SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi
        Kesehatan di Lapas/Rutan Kita
                       -- Patri Handoyo & Amala Rahmah --




“They tell us that the prisons are over‐populated. But what if it were the
population that were being overprisoned?” - Michel Foucault

Peningkatan jumlah tahanan dan narapidana kasus narkoba dalam lima tahun
belakangan, khususnya yang digunakan dengan cara suntik, turut pula
menyumbang tingginya kasus HIV di kalangan penghuni rumah tahanan negara
(rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia. Tercatat pada tahun
2006 terdapat 813 kematian napi dan tahanan dimana 70-75%-nya merupakan
napi/tahanan kasus narkotika. Tercatat pula kematian napi/tahanan pada
tahun 2004-2006 di wilayah DKI Jakarta banyak disebabkan oleh TBC, radang
paru-paru, hepatitis, diare kronik, dan radang otak karena toksoplasma, yang
umum menyertai infeksi HIV (Ditjen Pemasyarakatan Depkum & HAM, 2007).

Angka-angka kematian tersebut berkaitan erat dengan berbagai permasalahan
kesehatan di dalam institusi pemasyarakatan dan tahanan itu sendiri.
Penurunan sistem kekebalan tubuh makin memudahkan napi/tahanan untuk
terjangkit penyakit-penyakit penyerta HIV (opportunistic infections) yang
membutuhkan perawatan serius untuk penyembuhannya. Umumnya, deteksi
dini terhadap HIV yang diidap napi/tahanan tidak terjadi, sehingga banyak dari
mereka yang sudah berada pada stadium HIV akhir (AIDS) ketika datang ke
klinik lapas/rutan.

Di lain pihak, klinik lapas/rutan terbatas dalam hal fasilitas, obat-obatan,
maupun SDM-nya. Sehingga pasien-pasien yang membutuhkan perawatan
tingkat lanjut membutuhkan rujukan ke rumah sakit di luar lapas/rutan.
Rujukan ini juga tidak selalu dapat dilakukan karena biaya yang dibebankan
rumah sakit harus ditanggung oleh napi/tahanan dan kadang harus ditalangi
dulu oleh pengelola lapas/rutan. Belum lagi urusan pengawalan pasien
penghuni lapas/rutan yang anggarannya sangat terbatas.

Tulisan ini berisi tentang permasalahan kesehatan di dalam lapas/rutan berikut
kebijakan dan sistem yang menggelayuti permasalahan tersebut. Kebijakan
tertentu harus diambil oleh sektor-sektor terkait agar permasalahan ini dapat
diselesaikan dari hulu ke hilir.



Layanan dan Sumber Daya Kesehatan di Lapas/Rutan

Ketiadaan layanan dan sumber daya di klinik lapas/rutan berimplikasi pada
tidak   tertanganinya    sebuah    penyakit    mulai    dari    pencegahan       hingga
pengobatannya. Ketiadaan peralatan laboratorium yang dibutuhkan akan
menyulitkan upaya deteksi dini terhadap TBC atau HIV misalnya. Sehingga
kasus-kasus yang ditemukan kebanyakan sudah berada pada stadium lanjut dan
perlu   mendapatkan     perawatan    yang     tidak   dapat    dilakukan    di   dalam
lapas/rutan.

Fasilitas yang tidak tersedia seperti obat-obatan juga turut memperburuk
situasi kesehatan di lapas/rutan. Sulitnya merencanakan pembelian obat
sehingga diserap sebelum masa kadaluwarsanya, menjadi pertimbangan
tersendiri bagi pengelola lapas/rutan untuk tidak melengkapi persediaan obat
sehingga   tidak    perlu   lagi   membeli     obat    di   luar   ketika    penghuni
membutuhkannya.

Jika anggaran kesehatan lapas/rutan ditujukan untuk dapat menanggulangi
seluruh masalah kesehatan penghuni, jumlahnya akan sangat besar. Karena itu
berarti harus melengkapi seluruh klinik penjara dengan sediaan obat yang
lengkap, laboratorium dan perlengkapannya, tenaga kesehatan, serta peralatan
medis yang menunjang seperti layaknya rumah sakit.

