SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Tindakan Operatif Kebidanan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
TITIK HINDRIATI
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 3
OBSTETRI
Modul
KEGIATAN BELAJAR 2
JENIS Tindakan operatif Kebidanan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
	 Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL EMPAT dari EMPAT MODUL dalam Mata
Kuliah Obstetri yang berjudul Tindakan Operatif Kebidanan.
	 Modul Obstetri ini disusun dalam rangka membantu proses
pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan sistem
pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan
latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk
ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
	 Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada
segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya
modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
	 Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat
kami harapkan.
	 Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang
menggunakan system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
Gambar : Pengecekan cabang bayi
Daftar Istilah
ISTILAH KETERANGAN
Pasca Partum 1-2 jam Setelah melahirkan
Augmetasi persalinan
Intervensi untuk menilai kemajuan perslinan yang
lambatpada kehamilan trimester II atau III
AVM
Aspirasi Vakum Manual adalah alat yang digunakan cara
efektif untuk mengatasi abortus inkomplit
Abortus
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester I
Hcg
Hormone corionic Gonadotropin adalah hormon yang
dihasilkan oleh oleh plasenta
Nocturia Sering Kencing dimalam hari
USG
Ultra Sonografi adalah alat yang digunakan untuk
monitor kondisi janin dalam rahim (kandungan)
Vakum ekstraksi
Adalah alat yang digunakan untuk membantu proses
persalinan macet, dengan indikasi ibu dan bayi
Mourisceu
Adalah sutu tehnik untuk melahirkan bokokng dengan
melakukan traksi rahang dan bahu pada presentasi
sungsang
Tirah baring
Istirahat total ditempat tidur
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
4
Petunjuk Umum Belajar
Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara mandiri,
kami yakin Anda akan berhasil, jika anda mau mempelajarinya secara serius dan benar.
Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1)	 Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam mempelajari
modul ini.
2)	 Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB)1 dan seterusnya,
karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan
materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya.
3)	 Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan mempraktikan materi yang
tertuang dalam modul ini.
4)	 Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada materi
yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya.
5)	 Untuk mempelajari modul ini dibutuhkan waktu sedikitnya 90 menit.
6)	 Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari buku, koran,
majalah maupun artikel lain yang membahas tentang tindakan operatif kebidanan.
7)	 Untuk lebih memudahkan memahami modul ini, amati kondisi yang berkaitan dengan
kasus penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang memerlukan tindakan operatif
kebidanan seperti robekan jalan lahir, pertolongan sunsang, vakum ekstraksi dll.
8)	 SetelahselesaimempelajarisatuKegiatanBelajarini,Andadimintauntukmengerjakan
tugas maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil minimal 80%
jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari Kegiatan
Belajar berikutnya.
9)	 Kunci jawaban untuk setiap Kegiatan Belajar ada di bagian akhir modul ini. Silahkan
cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika Anda belum berhasil
silahkan pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Ingat! Jangan
melihat kunci jawaban sebelum Anda selesai mengerjakan tugas
10)	 Bila Anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih
juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosen /fasilitator dari Mata Kuliah ini.
11)	 Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah Anda kerjakan dengan
benar, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah menguasai seluruh materi
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi dosen
Pembimbing Anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan berhasil
bila minimal jawaban Anda 80% benar. Maka selanjutnya Anda diperbolehkan untuk
mempalajari modul berikutnya.
Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa
Allah Swt agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil
dengan baik.
Pendahuluan
Rekan-rekan mahasiswa selamat bertemu kembali dengan Mata Kuliah Obstetri.
Sekarang kita akan lanjutkan untuk mempelajari modul keempat yang harus anda
selesaikan. Modul ini berjudul “Tindakan Operatif kebidanan ”. yang meliputi 3 kegiatan
belajar (KB) dan terdiri dari : KB-1 tentang Tindakan operatif Kebidanan, KB-2 tentang
Indikasi Janin pada tindakan operatif kebidanan dan KB-3 tentang Indetifikasi gangguan
psikologis dalam kebidanan dan penatalaksanaan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu mengidentifikasi kasus
yang memerlukan tindakan operatif kebidanan dan mengidentifikasi kasus gangguan
psikologis dalam kebidanan yang mungkin terjadi dan atas dasar pemahaman dalam
pengambilan keputusan untuk berkolaborasi dan bertindak sesuai kewenangan anda
sebagai bidan.
Modul ini direncanakan agar anda dapat mempelajari sebelum kegiatan modul
pembelajaran secara tatap muka dengan tutor. Oleh karena itu anda dapat
mengoptimalkan pemanfaatan pembelajaran melalui modul ini secara optimal melalui
pembelajaran mandiri, berkelompok untuk berdiskusi dalam rangka pemecahan
masalah, sehingga ketika pertemuan dengan tutor maka anda dapat (1) mendiskusikan
materipembelajaranyangbelumsepenuhnyaAndapahami,(2)mendapatkanpenjelasan
tambahan, dan (3) mampu mengidentifikasi dan menunjukkan hasil pemecahan
masalah yang telah dilakukan oleh kelompok belajar. Untuk mempelajari modul ini
sedikitnya dibutuhkan waktu 3 x 30 menit. Pada saat pertemuan atau tatap muka, anda
diharapkan membuat catatan-catatan tentang hal-hal yang perlu didiskusikan selama
kegiatan pembelajaran. Akhirnya, selamat belajar dan semoga SUKSES !
Manfaat yang akan Anda peroleh setelah selesai mempelajari modul ini dan mengikuti
kegiatan pembelajaran secara tatap muka adalah bertambahnya pengetahuan dan
pemahaman Anda tentang pentingnya memahami kasus-kasus yang memerlukan
tindakan operatif kebidanan sehingga nantinya Anda akan dapat lebih fokus dalam
melakukan identifikasi, pengambilan keputusan dan berkolaborasi dengan dokter serta
melakukan tindakan operatif kebidanan di lingkungan kerja anda sesuai dengan prinsip
kegawat daruratan, kompetensi dan kewenangan bidan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
6
Kegiatan
Belajar 2
Setelah selesai mempelajari kegiatan belajar 2 ini anda diharapkan mampu mengenal
jenis tindakan operatif Kebidanan dengan benar
secara khusus anda diharapkan dapat mengenal jenis tindakan :
•	 Vakum Ekstraksi,
•	 Dilatasi dan kuretase,
•	 Forcep Ekstraksi,
•	 Seksio Caesaria,
•	 Induksi Persalinan,
•	 Pertolongan sunsang,
•	 Dilatasi jalan lahir
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka pokok-pokok materi
pembelajaran yang akan Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar-1 ini meliputi:
•	 Vakum Ekstraksi,
•	 Dilatasi dan kuretase,
•	 Forcep Ekstraksi,
•	 Seksio Caesaria,
•	 Induksi Persalinan,
•	 Pertolongan sunsang,
•	 Dilatasi jalan lahir
JENIS TINDAKAN OPERATIF KEBIDANAN Uraian
Materi
Tindakan Opertiaf Kebidanan dapat terjadi setiap saat dalam kasus kebidanan yang
sifatnya mendadak , khususnya pada masa kehamilan dan persalinan. Maka anda
harus mengenal jenis tindakan yang tepat sesuai dengan penyulit kehamilan maupun
persalinan. Nah sekarang coba tuliskan kasus kehamilan atau persalinan yang pernah
anda hadapi dan anda rujuk segera demi keselamatan ibu dan anak , tuliskan jawaban
anda pada kotak dibawah ini
Apakah anda, sudah selesai menulis jawabannya? Jika sudah sekarang simak dan pelajari
dengan seksama jawaban anda pada uraian materi pembelajaran berikut ini.
VAKUM EKSTRAKSI
VakumEkstraksiatauekstrasivakumadalahtindakanobstetrikoperatifuntukmelahirkan
kepala janin dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada
kulit kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran.
Tekhnik tindakan ekstraksi vakum adalah tahapan tindakan persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative pada kepala dengan menggunakan
ekstraktor vakum (ventouse) dari malmastrom yang berfungsi untuk ekstraksi, fleksi,
dan ekstensi kepala janin, sehingga janin lahir.
Tujuan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari ibu dan janin, sehingga angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin dapat ditekan serendah mungkin.
Kebijakan
Sebelum tindakan ekstraksi vakum dilakukan, harus dipertimbangkan secara matang
indikasinya dengan resiko yang mungkin terjadi.
Indikasi Konvensional:
Mempersingkat kala II pada ( Kala II yang memanjang)
1.	 Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri tertentu (pre
eklampsia berat, anemia, diabetes mellitus, eklampsia)
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Tuliskan apa yang anda ketahui
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7
8
2.	 Kondisi ibu dengan kontra indikasi untuk meneran
a.	 Kondisi yang membutuhkan kala II diperpendek
b.	 Ibu kelelahan
c.	 Tidak ada kemajuan dalam kala II / partus macet.
3. Kondisi obstetri tertentu :
a. Riwayat SC
b. Kala II memanjang
4. Maternal distress pada kala II
5. Gawat janin pada kala II dengan syarat :
a. Perjalanan persalinan normal
b. Fasilitas sectio caesar sudah siap
Kontraindikasi Absolute :
1. Disproporsi sepalo-pelvik .
2. Operator tidak dapat mengenali denominator dengan baik
3. Operator tidak kompeten untuk melakukan ekstraksi vakum.
4. Kelainan letak :
a. Presentasi Muka
b. Letak Dahi
c. Presentasi Lintang
d. “After coming head” pada presentasi sungsang
Kontraindikasi Relatif:
1. Pasca pengambilan sediaan darah dari kulit kepala janin.
2. Prematuritas (<36>
a. Kecuali pada persalinan gemelli anak ke II dimana persalinan hanya memerlukan
traksi ringan akibat sudah adanya dilatasi servix dan vagina.
b. Dikhawatirkan terjadi trauma intrakranial, perdarahan intrakranial , ikterus
neonatorum berat.
3. IUFD
a.	 Oleh karena : tidak dapat terbentuk kaput.
b.	Pada janin maserasi, kranium sangat lunak sehingga pemasangan mangkuk
menjadi sulit.
4. Kelainan kongenital janin yang menyangkut kranium : anensephalus
Syarat
1. Serviks dilatasi maksimal/sempurna (lengkap)
2. Kulit ketuban sudah pecah, atau dipecah.
3. Kepala janin sudah cakap (bagian terendah kepala ada pada station +1 atau lebih)
4. Mengetahui dengan pasti posisi kepala janin
5. Tersedianya fasilitas prndukung yang adekuat
6. tidak ada disproporsi janin panggul.
Prosedur persiapan alat dan obat
1. Persiapan pasien
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi di meja tindakan
3. Persiapan alat
• vakum set
• gunting episiotomi
• partus set
• heathing set
• dan alat resusitasi bayi.
4. Menyiapkan obat – obatan durante tindakan.
Standar peralatan ekstraksi vakum
1. Mangkuk (cup)
a)	Mangkuk ini digunakan untuk membuat caput suksedaneum buatan, sehingga
mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat 2 macam mangkuk
yang terbuat dari logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan, bahan
mangkok plastic, kurang traumatic dibanding dengan mangkuk logam.Mangkuk
umumnya berdiamter 4 – 6 cm.
b)	 Pada punggung mangkuk terdapat :
1)	 Tonjolan berlubang, tempat insersi rantai penarik.
2)	Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa
penghubung.
3)	 Tonjolan landai, sebagai tanda unuk titik penunjuk kepala janin (point of direction)
2. Rantai penghubung
1)	 Rantai penghubung tersebut dari logam, dan berfungsi menghubungkan mangkuk
dengan pemegang. Pipa penghubung .
2)	Terbuat dari karet atau plastic yang lentur, tidak akan berkerut oleh tekanan
negative. Pipa penghbubg berfungsi sebagai penghubung tekanan negative
mangkuk dengan botol.
3. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negative dan tempat penampungan cairan
yang mungkin ikut tersedot, (air ketuban, ltern serviks, verniks caseosa, darah, dll).
Pada botol ini, terdapat tutup yang mempunyai 3 saluran, yaitu :
1)	 Saluran manometer
2)	 Saluran menuju ke mangkuk
3)	 Saluran menuju ke pompa penghisap
4. Pompa penghisap dapat berupa pompa penghisap manual, maupun listrik.
Prosedur Tindakan
1. Anesthesia – Assistance
b. Penghilang rasa sakit yang adekuat
c. Persiapan resusitasi neonatus
2. Bladder : kosongkan kandung kemih
3. Cerviks : periksa dalam vagina untuk memastikan pembukaan lengkap, dan kulit
ketuban sudah pecah.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
10
Diagram mangkuk penghisap
cawan penghisap
Syarat ekstraksi vakum
1.	 Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam.
2.	 Pembukaan sekurang - kurangnya 7 cm ( idealnya adalah dilatasi lengkap ).
3.	 Penurunan kepala > station 0 ( idealnya adalah setinggi Hodge III + )
4.	 Selaput ketuban negatif.
5.	 Harus ada kekuatan meneran ibu dan kontraksi uterus (HIS )
Prinsip ekstraksi vakum:
Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan
negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum.
Caput Succadeneum
4. Determine
a. Periksa dalam vagina untuk mengetahui posisi, station, dan panggul
b. Pikirkan kemungkinan terjadinya distosia bahu.
c. Equipment
d. Persiapkan peralatan ekstraktor vakum ( cup vakum, pompa, tabung)
e. Cek tekanan vakum
5. Fontanelle
a.	 Pasang cup vakum pada sutura sagitalis sedekat mungkin dengan ubun – ubun
kecil
b.	 Periksa dalam vagina untuk mengetahui adanya bagian jalan lahir ibu yang terjepit.
6. Gentle traction
a.	 Naikkan tekanan dalam cup vacuum dengan tekanan negative 0,1 – 0,3 kg / cm2
(100 – 200 mmHg)
b.	 Traksi hanya bila kontraksi
c.	 Saat kontraksi tiba, naikkan tekanan negative hingga 0,6 – 0,8 kg / cm2(500 – 600
mmHg)
d.	Ibu dipimpin mengejan dengan dilakukan traksi searah dengan sumbu panggul
ibu.
7. Halt
a.	 Bila tidak ada kemajuan dengan 3x traksi pada 3 kontraksi
b.	 Bila mangkuk terlepas 3x
c.	 Bila tidak ada kemajuan setelah 30 menit ekstraksi vakum.
8. Incici : pertimbangan episiotomi bila ada kemungkinan terjadinya laserasi
9. Jaw
a.	 Setelah dagu lahir, turunkan tekanan negatif dan lepas cup vakum
b.	 Lakukan persalinan normal.
Alat ekstraksi vakum:
1. Cawan penghisap ( cup )
2. Terdiri dari 3 ukuran :
a. 50 mm
b. 60 mm
c. 70 mm
3. Botol penghisap
4. Pompa penghisap
a. Pemilihan ukuran cawan penghisap disesuaikan dengan dilatasi servik ; pada dilatasi
servik yang sudah lengkap biasanya dipasang ukuran yang terbesar (70 mm).
b. Pada sisi belakang cawan penghisap terdapat “ marker “ sebagai penuntun gerakan
rotasi dalam dan dipasang pada posisi jam 12.
c.Padapenampangmelintangcawanpenghisapterlihatadanyarantaiyangmerupakan
alat pengaman agar cawan tidak mudah terlepas dari “pegangan” saat melakukan
traksi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
12
Pemasangan cawan pada sutura sagitalis menjauhi ubun-ubun besar
Posisi awal, arah traksi horisontal sampai kepala nampak dibawah simfisis
Cara melakukan traksi
Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum:
1.	Cawan penghisap terlepas lebih dari 3 kali saat melakukan traksi dan hal ini
biasanya terjadi oleh karena :
a.	Tenaga vakum terlampau rendah (seharusnya -0.8 kg/cm2) oleh karena
kerusakan pada alat atau pembentukan caput succedaneum yang terlampau
cepat ( < 0.2 kg/cm2 per 2 menit)
b.	 Terdapat selaput ketuban atau bagian jalan lahir yang terjepit diantara cawan
penghisap dengan kepala anak.
c.	 Saat melakukan traksi : kedua tangan penolong tidak bekerja secara harmonis,
traksi dengan arah yang tidak tegak lurus dengan bidang cawan penghisap atau
traksi dilakukan dengan tenaga yang berlebihan.
d.	 Terdapat gangguan pada imbang sepalopelvik (CPD)
2.	 Setelah dilakukan traksi selama 30 menit, janin belum dapat dilahirkan.
Komplikasi
Pada Ibu :
1.	Perdarahan
2.	 Infeksi jalan lahir
3.	 Trauma jalan lahir
Pada anak :
1.	 Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepala
2.	 Cephal hematoma
3.	 Subgaleal hematoma
4.	 Perdarahan intrakranial
Pemasangan cawan penghisap dalam keadaan miring
Pemasangan cawan penghisap
1.	Setelah persiapan operator dan atau pasien selesai serta peralatan sudah
dipersiapkan dengan baik.
2.	 Labia dibuka dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dari arah atas.
3.	 Cawan penghisap yang sudah dilumuri dengan jelly dimasukkan jalan lahir secara
miring dengan menghindari urethra dan klitoris.
4.	 Cawan penghisap diputar 900 dan ditempatkan tepat pada permukaan kulit kepala
dengan posisi menjauhi ubun-ubun besar.
5.	 Buat tekanan vakum dalam cawan penghisap dengan memompa sampai 0.2 kg/
cm2 sebagai tekanan awal.
6.	 Pastikan bahwa cawan penghisap terpasang dengan baik dan tidak ada bagian
jalan lahir atau sisa selaput amnion yang ikut terjepit
7.	 Setelah 2 menit, naikkan tekanan negatif sampai 0.7 – 0.8 kg/cm2 dengan kecepatan
0.2 kg/cm2 setiap 2 menit.
8.	 Penilaian ulang untuk melihat adanya bagian jalan lahir yang terjepit.
9.	 9. Traksi percobaan untuk melihat apakah ekstraksi vakum sudah berfungsi dengan
baik.
10.	Traksi sesuai dengan derajat desensus sampai lahirnya kepala janin.
11.	Cawan penghisap dilepas dan sisa tubuh anak dilahirkan dengan cara sebagaimana
lazimnya.
Ekstraksi Vakum Pada Posisi Occiput Anterior
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
14
b)	 Penyakit hipertensi yang berat,
c)	 Carcinoma cervix invasif
6.	 [Psikososial misalnya pada korban perkosaan atau “incest” yang menjadi hamil]
7.	 [Kegagalan kontrasepsi]
Persiapan tindakan:
1.	 Persiapan sebelum tindakan kuretase
a.	 Konseling pra tindakan :
1)	 Memberi informed consent
2)	 Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
3)	 Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
4)	 memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.
b.	 Pemeriksaan sebelum curretage
1)	 USG (ultrasonografi)
2)	 Mengukur tanda-tanda vital tensi dan Hb darah
3)	 Mengatasi perdarahan
4)	 Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit
c.	 Persiapan tindakan
1)	 menyiapkan pasien (puasa puasa 4-6 jam sebelumnya, supaya perut dalam
keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
2)	 mengosongkan kandung kemih
3)	 membersihkan genetalia eksterna
4)	 membantu pasien naik ke meja ginek
5)	 Memasang infuse (pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau
umum secara IV dengan ketalar.)
6)	 Cek adanya perdarahan
d.	 Persiapan psikologis dan hadirkan keluarga terutama suami
e.	 Persiapan petugas
1)	 mencuci tangan steril
2)	 memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril
3)	memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalam
tindakan kuret (Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan
f.	 Persiapan alat dan obat :
1)	 Alat tenun, terdiri dari :baju operasi, laken,doek kecil
2)	 sarung meja mayo
3)	 Alat-alat kuretase tersedia keadaan aseptic berisi :
a)	Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran
S/M/L) speculum 2 Buah.
b)	Sonde (penduga) uterus:untuk mengukur kedalaman rahim dan untuk
mengetahui lebarnya lubang vagina
c)	 Cunam muzeus atau Cunam porsio
d)	 Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
e)	 Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)
f)	 Cunam tampon (1 buah)
g)	 Pinset dan klem
h)	 Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
i)	 Menyiapkan alat kuret AVM
5.	 Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retina
6.	 Fraktura klavikula
7.	 Distosia bahu
8.	 Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VII
9.	 Erb paralysa
10.	Kematian janin
Keunggulan ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:
1.	 Tehnik pelaksanaan relatif lebih mudah
2.	 Tidak memerlukan anaesthesia general
3.	 Ukuran yang akan melewati jalan lahir tidak bertambah (cawan penghisap tidak
menambah ukuran besar bagian anak yang akan melwati jalan lahir)
4.	 Trauma pada kepala janin relatif rendah
Kerugian ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:
1.	 Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama.
2.	 Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam.
3.	 Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit.
4.	 Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterus neonatorum.
Berbagai rekomendasi berkaitan dengan tindakan ekstraksi vakum :
1.	 Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi vakum hendaknya menggunakan klasifikasi
yang sama dengan ekstraksi cunam.
2.	 Indikasi dan kontraindikasi yang dipakai dalam ekstraksi cunam hendaknya juga
digunakan pada ekstraksi vakum.
3.	 Ekstraksi vakum tidak boleh dilakukan pada kepala yang masih belum engage atau
diatas station 0.
4.	Operator hendaknya memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan
peralatan ekstraksi vakum.
5.	Operator harus segera menghentikan usaha persalinan pervaginam dengan
ekstraksi vakum bila cawan penghisap terlepas sampai 3 kali saat melakukan traksi.
DILATASI DAN KURETASE
Tindakan ginekologi operatif untuk mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu disebut sebagai aborsi yang dikerjakan melalui tindakan kuretase tanpa
atau disertai dengan dilatasi kanalis servikalis terlebih dulu ( D & C ). Aborsi elektif atau
“voluntary” adalah terminasi kehamilan sebelum “viability” atas kehendak pasien dan
tidak berdasarkan alasan medik.
Indikasi pengosongan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu :
1.	 Menghentikan perdarahan pervaginam pada peristiwa abortus spontan, inkomplit,
menometroragia
2.	 Kematian janin intra uterine ( IUFE-intra uterine fetal death)
3.	 Kelainan kongenital berat yang menyebabkan gangguan anatomis atau gangguan
mental hebat
4.	 Mola hidatidosa
5.	 Kelainan medik yang menyebabkan seorang wanita tidak boleh hamil:
a)	 Penyakit jantung,
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
15
16
o	 Insersi vagina
o	 Injeksi parenteral
o	Peroral
•	 Antiprogesterone- RU 486 ( mifepristone) dan epostane
•	 Methrotexate- intramuskular dan peroral
•	 Kombinasi bahan-bahan diatas
Perbandingan antara Tehnik Pembedahan dengan tehnik Medikamentosa
Tehnik Aborsi Medikamentosa Tehnik Aborsi Pembedahan
Selalu menghindari prosedur yang
invasif
Prosedur invasif
Selalu tidak menggunakan anaesthesia Bila diinginkan, dapat diberikan
sedasi
Memerlukan lebih dari 2 kunjungan Umumnya hanya satu kunjungan
Berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu
Berlangsung dalam waktu yang tidak
dapat diramalkan
Dapat digunakan pada awal kehamilan Dapat digunakan pada awal
kehamilan
Angka keberhasilan 95% Angka keberhasilan 99%
Memerlukan tindak lanjut untuk
memastikan bahwa telah terjadi
abortus secara lengkap
Tidak selalu memerlukan tindak
lanjut untuk memastikan bahwa
telah terjadi abortus secara lengkap
Memerlukan partisipasi yang baik dari
pasien pada semua langkah terapi
Partisipasi pasien hanya pada satu
tahapan saja
	
