SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Download to read offline
10/3/2013

OUTLINE

KULIAH
REKAYASA LINGKUNGAN

TEKNOLOGI
PENGENDALIAN DAMPAK

1.
2.
3.
4.
5.

PENGANTAR
IDENTIFIKASI DAMPAK
PREDIKSI DAMPAK
TEKNOLOGI BERSIH
TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMAR
– Limbah Gas
– Limbah Padat
– Limbah Cair

Dampak
Suatu perubahan yang terjadi
sebagai akibat suatu aktivitas.

PENGANTAR TEKNOLOGI
PENGENDALIAN DAMPAK

Perubahan yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh
suatu usaha / kegiatan
(Dampak Penting)

Teknologi Pengendalian Dampak

Matriks Teknologi Pengendalian Dampak

• Seluruh aspek yang berkaitan dengan
teknologi yang dipergunakan (state of the art) 
dalam proses dan kegiatan mulai dari
pengadaan bahan baku, proses produksi, 
pengelolaan limbah dan pengelolaan produk
pasca penggunaan, yang dipertimbangkan
mempunyai dampak pada lingkungan.

Input Proses Proses
Produksi

Pengelolaan
Limbah

Pasca
Produksi

 (Teknologi) bahan
yang terkait dengan
proses

 Jenis dan
karakteristik teknik
unit-proses

 Pengolahan
Limbah padat dari
proses dan
pendukung kegiatan

 Recovery bahan
dari produk pasca
penggunaan
(limbah)

 Pewadahan dan
Transportasi bahan
baku

 Unit pendukung
proses untuk
air,udara,energy
system

 Pengolahan
limbah cair dari
proses dan
pendukung kegiatan

 Pengolahan dan
pemusnahan bahan
off-spec dan
kadaluawarsa

 Storage: stock
system, layout dan
flow

 Flow process:
system, layout dan
flow

 Pengendalian
pencemaran udara
dan kebisingan

 Pengelolaan
kemasan

 Pengelolaan
sludge dan limbah
B3

1
10/3/2013

PELINGKUPAN
MERUPAKAN SUATU PROSES AWAL (DINI)
UNTUK MENENTUKAN LINGKUP PERMASALAHAN
DAN MENGIDENTIFIKASI DAMPAK PENTING (HIPOTESIS)
YANG TERKAIT DENGAN SUATU RENCANA USAHA DAN / ATAU
KEGIATAN

IDENTIFIKASI
DAMPAK

1. Langsung mengarah pada hal-hal yang menjadi
pokok bahasan secara mendalam;
2. Menghindari konflik & tertundanya proyek;
3. EFISIENSI terhadap BIAYA, TENAGA, WAKTU;
4. Penyusunan ANDAL dapat lebih terarah berkat
adanya kejelasan:
* lingkup studi/kajian;
* kedalaman studi;
* strategi pelaksanaan studi.

MANFAAT

Proses Pelingkupan: Dampak
1.Identifikasi dampak potensial

(mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup:
primer, skunder, tersier dst yang secara potensial
akan timbul).
Gali dan kembangkan melalui berbagai sumber, seperti:
pemrakarsa, masyarakat, pakar, instansi pemerintah,
pustaka, tinjauan proyek serupa.

Dampak Penting Hipotetis merupakan
Salah Satu Hasil Proses Pelingkupan
Deskripsi
Rencana
Kegiatan

2.Evaluasi dampak potensial

(menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang
tidak relevan atau tidak penting, sehingga didapat
dampak pentig hipotetik).

PRIORITAS
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK

Rona
Lingkungan
Hidup

3. Klasifikasi dan prioritas dampak penting
Hipotetis
(mengelompokkan dampak penting hipotetik yang telah
dirumuskan sehingga diperoleh klasifikasi dan
prioritas dampak penting hipotetik)

Identifikasi
Dampak
Potensial

Evaluasi
Dampak
Potensial

Klasifikasi
&
Prioritas

HASIL DAN PROSES PELINGKUPAN

HASIL-HASIL PELINGKUPAN
1. Prioritas dampak penting hipotetik thd lingkungan hidup
yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam
dalam ANDAL
2. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan pertimbangan:
batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas
administrasi.
3. Batas waktu kajian sebagai dasar melakukan prakiraan
perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa proyek dan
adanya proyek.
4. Kedalaman studi ANDAL (metode, jumlah sampel,
tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan dana dan
waktu.

DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK

DAMPAK
POTENSIAL

DESKRIPSI
KEGIATAN

IDENTIFIKASI
DPK POTENSIAL

1. KOMPONEN KEGIATAN YG HARUS
DITELAAH

EVALUASI D. PTG

2. KOMPONEN LH YG POTENSIAL
BERDAMPAK PENTING
3. MASALAH LINGKUNGAN YG
AKAN TERKENA DAMPAK PENTING

LINGKUP STUDI

SCOPPING

KLASIFIKASI &
PRIORITAS

4. PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI
5. PENENTUAN METODA

RONA
LINGKUNGAN

6. PENENTUAN LINGKUP PAKAR
7. PENENTUAN LINGKUP WAKTU
8. PENENTUAN BIAYA STUDI

1. TELAAH PUSTAKA;
2. METODA PENDEKATAN SOSIAL;
3. ANALOGI;
4. DAFTAR UJI;

5. MATRIK INTERAKSI SEDERHANA;
6. BAGAN ALIR;
7. ANALISIS ISI;
8. INTERAKSI KELOMPOK.

2
10/3/2013

EVALUASI
DAMPAK
POTENSIAL

IDENTIFIKASI
DAMPAK
POTENSIAL

Langkah Identifikasi
Dampak

KLASIFIKASI
& PRIORITAS
DPK. PNTNG

RUANG LINGKUP, KEDALAMAN,
DAN STRATEGI PELAKSANAAN
STUDI:
1. Batas Wilayah Studi
2. Jenis Data & Informasi
3. Jumlah sampel
4. Lokasi Pengamatan/Pengukuran
5. Metode Analisis Data
6. Metode Prakiraan & Evaluasi DP
7. Tenaga ahli yang dibutuhkan

Identifikasilah:
1. Rencana kegiatan
2. Tipe Ekosistem
3. Fungsi Ekosistem
4. Komponen Lingkungan

Metode
?

METODE IDENIFIKASI DALAM PELINGKUPAN

1.
2.
3.
4.

Telaah Pustaka
Interaksi Kelompok
Daftar Uji (checklist).
Overlay (tumpang
(McHarg)

5. Bagan Alir (flow diagram)
6. Matrik Interaksi (Sederhana,
Leopold,Battelle).
7. Analisis Isi
8. Metoda ad hoc

PREDIKSI DAMPAK

1) Komponen kegiatan penyebab dampak dan komponen lingkungan
terkena dampak;
2) Batas wilayah studi: proyek, ekologis, sosial, dan administratif;
3) Metode pengumpulan dan analisis data; metode prakiraan dan
evaluasi dampak penting; tenaga ahli yang diperlukan.

Dampak Kegiatan

Kriteria Dampak

DAMPAK & AMDAL

PP No.27 tahun 1999 pasal 5

DAMPAK =  pengaruh pada sesuatu akibat suatu perbuatan
DAMPAK LH = pengaruh perubahan pada LH yang disebabkan oleh 
suatu usaha &/ kegiatan
UU 23/1997 Bab I Pasal 1 Butir 20 :

L  H

PROYEK

KRITERIA DAMPAK ?

BESAR & PENTINGNYA DAMPAK DINILAI DARI :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

JUMLAH MANUSIA YANG TERKENA DAMPAK
LUAS WILAYAH PERSEBARAN DAMPAK
INTENSITAS & LAMANYA DAMPAK BERLANGSUNG
BANYAKNYA KOMPONEN LAIN YANG TERKENA 
DAMPAK
SIFAT KUMULATIF DAMPAK
BERBALIK (REVERSIBLE) ATAU TIDAK BERBALIKNYA 
DAMPAK

PERLU TELAAHAN  YANG CERMAT ATAS  FAKTA DI LAPANG 

AMDAL 

KERUGIAN
MATERIAL & NON‐MATERIAL

3
10/3/2013

Metoda prediksi dampak:




Metoda formal,
terdiri atas:
– Model prakiraan cepat,
– Model matematika,
– Model fisis,
– Model eksperimental.
Metoda informal,
dapat dilakukan secara:
– Intuitif,
– Pengalaman,
– Analogi.

Pabrik Plastik PT. Innan, Semarang

Model Pendugaan Emisi Dan Penyebaran Polutan Di Atmosfir

•
•
•

Box Model
Rollback Model
Gaussian Model

Metoda Formal:




Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan
dampak merupakan pendekatan dengan model dan
perhitungan matematik.
Hubungan sebab akibat yang merepresentasikan
dampak rencana kegiatan terhadap komponen/subkomponen/parameter lingkungan akan dirumuskan
secara kuantitatif dalam bentuk rasio-rasio kuantitatif
dan model-model matematik.

Pabrik Gula Rendeng, Kudus

Box Model
Static layer of air
Height, h

Emission rate

Length of box, w
Wind speed, U
Gambar Udara yang Terencerkan dari Box Model yang Sederhana

4
10/3/2013

Asumsi :
 Model paling sederhana, keadaan selalu tetap : emisi,
kecepatan angin dan karakteristik udara
 Pelepasan polutan tercampur sempurna
 Polutan udara secara kimia stabil
 Laju emisi polutannya konstan, P (massa/waktu)
 Memasuki suatu volume udara ambien yang bergerak
pada satu arah yang tetap, U
 Udara yang bergerak dibatasi dari atas oleh lapisan udara
yang stabil pada ketinggian, h
 Udara yang bergerak juga dibatasi oleh arah tegak lurus
terhadap kecepatan angin
 Model ini menggambarkan suatu lembah di manan udara
melewati suatu daerah (zona) dengan lebar, w, yang
terbentuk dari dua baris bukit.