Terdapat tiga skema kelengkapan layanan kesehatan untuk lapas/rutan, yaitu:
tidak ada layanan; layanan proporsional; dan layanan lengkap. Tidak ada
layanan adalah sebuah skema yang tidak diinginkan siapapun, karena segala
bentuk layanan kesehatan harus dirujuk ke luar lapas/rutan. Dan ini juga
berarti tidak ada pengawasan dan/atau pemeliharaan kondisi kesehatan di
dalam lapas/rutan yang melekat pada sebuah populasi. Skema kedua adalah
layanan proporsional. Skema ketiga, layanan lengkap, berarti bahwa klinik di
lapas/rutan memiliki fasilitas dan SDM yang setara dengan rumah sakit sehingga
mampu mengatasi berbagai penyakit. Namun mengingat besarnya biaya yang
harus dihabiskan untuk melengkapi seluruh lapas dan rutan, skema ketiga ini
sulit untuk diakomodasi dan akan membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Dalam upaya-upaya penanggulangan masalah kesehatan di lapas/rutan saat ini,
berangkat dari tingginya angka kematian dan kesakitan, sejumlah pihak
mengimplementasikan dukungannya dengan mengisi kekosongan di skema
pertama (tidak ada layanan). Dukungan tersebut, biasanya dalam bentuk
bantuan dana dari organisasi internasional, berupa SDM dan fasilitas yang tidak
berkesinambungan, sehingga ketika proyek bantuan tersebut selesai maka
selesai pula layanan kesehatan di lapas/rutan. Ketidaksinambungan ini
diakibatkan karena dukungan yang diberikan tidak menyentuh sistem terkait
kesehatan baik secara vertikal (internal Departemen Hukum dan HAM) maupun
horizontal (dengan sistem kesehatan di wilayah kerja – pemerintah lokal,
dinkes, dan rumah sakit).

Untuk mengatasi masalah ketersediaan layanan dan sumber daya kesehatan di
lapas/rutan dengan kondisi saat ini, maka diperlukan upaya-upaya untuk
mendorong pemerintah pusat (dalam hal ini Departemen Hukum dan HAM) agar
meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dan melengkapi sumber daya di
lapas dan rutan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan,
sehingga layanan kesehatan di sana menjadi proporsional. Selain itu,
diperlukan pula penguatan jaringan, khususnya rujukan kesehatan, di wilayah
sehingga upaya-upaya kesehatan yang dilakukan di sebuah penjara terintegrasi
dengan sistem kesehatan masyarakat setempat. Skema kelengkapan layanan
kesehatan untuk lapas/rutan yang kedua (layanan proporsional) adalah yang
harus didorong dan paling realistis dilakukan untuk saat ini dengan pula
membangun jejaring layanan sehingga terintegrasi dengan sistem kesehatan
masyarakat.

Batasan yang tegas tentang kondisi apa saja yang perawatannya bisa dilakukan
di klinik lapas/rutan dengan kondisi seperti apa yang harus dirujuk ke sistem
kesehatan yang ada di luar lapas/rutan harus dibangun. Hal ini dilakukan agar
urusan-urusan kesehatan tetap menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan
dan otoritas kesehatan di daerah, sementara jajaran Departemen Hukum dan
HAM dalam urusan kesehatan melaksanakan pelayanan sesuai batasan tersebut,
tidak mengambil alih tanggung jawab sektor.



Kebijakan-kebijakan untuk Kesehatan

Sejumlah penyakit memiliki ‘sakralisasi’ penanggulangan yang menghambat
upaya deteksi dini dan pengobatannya. Intervensi sebenaranya dapat dilakukan
dengan peralatan dan tenaga yang telah tersedia di setiap lapas/rutan, atau
dengan   dukungan    sederhana     dari   otoritas     kesehatan    wilayah    dimana
lapas/rutan berlokasi. Namun karena sejumlah penyakit dianggap sakral dan
memerlukan prosedur yang berliku dan canggih dalam pemeriksaan maupun
pengobatannya,   pada   akhirnya     ketiadaan       tenaga   dan   mahalnya    biaya
perawatan beserta sarana penunjangnyalah yang menjadi alasan untuk setiap
kematian yang terjadi di lapas/rutan.

Rujukan pemeriksaan dan pengobatan yang biayanya harus ditanggung oleh
penghuni akibat ketiadaan asuransi kesehatan adalah masalah tersendiri dalam
kebijakan kesehatan baik di daerah maupun pusat. Permasalahan di dalam
lapas/rutan merupakan refleksi atas keadaan yang sesungguhnya terjadi di
masyarakat mengenai mahalnya biaya perawatan vis a vis jaminan kesehatan
yang tidak dimiliki sebagian besar warga negara Indonesia.