TEHNIK DILATASI DAN KURETASE
1.	Bila masih memungkinkan dan dianggap perlu, tindakan untuk memperlebar
kanalis servikalis dilakukan dengan pemasangan batang laminaria dalam kanalis
servikalis dalam waktu maksimum 12 jam sebelum tindakan kuretase.
2.	 Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatator Hegar yang terbuat dari logam dari
berbagai ukuran (antara 0.5 cm sampai 1.0 cm)
3.	 Setelah persiapan operator dan pasien selesai, pasien diminta untuk berbaring
pada posisi lithotomi setelah sebelumnya mengosongkan vesica urinaria.
4.	 Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik
5.	 Dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk menentukan posisi servik, arah dan
ukuran uterus serta keadaan adneksa
6.	 Spekulum dipasang dan bibir depan porsio dijepit dengan 1 atau 2 buah cunam
servik.
j)	 Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
k)	 Meja dorong / meja instrument yang berisi Wadah instrumen khusus ( untuk
prosedur AVM ) yaitu AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula
l)	 Tenakulum (1 buah)
m)	Klem ovum/fenster (2 buah)
n)	 Mangkok logam Dilatator/ busi hegar (1 set)
o)	 Lampu sorot
p)	 Kain atas bokong dan penutup perut bawah
q)	 Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol)
r)	 Tensimeter dan stetoskop
s)	 Sarung tangan DTT dan alas kaki
t)	 Set infus (Abocatt Cairan infus, Wings)
u)	 Kateter Karet 1 buah
v)	 Spuit 3 cc dan 5 cc
Alat-alat kuretase
(Sumber: Majalahmuslimsehat.com/kuretase/docid)
g.	 Persiapan tindakan:
1)	 Anamnesa, pemeriksaan umum dan pemeriksaan ginekologik
2)	Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan tindakan dan komplikasi yang
mungkin terjadi
3)	 Penentuan jenis kontrasepsi yang akan digunakan pasca tindakan
4)	 Informed consent dari pasien dan suami [atau keluarga]
Medikamentosa
•	 Oksitosin intravena
•	 Cairan hiperosmolar intra amniotik:
o	 Saline 20%
o	 Urea 30%
•	 Prostaglandine E2, F2α, E1 dan analoognya
o	 Injeksi intra amniotik
o	 Injeksi ekstra ovular
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
17
18
1.	 Pengerokan uterus dikerjakan secara sistematik ( searah dengan jarum jam dan
kemudian berlawanan arah dengan jarum jam ). Cavum uteri dianggap bersih bila
tidak terdapat jaringan sisa kehamilan lagi yang keluar dan cairan darah cavum
uteri berbuih.
2.	 Rongga vagina dibersihkan dari sisa jaringan dan darah.
3.	Diberikan doxycycline 200 mg per oral pasca tindakan dan 100 mg sebelum
tindakan.
Aborsi dan tehik tindakan
Metode non invasif :
1.	 Oksitosin intravena dosis tinggi
2.	 Prostaglandine E2 suppositoria
3.	 Prostaglandine E1 (misoprostol) peroral
OKSITOSIN DOSIS TINGGI
1.	 Berhasil pada 80 – 90% kasus
2.	 Pemberian 50 unit oksitosin dalam 500 ml PZ selama 3 jam
PROSTAGLANDINE E2
1.	 20 mg Prostaglandine E2 intravaginal pada fornix posterior
2.	 Efek samping : mual dan muntah, demam dan diare
PROSTAGLANDINE E1
1.	 600 ug intra vagina diikuti dengan pemberian 400 ug setiap 4 jam
2.	 Ramsey dkk (2004) : tehnik ini lebih efektif dibandingkan oksitosin infuse dosis
tinggi
FORCEP EKSTRAKSI
Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps.
Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan
janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps
tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. Suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan porceps yang dipasang pada kepalanya.
Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada
kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan
putaran kepala janin. Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi
sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan
dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan HIS yang normal. Jika prinsip
pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam mengakibatkan luka pada ibu dan
terutama pada anak.
Tujuan dari kegunaan forceps
1.	 Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh
karena satu dan lain hal.
2.	 Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan
depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan
belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis pubis).
3.	 Kompresor : untuk menambah moulage kepala.
Gambar : Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus
dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus
Gambar : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari da jari telunjuk tangan kanan dan
dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati da sistematis (mulai dari ukuran
diameter terkecil
1.	 Gagang sonde dipegang antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan dan kemudian
dilakukan sondage untuk menentukan arah dan kedalaman uterus
2.	 Bila perlu dilakukan dilatasi dengan dilatator Hegar
3.	 Jaringan sisa kehamilan yang besar diambil terlebih dulu dengan cunam abortus
4.	 Sendok kuret dipegang diantara ujung jari dan jari telunjuk tangan kanan (hindari
cara memegang sendok kuret dengan cara menggenggam), sendok dimasukkan ke
kedalam uterus dalam posisi mendatar dengan lengkungan yang menghadap atas.
Gambar:Sendokuterusdimasukkansecaramendatardenganlengkunganmenghadap
atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis
Gambar : Pengeluaran sisa kehamilan yang relatif besar
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
19
20
Syarat-syarat
1.	 Syarat khusus:
a.	 Pembukaan lengkap
b.	 Pembukaan lengkap
c.	 Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
d.	 Presentasi kepala dan ukuran kecil cakap cunam
e.	 Tidak ada kesempitan panggul
f.	 Anak hidup (termasuk dengan kondisi gawat janin)
g.	 Penurunan H III + H III-IV (Puskesmas H IV/dasar panggul).
h.	 Kontraksi baik
i.	 Ibu tidak gelisah kooperatif untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi
cunam, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1)	 Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik).
2)	 Pembukaan servik lengkap
Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement
a)	 Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam.
b)	 Janin hidup
c)	 Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
2.	 Indikasi & Kontraindikasi
a.	 Gawat janin dengan ditandai :
1)	 BJJ menjadi cepat takhikardi 160 X/menit dan tidak teratur
2)	 DJJ menjadi lebih lambat bradikardi 160 X/menit dan tidak teratur
3)	 Adanya mekonium (pada janin letak kepala).
b.	Ibu
1)	 Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik Band, sudah
setinggi kira-kira 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H-III
sampai H-IV
2)	 Adanya oedema pada vagina/vulva. Adanya oedema pada jalan lahir, artinya
partus telah berlangsung lama.
3)	 Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
4)	 Eklamsi yang mengancam.
5)	 Indikasi Pinard, yaitu:
Kepala sudah di H-IV.
Pembukaan servik lengkap.
Ketuban sudah pecah.
2 jam mengedan janin belum lahir juga.
Catatan : Ada klinik yang menetapkan lamanya sewaktu mengedan ini. ½ 1
jam. Dibagian obstetri FK-USU waktu yang dianut adalah 1 jam.
6)	 Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, umpamanya:
Ibu dengan dekompensasi kordis.
Ibu dengan koch pulmonum berat.
Ibu dengan enemi berat (HB 6 gr% atau kurang)
Pre-eklamsi berat.
Ibu dengan asma bronchial.
7)	 Partus tidak maju-maju umpama pada putar paksi salah, UUK melintang.
8)	 Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga (Exhausted mother).
Jenis-jenis forceps
Forceps yang sering digunakan dalam praktek adalah :
1.	 Forceps Neagele
2.	 Forceps Kielland
3.	 Forceps Piper sering digunakan untuk menarik kepala yang sulit lahir pada letak
sungsang (after coming head)
Perbedaan dan Persamaan forceps Neagele dan Kielland, yaitu : Neagele Keilland
a.	 Dapat dipasang biparietal atau miring pada kepala 2. kunci forceps hampir selalu
menghadap UUK, kecuali bila UUK terletak disebelah belakang.
b.	 Tangkai forceps menghadap ke tungkai atas ibu yang sesuai dengan tempat letak
UUK.
1)	Bila kepala berada pada H-IV: Forceps hanya masuk sampai pangkal sendok
rendah forceps.
2)	 H-III: sendok forceps masuk sampai kunci forceps berada di vulva.
3)	 Bila kepala berada pada : H-IV: Tangkai forsep membuat 30º dengan bidang
horizontal.
4)	 H-III: Tangkai forsep terletak dibidang horizontal.
5)	 H-II: Tangkai forsep 30º dibawah bidang horizontal.
6)	 Sendok forsep kiri terletak sebelah kiri jalan lahir. Sendok forsep kanan terletak
sebelah kanan jalan lahir.
7)	 Kunci forsep tidak dapat digeser-geser (kunci mati).
8)	 Lebih cocok untuk forsep rendah (O.K adanya lengkung panggul).
9)	 Letak sendok forsep terhadap:
a)	 Kepala: Bisa miring atau biparietal.
b)	 Panggul: Bisa miring atau melintang.
10)	Memasang forsep: Selalu harus forsep kiri yang masukkan terlebih dahulu.
Mempunyai lengkung kepala dan lengkung panggul.
a)	 Selalu harus dipasang biparietal pada kepala.. Serupa
b)	 Tangkai sejajar dengan garis meridian.
c)	 Bila kepala berada pada
(1)	H-IV: Tangkai forsep berada pada dibidang horizontal.
(2)	H-III: Tangkai forsep 30º dibawah bidang horizontal.
(3)	H-II: Tangkai forsep menghadap ke lantai.
(4)	Pada prinsipnya serupa, tapi sendok forsep dapat terletak disembarang bagian
jalan lahir.
(5)	Kunci forsep dapat digeser-geser.
(6)	Lebih cocok untuk forsep tinggi.
(7)	Letak sendok forsep terhadap:
(a)	Kepala: Selalu harus bifarietal.
(b)	Panggul: Bisa dalam segala kedudukan.
(c)	Memasang forsep: serupa.
(d)	 Hanya mempunyai lengkung kepala, tidak mempunyai lengkung panggul
11) Jenis forsep lainnya adalah:
a)	 Forsep Boerma
b)	 Forsep Tarnier
c)	 Forsep Simpson
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
21
22
a)	Oksitosin.
b)	 Ergometrin.
c)	 Prokain 1%.
d)	 Larutan antiseptik (Providon iodin 10%).
e)	 Oksigen dengan regulator.
f)	 Instrumen
g)	 Set Partus: 1 set
h)	 Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau Kielland atau Boerma
i)	 Klem ovum: 2
j)	 Cunam tampon: 1
k)	 Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai):2
l)	 Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
b.	 Persiapan Penolong (Operator & Asisten)
1)	 Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set.
2)	 Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang
3)	 Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang
4)	Instrumen
5)	 Lampu sorot: 1
6)	 Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1.
c.	Bayi
1)	Instrumen
a)	 Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1 set
b)	 Kain penyeka muka dan badan:2
c)	 Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan):1
d)	 Inkubator: 1 set
e)	 Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set
f)	 Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2
g)	 Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h)	 Popok dan selimut: 1
2)	Medikamentosa
1.	 Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%.
2.	Antibiotika.
3.	 Akuabidestilata dan Dekstrose 10%.
3)	 Oksigen dan Regulator.
7.	 Pemasangan Forceps
Ekstraksi forceps terdiri dari tujuh langkah, yaitu:
a.	 Penolong membayangkan bagaimana cunam akan dipasang.
b.	 Pemasangan daun cunam pada kepala janin.
c.	 Mengunci sendok cunam.
d.	 Menilai hasil pemasangan daun cunam
e.	 Ekstraksi cunam percobaan
f.	 Ekstraksi cunam definitif.
g.	 Membuka dan melepaskan sendok cunam.
3.	 Indikasi relatif (elektif, prolaktif)
a.	Ekstraksi cunam yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu ataupun
janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila dibiarkan,
diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya
b.	 Indikasi relatif dibagi menjadi
Indikasi de lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah didasar panggul;
putaran paksi dalam sudah sempurna; M.Levator Ani sudah teregang; dan syarat-
syarat ekstraksi cunam lainnya sudah dipenuhi. Ekstraksi cunam atas indikasi
elektif, dinegara-negara barat sekarang banyak dikerjakan, karena dinegara-negara
tersebut banyak dipakai anestesia atau conduction analgesia guna mengurangi
nyeri dalam persalinan. Anestesia dan conduction analgesia menghilangkan tenaga
mengejan, sehingga persalinann harus diakhiri dengan ekstraksi cunam.
Indikasi Pinard. Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de
Lee, hanya disini penderita harus sudah mengejan selama 2 jam.
c.	 Keuntungan indikasi profilaktik, ialah:
Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.
Kala II diperpendek
Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.
4.	 Indikasi absolut (mutlak).
a.	 Indikasi Ibu :
1)	 Eklamsia, Preeklamsia
2)	 Ruptura uteri membakat
3)	 Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru, dll.
b.	 Indikasi janin : - Gawat janin
c.	 Indikasi waktu : - Kala II memanjang
5.	Kontraindikasi
a.	 Malpresentasi (dahi, puncak kepala, muka dengan mento posterior).
b.	 Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).
c.	 Janin sudah lama mati sehingga kepala tidak bulat dan keras lagi, sehingga kepala
sulit dipegang dengan forsep.
d.	Anencephalus.
e.	 Adanya disproporsi sefalok-pelvik.
f.	 Kepala masih tinggi (ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul).
g.	 Pembukaan belum lengkap.
h.	 Pasien bekas operasi vesiko-vaginal fistel.
i.	 Jika lingkaran kontraksi patologik Bandl sudah hampir setinggi pusat atau lebih.
6.	 Persiapan Pasien, Alat & Penolong.
a.	 Pesiapan Pasien & Alat
1)	 Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
2)	 Uji fungsi dan perlengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
3)	 Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4)	Medikamentosa
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
23
24
c.	 Posisi UUK Kanan Belakang
1)	 Lakukan tindakan asepsis-antisepsis pada perineum.
2)	 Lakukan infiltrasi larutan anestesi lokal (prokain 1%) pada perineum.
3)	 Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil.
4)	 Masukkan jari tangan kiri kedalam vagina, ibu jari tetap berada diluar.
5)	Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri ibu, masukkan
ujung daun cunam dan atur posisi gagang hingga cunam menempati posisi yang
sesuai dengan sisi lateral kiri janin.
6)	Setelah daun cunam terpasang dan gagangnya sejajar dengan lantai, geser
daun cunam (dengan tangan kiri) ke atas, hingga menempati posisi seperti pada
orientasi (miring terhadap panggul).
7)	 Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisinya
8)	Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil dan letakkan jari tangan
kanan ke dalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri vagina)
9)	 Masukkan daun cunam ke dalam vagina secara langsung dan berhadapan dengan
posisi cunam kanan. Masukkan hingga gagang cunam sejajar dengan lantai.
d.	 Posisi UUK Kiri Belakang
Prosedur yang dijalankan, sama dengan UUK kanan belakang tetapi pemasangan
pertama adalah cunam kiri, setelah itu dipasang cunam kanan. Penguncian secara
langsung dan pebarikan juga mempunyai dua alternatif, yaitu cara Lange-Scanzoni
(dua tahap) dan cara de Moehrer (langsung)
9.	 Komplikasi Ekstraksi Forceps
a.	 Komplikasi pada janin
1)	 hematoma pada kepala
2)	 Perdarahan dalam tengjorak (intra cranial hemorrahage)
3)	 Erb’s paralyse
4)	 Fractura crania
5)	 Protusio bulbi
6)	 Perdarahan didalam corpus vitrium mata.
7)	 Luka lecet pada kepala
8)	 Facialis parese.
b.	 Komplikasi pada ibu :
1)	 Ruptura uteri
2)	Kolpoporrhexis
3)	 Symfisiolisis
4)	Shock
5)	 Perdarahan postpartum
6)	 Pecahnya varices dari pada vagina.
10.	Manajemen Aktif Kala III
a.	 Palpasi fundus uteri untuk memastikan janin tunggal apakah gemeli.
b.	 Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU di ⅓ paha bagian luar.
c.	 Suntikkan oksitosin pada ⅓ paha ibu bagian luar.
d.	 Lakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT).
e.	 Pindahkan klem 3-5 cm didepan vulva. Lakukan peregangan atau penarikan tali
pusat.
8.	 Pemasangan pada forseps
a.	 Posisi UUK Kiri Depan
1)	 Lakukan tindakan aseptik pada perineum
2)	 Lakukaninfiltrasilarutananestesilokal(prokain1%)padaperineum(berbentuk
sisi dan garis tengah segitiga, puncaknya berada dikomisura posterior, ujung
kaki segitiga masing-masing 2,5 cm lateral kiri dan kanan dari anus).
3)	 Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil.
4)	 Masukkan jari tangan kedalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri) hingga
mencapai sisi lateral kanan bawah kepala janin. Ibu jari tetap berada diluar.
5)	 dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri ubu, kemudian
masukkan ujung daun cunam kanan ke vagina (menelusuri alur diantara jari-
jari tangan kiri dan dibantu dengan dorongan ibu jari), sementara itu atur
posisi gagang cunam sehingga daun cunam menempati posisi yang sesuai
dengan sisi lateral kanan janin.
6)	Setelah daun cunam terpasang dan posisi gagang cunam sejajar dengan
lantai, geser daun cunam (dengan tangan kiri) ke atas, hingga menempati
posisi seperti saat melakukan orientasi (miring terhadap panggul).
7)	 Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisi.
8)	 Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil dan letakkan jari tangan
kanan ke dalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri vagina).
9)	 Masukkan daun cunam kedalam vagina (menelusuri alur jari) secara langsung
dan berhadapan dengan posisi cunam kanan. Masukkan hingga gagang
cunam berada posisi sejajar dengan lantai.
INGAT: Setiap kesulitan atau terdapat hambatan dalam melaksanakan
prosedur pemasangan cunam sehingga cunam tidak dapat terpasang dengan
baik maka kondisi ini digolongkan sebagai kegagalan pemasangan cunam.
Kegagalan proses pemasangan merupakan indikasi untuk di Rujuk atau
Terminasi per abdominan.
b.	 UUK Kanan Depan
1)	 Lakukan tindakan asepsis-antisepsis pada perineum
2)	 Lakukan infiltrasi larutan anestesis lokal (prokain 1%) pada perineum.
3)	 Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil.
4)	 Masukkan jari tangan sebagai alur daun cunam.
5)	 Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri ibu, masukkan
daun cunam kiri ke vagina, sementara itu atur posisi gagang cunam hingga
daun cunam menempati posisi yang sesuai dengan sisi lateral kiri janin.
6)	 Setelah daun cunam terpasang dan posisi gagang cunam sejajar dengan lantai,
geser daun cunam keatas, hingga menempati posisi seperti saat melakukan
orientasi (miring terhadap panggul).
7)	 Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisinya.
8)	Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil dan letakkan jari
tangan kiri kedalam vagina (menelusuri dinding lateral kanan vagina).
9)	 Masukkan daun cunam kanan kedalam vagina (menelusuri alur diantara jari-
jari tangan kiri) secara langsung dan berhadapan dengan posisi cunam kiri.
Masukkan hingga gagang cunam berada pada posisi sejajar dengan lantai.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
25
26
lewat vagina. Contoh malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi sungsang.
Malposisi mencakup posisi oksiput posterior yang persisten atau asinklitisme;
disproporsi sefalo-pelvis dimana kepala bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu
kecil atau kombinasi keduanya; distress janin dimana perubahan tertentu pada
kecepatan denyut jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi.
Perubahankecepatanjantungdapatterjadijikatalipusattertekanatauberkurangnya
aliran darah teroksigenasi ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung janin
terhadap rangsang kulit kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen
janin dapat membantu pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi
keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan oksigen. Jika bayi
tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu dilakukan bedah sesar; prolaps tali
pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si bayi, kepala atau
tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan secara drastis mengurangi pasokan
oksigen sehingga mengharuskan dilakukannya melahirkan secara bedah sesar segera;
plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat leher rahim
melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan yang tidak sakit pada
calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin.
Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi
dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke janin
dan bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan bedah
sesar; penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau kondisi
medis lain yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu menahan stress persalinan
dan melahirkan lewat vagina. Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat
persalinan juga merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena bayi akan tertular
infeksi jika dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan dapat
mengurangi risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar yang
sudah direncanakan (Duffet, 1995; Simkin dkk, 2008).
Komplikasi Seksio Sesarea
Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan
pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari
tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan
pada traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003).
Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis
yang menandakan adanya suatu komplikasi serius . Morbiditas febris merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea (Rayburn,
2001).
Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan
darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai
homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri
(Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi
pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan (Mochtar, 1988).
f.	 Dengan cara tangan kiri menekan supra simfisis secara dorso kranial dan tangan
kiri menekan supra simfisis secara dorso kranial dan tangan kiri meregang atau
menarik tali pusat.
g.	 Apabila tali pusat diregangkan dan tidak masuk lagi kedalam, berarti plasenta
sudah terlepas dari dindidng rahim ibu. Apabila waktu penarikan tali pusat sudah
panjang, maka klem dipindahkan 5 cm didepan vulva.
h.	 Lalu tarik tali pusat dengan secara halus dan perlahan-lahan. Tarik kebawah, lalu
keatas kemudian sampai plasenta tampak atau lahir divulva. Tangan memyangga
plasenta kemudian keluarkan atau lahirkan plasenta dengan cara memutar
