SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
OBAT JANTUNG DENGAN GEN VEGF121
GROUP 3
P E M I C U 2
Anggota:
1. Farha Kamila
2. Fildzah Khalisah A
3. Muslimah
4. Olivia Cesarah
5. Rahmalia Puspita
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
• Di Indonesia, pengobatan
penyakit kelainan pembuluh
darah jantung atau Iskemia
Miokardium yaitu dengan
operasi, intervensi gawat
darurat, pengobatan
berdasarkan penyebab utama
dan juga terapi.
• Gen VEGF121 dinilai mampu
digunakan dalam pengobatan
penyakit Iskemia Miokardium.
TUJUAN
• Membuat rancangan pabrikasi
untuk memproduksi Gen
VEGF121 di Indonesia, sesuai
dengan aturan yang berlaku di
Indonesia, yang mana Gen
VEGF121 berbentuk cairan injeksi
dengan partikel pembawa yaitu
adenovirus dan dengan eksipien
yang telah ditentukan
University of Indonesia
LAYOUT PABRIK
University of Indonesia
University of Indonesia
PREPARASI GEN
REKOMBINAN
AD/PEG/VEGF121
Vektor Adenovirus
Dapat digunakan vektor Adenovirus dengan ligan ataupun tanpa
ligan. Penggunaan adenovirus dengan ligan akan mempermudah
pengenalan pada permukaan sel target dan meningkatkan
afinitas pengikatannya pada sel targer
Gambar 1. Struktur Adenovirus a. Tanpa ligan, b. Dengan ligan
(Sumber: Curtis A Machida (2003))
University of Indonesia
Preparasi Rekombinasi Gen VEGF121 dengan Vektor Adenovirus
• Larutan dan bahan-bahan yang digunakan:
1. 130 mM sodium phosphate, pH 7.0, steril.
2. 5% sukrosa steril.
3. Phosphate buffered saline (PBS), pH 7.0,
steril.
4. 0.5 M Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
(EDTA), steril.
5. Galacto-Star β-galactosidase detection kid
(Tropix/Applied Biosystems, Foster City,
CA).
6. Dithiothreitol (DTT) (Boehringer-
Mannheim Roche Diagnostics).
7. BCA assay reagents (Pierce, Rockford, IL).
8. Tresyl-MPEG-maleimide PEG, MW 5000
(Shearwater Polymers, Huntsville, AL).
9. VEGF121
10.Traut’s reagent, 2-iminothiolane (Pierce):
disimpan pada ruang gelap dengan suhu
40C. Stabil selama 4 minggu setelah dibuka.
• Larutan dan bahan-bahan yang digunakan:
11. OPD peroxidase substrate (Sigma, St. Louis,
MO cat. no. P9187): dilarutkan dalam 20mL
air.
12. PD-10 (Sephadex G-25 M) column
(Pharmacia, Piscataway, NJ).
13. Thiol & Sulfide quantitation kit (Molecular
Probes, Eugene, OR, cat. no. T-6060).
14. Slide-a-lyzer cassette, 10,000MW (Pierce).
15. Fractogel BioSec size exclusion resin (EM
Sciences, Gibbstown, NJ) 150 mL (2.6×30
cm) in a XK 26/60 column (Pharmacia).
16. Fractogel DEAE resin, 40–90µm (EM
Sciences).
17. Superdex 200 16/60 column (Pharmacia).
18. Ad2/CMVβ-gal 4 virus in PBS pH 7.0, 5%
sucrose. Merupakan Adenovirus serotip 2
yaitu vektir adenovirus yang sudah
dihilangkan area E1 nyadan digantikan
dengan β-galactosidase trasgen, dan masih
mengandung area E4.
University of Indonesia
• Sel dan Media yang digunakan:
1. Media F-12K Kaighn yang
sudah dimodifikasi
(Invitrogen, Carlsbad, CA).
2. Fetal bovine serum (FBS) (JRH
Biosciences, Lenexa, KS).
3. Penicillin G sodium
(Invitrogen).
4. Streptomycin sulfate
(Invitrogen).
5. 293 sel ginjal embrio
manusia.
Preparasi Rekombinasi Gen VEGF121 dengan Vektor Adenovirus
• Taqman Reagens:
1. Zirconia beads (Biospec Products,
Bartlesville, OK): diautoklave di gelas
vial ukuran kecil.
2. DNA lysis buffer: 100 mM pH 8.0 Tris
HCl, 5 mM EDTA, 0.4% sodium
dodecyl sulfate, 200 mMNaCl.
3. 2-mL sterile screw cap tubes (Axygen,
Union City, CA).
4. DEPC water (water treated with
diethylpyrocarbonate to eliminate
RNase/DNase).
5. Primers and probe (IDT, Coralville, IA)
University of Indonesia
Metode Rekombinasi gen VEGF121 dengan vektor Adenovirus
Penentuan
konsentrasi partikel
virus (Maizel et al.
1968 (Ref.62))
Preparasi Ad/PEG
Kompleks.
Menghilangkan
ikatan TMPEG dan
purifikasi Ad/PEG
dengan Size
Exclution
Chromatography
Generation of an
Ad/PEG/VEGF121Co
njugate
Purifikasi
Ad/PEG/VEGF121
dengan Ion
Exchange
Chromatography
Kultur rekombinan
Ad/PEG/VEGF121
University of Indonesia
Penentuan konsentrasi partikel
virus (Maizel et al. 1968
(Ref.62))
1. Memasukkan 1μL 10% SDS ke
dalam 100μL virus. Tahap ini
akan membuat DNA virus keluar
dari kapsidnya.
2. Menyiapkan sample dengan
jumlah yang setara dalam PBS
5% sucrose sebagai blank.
3. Inkubasi dalam suhu ruang
selama 30 menit.
4. Vortex.
5. Melakukan spektroskopi pada
panjang gelombang absorbansi
A260, gunakan koefisien
kematian partikel 1 O.D. = 1,1 ×
1012partikel/mL.
6. 1M larutan akan mengandung
6,02 ×1023 partikel/L.
Preparasi Ad/PEG Kompleks.
1. Mencairkan Ad2/CMVβ-gal4 vektor murni
(1x1012 partikel/mL dalam PBS yang
mengandung 5% sukrosa), 1:1 (vol:vol)
dengan 130 mM sodium phosphate pH 7,0,
5% sukrosa.
2. Memasukkan 1.0, 5.0, atau 10% (wt/vol)
tambahan Tresyl-MPEG-maleimide (TMPEG-
mal) dalam larutan virus. Untuk 10% reaksi
TMPEG tambahkan 5% TMPEG kembali pada
setiap selang waktu 30 menit. Langkah ini
bertujuan untuk mempresipitasi virus.
3. Inkubasi campuran pada suhu ruang, untuk
setiap 1% reaksi PEGylation inkubasi selama
45 menit, 5% PEGylation selama 30 menit dan
10% TMPEG, penambahan 2 x 5% TMPEG
setiap 30 menit.
4. Letakkan campuran dalam bak es untuk
menghentikan reaksi. Tresyl group pada
TMPEG tidak akan bereaksi pada suhu
dibawah 40C.
University of Indonesia
Menghilangkan ikatan TMPEG
dan purifikasi Ad/PEG dengan
Size Exclution Chromatography
1. Menyeimbangkan 150mL BioSec
resin (2.6 × 30 cm) dengan PBS, pH
7,0 pada laju alir 2,0 mL/min,
sebelum sample dialirkan.
2. Injeksikan sample ke dalam kolom.
Volume sample tidak lebih dari 4.0
mL untuk hasil separasi yang baik.
3. Pantau pada panjang gelombang
A260/A280
4. Tambahkan sukrosa untuk
mencampai konsentrasi akhir 5%.
1. Asumsikan 1000PEG/virion untuk
1% Ad/PEG, [PEG] = 1000 x[virus],