Paska diberlakukannya UU Desentralisasi, tidak ada peraturan atau kesepakatan
antara otoritas kesehatan dan pemasyarakatan di tingkat pusat untuk layanan
kesehatan di lapas/rutan. Walaupun tumpang tindih anggaran tidak lagi terjadi
di tingkat daerah, namun di tingkat pusat tidak pernah dibuat mekanisme
penanggulangan masalah kesehatan di lapas/rutan antara sektor-sektor terkait.

Keadaan-keadaan di atas dapat terjadi dikarenakan paling tidak oleh dua hal:

    a. Komersialisasi   kesehatan   yang    selalu   tertuju   pada   upaya-upaya
      kesehatan perorangan, tata laksana penanganan kesehatan dibuat
      serumit dan seberbelit-belit mungkin sehingga berbiaya tinggi;

    b. Lemahnya perlindungan negara terhadap hak-hak yang dimiliki warganya
      ditandai dengan tidak adanya tata kebijakan (kalaupun ada, tidak tegas
      penerapannya) yang mengatur tentang jaminan kesehatan.

Kebijakan pemerintah ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh
warga negara termasuk penghuni penjara. Ini berkaitan dengan penerapan
kebijakan desentralisasi yang menyebabkan terbatasnya warga yang tidak
terdaftar sebagai warga dimana lapas/rutan berlokasi untuk dapat mengakses
asuransi maupun jaminan atas layanan kesehatan sebagai rujukan di luar
lapas/rutan. Kebijakan pemerintah juga ditujukan untuk memfungsikan secara
efektif seluruh unit kerja pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan tersebut
dalam rangka menunaikan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah.

Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka dibutuhkan sebuah tata
kebijakan penanganan kesehatan yang bertumpu pada upaya kesehatan
masyarakat,   bukan     upaya   kesehatan   perorangan.    Komersialisasi   sektor
kesehatan harus pula diimbangi dengan perlindungan atau jaminan kepada
masyarakat sehingga kesehatan yang merupakan hak warga negara secara
umum tidak terabaikan. Tanggung jawab sosial industri kesehatan mutlak
dituntut agar tidak semata-mata mengeruk keuntungan baik dari masyarakat
langsung maupun dari pembayaran jaminan kesehatan oleh negara.
Kasus Narkoba dan Hunian yang Melebihi Kapasitas

Tingginya tingkat hunian lapas dan rutan hingga melebihi kapasitas mau tidak
mau turut berpengaruh pada kondisi kesehatan penghuni. Hingga Februari 2007
terdapat 118,443 penghuni seluruh lapas dan rutan di Indonesia yang
berkapasitas 76,550 orang, padahal sejak 2002 hingga 2006 pemerintah telah
membangun 13 lapas khusus narkotika baru (Data Kasus Tindak Pidana Narkoba
di Indonesia tahun 2001-2006 – Badan Narkotika Nasional, 2007). Kematian-
kematian di dalam lapas/rutan banyak disumbangkan oleh pelanggar kasus
narkoba pengidap HIV. Masih menurut BNN, pada tahun 2006, 28.4% dari
seluruh jumlah penghuni lapas dan rutan di Indonesia adalah pelanggar kasus
narkoba. Walaupun demikian, tidak ada upaya inovatif yang lebih efektif dalam
menanggulangi   masalah   narkoba   kecuali   gencarnya   penangkapan   yang
kemudian berakhir di lapas dan rutan.

Kematian, penularan HIV, dan masalah kesehatan lain di lapas/rutan
merupakan ekses dari sebuah penerapan kebijakan yang mengedepankan
kriminalisasi terhadap siapapun yang terlibat napza. Kebijakan yang ditujukan
untuk melindungi masyarakat dari peredaran dan produksi napza ilegal ternyata
malah memenjarakan orang-orang yang seharusnya mendapat perlindungan.
Dari seluruh kasus narkoba di lapas/rutan, pemakai merupakan populasi
terbanyak yang ada di penjara saat ini dengan perincian sebagai berikut:
Pemakai 25,283 (74%); Pengedar 8,200 (24%); dan Produsen 683 (2%) (Data
Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia tahun 2001-2006 – Badan Narkotika
Nasional, 2007). Jika tujuan kriminalisasi tersebut adalah untuk melindungi
masyarakat dari pemakaian napza, maka seharusnya yang banyak berada di
penjara adalah produsennya.

