlu pada Lapas/Rutan, karena Lapas/Rutan merupakan miniatur dari masyarakat luar. Oleh sebab itu permasalahan IDU di masyarakat juga terjadi di Lapas/Rutan. Selanjutnya perkembangan HIV- AIDS tidaklah terbatas pada masyarakat umum, Lapas/Rutan pun tidak terlepas dari penularan virus tersebut. Fenomena ini terlihat pada tahun 2002, dimana Dinkes Propinsi Bali pernah melakukan sebuah sero-surveillance di Lapas Kerobokan, yang menunjukkan bahwa pada dari 78 warga binaan yang juga IDU telah dites, hasilnya 40 diantaranya adalah positif HIV. Penyebaran ini melebihi 50%. Tes HIV tidak dilakukan secara rutin pada awal masuk Lapas/Rutan. Kebanyakan narapidana yang ODHA memperoleh virus HIV-AIDS di luar sebelum masuk Lapas/Rutan. Selanjutnya risiko penularan terjadi melalui alat suntik bersama dan seks tidak aman sangat besar. Karena menurut studi dari seluruh dunia menunjukkan bahwa banyak narapidana memiliki permasalahan penyalahgunaan narkoba termasuk penggunaan jarum suntik juga terjadi di dalam penjara. Pecahnya infeksi HIV muncul di sejumlah sistem kepenjaraaan, dimana memperlihatkan bagaimana cepatnya HIV menyebar di penjara kecuali ada tindakan yang efektif yang dilakukan untuk menghambat penyebaran virus. Menyadari masalah HIV-AIDS di lingkungan Lapas/Rutan, Departemen Hukum dan HAM, Ditjen Pemasyarakatan, melalui Direktorat Bina Khusus Narkotika menyadari penting adanya intervensi untuk mencegah prevalensi tersebut. Maka 5
  • 8. diputuskan untuk menghubungkan pelayanan satelit metadon yang sedang berlangsung di PTRM Sandat, RS Sanglah Bali dan RSKO Jakarta ke Lapas setempat, yaitu Lapas Kerobokan di Bali serta Lapas Narkotika Cipinang dan Rutan Jakarta Timur di Jakarta. PTRM di Lapas/Rutan dilakukan oleh dokter Lapas yang sudah dilatih dengan supervisi dari masing-masing Rumah Sakit Pengampu. Pelaksanaan PTRM di LapasRutan ini juga mengacu kepada Pedoman WHO tentang infeksi HIV-AIDS di penjara tahun 1993. Pedoman ini menekankan bahwa ”semua narapidana berhak menerima perawatan kesehatan, termasuk pencegahan sama dengan yang tersedia di masyarakat tanpa pengecualian”. Tepatnya, disarankan bahwa narapidana yang sebelumnya mendapat perawatan metadon di luar sebaiknya tetap dapat menlanjutkan perawatannya pada saat mereka di penjara. Dan bahwa negara-negara yang tersedia perawatan metadon di masyarakat, sebaiknya juga menyediakan perawatan metadon di penjara. Rekomendasi serupa baru-baru ini juga disebutkan kembali pada kerangka kerja penanggulangan nasional terhadap HIV- AIDS di penjara tahun 2006, yang diterbitkan oleh UNODC bersama WHO dan UNAIDS. Akhirnya, disimpulkan bahwa adapun alasan pemilihan dilaksanakannya PTRM di Lapas/Rutan di Indonesia adalah (1) diharapkan terjadi pengurangan penggunaan heroin bahkan abstinent, (2) keamanan dan ketertiban di Lapas/Rutan dapat terjaga, (3) penggunaan bisa dipantau dan lebih murah, (4) diharapkan bisa mengurangi residivis kasus narkoba, (5) agar kegiatan harian narapidana/tahanan dapat dilakukan dengan baik, (6) agar pengawasan kesehatan narapidana/tahanan dapat dilakukan setiap hari, terutama untuk ODHA, (7) agar terapi ARV dapat dimulai setelah mengikuti program metadon, (8) mencegah kematian akibat overdosis setelah napi/tahanan keluar dari rutan/lapas. Dalam pelaksanaan PTRM di Lapas/Rutan terdapat beberapa permasalahan diantaranya ; (1) program terapi metadon membutuhkan tingkat kepatuhan yang tinggi, terlebih lagi IDU yang mendapat terapi antiretroviral (ARV). Hal tersebut sulit diperoleh dari para IDU tersebut. (2) sebagian besar Lapas/Rutan belum memperoleh informasi tentang PTRM. (3) belum tersedianya PTRM di beberapa wilayah di Indonesia sehingga menyulitkan peserta PTRM yang bebas dari Lapas untuk melanjutkan terapi jika kembali ke tempat asalnya masing-masing. (4) program ini adalah program yang membutuhkan keahlian khusus dari tenaga yang terlibat dalam pelayanan terapi metadon. (5) Peserta perlu pengawasan khusus pada saat mengikuti PTRM. Dengan memperhatikan permasalahan yang ada maka dianggap perlu disusun pedoman (SOP) pelaksanaan PTRM di Lapas/Rutan. 6
  • 9. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (LNRI Tahun 1992 Nomor 100, TLNRI Nomor 3495); 2. Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (LNRI Tahun 1995 Nomor 77, TLNRI Nomor 3614); 3. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psykotropika (LNRI Tahun 1997 Nomor 10, TLNRI Nomor 3671); 4. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (LNRI Tahun 1997 Nomor 67, TLNRI Nomor 3689); 5. Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM; 6. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan; 8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan Fungsi dan Tata Kerja Organisasi; 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 567 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Napza; 10. Keputusan Bersama BNN dan KPA Tahun 2003, tentang Napza Suntik; 11. Permenko Kesra Nomor 02 Tahun 2007 tentang Harm Reduction; 12. Kesepakatan Bersama Dirjen Bina Pelayanan Medik dan Dirjen Pemasyarakatan tentang Pelaksanaan PTRM di Lapas/Rutan ; 13. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas/Rutan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2005-2009. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Sebagai acuan pelaksanaan dalam memberikan pelayanan PTRM di Lapas/Rutan 2. Tujuan Khusus 2.1 Tersosialisasinya pedoman nasional terapi metadon bagi tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam PTRM di Lapas/Rutan 2.2 Meningkatkan kualitas pelayanan PTRM di Lapas/Rutan D. Sasaran Pedoman ini digunakan sebagai panduan bagi: 1. Pelaksana PTRM Lapas/Rutan 2. Jajaran Pemasyarakatan Pusat dan Daerah 3. Instansi terkait (pemerintah, swasta dan masyarakat) 7
  • 10. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Penyalahgunaan Heroin Sekitar 73% pasien yang datang ke PTRM RSKO berumur 20-29 tahun, selebihnya berumur diatas 30 tahun. Sebanyak 90% dari mereka adalah laki-laki. Tingkat pendidikan mereka kebanyakan adalah Sekolah Menengah Umum (46%) atau Perguruan Tinggi. Banyak diantara mereka putus sekolah atau berhenti kuliah. Kebanyakan dari mereka tergolong tingkat sosial menengah. Di PTRM RS Sanglah Denpasar, usia pasien lebih banyak dari usia diatas 25 tahun dan 95% lebih laki-laki (mengacu pada data laporan Mei 2005). Data yang ada di Lapas Klas IIA Denpasar, peserta PTRM di klinik metadon 100% adalah laki-laki (data bulan Maret 2007). Kebanyakan mereka berusia 25-29 tahun. Data dari Ditbinsustik menyatakan bahwa jumlah pengguna narkoba suntik di seluruh Lapas/Rutan di Indonesia adalah 40% dari jumlah tahanan dan narapidana kasus narkoba. Jumlah narapidana dan tahanan kasus narkoba itu sendiri (data tahun 2006) adalah sebanyak 25.096. Kriteria diagnostik untuk ketergantungan zat dan intoksikasi opioida mengacu pada kriteria yang ada di ICD-X 1. Kriteria Diagnostik untuk Ketergantungan Zat (ICD-X) Definisi ketergantungan zat adalah suatu pola penggunaan zat yang menyebabkan hendaya (disfungsi) yang jelas secara klinis atau tertekan. Diagnosa atas terjadinya ketergantungan zat diperlihatkan oleh adanya 3 (atau lebih) kriteria di bawah ini, yang terjadi kapan saja selama periode 12 bulan yang sama: Toleransi, seperti yang dipastikan dengan adanya salah satu hal di bawah ini: a. Kebutuhan akan penambahan dosis yang mencolok agar diperoleh keadaan intoksikasi atau efek yang diinginkan. b. Berkurangnya efek secara mencolok akibat penggunaan berulang dengan dosis yang sama. Gejala putus zat, yang dipastikan dengan adanya salah satu yang tersebut di bawah ini: a. Sindroma putus zat yang khas untuk zat tersebut (rujuk ke kriteria A dan B dari kriteria untuk putus zat yang khas untuk zat tertentu). b. Zat yang sama (atau yang sangat berkaitan) harus digunakan untuk menyembuhkan atau menghindari gejala putus zat. Zat yang sering digunakan jauh lebih banyak atau lebih lama dari pada yang dimaksudkan. Adanya keinginan yang menetap atau usaha yang tak berhasil untuk menghentikan atau mengendalikan penggunaannya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari zat (misalnya berobat pada banyak dokter atau mengendarai mobil jarak jauh), menggunakan zat (misalnya terus menerus merokok) atau pulih dari pengaruh zat tersebut. Berkurang atau berhentinya kegiatan kegiatan sosial, pekerjaan atau rekreasi akibat menggunakan zat. Penggunaan zat berlanjut meskipun mengetahui adanya masalah jasmani atau psikologis yang disebabkan karena penggunaan zat (misalnya tetap menggunakan kokain walaupun mengalami depresi atau terus minum minuman beraklohol walaupun mengetahui bahwa tukak lambung bertambah parah akibat mengkonsumsi alkohol). 8
  • 11. Penjelasan: - Disertai ketergantungan fisik : terbukti adanya toleransi atau putus zat (yaitu bila terdapat butir 1 dan 2). - Tanpa ketergantungan fisik bila tidak terdapat toleransi atau gejala putus zat (yaitu bila tidak terdapat butir 1 maupun butir 2) 2. Kriteria Diagnostik Intoksikasi opioida (ICD X) 2.1 Baru saja mengkonsumsi opioida (termasuk heroin) 2.2.Perilaku maladaptif yang secara klinis mencolok atau adanya perubahan psikologis (misalnya euforia pada permulaan diikuti dengan apatis, disforia, agitatif atau retardasi psikomotor, hendaya dalam daya penilaian, fungsi sosial atau pekerjaan, yang berkembang atau segera sesudah mengkonsumsi opioida). 2.3.Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil disebabkan karena anoksia akibat overdosis yang berat) dan satu (atau lebih) dari gejala berikut, yang terjadi tidak lama sesudah mengkonsumsi opioida. a. Kesadaran menurun atau koma b. Cadel c. Hendaya pada perhatian atau daya ingat 2.4.Gejala tersebut tidak disebabkan karena kondisi medik umum dan bukan disebabkan karena gangguan jiwa lain. 3. Kriteria Diagnostik Putus Opioida (ICD X) 3.1 Salah satu dari yang tersebut di bawah ini : a. Berhenti atau mengurangi penggunaan opioida yang berat dan lama (beberapa minggu atau lebih) b. Pemberian suatu antagonis opioida sesudah periode penggunaan opioida. 3.2.Tiga atau lebih dari yang tersebut di bawah ini, terjadi dalam hitungan menit sampai beberapa hari sesudah kriteria A : a. Perasaan disforik b. Mual atau muntah c. Nyeri otot d. Lakrimasi atau rinore e. Pupil melebar, piloereksi, atau berkeringat f. Diare g. Menguap berkali-kali h. Demam i. Insomnia 3.3 Gejala-gejala pada kriteria B secara klinis menyebabkan tekanan batin yang jelas atau hendaya (disfungsi) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. 3.4 Gejala -gejala tersebut tidak disebabkan karena kondisi medik umum dan tidak disebabkan karena gangguan jiwa lain. 9
  • 12. B. Farmakologi Heroin Heroin tergolong opioida semisintetik, dibuat dari morfin yang terdapat dalam getah tanaman candu melalui perubahan kimiawi yang sederhana. Heroin lebih mudah larut dalam lemak, sehingga lebih cepat menembus sawar darah otak (Blood Brain Barrier) dibandingkan morfin. Heroin mengalami proses biotransformasi di hati untuk berubah kembali menjadi morfin. Pengaruh heroin dan morfin adalah sama, hanya saja heroin mempunyai kekuatan 3 kali morfin dan mulai bekerja lebih cepat. Absorbsi pada penggunaan oral berlangsung lambat. Metabolisme heroin terutama terjadi di hepar dan diekskresi melalui air seni dan empedu. Lebih dari 90% ekskresi terjadi dalam 24 jam pertama, walaupun metabolitnya dapat dideteksi dalam air seni sampai 48 jam atau lebih dalam air seni. Toleransi tubuh terhadap heroin terjadi dengan cepat, namun terdapat beberapa perbedaan reaksi antara masing-masing organ tubuh. Sebagai contoh, heroin memiliki toleransi tinggi terhadap depresi pernafasan, efek analgetik, sedasi dan muntah dibandingkan toleransi terhadap miosis dan konstipasi. Selain itu juga terdapat toleransi silang antara heroin dan opioida lain. Potensi heroin untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis sangat kuat. Heroin yang beredar di pasar gelap tidak dalam bentuk murni melainkan dicampur dengan tepung, gula, kina, kakao atau bahkan tawas. Heroin juga berpotensi menimbulkan reaksi toksik sampai overdosis, gejala klinis dapat meliputi: 1. Depresi pernafasan 2. Bibir biru dan pucat atau tubuh membiru 3. Pupil pin-point atau dilatasi bila pasien koma 4. Bila heroin disedot melalui hidung, mukosa hidung tampak hiperemis 5. Adanya bekas suntikan baru 6. Edema paru 7. Jantung aritmia dan atau kejang 8. Koma atau mati (akibat depresi pernafasan, edema otak atau paru) C. Farmakologi dan Farmakokinetik Metadon Metadon mempunyai khasiat sebagai suatu analgetika dan euforian karena bekerja pada reseptor opioida mu, mirip dengan agonis opioida mu yang lain misalnya morfin. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang kuat dan secara oral diserap dengan baik. Metadon juga dapat dikonsumsi secara parenteral dan rektal, meski cara yang terakhir tidak lazim. Efek metadon secara kualitatif mirip dengan efek morfin dan opioid lainnya. Efek metadon tersebut antara lain sebagai analgetik, sedatif, depresi pernafasan dan euforia. Efek lainnya adalah menurunkan tekanan darah, konstriksi pupil dan efek pada saluran cerna yaitu memperlambat pengosongan lambung karena mengurangi motilitas, meningkatkan tonus sfingter pilorik dan meningkatkan tonus sfingter oddi yang berakibat spasme saluran empedu. Efek samping metadon antara lain gangguan tidur, mual muntah, konstipasi, mulut kering, berkeringat, vasodilatasi dan gatal-gatal, menstruasi tidak teratur, ginekomastia dan disfungsi seksual pada pria serta retensi cairan dan penambahan 10