• Konsentrasi Polutan yang dilepaskan ke udara ambien :

C = P/(U h w)
–
–
–
–
–

C = konsentrasi polutan j, ppm
U = kecepatan angin, dianggap konstan, m/jam
P = laju emisi polutan j, µg/detik
h = tinggi kolom udara, m
w = lebar kolom udara, m

• Jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol)

C= [P . t / (x w h)]
– x = panjang kolom udara, m
– t = waktu emisi, detik

 Pendekatan sederhana untuk menduga emisi
yang mempengaruhi kualitas udara ambien

Rollback Model

 Asumsi :
kP + b

 Jumlah total polutan yang dilepas di suatu daerah pada
suatu waktu tertentu (p) mempunyai hubungan linier
dengan konsentrasi pada titik tertentu

 c = kp + b
 c : konsentrasi polutan, µg/m3
b : background level
Mass of emissions per unit time, P

 b : background concentration (emisi = 0), µg/m3
 k = konstanta empirik

 Nilai k :
Hubungan Linier Antara Emisi dan Konsentrasi pada Rollback Model

 k = (c – b)/p
C : konsentrasi partikulat dekat stasiun pengukuran, µg/m3

Gaussian Model
• Model penyebaran yang paling banyak digunakan
• Dapat menentukan konsentrasi di beberapa titik
ruang
• Asumsi :
–
–
–
–

Laju emisi polutan konstant
Kecepatan dan arah angin rerata konstant
Sifat kimia senyawa stabil dan tidak berubah di udara
Daerah sekitar sumber pencemar adalah datar dan
terbuka

Gaussian Model
 Rumus umum untuk 3 dimensi

 Konsentrasi di permukaan tanah (z=0)

• Diturunkan dari Hukum Kekekalan Massa dalam
bentuk persamaan differensial + adveksi dan
difusi
• Konsentrasi polutan searah angin (downwind)
• Sistem koordinat 3 dimensi

5
10/3/2013

INPUT

AIR
i‐1

i

I+1

DISSOLVED INFLOW
DESORPSI
SUSPENDED LOAD

BESI TERSERAP

BESI TERLARUT

DISSOLVED OUTFLOW

ADSORPSI

DEPOSISI

RESUSPENSI

DIFUSI

SUSPENDED LOAD 
OUTFLOW

DESORPSI
LAPISAN AKTIF 
SEDIMEN

BESI TERLARUT

BESI TERSERAP
ADSORPSI

Sumber: Schnoor (1996)

Sumber: Schnoor (1996)

Persamaan Umum Transport Polutan

Persamaan Angkutan Polutan EFDC

Suku advektif, 
dengan u dan v komponen 
kecepatan arah x dan y

Kecepatan perubahan 
konsentrasi Cw (konsentrasi 
polutan rata‐rata kedalaman)
Difusi Turbulen
Dengan t = eddy diffusity dalam 
arah horizontal. 

Suku source/sink konstituen
dimana λ1 = koefisien penguraian, 
λ2 = koefisien laju kehilangan akibat 
sedimentasi dan penyerapan,  
Cwc= laju penambahan polutan akibat 
resuspensi,  Cwrs=kontribusi dari 
source/sink input

dimana:
C adalah massa dari kontaminan yang terlarut per total volume unit. 
cS  adalah massa dari kontaminan yang terserap pada tiap kelas sedimen i, 
cD adalah massa dari kontaminan yang terserap pada material j per unit massa dari 
material terlarut. 
 adalah porositas.
S dan D adalah Konsentrasi sedimen dan material terlarut 

6
10/3/2013

Contoh Aplikasi GIS
Sta. 6+300

Baku Mutu FeD

•

Pengukuran infiltrasi dalam studi ini menggunakan model KINEROS, yang berorientasi pada kejadian 
atau peristiwa, model ini dipakai untuk menjelaskan proses intersepsi, infiltrasi, limpasan
permukaan dan erosi untuk DPS dengan skala kecil (≤100 km2), keluaran atau hasil dari model 
KINEROS ini adalah tampilan berupa peta zoning dari parameter yang dikehendaki yaitu infiltrasi, 
limpasan permukaan, sedimentasi dan debit aliran puncak

Contoh Aplikasi GIS

TEKNOLOGI BERSIH

•

Software AVSWAT 2000 adalah program yang berbasis SIG yang bekerja sebagai 
ekstensi (Graphical User Interface) dalam Software Arc View.  Program AVSWAT 
2000 dirancang khusus dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah‐
masalah yang ada di dalam suatu DAS.  Salah satu di antaranya adalah 
memprediksi kandungan nutrisi dari lahan dan badan sungai di suatu DAS

Pengertian Teknologi Bersih
UNEP : Strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan
secara terus menerus pada proses produksi,
produk dan jasa sehingga meningkatkan eko
efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko
terhadap manusia dan lingkungan
Mencakup upaya peningkatan efesiensi dan efektifitas
dalam pemakaian bahan baku, energi dan sumber daya
lainnya sehingga mengurangi penggunaan bahan
berbahaya dan beracun sehingga mengurangi jumlah
dan toksisitas seluruh limbah dan emisi yang
dikeluarkan sebelum meninggalkan proses

Teknologi Produksi

Pengendalian
Sumber Pencemar

Penggunaan Kembali

Perubahan Material Input

Penggunaan Kembali

Pengendalian
Sumber Pencemar

•Penggantian produk
•Penghematan produk
•Perubahan komposisi produk

•Pemurnian material
•Penggantian material

Daur Ulang

•Pengembalian ke proses asal
•Penggantian bahan baku untuk
proses lain

Pengambilan Kembali
•Proses untuk mendapatkan kembali
bahan asal
•Proses untuk memperoleh produk
sampel proses lain

Perubahan Teknologi

Tata Cara Operasi

•Pengubahan proses
•Pengubahan tata letak, peralatan
atau perpipaan
•Automasi peralatan
•Pengubahan tatanan dan ketentuan
operasi

•Tindakan prosedural
•Pencegahan kehilangan
•Sistem manajemen
•Pemisahan aliran limbah
•Peningkatan penanganan material
•Penjadwalan produksi

7
10/3/2013

Program 6R

CONTOH PROSES PRODUKSI BERSIH
LAPIS LISTRIK
DALAM INDUSTRI LAPIS LISTRIK TIDAK DAPAT DIHINDARI ADANYA BUANGAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Refine, memurnikan atau menghilangkan kontaminan dari
bahan baku atau bahan pembantu
Reduce, mengurangi kebutuhan bahan baku secara
stokiometri proses sehingga mengurangi limbah
Reuse, pemakaian kembali bahan baku/pembantu proses
untuk proses yang serupa
Recycle, pemakaian kambali bahan baku/pembantu dan hasil
samping proses untuk proses yang berbeda
Recovery, pengambilan kembali meterial yg masih memiliki
nilai tambah
Retrive to Energi, merubah material sisa proses menjadi
sumber energi

Manfaat : penghematan biaya dan meningkatkan daya saing
produk di pasar ekspor

MINIMASI LIMBAH INDUSTRI
LAPIS LISTRIK

MENGAPA BUANGAN HRS DIKURANGI DAN DIOLAH?
 Pengontrolan terhadap saluran pembuangan akhir
sangat sulit dilakukan
 Limbah dapat menyebabkan hujan asam dan penipisan
lapisan ozon
 Dari sudut ekonomi








Memenuhi aturan yang makin ketat
Memberi kesan baik pada masyarakat sekitar pabrik
tentang pelestarian lingkungan.

1.PENGURANGAN PADA SUMBER
Pada larutan elektrolit









PENGURANGAN PADA SUMBER
PEMANFAATAN ULANG
PENGOLAHAN LIMBAH
PEMBUANGAN

Mengurangi biaya pengolahan buangan
Memperbaiki pengoperasian pabrik
Mengurangi risiko pertanggungjwban
Menaikkan daya saing





Larutan elektrolit mengandung logam2 berat dengan konsentrasi
tinggi, seperti: sianida dan senyawa racun lainnya
Larutan jarang dibuang dan dipakai kembali pada proses lain
Kualitas larutan elektrolit:perlu penggantian unsur2 kimia dan
berkurang secara periodik
Pembersihan pada pengotor yang masuk

Air pembilas











Pengaturan tangki2 pembilasan
Pengaturan selang waktu selama setelah benda kerja dibilas
Pengaturan volume air pembilas
Konsentrasi larutan yang menempel pada benda kerja
Temperatur air pembilas
Bentuk benda kerja
Posisi benda kerja pada rak
Waktu penirisan antara bak pelapis dengan bak pembilas

Tujuan minimasi air pembilasan: mengurangi volume
Artinya: mengurangi jumlah limbah cair yang beracun

2. PEMANFAATAN ULANG




Air pembilas dapat didaur ulang dengan 2 cara yaitu:
Sistem rangkaian tertutup:
Cara ini mengurangi penggunaan air dan vol air buangan
(Gambar 1)





Sistem rangkaian terbuka:
Air keluaran yang telah diolah, dikembalikan ke sistem
pembilasan kemudian ditambahkan air agar pembilasan
lebih baik (Gambar 2)





3. PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah dari industri lapis listrik ada 2:
Limbah padat dan limbah cair
1. LIMBAH PADAT:
Limbah padat dari pengerjaan awal: gerinda, debu logam
dan debu abrasiv, baju kerja bekas dan kemasan bekas
unsur kimia

Dampak limbah padat: penyakit silikosis pada paru-paru

Penanggulangan:


contoh daur ulang: air pembilas pada proses pembersihan
asam dipakai kembali sebagai proses pembersihan lemak
menghemat air + 50-67% dari pembilasan biasa (Gambar
3)





Pekerja pakai masker penutup hidung dan kaca mata pelindung
Pasang alat penangkap/penghisap debu (dust collector) di depan
alat pemoles dan gerinda
Ada sirkulasi udara dan ruang kerja beratap tinggi

8
10/3/2013

2. LIMBAH CAIR:


Mengandung zat-zat kimia berbahaya seperti: Senyawa
krom, nikel, tembaga, sulfat, klorida, sianida serta zat-zat
organik seperti lemak dan minyak

1. PENGOLAHAN SENYAWA CHROM
Pengolahan krom valensi 6

ada 3 cara:

2. PENGOLAHAN PELAPISAN LOGAM-LOGAM BERAT
 Dengan cara pengendapan, di mana senyawa logam dirubah
menjadi hidroksida logam yang tidak mudah larut dengan
cara penambahan zat pengendap seperti: kapur atau sodium
hidroksida









Cara reduksi cr6+ menjadi cr3+ (paling banyak dipakai)
Cara pengikatan ion cr6+ dalam resin penukar anion
Cara pengentalan (penguapan) ion cr6+ dan cr3+

Pengolahan krom valensi 3



Proses pengendapan dengan kapur atau soda kostik pada cr6+
Cara resin penukar kation (ion exchange) atau cr3+ diikat dalam
resin

3. PENGOLAHAN SENYAWA TEMBAGA
Pengendapan sebagai hidroksida atau sulfida dengan kapur
dan mengatur Ph
 Pengikatan ion Cu dgn resin penukar kation
 Dengan penguapan dan elektrolisa (utk Cu kadar tinggi)


4. PENGOLAHAN SENYAWA NIKEL
1.

2.
3.

Pengendapan sebagai hidroksida dengan kapur
atau soda kostik atau dengan ferrosulfat
Cara resin penukar kation
Cara penguapan dan osmosis balik

5. PEMBUANGAN


Lahan bekas industri lapis listrik
mempunyai tingkat pencemaran tinggi,
tergantung pada:
1.
2.

Penggunaan unsur kimia
Jumlah ceceran yang jatuh

5. PENGOLAHAN SENYAWA SENG




Pengendapan hidroksida dengan kapur/soda kostik
Cara resin penukar kation
Cara penguapan

Apabila lahan akan dipergunakan untuk
keperluan lain, perlu dilakukan proses
pengolahan khusus

Limbah

TEKNOLOGI PENGENDALIAN 
PENCEMARAN

Limbah adalah buangan yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan
yang memiliki sifat racun dan berbahaya
dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan
sebagai bahan yang dalam jumlah relatif
sedikit tetapi berpotensi untuk merusak
lingkungan hidup dan sumberdaya
(Ginting, 2007). 