dengan kalkulasi molekular.
2. Dialisis VEGF121 dengan Slide-A-
Lyzer cassette secara berlawanan
dengan menggunakan 0,1 M
sodium phosphate, 0,1M sodium
chlorida, 1mM EDTA, pada pH7,5.
3. Menambahkan 1000 molar berlebih
VEGF121 kemudian diinkubasi
selama 6 jam pada suhu 40C.
Generation of an
Ad/PEG/VEGF121Conjugate
University of Indonesia
Purifikasi Ad/PEG/VEGF121 dengan
Ion Exchange Chromatography
1. Menyiapkan 10 mL Fractogel DEAE
dalam kolom XK16/60.
2. Menyiapkan DEAE Buffer A: 10mM
potasium phosphate, pH 7,5 (1M = 15
gram dibasic, 2 gram monobasic per 1L)
yang mengandung 0,15M NaCl, 0,01%
Tween-80 (sterile fi ltered).
3. Menyiapkan DEAE Buffer B: 10mM
potasium chloride, pH 7,5 yang
mengandunga 1M KCl, 1M NaCl, 0,01%
Tween-80 (sterile fi ltered).
4. Menyeimbangkan DEAE resin dengan
buffer A 2mL/min.
5. Setelah mengalirkan sampel, cuci kolom
dengan 1CV buffer A.
6. Gradien dinaikkan untuk 2CV adalah
12.5% buffer B dan 100% buffer B untuk
diatas 4CV.
7. Ad/PEG/VEGF121 akan diilusi engan 25%
buffer B, setara dengan 0,5M garam.
8. Monitor kolom pada panjang gelombang
A260/A280.
9. Terakhir tambahakan 50% sukrosa untuk
memperoleh konsentrasi akhir dari fraksi
hasil pemisahan sebesar 5%.
1. Ad/PEG/VEGF121 dikultur dalam 293
sel (sel ginjal embrio manusia),
dengan penambahan medium nutrisi.
2. Kemudian dimurnikan dengan CsCl
berdasarkan prinsip gradien densitas.
3. Kemudian didialisis.
4. Lalu disimpan pada suhu -700C.
5. Tepat sebelum digunakan, vektor itu
dicairkan atau diencerkan dalam
larutan sukrosa 3%.
Kultur rekombinan Ad/PEG/VEGF121
University of Indonesia
University of Indonesia
TAHAP
PENCAMPURAN
didefinisikan sebagai proses di mana
dua atau lebih komponen dalam kondisi
campuran terpisah atau kasar
diperlakukan sedemikian rupa sehingga
setiap partikel dari salah satu bahan
terletak sedekat mungkin dengan partikel
bahan atau komponen lain
University of Indonesia
Tujuan pencampuran:
• Untuk memastikan bahwa ada keseragaman bentuk
• Untuk memulai atau meningkatkan reaksi fisika atau kimia seperti
difusi, disolusi, dll
• untuk memperoleh jenis produk berikut.
– Ketika dua atau lebih cairan misibel dicampur bersama-sama,
hasilnya dikenal sebagai larutan nyata.
– Ketika dua cairan imisibel dicampur dengan agen pengemulsi,
hasilnya dikenal sebagai emulsi.
– Ketika padatan dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal
sebagai larutan.
– Ketika padat tidak larut dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya
dikenal sebagai suspensi.
– Ketika padatan atau cairan dicampur dengan basis semi padat,
hasilnya dikenal sebagai salep atau supositoria.
– Ketika dua atau lebih bahan padat bersama, diperoleh serbuk yang
bila diisi ke dalam kapsul dikenal sebagai kapsul dan ketika
dikompresi di bawah tekanan tinggi disebut tablet
University of Indonesia
Klasifikasi Campuran
Positif
• dua atau lebih gas atau cairan misibel dicampur bersama-sama melalui proses
difusi
• Jenis bahan ini tidak memberikan masalah dalam pencampuran
Negatif
• ketika padatan tidak terlarut dicampur dengan pembawa untuk membentuk
suspensi atau ketika dua cairan tidak saling larut yang dicampur untuk
membentuk emulsi
• lebih sulit disiapkan dan memerlukan tingkat pencampuran yang lebih tinggi
Netral
• Banyak produk farmasi seperti pasta, salep, dan serbuk tercampur
• Produk tersebut statis dan komponennya tidak memiliki kecenderungan
bercampur secara spontan
University of Indonesia
Mekanisme campuran
Convective
mixing
Shear
mixing
Diffusive
mixing
• perpindahan sekelompok partikel
dalam jumlah besar terjadi dari satu
bagian powder bed ke bagian yang
lain
• gaya geser terbentuk dalam massa
bahan dengan menggunakan
agitator arm atau blast of air.
• bahan-bahan miring sehingga gaya
gravitasi menyebabkan lapisan atas
tergelincir dan difusi partikel
individu berlangsung di atas
permukaan yang baru
dikembangkan
University of Indonesia
Mixing Guidelines
 Gunakan waktu yang cukup dalam pencampuran untuk memastikan
bahwa polimer benar-benar terhidrasi sebelum menambahkan komponen
formulasi tambahan.
 Pencampuran yang berlebihan atau tidak tepat selama dispersi dapat
menyebabkan udara terperangkap, variasi viskositas, dan/atau
ketidakstabilan formulasi. Udara terperangkap dapat diminimalkan dengan
menggunakan variable drive motor. Setelah polimer terdispersi, udara
terperangkap dapat diminimalkan dengan reposisi impeller dan
mengurangi kecepatan pencampuran. Biarkan dispersi asam untuk
melepaskan gelembung udara terperangkap.
 Dianjurkan melakukan pengadukan sedang.
University of Indonesia
Con’t
Setiap pencampuran intensitas tinggi yang diperlukan
harus diselesaikan sebelum netralisasi.
Hindari pencampuran high shear dengan Waring
blender atau rotor-stator homogenizers. Pencampuran
seperti itu dapat menggeser polimer dan menghasilkan
kehilangan fungsionalitas permanen.
Jika busa persisten dihasilkan, busa tersebut dapat
hilang dengan merusak polimer secara parsial dengan
penambahan asam dengan kadar yang sangat rendah
sebelum menetralisir dispersi dengan basis yang cocok.
Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar
0,5% dari berat polimer yang digunakan.
University of Indonesia
Efektifitas penghomogenannya bisa berlainan
tergantung dari jenis alat yang digunakan.
Pengaduk (Mixer)
 Jenis pengaduk ini bermacam ragamnya tergantung dari banyak volume
cairan, kekentalan dsb.
 Alat ini mempunyai sifat menghomogenkan dan sekaligus memperkecil
ukuran partikel walaupun efek menghomogenkan cairan lebih dominan.
Homogenizer
 Alat ini mempunyai karakteristik memperkecil ukuran partikel
 Pengecilan partikel terjadi karena cara kerja alat ini yaitu dengan
menekan cairan, dipaksa melalui celah yang sempit kemudian
dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbukkan pada peniti-peniti
metal yang ada dalam celah tersebut.
 Cara sangat sensititf sehingga bisa didapat diameter pertikel rata-rata
kurang dari 1 mikron.
University of Indonesia
University of Indonesia
FILLING &
SEALING
Filling dan Sealing dengan Filler/Stopper
Machine for Vials
• Digunakan untuk
pengisisan, pemasangan
sumbat, dan crimp
capping.
• Pengisian berlangsung
otomatis sesuai volum yang
sudah ditentukan.
• Setelah dilakukan
pengisisan selanjutnya
dilakukan pemasangan
sumbat dan crimp capping.
University of Indonesia
University of Indonesia
STERILISASI
Sterilisasi
• Metode pembuatan sediaan injeksi terdapat dua
cara, yaitu cara aseptik dan sterilisasi akhir.
Proses aseptis
dilakukan apabila
bahan-bahan yang
digunakan tidak
tahan terhadap
pemanasan.
Teknik aseptik
sediaan injeksi yang berbahan
gen VEGF121
University of Indonesia
Sterilisasi vial
• Seluruh peralatan dan material tahan panas
disterilisasi dengan pemanasan.
Sterilisasi autoklaf
suhu 230 0C
selama satu
jam
mampu membunuh
secara cepat semua
bentuk vegetatif
mikroorganisme dalam 1
atau 2 menit
University of Indonesia
University of Indonesia
QUALITY
CONTROL
University of Indonesia
INCOMING
STOCK
•Routine Work Testing
MANUFACTURING
• Conductivity Measurement
• Volume Filled
• Temperature of Sterility
• Environmental Control Test
• Visual Inspection
FINISHED
PRODUC
T
•Leaker Test
•Pyrogen Test
•Particulate Test
•Sterility Test
•Uniformity of Content
LEAKER TEST
Filled and Sealed
Ampoules ditaruh dalam
ruang vakum
Dicelupkan pada larutan
1% Methylene Blue
Diberikan negative
pressure
Jika terjadi kebocoran,
warna biru akan masuk
karena perbedaan tekanan
University of Indonesia
Leakage (kebocoran) adalah hal yang
sering terjadi dalam proses
manufaktur kemasan obat
Dikarenakan perbedaan temperatur
dan tekanan di tiap unit atau ruangan,
maka kemasan mengekspansi
Test dilakukan pada ampoules, karena
bahannya dari kaca
PYROGEN TEST
PYROGEN
TEST
LAL
Test
Rabbit
Test
University of Indonesia
LAL BACTERIAL TEST
(Limulus Amebocyte Lysate Test)
• Test yang digunakan untuk
mendeteksi keberadaan dan
konsentrasi endotoksin bakteri
dalam obat-obatan dan produk
yang berkonsep biologi.
• Endotoksin adalah sejenis pyrogen
yang keberadaannya ada pada
dinding sel dari bakteri negative.
• LAL Test yang dilakukan berbentuk
gel formation test.
• reagen LAL yaitu Limulus
Polyphemus pada inkubasi selama
60 menit pada 37 derajat celcius.
• tes ini adalah hanya dapat
mendekteksi bakteri gram negative
dan tidak dapat mengukur tingkat
endotoksinnya (tes semi-kualitatif).
University of Indonesia
RABBIT TEST
• Mempunyai objek
percobaan kelinci
• Produk manufaktur obat
dicobakan pada sekelompok
kelinci (5-10 ekor)
• Prosedur tes sebagai berikut:
1. Pada sekelompok kelinci yang akan
dicobakan, tidak boleh diberikan
makanan pada hari percobaan
2. Kelinci-kelinci diukur temperature nya
sebelum percobaan, dicatat.
3. Obat yang ingin diujikan disuntikkan
pada pembuluh dekat telinga.
4. Melakukan pengamatan reaksi obat
terhadap kelinci setiap 30 menit, 1 jam,
2 jam, dan 3 jam.
5. Jika ternyata memang ada kandungan
bakteri di obat tersebut, dimana terjadi
kenaikan temperature pada kelinci
tersebut.
6. Jika kondisi dari kelinci 80% mengalami
kenaikan temperature pada tubuhnya,
dapat dipastikan ada kontaminasi
bakteri dalam obat
University of Indonesia
PARTICULATE TEST
• Tes ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya partikel
lain dengan metode
pencahayaan yang sangat
terang dengan background
hitam putih
• Jika adanya partikel lain,
maka produk harus dibuang
• Dapat dilakukan oleh
human resources maupun
device
University of Indonesia
STERILITY TEST
• Tujuan untuk mendeteksi adanya kontaminasi
bakteri pada batch proses sebuah manufaktur
• Metode dibagi menjadi 2 cara:
– Membrane Filtration Method
Menggunakan media yaitu fluid thioglycollate medium
dan soya-bean casein digest medium.
– Direct Menoculation Method
Karena mikroorganismenya tidak dapat tersaring, maka
samoel langsung dideteksi melalui media atau device
• Dapat dilakukan secara product sampling atau
keseluruhan manufaktur
University of Indonesia
University of Indonesia
PACKAGING &
LABELING
PACKAGING DAN LABELING
Packaging &
Labeling
Primer Sekunder Tersier
• Packaging primer injeksi cair yang
dipiilih berbentuk VIALS
• Berbahan dasar kaca dan
penggunaannya harus diambil
menggunakan syringe yang akan
disuntikkan
University of Indonesia
PACKAGING DAN LABELING
Primer
• Packaging primer berbentuk
ampoules yang telah diisi pada
proses filling
• Proses primer labeling dilakukan
pada ampoules oleh unit operasi
Shrink Labeler atau Ampoule Labeler
Sekunder
• Pemprosesan packaging
sekunder lebih dikenal dengan
nama pengepakan. Digunakan
packaging boks-boks karton
• Digunakan mesin blister atau
cartoning machine (mesin
pengepakan otomatis). Mesin
jenis ini bisa sekalian
melakukan proses labeling.
• Labeling yang dilakukan
biasanya nama, tanggal dan
kode produksi , dll
University of Indonesia
PACKAGING DAN LABELING
Tersier
• Digunakan unit operasi
Cardboard Case Packager
• Penting untuk melindungi
produk obat pada saat
pengiriman jarak jauh.
• Pengemasan tersier ke
dalam kardus dilakukan
secara manual.
University of Indonesia
KESIMPULAN
• Secara garis besar, tahapan – tahapan pembuatan
obat terapi gen VEGF121 ini adalah persiapan 
mixing  sterilisasi  filling/sealing  inspeksi 
labeling dan packaging.
• Untuk sterilisasi bahan gen VEGF121 menggunakan
proses aseptic.
• Untuk sterilisasi wadah menggunakan autoklaf.
• Kemasan yang digunakan adalah VIALS.
University of Indonesia
THANK YOU !
F O R Y O U R AT T E N T I O N
GROUP 3
P e m i c u 2