plasenta searah jarum jam dengan perlahan dan halus sampai plasenta lahir
lengkap.
i.	Periksa kelengkapan plasenta meliputi kotiledon, selaput, panjang dan
kelengkapan tali pusat.
j.	 Massase fundus uteri untuk mengetahui kontraksi pada ibu. Kontraksi dikatakan
baik apabila diraba terasa keras seperti jeruk. Dan kontraksi dikatakan buruk,
maka sebaliknya apabila diraba terasa lembek.
k.	 Bersihkan tubuh ibu dengan cara dilap dengan air hangat. Dan dekatkan bayi
kepada ibu atau susukan
SEKSIO SESARIA
Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan
pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak
termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan
abdominal (Pritchard dkk, 1991).
Klasifikasi Seksio sesarea
Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal
yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan
bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan
kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio
sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim
merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus
(Prawiroharjo, 2008).
Indikasi Seksio Sesarea
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu
persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong. Apabila
terdapat salah satu gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan
persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang
dapat membahayakan ibu dan janin (Mohctar, 1998).
Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya
seksio sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi,
disproporsi sefalo-pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio
plasenta, penyakit pada calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk, 2008).
Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah, pembukaan
yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk
mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat; malpresentasi atau
malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk melahirkan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
27
28
diatas tempat tidur membantu mencengah komplikasi pada system pernafasan,
kardiovaskuler, mencengah dekubitus, merangsang peristaltic usus dan mengurangi
rasa nyeri. (Cuningham, 2006)
Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan
dapat mencegah komplikasi pasca bedah seksio sesarea. Banyak keuntungan yang
bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena
tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di
seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan
peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2009).
Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan
luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan
mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan
(Roper, 2005).
Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat mencapai
tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi yang sesuai
dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan mobilisasi
fisiksecara optimal, maka system saraf, otot danskeletal harus tetap utuhdanberfungsi
dengan baik (Potter., Perry, 2006).
Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus
dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga
akan membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses
penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu
ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2006).
Bising usus biasanya belum terdengar pada hari pertama setelah operasi, mulai
terdengar pada hari kedua dan menjadi aktif pada hari ketiga. Rasa mulas akibat gas
usus karena aktivitas usus yang tidak terkoordinasi dapat mengganggu pada hari
kedua dan ketiga setelah operasi (Pritchard dkk, 1991).
INDUKSI PERSALINAN
Adalah tindakan merangsang timbulnya kontraksi rahim pada ibu yang belum inpartu
sehingga persalinan diharapkan dapat terjadi lebih cepat. Induksi persalinan ini dapat
dilakukan secara operatif maupun medicinalis.
Medis
•	 Infus oksitosin
•	 Prostaglandin
•	 Cairan hipertonik intrauteri
Operatif
•	 Amniotomi (memecahkan amnion)
•	 Stripping of the membranes (memecahkan membran)
•	 Rangsangan pada puting susu
Indikasi
Indikasi bayi
•	 Kehamilan lewat waktu
•	 Ketuban pecah dini
•	 Janin mati
Perawatan Nifas
Perawatan pasca bedah sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi
pada seksio sesarea. Perawatan pertama yang harus dilakukan setelah operasi adalah
pembalutan luka dengan baik (Mochtar, 1988). Ibu yang telah mengalami pembedahan
seksio sesarea, mempunyai kebutuhan perawatan pascapartum yang sama dengan
ibu yang melahirkan pervagina (Ladewig, dkk, 2005).
Perawatan nifas meliputi perawatan diri ibu dan perawatan bayi baru lahir.
Perawatan diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini, perawatan
perineum, perawatan payudara, miksi, defekasi. Perawatan bayi baru lahir meliputi
memandikan bayi, perawatan tali pusar, makanan, imunisasi, mengganti popok,
perawatan alat kelamin dan perawatan mata, hidung dan telinga bayi. Perawatan
diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini, perawatan perineum,
perawatan payudara, miksi dan defekasi.
Perawatan Luka Seksio Sesarea
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat
menyebabkanterganggunyafungsitubuhsehinggadapatmenggangguaktivitassehari-
hari. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan melakukan
pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka (Hidayat, 2006). Luka insisi diperiksa setiap
hari. Karena itu bebat yang tipis tanpa plester yang berlebihan lebih menguntungkan.
Biasanya, jahitan kulit dilepas pada hari keempat setelah operasi (Pritchard dkk, 1991).
Pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama
proses penyembuhan. Penutup luka dipertahankan selama hari pertama selama
pembedahan untuk mencegah infeksi pada saat proses penyembuhan berlangsung (
Prawihardjo, 2008).
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan ditutup dengan kain penutup luka.
Pembalut luka diganti dan dibersihkan setiap hari dan luka yang mengalami komplikasi
seperti hanya sebagian luka yang sembuh sedangkan sebagian mengalami infeksi
dengan eksudat atau luka terbuka seluruhnya memerlukan perawatan khusus bahkan
memerlukan reinsisi (Novita, 2006).
Pembersihan luka insisi dimulai mencuci tangan sampai bersih kemudian mengkaji
atau mengobservasi status luka apakah luka bersih atau kotor serta sejenisnya. Kasa
steril dipegang dengan pinset lalu dicelupkan ke dalam larutan savlon dan dilakukan
pembersihan pada luka. H2O2 diberikan jika diperlukan atau diberi larutan Nacl 0,9%
kemudian luka dibersihkan sampai bersih dan dilanjutkan dengan pengobatan luka
menggunakan betadin atau sejenisnya. Setelah luka bersih, tangan dicuci kembali
(Kuswari, 2009).
Ibu post seksio sesarea harus menghindari makanan dan minuman yang
menimbulkan gas karena gas perut kadang-kadang menimbulkan masalah sesudah
seksio sesarea. Jika ada gas dalam perut, ibu akan merasakan nyeri yang menusuk.
Gerak fisik dan bangun dari tempat tidur, pernapasan dalam, dan bergoyang di kursi
dapat membantu mencegah dan menghilangkan gas (Simkin dkk, 2007)
Tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap mobilisasi
pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post
operasi secsio untuk mencengah komplikasi. Kemampuan pasien untuk bergerak dan
berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
memberi kesempatan pada pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktifitas
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
29
30
9.	Catatan : Keadaan penipisan dan pembukaan mulut rahim saat induksi akan
dilakukan merupakan faktor penting yang menentukan apakah prosentase
keberhasilan induksi.
Teknik Induksi
Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk melalui proses induksi,
yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk
mengeluarkan hormon prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim
berkontraksi.
1.	 Secara kimia, Anda akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan
cara diminum, dimasukkan ke dalam vagina, diinfuskan. Bisanya, tak lama setelah
salah satu cara kimia itu dilakukan, Anda akan merasakan datangnya kontraksi.
2.	 Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan
metode stripping, pemasangan balon keteter, (oley chateter) dimulut rahim, serta
memecahkan ketuban saat persalinan sedang berlangsung.
Resiko Induksi
Resiko induksi persalinan adalah :
1.	 Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan
dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani Jika Anda merasa tidak
tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan
proses induksi,kemudian akan dilakukan operasi Caesar
2.	 Janin akan merasa tidak nyaman, sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat
janin (fetal disterss). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, dokter akan
memantau gerak janin melalui CTG/kardiotopografi. Bila dianggap terlalu berisiko
menimbulkan gawat janin, proses induksi akan dihentikan
3.	Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisi terjadi pada yang
sebelumnya pernah dioprasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal
4.	 Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali, namun tetap harus diwaspadai.
Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan
menyangkut di otak ibu atau paru-paru . bila terjadi dapat merenggut nyawa ibu
seketika
5.	 Jika pada kehamilan tua Anda sudah merasa sangat tidak nyaman dan ingin segera
melahirkan dengan cara diinduksi, maka keadaan mulut rahim menjadi hal penting
untuk dijadikan pertimbangan. Induksi akan bermanfaat ketika mukut rahim telah
menipissekitar50persendanberdilatasi3-4cm.HalinikarenatubuhAndatelahsiap
untuk menghadapi proses persalinan. Selain itu, secara statistik fase ini lebih aman
untuk melahirkan pervaginam. Namun, jika mulut rahim belum cukup menipis dan
berdilatasi, itu tandanya tubuh belum siap untuk melahirkan. Melakukan induksi
dan melahirkan pervaginam bukan hal yang tepat pada keadaan demikian, karena
kemungkinan besar persalinan akan diubah menjadi Caesar
6.	 Umumnya, meski tak ada catatan medis yang membuat suatu kehamilan diinduksi,
menunggu janin lahir spontan adalah hal terbaik. Karena kita tidak tahu keadaan
janin, mulut rahim berada pada fase apa, apakah ada kemungkinan terjadi
perubahan posisi pada janin atau tidak, maka melakukan induksi adalah hal yang
beresiko.Kitahanyamenggangguprosesalamisuatupersalinan.Sebagaiakibatnya,
bayi mungkin belum berada pada posisinya dan tubuh ibu ternyata belum siap
untuk melahirkan. Dua keadaan itu meningkatkan dilakukannya operasi caesar
pada kehamilan yang diinduksi
Indikasi ibu
•	 Hipertensi dalam kehamilan
•	 Diabetes melitus
Kontraindikasi
•	 Malposisi dan malpresentasi
•	 Insufisiensi plasenta
•	 Cephalo pelvic disproportion (panggul sempit)
•	 Operasi rahim (SC, enukleasi mioma)
•	 Gemelli
•	 Plasenta previa
•	 Distensi rahim (polihidramnion)
Alasan Induksi
Dari sisi medis ada beberapa alasan, yaitu :
4.	 Kondisi medis ibu : tekanan darah tinggi (preeklamsia) dan diabetes gestasional
(kadar gula darah tidak terkontrol) adalah kondisi yang membuat ibu harus di
induksi segera. Kelahiran merupakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Selain itu pada keadaan ibu dengan penyakit herpes,
jika persalinan sudah hampir tiba, dan ibu menginginkan persalinan pervaginam,
maka keadaan ini boleh di induksi. Persalinan pervaginam dengan herpes yang
aktif sangat berbahaya bagi bayi. Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau
his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih
(sembilan bulan lewat).
5.	 Pertimbangan bayi : Ada keadaan yang mengancam keselamatan janin jika terlalu
lama didalam kandungan, diantaranya oligohidramnion (air ketuban sediki),
IUGR (Intrauterine Growth Retardation-hambatan pertumbuhan janin), atau janin
lewat waktu. Selain itu,Jika Anda merasakan pergerakan janin yang lemah, dan itu
disadari pula oleh dokter, meski beberapa pemeriksaan normal, kadang tetap akan
melakukan induksi.
6.	Selaput ketuban telah pecah : sekitar 10% kehamilan akan mengalami pecah
ketuban sebelum kontraksi. Jika itu terjadi, ibu dan bayi beresiko terhadap infeksi.
Belum ada kesepakatan berapa lama induksi harus dilakukan setelah ketuban
pecah, tergantung dari kebijakan rumah sakit masing-masing. Namun, usahakan
bayi segera lahir setidaknya 24 jam setelah ketuban pecah.
7.	 Janin lewat waktu : setelah kehamilan berusia 41 minggu (atau 7 hari melebihi
waktu seharusnya), akan meningkatkan resiko komplikasi pada bayi. Maka dari
itu, induksi dibutuhkan. Sedangkan jika kehamilan sudah 42 minggu, atau 14 hari
setelah waktu seharusnya, kemungkinan bayi meninggal semakin besar. Karena
pada saat itu plasenta sudah tidak berfungsi. Plasenta memiliki waktu sampai
akhir minggu ke-42 untuk berfungsi dengan baik. Pertanyaan selanjutnya adalah,
apakah induksi dibolehkan pada kehamilan 40-42 minggu ? Jawabannya tergantung
keadaan, riwayat kehamilan, dan keputusan dokter secara pribadi.
8.	Jika kehamilan Anda lewat waktu, dokter akan melakukan pemeriksaan non-
invasif dan profil biofisika untuk mengetahui apakah janin dalam keadaan stres
atau tidak. Apabila keadaan janin baik, Anda dapat meneruskan kehamilan Anda
sampai kelahiran spontan. Namun jika selama menanti kelahiran spontan itu terjadi
masalah, misalnya pergerakan janin melemah akibat kurangnya cairan ketuban,
maka induksi akan di lakukan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
31
32
4.	Teori
o	 Amniotomi menyebabkan beban rahim berkurang 40% sehingga kontraksi lebih
kuat
o	 Amniotomi menyebabkan aliran darah pada uterus berkurang setelah 40 menit
yang mengakibatkan kepekaan otot rahim meningkat
o	 Amniotomi menyebabkan kepala dapat menekan serviks sehingga merangsang
kontraksi
o	 Bila dalam 6 jam belum ada tanda-tanda persalinan maka dibantu dengan cara
lain
o	 Komplikasi : prolaps tali pusat, infeksi, gawat janin, solusio plasenta
Rangsangan pada puting susu
1.	 Menyebabkan pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior sehingga uterus
berkontraksi
2.	 Lakukan massase ringan pada salah satu puting susu
3.	 Dapat diberikan minyak pelicin
4.	 Lamanya ½ – 1 jam, istirahat beberapa jam, ualngi lagi, maksimal 3 jam/hari
5.	 Tidak dianjurkan pada kedua puting susu
Laminaria
1.	 Membuka serviks
2.	 Laminaria japanicum
3.	 Dipasang dalam 24 jam
PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG
Persalinan sungsang dapat lahir :
1.	 Secara pervaginam:
•	 Dengan cara Bracht)
•	 Ekstraksi bokong parsialis
•	 Ekstraksi bokong / kaki totalis
2.	 Sectio Caesar
Indikasi :
a.	 Janin besar
b.	 Janin “viable” dengan gawat janin
c.	 Nilai anak sangat tinggi ( high social value baby )
d.	 Keadaan umum ibu buruk
e.	 Inpartu tapi dengan kemajuan persalinan yang tidak memuaskan ( partus lama,
“secondary arrest“ dsbnya)
f.	 Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul
g.	 Hiperekstensi kepala
h.	Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan pasien masih belum
inpartu (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri kehamilan dengan oksitosin
drip)
i.	 Disfungsi uterus (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri persalinan dengan
oksitosin drip)
j.	 Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki
k.	 Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi untuk segera
Syarat
1.	 Hamil atterm
2.	 Ukuran panggul normal
3.	 Tidak ada CPD
4.	 Presentasi kepala
5.	 Serviks sudah matang
Teknik oksitosin intravena
1.	 Pasien cukup istirahat sebelumnya
2.	 Berikan pencahar untuk membersihkan usus
3.	 Sebaiknya mulai infus oksitosin pada pagi hari
4.	 Siapkan dextrose 5% 500 ml diisi 5 IU oksitosin
5.	 Gunakan jarum no 20 G
6.	 Pasang jarum dibagian volar lengan bawah
7.	 Mulai tetesan dengan kadar 2mU/menit
8.	 Evaluasi setiap 15 menit
9.	 Bila dalam 15 menit his belum adekuat, naikan tetesan
10.	Maksimal 30-40 mU/menit
11.	Observasi tanda-tanda tetania uteri, ruptur uteri, gawat janin
12.	Bila kontraksi sudah adekuat, pertahankan tetesan
13.	Pertahankan infus oksitosin sampai 1 jam pasca persalinan
Prostaglandin
1.	 Merangsang otot-otot polos termasuk otot rahim
2.	 Biasanya digunakan PGE2 dan PGF2
3.	 Diberikan secara oral, intravena, vaginal rektal dan intraamnion
4.	 Mual, muntah dan diare
5.	 Komplikasi : hiperstimulasi, gawat janin, seksio cesarea sito, ruptur uterus
Cairan hipertonik intra uterus
1.	 Biasanya digunakan pada janin mati
2.	 NaCl hipertonik 20%
3.	 Urea, kadang dicampur prostaglandin
4.	 Komplikasi : hipernatremia, infeksi, gangguan pembekuan darah
Stripping membranes
1.	Melepaskan ketuban dari segmen bawah uterus secara menyeluruh setinggi
mungkin dengan menggunakan jari
2.	 Potensial infeksi, perdarahan bila ada plasenta previa, ketuban pecah dini
3.	 Kesulitan : serviks belum dapat dilalui jari, kepala belum cukup masuk ke rongga
pelvis
Amniotomi
1.	 Pemecahan ketuban secara artifisialis
2.	 Bukan merupakan prosedur yang efektif
3.	 Menggunakan alat seperti Drewsmith catheter-McDonald klem
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
33
34
Penatalaksanaan Persalinan Sungsang
Persalinan sungsang memiliki resiko pada ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
1.	 Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat
mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan
umum ibu.
2.	 Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan.
3.	 Persiapan tenaga penolong persalinan – asisten penolong persalinan - dokter anak
dan ahli anaesthesi.
4.	 Persalinan spontan pervaginam (spontan Bracht) terdiri dari 3 fase/tahapan :
a.	 Fase lambat pertama:
1)	 Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula).
2)	 Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-
gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
b.	 Fase cepat:
1)	 Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
2)	 Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh
darah talipusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi
uteroplasenta terganggu.
3)	 Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 – 2
kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
c.	 Fase lambat kedua:
1)	 Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
2)	 Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan
secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau
cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
pertolongan sungsang (spontan BRACHT )
1.	 Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar 5
cm.
2.	 Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya fase
cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.
3.	 Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin
dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian
belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong janin
4.	 Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke perut
ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir .
5.	Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada
pada pinggang janin(gambar 2)
6.	 Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan ( gerak
mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau kearah kanan
sesuai dengan posisi punggung anak.
7.	Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-
hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
8.	 Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah
jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin
9.	 Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti
10.	pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
mengakhiri kehamilan atau persalinan.
l.	 Gangguan pertumbuhan intrauterine berat
m.	Riwayat obstetri buruk
n.	Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan
sungsang spontan pervaginam
o.	 Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan ini.
MEKANISME PERSALINAN SUNGSANG
1.	 Pada presentasi belakang kepala, bila kepala dan bahu sudah lahir maka sisa tubuh
janin akan mengalami proses persalinan tanpa kesulitan.
2.	 Pada presentasi sungsang, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin tidak selalu
dapat diikuti dengan persalinan kepala secara spontan. maka pertolongan
persalinan sungsang pervaginam memerlukan keterampilan khusus dari penolong
persalinan.
3.	 Engagemendandesensusbokongterjadimelaluimasuknyadiameterbitrochanteric
bokong melalui diameter oblique panggul.
4.	 Panggul anterior anak umumnya mengalami desensus lebih cepat dibandingkan
panggul posterior.
5.	 Pada saat bertemu dengan tahanan jalan lahir terjadi putar paksi dalam sejauh
450 dan diikuti dengan pemutaran panggul anterior kearah arcus pubis sehingga
diameter bi-trochanteric menempati diameter antero-posterior pintu bawah
panggul.
6.	Setelah putar paksi dalam, desensus bokong terus berlanjut sampai perineum
teregang lebih lanjut oleh bokong dan panggul anterior terlihat pada vulva.
7.	 Melalui gerakan laterofleksi tubuh janin, panggul posterior lahir melalui perineum.
8.	 Tubuh anak menjadi lurus ( laterofleksi berakhir ) sehingga panggul anterior
lahir dibawah arcus pubis. Tungkai dan kaki dapat lahir secara spontan atau atas
bantuan penolong persalinan.
9.	 Setelah bokong lahir, terjadi putar paksi luar bokong sehingga punggung berputar
keanterior dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu diameter bisacromial
bahu sedang melewati diameter oblique pintu atas panggul.
10.	Bahu selanjutnya mengalami desensus dan mengalami putar paksi dalam sehingga
diameter bis-acromial berada pada diameter antero-posterior jalan lahir.
11.	Segera setelah bahu, kepala anak yang umumnya dalam keadaan fleksi maksimum
masuk panggul melalui diameter oblique dan kemudian dengan cara yang sama
mengalami putar paksi dalam sehingga bagian tengkuk janin berada dibawah
simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak lahir melalui gerakan fleksi.
12.	Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter tranversal panggul dengan sacrum
di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan pada posisi tranversal ini sama
dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak pada jauhnya putar paksi