9
10/3/2013

Pengelolaan Limbah/waste management

Pengelolaan Limbah/waste management

Waste management is the collection, transport, 
processing or disposal, managing and monitoring of 
waste materials. The term usually relates to materials 
produced by human activity, and the process is generally 
undertaken to reduce their effect on health, the 
environment or aesthetics.

Waste management is a distinct practice from resource 
recovery which focuses on delaying the rate of 
consumption of natural resources. The management of 
wastes treats all materials as a single class, whether solid, 
liquid, gaseous or radioactive substances, and tried to 
reduce the harmful environmental impacts of each 
through different methods

Source: wikipedia
Source: wikipedia

Pendapat Anda?

Pendapat Anda?

Pengendalian Pencemaran




Pengendalian kegiatan yang mengancam lingkungan ini
terdiri atas kegiatan pengendalian pemanfaatan sumber
dan pencemaran berupa pengendalian pencemaran
lingkungan, penyusutan pencemaran [pollution mitigation]
atau penanggulangan pencemaran [pollution abatement].
Pengendalian pencemaran adalah melindungi
lingkungan penerima beban dari kegiatan manusia
dengan cara penurunan volum limbah dan penurunan
konsentrasi zat pencemar baik limbah fasa gas atau
limbah fasa cair.

Peraturan Pemerintah No: 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Ketentuan Umum:
1.

Pencemaran udara masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

2. Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
3. Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia
yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
dan unsur lingkungan hidup lainnya.

10
10/3/2013

lanjutan
4. Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara

lanjutan

ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.
5. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah kadar maksimum dan/atau
beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan
kedalam udara ambien.
6. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya kedalam udara
ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai
unsur pencemar.
7. Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang
mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik,
sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik.

Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara
(mengurangi emisi dari partikulat dan gas)
Mekanisme pengendalian :
- Partikulat : secara fisik (penyaringan, perbedaan
medan magnet, penangkapan, dll)
- Gas : secara kimiawi (pelarutan, penyerapan, dll)
Faktor pertimbangan pemilihan
•Jenis proses produksi yang akan dikendalikan
•Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan
•Kelembaban dan temperatur inlet
•Jenis partikulat yang akan dikumpulkan
•Konsentrasi debu pada inlet
•Volume inlet

8. Pengendalian pencemaran udara meliputi

pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, serta pemulihan mutu udara
dengan melakukan inventarisasi mutu
udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak
maupun sumber tidak bergerak termasuk
sumber gangguan serta penanggulangan
keadaan darurat. pasal 16

Jenis Peralatan PPU

•ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (EP)
•SEPARATOR (SIKLON)
•WET SCRUBBER
•FABRIC FILTER (BAGHOUSES)

Electrostatic Precipitator (EP)
Bekerja berdasarkan medan listrik yang terjadi
sebagai akibat dari perbedaan muatan listrik.
Keuntungan :
• Memiliki penurunan tekanan yang
konstan dan kinerja bervariasi.
• Menghasilkan efisiensi yang sangat
tinggi, walaupun untuk partikulat
yang sangat kecil.
• Tahan terhadap kehilangan tekanan.
• Dapat beradaptasi untuk suatu
kondisi yang ekstrim seperti
temperatur yang berfluktuasi secara
ekstrim.
• Perawatan relatif mudah.

Kerugian :
• Biaya kapital tinggi.
• Tdk dpt menangani
polusi gas.
• Perlu tempat yang
luas dalam instalasi.

Electrostatic Precipirator

11
10/3/2013

Siklon

APLIKASI EP

Boiler batu bara
 Peleburan logam
 Industri semen
 Boiler biomas (ampas tebu, cangkang sawit,
dsb)
 Incenerator
 Boiler bahan bakar residu


Siklon

Bekerja berdasarkan gaya centrifugal dimana udara 
yang masuk secara tangensial 
Keuntungan :
• harganya cukup murah,
• tidak banyak bagian-bagian yang berputar, dan
• dapat digunakan dalam segala kondisi suhu operasi.
Kerugian :
• Hanya untuk ukuran partikel tertentu (relatip besar);
• Baku mutu konsentrasi partikulat yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah tidak dapat dipenuhi hanya
dgn menggunakan siklon karena effisiensi 65 % untuk
diameter partikel 40 micron
Cyclone Spray
Chamber

Cyclone spray chamber

Scrubber Partikulat
• Scrubber dianggap sebagai alat penangkap
partikulat dengan sistim basah.
• Alat ini mengumpulkan partikulat melalui kontak
langsung dengan cairan (air).
• Banyak sekali desain scrubber yang ada di
pasaran, jenisnya kebanyakan diklasifikasikan
berdasarkan cairan yang digunakan untuk
memisahkan partikulat dengan udaranya.

12
10/3/2013

Fabric Filter

Fabric filter berdasarkan teknik
pembersihaannya dapat dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu :
•reverse-air,
•shaker dan
•pulse-jet.

Keuntungan :
• Efisiensinya cukup tinggi untuk partikulat yang kecil.
• Dapat dioperasikan pd kondisi partikulat berbeda-beda.
• Dapat dioperasikan dlm volume alir yang berbeda-beda.
• Kehilangan tekanan relatip rendah.

Shaker baghouse

Kerugiannya:
• Memerlukan lantai yang luas.
• Material fabrics dapat rusak bila beroperasi pada suhu
yang tinggi, dan juga korosi.
• Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist).
• Kadang-kadang dapat terbakar atau meledak.

Pulse jet baghouse

PENGENDALIAN
PENCEMARAN
Limbah Padat

13
10/3/2013

PENGOLAHAN SAMPAH

COMPOSTING

Fisika

 Aerobik
 Perbandingan C:N  25:1 – 35:1
 Sampah organik basah tinggi N
 Sampah organik kering tinggi C
 Terkadang diperlukan:

Pembakaran  insinerator

Kimia
Desinfeksi

Biologi
Komposting  aerob
Anaerobic digester
Landfill

Campuran kompos sebagai bibit m.o
Tambahan gula, sisa buah-buahan sebagai sumber gula
sederhana untuk mempercepat pertumbuhan m.o.

 Kelembaban dipertahankan 55 – 70%

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

LAHAN URUG SANITER (LUS)

CONTROLED LANDFILL (LUT)

Sanitary Landfill
Tidak terjadi pencemaran air
Tidak terjadi perkembangan vektor penyakit
Polusi udara
Pencemaran estetika
Gangguan-gangguan lingkungan
Sampah tertutup tanah setiap akhir hari kerja
Terhindar dari limpasan air hujan

Dilakukan ± 30 tahun  proses dekomposisi
selesai (produksi gas berhenti)
Pengurugan dilakukan 1 minggu sekali / tidak
setiap hari

14
10/3/2013

INCINERATION
 Infectious, un recover/un recyclable general waste
 Operational Parameters:
 Burning rate (pound/hour), heating value (Btu/pound), heat
release value (Btu/cubic feet per hour)

 Alternatives:
 Controlled-air incinerators
 Rotary-kiln incinerators

 Air Pollution Controls
 Wet Scrubbers: impaction of particles with countercurrent flow
reactor
 Dry Scrubbers: Reacting particles and gases in spray-dryer
section, collection of particles in a baghouse collectoR

PENGENDALIAN PENCEMAR
LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

DEFINISI

KLASIFIKASI

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah:
• Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, 
kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya
(PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3)

B3 dapat diklasifikasikan : (PP no. 74 tahun 2001)
1. mudah meledak (explosive);
2. pengoksidasi (oxidizing);
3. sangat mudah sekali menyala (extremely 
flammable);
4. sangat mudah menyala (highly flammable);
5. mudah menyala (flammable);
6. amat sangat beracun (extremely toxic);
7. sangat beracun (highly toxic);
8. beracun (moderately toxic);
9. berbahaya (harmful);

15
10/3/2013

KLASIFIKASI

PENGELOLAAN LIMBAH B3

10.korosif (corrosive);
11.bersifat iritasi (irritant);
12.berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the 
environment);
13.karsinogenik (carcinogenic);
14.teratogenik (teratogenic);
15.mutagenik (mutagenic).

Pengelolaan Limbah B3
• from cradel to grave (mulai dari penghasil sampai 
pada penimbunan)
• Pengelolaan limbah B3 meliputi penghasil, 
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, 
pemanfaatan, pengolahan dan 
penimbunan/pembuangan akhir
• Tujuan pengelolaan limbah B3:
Melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah 
pencemaran lingkungan 

PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGHASIL
from cradel to grave
PENYIMPANAN
PENGUMPUL
TPS*)

PENGUMPUL
PENGHASIL

PENGANGKUTAN

PEMANFAAT

TPS

(WASTE EXCHANGE)

PENIMBUN
Limbah yang tidak
habis bereaksi, dll

TPS

PENGOLAH

(treatment & disposal))

PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

PENIMBUNAN

*)

Abu incenerator,
Sisa/hasil reaksi kimia, dll

Tempat Penyimpanan Sementara

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

On‐site treatment 
• Penanganan atau pengolahan limbah B‐3 
dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri.
• Teknologi pengolahan setempat (on‐site) 
dilaksanakan dengan menggunakan salah satu 
atau beberapa jenis teknologi berikut:

Off‐site treatment 
• Penanganan atau pengolahan limbah padat 
atau lumpur B‐3 dilaksanakan oleh pihak 
ketiga di pusat pengolahan limbah industri. 
• Pengolahan oleh pihak ketiga (off‐site) 
dilaksanakan dengan menggunakan sekaligus 
beberapa teknologi‐teknologi seperti pada on‐
site treatment.

– chemical conditioning
– Incineration (metode thermal)
– solidification  (stabilisasi), dll

16
10/3/2013

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

Penyimpanan limbah B3
• Penyimpanan bersifat sementara
• Lokasi 
– bebas banjir.
– tdk rawan bencana, 
– diluar kawasan lindung

• Kemasan
– Bentuk dan bahan wadah disesuaikan dengan 
karakteristik limbah
– Simbol & label (PerMenLH No. 3 tahun 2008)

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

Pengolahan limbah B3
• adalah proses untuk mengubah karakeristik dan komposisi 
limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat 
bahaya dan/atau sifat racun
• Dilakukan dengan perlakuan kimia, fisika, biologi atau 
pembakaran.
• Bergantung karakterisasi limbah dan kemampuan limbah 
B3 untuk diolah.
• Tujuan pengolahan limbah B3:
– Mengurangi atau menghilangkan efek racun (detoksifikasi)
– Merubah bahan berbahaya menjadi bahan yang ramah 
lingkungan
– Mempersiapkan tahapan pengolahan berikutnya.