More Related Content

Viewers also liked

Pel. informasi farmako
Pel. informasi farmakoPel. informasi farmako
Pel. informasi farmakoLini Amalia
 
Pertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingPertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingAyu Sefryna sari
 
Pharmacy cleanroom terminology
Pharmacy cleanroom terminologyPharmacy cleanroom terminology
Pharmacy cleanroom terminologyJerry Fahrni
 
Sistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuhSistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuhMolinda Damris
 
Analisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar Industri
Analisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar IndustriAnalisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar Industri
Analisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar IndustriMarsha Amalia Putri
 
PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"
PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"
PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"Nurul Azizah
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
 
Liquid Orals Layout & Design
Liquid Orals Layout & DesignLiquid Orals Layout & Design
Liquid Orals Layout & DesignAnwar Munjewar
 
Layout of Tablet Manufacturing Section
Layout of Tablet Manufacturing Section Layout of Tablet Manufacturing Section
Layout of Tablet Manufacturing Section Nitin Kadam
 

Viewers also liked (20)

Pel. informasi farmako
Pel. informasi farmakoPel. informasi farmako
Pel. informasi farmako
 
Metode sampling
Metode samplingMetode sampling
Metode sampling
 
Rumus tetesan infus
Rumus tetesan infusRumus tetesan infus
Rumus tetesan infus
 
Metode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasiMetode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasi
 
Pertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingPertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik sampling
 
Process layout
Process layoutProcess layout
Process layout
 
Pharmacy cleanroom terminology
Pharmacy cleanroom terminologyPharmacy cleanroom terminology
Pharmacy cleanroom terminology
 
Sistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuhSistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuh
 
Analisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar Industri
Analisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar IndustriAnalisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar Industri
Analisa Pabrik Plastik HD Putra berdasarkan Standar Industri
 
PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"
PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"
PLO tugas kelompok 7 "Process Layout"
 