  • 13. berat badan. Efek samping tidak akan terlalu banyak dialami oleh orang yang telah menggunakan heroin. Bioavailibilitas metadon oral tidak memperlihatkan perubahan yang berarti pada orang yang distabilisasi dengan metadon atau yang sudah menggunakannya secara kronis. Metadon dipecah di hati melalui sistem enzim sitokrom P450. Sekitar 10% metadon yang dikonsumsi secara oral akan diekskresi utuh. Sisanya akan dimetabolisme dan metabolit inaktifnya dibuang melalui urine dan tinja. Metadon juga dibuang melalui keringat dan liur. Onset efek metadon terjadi sekitar 30 menit setelah obat diminum. Konsentrasi puncak dicapai setelah 3-4 jam setelah metadon diminum. Rerata waktu paruh metadon adalah 24 jam. Metadon mencapai kadar tetap dalam tubuh setelah penggunaan 3-10 hari. Setelah stabilisasi dicapai, variasi konsentrasi metadon dalam darah tidak terlalu besar dan supresi gejala putus obat lebih mudah dicapai. Metadon banyak diikat oleh protein plasma dalam jaringan seluruh tubuh. Metadon dapat ditemukan dalam darah , otak, dan jaringan lain seperti ginjal, limpa, hati, dan paru. Konsentrasi metadon dalam jaringan tersebut lebih tinggi daripada dalam darah. Ikatan ini menyebabkan terjadinya akumulasi metadon dalam badan cukup lama bila seseorang berhenti menggunakan metadon. D. Penyakit-penyakit Penyerta Akibat Penggunaan Jarum Suntik Tidak Steril Penyakit infeksi sering dijumpai pada pengguna zat psikoaktif. Infeksi tulang dan sendi, endokarditis, spesis, infeksi jaringan lunak dan tetanus dapat terjadi bila parafernalia atau obat yang kotor atau tidak steril digunakan melalui suntikan dan/atau kulit tidak dibersihkan secukupnya. Hepatitis (B,C,D), HIV dan malaria dapat menular bila terjadi saling pinjam meminjam peralatan suntik atau terjadi inokulasi langsung darah orang lain Para IDU cenderung menggunakan obat dengan cara yang tidak steril melalui suntikan dan/atau kulit yang tidak dibersihkan. Akibatnya mereka sangat mudah mendapat infeksi oportunistik seperti infeksi tulang dan sendi, endokarditis, sepsis, infeksi jaringan lunak, dan tetanus. Hepatitis ( B,C,D ), HIV, dan malaria dapat menular bila terjadi saling pinjam meminjam peralatan suntik atau terjadi inokulasi langsung darah orang lain yang terinfeksi. Infeksi lainnya adalah tuberkulosis yang ditularkan melalui udara pernafasan. Gonore, HBV, HIV, dan sifilis dapat berjangkit melalui hubungan seksual yang tak terlindung. Pneumonia karena berbagai etiologi juga sangat sering terjadi di kalangan penyalahguna heroin. 1. HIV Holmberg (1996) memperkirakan secara kasar bahwa separuh dari infeksi HIV/AIDS terdapat pada penasun. Di kalangan pengguna heroin makin banyak 11
  • 14. dilaporkan angka kejadian infeksi HIV pada laki-laki dan perempuan yang menggunakan zat untuk bersenang-senang selain melalui suntikan, diperkirakan juga hal tersebut disebabkan karena infeksi melalui kontak seksual. Sero- surveilance pada penasun yang datang berobat di RSKO memperlihatkan hasil lebih dari 50% yang positif HIV dan 59,49% untuk yang berobat di RS Sanglah Bali (Juni 2005). Sedangkan di Lapas/Rutan diketahui data HIV yang berada pada Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta yang dihimpun melalui VCT yang dilakukan secara bertahap sejak Mei 2005 hingga Agustus 2007. Berdasarkan data terakhir jumlah narapidana yang telah mengikuti VCT sebanyak 893 orang, dan 349 orang diantaranya HIV positif. 2. Virus Hepatitis Virus Hepatitis menyebabkan inflamasi dan kerusakan atau kematian sel-sel hati. Penasun mempunyai resiko tinggi untuk terinfeksi beberapa jenis virus hepatitis. Pada suatu penelitian terhadap 389 penasun di Kalifornia, 41% positif dengan antibodi HAV, 73% HBV, 94% HCV, dan 10% HDV (1995). Sero- surveilence terhadap penasun yang berobat ke RSKO, hasilnya 70% HCV positif. Hepatitis B adalah virus DNA dari golongan hepadnavirus yang terdapat dalam titer yang tinggi dalam darah dan eksudat (misalnya lesi di kulit) orang yang terinfeksi akut maupun kronis. Dalam jumlah yang moderat HBV terdapat pada air liur, semen, dan cairan vagina. Tiga (3) cara transmisi yang penting adalah melalui darah, aktivitas seksual, dan ibu-anak. Masa inkubasinya 2 minggu sampai 6 bulan. Virus Hepatitis C adalah virus RNA dari golongan flavivirus, terdapat dalam titer rendah pada darah orang yang terinfeksi dan dapat terdeteksi dalam cairan tubuh lain tetapi tidak konsisten. Transmisi yang utama HCV adalah melalui darah, ibu-anak, sedangkan penularan secara seksual jarang. Masa inkubasinya berkisar 6 sampai 7 minggu, dengan rentang waktu 2 minggu sampai 6 bulan. 3. Tuberkulosis Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global. Sebanyak 40% kasus tuberkulosis dunia berada di Asia Tenggara dengan kasus terbanyak (95%) berada di India, Indonesia, Bangladesh, Thailand dan Myanmar. Di Asia Tenggara lebih dari 95% kasus tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pembunuh utama pada umur 5 tahun keatas. Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia berada di urutan ketiga setelah India dan Cina. Rata-rata kasus TB baru di Indonesia mencapai 582 ribu per tahun. Dan 75% dari kasus tersebut adalah kelompok usia produktif. Fakta lainnya, jumlah kasus HIV/AIDS yang disertai tuberkulosis di Bali sebanyak 24%, 32% di Jawa Timur dan 10% di DKI. Kasus Tuberkulosis di Lapas/Rutan sendiri cukup mempengaruhi angka kematian. Dilaporkan dari Januari hingga Agustus 2007 kematian akibat Tuberkulosis di Lapas/Rutan adalah 107 orang (sumber: Direktorat Bina Perawatan,Direktorat Jenderal Pemasyarakatan). 12
  • 15. III. PELAKSANAAN Untuk terlaksananya PTRM di Lapas/Rutan perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : A. Advokasi dan KIE internal lapas/rutan tempat dilaksanakan PTRM. 1. Advokasi dan KIE dilaksanakan oleh Tim PTRM Lapas/Rutan bekerjasama dengan pihak lain terkait kepada jajaran petugas Lapas/Rutan. 2. Layanan rumatan metadon diikuti narapidana/tahanan secara sukarela, namun tetap mengikuti prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh tim PTRM Lapas/Rutan.. B. Sosialisasi PTRM Sosialisasi dilaksanakan oleh Tim PTRM Lapas/Rutan bekerjasama dengan Pihak lain yang terkait, disampaikan kepada : 1. Narapidana/Tahanan 2. Wali (keluarga) narapidana/Tahanan C. Persiapan 1. Eksternal 1.1 Tersedianya RS Pengampu 1.2 Visitasi dilakukan oleh Depkes, Tim PTRM Pusat (Binsustik), Dinkes dan Kanwil Depkumham setempat 2. Internal 2.1 Dukungan jajaran Lapas/Rutan untuk menerapkan PTRM 2.2 SDM a. Penunjukkan Tim Metadon Lapas/Rutan oleh Kalapas/Karutan b. Pelatihan tentang PTRM oleh Depkes c. Pengorganisasian PTRM Kegiatan PTRM berada di bawah pelaksanaan Tim Metadon, dimana Kalapas sebagai pelindung. 2.3 Sarana dan prasarana a. Lokasi Lokasi PTRM untuk Lapas dan Rutan adalah di poliklinik Lapas/Rutan b. Ruangan Sarana layanan PTRM minimal memiliki beberapa ruangan yang terdiri: 1) Ruang tempat penyimpanan metadon yang aman. 2) Ruang pemeriksaan. 3) Ruang tempat pemberian metadon harus mendapatkan pencahayaan yang cukup dan hanya memungkinkan satu orang untuk dilayani serta tersedianya sarana pencucian tangan dan peralatan 4) Jika dimungkinkan perlu dipersiapkan juga ruangan untuk: Ruang tunggu, konseling individual, konseling kelompok. c. Peralatan 1) Peralatan medik Peralatan medik yang diperlukan mencakup: Pompa pengukur dosis untuk metadon Sediaan metadon Stetoskop Tensimeter 13