17
10/3/2013

PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA

PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA

Reduksi kimia. 
• Pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari 
kontaminan beracun diubah untuk menurunkan 
sifat racun kontaminan beracun diubah untuk 
menurunkan sifat racun limbah atau 
memperbaiki karakteristik limbah untuk diolah. 
• Contoh: Chrom hexavalent dari electroplating 
direaksikan dengan natrium bisulfit menghasilkan 
chrom trivalent tidak beracun, selanjutnya 
dialihkan ke tangki pengendapan sebagai sludge 
hidroksida

Oksidasi kimiawi. 
• Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan 
limbah diubah untuk mengurangi sifat 
racunnya secara keseluruhan. 
• Contoh : Cianida dioksidasikan dengan sodium 
hipochlorid menghasilkan karbon dioksida dan 
nitrogen sebagai hasil samping yang kemudian 
dilepaskan ke atmosfir

PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA

PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA

Netralisasi dan pengendapan. 
• Netralisasi adalah, pH larutan limbah B3 
dinetralkan menggunakan basa, zat‐zat yang 
terlarut diendapkan/ dikeluarkan dari larutan 
sebagai hidroksida. 
• Proses ini digunakan untuk melepaskan logam 
berat dari air limbah

Pemisahan berdasarkan gaya berat. 
• Pada proses ini gaya berat digunakan untuk 
memisahkan padatan tersuspensi dari 
larutan/cairan. 
• Zat  padat akan mengendap di dasar tangki 
pengendapan (sedimentasi) di tempat 
pengumpulannya.

STABILISASI/SOLIDIFIKASI

STABILISASI/SOLIDIFIKASI

Stabilisasi/Solidifikasi
• Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum 
"dikubur", dipadatkan terlebih dahulu dengan 
cara : 

Stabilisasi/Solidifikasi
• Stabilisasi adalah pencampuran limbah dengan 
aditif untuk menurunkan laju migrasi pencemar 
dan mengurangi toksisitas.
• Solidifikasi adalah pemadatan B‐3 dengan 
penambahan aditif.
• Kedua proses ini saling terkait, sehingga istilah 
‘stabilisasi dan solidifikasi’ sering dianggap 
mempunyai arti yang sama.
• Pada ‘stabilisasi dan solidifikasi’, interaksi limbah 
dan aditif terjadi secara fisika atau kimia. 

– Mencampur limbah B3 dengan bahan semen sehingga 
terjadi pengerasan. Proses ini disebut juga dengan 
istilah sementara. 
– Mencampur limbah B3 dengan aspal, sehingga terjadi 
pemadatan. 

• Limbah yang dipadatkan ini kemudian dibuang ke 
TPA "khusus" 

18
10/3/2013

STABILISASI/SOLIDIFIKASI

STABILISASI/SOLIDIFIKASI

• Interaksi kimia lebih diinginkan karena bahan 
pencemar yang terikat bersifat lebih stabil.
• Keluaran proses ini adalah limbah yang 
bersifat lebih stabil atau padat, sehingga 
memenuhi syarat untuk dibuang ke land fill, 
sesuai dengan aturan yang berlaku.

Teknis Pelaksanaan :
• Macroencapsulation 
limbah B‐3 dibungkus dalam matriks struktur 
yang lebih besar.
• Microencapsulation 
seperti pada macroencapsulation tetapi B‐3 
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal 
tingkat mikroskopik.

STABILISASI/SOLIDIFIKASI

PEMBAKARAN (INSENERASI)

• Precipitation
Logam berat yang terlarut dalam limbah dapat dipisahkan 
dengan cara mengubah sifatnya sehingga kelarutannya 
menjadi lebih kecil, proses ini yang dikenal dengan 
presipitasi.
• Adsorpsi  yaitu proses di mana bahan pencemar diikat 
secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui 
mekanisme adsorpsi.
• Absorpsi  adalah solidifikasi bahan pencemar dengan 
menyerapnya ke bahan padat.
• Detoxification  yaitu proses yang mengubah suatu senyawa 
beracun menjadi senyawa lain yang tingkat racunnya lebih 
rendah atau hilang sama sekali.

Pembakaran (Insenerasi)
• Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon, 
hidrogen dan oksigen dapat juga mengandung 
halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. 
• Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan 
diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan 
senyawa anorganik, tingkat senyawa organik 
akan berkurang. 
• Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah 
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). 

PEMBAKARAN (INSENERASI)

Pengolahan Limbah B3 
dengan menggunakan 
incenerator

19
10/3/2013

PEMBAKARAN (INSENERASI)

PENIMBUNAN LIMBAH B3

Kelebihan 
• menghancurkan berbagai senyawa organik dengan 
sempurna 
• memerlukan lahan yang relatif kecil

• Dari pertimbangan di atas ada tiga kategori 
lahan urug yaitu :

Kekurangan
• operator harus yang sudah terlatih. 
• biaya investasi lebih tinggi 
• potensi emisi pencemar udara ke atmosfir lebih besar 
bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan 
operasional.

Kategori dan Sistem Landfill Limbah B3

Gambar 1. Aplikasi Landfill Kategori I

Gb 1. Penampang Tegak Landfill Kategori I

Aliran air yang 
meresap ke tanah

TEMPAT PENIMBUNAN 
(LANDFILL KAT I)

Gambar 2. Aplikasi Landfill Kategori II

Gambar 3. Aplikasi Landfill Kategori III

Gb 2. Penampang Tegak Landfill Kategori II

– Kategori I (secured landfill double liner)
– Kategori II (secured landfill single liner)
– Kategori III (landfill clay liner)

PENIMBUNAN LIMBAH B3

Rancang Bangun Lahan Urug B3
Bagian dasar 
• Terdiri  atas tanah setempat, lapisan dasar, sistem 
deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem 
pengumpulan dan pemindahan lindi, dan lapisan 
pelindung.
• Bagian dasar lahan urug harus mampu menahan 
resapan air dari luar serta menahan ekspansi limbah B3 
ke lingkungan sekitar dan mengakomodasi lindi yang 
timbul. Lindi kemudian dikumpulkan untuk diolah lebih 
lanjut di lokasi pengolahan limbah cair.

Gb 3. Penampang Tegak Landfill Kategori III

Bagian penutup 
• Terdiri  dari tanah penutup perantara, tanah 
tudung penghalang, tudung geomembran, 
pelapis tudung drainase, pelapis tanah untuk 
tumbuhan dan vegetasi penutup.
• Bagian penutup berfungsi meminimumkan 
infiltrasi air permukaan, mencegah kontaminasi 
aliran air dan terutama untuk menjamin 
keamanan lingkungan akibat limbah B3 selama 
periode sesudah ditutup.

20
10/3/2013

Sumur Injeksi
• Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di 
Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 
(hazardous wastes). 
• Pembuangan ke sumur injeksi dilakukan dengan memompakan 
limbah cair ke dalam sumur.
• Pembuangan limbah ke sumur dalam (deep well injection) 
merupakan suatu usaha membuang limbah B3, ke dalam formasi 
geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi, dan memiliki 
kemampuan mengikat limbah, seperti halnya kemampuan formasi 
tersebut menyimpan cadangan minyak dan gas bumi.
• Hal penting untuk diperhatikan adalah struktur dan kestabilan 
geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.

Pembuangan ke sumur dalam dapat dibagi menjadi 5 kelas, 
yaitu:
• Kelas I 
untuk membuang limbah B3, non B3, juga limbah rumah 
tangga (municipal waste) ke lapisan yang berada di bawah 
lapisan sumber air yang paling bawah (underground source 
of drinking water).
• Kelas II 
membuang air yang dikeluarkan  dari dalam bumi pada 
produksi minyak dan gas bumi, yang dapat pula tercampur 
dengan limbah bukan B3.
• Kelas III 
untuk menginjeksikan fluida untuk ekstraksi mineral.

• Kelas IV 
untuk pembuangan limbah yang mengandung 
radioaktif, (sumur jenis ini tidak lagi 
digunakan).
• Kelas V 
yang tidak termasuk kelas‐kelas di atas, 
biasanya untuk pembuangan limbah bukan B3 
ke dalam atau ke bagian atas lapisan sumber 
air.

PENGENDALIAN PENCEMARAN
LIMBAH CAIR

21
10/3/2013

PRELIMINARY TREATMENT



GRIT CHAMBER



Pengertian dan Fungsi :

Grit :
Fraksi organik berat dari bahan padat air limbah dengan
kepadatan relatif kira-kira 2,5 sehingga punya kecepatan
mengendap yang jauh lebih besar daripada bahan padat air
limbah organik (kira-kira 30 mm/det) dibandingkan dengan
kecepatan mengendap bahan padat air limbah organik yaitu
sebesar 3 mm/det





Grit Chamber :
unit bangunan untuk menghilangkan grit dan removal grit
ini bertujuan untuk :
Melindungi atau mencegah terjadinya gesekan pada
peralatan mekanik dan pompa akibat adanya pemakaian
yang tidak perlu dan akibat adanya abrasi
Mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa akibat adanya
endapan kasar di dalam saluran
Mencegah timbulnya efek penyemenan di dasar sludge
digester dan primary sedimentation tank
Menurunkan akumulasi material inert di dalam kolam aerasi
dan sludge digester yang akan mengurangi volume yang
dapat digunakan.

Secara umum ada 3 jenis tipe grit chamber, yaitu:
1.
Horizontal flow grit chamber
2.
Aerated grit chamber
3.
Vortex Grit Chamber

22
10/3/2013

SCREEN

HORIZONTAL FLOW GRIT CHAMBER

Merupakan unit pengolahan pendahuluan ( fisik ) dalam WWTP
• Arah alirannya horisontal
• V selalu konstan untuk tiap
level debit
• Regulator debit :
Proportional Weir
Parshal flume
parabola flume

BENTUK :
batang pararel
rods ( balok )
wires ( kawat )
grating (kisi jeruji )

LETAK :
sebelum unit pompa & grit chamber
FUNGSI :
menyisihkan material berukuran besar yang masuk ke dalam
WWTP yang dapat merusak unit-unit operasi, mengurangi
efisiensi kinerja WWTP & mencemari badan air

BAR SCREEN

BAR SCREEN
BAR RACKS :
tersusun atas batang/

SARINGAN KASAR
(COARSE SCREEN)

tongkat pararel
spasi antar batang > 15 mm
SARINGAN KASAR
( COARSE SCREEN )

BAR SCREEN

SARINGAN HALUS
( FINE SCREEN )

COARSE WOVEN WIRE MEDIA :
u / menyaring partikel kecil
media screen terletak vertikal,
screenings disisihkan ke bak
penampung
spasi antar screen : 3-20 mm
COMMINUTOR
(alat pemarut partikel yg
masuk ke kisi2 stasioner)

BAR SCREEN

Bar Racks

Lebar bukaan : 2,3 – 6,6 mm
SARINGAN HALUS
( FINE SCREEN )

efisiensi removal SS & BOD :
20 – 35%

23
10/3/2013

BAR RACKS TIPE MECHANICAL CLEANING

SEDIMENTASI I
• TUJUAN :
Meremoval partikel yang mudah mengendap dan
benda yang terapung serta mengurangi kandungan
suspended solid (Eddy& Metcalf, 2003)