Cpob presentase
Cpob presentaseCpob presentase
Cpob presentase
 
Sistem HVAC
Sistem HVACSistem HVAC
Sistem HVAC
 
Premisies : GMP MODUL
Premisies : GMP MODULPremisies : GMP MODUL
Premisies : GMP MODUL
 
Tata Letak (Layout)
Tata Letak (Layout)Tata Letak (Layout)
Tata Letak (Layout)
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Sistem tataudara
Sistem tataudaraSistem tataudara
Sistem tataudara
 
Haccp of pineapple canned in syrup
Haccp of pineapple canned in syrupHaccp of pineapple canned in syrup
Haccp of pineapple canned in syrup
 
Liquid Orals Layout & Design
Liquid Orals Layout & DesignLiquid Orals Layout & Design
Liquid Orals Layout & Design
 
The Cold Chain
The Cold ChainThe Cold Chain
The Cold Chain
 
Layout of Tablet Manufacturing Section
Layout of Tablet Manufacturing Section Layout of Tablet Manufacturing Section
Layout of Tablet Manufacturing Section
 

Similar to Teknologi Obat Injeksi Cair

Pelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanPelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanMulkan Fadhli
 
Jurnal ekstrasi dna ihwan
Jurnal ekstrasi dna ihwanJurnal ekstrasi dna ihwan
Jurnal ekstrasi dna ihwanihwan fauzi
 
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...marketingIndogen
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranReza Fahlevi
 
Penggunaan unit dosis obat
Penggunaan unit dosis obatPenggunaan unit dosis obat
Penggunaan unit dosis obatHendro Prasetyo
 
SHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptx
SHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptxSHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptx
SHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptxagavecgs
 
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptxPENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptxoliviakomansilan3
 
Makalah Ekstraksi Cara Panas
Makalah Ekstraksi Cara PanasMakalah Ekstraksi Cara Panas
Makalah Ekstraksi Cara PanasSalsabila Azzahra
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikasalni nindita
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxIrenee9
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16andreei
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenKezia Hani Novita
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdfXINYOUWANZ
 
INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...
INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...
INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...Repository Ipb
 

Similar to Teknologi Obat Injeksi Cair (20)

Pelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanPelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkman
 
Ekstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5A
Ekstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5AEkstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5A
Ekstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5A
 
Jurnal ekstrasi dna ihwan
Jurnal ekstrasi dna ihwanJurnal ekstrasi dna ihwan
Jurnal ekstrasi dna ihwan
 
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceran
 
Penggunaan unit dosis obat
Penggunaan unit dosis obatPenggunaan unit dosis obat
Penggunaan unit dosis obat
 
SHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptx
SHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptxSHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptx
SHP krnAisha bgt sebagai contoh ppt.pptx
 
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptxPENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Dna & pcr
Dna & pcrDna & pcr
Dna & pcr
 
Makalah Ekstraksi Cara Panas
Makalah Ekstraksi Cara PanasMakalah Ekstraksi Cara Panas
Makalah Ekstraksi Cara Panas
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdf
 
Gel jambu biji
Gel jambu bijiGel jambu biji
Gel jambu biji
 
INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...
INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...
INDUKSI TANAMAN HAPLOID Dianthus sp. MELALUI PSEUDOFERTILISASI MENGGUNAKAN PO...
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 