  • 16. Timbangan Tempat tidur periksa Steps tool Peralatan pertolongan pertama: semprit suntik, desinfektan, kapas, obat-obatan gawat darurat lain dan nalokson (narcan) 2) Peralatan non medik Peralatan non medik diantaranya: Meja, kursi Alat tulis kantor Komputer Telepon Gelas D. Mekanisme 1. Ketersediaan Metadon di PTRM Lapas/Rutan Ketersediaan metadon di Lapas/Rutan didapatkan dari RS Pengampu masing-masing. Dosis metadon diantar atau diambil setiap minggu sesuai dengan kesepakatan Tim PTRM dan RS. Demi keamanan, petugas yang membawakan metadon ke Lapas/Rutan dibekali surat tugas dan tidak selalu sama pada hari yang berbeda setiap minggunya. ALUR PERMINTAAN & PENGADAAN ZAT METADON UNTUK LAPAS/RUTAN 1.1. Alur permintaan dan pengadaan zat metadon untuk lapas/rutan melalui jalur (Melalui Jalur Depkes) Departemen Kesehatan RI DEPKUMHAM DEPKES (Pokja) DITJENPAS RS PENGAMPU (Tim Methadone) SETEMPAT POKJA HIV-AIDS PROPINSI LP/RUTAN ALUR PERMINTAAN & PENGADAAN 1.2. Alur permintaan METADON zat metadon untuk lapas/rutan melalui jalur ZAT dan pengadaan UNTUK LAPAS/RUTAN Komisi Penanggulangan(Melalui Jalur KPA) AIDS DEPKUMHAM KPAN DEPKES (Pokja) DITJENPAS RS PENGAMPU (Tim Methadone) SETEMPAT POKJA HIV-AIDS PROPINSI LP/RUTAN 14
  • 17. 2. Jadwal Pemberian Metadon Setiap hari (7x dalam seminggu). Jam disesuaikan dengan kesepakatan Tim PTRM. Penerimaan peserta PTRM baru hanya pada hari dan jam kerja resmi 3. Penatalaksanaan 3.1 Kriteria Inklusi: Pasien yang mengikuti terapi di dalam Lapas/Rutan ada dua macam, yaitu: a. Pasien yang melanjutkan terapi dari luar Lapas/Rutan (dalam hal ini pasien PTRM di luar Lapas yang harus menjalani masa pidana) b. Pasien yang memulai terapi di Lapas, dengan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: 1) Memenuhi kriteria ICD-X untuk ketergantungan opioid 2) Usia yang direkomendasikan: 18 tahun atau lebih. Klien yang berusia kurang dari 18 tahun harus mendapat second opinion dari profesional medis lain (Dokter Spesialis anak atau psikiater) 3) Ketergantungan opioida (minimal 6 bulan) 4) Sudah pernah mencoba berhenti menggunakan opioid minimal satu kali. 5) Minimal 3 bulan sisa masa pidana dan dapat mengakses pelayanan metadon saat selesai menjalani masa pidana 3.2 Kriteria Eksklusi: Kriteria eksklusi meliputi: a. Pasien dengan penyakit fisik berat. Hal ini perlu pertimbangan khusus yakni meminta pendapat banding profesi medik terkait. b. Psikosis yang jelas. Perlu pertimbangan psikiater untuk menentukan langkah terapi c. Retardasi mental yang jelas. Perlu pertimbangan psikiater untuk menentukan langkah terapi. Program terapi rumatan metadon tidak diberikan pada peserta dalam keadaan overdosis atau intoksikasi opiat. 3.3 Seleksi Peserta PTRM Seleksi kesehatan fisik dan psikososial peserta dilakukan oleh dokter Lapas/Rutan yang sudah dilatih dalam terapi substitusi metadon. Dokter ini harus memiliki sertifikasi dari Depkes, mengikuti pelatihan terkait dan konseling yang berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS. Penilaian peserta PTRM tidak dilakukan dalam keadaan peserta intoksikasi atau overdosis. Apabila overdosis dan intoksikasi sudah dapat diatasi dapat dievaluasi ulang untuk menjadi peserta PTRM. 3.4 Komponen dalam Program Terapi Rumatan Metadon Beberapa komponen dalam program terapi rumatan metadon di Lapas adalah sebagai berikut: a. Konseling meliputi konseling adiksi, metadon, kepatuhan minum obat, kelompok dan VCT. b. Pemberian metadon c. Pertemuan kelompok dukungan d. Kegiatan keterampilan 15
  • 18. 3.5 Pemberian dosis awal metadon a. Dosis awal yang dianjurkan adalah 20 mg untuk tiga hari pertama. Kematian sering terjadi bila menggunakan dosis awal yang melebihi 40 mg. b. Pasien harus diobservasi 45 menit setelah pemberian dosis awal untuk memantau tanda-tanda toksisitas atau gejala putus obat. Jika terdapat intoksikasi atau gejala putus obat berat maka dosis metadon akan dimodifikasi sesuai dengan keadaan. c. Estimasi yang terlalu tinggi tentang toleransi pasien terhadap opiat dapat membawa pasien kepada resiko toksik akibat dosis tunggal. Dan juga pasti meningkatkan risiko yang lebih sering terjadi yaitu keadaan toksik akibat akumulasi metadon sebab metadon dieliminasi lambat karena waktu paruhnya panjang. Estimasi toleransi pasien terhadap metadon yang terlalu rendah menyebabkan risiko pasien untuk menggunakan opiat yang ilegal bertambah besar akibat kadar metadon dalam darah kurang dan akan memperpanjang gejala putus zat maupun periode stabilisasi. d. Metadon harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan sampai menjadi 100cc. Pasien harus hadir setiap hari di klinik dan perawat akan memberikan metadon kepada pasien. Pasien harus segera menelan metadon tersebut dihadapan petugas klinik dan akan diberikan segelas air minum. Setelah diminum, petugas akan meminta pasien menyebutkan namanya atau mengatakan sesuatu yang lain untuk memastikan bahwa metadon telah ditelan. Pasien harus menanda tangani buku yang tersedia, sebagai bukti bahwa ia telah menerima dosis metadon hari itu. 3.6 Fase Stabilisasi Terapi Substitusi Metadon Fase stabilisasi bertujuan untuk menaikkan perlahan-lahan dosis dari dosis awal sehingga memasuki fase rumatan. Pada fase ini risiko intoksikasi dan overdosis cukup tinggi pada 10-14 hari pertama. Dosis yang direkomendasikan digunakan dalam fase stabilisasi adalah dosis awal dinaikkan 5-10 mg tiap 3-5 hari. Hal ini bertujuan untuk melihat efek dari dosis yang sedang diberikan. Total kenaikan dosis tiap minggu tidak boleh lebih dari 30 mg. Apabila pasien masih menggunakan heroin maka dosis metadon perlu ditingkatkan. Kadar metadon dalam darah akan terus meningkat selama 5 hari setelah dosis awal atau penambahan dosis. Waktu paruh metadon cukup panjang yaitu 24 jam, sehingga bisa dilakukan penambahan dosis setiap hari akan berbahaya akibat akumulasi dosis. Karena itu penambahan dosis dilakukan setiap 3-5 hari. Sangat penting untuk diingat bahwa tak ada hubungan yang jelas antara besarnya jumlah dosis opiat yang dikonsumsi seorang penasun dengan dosis metadon yang dibutuhkannya. Selama minggu pertama fase stabilisasi pasien harus datang setiap hari di klinik untuk diamati secara cermat oleh profesional medis terhadap efek metadon (untuk memperkecil kemungkinan terjadinya overdosis dan penilaian selanjutnya). Pasien yang mengikuti program terapi metadon yang secara konsisten menggunakan benzodiazepin, kokain atau amfetamin mempunyai risiko yang signifikan terhadap komplikasi dan mempunyai prognosis yang lebih buruk. Sebagai tambahan, dapat disebutkan bahwa kombinasi alkohol, 16