• EFISIENSI REMOVAL :
50% - 70% untuk TSS & 30% - 40% untuk BOD5
• Padatan terendap  dikumpulkan o/scrapper mekanis 
hopper  sistem pengolahan lumpur

PEMBAGIAN ZONA SEDIMENTASI I
Zona sedimentasi I dibagi atas :
a. ZONA INLET  tempat memperhalus transisi aliran dari
aliran
influent ke aliran steady uniform di zona
pengendapan
b. ZONA OUTLET  tempat memperhalus transisi dari settling
zone ke aliran effluent.
c. ZONA LUMPUR tempat menampung material yang
diendapkan berupa lumpur endapan
d.
ZONA PENGENDAPAN  tempat berlangsungnya proses
pengendapan (pemisahan) partikel
dari air baku, sehingga harus bebas
terlepas dari 3 zona lainnya.

d

b

a

c

BAK SEDIMENTASI I

PENGOLAHAN LIMBAH
SECARA BIOLOGIS

SECONDARY TREATMENT

AEROBIC

ANAEROBIC

• BIOLOGICAL TREATMENT
1. SUSPENDED GROWTH
PROCESS
2. ATTACHED GROWTH
PROCESS

1. UASB (UPFLOW
ANAEROBIC SLUDGE
BLANKET)
2. RADIAL FLOW REACTOR
3. ANAEROBIC BAFFLED
REACTOR (ABR)
4. ANAEROBIC FILTER

24
10/3/2013

A
E
R
O
B
I
C
P
R
O
C
E
S
S

SUSPENDED MICROORGANISM
GROWTH
1. ACTIVATED SLUDGE (CSTR)
2. EXTENDED AERATION
3. SEQUENCING BATCH REACTOR
4. OXYDATION DITCH
5. AERATED LAGOON

AEROBIC ATTACHED

ATTACHED MICROORGANISM
GROWTH

1. TRICKLING FILTER
2. ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR

ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR
(RBC)

PENDAHULUAN
ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR
( RBC )
SISTEM PENGOLAHAN AEROBIK DENGAN MENGGUNAKAN
SERANGKAIAN BENTUK CIRCULAR ( DISK ) YAN TERBUAT DARI BAHAN
PVC / POLIMER LAINNYA YANG DISUSUN SECARA PARAREL
RBC

ATTACHED GROWTH ( PADA MEDIA PENYANGGA )
SUSPENDED GROWTH PADA REAKTOR

( BIOMASSA YG TERBENTUK PADA ATTACHED GROWTH JAUH LEBIH
BESAR DARIPADA SUSPENDED GROWTH )
DISK  MIKROPORI LAPISAN BIOSOLID DEGRADASI BIOLOGIS

PROCESS SCHEME
CHLORINE

FUNGSI ROTASI :

RECHARGE

MENGATUR MEKANISME AERASI
EFFLUENT

MENGATUR INTENSITAS KONTAK ANTARA BIOMASSA DENGAN
SUBSTRAT SEHINGGA KETEBALAN LAPISAN BIOFILM DAPAT TERJAGA

INFLUENT

RECYCLING
SLUDGE
REMOVAL

PRIMARY CLARIFIER

ROTORDISK MODULE

FINAL CLARIFIER

25
10/3/2013

TIPE – TIPE RBC :
ALIRAN PARAREL BERSUMBU
ALIRAN TEGAK LURUS BERSUMBU
STEP FEED
TAPERED FEED

TIPE – TIPE RBC :

SOME REFERENCES

TRICKLING FILTER
Denpasar – 1.5 m3/day

Sunter – 1.5 m3/day

Kebayoran – 1.5 m3/da

TRICKLING FILTER
(TF)
SISTEM PENGOLAHAN AEROBIK YANG MENGGUNAKAN
MIKRORGANISME TERLEKAT ( ATTACHED – GROWTH PROCESS )
PADA SUATU MEDIA UNTUK KEPERLUAN REMOVAL BAHAN ORGANIK
DALAM AIR LIMBAH
TIPE – TIPE

TF :  HIGH RATE
 LOW RATE

 MEDIUM RATE
 SUPER RATE / ROUGHING

SISTEM ATTACHED – GROWTH PROCESS LAINNYA:
* ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

* PACKED BED REACTOR ; AIR-SPARGED REACTOR ;
FLUIDIZED BED REACTOR ; TRICKLED BED REACTOR

26
10/3/2013

UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
MEDIA FILTER

MEDIA FILTER
DISTRIBUTOR ARM
VENTILATION RISER
UNDERDRAINS
SALURAN EFFLUEN

UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER

UKURAN MEDIA :
Ukuran diameter 25 – 10 mm
Kedalaman : 0,9 – 2,5 m ( tipikal = 1,8 m )
FUNGSI MEDIA :
SEBAGAI TEMPAT MENEMPEL / MELEKAT / TUMBUH LAPISAN
BIOFILM
KRITERIA MEDIA FILTER IDEAL :
Luas permukaan / unit volume = tinggi
Murah
Ketahanan tinggi
Porositas cukup tinggi  minimaliasi clogging
Resirkulasi Udara ok..!
TIPIKAL MEDIA : PLASTIK ; BATU

UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER

DISTRIBUTOR ARM
DESKRIPSI :

VENTILATION RISER
FUNGSI:

 JUMLAH > 2
 POROS DI TENGAH – TENGAH FILTER ; BERGERAK MEMUTAR
ARAH HORIZONTAL
 DILENGKAPI DENGAN NOZZLE UNTUK MEMERCIKKAN AIR SECARA
MERATA KE SELURUH PERMUKAAN MEDIA FILTER

UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER

MENJAMIN SUPLAI OKSIGEN TERCUKUPI UNTUK DAPAT
MEMENUHI EFISIENSI SISTEM & MENCEGAH TERJADINYA
PROSES ANAEROB AKIBAT KEKURANGAN OKSIGEN

UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER

UNDERDRAINS

SALURAN EFFLUEN

FUNGSI :
FUNGSI :
 MENANGKAP TREATED WATER DARI FILTER & PADATAN YANG
TERKELUPAS DARI MEDIA FILTER UNTUK DIALIRKAN KE BAK
PENGENDAP II

 MENGALIRKAN AIR LIMBAH TEROLAH & PADATAN YANG
TERKELUPAS DARI MEDIA FILTER, DARI UNDERDRAIN MENUJU KE
BAK PENGENDAP II

DESKRIPSI :
KRITERIA :
 MEMPUNYAI BUKAAN DI KEDUA SISI  SEHINGGA MEMUDAHKAN
PENGECEKAN JIKA SEWAKTU-WAKTU TERJADI CLOGGING

 KECEPATAN MINIMUM = 6 M / DETIK ( UNTUK MENGHINDARI
TERJADINYA CLOGGING

 MEMILIKI SLOPE MENUJU EFFLUEN YANG BERADA DI TENGAH
FILTER

27
10/3/2013

ACTIVATED SLUDGE
Proses pengolahan biologis = Proses pengolahan dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan – bahan organik dalam air buangan

AEROBIC SUSPENDED

Air buangan organik tinggi  aerasi kontinyu
organic content turun  membentuk gumpalan massa
berflokulasi (= ACTIVATED SLUDGE)  mengendap 
effluen = treated wastewater

AERATED LAGOON

OVERVIEW
AERATED LAGOON 
modifikasi dari kolam stabilisasi di daerah beriklim sedang, suplai
O2 oleh algae digunakan sebagai aerasi mekanis

MEKANISME
air limbah diolah dengan aliran kontinyu
pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi
turbulensi yang diciptakan dalam proses aerasi digunakan untuk
menjaga suspensi pertumbuhan mikroorganisme dalam lagoon
untuk pengendapan akhir, digunakan tangki
pengendapan atau kolam stabilisasi fakultatif

168

28
10/3/2013

OVERVIEW
KELEMAHAN

OXIDATION
DITCH

distribusi O2 tidak merata, bagian atas kaya O2 , bagian dasar = tanpa
O2 padatan terdekomposisi scr anaerobik & harus diremoval secara
periodik
Tanpa adanya pengendapan akhir  kandungan padatan pada efluen
mengahmbat fungsi lagun itu sendiri

APLIKASI  organic biodegradable treatment pada industri
KEUNTUNGAN 
•Tidak perlu lahan besar
•Konstruksi sederhana
•Biaya operasi berada pada rentang medium antara Activated Sludge
konvensional & kolam stabilisasi
169

Oxidation ditch = parit atau saluran berbentuk lingkaran
/ oval dilengkapi rotor untuk aerasi jangka panjang
Pertama kali dikembangkan di Belanda (1950)

REMOVAL ABILITY

KEUNTUNGAN & KERUGIAN

Rasio BOD dan BOD removal = 85 % - 90%

KEUNTUNGAN :

Rasio removal SS = 80% - 90%

• Efisiensi removal BOD / COD tinggi (90 – 95%)

Rasio removal Nitrogen = 70%
Rasio sludge generated sekitar 75 % dari BOD atau SS
removal

• Operasional sederhana
• Effluen stabil
• Pengolahan sludge lebih sederhana karena sludge yang
dihasilkan relatif sedikit & stabil
• Maintenance sederhana
• Memungkinkan terjadinya proses Nitrifikasi & denitrifikasi

29
10/3/2013

KEUNTUNGAN & KERUGIAN
KERUGIAN :
• Umumnya digunakan untuk pengolahan limbah skala kecil
• Memerlukan area luas ( dimensi saluran besar, kedalaman kecil )

SEQUENCING BATCH REACTOR
(SBR)
MENGGUNAKAN SISTEM SUSPENDED GROWTH (FILL-DRAW)
PENGGUNAAN AWAL UNTUK PENGOLAHAN LINDI
TERDIRI DARI ; TANGKI SINGULAR ( BATCH ; FILL ; REACT ;
SETTLE ; DRAW)
BERSIFAT AEROBIK DAN ANAEROBIK (JIKA DIPERLUKAN)

• Rotor sebagai penyuplai Oksigen harus dibersihkan secara periodik

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN
SEQUENCING BATCH REACTOR ( SBR)

MENGGUNAKAN SUSPENDED REACTOR YANG BERSIFAT
FLEKSIBEL
DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI BAK AERASI EKUALISASI &
SEDIMENTASI
DAPAT MEMPERLUAS SIRKULASI (JIKA SLUDGE
TREATMENT MEMERLUKAN WAKTU YANG LAMA)
DAPAT MENGGUNAKAN REAKTOR BERUKURAN KECIL &
JUMLAH > 1
BIOMASSA TIDAK PERLU DICUCI
PENGENDAPAN YANG TIDAK SEMPURNA DAPAT SEGERA
DIKENALI
DAPAT DITAMBAHKAN DENGAN PAC

Percent of :
Max. Vol
25 -100

CycleTime
25

INFLUE
N

PURPOSE / OPERATION

FILL

ADD SUBSTRAT

1. ANOXIC FILL

REACT
100

35

REACTION TIME Air on /
100

20

cycle

SETTL
E
CLARIFY

100 – 35

15

Air off

DENITRIFIKASI

Air off

REMOVE EFFLUENT
35 – 25

5

(a) INFLUEN  DIPOMPA/GRAVITASI  REACTOR :
(b) INFLUEN  PIPA MANIFOLD  KONTAK
MIKROORGANOSME
&
SUBSTRAT
AERASI
(a) MIKROORGANISM + SUBSTRAT  NITRIFIKASI &

DRAW
EFF.