Recently uploaded (8)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 

Teknologi Obat Injeksi Cair

  • 1. OBAT JANTUNG DENGAN GEN VEGF121 GROUP 3 P E M I C U 2 Anggota: 1. Farha Kamila 2. Fildzah Khalisah A 3. Muslimah 4. Olivia Cesarah 5. Rahmalia Puspita
  • 2. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG • Di Indonesia, pengobatan penyakit kelainan pembuluh darah jantung atau Iskemia Miokardium yaitu dengan operasi, intervensi gawat darurat, pengobatan berdasarkan penyebab utama dan juga terapi. • Gen VEGF121 dinilai mampu digunakan dalam pengobatan penyakit Iskemia Miokardium. TUJUAN • Membuat rancangan pabrikasi untuk memproduksi Gen VEGF121 di Indonesia, sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia, yang mana Gen VEGF121 berbentuk cairan injeksi dengan partikel pembawa yaitu adenovirus dan dengan eksipien yang telah ditentukan University of Indonesia
  • 4. University of Indonesia PREPARASI GEN REKOMBINAN AD/PEG/VEGF121
  • 5. Vektor Adenovirus Dapat digunakan vektor Adenovirus dengan ligan ataupun tanpa ligan. Penggunaan adenovirus dengan ligan akan mempermudah pengenalan pada permukaan sel target dan meningkatkan afinitas pengikatannya pada sel targer Gambar 1. Struktur Adenovirus a. Tanpa ligan, b. Dengan ligan (Sumber: Curtis A Machida (2003)) University of Indonesia
  • 6. Preparasi Rekombinasi Gen VEGF121 dengan Vektor Adenovirus • Larutan dan bahan-bahan yang digunakan: 1. 130 mM sodium phosphate, pH 7.0, steril. 2. 5% sukrosa steril. 3. Phosphate buffered saline (PBS), pH 7.0, steril. 4. 0.5 M Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), steril. 5. Galacto-Star β-galactosidase detection kid (Tropix/Applied Biosystems, Foster City, CA). 6. Dithiothreitol (DTT) (Boehringer- Mannheim Roche Diagnostics). 7. BCA assay reagents (Pierce, Rockford, IL). 8. Tresyl-MPEG-maleimide PEG, MW 5000 (Shearwater Polymers, Huntsville, AL). 9. VEGF121 10.Traut’s reagent, 2-iminothiolane (Pierce): disimpan pada ruang gelap dengan suhu 40C. Stabil selama 4 minggu setelah dibuka. • Larutan dan bahan-bahan yang digunakan: 11. OPD peroxidase substrate (Sigma, St. Louis, MO cat. no. P9187): dilarutkan dalam 20mL air. 12. PD-10 (Sephadex G-25 M) column (Pharmacia, Piscataway, NJ). 13. Thiol & Sulfide quantitation kit (Molecular Probes, Eugene, OR, cat. no. T-6060). 14. Slide-a-lyzer cassette, 10,000MW (Pierce). 15. Fractogel BioSec size exclusion resin (EM Sciences, Gibbstown, NJ) 150 mL (2.6×30 cm) in a XK 26/60 column (Pharmacia). 16. Fractogel DEAE resin, 40–90µm (EM Sciences). 17. Superdex 200 16/60 column (Pharmacia). 18. Ad2/CMVβ-gal 4 virus in PBS pH 7.0, 5% sucrose. Merupakan Adenovirus serotip 2 yaitu vektir adenovirus yang sudah dihilangkan area E1 nyadan digantikan dengan β-galactosidase trasgen, dan masih mengandung area E4. University of Indonesia
  • 7. • Sel dan Media yang digunakan: 1. Media F-12K Kaighn yang sudah dimodifikasi (Invitrogen, Carlsbad, CA). 2. Fetal bovine serum (FBS) (JRH Biosciences, Lenexa, KS). 3. Penicillin G sodium (Invitrogen). 4. Streptomycin sulfate (Invitrogen). 5. 293 sel ginjal embrio manusia. Preparasi Rekombinasi Gen VEGF121 dengan Vektor Adenovirus • Taqman Reagens: 1. Zirconia beads (Biospec Products, Bartlesville, OK): diautoklave di gelas vial ukuran kecil. 2. DNA lysis buffer: 100 mM pH 8.0 Tris HCl, 5 mM EDTA, 0.4% sodium dodecyl sulfate, 200 mMNaCl. 3. 2-mL sterile screw cap tubes (Axygen, Union City, CA). 4. DEPC water (water treated with diethylpyrocarbonate to eliminate RNase/DNase). 5. Primers and probe (IDT, Coralville, IA) University of Indonesia
  • 8. Metode Rekombinasi gen VEGF121 dengan vektor Adenovirus Penentuan konsentrasi partikel virus (Maizel et al. 1968 (Ref.62)) Preparasi Ad/PEG Kompleks. Menghilangkan ikatan TMPEG dan purifikasi Ad/PEG dengan Size Exclution Chromatography Generation of an Ad/PEG/VEGF121Co njugate Purifikasi Ad/PEG/VEGF121 dengan Ion Exchange Chromatography Kultur rekombinan Ad/PEG/VEGF121 University of Indonesia
  • 9. Penentuan konsentrasi partikel virus (Maizel et al. 1968 (Ref.62)) 1. Memasukkan 1μL 10% SDS ke dalam 100μL virus. Tahap ini akan membuat DNA virus keluar dari kapsidnya. 2. Menyiapkan sample dengan jumlah yang setara dalam PBS 5% sucrose sebagai blank. 3. Inkubasi dalam suhu ruang selama 30 menit. 4. Vortex. 5. Melakukan spektroskopi pada panjang gelombang absorbansi A260, gunakan koefisien kematian partikel 1 O.D. = 1,1 × 1012partikel/mL. 6. 1M larutan akan mengandung 6,02 ×1023 partikel/L. Preparasi Ad/PEG Kompleks. 1. Mencairkan Ad2/CMVβ-gal4 vektor murni (1x1012 partikel/mL dalam PBS yang mengandung 5% sukrosa), 1:1 (vol:vol) dengan 130 mM sodium phosphate pH 7,0, 5% sukrosa. 2. Memasukkan 1.0, 5.0, atau 10% (wt/vol) tambahan Tresyl-MPEG-maleimide (TMPEG- mal) dalam larutan virus. Untuk 10% reaksi TMPEG tambahkan 5% TMPEG kembali pada setiap selang waktu 30 menit. Langkah ini bertujuan untuk mempresipitasi virus. 3. Inkubasi campuran pada suhu ruang, untuk setiap 1% reaksi PEGylation inkubasi selama 45 menit, 5% PEGylation selama 30 menit dan 10% TMPEG, penambahan 2 x 5% TMPEG setiap 30 menit. 4. Letakkan campuran dalam bak es untuk menghentikan reaksi. Tresyl group pada TMPEG tidak akan bereaksi pada suhu dibawah 40C. University of Indonesia