  • 19. sedativa dan opiat berjangka kerja pendek (misalnya oksikodon dan hidromorfon) secara nyata meningkatkan risiko kematian akibat overdosis. 3.7 Kriteria Penambahan Dosis Beberapa kriteria penambahan dosis adalah sebagai berikut: a. Adanya tanda dan gejala putus opiat (obyektif dan subyektif), b. Jumlah dan/atau frekuensi penggunaan opiat tidak berkurang. c. Craving terhadap opiat yang tetap masih ada. Penambahan dosis di atas mempertimbangkan keadaan klinis peserta PTRM. Prinsip terapi pada program metadon adalah start low go slow aim high; artinya memulai dosis yang rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan adalah aman dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif. 3.8 Fase Rumatan pada Program Substitusi dengan Metadon Dosis rumatan rata-rata adalah 60-120 mg per hari. Dosis rumatan harus dipantau dan disesuaikan setiap hari secara teratur tergantung dari keadaan pasien. Selain itu banyak pengaruh sosial lainnya yang menjadi pertimbangan penyesuaian dosis. Fase ini dapat berjalan selama bertahun- tahun sampai perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi dan kehidupan sosial. 3.9 Fase Penghentian Metadon Metadon dapat dihentikan secara bertahap perlahan (tappering off). Penghentian metadon dapat dilakukan pada keadaan berikut: a. Pasien sudah lama stabil b. Minimal 6 bulan pasien dalam keadaan bebas heroin c. Pasien dalam kondisi yang stabil untuk beraktivitas di Lapas atas observasi petugas klinik Lapas Penurunan dosis maksimal sebanyak 10%. Penurunan dosis yang direkomendasikan adalah setiap 2 minggu. Pemantauan perkembangan psikologis pasien harus diperhatikan. Jika ada emosi tidak stabil, dosis dapat dinaikkan kembali. 3.10 Pemantauan pasien Pasien diobservasi setiap hari setelah minum dosis pertama terutama untuk tanda-tanda intoksikasi dalam tiga hari pertama. Jika terjadi gejala intoksikasi dokter harus menilai lebih dulu dosis berikut yang akan digunakan. Dalam bulan pertama terapi, dokter melakukan evaluasi ulang pada pasien minimal satu kali seminggu. Dan selanjutnya, dokter melakukan evaluasi ulang pada pasien minimal setiap bulan. Penambahan dosis selalu harus didahului dengan evaluasi ulang pada pasien. Penilaian yang dilakukan terhadap pasien meliputi: a. Derajat keparahan gejala putus obat b. Intoksikasi c. Penggunaan obat lain d. Efek samping e. Persepsi pasien terhadap kecukupan dosis f. Kepatuhan terhadap regimen obat yang diberikan g. Kualitas tidur, nafsu makan, dll 17
  • 20. 3.11 Pemeriksaan Urine Opioid Tes urine terhadap penggunaan obat (urine drug screen) merupakan pemeriksaan objektif untuk mendeteksi adanya metabolit opiat dalam urine. Namun perlu diingat bahwa saat pengumpulan urine pasien harus diawasi petugas medis. Dalam hal terapi metadon, UDS dapat berguna pada keadaan berikut: a. Periksa urine pasien di awal terapi untuk tujuan diagnostik yaitu untuk memastikan apakah pasien pernah atau tidak menggunakan opiat atau zat adiktif lain sebelumnya. Tahap ini merupakan suatu tindakan wajib. b. Hasil tes urine yang positif terhadap heroin menjadi pertimbangan untuk meningkatkan dosis metadon. Apabila pasien masih menggunakan heroin maka dosis metadon perlu ditingkatkan. c. UDS dapat dilakukan dengan kriteria: 1) Secara acak, minimal 3 bulan sekali 2) Pada keadaan tertentu: intoksikasi, withdrawal 3.12 Dosis yang Terlewat Hilangnya toleransi terhadap opiat yang secara klinis jelas dapat terjadi bila pasien tidak mengkonsumsi metadon walaupun hanya 3 hari. Karena alasan ini, maka bila pasien tidak datang ke klinik 3 hari berturut-turut atau lebih, perawat atau pekerja sosial yang bertugas harus melaporkan kepada dokter yang bertugas serta meminta pasien untuk ke dokter. Dokter memberikan dosis kembali ke dosis awal atau 50% dari dosis yang terakhir diberikan. Reevaluasi klinik harus dilakukan. Bila pasien tidak datang lebih dari 4 hari maka dikembalikan kepada dosis awal. Bila pasien tidak datang lebih dari 3-6 bulan maka pasien dinilai ulang seperti pasien baru. 3.13 Dosis yang dimuntahkan Pada situasi tertentu, dosis yang baru ditelan mungkin dimuntahkan. Bila kejadian muntah itu disaksikan oleh petugas, dosis metadon dapat diganti sebagai berikut: Muntah terjadi < 10 menit sesudah dikonsumsi, ganti dosis hari itu sepenuhnya. Muntah 10-30 menit sesudah dikonsumsi, ganti 50% dosis hari itu. Muntah 30-45 menit sesudah dikonsumsi, ganti 25 % dosis hari itu. Muntah > 45 menit, tak ada penggantian. 3.14 Efek Samping Kemungkinan terjadinya efek samping yang berat biasanya terjadi ketika dokter sedang meningkatkan dosis. Efek samping yang biasanya terjadi adalah konstipasi, mengantuk, berkeringat, mual, muntah, masalah seksual, gatal-gatal, jerawat. 3.15 Overdosis metadon Bahaya utama karena overdosis adalah terhambatnya pernafasan yang dapat diatasi dengan memberikan naloxon HCl (Narcan) sesuai dengan SOP. Pemberian naloxson bisa sampai 24 jam karena waktu paruh metadon yang panjang karena itu pasien perlu perawatan di rumah sakit. 18
  • 21. 3.16 Interaksi Obat Walaupun tidak terdapat kontra indikasi absolut pemberian suatu obat bersama metadon, beberapa jenis obat harus dihindarkan bila pasien mengkonsumsi metadon. Antagonis opiat harus dihindari. Barbiturat, efavirens, nevirapin, karbamazepin, estrogen, fenitoin, rifampisin, spironolakton, dan verapamil akan menurunkan kadar metadon dalam darah. Sebaliknya, amitriptilin, simetidin, dan flukonazol akan meningkatkan kadar metadon dalam darah. Etanol secara akut akan meningkatkan efek metadon dan metadon akan menunda eliminasi etanol. 3.17 Dikeluarkan dari program secara paksa Ada beberapa alasan yang perlu pertimbangan untuk mengeluarkan pasien dari program metadon, antara lain: a. Pasien mengancam keselamatan atau kenyamanan anggota staf, pasien lain atau seseorang yang berkaitan dengan mereka. b. Pasien terlibat dalam perilaku merusak di tempak milik program metadon. c. Pasien yang diketahui memperjualbelikan atau berbagi metadon dengan orang lain. d. Pasien yang diketahui mencuri metadon dari klinik atau melakukan tindak kriminal lain di lingkungan klinik. e. Semua keputusan untuk mengeluarkan pasien dari program harus berdasarkan keputusan dokter di klinik Lapas Penanganan pemutusan PTRM secara paksa, dosis diturunkan secara bertahap 15-30 mg selama 3-20 hari dan dapat dievaluasi ulang sebagaii peserta PTRM. 3.18 Keadaan khusus Pasien yang diterapi metadon mungkin mengalami beberapa keadaan khusus berikut ini: a. Transfer ke buprenorfin Tabel 1. Konversi metadon ke buprenorfin Dosis metadon terakhir Dosis Buprenorfin hari I Dosis Buprenorfin hari berikut 1-10 mg (8 mg atau >) 2 mg 2-4 mg 10-20 mg (8-16 mg) 4 mg 4-8 mg 20-40 mg (<30 mg) 4 mg 6-8 mg >60 mg Transfer menunjukkan gejala putus zat Buprenorfin memiliki afinitas terhadap reseptor mu yang lebih besar dibanding metadon, namun kerjanya lebih lemah pada reseptor tersebut. Untuk dosis metadon diatas 60 mg diperlukan penurunan dosis terlebih dahulu dengan proses detoksifikasi bertahap, baru kemudian dikonversi ke dosis buprenorfin. Penurunan dosis metadon dilakukan dengan 2,5-5 mg per minggu. 19