Maka sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengkaji ulang kebijakan napza yang
selama ini justru menyebabkan penjara-penjara kelebihan hunian, penurunan
kondisi kesehatan di dalamnya hingga pada kematian, dan pada akhirnya terus
meningkatkan beban biaya negara untuk upaya-upaya pemberantasan napza,
pemenjaraan, dan penanganan kesehatan.

More Related Content

What's hot

Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukanpjj_kemenkes
 
IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)enars
 
Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatan
Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatanPanduan praktis pelayanan bpjs kesehatan
Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatanMbah Lanang
 
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasJaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasMuh Saleh
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan KesehatanBPJS Kesehatan RI
 
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RSSKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RSAmalia Senja
 
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesiaMakalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesiaevinurmiftahuljannah
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat KesehatanBPJS Kesehatan RI
 
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatanAnalisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatanABSTRACTPIT
 
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan KesehatanSistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan Kesehatanpjj_kemenkes
 
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaAnalisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaFuad Amsyari
 
Paparan jaminan kesehatan nasional sekjen
Paparan jaminan kesehatan nasional  sekjenPaparan jaminan kesehatan nasional  sekjen
Paparan jaminan kesehatan nasional sekjenAngga Riefdianto
 
Ppt etika dan hukum kesehatan
Ppt etika dan hukum kesehatanPpt etika dan hukum kesehatan
Ppt etika dan hukum kesehatansumardi AMK
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
 

What's hot (20)

Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukan
 
MI 1
MI 1MI 1
MI 1
 
MI 6
MI 6MI 6
MI 6
 
IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
 
Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatan
Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatanPanduan praktis pelayanan bpjs kesehatan
Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatan
 
BPJS
BPJSBPJS
BPJS
 
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasJaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
 
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RSSKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RS
 
Phbs di institusi
Phbs di institusiPhbs di institusi
Phbs di institusi
 
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesiaMakalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
 
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatanAnalisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
 
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan KesehatanSistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan Kesehatan
 
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan GadarEtika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
 
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaAnalisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
 
Paparan jaminan kesehatan nasional sekjen
Paparan jaminan kesehatan nasional  sekjenPaparan jaminan kesehatan nasional  sekjen
Paparan jaminan kesehatan nasional sekjen
 
Ppt etika dan hukum kesehatan
Ppt etika dan hukum kesehatanPpt etika dan hukum kesehatan
Ppt etika dan hukum kesehatan
 
Puskesmas
PuskesmasPuskesmas
Puskesmas
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
 

Similar to KESEHATAN DI LAPAS

FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdfFNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdfAdelinaKusumaWardhan1
 
Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523
Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523
Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523STISIPWIDURI
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukanpjj_kemenkes
 
alur rujukan.pptx
alur rujukan.pptxalur rujukan.pptx
alur rujukan.pptxrahma31
 
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatanSesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatanMuklis Bat'Rock
 
[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx
[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx
[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptxStevieArdiantoNappoe
 
Strategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter Spesialis
Strategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter SpesialisStrategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter Spesialis
Strategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter SpesialisMuhammad Idham Rahman
 
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatanMakalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatanSeptian Muna Barakati
 
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptxpemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptxSYAHRUDINSYAHRUDIN9
 
Pengantar adm kes
Pengantar adm kesPengantar adm kes
Pengantar adm kesady suhardi
 
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatantelaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatanAsiyah Khoirunnisaa
 
01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxsunardi21
 

Similar to KESEHATAN DI LAPAS (20)

Bab i dan ii
Bab i dan iiBab i dan ii
Bab i dan ii
 
Sistem yankes
Sistem yankesSistem yankes
Sistem yankes
 
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdfFNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
 
Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523
Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523
Vol 1 no_1_desember_2014_5_sr_theresa-0fb63-2142_523
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukan
 
alur rujukan.pptx
alur rujukan.pptxalur rujukan.pptx
alur rujukan.pptx
 
Modul 8 kb 2
Modul 8 kb 2Modul 8 kb 2
Modul 8 kb 2
 
Perumahsakitan di indonesia harimat
Perumahsakitan di indonesia   harimatPerumahsakitan di indonesia   harimat
Perumahsakitan di indonesia harimat
 
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatanSesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
 