dalam ( dalam keadaan ini putar paksi dalam berlangsung sejauh 900 ).
13.	Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga punggung
anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini sedapat mungkin
dicegah oleh karena persalinan kepala dengan dagu didepan akan jauh lebih sulit
bila dibandingkan dengan dagu di belakang selain itu dengan arah pemutaran
seperti itu kemungkinan terjadinya hiperekstensi kepala anak juga sangat besar
dan ini akan memberi kemungkinan terjadinya “after coming head” yang amat
besar.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
35
36
Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang
pervaginam
1.	Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong
berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka
anterior superior ; ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan
pangkal paha (gambar 3) .
2.	Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan
lahir.
3.	 Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara
berikut:
a.	Lovset.
b.	Klasik.
c.	Müller.
Persalinan bahu dengan cara LOVSET.
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah jarum
jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang
akan lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
1.	 Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul)
2.	Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang
dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang
Sehinggasetiapsaatbahuposteriorakanberadapadaposisilebihrendahdibandingkan
posisi bahu anterior
Tehnik : (sumber gambar : http/Reproduksiumj.blogspot.com/2009persalinanpada_
Presenrasi_sungsang
Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.
Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht
Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht
Prognosis
1.	 Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang kepala.
2.	 Prognosa lebih buruk oleh karena:
a)	Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya
peristiwa “after coming head”.
b)	 Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.
Sebab kematian anak:
1.	 Talipusat terjepit saat fase cepat.
2.	 Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala
anak pada fase lambat kedua.
3.	 Trauma collumna vertebralis.
4.	 Prolapsus talipusat.
EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM
Manual Aid
Terdiri dari 3 tahapan :
1.	 Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).
2.	 Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3.	 Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
Persalinan bahu dan lengan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
37
38
Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
1.	 Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong berada
diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh mungkin dengan
gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.
2.	Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan telunjuk
tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian dengan
gerakan “mengusap mukajanin ”, lengan posterior bawah bagian anak dilahirkan.
3.	 Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil
dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan punggung
janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara
yang sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan, maka
lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:
1.	 Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung anak dan
sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan dada.
2.	 Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga lengan
depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada no 2
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi
3. Persalinan bahu dengan cara MüELLER
•	 Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
•	 Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul
Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah
yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis
dan dapat dilahirkan
Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu
belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :
1.	 Tehnik sederhana.
2.	 Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
3.	 Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.
Persalinan bahu dengan cara KLASIK
1.	 Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER.
2.	Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan
dibawah simfisis.
3.	 Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan
kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis
Tehnik :
Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
39
40
PERSALINAN KEPALA
~ After Coming Head
Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan
dengan berbagai cara :
1.	 Cara MOURICEAU
2.	 Cara PRAGUE TERBALIK
3. 	Cara MOURICEAU ( Viet – Smellie)
Gambar 16 Tehnik Mouriceau
Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin, jari
tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan
pada fosa canina. :
a.	 Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”.
b.	 Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain.
c.	 Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
d.	 Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.
2.	 Cara Prague terbalik
Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap
simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak
diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang
pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada
bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu.Dengan larynx
sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.
Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik
Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengkeluarkan lengan depan
Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang
(inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri penolong)
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER:
1.	 Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.
2.	 Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin
sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
3.	 Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan
kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi
sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak
dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang
anak (inset pada gambar 10)
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk
terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
41
42
Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong
2. EKSTRAKSI KAKI
Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka
labia.Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha
sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi
paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi (gambar 21). Tangan yang diluar (dekat
dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk mempermudah tindakan
mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22). Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki
anak dipegang diantara jari ke II dan III dan dituntun keluar dari vagina (gambar 23)
Gambar 21 Tangan dalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa
poplitea
Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki
janin
EKSTRAKSI TOTAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM
Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak
dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan.
Jenis ekstraksi total :
1.	 Ekstraksi bokong
2.	 Ekstraksi kaki
Penjelasan :
1.	 EKSTRAKSI BOKONG
Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah berada
didasar panggul.
Tehnik :
Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan lahir
dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait.
Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan
tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan
19). Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis,
jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak
melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20). Setelah bokong
lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan
cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan
menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
43
44
Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul
janin (jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum
skapula terlihat.
Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan
Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang
diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu
belakang dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan
melahirkan lengan belakang.
Gambar 23 c, d , e
Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang
(maneuver Pinard)
Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari
dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang
kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal
paha lahir. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan
pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir (
gambar 24).
Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi curam
dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala
seperti yang sudah dijelaskan.
Gambar 26. Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki
anak. Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ;
Traksi curam bawah untuk melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
45
46
•	 profilatik untuk melindungi integritas dasar panggul
•	 terdapat halangan kemajuan persasalinan akibat perinium kaku, juga untuk
menghindari robekan yang tidak teratur (termasuk robekan yang melebar ke
rektum)
Prosedur Melakukan Episiotomi
a. Episiotomi Medialis. dimulai dari ujung terbawah introitus vagina dampai batas atas
otot-otot spingter ani
b. Episiotomi Mediolateralis insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
kearah belakang dan amping. arah insisi ini dapat dilakukan kearah kanan atau kiri,
panjang insisi kira-kira 4
Sumber: http//obstetric_Dian Husadablogspot.com/tindakandilatasi_jalanlahir.html
Jenis / Tingkat Robekan Perinium
•	 Derajat 1 : Mukosa vagina dan kulit perinium
•	 Derajat 2 : Mukosa vagina, kulit perinium, dan otot perinium
•	 Derajat 3 : Mukosa vagina, kulit perinium, otot perinium dan otot spingter ani
•	 Derajat 4 : Mukosa vagina, kulit perinium, otot perinium, otot spingter ani hingga
meluas ke mukosa rektum,
Komplikasi ibu
1.	Perdarahan
2.	 Trauma jalan lahir
3.	Infeksi
Komplikasi anak
1.	 aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus
yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan
ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.
2.	 Asfiksia :
Bayi mengalami apiksia dan anoksia yang disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada
fase cepat
3.	 Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
a.	 Panggul sempit
b.	 Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
c.	 Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
d.	 Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
1)	 Fraktura tulang kepala
2)	 Fraktura humerus
3)	 Fraktura klavikula
4)	 Fraktura femur
5)	 Dislokasi bahu
6)	Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat
tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan
juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
TINDAKAN DILATASI JALAN LAHIR
Episiotomi
Definisi
Episiotomi adalah insisi perinium untuk memperlebar jalan lahir yang menyebabkan
terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput darah, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fascia periniumdan kulit sebelah depan perinium sehingga
memudahkan kelahiran anak.
Indikasi
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul baik dari piihak ibu maupun pihak
janin
a. Indikasi Janin
sewaktumelahirkanjaninprematur.tujuannyauntukmencegahterjadinyatraumapada
kepala janin
•	 sewaktu melahirkan janin sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi
vacum, janin besar, posisi abnormal atau fetal distress
b. Indikasi Ibu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
47
48
Teknik Manual Plasenta
1.	 Siapkan pasien dengan posisi litotomi.
2.	 Keadaan umum penderita diperbaiki yaitu infus NaCl atau Ringer Laktat, berikan
Anestesi /dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuscular atau
pronalgest suposutoria. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri.
3.	Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya
(tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari
dikuncupkan membentuk kerucut.:
•	 Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring),
ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan
yang membentuk kerucut tadi.
o	 Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding
perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah.
o	 Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan
fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah
ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.
o	 Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam
antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan
gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya
(kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri
supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan
uterus (perforasi) dapat dihindarkan.
o	 Mengeluarkan plasenta
o	 Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui
apakah ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang
tersisa.
o	 Segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan
masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada
tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di
jahit.
Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi
yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure
yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis,
ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua
dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan
antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta.. Jika disadari adanya plasenta akreta
sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera
dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
MANUAL PLASENTA
Pengertian
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu
dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang
dimasukkan kedalam kavum uteri. Manual plasenta dilakukan apabila setelah 30 menit
dengan pemberian oksitoksin kedua belum ada tanda pelepasan plasenta belum lepas
atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, maka plasenta segera
dilahirkan/dikeluarkan .
Manual plasenta merupakan tindakan operatif kebidanan karena adanya retensio
plasenta dengan menggunakan teknik plasenta manual dengan persiapan ketrampilan
yang baik agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa pasien
Etiollogi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada
kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika
dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan
yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi
jalan lahir dan tali pusat putus.
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1.	 Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
c.	 Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d.	 Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium
e.	Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/
memasuki miometrium
f.	 Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
g.	Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri
2.	 Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya
3.	 Kontraksi otot rahim terganggu dan menimbulkan perdarahan.
4.	 Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan kemungkinan implantasi
plasenta terlalu dalam.
Identifikasi Riwayat Kebidanan
1.	Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi
mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat
multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi
dilahirkan.
2.	 Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
3.	 Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
4.	 Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
49
50
4)	 Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta.
5)	 Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk).
6)	 Melepas Plasenta dari Dindig Uterus
7)	 Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
a)	 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan,
pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan
menghadap ke atas.
b)	Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan
dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam
uterus.
c)	 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada
dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
d)	Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan
penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
e)	 Mengeluarkan Plasenta
o	 Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus.
o	 Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada
saat plasenta dikeluarkan.
o	 Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
o	 Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
o	 Lakukansedikitpendoronganuterus(dengantanganluar)kedorsokranial
setelah plasenta lahir.
Sumber gambar : http//irapanusa_blogspot.com/2012_11_01archive,html&docid
PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA
1.	 Persetujuan Tindakan Medik
Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap
tindakanmedicyangakandilakukanterhadapdirinyaolehdokter/bidan.Persetujuan
diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang
diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan
dilakukan.
2.	 Persiapan Sebelum Tindakan
a.	 Pasien : cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha
sudah dibersihkan.
b.	 Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
c.	 Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah
d.	Medikamentosa
1)	 Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2
mg/kg BB)
2)	 Sedative (Diazepam 10 mg)
3)	 Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
4)	 Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
5)	 Cairan NaCl 0,9% dan RL
6)	 Infuse Set
7)	 Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
8)	 Oksigen dengan regulator
e.	Penolong
1)	 Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
2)	 Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
3)	 Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
f.	Instrument
1) Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
2) Mangkok tempat plasenta : 1
3) Kateter karet dan urine bag : 1
4) Benang kromk 2/0 : 1 rol
5) Partus set
g.	 Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan
sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan
handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
3.	 Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri
a.	 Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse.
b.	 Lakukan kateterisasi kandung kemih.
c.	 Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
d.	 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
1)	 Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
2)	 Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam
vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
3)	 Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang
kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
51
52
f)	 Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar
g)	 Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk
sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic.
Cuci Tangan Pascatindakan, mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk
mencegah infeksi.
h)	 Perawatan Pascatindakan
o	 Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan.
o	 Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang
tersedia.
o	 Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
o	 Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
o	 Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan,
lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di Rumah Sakit)
1)	 Bila ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi,
ancaman robekan rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda
infeksi, partus lama, dan ibu sangat lemah.
2)	 Ibu yang tidak boleh mengejan.
3)	 Disproporsi sefalo-pelvik.
g.	 Indikasi Janin
3)	Kelainan letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi
tulang ubun-ubun posterior.
4)	 Pada janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops
fetalis.
Rangkuman
Indikasi tindakan operatif pada fetus dan pada ibu
Indikasi Ibu dan Janin pada Tindakan Operatif Kebidanan
1. VAKUM EKSTRAKSI
Ekstraksi Vakum adalah tindakan obstetrik operatif untuk melahirkan kepala janin
dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada kulit
kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran
Indikasi Ibu
a.	 Kelelahan ibu
b.	 Partus tidak maju
c.	 Toksemia gravidarum
d.	 Ruptura uteri imminens
e.	Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium
kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
Indikasi Janin
Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya
mekonium.
Indikasi Konvensional: Mempersingkat kala II pada ( Kala II yang memanjang) dan
Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri tertentu
(pre eklampsia berat, anemia, diabetes mellitus, eklampsia), riwayat SC
Kontraindikasi
a.	 Absolute : CPD, denominator tidak jelas, kelainan letak
b.	 Relatif: Prematur, IUFD,anensephalus
Standar peralatan ekstraksi vakum terdiri dari mangkuk,rantai penghubung, botol,
saluran menuju ke pompa penghisap dan pompa penghisap
Prinsip ekstraksi vakum:
Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan
negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum.
Syarat ekstraksi vakum
a.	 Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam.
b.	 Pembukaan sekurang - kurangnya 7 cm (idealnya adalah dilatasi lengkap).
c.	 Penurunan kepala > station 0 ( idealnya adalah setinggi Hodge III + )
d.	 Selaput ketuban negatif.
e.	 Harus ada kekuatan meneran ibu dan kontraksi uterus (HIS )
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan

More Related Content

What's hot

Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVpjj_kemenkes
 
Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan
 Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan
Pengorganisasian Praktek Asuhan KebidananGrhasta Dian
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasFebrian Dini
 
KB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak Normal
KB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak NormalKB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak Normal
KB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak Normalpjj_kemenkes
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasRahayu Pratiwi
 
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutanPengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutanPeny Ariani
 
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif KebidananKB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidananpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...pjj_kemenkes
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiWarnet Raha
 
MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
 MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANANRekha Zahari
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan KebidananModel Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan Kebidananevianamsaputri
 
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan OrganogenesisKB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesispjj_kemenkes
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varneysicua050896
 
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang KebidananKB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidananpjj_kemenkes
 
Filosofi Kebidanan
Filosofi KebidananFilosofi Kebidanan
Filosofi Kebidananbettycan33
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 
Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan
 Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan
Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
 
KB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak Normal
KB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak NormalKB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak Normal
KB 2 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Kromosom Tidak Normal
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
 
Konsep kebidanan ppt
Konsep kebidanan pptKonsep kebidanan ppt
Konsep kebidanan ppt
 
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutanPengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
 
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif KebidananKB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
 
Asuhan Kebidanan
Asuhan KebidananAsuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iii
 
MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
 MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
MAKALAH STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
 
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan KebidananModel Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
 
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan OrganogenesisKB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang KebidananKB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
KB 3 Kewirausahaan dalam Bidang Kebidanan
 
Filosofi Kebidanan
Filosofi KebidananFilosofi Kebidanan
Filosofi Kebidanan
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 

Viewers also liked

Adaptasi ibu-masa-nifas
Adaptasi ibu-masa-nifasAdaptasi ibu-masa-nifas
Adaptasi ibu-masa-nifasWarung Bidan
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Gangguan ringan pada kehamilan
Gangguan ringan pada kehamilanGangguan ringan pada kehamilan
Gangguan ringan pada kehamilanSusanti Suhartati
 
Depresi postpartuM
Depresi postpartuMDepresi postpartuM
Depresi postpartuMBuddifm
 
GANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi Susiana
GANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi SusianaGANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi Susiana
GANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi Susianaveiavallent
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukanpjj_kemenkes
 
Alat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinyaAlat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinyafitri fitriani
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASPERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (12)

13 obstetri operatif
13 obstetri operatif13 obstetri operatif
13 obstetri operatif
 
Agus susilo
Agus susiloAgus susilo
Agus susilo
 
Adaptasi ibu-masa-nifas
Adaptasi ibu-masa-nifasAdaptasi ibu-masa-nifas
Adaptasi ibu-masa-nifas
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
 
Gangguan ringan pada kehamilan
Gangguan ringan pada kehamilanGangguan ringan pada kehamilan
Gangguan ringan pada kehamilan
 
Depresi postpartuM
Depresi postpartuMDepresi postpartuM
Depresi postpartuM
 
letak Sungsang
letak Sungsangletak Sungsang
letak Sungsang
 
GANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi Susiana
GANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi SusianaGANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi Susiana
GANGGUAN KEJIWAAN PADA IBU HAMIL by Alfi Susiana
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukan
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Alat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinyaAlat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinya
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASPERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
 

Similar to KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan

KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi SyokKB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syokpjj_kemenkes
 
Kb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganKb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganpjj_kemenkes
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Kb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganKb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganpjj_kemenkes
 
Kb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganKb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganKb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganpjj_kemenkes
 
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anakKb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anakpjj_kemenkes
 
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanKb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanpjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2pjj_kemenkes
 
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilanKb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 

Similar to KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan (20)

KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
 
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi SyokKB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
KB 4 Kedaruratan Obstetri pada Kondisi Syok
 
Kb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganKb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb1 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
 
Kb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganKb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb3 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
 
Kb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembanganKb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
Kb2 asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai tahap perkembangan
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
 
Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1
 
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganKb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
 
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anakKb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
 
Modul 1
Modul 1Modul 1
Modul 1
 
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanKb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
 
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilanKb2 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb2 dokumentasi asuhan kehamilan
 
Pedoman praktikum
Pedoman praktikumPedoman praktikum
Pedoman praktikum
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 

Recently uploaded

PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)AsriSetiawan3
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 

Recently uploaded (20)

PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 

KB 2 Jenis Tindakan Operatif Kebidanan

  • 1. Tindakan Operatif Kebidanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 TITIK HINDRIATI Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 3 OBSTETRI Modul KEGIATAN BELAJAR 2 JENIS Tindakan operatif Kebidanan
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL EMPAT dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah Obstetri yang berjudul Tindakan Operatif Kebidanan. Modul Obstetri ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 Gambar : Pengecekan cabang bayi Daftar Istilah ISTILAH KETERANGAN Pasca Partum 1-2 jam Setelah melahirkan Augmetasi persalinan Intervensi untuk menilai kemajuan perslinan yang lambatpada kehamilan trimester II atau III AVM Aspirasi Vakum Manual adalah alat yang digunakan cara efektif untuk mengatasi abortus inkomplit Abortus Perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester I Hcg Hormone corionic Gonadotropin adalah hormon yang dihasilkan oleh oleh plasenta Nocturia Sering Kencing dimalam hari USG Ultra Sonografi adalah alat yang digunakan untuk monitor kondisi janin dalam rahim (kandungan) Vakum ekstraksi Adalah alat yang digunakan untuk membantu proses persalinan macet, dengan indikasi ibu dan bayi Mourisceu Adalah sutu tehnik untuk melahirkan bokokng dengan melakukan traksi rahang dan bahu pada presentasi sungsang Tirah baring Istirahat total ditempat tidur
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 3 4 Petunjuk Umum Belajar Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara mandiri, kami yakin Anda akan berhasil, jika anda mau mempelajarinya secara serius dan benar. Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut: 1) Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam mempelajari modul ini. 2) Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB)1 dan seterusnya, karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya. 3) Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan mempraktikan materi yang tertuang dalam modul ini. 4) Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada materi yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya. 5) Untuk mempelajari modul ini dibutuhkan waktu sedikitnya 90 menit. 6) Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari buku, koran, majalah maupun artikel lain yang membahas tentang tindakan operatif kebidanan. 7) Untuk lebih memudahkan memahami modul ini, amati kondisi yang berkaitan dengan kasus penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang memerlukan tindakan operatif kebidanan seperti robekan jalan lahir, pertolongan sunsang, vakum ekstraksi dll. 8) SetelahselesaimempelajarisatuKegiatanBelajarini,Andadimintauntukmengerjakan tugas maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil minimal 80% jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari Kegiatan Belajar berikutnya. 9) Kunci jawaban untuk setiap Kegiatan Belajar ada di bagian akhir modul ini. Silahkan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika Anda belum berhasil silahkan pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Ingat! Jangan melihat kunci jawaban sebelum Anda selesai mengerjakan tugas 10) Bila Anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosen /fasilitator dari Mata Kuliah ini. 11) Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah Anda kerjakan dengan benar, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah menguasai seluruh materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi dosen Pembimbing Anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan berhasil bila minimal jawaban Anda 80% benar. Maka selanjutnya Anda diperbolehkan untuk mempalajari modul berikutnya. Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil dengan baik. Pendahuluan Rekan-rekan mahasiswa selamat bertemu kembali dengan Mata Kuliah Obstetri. Sekarang kita akan lanjutkan untuk mempelajari modul keempat yang harus anda selesaikan. Modul ini berjudul “Tindakan Operatif kebidanan ”. yang meliputi 3 kegiatan belajar (KB) dan terdiri dari : KB-1 tentang Tindakan operatif Kebidanan, KB-2 tentang Indikasi Janin pada tindakan operatif kebidanan dan KB-3 tentang Indetifikasi gangguan psikologis dalam kebidanan dan penatalaksanaan Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu mengidentifikasi kasus yang memerlukan tindakan operatif kebidanan dan mengidentifikasi kasus gangguan psikologis dalam kebidanan yang mungkin terjadi dan atas dasar pemahaman dalam pengambilan keputusan untuk berkolaborasi dan bertindak sesuai kewenangan anda sebagai bidan. Modul ini direncanakan agar anda dapat mempelajari sebelum kegiatan modul pembelajaran secara tatap muka dengan tutor. Oleh karena itu anda dapat mengoptimalkan pemanfaatan pembelajaran melalui modul ini secara optimal melalui pembelajaran mandiri, berkelompok untuk berdiskusi dalam rangka pemecahan masalah, sehingga ketika pertemuan dengan tutor maka anda dapat (1) mendiskusikan materipembelajaranyangbelumsepenuhnyaAndapahami,(2)mendapatkanpenjelasan tambahan, dan (3) mampu mengidentifikasi dan menunjukkan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh kelompok belajar. Untuk mempelajari modul ini sedikitnya dibutuhkan waktu 3 x 30 menit. Pada saat pertemuan atau tatap muka, anda diharapkan membuat catatan-catatan tentang hal-hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran. Akhirnya, selamat belajar dan semoga SUKSES ! Manfaat yang akan Anda peroleh setelah selesai mempelajari modul ini dan mengikuti kegiatan pembelajaran secara tatap muka adalah bertambahnya pengetahuan dan pemahaman Anda tentang pentingnya memahami kasus-kasus yang memerlukan tindakan operatif kebidanan sehingga nantinya Anda akan dapat lebih fokus dalam melakukan identifikasi, pengambilan keputusan dan berkolaborasi dengan dokter serta melakukan tindakan operatif kebidanan di lingkungan kerja anda sesuai dengan prinsip kegawat daruratan, kompetensi dan kewenangan bidan.
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5 6 Kegiatan Belajar 2 Setelah selesai mempelajari kegiatan belajar 2 ini anda diharapkan mampu mengenal jenis tindakan operatif Kebidanan dengan benar secara khusus anda diharapkan dapat mengenal jenis tindakan : • Vakum Ekstraksi, • Dilatasi dan kuretase, • Forcep Ekstraksi, • Seksio Caesaria, • Induksi Persalinan, • Pertolongan sunsang, • Dilatasi jalan lahir Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka pokok-pokok materi pembelajaran yang akan Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar-1 ini meliputi: • Vakum Ekstraksi, • Dilatasi dan kuretase, • Forcep Ekstraksi, • Seksio Caesaria, • Induksi Persalinan, • Pertolongan sunsang, • Dilatasi jalan lahir JENIS TINDAKAN OPERATIF KEBIDANAN Uraian Materi Tindakan Opertiaf Kebidanan dapat terjadi setiap saat dalam kasus kebidanan yang sifatnya mendadak , khususnya pada masa kehamilan dan persalinan. Maka anda harus mengenal jenis tindakan yang tepat sesuai dengan penyulit kehamilan maupun persalinan. Nah sekarang coba tuliskan kasus kehamilan atau persalinan yang pernah anda hadapi dan anda rujuk segera demi keselamatan ibu dan anak , tuliskan jawaban anda pada kotak dibawah ini Apakah anda, sudah selesai menulis jawabannya? Jika sudah sekarang simak dan pelajari dengan seksama jawaban anda pada uraian materi pembelajaran berikut ini. VAKUM EKSTRAKSI VakumEkstraksiatauekstrasivakumadalahtindakanobstetrikoperatifuntukmelahirkan kepala janin dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada kulit kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran. Tekhnik tindakan ekstraksi vakum adalah tahapan tindakan persalinan buatan, dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vakum (ventouse) dari malmastrom yang berfungsi untuk ekstraksi, fleksi, dan ekstensi kepala janin, sehingga janin lahir. Tujuan Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari ibu dan janin, sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin dapat ditekan serendah mungkin. Kebijakan Sebelum tindakan ekstraksi vakum dilakukan, harus dipertimbangkan secara matang indikasinya dengan resiko yang mungkin terjadi. Indikasi Konvensional: Mempersingkat kala II pada ( Kala II yang memanjang) 1. Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri tertentu (pre eklampsia berat, anemia, diabetes mellitus, eklampsia) Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi Tuliskan apa yang anda ketahui
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 7 8 2. Kondisi ibu dengan kontra indikasi untuk meneran a. Kondisi yang membutuhkan kala II diperpendek b. Ibu kelelahan c. Tidak ada kemajuan dalam kala II / partus macet. 3. Kondisi obstetri tertentu : a. Riwayat SC b. Kala II memanjang 4. Maternal distress pada kala II 5. Gawat janin pada kala II dengan syarat : a. Perjalanan persalinan normal b. Fasilitas sectio caesar sudah siap Kontraindikasi Absolute : 1. Disproporsi sepalo-pelvik . 2. Operator tidak dapat mengenali denominator dengan baik 3. Operator tidak kompeten untuk melakukan ekstraksi vakum. 4. Kelainan letak : a. Presentasi Muka b. Letak Dahi c. Presentasi Lintang d. “After coming head” pada presentasi sungsang Kontraindikasi Relatif: 1. Pasca pengambilan sediaan darah dari kulit kepala janin. 2. Prematuritas (<36> a. Kecuali pada persalinan gemelli anak ke II dimana persalinan hanya memerlukan traksi ringan akibat sudah adanya dilatasi servix dan vagina. b. Dikhawatirkan terjadi trauma intrakranial, perdarahan intrakranial , ikterus neonatorum berat. 3. IUFD a. Oleh karena : tidak dapat terbentuk kaput. b. Pada janin maserasi, kranium sangat lunak sehingga pemasangan mangkuk menjadi sulit. 4. Kelainan kongenital janin yang menyangkut kranium : anensephalus Syarat 1. Serviks dilatasi maksimal/sempurna (lengkap) 2. Kulit ketuban sudah pecah, atau dipecah. 3. Kepala janin sudah cakap (bagian terendah kepala ada pada station +1 atau lebih) 4. Mengetahui dengan pasti posisi kepala janin 5. Tersedianya fasilitas prndukung yang adekuat 6. tidak ada disproporsi janin panggul. Prosedur persiapan alat dan obat 1. Persiapan pasien 2. Baringkan pasien pada posisi litotomi di meja tindakan 3. Persiapan alat • vakum set • gunting episiotomi • partus set • heathing set • dan alat resusitasi bayi. 4. Menyiapkan obat – obatan durante tindakan. Standar peralatan ekstraksi vakum 1. Mangkuk (cup) a) Mangkuk ini digunakan untuk membuat caput suksedaneum buatan, sehingga mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat 2 macam mangkuk yang terbuat dari logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan, bahan mangkok plastic, kurang traumatic dibanding dengan mangkuk logam.Mangkuk umumnya berdiamter 4 – 6 cm. b) Pada punggung mangkuk terdapat : 1) Tonjolan berlubang, tempat insersi rantai penarik. 2) Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung. 3) Tonjolan landai, sebagai tanda unuk titik penunjuk kepala janin (point of direction) 2. Rantai penghubung 1) Rantai penghubung tersebut dari logam, dan berfungsi menghubungkan mangkuk dengan pemegang. Pipa penghubung . 2) Terbuat dari karet atau plastic yang lentur, tidak akan berkerut oleh tekanan negative. Pipa penghbubg berfungsi sebagai penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol. 3. Botol Merupakan tempat cadangan tekanan negative dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut tersedot, (air ketuban, ltern serviks, verniks caseosa, darah, dll). Pada botol ini, terdapat tutup yang mempunyai 3 saluran, yaitu : 1) Saluran manometer 2) Saluran menuju ke mangkuk 3) Saluran menuju ke pompa penghisap 4. Pompa penghisap dapat berupa pompa penghisap manual, maupun listrik. Prosedur Tindakan 1. Anesthesia – Assistance b. Penghilang rasa sakit yang adekuat c. Persiapan resusitasi neonatus 2. Bladder : kosongkan kandung kemih 3. Cerviks : periksa dalam vagina untuk memastikan pembukaan lengkap, dan kulit ketuban sudah pecah.
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 9 10 Diagram mangkuk penghisap cawan penghisap Syarat ekstraksi vakum 1. Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam. 2. Pembukaan sekurang - kurangnya 7 cm ( idealnya adalah dilatasi lengkap ). 3. Penurunan kepala > station 0 ( idealnya adalah setinggi Hodge III + ) 4. Selaput ketuban negatif. 5. Harus ada kekuatan meneran ibu dan kontraksi uterus (HIS ) Prinsip ekstraksi vakum: Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Caput Succadeneum 4. Determine a. Periksa dalam vagina untuk mengetahui posisi, station, dan panggul b. Pikirkan kemungkinan terjadinya distosia bahu. c. Equipment d. Persiapkan peralatan ekstraktor vakum ( cup vakum, pompa, tabung) e. Cek tekanan vakum 5. Fontanelle a. Pasang cup vakum pada sutura sagitalis sedekat mungkin dengan ubun – ubun kecil b. Periksa dalam vagina untuk mengetahui adanya bagian jalan lahir ibu yang terjepit. 6. Gentle traction a. Naikkan tekanan dalam cup vacuum dengan tekanan negative 0,1 – 0,3 kg / cm2 (100 – 200 mmHg) b. Traksi hanya bila kontraksi c. Saat kontraksi tiba, naikkan tekanan negative hingga 0,6 – 0,8 kg / cm2(500 – 600 mmHg) d. Ibu dipimpin mengejan dengan dilakukan traksi searah dengan sumbu panggul ibu. 7. Halt a. Bila tidak ada kemajuan dengan 3x traksi pada 3 kontraksi b. Bila mangkuk terlepas 3x c. Bila tidak ada kemajuan setelah 30 menit ekstraksi vakum. 8. Incici : pertimbangan episiotomi bila ada kemungkinan terjadinya laserasi 9. Jaw a. Setelah dagu lahir, turunkan tekanan negatif dan lepas cup vakum b. Lakukan persalinan normal. Alat ekstraksi vakum: 1. Cawan penghisap ( cup ) 2. Terdiri dari 3 ukuran : a. 50 mm b. 60 mm c. 70 mm 3. Botol penghisap 4. Pompa penghisap a. Pemilihan ukuran cawan penghisap disesuaikan dengan dilatasi servik ; pada dilatasi servik yang sudah lengkap biasanya dipasang ukuran yang terbesar (70 mm). b. Pada sisi belakang cawan penghisap terdapat “ marker “ sebagai penuntun gerakan rotasi dalam dan dipasang pada posisi jam 12. c.Padapenampangmelintangcawanpenghisapterlihatadanyarantaiyangmerupakan alat pengaman agar cawan tidak mudah terlepas dari “pegangan” saat melakukan traksi.
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 11 12 Pemasangan cawan pada sutura sagitalis menjauhi ubun-ubun besar Posisi awal, arah traksi horisontal sampai kepala nampak dibawah simfisis Cara melakukan traksi Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum: 1. Cawan penghisap terlepas lebih dari 3 kali saat melakukan traksi dan hal ini biasanya terjadi oleh karena : a. Tenaga vakum terlampau rendah (seharusnya -0.8 kg/cm2) oleh karena kerusakan pada alat atau pembentukan caput succedaneum yang terlampau cepat ( < 0.2 kg/cm2 per 2 menit) b. Terdapat selaput ketuban atau bagian jalan lahir yang terjepit diantara cawan penghisap dengan kepala anak. c. Saat melakukan traksi : kedua tangan penolong tidak bekerja secara harmonis, traksi dengan arah yang tidak tegak lurus dengan bidang cawan penghisap atau traksi dilakukan dengan tenaga yang berlebihan. d. Terdapat gangguan pada imbang sepalopelvik (CPD) 2. Setelah dilakukan traksi selama 30 menit, janin belum dapat dilahirkan. Komplikasi Pada Ibu : 1. Perdarahan 2. Infeksi jalan lahir 3. Trauma jalan lahir Pada anak : 1. Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepala 2. Cephal hematoma 3. Subgaleal hematoma 4. Perdarahan intrakranial Pemasangan cawan penghisap dalam keadaan miring Pemasangan cawan penghisap 1. Setelah persiapan operator dan atau pasien selesai serta peralatan sudah dipersiapkan dengan baik. 2. Labia dibuka dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dari arah atas. 3. Cawan penghisap yang sudah dilumuri dengan jelly dimasukkan jalan lahir secara miring dengan menghindari urethra dan klitoris. 4. Cawan penghisap diputar 900 dan ditempatkan tepat pada permukaan kulit kepala dengan posisi menjauhi ubun-ubun besar. 5. Buat tekanan vakum dalam cawan penghisap dengan memompa sampai 0.2 kg/ cm2 sebagai tekanan awal. 6. Pastikan bahwa cawan penghisap terpasang dengan baik dan tidak ada bagian jalan lahir atau sisa selaput amnion yang ikut terjepit 7. Setelah 2 menit, naikkan tekanan negatif sampai 0.7 – 0.8 kg/cm2 dengan kecepatan 0.2 kg/cm2 setiap 2 menit. 8. Penilaian ulang untuk melihat adanya bagian jalan lahir yang terjepit. 9. 9. Traksi percobaan untuk melihat apakah ekstraksi vakum sudah berfungsi dengan baik. 10. Traksi sesuai dengan derajat desensus sampai lahirnya kepala janin. 11. Cawan penghisap dilepas dan sisa tubuh anak dilahirkan dengan cara sebagaimana lazimnya. Ekstraksi Vakum Pada Posisi Occiput Anterior
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 13 14 b) Penyakit hipertensi yang berat, c) Carcinoma cervix invasif 6. [Psikososial misalnya pada korban perkosaan atau “incest” yang menjadi hamil] 7. [Kegagalan kontrasepsi] Persiapan tindakan: 1. Persiapan sebelum tindakan kuretase a. Konseling pra tindakan : 1) Memberi informed consent 2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita 3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan: garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan 4) memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan. b. Pemeriksaan sebelum curretage 1) USG (ultrasonografi) 2) Mengukur tanda-tanda vital tensi dan Hb darah 3) Mengatasi perdarahan 4) Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit c. Persiapan tindakan 1) menyiapkan pasien (puasa puasa 4-6 jam sebelumnya, supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal. 2) mengosongkan kandung kemih 3) membersihkan genetalia eksterna 4) membantu pasien naik ke meja ginek 5) Memasang infuse (pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.) 6) Cek adanya perdarahan d. Persiapan psikologis dan hadirkan keluarga terutama suami e. Persiapan petugas 1) mencuci tangan steril 2) memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril 3) memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalam tindakan kuret (Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan f. Persiapan alat dan obat : 1) Alat tenun, terdiri dari :baju operasi, laken,doek kecil 2) sarung meja mayo 3) Alat-alat kuretase tersedia keadaan aseptic berisi : a) Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah. b) Sonde (penduga) uterus:untuk mengukur kedalaman rahim dan untuk mengetahui lebarnya lubang vagina c) Cunam muzeus atau Cunam porsio d) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar e) Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET) f) Cunam tampon (1 buah) g) Pinset dan klem h) Kain steril, dan sarung tangan dua pasang. i) Menyiapkan alat kuret AVM 5. Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retina 6. Fraktura klavikula 7. Distosia bahu 8. Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VII 9. Erb paralysa 10. Kematian janin Keunggulan ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam: 1. Tehnik pelaksanaan relatif lebih mudah 2. Tidak memerlukan anaesthesia general 3. Ukuran yang akan melewati jalan lahir tidak bertambah (cawan penghisap tidak menambah ukuran besar bagian anak yang akan melwati jalan lahir) 4. Trauma pada kepala janin relatif rendah Kerugian ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam: 1. Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama. 2. Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam. 3. Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit. 4. Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterus neonatorum. Berbagai rekomendasi berkaitan dengan tindakan ekstraksi vakum : 1. Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi vakum hendaknya menggunakan klasifikasi yang sama dengan ekstraksi cunam. 2. Indikasi dan kontraindikasi yang dipakai dalam ekstraksi cunam hendaknya juga digunakan pada ekstraksi vakum. 3. Ekstraksi vakum tidak boleh dilakukan pada kepala yang masih belum engage atau diatas station 0. 4. Operator hendaknya memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan peralatan ekstraksi vakum. 5. Operator harus segera menghentikan usaha persalinan pervaginam dengan ekstraksi vakum bila cawan penghisap terlepas sampai 3 kali saat melakukan traksi. DILATASI DAN KURETASE Tindakan ginekologi operatif untuk mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu disebut sebagai aborsi yang dikerjakan melalui tindakan kuretase tanpa atau disertai dengan dilatasi kanalis servikalis terlebih dulu ( D & C ). Aborsi elektif atau “voluntary” adalah terminasi kehamilan sebelum “viability” atas kehendak pasien dan tidak berdasarkan alasan medik. Indikasi pengosongan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu : 1. Menghentikan perdarahan pervaginam pada peristiwa abortus spontan, inkomplit, menometroragia 2. Kematian janin intra uterine ( IUFE-intra uterine fetal death) 3. Kelainan kongenital berat yang menyebabkan gangguan anatomis atau gangguan mental hebat 4. Mola hidatidosa 5. Kelainan medik yang menyebabkan seorang wanita tidak boleh hamil: a) Penyakit jantung,
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 15 16 o Insersi vagina o Injeksi parenteral o Peroral • Antiprogesterone- RU 486 ( mifepristone) dan epostane • Methrotexate- intramuskular dan peroral • Kombinasi bahan-bahan diatas Perbandingan antara Tehnik Pembedahan dengan tehnik Medikamentosa Tehnik Aborsi Medikamentosa Tehnik Aborsi Pembedahan Selalu menghindari prosedur yang invasif Prosedur invasif Selalu tidak menggunakan anaesthesia Bila diinginkan, dapat diberikan sedasi Memerlukan lebih dari 2 kunjungan Umumnya hanya satu kunjungan Berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu Berlangsung dalam waktu yang tidak dapat diramalkan Dapat digunakan pada awal kehamilan Dapat digunakan pada awal kehamilan Angka keberhasilan 95% Angka keberhasilan 99% Memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa telah terjadi abortus secara lengkap Tidak selalu memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa telah terjadi abortus secara lengkap Memerlukan partisipasi yang baik dari pasien pada semua langkah terapi Partisipasi pasien hanya pada satu tahapan saja TEHNIK DILATASI DAN KURETASE 1. Bila masih memungkinkan dan dianggap perlu, tindakan untuk memperlebar kanalis servikalis dilakukan dengan pemasangan batang laminaria dalam kanalis servikalis dalam waktu maksimum 12 jam sebelum tindakan kuretase. 2. Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatator Hegar yang terbuat dari logam dari berbagai ukuran (antara 0.5 cm sampai 1.0 cm) 3. Setelah persiapan operator dan pasien selesai, pasien diminta untuk berbaring pada posisi lithotomi setelah sebelumnya mengosongkan vesica urinaria. 4. Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik 5. Dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk menentukan posisi servik, arah dan ukuran uterus serta keadaan adneksa 6. Spekulum dipasang dan bibir depan porsio dijepit dengan 1 atau 2 buah cunam servik. j) Ranjang ginekologi dengan penopang kaki k) Meja dorong / meja instrument yang berisi Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM ) yaitu AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula l) Tenakulum (1 buah) m) Klem ovum/fenster (2 buah) n) Mangkok logam Dilatator/ busi hegar (1 set) o) Lampu sorot p) Kain atas bokong dan penutup perut bawah q) Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol) r) Tensimeter dan stetoskop s) Sarung tangan DTT dan alas kaki t) Set infus (Abocatt Cairan infus, Wings) u) Kateter Karet 1 buah v) Spuit 3 cc dan 5 cc Alat-alat kuretase (Sumber: Majalahmuslimsehat.com/kuretase/docid) g. Persiapan tindakan: 1) Anamnesa, pemeriksaan umum dan pemeriksaan ginekologik 2) Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan tindakan dan komplikasi yang mungkin terjadi 3) Penentuan jenis kontrasepsi yang akan digunakan pasca tindakan 4) Informed consent dari pasien dan suami [atau keluarga] Medikamentosa • Oksitosin intravena • Cairan hiperosmolar intra amniotik: o Saline 20% o Urea 30% • Prostaglandine E2, F2α, E1 dan analoognya o Injeksi intra amniotik o Injeksi ekstra ovular
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 17 18 1. Pengerokan uterus dikerjakan secara sistematik ( searah dengan jarum jam dan kemudian berlawanan arah dengan jarum jam ). Cavum uteri dianggap bersih bila tidak terdapat jaringan sisa kehamilan lagi yang keluar dan cairan darah cavum uteri berbuih. 2. Rongga vagina dibersihkan dari sisa jaringan dan darah. 3. Diberikan doxycycline 200 mg per oral pasca tindakan dan 100 mg sebelum tindakan. Aborsi dan tehik tindakan Metode non invasif : 1. Oksitosin intravena dosis tinggi 2. Prostaglandine E2 suppositoria 3. Prostaglandine E1 (misoprostol) peroral OKSITOSIN DOSIS TINGGI 1. Berhasil pada 80 – 90% kasus 2. Pemberian 50 unit oksitosin dalam 500 ml PZ selama 3 jam PROSTAGLANDINE E2 1. 20 mg Prostaglandine E2 intravaginal pada fornix posterior 2. Efek samping : mual dan muntah, demam dan diare PROSTAGLANDINE E1 1. 600 ug intra vagina diikuti dengan pemberian 400 ug setiap 4 jam 2. Ramsey dkk (2004) : tehnik ini lebih efektif dibandingkan oksitosin infuse dosis tinggi FORCEP EKSTRAKSI Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan porceps yang dipasang pada kepalanya. Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin. Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan HIS yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak. Tujuan dari kegunaan forceps 1. Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh karena satu dan lain hal. 2. Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis pubis). 3. Kompresor : untuk menambah moulage kepala. Gambar : Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus Gambar : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari da jari telunjuk tangan kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati da sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil 1. Gagang sonde dipegang antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan dan kemudian dilakukan sondage untuk menentukan arah dan kedalaman uterus 2. Bila perlu dilakukan dilatasi dengan dilatator Hegar 3. Jaringan sisa kehamilan yang besar diambil terlebih dulu dengan cunam abortus 4. Sendok kuret dipegang diantara ujung jari dan jari telunjuk tangan kanan (hindari cara memegang sendok kuret dengan cara menggenggam), sendok dimasukkan ke kedalam uterus dalam posisi mendatar dengan lengkungan yang menghadap atas. Gambar:Sendokuterusdimasukkansecaramendatardenganlengkunganmenghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis Gambar : Pengeluaran sisa kehamilan yang relatif besar