  • 22. b. Transfer ke Naltrekson Pemberian naltrekson pada pasien yang secara fisik tergantung pada opioid akan memperberat timbulnya gejala putus obat yang parah. Pasien yang diterapi metadon sebaiknya menjalankan detoksifikasi metadon, diikuti 14 hari bebas obat untuk memberi kesempatan eliminasi metadon dalam tubuh. Konsultasi para ahli diperlukan untuk menangani pasien seperti ini. c. Pemindahan antar Lapas/Rutan 1) Pada kasus tertentu, peserta dapat dipindahkan ke Lapas/Rutan lain dimana Lapas/Rutan tersebut sebaiknya telah memiliki layanan metadon. Jika tidak ada maka dilakukan langkah-langkah : (1) penurunan dosis secara cepat, (2) penyampaian informasi medis ke Lapas/Rutan yang dituju untuk mendapatkan pengobatan symptomatic 2) Peserta yang dipindahkan akan dibekali dosis yang diperlukan selama dalam perjalanan. Petugas keamanan yang mengawal peserta akan bertanggungjawab atas dosis yang diberikan sampai peserta sampai ke tempat tujuan dan mendapatkan dosis metadon di tempat yang baru. d. Peserta PTRM yang akan bebas dan tidak memiliki wali (keluarga) 1) Diupayakan untuk mencarikan pengganti wali. Misalnya dari LSM yang bergerak dibidang HR 2) Apabila tidak ada pengganti wali, sebelum bebas diturunkan dosisnya secara bertahap. 3) Dapat dilakukan transfer ke buprenorfin e. Dosis bawa pulang dapat diberikan pada peserta PTRM yang akan keluar dari lapas/rutan karena suatu sebab yang sah dan tidak bisa mendapatkan akses layanan PTRM secara cepat (maksimal 2 hari) dan dibekali surat keterangan dokter yang diketahui oleh kalapas/karutan atau yang mewakili Sebelum mulai memberikan dosis bawa pulang kriteria berikut ini harus dinilai : 1) Secara klinis stabil : dosis sudah harus mencapai tingkat stabil. 2) Pasien tampak stabil secara sosial, kognitif maupun emosional, hal mana perlu agar pasien dapat bertanggung jawab atas penyimpanan metadon dan penggunaannya. 3) Lamanya pasien berada di program substitusi metadon: dosis bawa pulang tidak dianjurkan selama 1 bulan pertama dalam program rumatan metadon. Pemberian dosis bawa pulang dapat dipertimbangkan bila orangtua/keluarga pasien mau bertanggungjawab atas penyimpanan dan penggunaan dosis bawa pulang itu. Untuk itu orangtua/keluarga harus membuat pernyataan tertulis. 4) Pasien menunjukkan sikap atau perilaku yang kooperatif dengan faktor penunjang lainnya seperti dukungan keluarga, kawan atau pendamping 5) Alasan bawa pulang diperkuat dengan informasi dari keluarga 20
  • 23. 6) Untuk kebijaksanaan memberikan dosis bawa pulang, hal yang perlu diperhatikan adalah agar mewaspadai perilaku memperjualbelikan metadon di pasaran oleh pasien itu sendiri. Dosis bawa pulang ini tidak boleh menjadi sesuatu yang reguler, harus pada keadaan mendesak. f. Peserta PTRM yang sedang Hamil, Neonatus, diagnosis ganda, Penyalahgunaan Napza tipe multiple, nyeri kronis diperlukan pertimbangan dokter ahli lainnya sesuai dengan keadaan/penyakit yang dialami/dideritanya. 21
  • 24. IV. MONITORING DAN EVALUASI A. Jenis Pencatatan dan Pelaporan 1. Kartu identitas khusus 2. Surat persetujuan 3. Lembar evaluasi klinis 4. Formulir registrasi 5. Catatan harian 6. Laporan bulanan 7. Laporan semester 8. Laporan tahunan B. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan dilakukan di klinik Lapas/Rutan 2. Pelaporan PTRM ditujukan ke Kanwil Depkumham setempat dengan tembusan ke Ditjen PAS cq Ditbinsustik. 3. Pemakaian jumlah Metadon dilaporkan ke RS Pengampu C. Supervisi Program Supervisi dilakukan oleh Tim PTRM Pusat (Ditjen PAS), Tim PTRM RS Pengampu V. PENDANAAN Dana pelaksanaan PTRM dapat berasal dari APBN, APBD dan dana dari sumber lain yang tidak mengikat. 22
  • 25. DAFTAR NAMA PENYUSUN Pelindung Drs. UNTUNG SUGIYONO, Bc.IP, MM (Direktur Jenderal Pemasyarakatan) Penanggung Jawab 1. Drs. IRSYAD BUSTAMAN, Bc.IP, M.Si (Direktur Bina Khusus Narkotika) 2. Dr. JAMES BLOGG (IHPCP – AusAID) Tim Pelaksana 1. Ketua: Dr. HENDRA SALIM (Kasubdit Perawatan Kesehatan Dit. Binsustik) 2. Sekretaris: 1. Dra. EMI SULISTYATI (Kasi Identifikasi Ketergantungan Narkoba Dit. Binsustik) 2. PATRI HANDOYO (IHPCP – AusAID) 3. Anggota: SYAHRIR SUAIB, SH (Kasubdit Bimbingan Hukum Dit. Binsustik) Drs. WAHIDDIN, Bc.IP, M.Si (Kasubdit Kemitraan) Drs. PRASETYO, Bc.IP (Kasubdit Pelayanan Sosial) Dra. HERNA LUSY, MM (Kasi Pendidikan dan Bimbingan Lanjutan) SRIYATI (Kasubag Tata Usaha) TAUFIQURRAKHMAN, S.Sos, M.Si (Kasi Perawatan Jasmani) Dr. PUTU PRIMATANTI (Lapas Klas IIA Kerobokan Bali) Dr. FINNAHARI (Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta) Dr. RATNA WATI (Rutan Klas IIA Jakarta Timur) DIAH AYU NOORSHINTA ENDAR TRI A MUTIA SARI 4. Kontributor: DR RATNA MARDIATI (Direktur RSKO) MUQOWIMUL AMAN, Bc.IP, SH (Kadiv Pemasyarakatan, Kanwil Depkumham Provinsi Banten) Dr. ASLIATI (RS Fatmawati) Dr. YULIA ANWAR (Puskesmas Kec. Jatinegara) Dr. SUPANTO (Puskesmas Kec. Tanjung Priok) HENRI PUTERANTO (ASA/FHI) NURJANAH, SKM (P3ML, Depkes) M. SUHARIN (ASA/FHI) 23
  • 26. DAFTAR ISTILAH Agitatif : Gaduh / suka menantang Analgesika : Penghilang rasa sakit Anoksia : Kekurangan oksigen Bioavailibilitas : Ketersediaan perjalanan obat di dalam tubuh Craving : Sugesti / keinginan yang sangat kuat untuk mendapatkan zat Dilatasi pupil : Pelebaran pupil Disforia : Perasaan sedih yang berlebih-lebihan Edema : Pembengkakan Euforia : Perasaan gembira yang berlebihan Ginekomastia : Pembesaran payudara pada laki-laki HCV : Hepatitis C Virus Hiperemia : Kemerahan HIV : Human Immunodeficiency Virus ICD – X : International Criteria Diagnostic X IDU : Injecting Drug User Intoksikasi : Keracunan / di bawah pengaruh zat / mabuk Jantung Aritma : Denyut jantung yang tidak beraturan Konstipasi : Kesulitan susah buang air besar Lakrimasi : Produksi air mata yang belebihan Masa Inkubasi : Masa masuknya kuman sampai timbul gejala Miosis / Kontriksi Pupil : Penyempitan pupil Motilitas : Gerakan P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Parenteral : Melalui peredaran darah Penasun : Pengguna Napza Suntik Piloereksi : Berdirinya bulu-bulu halus / merinding Prevalensi : Angka kekerapan Prognosis : Kemungkinan untuk sembuh Psikosis : Gangguan jiwa Pupil Pintpoin : Penyempitan pupil yang menyerupai satu titik Rektal : Melalui peredaran darah Reseptor Opioidamu : Salah satu reseptor opiod di otak Rinore : Sekresi hidung yang berlebihan Sedatif : Menyebabkan kantuk Spasme : Kram, kejang, dan kaku Surveillance : Pengumpulan data yang sistematis dan terus menerus terhadap distribusi kecederungan infeksi penyakit atau kejadian lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan infeksi, penyakit atau kejadian kesehatan dengan efektif. Vasodilatasi : Pelebaran Pembuluh Darah 24