[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx
[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx
[Pembahas Dr. dr. Trihono, M.Sc] Tanggapan Integrasi Yankes di FKTP.pptx
 
Strategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter Spesialis
Strategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter SpesialisStrategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter Spesialis
Strategi FK Swasta Menyikapi Hospital-Based Program Residen Dokter Spesialis
 
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatanMakalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
 
PPT yeww.pptx
PPT yeww.pptxPPT yeww.pptx
PPT yeww.pptx
 
Sistem Rujukan.pptx
Sistem Rujukan.pptxSistem Rujukan.pptx
Sistem Rujukan.pptx
 
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptxpemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptx
 
Pengantar adm kes
Pengantar adm kesPengantar adm kes
Pengantar adm kes
 
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatantelaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 
01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
01. Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
 
Perawatan primer menempatkan orang pertama
Perawatan primer menempatkan orang pertamaPerawatan primer menempatkan orang pertama
Perawatan primer menempatkan orang pertama
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 

More from Sketchpowder, Inc.

Ilustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi NapzaIlustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi NapzaSketchpowder, Inc.
 
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationCommunity Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationSketchpowder, Inc.
 
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011Sketchpowder, Inc.
 
Refleksi transformatif war on drugs cover preview
Refleksi transformatif war on drugs   cover previewRefleksi transformatif war on drugs   cover preview
Refleksi transformatif war on drugs cover previewSketchpowder, Inc.
 
Intuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company ProfileIntuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company ProfileSketchpowder, Inc.
 
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah PenjajakanLayanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah PenjajakanSketchpowder, Inc.
 
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnyaMengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnyaSketchpowder, Inc.
 
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...Sketchpowder, Inc.
 
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza SuntikPanduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza SuntikSketchpowder, Inc.
 
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi IndonesiaHarm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi IndonesiaSketchpowder, Inc.
 
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba SuntikDokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba SuntikSketchpowder, Inc.
 
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Sketchpowder, Inc.
 
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009Sketchpowder, Inc.
 
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan
Protokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  PenyiksaanProtokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  Penyiksaan
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang PenyiksaanSketchpowder, Inc.
 
Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...
Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...
Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...Sketchpowder, Inc.
 
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFINPENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFINSketchpowder, Inc.
 

More from Sketchpowder, Inc. (20)

Ilustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi NapzaIlustrasi Kerangka Ekonomi Napza
Ilustrasi Kerangka Ekonomi Napza
 
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationCommunity Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
 
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
Legenda Pohon Ganja - LGN, 2011
 
Refleksi transformatif war on drugs cover preview
Refleksi transformatif war on drugs   cover previewRefleksi transformatif war on drugs   cover preview
Refleksi transformatif war on drugs cover preview
 
Intuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company ProfileIntuisi, Inc. - Company Profile
Intuisi, Inc. - Company Profile
 
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah PenjajakanLayanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
Layanan Alat Suntik Steril di Lapas dan Rutan Indonesia: Sebuah Penjajakan
 
Perempuan di Lingkar Napza
Perempuan di Lingkar NapzaPerempuan di Lingkar Napza
Perempuan di Lingkar Napza
 
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnyaMengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
Mengurangi mudarat konsumsi napza di kalangan remaja dan komunitasnya
 
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan Narkoba di Jajaran Pemasyarakat...
 
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza SuntikPanduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
Panduan Diskusi Kelompok Pengguna Napza Suntik
 
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi IndonesiaHarm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
Harm Reduction - Kebijakan dan Strategi Indonesia
 
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba SuntikDokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
Dokumentasi Pelanggaran HAM di Kelompok Pengguna Narkoba Suntik
 
12 Concepts Anonymous
12 Concepts Anonymous12 Concepts Anonymous
12 Concepts Anonymous
 
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
 
Upah, Harga, dan Laba
Upah, Harga, dan LabaUpah, Harga, dan Laba
Upah, Harga, dan Laba
 
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009
 
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan
Protokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  PenyiksaanProtokol Opsional  untuk Konvensi PBB Menentang  Penyiksaan
Protokol Opsional untuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan
 
Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...
Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...
Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan d...
 