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 19 20 Syarat-syarat 1. Syarat khusus: a. Pembukaan lengkap b. Pembukaan lengkap c. Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan d. Presentasi kepala dan ukuran kecil cakap cunam e. Tidak ada kesempitan panggul f. Anak hidup (termasuk dengan kondisi gawat janin) g. Penurunan H III + H III-IV (Puskesmas H IV/dasar panggul). h. Kontraksi baik i. Ibu tidak gelisah kooperatif untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunam, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik). 2) Pembukaan servik lengkap Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement a) Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam. b) Janin hidup c) Ketuban sudah pecah atau dipecahkan. 2. Indikasi & Kontraindikasi a. Gawat janin dengan ditandai : 1) BJJ menjadi cepat takhikardi 160 X/menit dan tidak teratur 2) DJJ menjadi lebih lambat bradikardi 160 X/menit dan tidak teratur 3) Adanya mekonium (pada janin letak kepala). b. Ibu 1) Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik Band, sudah setinggi kira-kira 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H-III sampai H-IV 2) Adanya oedema pada vagina/vulva. Adanya oedema pada jalan lahir, artinya partus telah berlangsung lama. 3) Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau. 4) Eklamsi yang mengancam. 5) Indikasi Pinard, yaitu: Kepala sudah di H-IV. Pembukaan servik lengkap. Ketuban sudah pecah. 2 jam mengedan janin belum lahir juga. Catatan : Ada klinik yang menetapkan lamanya sewaktu mengedan ini. ½ 1 jam. Dibagian obstetri FK-USU waktu yang dianut adalah 1 jam. 6) Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, umpamanya: Ibu dengan dekompensasi kordis. Ibu dengan koch pulmonum berat. Ibu dengan enemi berat (HB 6 gr% atau kurang) Pre-eklamsi berat. Ibu dengan asma bronchial. 7) Partus tidak maju-maju umpama pada putar paksi salah, UUK melintang. 8) Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga (Exhausted mother). Jenis-jenis forceps Forceps yang sering digunakan dalam praktek adalah : 1. Forceps Neagele 2. Forceps Kielland 3. Forceps Piper sering digunakan untuk menarik kepala yang sulit lahir pada letak sungsang (after coming head) Perbedaan dan Persamaan forceps Neagele dan Kielland, yaitu : Neagele Keilland a. Dapat dipasang biparietal atau miring pada kepala 2. kunci forceps hampir selalu menghadap UUK, kecuali bila UUK terletak disebelah belakang. b. Tangkai forceps menghadap ke tungkai atas ibu yang sesuai dengan tempat letak UUK. 1) Bila kepala berada pada H-IV: Forceps hanya masuk sampai pangkal sendok rendah forceps. 2) H-III: sendok forceps masuk sampai kunci forceps berada di vulva. 3) Bila kepala berada pada : H-IV: Tangkai forsep membuat 30º dengan bidang horizontal. 4) H-III: Tangkai forsep terletak dibidang horizontal. 5) H-II: Tangkai forsep 30º dibawah bidang horizontal. 6) Sendok forsep kiri terletak sebelah kiri jalan lahir. Sendok forsep kanan terletak sebelah kanan jalan lahir. 7) Kunci forsep tidak dapat digeser-geser (kunci mati). 8) Lebih cocok untuk forsep rendah (O.K adanya lengkung panggul). 9) Letak sendok forsep terhadap: a) Kepala: Bisa miring atau biparietal. b) Panggul: Bisa miring atau melintang. 10) Memasang forsep: Selalu harus forsep kiri yang masukkan terlebih dahulu. Mempunyai lengkung kepala dan lengkung panggul. a) Selalu harus dipasang biparietal pada kepala.. Serupa b) Tangkai sejajar dengan garis meridian. c) Bila kepala berada pada (1) H-IV: Tangkai forsep berada pada dibidang horizontal. (2) H-III: Tangkai forsep 30º dibawah bidang horizontal. (3) H-II: Tangkai forsep menghadap ke lantai. (4) Pada prinsipnya serupa, tapi sendok forsep dapat terletak disembarang bagian jalan lahir. (5) Kunci forsep dapat digeser-geser. (6) Lebih cocok untuk forsep tinggi. (7) Letak sendok forsep terhadap: (a) Kepala: Selalu harus bifarietal. (b) Panggul: Bisa dalam segala kedudukan. (c) Memasang forsep: serupa. (d) Hanya mempunyai lengkung kepala, tidak mempunyai lengkung panggul 11) Jenis forsep lainnya adalah: a) Forsep Boerma b) Forsep Tarnier c) Forsep Simpson
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 21 22 a) Oksitosin. b) Ergometrin. c) Prokain 1%. d) Larutan antiseptik (Providon iodin 10%). e) Oksigen dengan regulator. f) Instrumen g) Set Partus: 1 set h) Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau Kielland atau Boerma i) Klem ovum: 2 j) Cunam tampon: 1 k) Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai):2 l) Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1 b. Persiapan Penolong (Operator & Asisten) 1) Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set. 2) Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang 3) Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang 4) Instrumen 5) Lampu sorot: 1 6) Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1. c. Bayi 1) Instrumen a) Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1 set b) Kain penyeka muka dan badan:2 c) Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan):1 d) Inkubator: 1 set e) Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set f) Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2 g) Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2 h) Popok dan selimut: 1 2) Medikamentosa 1. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%. 2. Antibiotika. 3. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%. 3) Oksigen dan Regulator. 7. Pemasangan Forceps Ekstraksi forceps terdiri dari tujuh langkah, yaitu: a. Penolong membayangkan bagaimana cunam akan dipasang. b. Pemasangan daun cunam pada kepala janin. c. Mengunci sendok cunam. d. Menilai hasil pemasangan daun cunam e. Ekstraksi cunam percobaan f. Ekstraksi cunam definitif. g. Membuka dan melepaskan sendok cunam. 3. Indikasi relatif (elektif, prolaktif) a. Ekstraksi cunam yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya b. Indikasi relatif dibagi menjadi Indikasi de lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah didasar panggul; putaran paksi dalam sudah sempurna; M.Levator Ani sudah teregang; dan syarat- syarat ekstraksi cunam lainnya sudah dipenuhi. Ekstraksi cunam atas indikasi elektif, dinegara-negara barat sekarang banyak dikerjakan, karena dinegara-negara tersebut banyak dipakai anestesia atau conduction analgesia guna mengurangi nyeri dalam persalinan. Anestesia dan conduction analgesia menghilangkan tenaga mengejan, sehingga persalinann harus diakhiri dengan ekstraksi cunam. Indikasi Pinard. Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de Lee, hanya disini penderita harus sudah mengejan selama 2 jam. c. Keuntungan indikasi profilaktik, ialah: Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir. Kala II diperpendek Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala. 4. Indikasi absolut (mutlak). a. Indikasi Ibu : 1) Eklamsia, Preeklamsia 2) Ruptura uteri membakat 3) Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru, dll. b. Indikasi janin : - Gawat janin c. Indikasi waktu : - Kala II memanjang 5. Kontraindikasi a. Malpresentasi (dahi, puncak kepala, muka dengan mento posterior). b. Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul). c. Janin sudah lama mati sehingga kepala tidak bulat dan keras lagi, sehingga kepala sulit dipegang dengan forsep. d. Anencephalus. e. Adanya disproporsi sefalok-pelvik. f. Kepala masih tinggi (ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul). g. Pembukaan belum lengkap. h. Pasien bekas operasi vesiko-vaginal fistel. i. Jika lingkaran kontraksi patologik Bandl sudah hampir setinggi pusat atau lebih. 6. Persiapan Pasien, Alat & Penolong. a. Pesiapan Pasien & Alat 1) Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun. 2) Uji fungsi dan perlengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner. 3) Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah. 4) Medikamentosa
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 23 24 c. Posisi UUK Kanan Belakang 1) Lakukan tindakan asepsis-antisepsis pada perineum. 2) Lakukan infiltrasi larutan anestesi lokal (prokain 1%) pada perineum. 3) Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil. 4) Masukkan jari tangan kiri kedalam vagina, ibu jari tetap berada diluar. 5) Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri ibu, masukkan ujung daun cunam dan atur posisi gagang hingga cunam menempati posisi yang sesuai dengan sisi lateral kiri janin. 6) Setelah daun cunam terpasang dan gagangnya sejajar dengan lantai, geser daun cunam (dengan tangan kiri) ke atas, hingga menempati posisi seperti pada orientasi (miring terhadap panggul). 7) Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisinya 8) Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil dan letakkan jari tangan kanan ke dalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri vagina) 9) Masukkan daun cunam ke dalam vagina secara langsung dan berhadapan dengan posisi cunam kanan. Masukkan hingga gagang cunam sejajar dengan lantai. d. Posisi UUK Kiri Belakang Prosedur yang dijalankan, sama dengan UUK kanan belakang tetapi pemasangan pertama adalah cunam kiri, setelah itu dipasang cunam kanan. Penguncian secara langsung dan pebarikan juga mempunyai dua alternatif, yaitu cara Lange-Scanzoni (dua tahap) dan cara de Moehrer (langsung) 9. Komplikasi Ekstraksi Forceps a. Komplikasi pada janin 1) hematoma pada kepala 2) Perdarahan dalam tengjorak (intra cranial hemorrahage) 3) Erb’s paralyse 4) Fractura crania 5) Protusio bulbi 6) Perdarahan didalam corpus vitrium mata. 7) Luka lecet pada kepala 8) Facialis parese. b. Komplikasi pada ibu : 1) Ruptura uteri 2) Kolpoporrhexis 3) Symfisiolisis 4) Shock 5) Perdarahan postpartum 6) Pecahnya varices dari pada vagina. 10. Manajemen Aktif Kala III a. Palpasi fundus uteri untuk memastikan janin tunggal apakah gemeli. b. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU di ⅓ paha bagian luar. c. Suntikkan oksitosin pada ⅓ paha ibu bagian luar. d. Lakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT). e. Pindahkan klem 3-5 cm didepan vulva. Lakukan peregangan atau penarikan tali pusat. 8. Pemasangan pada forseps a. Posisi UUK Kiri Depan 1) Lakukan tindakan aseptik pada perineum 2) Lakukaninfiltrasilarutananestesilokal(prokain1%)padaperineum(berbentuk sisi dan garis tengah segitiga, puncaknya berada dikomisura posterior, ujung kaki segitiga masing-masing 2,5 cm lateral kiri dan kanan dari anus). 3) Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil. 4) Masukkan jari tangan kedalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri) hingga mencapai sisi lateral kanan bawah kepala janin. Ibu jari tetap berada diluar. 5) dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri ubu, kemudian masukkan ujung daun cunam kanan ke vagina (menelusuri alur diantara jari- jari tangan kiri dan dibantu dengan dorongan ibu jari), sementara itu atur posisi gagang cunam sehingga daun cunam menempati posisi yang sesuai dengan sisi lateral kanan janin. 6) Setelah daun cunam terpasang dan posisi gagang cunam sejajar dengan lantai, geser daun cunam (dengan tangan kiri) ke atas, hingga menempati posisi seperti saat melakukan orientasi (miring terhadap panggul). 7) Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisi. 8) Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil dan letakkan jari tangan kanan ke dalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri vagina). 9) Masukkan daun cunam kedalam vagina (menelusuri alur jari) secara langsung dan berhadapan dengan posisi cunam kanan. Masukkan hingga gagang cunam berada posisi sejajar dengan lantai. INGAT: Setiap kesulitan atau terdapat hambatan dalam melaksanakan prosedur pemasangan cunam sehingga cunam tidak dapat terpasang dengan baik maka kondisi ini digolongkan sebagai kegagalan pemasangan cunam. Kegagalan proses pemasangan merupakan indikasi untuk di Rujuk atau Terminasi per abdominan. b. UUK Kanan Depan 1) Lakukan tindakan asepsis-antisepsis pada perineum 2) Lakukan infiltrasi larutan anestesis lokal (prokain 1%) pada perineum. 3) Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil. 4) Masukkan jari tangan sebagai alur daun cunam. 5) Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri ibu, masukkan daun cunam kiri ke vagina, sementara itu atur posisi gagang cunam hingga daun cunam menempati posisi yang sesuai dengan sisi lateral kiri janin. 6) Setelah daun cunam terpasang dan posisi gagang cunam sejajar dengan lantai, geser daun cunam keatas, hingga menempati posisi seperti saat melakukan orientasi (miring terhadap panggul). 7) Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisinya. 8) Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil dan letakkan jari tangan kiri kedalam vagina (menelusuri dinding lateral kanan vagina). 9) Masukkan daun cunam kanan kedalam vagina (menelusuri alur diantara jari- jari tangan kiri) secara langsung dan berhadapan dengan posisi cunam kiri. Masukkan hingga gagang cunam berada pada posisi sejajar dengan lantai.
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 25 26 lewat vagina. Contoh malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi mencakup posisi oksiput posterior yang persisten atau asinklitisme; disproporsi sefalo-pelvis dimana kepala bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu kecil atau kombinasi keduanya; distress janin dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahankecepatanjantungdapatterjadijikatalipusattertekanatauberkurangnya aliran darah teroksigenasi ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat membantu pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu dilakukan bedah sesar; prolaps tali pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan secara drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan dilakukannya melahirkan secara bedah sesar segera; plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan yang tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin. Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke janin dan bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan bedah sesar; penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau kondisi medis lain yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu menahan stress persalinan dan melahirkan lewat vagina. Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat persalinan juga merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena bayi akan tertular infeksi jika dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan dapat mengurangi risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar yang sudah direncanakan (Duffet, 1995; Simkin dkk, 2008). Komplikasi Seksio Sesarea Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius . Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea (Rayburn, 2001). Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri (Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan (Mochtar, 1988). f. Dengan cara tangan kiri menekan supra simfisis secara dorso kranial dan tangan kiri menekan supra simfisis secara dorso kranial dan tangan kiri meregang atau menarik tali pusat. g. Apabila tali pusat diregangkan dan tidak masuk lagi kedalam, berarti plasenta sudah terlepas dari dindidng rahim ibu. Apabila waktu penarikan tali pusat sudah panjang, maka klem dipindahkan 5 cm didepan vulva. h. Lalu tarik tali pusat dengan secara halus dan perlahan-lahan. Tarik kebawah, lalu keatas kemudian sampai plasenta tampak atau lahir divulva. Tangan memyangga plasenta kemudian keluarkan atau lahirkan plasenta dengan cara memutar plasenta searah jarum jam dengan perlahan dan halus sampai plasenta lahir lengkap. i. Periksa kelengkapan plasenta meliputi kotiledon, selaput, panjang dan kelengkapan tali pusat. j. Massase fundus uteri untuk mengetahui kontraksi pada ibu. Kontraksi dikatakan baik apabila diraba terasa keras seperti jeruk. Dan kontraksi dikatakan buruk, maka sebaliknya apabila diraba terasa lembek. k. Bersihkan tubuh ibu dengan cara dilap dengan air hangat. Dan dekatkan bayi kepada ibu atau susukan SEKSIO SESARIA Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991). Klasifikasi Seksio sesarea Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Indikasi Seksio Sesarea Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat salah satu gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin (Mohctar, 1998). Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, disproporsi sefalo-pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio plasenta, penyakit pada calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk, 2008). Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah, pembukaan yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat; malpresentasi atau malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk melahirkan
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 27 28 diatas tempat tidur membantu mencengah komplikasi pada system pernafasan, kardiovaskuler, mencengah dekubitus, merangsang peristaltic usus dan mengurangi rasa nyeri. (Cuningham, 2006) Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah seksio sesarea. Banyak keuntungan yang bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2009). Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan (Roper, 2005). Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan mobilisasi fisiksecara optimal, maka system saraf, otot danskeletal harus tetap utuhdanberfungsi dengan baik (Potter., Perry, 2006). Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga akan membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2006). Bising usus biasanya belum terdengar pada hari pertama setelah operasi, mulai terdengar pada hari kedua dan menjadi aktif pada hari ketiga. Rasa mulas akibat gas usus karena aktivitas usus yang tidak terkoordinasi dapat mengganggu pada hari kedua dan ketiga setelah operasi (Pritchard dkk, 1991). INDUKSI PERSALINAN Adalah tindakan merangsang timbulnya kontraksi rahim pada ibu yang belum inpartu sehingga persalinan diharapkan dapat terjadi lebih cepat. Induksi persalinan ini dapat dilakukan secara operatif maupun medicinalis. Medis • Infus oksitosin • Prostaglandin • Cairan hipertonik intrauteri Operatif • Amniotomi (memecahkan amnion) • Stripping of the membranes (memecahkan membran) • Rangsangan pada puting susu Indikasi Indikasi bayi • Kehamilan lewat waktu • Ketuban pecah dini • Janin mati Perawatan Nifas Perawatan pasca bedah sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi pada seksio sesarea. Perawatan pertama yang harus dilakukan setelah operasi adalah pembalutan luka dengan baik (Mochtar, 1988). Ibu yang telah mengalami pembedahan seksio sesarea, mempunyai kebutuhan perawatan pascapartum yang sama dengan ibu yang melahirkan pervagina (Ladewig, dkk, 2005). Perawatan nifas meliputi perawatan diri ibu dan perawatan bayi baru lahir. Perawatan diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini, perawatan perineum, perawatan payudara, miksi, defekasi. Perawatan bayi baru lahir meliputi memandikan bayi, perawatan tali pusar, makanan, imunisasi, mengganti popok, perawatan alat kelamin dan perawatan mata, hidung dan telinga bayi. Perawatan diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini, perawatan perineum, perawatan payudara, miksi dan defekasi. Perawatan Luka Seksio Sesarea Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat menyebabkanterganggunyafungsitubuhsehinggadapatmenggangguaktivitassehari- hari. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka (Hidayat, 2006). Luka insisi diperiksa setiap hari. Karena itu bebat yang tipis tanpa plester yang berlebihan lebih menguntungkan. Biasanya, jahitan kulit dilepas pada hari keempat setelah operasi (Pritchard dkk, 1991). Pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan. Penutup luka dipertahankan selama hari pertama selama pembedahan untuk mencegah infeksi pada saat proses penyembuhan berlangsung ( Prawihardjo, 2008). Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan ditutup dengan kain penutup luka. Pembalut luka diganti dan dibersihkan setiap hari dan luka yang mengalami komplikasi seperti hanya sebagian luka yang sembuh sedangkan sebagian mengalami infeksi dengan eksudat atau luka terbuka seluruhnya memerlukan perawatan khusus bahkan memerlukan reinsisi (Novita, 2006). Pembersihan luka insisi dimulai mencuci tangan sampai bersih kemudian mengkaji atau mengobservasi status luka apakah luka bersih atau kotor serta sejenisnya. Kasa steril dipegang dengan pinset lalu dicelupkan ke dalam larutan savlon dan dilakukan pembersihan pada luka. H2O2 diberikan jika diperlukan atau diberi larutan Nacl 0,9% kemudian luka dibersihkan sampai bersih dan dilanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan betadin atau sejenisnya. Setelah luka bersih, tangan dicuci kembali (Kuswari, 2009). Ibu post seksio sesarea harus menghindari makanan dan minuman yang menimbulkan gas karena gas perut kadang-kadang menimbulkan masalah sesudah seksio sesarea. Jika ada gas dalam perut, ibu akan merasakan nyeri yang menusuk. Gerak fisik dan bangun dari tempat tidur, pernapasan dalam, dan bergoyang di kursi dapat membantu mencegah dan menghilangkan gas (Simkin dkk, 2007) Tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post operasi secsio untuk mencengah komplikasi. Kemampuan pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktifitas
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 29 30 9. Catatan : Keadaan penipisan dan pembukaan mulut rahim saat induksi akan dilakukan merupakan faktor penting yang menentukan apakah prosentase keberhasilan induksi. Teknik Induksi Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk melalui proses induksi, yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk mengeluarkan hormon prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi. 1. Secara kimia, Anda akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara diminum, dimasukkan ke dalam vagina, diinfuskan. Bisanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, Anda akan merasakan datangnya kontraksi. 2. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan metode stripping, pemasangan balon keteter, (oley chateter) dimulut rahim, serta memecahkan ketuban saat persalinan sedang berlangsung. Resiko Induksi Resiko induksi persalinan adalah : 1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani Jika Anda merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi,kemudian akan dilakukan operasi Caesar 2. Janin akan merasa tidak nyaman, sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (fetal disterss). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, dokter akan memantau gerak janin melalui CTG/kardiotopografi. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi akan dihentikan 3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisi terjadi pada yang sebelumnya pernah dioprasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal 4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali, namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu atau paru-paru . bila terjadi dapat merenggut nyawa ibu seketika 5. Jika pada kehamilan tua Anda sudah merasa sangat tidak nyaman dan ingin segera melahirkan dengan cara diinduksi, maka keadaan mulut rahim menjadi hal penting untuk dijadikan pertimbangan. Induksi akan bermanfaat ketika mukut rahim telah menipissekitar50persendanberdilatasi3-4cm.HalinikarenatubuhAndatelahsiap untuk menghadapi proses persalinan. Selain itu, secara statistik fase ini lebih aman untuk melahirkan pervaginam. Namun, jika mulut rahim belum cukup menipis dan berdilatasi, itu tandanya tubuh belum siap untuk melahirkan. Melakukan induksi dan melahirkan pervaginam bukan hal yang tepat pada keadaan demikian, karena kemungkinan besar persalinan akan diubah menjadi Caesar 6. Umumnya, meski tak ada catatan medis yang membuat suatu kehamilan diinduksi, menunggu janin lahir spontan adalah hal terbaik. Karena kita tidak tahu keadaan janin, mulut rahim berada pada fase apa, apakah ada kemungkinan terjadi perubahan posisi pada janin atau tidak, maka melakukan induksi adalah hal yang beresiko.Kitahanyamenggangguprosesalamisuatupersalinan.Sebagaiakibatnya, bayi mungkin belum berada pada posisinya dan tubuh ibu ternyata belum siap untuk melahirkan. Dua keadaan itu meningkatkan dilakukannya operasi caesar pada kehamilan yang diinduksi Indikasi ibu • Hipertensi dalam kehamilan • Diabetes melitus Kontraindikasi • Malposisi dan malpresentasi • Insufisiensi plasenta • Cephalo pelvic disproportion (panggul sempit) • Operasi rahim (SC, enukleasi mioma) • Gemelli • Plasenta previa • Distensi rahim (polihidramnion) Alasan Induksi Dari sisi medis ada beberapa alasan, yaitu : 4. Kondisi medis ibu : tekanan darah tinggi (preeklamsia) dan diabetes gestasional (kadar gula darah tidak terkontrol) adalah kondisi yang membuat ibu harus di induksi segera. Kelahiran merupakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Selain itu pada keadaan ibu dengan penyakit herpes, jika persalinan sudah hampir tiba, dan ibu menginginkan persalinan pervaginam, maka keadaan ini boleh di induksi. Persalinan pervaginam dengan herpes yang aktif sangat berbahaya bagi bayi. Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat). 5. Pertimbangan bayi : Ada keadaan yang mengancam keselamatan janin jika terlalu lama didalam kandungan, diantaranya oligohidramnion (air ketuban sediki), IUGR (Intrauterine Growth Retardation-hambatan pertumbuhan janin), atau janin lewat waktu. Selain itu,Jika Anda merasakan pergerakan janin yang lemah, dan itu disadari pula oleh dokter, meski beberapa pemeriksaan normal, kadang tetap akan melakukan induksi. 6. Selaput ketuban telah pecah : sekitar 10% kehamilan akan mengalami pecah ketuban sebelum kontraksi. Jika itu terjadi, ibu dan bayi beresiko terhadap infeksi. Belum ada kesepakatan berapa lama induksi harus dilakukan setelah ketuban pecah, tergantung dari kebijakan rumah sakit masing-masing. Namun, usahakan bayi segera lahir setidaknya 24 jam setelah ketuban pecah. 7. Janin lewat waktu : setelah kehamilan berusia 41 minggu (atau 7 hari melebihi waktu seharusnya), akan meningkatkan resiko komplikasi pada bayi. Maka dari itu, induksi dibutuhkan. Sedangkan jika kehamilan sudah 42 minggu, atau 14 hari setelah waktu seharusnya, kemungkinan bayi meninggal semakin besar. Karena pada saat itu plasenta sudah tidak berfungsi. Plasenta memiliki waktu sampai akhir minggu ke-42 untuk berfungsi dengan baik. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah induksi dibolehkan pada kehamilan 40-42 minggu ? Jawabannya tergantung keadaan, riwayat kehamilan, dan keputusan dokter secara pribadi. 8. Jika kehamilan Anda lewat waktu, dokter akan melakukan pemeriksaan non- invasif dan profil biofisika untuk mengetahui apakah janin dalam keadaan stres atau tidak. Apabila keadaan janin baik, Anda dapat meneruskan kehamilan Anda sampai kelahiran spontan. Namun jika selama menanti kelahiran spontan itu terjadi masalah, misalnya pergerakan janin melemah akibat kurangnya cairan ketuban, maka induksi akan di lakukan.