  • 27. REFERENSI 1. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di Indonesia 2005-2009 2. Permenko Kesra selaku Ketua KPA Nasional Nomor 02/PERMENKO/KESRA/I/2007 tentang Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Suntik 3. Surat Keputusan Menkes RI Nomor 494/MENKES/VII/2006 tentang Penetapan RS dan Satelit Uji Coba Pelayanan PTRM serta Pedoman PTRM 4. Kesepakatan Bersama Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Depkumham RI tentang Pelaksanaan PTRM di Lapas dan Rutan Nomor SK. 00.01.3.1.2338 / E. 248.UM.06.07 5. Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon Departemen Kesehatan RI 6. HIV/AIDS Prevention Care, Treatment, and Support in Prison Settings: A Framework for an Effective National Response 7. WHO Guidelines for Methadone Substitution Therapy 8. Standard Operating Procedure of Methadone Substitution Therapy in Canada Prison 9. HIV in Prison: A Reader with Particular Relevance to the Newly Independent States 25
  • 28. FORMULIR I Halaman Depan KARTU PASIEN NAMA RUTAN/LAPAS (logo) ALAMAT RUTAN/LAPAS TELEPON/FAX/EMAIL No Reg. PTRM: _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _ (7 digit pertama: kode RS/Puskesmas Pengampu Nasional) Nama: __________________ No Rekam Medik: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Tanggal Lahir: __________________ Jenis Kelamin: L/P Umur: __________________ Tanggal Daftar: __________________ Dikeluarkan di _____________________ Pas Foto Tanggal __________________________ 2 X 3 cm (________________________________) Nama dan Tanda Tangan Penanggung Jawab PTRM Kartu ini berlaku dari tanggal _____ sd. ____ (1 tahun sejak pendaftaran) Halaman Belakang Perhatian: 1. Bawalah Kartu Pasien ini, karena kartu ini adalah kunci untuk mencari berkas Anda; 2. Kartu Pasien ini merupakan identitas Anda sebagai peserta program terapi rumatan metadon di klinik Lapas/Rutan __________; 3. Laporkan kepada dokter Anda apabila mengalami komplikasi atau masalah kesehatan/over dosis selama menjalankan terapi, agar menjadi catatan yang tertulis di kartu ini; 4. Jika hilang, harap segera menghubungi klinik PTRM; 5. Jika menemukan kartu ini, mohon menghubungi/atau mengembalikan ke alamat tersebut di balik halaman ini. Ukuran dibuat seperti kartu identitas. Jika ini diregistrasi nasional akan seperti sistem ARV 26
  • 29. FORMULIR II Halaman Depan LEMBAR KUNJUNGAN HARIAN No. Reg. PTRM: _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _ (7 digit pertama: kode RS/Puskesmas Pengampu Nasional) No. Rekam Medik: …………………………………………………………….. Nama: ____________________________________ Tanggal Lahir: _________/_____________/____________ Umur: _______thn Jenis Kelamin: L/P Pas Foto Alamat Rumah: ____________________________________ ____________________________________ ____________________________________ 2 X 3 cm Telepon: ____________________________________ Catatan: Formulir B ini merupakan halaman paling depan dari berkas pasien. Di bagian map depan pasien letakkan juga pas foto 27
  • 30. Halaman Berikutnya FORMULIR PENGGUNAAN METADON HARIAN NAMA LAPAS/RUTAN: ________________________________________ ALAMAT: ________________________________________ ________________________________________ TELEPON/FAX/EMAIL: ________________________________________ No. Reg. PTRM: _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _ (7 digit pertama: kode RS/Puskesmas Pengampu Nasional) No. Rekam Medik: …………………………………………………………….. Nama: _______________________ Umur: ____ thn Jenis Kelamin: L/P Hari Dosis Tanda Tangan Tanda Tangan Tanggal Catatan ke- (mg) Pasien Petugas 28
  • 31. FORMULIR III Nama Lapas/Rutan Alamat Telepon/Fax/Email SURAT PERSETUJUAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama: ___________________________________________________ Umur: ___________________________________________________ Jenis Kelamin: ___________________________________________________ Alamat Rumah: ___________________________________________________ Telepon: ___________________________________________________ No. Reg. PTRM: ___________________________________________________ No. Rekam Medik: ___________________________________________________ Setelah mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh staf PTRM dan memahami program tersebut, saya ingin secara sukarela menjalani program terapi metadon, dan akan mematuhi semua tata tertib dan peraturan PTRM. (spasi yang agak lebar untuk keperluan pengecapan penelitian) ___________________, ___________________20___ Disaksikan oleh: Nama dan Tanda Tangan Pasien: Nama dan Tanda Tangan Orang Tua / Penanggung Jawab / Pendamping (bila pasien setuju): ________________________________________ ________________________________________ (....................................................) (....................................................) Dokter yang Bertugas: ________________________________________ (....................................................) 29
  • 32. PENJELASAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON 1. Metadon adalah suatu opiat sintetik yang menyebabkan pasien akan mengalami ketergantungan fisik. Jika ia berhenti mengkonsumsi metadon secara tiba-tiba, ia akan mengalami gejala putus zat; 2. Terapi metadon merupakan suatu terapi pengganti opioid bagi orang yang memiliki ketergantungan kronis terhadap opioid selama kurun waktu lebih dari satu tahun; 3. Terapi metadon bertujuan untuk mencegah/mengendalikan penularan infeksi HIV, Hepatitis B dan C yang rentan ditularkan melalui pemakaian jarum suntik bersama; 4. Metadon diberikan dalam bentuk cair dengan cara diminum dan ditelan di hadapan petugas; 5. Metadon merupakan obat keras golongan narkotik yang pemakaiannya harus dengan pengawasan dokter. Metadon dapat menimbulkan overdosis jika digunakan oleh anak/dewasa yang tidak memiliki toleransi terhadap opiat; 6. Jika digunakan secara benar dan dengan pengawasan dokter, terapi metadon dapat membantu menghilangkan kebiasaan memakai opioda, mengurangi tingkat kriminalitas, dan membantu memperbaiki hubungan pasien di lingkungan sosialnya; 7. Jika terjadi overdosis, pasien/keluarga/orang terdekat harus segera menghubungi dokter/petugas kesehatan; 8. Efek samping yang biasanya terjadi adalah sulit buang air besar, mengantuk, berkeringat, mual dan muntah. Ketika pertama kali mendapat metadon dan peningkatan dosis, disarankan sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor dan tidak mengoperasikan mesin; 9. Program terapi rumatan metadon memerlukan waktu beberapa tahun; 10. Pasien dapat dikeluarkan secara paksa apabila melanggar aturan-aturan dari PTRM sesuai dalam pedoman nasional. 30