TAHAPAN PENGOLAHAN

Air
on/off

2. REAKSI
(1) BIODEGRADASI BOD & NITROGEN

IDDLE
Air

WASTE SLUDGE
on/off

30
10/3/2013

TAHAPAN PENGOLAHAN

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM

Uniform Influent Distributor

3. PENGENDAPAN
 PEMISAHAN SOLID & PEMBUANGAN SUPERNATAN SBG
EFFLUEN

4. PENUANGAN
5. IDLE TIME

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM

SBR

Jet Aerator

Coarse Bubble Diffuser
 Diffuser dipasang dalam pipa
distribusi udara & dialirkan
melalui orifice besar
( diameter : 1 – 2 inch )

 Pemasangan pipa berlubang
terkalibrasi untuk
pendistribusian secara seragam
ke bawah SBR selama
proses isi & tuang

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM

SBR

Jet Mixing System

 Sistem aerasi yang terdiri atas:
pompa resirkulasi ; manifold ;
venturi & blower

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM

SBR

 Sistem venturi, pipa manifold,
pompa jet

SBR

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM

SBR

Uniform Sludge Collector
 Pipa orifice mengambil kelebihan
lumpur

31
10/3/2013

ANAEROBIC BAFFLED REACTOR

GENERAL DESCRIPTION








ANAEROBIC BAFFLED REACTOR

ANAEROBIC BAFFLED REACTOR
ADVANTAGES ( Barber & Stuckey, 1999 )

ZONE CLASSIFICATION
1.

Acidification Zone
Occurred mostly on intial compartment
Volatile fatty acid ( VFA) formation  decrease pH
value
Buffer capacity increased, pH value = increased

2. Methanation Zone
Methane gas produced
3. Buffer Zone
Determined to stabilize the process

High rate reactor firstly developed by Bahman & Mc Carty
Consists of several compartments producing gaseous,
designed by using several vertical baffles couraging upflow
by activated sludge which allowed contact between
microorganism & wastewater
Bacterias tend to grow, move & settle horizontally within
each compartment, low velocity, increase Solid Retention
Time (SRT) equal to 100 days on Hydraulic Retention Time
(HRT) equal to 20 hours
Less HRT  minimizer reactor size  less O&M cost
Consists of 3 zone :
 Acidification Zone
 Methanation Zone
 Buffer Zone

1.

2.

Construction
a. simply design
b. no need mechanical mixing
c. minimize clogging
d. minimize sludge bed expansion
e. low construction cost
f. low O & M cost
Biomassa
a. no need biomass with special settling
b. low sludge growth
c. high SRT
d. no need fixed medium / solid settling chamber
e. no need gaseous / sludge separation

32
10/3/2013

ANAEROBIC
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR
ADVANTAGES ( Barber & Stuckey, 1999 )
3.

Operational
a. Low HRT
b. allowed intermittent operational
c. stabil hydraulic shock loading
d. long operational without sludge disposal

UPFLOW ANAEROBIC SLUDGE BLANKET

UASB

UASB

PRINSIP UMUM
•Aliran dalam reaktor = aliran vertikal ke atas ( up flow )
•Sludge untuk mendegradasi bahan organik dalam air buangan berada di
dasar reaktor
• influen

dasar reaktor

Gas Solid Liquid Separator

mengalir ke atas (upflow)
Gas ditampung GLSS, sludge kembali
ke zona sludge blanket, air limbahdipompa
ke ke outlet

KEUNTUNGAN
•Beban Loading tinggi
•Waktu detensi lebih rendah u/ skala anaerobik
•Tidak perlu suplai Oksigen / hemat biaya
•Dapat mereoval PO4 ( fosfat ) & NH3 ( Nitrat ) menjadi gas N2 melalui
proses denitrifikasi

SLUDGE TREATMENT
INTRODUCTION
THICKENING
STABILIZATION
DEWATERING
SKEMA REAKTOR UASB

DISPOSAL

33
10/3/2013

2. THICKENING

1. PENDAHULUAN
4. Dewatering
1.Thickening

Lumpur
dari proses
pengolahan

THICKENING

5. Disposal
1. Vacum
Filter
2. Filter press
3. Horizontal
Belt Filter
4. Centrifuga tion
5. Drying beds

1. Gravity
2. Flotation
3. Centrifugation

2. Stabilization
1. Chlorine
Oxidation
2. Lime
Stabilization
3. Heat treatment
4. Aerobic Digestion
5. Anaerobic Digestion

1.Land
application
2.Composting
3.Land Filling
4.Incineration
5.Recalcinatio

3. Conditioning

GRAVITY

1. Chemical
2. Elutriation
3. Heat
treatment

FLOTATION

CENTRIFUGE

2. 2. FLOTATION THICKENER

2. 1. GRAVITY THICKENER

MEKANISME :
Gelembung udara dilarutkan dengan
tekanan tinggi  tekanan dibebaskan
gelembung udara naik  menempel
pada gumpalan lumpur naik ke
permukaan atas bak lumpur
terkonsentrasi & tersisihkan

VARIABEL UTAMA :
TIPIKAL UNIT GRAVITY THICKENER
TUJUAN :

TIPIKAL UNIT FLOTASI

MENGKONSENTRASI SOLIDS UNDERFLOW & MEREDUKSI VOLUME
LUMPUR

•Rasio resirkulasi
•Konsentrasi solids influen
•Rasio udara/solids
•Kecepatan pembebanan hidrolis
TEKANAN TIPIKAL :
50 – 70 lb2 / in2
(345 – 483 kPa, atau 3,4 – 4,8 atm)

SOLID BOWL DECANTER

2. 3. CENTRIFUGATION

DESKRIPSI :
•Centrifuge ini dapat
digunakan pada tahapan
thickening maupun
dewatering.
•Merupakan percepatan dari
proses sedimentasi dengan
bantuan gaya sentrifugal.
dan bekerja secara kontinyu

CENTRIFUGATION

SOLID BOWL
DECANTER

BASKET TYPE

NOZZLE
SEPARATOR

34
10/3/2013

Clarifier

4. DEWATERING
DEWATERING

VACCUUM
FILTER

PRESSURE FILTER

SAND DRYING BED

Teknologi Membran:
• Keunggulan proses membran:
 Separasi dapat dilakukan secara kontinu
 Konsumsi energi umumnya rendah
 Dapat dikombinasikan dengan mudah dengan proses
lainnya (hybrid processing)
 Tidak diperlukan pengubahan fase medium
 Penggandaan skala (up-scaling) mudah
 Sifat membran bersifat variable dan dapat dikendalikan
 Tanpa bahan tambahan

TEKNOLOGI MEMBRAN

Proses Membran
Relatif baru  terus
berkembang
Genenasi pertama:
 Mikrofiltrasi (MF)
 Ultrafiltrasi (UF)
 Nanofiltrasi (NF)
 Reverse Osmosis (RO)
 Eletrodialisis (ED)
 Membrane Electrolysis (ME)

Fluks Tipikal untuk MF, UF, NF dan RO
Generasi Kedua:
Separasi gas (GS)
Vapour Permeation
(VP)
Pervaporation (PV)
Membrane Distillation
(MD)
Membrane Contactor
(MC)

Proses
Membran

Tekanan
(bar)

Permeabilitas
(L.m-2.hr-1.bar-1)

MF

0,1 – 2,0

> 50

UF

1,0 – 5,0

10 – 50

NF

5,0 – 20

1,4 – 12

RO

10 - 100

0,05 – 1,4

35
10/3/2013

Perbandingan MF, UF, NF dan RO
MF

UF

NF/RO

1000

Perbedaan Tekanan (bar)

Pemisahan partikel
100

Pemisahan makromolekul

Pemisahan larutan BM
rendah (garam, glukosa,
laktosa, mikropolutan

Tekanan osmostik dapat
diabaikan (tanpa polarisasi
konsentrasi)

Tekanan osmotik dapat
diabaikan

Tekanan osmotik tinggi (1 –
25 bar)

Tenakan transmembran
rendah (< 2 bar)

Tenakan transmembran
rendah (1-10 bar)

Tenakan transmembran tinggi
(10 - 60 bar)

Reverse
Osmosis
Nano-

10

filtrasi
Ultrafiltrasi
Mikrofiltrasi

1

Struktur membran simetrik
atau asimetrik

Filtrasi

0,1
0,0001

0,001

0,01

0,1

Ukuran Partikel/Molekul (

1

10

100

 m)

Struktur membran asimetrik

Sruktur membran asimetrik

Ketebatal layer pemisah:
Simetrik: 10 – 150 m
Asimetrik: 1 m

Ketebatal layer pemisah
aktual: Simetrik: 0,1 –1,0 m

Ketebatal layer pemisah
aktual: Simetrik: 0,1 –1,0 m

Pemisahan akibat perbedaan
ukuran partikel

Pemisahan akibat perbedaan
ukuran

Pemisahan akibat perbedaab
kelarutan dan difusivitas

Mikrofiltrasi (MF)
 MF dapat memisahkan
partikel berukuran > 0,05
m
 Bahan berukuran < 0,05
m (garam/ion, gula &
protein) melewati
membran MF

Padatan
tersuspensi,
sel/biomass, koloid
Membran

 Ukuran pori: 0,08 – 10
Air
m Tekanan : 0,1 – 3 bar

Membran MF (summary):
Membran:

Simetris atau asimetris

Ketebalan:

0,05 – 10 m

Driving force:

Tekanan (< 2 bar)

Prinsip separasi:

Ultrafiltrasi (UF)

10 – 150 m

Ukuran Pori:

Mekanisme penyaringan

Bahan membran

Polimer atau keramik

Aplikasi:

Aplikasi analitis, sterilisasi (pangan, minuman,
farmasi, klsrifikasi minuman (juice, bir, wine),
pemisahan sel/biomassa/bioreaktor, air ultrabersih, recovery metal sebagai oksida atau
hidroksida koloid, fermentasi kontinu,
pemisahan emulsi air-minyak, waste-water
treatment, plasma-pheresis

Garam/ion,
Makromolekul











UF dapat memisahkan
bahan berukuran > 0,005
m (BM > 1000 Da)
UF dan MF adalah identik,
hanya membran UF
asimetris  membarn lebih
dense
Molekul berukuran kecil
(garam/ion, dan gula) dapat
melewati membran UF
Aliran permeat dapat
digambarkan dengan pers.
Konseny-Carmen
Tekanan: 1 – 10 bar

.