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFINPENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
PENGATURAN KHUSUS PENYALURAN DAN PENYERAHAN BUPRENORFIN
 
Make Heroin Legal
Make Heroin LegalMake Heroin Legal
Make Heroin Legal
 

KESEHATAN DI LAPAS

  • 1. Hunian yang Melebihi Kapasitas dan Kondisi Kesehatan di Lapas/Rutan Kita -- Patri Handoyo & Amala Rahmah -- “They tell us that the prisons are over‐populated. But what if it were the population that were being overprisoned?” - Michel Foucault Peningkatan jumlah tahanan dan narapidana kasus narkoba dalam lima tahun belakangan, khususnya yang digunakan dengan cara suntik, turut pula menyumbang tingginya kasus HIV di kalangan penghuni rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia. Tercatat pada tahun 2006 terdapat 813 kematian napi dan tahanan dimana 70-75%-nya merupakan napi/tahanan kasus narkotika. Tercatat pula kematian napi/tahanan pada tahun 2004-2006 di wilayah DKI Jakarta banyak disebabkan oleh TBC, radang paru-paru, hepatitis, diare kronik, dan radang otak karena toksoplasma, yang umum menyertai infeksi HIV (Ditjen Pemasyarakatan Depkum & HAM, 2007). Angka-angka kematian tersebut berkaitan erat dengan berbagai permasalahan kesehatan di dalam institusi pemasyarakatan dan tahanan itu sendiri. Penurunan sistem kekebalan tubuh makin memudahkan napi/tahanan untuk terjangkit penyakit-penyakit penyerta HIV (opportunistic infections) yang membutuhkan perawatan serius untuk penyembuhannya. Umumnya, deteksi dini terhadap HIV yang diidap napi/tahanan tidak terjadi, sehingga banyak dari mereka yang sudah berada pada stadium HIV akhir (AIDS) ketika datang ke klinik lapas/rutan. Di lain pihak, klinik lapas/rutan terbatas dalam hal fasilitas, obat-obatan, maupun SDM-nya. Sehingga pasien-pasien yang membutuhkan perawatan tingkat lanjut membutuhkan rujukan ke rumah sakit di luar lapas/rutan. Rujukan ini juga tidak selalu dapat dilakukan karena biaya yang dibebankan
  • 2. rumah sakit harus ditanggung oleh napi/tahanan dan kadang harus ditalangi dulu oleh pengelola lapas/rutan. Belum lagi urusan pengawalan pasien penghuni lapas/rutan yang anggarannya sangat terbatas. Tulisan ini berisi tentang permasalahan kesehatan di dalam lapas/rutan berikut kebijakan dan sistem yang menggelayuti permasalahan tersebut. Kebijakan tertentu harus diambil oleh sektor-sektor terkait agar permasalahan ini dapat diselesaikan dari hulu ke hilir. Layanan dan Sumber Daya Kesehatan di Lapas/Rutan Ketiadaan layanan dan sumber daya di klinik lapas/rutan berimplikasi pada tidak tertanganinya sebuah penyakit mulai dari pencegahan hingga pengobatannya. Ketiadaan peralatan laboratorium yang dibutuhkan akan menyulitkan upaya deteksi dini terhadap TBC atau HIV misalnya. Sehingga kasus-kasus yang ditemukan kebanyakan sudah berada pada stadium lanjut dan perlu mendapatkan perawatan yang tidak dapat dilakukan di dalam lapas/rutan. Fasilitas yang tidak tersedia seperti obat-obatan juga turut memperburuk situasi kesehatan di lapas/rutan. Sulitnya merencanakan pembelian obat sehingga diserap sebelum masa kadaluwarsanya, menjadi pertimbangan tersendiri bagi pengelola lapas/rutan untuk tidak melengkapi persediaan obat sehingga tidak perlu lagi membeli obat di luar ketika penghuni membutuhkannya. Jika anggaran kesehatan lapas/rutan ditujukan untuk dapat menanggulangi seluruh masalah kesehatan penghuni, jumlahnya akan sangat besar. Karena itu berarti harus melengkapi seluruh klinik penjara dengan sediaan obat yang lengkap, laboratorium dan perlengkapannya, tenaga kesehatan, serta peralatan medis yang menunjang seperti layaknya rumah sakit. Terdapat tiga skema kelengkapan layanan kesehatan untuk lapas/rutan, yaitu: tidak ada layanan; layanan proporsional; dan layanan lengkap. Tidak ada