  • 33. FORMULIR IV Nama Lapas/Rutan Alamat Telepon/Fax/Email PROGRAM TERAPI METADON LEMBAR EVALUASI KLINIS Identitas Pasien: Nama: __________________________________ Jenis Kelamin: P / L Umur: __________________________________ Pendidikan Terakhir: _____________________ Agama: _________________________________ Kewarganegaraan: _______________________ Pekerjaan: ______________________________ Status Perkawinan: _______________________ Alamat teman dekat / pendamping (jika Alamat Lengkap: _________________________ pasien setuju) ________________________________________ ________________________________________ No. Ponsel: _____________________________ ________________________________________ Telepon: ________________________________ Nomor Urut Kelahiran: Anak nomor ____ dari _____ bersaudara Pekerjaan Ayah: _________________________ Pekerjaan Ibu: ___________________________ Status ekonomi sebaiknya di lembar terpisah dan dinilai oleh pekerja sosial Riwayat Penggunaan Zat: Jenis Zat Temb. Alko. Ganj. Benz. Amfe. Koka Halu. Inha. Pernah pakai? Umur pertama kali pakai? Pakai dalam satu tahun terakhir? Pakai dalam satu bulan terakhir? Cara pakai? Berapa banyak? Riwayat Penggunaan Opioid Sebelumnya: Berapa lama? ______________________________________________________________________ Jenisnya? _________________________________________________________________________ Umur pertama kali menggunakan? ____________________________________________________ Umur berapa menggunakan opioid secara teratur? _______________________________________ Berapa banyak per hari sebulan terakhir? ______________________________________________ Cara menggunakan? ________________________________________________________________ Apakah pernah menjalani detoksifikasi? YA TIDAK* Jika YA, berapa kali? Rawat jalan: ____________________________________ Rawat inap: _____________________________________ 31
  • 34. Apakah pernah mengikuti program rehabilitasi? YA TIDAK* Jika YA, berapa kali? Dimana? ________________________________________ Apakah pernah mengikuti program rumatan metadon sebelumnya? YA TIDAK* Jika YA, berapa kali? Dimana? ________________________________________ Apakah pernah mengikuti program rumatan buprenorfin? YA TIDAK* Jika YA, berapa kali? Dimana? ________________________________________ Apakah pernah mengikuti program terapi naltrekson? YA TIDAK* Jika YA, berapa kali? Dimana? ________________________________________ Masalah Mediko-Psiko-Sosial: Apakah pernah menderita suatu komplikasi medik akibat penggunaan zat psikoaktif? YA TIDAK* Jika YA, sebutkan: _________________________________________________________________ Apakah pernah mengalami overdosis sebelumnya? YA TIDAK* Jika YA, disebabkan oleh obat apa? Sebutkan: __________________________________________ Apakah terdapat ko-morbiditas psikiatrik? YA TIDAK* Jika YA, sebutkan: _________________________________________________________________ Apakah terdapat stresor psikososial? YA TIDAK* Jika YA, sebutkan: _________________________________________________________________ Apakah pernah terlibat masalah pelanggaran hukum dan ditahan (penjara) berkaitan langsung dengan penggunaan zat psikoaktif? YA TIDAK* Jika YA, sebutkan jenis zat psikoaktif tersebut: _________________________________________ Faktor Resiko Seksual: (jika pasien mau menjawab hal ini) * lingkari pilihan Apakah pernah berhubungan seksual? YA TIDAK Jika YA, dengan siapa? Sebutkan: _____________________________________________________ Lalu isi tabel di bawah ini: Menggunakan Kondom** Kriteria Tidak Pernah Selalu Kadang-kadang Pasangan hidup Pacar Teman PSK Faktor Resiko Menyuntik: ** tandai pilihan dengan (X) Apakah pernah saling meminjam alat suntik? YA TIDAK Jika YA, dengan berapa banyak orang? a. 1 orang b. 2-10 orang c. > 10 orang 32
  • 35. Jika berbagi jarum/peralatan suntik lainnya, apakah Anda mensterilkannya terlebih dahulu sebelum menyuntik diri sendiri? YA TIDAK Apakah pernah mendapat transfusi darah? YA TIDAK Jika YA, sebutkan untuk alasan apa: __________________________________________________ Hasil Pemeriksaan Fisik: Kesadaran: Frekuensi nadi: Keadaan umum: Frekuensi nafas: Tekanan darah: Berat badan: Status Generalis: (terutama injecting site and soft tissue infection, liver condition, limfadenopati) Hasil Pemeriksaan Laboratorium: (tidak wajib, namun dapat menjadi pertimbangan bila ada indikasi) - Urine drug screen: - Tes fungsi hati: - Tes kehamilan: - Tes HIV: - Tes Hepatitis B dan C: Pemeriksaan Sinar Tembus (atas indikasi) Pemeriksaan Lain (atas indikasi) Hasil Pemeriksaan Mental/Psikiatris (jika ada indikasi) Hasil Tes Psikologis (jika diperlukan) Evaluasi Sosial: - Riwayat pekerjaan: - Riwayat pendidikan: - Lingkungan rumah: - Berapa jumlah anak? Diagnosis: Rencana Terapi: .......................................,.............20..... Diisi oleh Dr. ............................................ Tanda Tangan 33
  • 36. FORMULIR V LAPORAN BULANAN PENGGUNAAN METADON CAIR BOTOL: MG/ML Nama Rutan/Lapas Bulan: _______ Alamat Tahun: _______ Pema- Pemasukan Jml Total Stok Kaian Stok No Satuan Keselu Pema- Ket Awal Sum Jum Jml Akhir ruhan Kaian ber lah Pasien 1 2 3 4 5 6 2+6 8 9 (2+6) – 9 10 __________, __________________20 ____ PENANGGUNG JAWAB PTRM (Apoteker/Dokter) (__________________________) SIK/SID: __________________ 34
  • 37. FORMULIR VI Nama Lapas/Rutan Alamat Telepon/Fax/Email LAPORAN BULANAN Bulan: __________________ Tahun: ___________________ Jumlah Pasien: Jumlah pasien pada akhir bulan lalu Jumlah pasien baru Jumlah pasien drop out* Jumlah pasien pindah Jumlah pasien ditahan polisi Jumlah pasien meninggal dunia Jumlah pasien dikeluarkan Jumlah pasien pada akhir bulan ini Jumlah pasien dalam terapi ARV Jumlah pasien dalam terapi TB Jumlah pasien dalam terapi ARV & TB *drop out: tidak minum obat dalam waktu 7 hari berturut-turut tanpa alasan Rincian Penyebab Kematian (dilaporkan tiap 3 bulan) Sebab Kematian Jumlah a. Overdosis b. Kecelakaan c. Perkelahian d. Lain-lain, sebutkan: - ....................................................... - ....................................................... - ....................................................... - ....................................................... - ....................................................... - ....................................................... 35
  • 38. FORMULIR VII Nama Lapas/Rutan Alamat Telepon/Fax/Email Rekapitulasi Pelayanan Penunjang Terapi Metadon Bulan..... Tahun 20.... Jumlah Pasien yang Kegiatan Catatan Mengikuti/Diperiksa VCT Pre-test VCT Post-test Kelompok Dukungan Sebaya Lain-lain: ................................... ................................... 36
  • 39. FORMULIR VIII Nama Lapas/Rutan Alamat Telepon/Fax/Email FORMULIR PELAPORAN INSIDEN (bagian dari SOP) Staf penanggung jawab pelaporan: ____________________________________________________ Tanggal, waktu, dan lokasi insiden: ___________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ Deskripsi insiden: __________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ Tindakan yang diambil pada saat itu, dan tindakan selanjutnya: ___________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ Anjuran tindakan: __________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ Tanda tangan: _________________________ (Koordinator Program/Lapangan) 37