Partikel
dan
Makromolekul

Membran

Air

Garam
-garaman gula
/ion,

36
10/3/2013

Membran UF (Summary):
Membran

Asimetris

Ketebalan

Nonofiltrasi (NF)

 150 m

Ukuran pori

.
Partikel,
makromolekul,
ion bivalen

1 – 100 nm

Driving force

Tekanan (1 – 10 bar)

Prinsip Pemisahan

Mekanisme penyaringan

Bahan membran

Polimer (e.g. polysulfone, polyacrylonitrile)
Keramik (e.g. Zirconium oxide, aluminium oxide)

Aplikasi

Industri susu (milk, whey, cheese making), industri pangan
(pati, protein), klarifikasi minuman, pemisahan emulsi minyakair, recovery electropaint, dan produk/produk samping,
farmasi (enzym, antibiotik, pyrogen), water/ wasteater
treatment, daur-ulang air, disinfeksi, penghilangan minyak,

Membran
Air

Ion bervalensi satu










Terletak diantara UF dan RO
Tekanan: 10 – 35 bar
Dapat memisahkan ion dwivalensi (Mg2+ dan Ca2+),
penghilangan kesadahan
MWCO: > 250 Da
Tipikal rejeksi (5 bar, 200 ppm):
60 % NaCl, 80 %, Ca(CO3)2, 98
% MgSO4, Glukosa, Sukrosa
Aplikasi:Pemisahkan gula
(sumber C-eksternal), eliminasi
warna, TOC, TDS, dan
kesadahan, logam berat

membran-bioreaktor

NF (Summary):
Membran

Sublayer  150 m; toplayer  1 m

Ukuran pori



Komposit

Ketebalan

Hiperfiltrasi/Reverse Osmosis (RO)

< 2 nm

Driving force

Tekanan (10 – 25 bar)

Prinsip
Pemisahan



Solution-diffusion




Bahan membran Polyamide (interfacial polymerization)
Aplikasi

Desalinasi air payau, penyisihan
mikropolutan, pelunakan air, wastewater
treatment, retensi pewarna (industry
tekstil)

Reverse osmosis/Hiperfiltasi (Summary):
Membran

Asimetris atau Komposit

Ketebalan

Sublayer  150 m; toplayer  1 m

Ukuran pori

< 2 nm

Driving force

Tekanan: air payau 15 – 25 bar; air laut: 40 –
80 bar

Prinsip Pemisahan

Solution-diffusion

Bahan membran

Cellulose triacetate, aromatic polyamide,
polyamide dan poly(ether urea) (interfacial
polymerizaztion)

Aplikasi

Desalinasi air payau/air laut, produksi air ultrabersih (industri lektronik), pengkonsentrasian
juice atau gula, milk penyisihan mikropolutan,
wastewater treatment

Membran non-porous,
hampir hanya air yang
dapat melewati membran
RO
Garam/ion dan bahan
organik > 50 Da dapat
dihalangi membran RO
Tekanan: 20-60 bar, tetapi
dapat juga s/d 200 bar
Aplikasi: penanganan
leachate, penghilangan
logam berat, gram-graman,
dan bahan organik sintetik

.

Nanofiltrasi dan Reverse Osmosis
Larutan

RO

NF

Ion monovalen (Na,
K, Cl, NO3-

> 90 %

< 50 %

Ion bivalen (Ca, Mg,
SO42-, CO32-

> 99 %

> 90 %

Bakteri dan virus

> 99 %

< 99 %

Microsolute (BM >
100)

> 90 %

> 50 %

Microsolute (BM <
100

0 – 99 %

0 – 50 %

37
10/3/2013

BAHAN MEMBRAN
• Bahan Organik (Polimer):
– Polimer untuk Membran berpori
– Polimer untuk membran tak-berpori

Kelebihan dan Kekurangan Membran
Anorganik
Kelebihan

• Bahan anorganik:
–
–
–
–

Membran keramik
Membran gelas
Membran metal (termasuk karbon)
Membran zeolit

Daur-ulang krom dari limbah cair industri penyamakan kulit

Instalasi (perspektif)

•Tahan terhadap panas
• Tahan terhadap bahan kimia
• Tahan lama
• Ukuran pori dapat lebih mudah dikendalikan
• Dapat dibackwashing

Kekurangan • Sifat keras dan kaku, menuntut konstruksi

khusus
• Biaya investasi tinggi
• Ketahanan terhadap temperatur sering dibatasi
oleh bahan pengedap pada sambungansambungan modul atau sistem perpipaan

Membran UF

Proses pengolahan tingkat lanjut
yang umum dilakukan adalah:
1.
2.

3.
4.
5.

6.

Penghilangan Besi dan Mangan
Water Softening dengan pengendapan
kimia
Penukar ion
Adsorpsi
Proses membran termasuk osmosis
balik
Oksidasi termasuk oksidasi kimia

38
10/3/2013

PEMILIHAN TEKNOLOGI
•

• Tahap terakhir dari unit pengolah limbah
adalah disposal lumpur yang dihasilkan dari
masing‐masingnya yang dapat ditempatkan
dengan sistem landfills, incenerated, applied 
to land, atau digunakan untuk
mengkondisikan tanah yang dalam
penanganannya juga harus
mempertimbangkan dampak lingkungan dari
pembuangan tersebut.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Banyak teknologi yang mungkin dikembangkan untuk
menangani air limbah, maka berbagai pertimbangan perlu
diperhatikan secara teliti sebelum teknologi tersebut dipilih.
Pertimbangan tersebut meliputi :
Sumber limbah cair ( asal limbah )
Karakter limbah ( kualitatif dan kuantitatif )
Daya dukung lingkungan menerima beban limbah
Ketersediaan lahan
Ketersediaan dana / pertimbangan finansial
Ketersediaan tenaga ahli
Ketersediaan peralatan pengolah dipasaran bebas / bengkel
konstruksi setempat.

39

More Related Content

What's hot

Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)Nurul Afdal Haris
 
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udaraMakalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udaraZainal Abidin
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriAgus Adipura
 
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran LingkunganPresentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran LingkunganAal Katanya
 
Makalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkunganMakalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkunganrayyanqisya
 
Makalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan SolusinyaMakalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan SolusinyaNurul Afdal Haris
 
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Yabniel Lit Jingga
 
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran LingkunganPencemaran Lingkungan
Pencemaran Lingkunganaudi15Ar
 
Pengertian lingkungan
Pengertian lingkunganPengertian lingkungan
Pengertian lingkunganEly Yuliati
 
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Sinesyaazzura
 
Isu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkunganIsu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkunganNova Ci Necis
 

What's hot (20)

Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian I)
 
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udaraMakalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
 
Tugas hukum lingkungan
Tugas hukum lingkunganTugas hukum lingkungan
Tugas hukum lingkungan
 
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran LingkunganPresentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
 
Makalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkunganMakalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkungan
 
Makalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan SolusinyaMakalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
 
Sejarah kesling
Sejarah keslingSejarah kesling
Sejarah kesling
 
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran LingkunganPencemaran Lingkungan
Pencemaran Lingkungan
 
Pengertian lingkungan
Pengertian lingkunganPengertian lingkungan
Pengertian lingkungan
 
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
 
Konsep kesling
Konsep keslingKonsep kesling
Konsep kesling
 
Isu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkunganIsu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkungan
 
Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkunganMakalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkunganKarya ilmiah dampak pencemaran lingkungan
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan
 

Viewers also liked

Rekayasa lingkungan
Rekayasa lingkunganRekayasa lingkungan
Rekayasa lingkunganEly Laily
 
Pencemaran lingkungan medtek
Pencemaran lingkungan medtekPencemaran lingkungan medtek
Pencemaran lingkungan medteknurlaelahjamil
 
Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan
Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan
Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan Isran Jaya
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiamun farid
 
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Nurul Afdal Haris
 
Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2
Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2
Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2Jaka Pamungkas
 
BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )
BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )
BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )Zayyin Nihayah
 
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Rizka Lubis
 
Effluent Treatment Plant(ETP)
Effluent Treatment Plant(ETP)Effluent Treatment Plant(ETP)
Effluent Treatment Plant(ETP)Nishith Tripathi
 

Viewers also liked (15)

Rekayasa lingkungan
Rekayasa lingkunganRekayasa lingkungan
Rekayasa lingkungan
 
Rekayasa Lingkungan
Rekayasa LingkunganRekayasa Lingkungan
Rekayasa Lingkungan
 
Pencemaran lingkungan medtek
Pencemaran lingkungan medtekPencemaran lingkungan medtek
Pencemaran lingkungan medtek
 
Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan
Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan
Persentase konsep dasar pengetahuan lingkungan
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimia
 
PENCEMARAN
PENCEMARANPENCEMARAN
PENCEMARAN
 
Sewage treatement plant
Sewage treatement plantSewage treatement plant
Sewage treatement plant
 
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
 
MARPOL Annex IV & Sewage Treatment Plant
MARPOL Annex IV & Sewage Treatment PlantMARPOL Annex IV & Sewage Treatment Plant
MARPOL Annex IV & Sewage Treatment Plant
 
Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)
Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)
Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)
 
Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2
Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2
Pengertian amdal (andal, rkl, rpl) 2
 
Materi amdal
Materi amdalMateri amdal
Materi amdal
 
BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )
BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )
BUKU PENCEMARAN LINGKUNGAN ( YAni Sutriyani )
 
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
 
Effluent Treatment Plant(ETP)
Effluent Treatment Plant(ETP)Effluent Treatment Plant(ETP)
Effluent Treatment Plant(ETP)
 

Similar to Bahan Rekayasa Lingkungan

4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Amdal compatibility-mode
Amdal compatibility-modeAmdal compatibility-mode
Amdal compatibility-modeWahyu Nuryanto
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEka Iriadenta
 
Pelingkupan permen 08 tahun 2006
Pelingkupan permen 08 tahun 2006Pelingkupan permen 08 tahun 2006
Pelingkupan permen 08 tahun 2006raysa hasdi
 
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptx
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptxIDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptx
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptxpuspaidiputra
 
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.pptTopic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.pptmustiatin7
 
Ilmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizarIlmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizarnizar amody
 
AUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.pptAUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.pptary-red78
 
7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkungan7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkunganAgus Candra
 
Pengertian proses-manfaat amdal
Pengertian proses-manfaat amdalPengertian proses-manfaat amdal
Pengertian proses-manfaat amdalAry Ajo
 
Tata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptx
Tata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptxTata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptx
Tata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptxMuhammadAldin9
 
deepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptxdeepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptxcemjakarta
 
makalah-produksi-bersih-docx
makalah-produksi-bersih-docxmakalah-produksi-bersih-docx
makalah-produksi-bersih-docxFerryFerdian16
 

Similar to Bahan Rekayasa Lingkungan (20)

4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Amdal compatibility-mode
Amdal compatibility-modeAmdal compatibility-mode
Amdal compatibility-mode
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdal
 
9. audit-lingkungan
9. audit-lingkungan9. audit-lingkungan
9. audit-lingkungan
 
Pelingkupan permen 08 tahun 2006
Pelingkupan permen 08 tahun 2006Pelingkupan permen 08 tahun 2006
Pelingkupan permen 08 tahun 2006
 
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptx
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptxIDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptx
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN (METODE & CONTOH DAMPAK_new 2019.pptx
 