  • 3. layanan adalah sebuah skema yang tidak diinginkan siapapun, karena segala bentuk layanan kesehatan harus dirujuk ke luar lapas/rutan. Dan ini juga berarti tidak ada pengawasan dan/atau pemeliharaan kondisi kesehatan di dalam lapas/rutan yang melekat pada sebuah populasi. Skema kedua adalah layanan proporsional. Skema ketiga, layanan lengkap, berarti bahwa klinik di lapas/rutan memiliki fasilitas dan SDM yang setara dengan rumah sakit sehingga mampu mengatasi berbagai penyakit. Namun mengingat besarnya biaya yang harus dihabiskan untuk melengkapi seluruh lapas dan rutan, skema ketiga ini sulit untuk diakomodasi dan akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Dalam upaya-upaya penanggulangan masalah kesehatan di lapas/rutan saat ini, berangkat dari tingginya angka kematian dan kesakitan, sejumlah pihak mengimplementasikan dukungannya dengan mengisi kekosongan di skema pertama (tidak ada layanan). Dukungan tersebut, biasanya dalam bentuk bantuan dana dari organisasi internasional, berupa SDM dan fasilitas yang tidak berkesinambungan, sehingga ketika proyek bantuan tersebut selesai maka selesai pula layanan kesehatan di lapas/rutan. Ketidaksinambungan ini diakibatkan karena dukungan yang diberikan tidak menyentuh sistem terkait kesehatan baik secara vertikal (internal Departemen Hukum dan HAM) maupun horizontal (dengan sistem kesehatan di wilayah kerja – pemerintah lokal, dinkes, dan rumah sakit). Untuk mengatasi masalah ketersediaan layanan dan sumber daya kesehatan di lapas/rutan dengan kondisi saat ini, maka diperlukan upaya-upaya untuk mendorong pemerintah pusat (dalam hal ini Departemen Hukum dan HAM) agar meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dan melengkapi sumber daya di lapas dan rutan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan, sehingga layanan kesehatan di sana menjadi proporsional. Selain itu, diperlukan pula penguatan jaringan, khususnya rujukan kesehatan, di wilayah sehingga upaya-upaya kesehatan yang dilakukan di sebuah penjara terintegrasi dengan sistem kesehatan masyarakat setempat. Skema kelengkapan layanan kesehatan untuk lapas/rutan yang kedua (layanan proporsional) adalah yang
  • 4. harus didorong dan paling realistis dilakukan untuk saat ini dengan pula membangun jejaring layanan sehingga terintegrasi dengan sistem kesehatan masyarakat. Batasan yang tegas tentang kondisi apa saja yang perawatannya bisa dilakukan di klinik lapas/rutan dengan kondisi seperti apa yang harus dirujuk ke sistem kesehatan yang ada di luar lapas/rutan harus dibangun. Hal ini dilakukan agar urusan-urusan kesehatan tetap menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan dan otoritas kesehatan di daerah, sementara jajaran Departemen Hukum dan HAM dalam urusan kesehatan melaksanakan pelayanan sesuai batasan tersebut, tidak mengambil alih tanggung jawab sektor. Kebijakan-kebijakan untuk Kesehatan Sejumlah penyakit memiliki ‘sakralisasi’ penanggulangan yang menghambat upaya deteksi dini dan pengobatannya. Intervensi sebenaranya dapat dilakukan dengan peralatan dan tenaga yang telah tersedia di setiap lapas/rutan, atau dengan dukungan sederhana dari otoritas kesehatan wilayah dimana lapas/rutan berlokasi. Namun karena sejumlah penyakit dianggap sakral dan memerlukan prosedur yang berliku dan canggih dalam pemeriksaan maupun pengobatannya, pada akhirnya ketiadaan tenaga dan mahalnya biaya perawatan beserta sarana penunjangnyalah yang menjadi alasan untuk setiap kematian yang terjadi di lapas/rutan. Rujukan pemeriksaan dan pengobatan yang biayanya harus ditanggung oleh penghuni akibat ketiadaan asuransi kesehatan adalah masalah tersendiri dalam kebijakan kesehatan baik di daerah maupun pusat. Permasalahan di dalam lapas/rutan merupakan refleksi atas keadaan yang sesungguhnya terjadi di masyarakat mengenai mahalnya biaya perawatan vis a vis jaminan kesehatan yang tidak dimiliki sebagian besar warga negara Indonesia. Paska diberlakukannya UU Desentralisasi, tidak ada peraturan atau kesepakatan antara otoritas kesehatan dan pemasyarakatan di tingkat pusat untuk layanan