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 31 32 4. Teori o Amniotomi menyebabkan beban rahim berkurang 40% sehingga kontraksi lebih kuat o Amniotomi menyebabkan aliran darah pada uterus berkurang setelah 40 menit yang mengakibatkan kepekaan otot rahim meningkat o Amniotomi menyebabkan kepala dapat menekan serviks sehingga merangsang kontraksi o Bila dalam 6 jam belum ada tanda-tanda persalinan maka dibantu dengan cara lain o Komplikasi : prolaps tali pusat, infeksi, gawat janin, solusio plasenta Rangsangan pada puting susu 1. Menyebabkan pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior sehingga uterus berkontraksi 2. Lakukan massase ringan pada salah satu puting susu 3. Dapat diberikan minyak pelicin 4. Lamanya ½ – 1 jam, istirahat beberapa jam, ualngi lagi, maksimal 3 jam/hari 5. Tidak dianjurkan pada kedua puting susu Laminaria 1. Membuka serviks 2. Laminaria japanicum 3. Dipasang dalam 24 jam PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG Persalinan sungsang dapat lahir : 1. Secara pervaginam: • Dengan cara Bracht) • Ekstraksi bokong parsialis • Ekstraksi bokong / kaki totalis 2. Sectio Caesar Indikasi : a. Janin besar b. Janin “viable” dengan gawat janin c. Nilai anak sangat tinggi ( high social value baby ) d. Keadaan umum ibu buruk e. Inpartu tapi dengan kemajuan persalinan yang tidak memuaskan ( partus lama, “secondary arrest“ dsbnya) f. Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul g. Hiperekstensi kepala h. Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan pasien masih belum inpartu (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri kehamilan dengan oksitosin drip) i. Disfungsi uterus (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri persalinan dengan oksitosin drip) j. Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki k. Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi untuk segera Syarat 1. Hamil atterm 2. Ukuran panggul normal 3. Tidak ada CPD 4. Presentasi kepala 5. Serviks sudah matang Teknik oksitosin intravena 1. Pasien cukup istirahat sebelumnya 2. Berikan pencahar untuk membersihkan usus 3. Sebaiknya mulai infus oksitosin pada pagi hari 4. Siapkan dextrose 5% 500 ml diisi 5 IU oksitosin 5. Gunakan jarum no 20 G 6. Pasang jarum dibagian volar lengan bawah 7. Mulai tetesan dengan kadar 2mU/menit 8. Evaluasi setiap 15 menit 9. Bila dalam 15 menit his belum adekuat, naikan tetesan 10. Maksimal 30-40 mU/menit 11. Observasi tanda-tanda tetania uteri, ruptur uteri, gawat janin 12. Bila kontraksi sudah adekuat, pertahankan tetesan 13. Pertahankan infus oksitosin sampai 1 jam pasca persalinan Prostaglandin 1. Merangsang otot-otot polos termasuk otot rahim 2. Biasanya digunakan PGE2 dan PGF2 3. Diberikan secara oral, intravena, vaginal rektal dan intraamnion 4. Mual, muntah dan diare 5. Komplikasi : hiperstimulasi, gawat janin, seksio cesarea sito, ruptur uterus Cairan hipertonik intra uterus 1. Biasanya digunakan pada janin mati 2. NaCl hipertonik 20% 3. Urea, kadang dicampur prostaglandin 4. Komplikasi : hipernatremia, infeksi, gangguan pembekuan darah Stripping membranes 1. Melepaskan ketuban dari segmen bawah uterus secara menyeluruh setinggi mungkin dengan menggunakan jari 2. Potensial infeksi, perdarahan bila ada plasenta previa, ketuban pecah dini 3. Kesulitan : serviks belum dapat dilalui jari, kepala belum cukup masuk ke rongga pelvis Amniotomi 1. Pemecahan ketuban secara artifisialis 2. Bukan merupakan prosedur yang efektif 3. Menggunakan alat seperti Drewsmith catheter-McDonald klem
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 33 34 Penatalaksanaan Persalinan Sungsang Persalinan sungsang memiliki resiko pada ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala. 1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu. 2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan. 3. Persiapan tenaga penolong persalinan – asisten penolong persalinan - dokter anak dan ahli anaesthesi. 4. Persalinan spontan pervaginam (spontan Bracht) terdiri dari 3 fase/tahapan : a. Fase lambat pertama: 1) Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula). 2) Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa- gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi. b. Fase cepat: 1) Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut. 2) Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah talipusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu. 3) Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit). c. Fase lambat kedua: 1) Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala. 2) Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intrakranial. pertolongan sungsang (spontan BRACHT ) 1. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar 5 cm. 2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan. 3. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong janin 4. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir . 5. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin(gambar 2) 6. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan ( gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak. 7. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut- hidung-dahi dan seluruh kepala anak. 8. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin 9. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti 10. pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala. mengakhiri kehamilan atau persalinan. l. Gangguan pertumbuhan intrauterine berat m. Riwayat obstetri buruk n. Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan sungsang spontan pervaginam o. Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan ini. MEKANISME PERSALINAN SUNGSANG 1. Pada presentasi belakang kepala, bila kepala dan bahu sudah lahir maka sisa tubuh janin akan mengalami proses persalinan tanpa kesulitan. 2. Pada presentasi sungsang, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin tidak selalu dapat diikuti dengan persalinan kepala secara spontan. maka pertolongan persalinan sungsang pervaginam memerlukan keterampilan khusus dari penolong persalinan. 3. Engagemendandesensusbokongterjadimelaluimasuknyadiameterbitrochanteric bokong melalui diameter oblique panggul. 4. Panggul anterior anak umumnya mengalami desensus lebih cepat dibandingkan panggul posterior. 5. Pada saat bertemu dengan tahanan jalan lahir terjadi putar paksi dalam sejauh 450 dan diikuti dengan pemutaran panggul anterior kearah arcus pubis sehingga diameter bi-trochanteric menempati diameter antero-posterior pintu bawah panggul. 6. Setelah putar paksi dalam, desensus bokong terus berlanjut sampai perineum teregang lebih lanjut oleh bokong dan panggul anterior terlihat pada vulva. 7. Melalui gerakan laterofleksi tubuh janin, panggul posterior lahir melalui perineum. 8. Tubuh anak menjadi lurus ( laterofleksi berakhir ) sehingga panggul anterior lahir dibawah arcus pubis. Tungkai dan kaki dapat lahir secara spontan atau atas bantuan penolong persalinan. 9. Setelah bokong lahir, terjadi putar paksi luar bokong sehingga punggung berputar keanterior dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu diameter bisacromial bahu sedang melewati diameter oblique pintu atas panggul. 10. Bahu selanjutnya mengalami desensus dan mengalami putar paksi dalam sehingga diameter bis-acromial berada pada diameter antero-posterior jalan lahir. 11. Segera setelah bahu, kepala anak yang umumnya dalam keadaan fleksi maksimum masuk panggul melalui diameter oblique dan kemudian dengan cara yang sama mengalami putar paksi dalam sehingga bagian tengkuk janin berada dibawah simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak lahir melalui gerakan fleksi. 12. Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter tranversal panggul dengan sacrum di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan pada posisi tranversal ini sama dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak pada jauhnya putar paksi dalam ( dalam keadaan ini putar paksi dalam berlangsung sejauh 900 ). 13. Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga punggung anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini sedapat mungkin dicegah oleh karena persalinan kepala dengan dagu didepan akan jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan dagu di belakang selain itu dengan arah pemutaran seperti itu kemungkinan terjadinya hiperekstensi kepala anak juga sangat besar dan ini akan memberi kemungkinan terjadinya “after coming head” yang amat besar.
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 35 36 Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam 1. Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior superior ; ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha (gambar 3) . 2. Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan lahir. 3. Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara berikut: a. Lovset. b. Klasik. c. Müller. Persalinan bahu dengan cara LOVSET. Prinsip : Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis). Hal tersebut dapat terjadi oleh karena : 1. Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul) 2. Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang Sehinggasetiapsaatbahuposteriorakanberadapadaposisilebihrendahdibandingkan posisi bahu anterior Tehnik : (sumber gambar : http/Reproduksiumj.blogspot.com/2009persalinanpada_ Presenrasi_sungsang Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik. Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht Prognosis 1. Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang kepala. 2. Prognosa lebih buruk oleh karena: a) Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya peristiwa “after coming head”. b) Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi. Sebab kematian anak: 1. Talipusat terjepit saat fase cepat. 2. Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala anak pada fase lambat kedua. 3. Trauma collumna vertebralis. 4. Prolapsus talipusat. EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM Manual Aid Terdiri dari 3 tahapan : 1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech). 2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong. 3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong. Persalinan bahu dan lengan
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 37 38 Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK 1. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu. 2. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian dengan gerakan “mengusap mukajanin ”, lengan posterior bawah bagian anak dilahirkan. 3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah. Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan punggung janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama. Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara: 1. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan dada. 2. Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada no 2 Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi 3. Persalinan bahu dengan cara MüELLER • Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum ) • Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset : 1. Tehnik sederhana. 2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin. 3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal. Persalinan bahu dengan cara KLASIK 1. Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER. 2. Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah simfisis. 3. Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul. Prinsip : Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis Tehnik : Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 39 40 PERSALINAN KEPALA ~ After Coming Head Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan berbagai cara : 1. Cara MOURICEAU 2. Cara PRAGUE TERBALIK 3. Cara MOURICEAU ( Viet – Smellie) Gambar 16 Tehnik Mouriceau Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin, jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan pada fosa canina. : a. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”. b. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain. c. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin. d. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher. 2. Cara Prague terbalik Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu.Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan. Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengkeluarkan lengan depan Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri penolong) Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER: 1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”. 2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah. 3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (inset pada gambar 10) Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 41 42 Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong 2. EKSTRAKSI KAKI Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka labia.Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi (gambar 21). Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22). Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III dan dituntun keluar dari vagina (gambar 23) Gambar 21 Tangan dalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa poplitea Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki janin EKSTRAKSI TOTAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan. Jenis ekstraksi total : 1. Ekstraksi bokong 2. Ekstraksi kaki Penjelasan : 1. EKSTRAKSI BOKONG Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah berada didasar panggul. Tehnik : Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan 19). Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20). Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis. Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 43 44 Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin (jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat. Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut. Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu belakang dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan melahirkan lengan belakang. Gambar 23 c, d , e Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver Pinard) Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal paha lahir. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir ( gambar 24). Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi curam dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala seperti yang sudah dijelaskan. Gambar 26. Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak. Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi curam bawah untuk melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 45 46 • profilatik untuk melindungi integritas dasar panggul • terdapat halangan kemajuan persasalinan akibat perinium kaku, juga untuk menghindari robekan yang tidak teratur (termasuk robekan yang melebar ke rektum) Prosedur Melakukan Episiotomi a. Episiotomi Medialis. dimulai dari ujung terbawah introitus vagina dampai batas atas otot-otot spingter ani b. Episiotomi Mediolateralis insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju kearah belakang dan amping. arah insisi ini dapat dilakukan kearah kanan atau kiri, panjang insisi kira-kira 4 Sumber: http//obstetric_Dian Husadablogspot.com/tindakandilatasi_jalanlahir.html Jenis / Tingkat Robekan Perinium • Derajat 1 : Mukosa vagina dan kulit perinium • Derajat 2 : Mukosa vagina, kulit perinium, dan otot perinium • Derajat 3 : Mukosa vagina, kulit perinium, otot perinium dan otot spingter ani • Derajat 4 : Mukosa vagina, kulit perinium, otot perinium, otot spingter ani hingga meluas ke mukosa rektum, Komplikasi ibu 1. Perdarahan 2. Trauma jalan lahir 3. Infeksi Komplikasi anak 1. aspirasi : Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi. 2. Asfiksia : Bayi mengalami apiksia dan anoksia yang disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat 3. Trauma intrakranial: Terjadi sebagai akibat : a. Panggul sempit b. Dilatasi servik belum maksimal (after coming head) c. Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat) d. Fraktura / dislokasi: Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif 1) Fraktura tulang kepala 2) Fraktura humerus 3) Fraktura klavikula 4) Fraktura femur 5) Dislokasi bahu 6) Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan. TINDAKAN DILATASI JALAN LAHIR Episiotomi Definisi Episiotomi adalah insisi perinium untuk memperlebar jalan lahir yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia periniumdan kulit sebelah depan perinium sehingga memudahkan kelahiran anak. Indikasi Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul baik dari piihak ibu maupun pihak janin a. Indikasi Janin sewaktumelahirkanjaninprematur.tujuannyauntukmencegahterjadinyatraumapada kepala janin • sewaktu melahirkan janin sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi vacum, janin besar, posisi abnormal atau fetal distress b. Indikasi Ibu
  • 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 47 48 Teknik Manual Plasenta 1. Siapkan pasien dengan posisi litotomi. 2. Keadaan umum penderita diperbaiki yaitu infus NaCl atau Ringer Laktat, berikan Anestesi /dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuscular atau pronalgest suposutoria. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. 3. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.: • Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. o Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. o Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas. o Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan. o Mengeluarkan plasenta o Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui apakah ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. o Segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit. Komplikasi Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta.. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus. MANUAL PLASENTA Pengertian Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan kedalam kavum uteri. Manual plasenta dilakukan apabila setelah 30 menit dengan pemberian oksitoksin kedua belum ada tanda pelepasan plasenta belum lepas atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, maka plasenta segera dilahirkan/dikeluarkan . Manual plasenta merupakan tindakan operatif kebidanan karena adanya retensio plasenta dengan menggunakan teknik plasenta manual dengan persiapan ketrampilan yang baik agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa pasien Etiollogi Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus. Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan : 1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan: c. Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta d. Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium e. Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/ memasuki miometrium f. Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. g. Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri 2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya 3. Kontraksi otot rahim terganggu dan menimbulkan perdarahan. 4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam. Identifikasi Riwayat Kebidanan 1. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. 2. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. 3. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir. 4. Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 49 50 4) Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. 5) Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk). 6) Melepas Plasenta dari Dindig Uterus 7) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah a) Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas. b) Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam uterus. c) Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan. d) Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit. e) Mengeluarkan Plasenta o Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. o Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan. o Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah). o Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan. o Lakukansedikitpendoronganuterus(dengantanganluar)kedorsokranial setelah plasenta lahir. Sumber gambar : http//irapanusa_blogspot.com/2012_11_01archive,html&docid PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA 1. Persetujuan Tindakan Medik Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap tindakanmedicyangakandilakukanterhadapdirinyaolehdokter/bidan.Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan. 2. Persiapan Sebelum Tindakan a. Pasien : cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan. b. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi c. Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah d. Medikamentosa 1) Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2 mg/kg BB) 2) Sedative (Diazepam 10 mg) 3) Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml 4) Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin) 5) Cairan NaCl 0,9% dan RL 6) Infuse Set 7) Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%) 8) Oksigen dengan regulator e. Penolong 1) Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set 2) Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang 3) Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang f. Instrument 1) Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G 2) Mangkok tempat plasenta : 1 3) Kateter karet dan urine bag : 1 4) Benang kromk 2/0 : 1 rol 5) Partus set g. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril. 3. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri a. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse. b. Lakukan kateterisasi kandung kemih. c. Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar. d. Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan. 1) Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai. 2) Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah. 3) Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
  • 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 51 52 f) Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar g) Dekontaminasi Pasca Tindakan Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic. Cuci Tangan Pascatindakan, mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi. h) Perawatan Pascatindakan o Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan. o Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang tersedia. o Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau. o Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan. o Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di Rumah Sakit) 1) Bila ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi, ancaman robekan rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda infeksi, partus lama, dan ibu sangat lemah. 2) Ibu yang tidak boleh mengejan. 3) Disproporsi sefalo-pelvik. g. Indikasi Janin 3) Kelainan letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi tulang ubun-ubun posterior. 4) Pada janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops fetalis. Rangkuman Indikasi tindakan operatif pada fetus dan pada ibu Indikasi Ibu dan Janin pada Tindakan Operatif Kebidanan 1. VAKUM EKSTRAKSI Ekstraksi Vakum adalah tindakan obstetrik operatif untuk melahirkan kepala janin dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada kulit kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran Indikasi Ibu a. Kelelahan ibu b. Partus tidak maju c. Toksemia gravidarum d. Ruptura uteri imminens e. Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll. Indikasi Janin Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya mekonium. Indikasi Konvensional: Mempersingkat kala II pada ( Kala II yang memanjang) dan Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri tertentu (pre eklampsia berat, anemia, diabetes mellitus, eklampsia), riwayat SC Kontraindikasi a. Absolute : CPD, denominator tidak jelas, kelainan letak b. Relatif: Prematur, IUFD,anensephalus Standar peralatan ekstraksi vakum terdiri dari mangkuk,rantai penghubung, botol, saluran menuju ke pompa penghisap dan pompa penghisap Prinsip ekstraksi vakum: Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Syarat ekstraksi vakum a. Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam. b. Pembukaan sekurang - kurangnya 7 cm (idealnya adalah dilatasi lengkap). c. Penurunan kepala > station 0 ( idealnya adalah setinggi Hodge III + ) d. Selaput ketuban negatif. e. Harus ada kekuatan meneran ibu dan kontraksi uterus (HIS )