  • 10. Menghilangkan ikatan TMPEG dan purifikasi Ad/PEG dengan Size Exclution Chromatography 1. Menyeimbangkan 150mL BioSec resin (2.6 × 30 cm) dengan PBS, pH 7,0 pada laju alir 2,0 mL/min, sebelum sample dialirkan. 2. Injeksikan sample ke dalam kolom. Volume sample tidak lebih dari 4.0 mL untuk hasil separasi yang baik. 3. Pantau pada panjang gelombang A260/A280 4. Tambahkan sukrosa untuk mencampai konsentrasi akhir 5%. 1. Asumsikan 1000PEG/virion untuk 1% Ad/PEG, [PEG] = 1000 x[virus], dengan kalkulasi molekular. 2. Dialisis VEGF121 dengan Slide-A- Lyzer cassette secara berlawanan dengan menggunakan 0,1 M sodium phosphate, 0,1M sodium chlorida, 1mM EDTA, pada pH7,5. 3. Menambahkan 1000 molar berlebih VEGF121 kemudian diinkubasi selama 6 jam pada suhu 40C. Generation of an Ad/PEG/VEGF121Conjugate University of Indonesia
  • 11. Purifikasi Ad/PEG/VEGF121 dengan Ion Exchange Chromatography 1. Menyiapkan 10 mL Fractogel DEAE dalam kolom XK16/60. 2. Menyiapkan DEAE Buffer A: 10mM potasium phosphate, pH 7,5 (1M = 15 gram dibasic, 2 gram monobasic per 1L) yang mengandung 0,15M NaCl, 0,01% Tween-80 (sterile fi ltered). 3. Menyiapkan DEAE Buffer B: 10mM potasium chloride, pH 7,5 yang mengandunga 1M KCl, 1M NaCl, 0,01% Tween-80 (sterile fi ltered). 4. Menyeimbangkan DEAE resin dengan buffer A 2mL/min. 5. Setelah mengalirkan sampel, cuci kolom dengan 1CV buffer A. 6. Gradien dinaikkan untuk 2CV adalah 12.5% buffer B dan 100% buffer B untuk diatas 4CV. 7. Ad/PEG/VEGF121 akan diilusi engan 25% buffer B, setara dengan 0,5M garam. 8. Monitor kolom pada panjang gelombang A260/A280. 9. Terakhir tambahakan 50% sukrosa untuk memperoleh konsentrasi akhir dari fraksi hasil pemisahan sebesar 5%. 1. Ad/PEG/VEGF121 dikultur dalam 293 sel (sel ginjal embrio manusia), dengan penambahan medium nutrisi. 2. Kemudian dimurnikan dengan CsCl berdasarkan prinsip gradien densitas. 3. Kemudian didialisis. 4. Lalu disimpan pada suhu -700C. 5. Tepat sebelum digunakan, vektor itu dicairkan atau diencerkan dalam larutan sukrosa 3%. Kultur rekombinan Ad/PEG/VEGF121 University of Indonesia
  • 13. didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain University of Indonesia
  • 14. Tujuan pencampuran: • Untuk memastikan bahwa ada keseragaman bentuk • Untuk memulai atau meningkatkan reaksi fisika atau kimia seperti difusi, disolusi, dll • untuk memperoleh jenis produk berikut. – Ketika dua atau lebih cairan misibel dicampur bersama-sama, hasilnya dikenal sebagai larutan nyata. – Ketika dua cairan imisibel dicampur dengan agen pengemulsi, hasilnya dikenal sebagai emulsi. – Ketika padatan dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal sebagai larutan. – Ketika padat tidak larut dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal sebagai suspensi. – Ketika padatan atau cairan dicampur dengan basis semi padat, hasilnya dikenal sebagai salep atau supositoria. – Ketika dua atau lebih bahan padat bersama, diperoleh serbuk yang bila diisi ke dalam kapsul dikenal sebagai kapsul dan ketika dikompresi di bawah tekanan tinggi disebut tablet University of Indonesia
  • 15. Klasifikasi Campuran Positif • dua atau lebih gas atau cairan misibel dicampur bersama-sama melalui proses difusi • Jenis bahan ini tidak memberikan masalah dalam pencampuran Negatif • ketika padatan tidak terlarut dicampur dengan pembawa untuk membentuk suspensi atau ketika dua cairan tidak saling larut yang dicampur untuk membentuk emulsi • lebih sulit disiapkan dan memerlukan tingkat pencampuran yang lebih tinggi Netral • Banyak produk farmasi seperti pasta, salep, dan serbuk tercampur • Produk tersebut statis dan komponennya tidak memiliki kecenderungan bercampur secara spontan University of Indonesia
  • 16. Mekanisme campuran Convective mixing Shear mixing Diffusive mixing • perpindahan sekelompok partikel dalam jumlah besar terjadi dari satu bagian powder bed ke bagian yang lain • gaya geser terbentuk dalam massa bahan dengan menggunakan agitator arm atau blast of air. • bahan-bahan miring sehingga gaya gravitasi menyebabkan lapisan atas tergelincir dan difusi partikel individu berlangsung di atas permukaan yang baru dikembangkan University of Indonesia
  • 17. Mixing Guidelines  Gunakan waktu yang cukup dalam pencampuran untuk memastikan bahwa polimer benar-benar terhidrasi sebelum menambahkan komponen formulasi tambahan.  Pencampuran yang berlebihan atau tidak tepat selama dispersi dapat menyebabkan udara terperangkap, variasi viskositas, dan/atau ketidakstabilan formulasi. Udara terperangkap dapat diminimalkan dengan menggunakan variable drive motor. Setelah polimer terdispersi, udara terperangkap dapat diminimalkan dengan reposisi impeller dan mengurangi kecepatan pencampuran. Biarkan dispersi asam untuk melepaskan gelembung udara terperangkap.  Dianjurkan melakukan pengadukan sedang. University of Indonesia
  • 18. Con’t Setiap pencampuran intensitas tinggi yang diperlukan harus diselesaikan sebelum netralisasi. Hindari pencampuran high shear dengan Waring blender atau rotor-stator homogenizers. Pencampuran seperti itu dapat menggeser polimer dan menghasilkan kehilangan fungsionalitas permanen. Jika busa persisten dihasilkan, busa tersebut dapat hilang dengan merusak polimer secara parsial dengan penambahan asam dengan kadar yang sangat rendah sebelum menetralisir dispersi dengan basis yang cocok. Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar 0,5% dari berat polimer yang digunakan. University of Indonesia
  • 19. Efektifitas penghomogenannya bisa berlainan tergantung dari jenis alat yang digunakan. Pengaduk (Mixer)  Jenis pengaduk ini bermacam ragamnya tergantung dari banyak volume cairan, kekentalan dsb.  Alat ini mempunyai sifat menghomogenkan dan sekaligus memperkecil ukuran partikel walaupun efek menghomogenkan cairan lebih dominan. Homogenizer  Alat ini mempunyai karakteristik memperkecil ukuran partikel  Pengecilan partikel terjadi karena cara kerja alat ini yaitu dengan menekan cairan, dipaksa melalui celah yang sempit kemudian dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbukkan pada peniti-peniti metal yang ada dalam celah tersebut.  Cara sangat sensititf sehingga bisa didapat diameter pertikel rata-rata kurang dari 1 mikron. University of Indonesia