  • 5. kesehatan di lapas/rutan. Walaupun tumpang tindih anggaran tidak lagi terjadi di tingkat daerah, namun di tingkat pusat tidak pernah dibuat mekanisme penanggulangan masalah kesehatan di lapas/rutan antara sektor-sektor terkait. Keadaan-keadaan di atas dapat terjadi dikarenakan paling tidak oleh dua hal: a. Komersialisasi kesehatan yang selalu tertuju pada upaya-upaya kesehatan perorangan, tata laksana penanganan kesehatan dibuat serumit dan seberbelit-belit mungkin sehingga berbiaya tinggi; b. Lemahnya perlindungan negara terhadap hak-hak yang dimiliki warganya ditandai dengan tidak adanya tata kebijakan (kalaupun ada, tidak tegas penerapannya) yang mengatur tentang jaminan kesehatan. Kebijakan pemerintah ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh warga negara termasuk penghuni penjara. Ini berkaitan dengan penerapan kebijakan desentralisasi yang menyebabkan terbatasnya warga yang tidak terdaftar sebagai warga dimana lapas/rutan berlokasi untuk dapat mengakses asuransi maupun jaminan atas layanan kesehatan sebagai rujukan di luar lapas/rutan. Kebijakan pemerintah juga ditujukan untuk memfungsikan secara efektif seluruh unit kerja pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan tersebut dalam rangka menunaikan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah. Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka dibutuhkan sebuah tata kebijakan penanganan kesehatan yang bertumpu pada upaya kesehatan masyarakat, bukan upaya kesehatan perorangan. Komersialisasi sektor kesehatan harus pula diimbangi dengan perlindungan atau jaminan kepada masyarakat sehingga kesehatan yang merupakan hak warga negara secara umum tidak terabaikan. Tanggung jawab sosial industri kesehatan mutlak dituntut agar tidak semata-mata mengeruk keuntungan baik dari masyarakat langsung maupun dari pembayaran jaminan kesehatan oleh negara.
  • 6. Kasus Narkoba dan Hunian yang Melebihi Kapasitas Tingginya tingkat hunian lapas dan rutan hingga melebihi kapasitas mau tidak mau turut berpengaruh pada kondisi kesehatan penghuni. Hingga Februari 2007 terdapat 118,443 penghuni seluruh lapas dan rutan di Indonesia yang berkapasitas 76,550 orang, padahal sejak 2002 hingga 2006 pemerintah telah membangun 13 lapas khusus narkotika baru (Data Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia tahun 2001-2006 – Badan Narkotika Nasional, 2007). Kematian- kematian di dalam lapas/rutan banyak disumbangkan oleh pelanggar kasus narkoba pengidap HIV. Masih menurut BNN, pada tahun 2006, 28.4% dari seluruh jumlah penghuni lapas dan rutan di Indonesia adalah pelanggar kasus narkoba. Walaupun demikian, tidak ada upaya inovatif yang lebih efektif dalam menanggulangi masalah narkoba kecuali gencarnya penangkapan yang kemudian berakhir di lapas dan rutan. Kematian, penularan HIV, dan masalah kesehatan lain di lapas/rutan merupakan ekses dari sebuah penerapan kebijakan yang mengedepankan kriminalisasi terhadap siapapun yang terlibat napza. Kebijakan yang ditujukan untuk melindungi masyarakat dari peredaran dan produksi napza ilegal ternyata malah memenjarakan orang-orang yang seharusnya mendapat perlindungan. Dari seluruh kasus narkoba di lapas/rutan, pemakai merupakan populasi terbanyak yang ada di penjara saat ini dengan perincian sebagai berikut: Pemakai 25,283 (74%); Pengedar 8,200 (24%); dan Produsen 683 (2%) (Data Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia tahun 2001-2006 – Badan Narkotika Nasional, 2007). Jika tujuan kriminalisasi tersebut adalah untuk melindungi masyarakat dari pemakaian napza, maka seharusnya yang banyak berada di penjara adalah produsennya. Maka sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengkaji ulang kebijakan napza yang selama ini justru menyebabkan penjara-penjara kelebihan hunian, penurunan kondisi kesehatan di dalamnya hingga pada kematian, dan pada akhirnya terus meningkatkan beban biaya negara untuk upaya-upaya pemberantasan napza, pemenjaraan, dan penanganan kesehatan.