  • 21. Filling dan Sealing dengan Filler/Stopper Machine for Vials • Digunakan untuk pengisisan, pemasangan sumbat, dan crimp capping. • Pengisian berlangsung otomatis sesuai volum yang sudah ditentukan. • Setelah dilakukan pengisisan selanjutnya dilakukan pemasangan sumbat dan crimp capping. University of Indonesia
  • 23. Sterilisasi • Metode pembuatan sediaan injeksi terdapat dua cara, yaitu cara aseptik dan sterilisasi akhir. Proses aseptis dilakukan apabila bahan-bahan yang digunakan tidak tahan terhadap pemanasan. Teknik aseptik sediaan injeksi yang berbahan gen VEGF121 University of Indonesia
  • 24. Sterilisasi vial • Seluruh peralatan dan material tahan panas disterilisasi dengan pemanasan. Sterilisasi autoklaf suhu 230 0C selama satu jam mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit University of Indonesia
  • 26. University of Indonesia INCOMING STOCK •Routine Work Testing MANUFACTURING • Conductivity Measurement • Volume Filled • Temperature of Sterility • Environmental Control Test • Visual Inspection FINISHED PRODUC T •Leaker Test •Pyrogen Test •Particulate Test •Sterility Test •Uniformity of Content
  • 27. LEAKER TEST Filled and Sealed Ampoules ditaruh dalam ruang vakum Dicelupkan pada larutan 1% Methylene Blue Diberikan negative pressure Jika terjadi kebocoran, warna biru akan masuk karena perbedaan tekanan University of Indonesia Leakage (kebocoran) adalah hal yang sering terjadi dalam proses manufaktur kemasan obat Dikarenakan perbedaan temperatur dan tekanan di tiap unit atau ruangan, maka kemasan mengekspansi Test dilakukan pada ampoules, karena bahannya dari kaca
  • 29. LAL BACTERIAL TEST (Limulus Amebocyte Lysate Test) • Test yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan konsentrasi endotoksin bakteri dalam obat-obatan dan produk yang berkonsep biologi. • Endotoksin adalah sejenis pyrogen yang keberadaannya ada pada dinding sel dari bakteri negative. • LAL Test yang dilakukan berbentuk gel formation test. • reagen LAL yaitu Limulus Polyphemus pada inkubasi selama 60 menit pada 37 derajat celcius. • tes ini adalah hanya dapat mendekteksi bakteri gram negative dan tidak dapat mengukur tingkat endotoksinnya (tes semi-kualitatif). University of Indonesia
  • 30. RABBIT TEST • Mempunyai objek percobaan kelinci • Produk manufaktur obat dicobakan pada sekelompok kelinci (5-10 ekor) • Prosedur tes sebagai berikut: 1. Pada sekelompok kelinci yang akan dicobakan, tidak boleh diberikan makanan pada hari percobaan 2. Kelinci-kelinci diukur temperature nya sebelum percobaan, dicatat. 3. Obat yang ingin diujikan disuntikkan pada pembuluh dekat telinga. 4. Melakukan pengamatan reaksi obat terhadap kelinci setiap 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. 5. Jika ternyata memang ada kandungan bakteri di obat tersebut, dimana terjadi kenaikan temperature pada kelinci tersebut. 6. Jika kondisi dari kelinci 80% mengalami kenaikan temperature pada tubuhnya, dapat dipastikan ada kontaminasi bakteri dalam obat University of Indonesia
  • 31. PARTICULATE TEST • Tes ini dilakukan untuk mendeteksi adanya partikel lain dengan metode pencahayaan yang sangat terang dengan background hitam putih • Jika adanya partikel lain, maka produk harus dibuang • Dapat dilakukan oleh human resources maupun device University of Indonesia
  • 32. STERILITY TEST • Tujuan untuk mendeteksi adanya kontaminasi bakteri pada batch proses sebuah manufaktur • Metode dibagi menjadi 2 cara: – Membrane Filtration Method Menggunakan media yaitu fluid thioglycollate medium dan soya-bean casein digest medium. – Direct Menoculation Method Karena mikroorganismenya tidak dapat tersaring, maka samoel langsung dideteksi melalui media atau device • Dapat dilakukan secara product sampling atau keseluruhan manufaktur University of Indonesia
  • 34. PACKAGING DAN LABELING Packaging & Labeling Primer Sekunder Tersier • Packaging primer injeksi cair yang dipiilih berbentuk VIALS • Berbahan dasar kaca dan penggunaannya harus diambil menggunakan syringe yang akan disuntikkan University of Indonesia
  • 35. PACKAGING DAN LABELING Primer • Packaging primer berbentuk ampoules yang telah diisi pada proses filling • Proses primer labeling dilakukan pada ampoules oleh unit operasi Shrink Labeler atau Ampoule Labeler Sekunder • Pemprosesan packaging sekunder lebih dikenal dengan nama pengepakan. Digunakan packaging boks-boks karton • Digunakan mesin blister atau cartoning machine (mesin pengepakan otomatis). Mesin jenis ini bisa sekalian melakukan proses labeling. • Labeling yang dilakukan biasanya nama, tanggal dan kode produksi , dll University of Indonesia
  • 36. PACKAGING DAN LABELING Tersier • Digunakan unit operasi Cardboard Case Packager • Penting untuk melindungi produk obat pada saat pengiriman jarak jauh. • Pengemasan tersier ke dalam kardus dilakukan secara manual. University of Indonesia
  • 37. KESIMPULAN • Secara garis besar, tahapan – tahapan pembuatan obat terapi gen VEGF121 ini adalah persiapan  mixing  sterilisasi  filling/sealing  inspeksi  labeling dan packaging. • Untuk sterilisasi bahan gen VEGF121 menggunakan proses aseptic. • Untuk sterilisasi wadah menggunakan autoklaf. • Kemasan yang digunakan adalah VIALS. University of Indonesia
  • 38. THANK YOU ! F O R Y O U R AT T E N T I O N GROUP 3 P e m i c u 2