Bacaan hari ini
Bacaan hari iniBacaan hari ini
Bacaan hari ini
 
Metodologi AMDAL
Metodologi AMDALMetodologi AMDAL
Metodologi AMDAL
 
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.pptTopic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
 
Ilmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizarIlmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizar
 
AUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.pptAUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
 
7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkungan7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkungan
 
Pengertian proses-manfaat amdal
Pengertian proses-manfaat amdalPengertian proses-manfaat amdal
Pengertian proses-manfaat amdal
 
Week 06.a adkl
Week 06.a   adklWeek 06.a   adkl
Week 06.a adkl
 
Rekling08 amdal
Rekling08 amdalRekling08 amdal
Rekling08 amdal
 
Tata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptx
Tata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptxTata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptx
Tata-Laksana-Penilaian-Amdal-Sasongko.pptx
 
deepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptxdeepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptx
 
makalah-produksi-bersih-docx
makalah-produksi-bersih-docxmakalah-produksi-bersih-docx
makalah-produksi-bersih-docx
 
Amdal pak anam
Amdal pak anamAmdal pak anam
Amdal pak anam
 
Tugas artikel kpli
Tugas artikel kpliTugas artikel kpli
Tugas artikel kpli
 

More from Mawar 99

SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRMawar 99
 
SIKLUS ALAM
SIKLUS ALAMSIKLUS ALAM
SIKLUS ALAMMawar 99
 
REKAYASA PEMURNIAN AIR
REKAYASA PEMURNIAN AIRREKAYASA PEMURNIAN AIR
REKAYASA PEMURNIAN AIRMawar 99
 
PRINSIP DASAR
PRINSIP DASARPRINSIP DASAR
PRINSIP DASARMawar 99
 
PERANAN OKSIGEN
PERANAN OKSIGENPERANAN OKSIGEN
PERANAN OKSIGENMawar 99
 
PENCEMARAN UDARA
PENCEMARAN UDARAPENCEMARAN UDARA
PENCEMARAN UDARAMawar 99
 
PENCEMARAN SUMBER DAYA AIR
PENCEMARAN SUMBER DAYA AIRPENCEMARAN SUMBER DAYA AIR
PENCEMARAN SUMBER DAYA AIRMawar 99
 
PENCEMARAN BUNYI
PENCEMARAN BUNYIPENCEMARAN BUNYI
PENCEMARAN BUNYIMawar 99
 
LIMBAH PADAT
LIMBAH PADATLIMBAH PADAT
LIMBAH PADATMawar 99
 
LIMBAH INDUSTRI
LIMBAH INDUSTRILIMBAH INDUSTRI
LIMBAH INDUSTRIMawar 99
 
LIMBAH DOMESTIK
LIMBAH DOMESTIKLIMBAH DOMESTIK
LIMBAH DOMESTIKMawar 99
 
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGANFAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGANMawar 99
 
DAMPAK KESEHATAN
DAMPAK KESEHATANDAMPAK KESEHATAN
DAMPAK KESEHATANMawar 99
 
DC Water Design Extension Manual
DC Water Design Extension ManualDC Water Design Extension Manual
DC Water Design Extension ManualMawar 99
 
Inptools Manual
Inptools ManualInptools Manual
Inptools ManualMawar 99
 
EPANET Programmer's Toolkit
EPANET Programmer's ToolkitEPANET Programmer's Toolkit
EPANET Programmer's ToolkitMawar 99
 
EPANET 2 Users Manual
EPANET 2 Users ManualEPANET 2 Users Manual
EPANET 2 Users ManualMawar 99
 
Buku Manual Program EPANET Versi Bahasa Indonesia
Buku Manual Program EPANET Versi Bahasa IndonesiaBuku Manual Program EPANET Versi Bahasa Indonesia
Buku Manual Program EPANET Versi Bahasa IndonesiaMawar 99
 
Buku Modul Kuliah Pancasila
Buku Modul Kuliah PancasilaBuku Modul Kuliah Pancasila
Buku Modul Kuliah PancasilaMawar 99
 

More from Mawar 99 (19)

SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIR
 
SIKLUS ALAM
SIKLUS ALAMSIKLUS ALAM
SIKLUS ALAM
 
REKAYASA PEMURNIAN AIR
REKAYASA PEMURNIAN AIRREKAYASA PEMURNIAN AIR
REKAYASA PEMURNIAN AIR
 
PRINSIP DASAR
PRINSIP DASARPRINSIP DASAR
PRINSIP DASAR
 
PERANAN OKSIGEN
PERANAN OKSIGENPERANAN OKSIGEN
PERANAN OKSIGEN
 
PENCEMARAN UDARA
PENCEMARAN UDARAPENCEMARAN UDARA
PENCEMARAN UDARA
 
PENCEMARAN SUMBER DAYA AIR
PENCEMARAN SUMBER DAYA AIRPENCEMARAN SUMBER DAYA AIR
PENCEMARAN SUMBER DAYA AIR
 
PENCEMARAN BUNYI
PENCEMARAN BUNYIPENCEMARAN BUNYI
PENCEMARAN BUNYI
 
LIMBAH PADAT
LIMBAH PADATLIMBAH PADAT
LIMBAH PADAT
 
LIMBAH INDUSTRI
LIMBAH INDUSTRILIMBAH INDUSTRI
LIMBAH INDUSTRI
 
LIMBAH DOMESTIK
LIMBAH DOMESTIKLIMBAH DOMESTIK
LIMBAH DOMESTIK
 
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGANFAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
 
DAMPAK KESEHATAN
DAMPAK KESEHATANDAMPAK KESEHATAN
DAMPAK KESEHATAN
 
DC Water Design Extension Manual
DC Water Design Extension ManualDC Water Design Extension Manual
DC Water Design Extension Manual
 
Inptools Manual
Inptools ManualInptools Manual
Inptools Manual
 
EPANET Programmer's Toolkit
EPANET Programmer's ToolkitEPANET Programmer's Toolkit
EPANET Programmer's Toolkit
 
EPANET 2 Users Manual
EPANET 2 Users ManualEPANET 2 Users Manual
EPANET 2 Users Manual
 
Buku Manual Program EPANET Versi Bahasa Indonesia
Buku Manual Program EPANET Versi Bahasa IndonesiaBuku Manual Program EPANET Versi Bahasa Indonesia
Buku Manual Program EPANET Versi Bahasa Indonesia
 
Buku Modul Kuliah Pancasila
Buku Modul Kuliah PancasilaBuku Modul Kuliah Pancasila
Buku Modul Kuliah Pancasila
 

Recently uploaded

Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 

Recently uploaded (20)

Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 

Bahan Rekayasa Lingkungan

  • 1. 10/3/2013 OUTLINE KULIAH REKAYASA LINGKUNGAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN DAMPAK 1. 2. 3. 4. 5. PENGANTAR IDENTIFIKASI DAMPAK PREDIKSI DAMPAK TEKNOLOGI BERSIH TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMAR – Limbah Gas – Limbah Padat – Limbah Cair Dampak Suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. PENGANTAR TEKNOLOGI PENGENDALIAN DAMPAK Perubahan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha / kegiatan (Dampak Penting) Teknologi Pengendalian Dampak Matriks Teknologi Pengendalian Dampak • Seluruh aspek yang berkaitan dengan teknologi yang dipergunakan (state of the art)  dalam proses dan kegiatan mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi,  pengelolaan limbah dan pengelolaan produk pasca penggunaan, yang dipertimbangkan mempunyai dampak pada lingkungan. Input Proses Proses Produksi Pengelolaan Limbah Pasca Produksi  (Teknologi) bahan yang terkait dengan proses  Jenis dan karakteristik teknik unit-proses  Pengolahan Limbah padat dari proses dan pendukung kegiatan  Recovery bahan dari produk pasca penggunaan (limbah)  Pewadahan dan Transportasi bahan baku  Unit pendukung proses untuk air,udara,energy system  Pengolahan limbah cair dari proses dan pendukung kegiatan  Pengolahan dan pemusnahan bahan off-spec dan kadaluawarsa  Storage: stock system, layout dan flow  Flow process: system, layout dan flow  Pengendalian pencemaran udara dan kebisingan  Pengelolaan kemasan  Pengelolaan sludge dan limbah B3 1
  • 2. 10/3/2013 PELINGKUPAN MERUPAKAN SUATU PROSES AWAL (DINI) UNTUK MENENTUKAN LINGKUP PERMASALAHAN DAN MENGIDENTIFIKASI DAMPAK PENTING (HIPOTESIS) YANG TERKAIT DENGAN SUATU RENCANA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN IDENTIFIKASI DAMPAK 1. Langsung mengarah pada hal-hal yang menjadi pokok bahasan secara mendalam; 2. Menghindari konflik & tertundanya proyek; 3. EFISIENSI terhadap BIAYA, TENAGA, WAKTU; 4. Penyusunan ANDAL dapat lebih terarah berkat adanya kejelasan: * lingkup studi/kajian; * kedalaman studi; * strategi pelaksanaan studi. MANFAAT Proses Pelingkupan: Dampak 1.Identifikasi dampak potensial (mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup: primer, skunder, tersier dst yang secara potensial akan timbul). Gali dan kembangkan melalui berbagai sumber, seperti: pemrakarsa, masyarakat, pakar, instansi pemerintah, pustaka, tinjauan proyek serupa. Dampak Penting Hipotetis merupakan Salah Satu Hasil Proses Pelingkupan Deskripsi Rencana Kegiatan 2.Evaluasi dampak potensial (menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang tidak relevan atau tidak penting, sehingga didapat dampak pentig hipotetik). PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK Rona Lingkungan Hidup 3. Klasifikasi dan prioritas dampak penting Hipotetis (mengelompokkan dampak penting hipotetik yang telah dirumuskan sehingga diperoleh klasifikasi dan prioritas dampak penting hipotetik) Identifikasi Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Klasifikasi & Prioritas HASIL DAN PROSES PELINGKUPAN HASIL-HASIL PELINGKUPAN 1. Prioritas dampak penting hipotetik thd lingkungan hidup yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam ANDAL 2. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administrasi. 3. Batas waktu kajian sebagai dasar melakukan prakiraan perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa proyek dan adanya proyek. 4. Kedalaman studi ANDAL (metode, jumlah sampel, tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan dana dan waktu. DAMPAK PENTING HIPOTETIK DAMPAK POTENSIAL DESKRIPSI KEGIATAN IDENTIFIKASI DPK POTENSIAL 1. KOMPONEN KEGIATAN YG HARUS DITELAAH EVALUASI D. PTG 2. KOMPONEN LH YG POTENSIAL BERDAMPAK PENTING 3. MASALAH LINGKUNGAN YG AKAN TERKENA DAMPAK PENTING LINGKUP STUDI SCOPPING KLASIFIKASI & PRIORITAS 4. PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI 5. PENENTUAN METODA RONA LINGKUNGAN 6. PENENTUAN LINGKUP PAKAR 7. PENENTUAN LINGKUP WAKTU 8. PENENTUAN BIAYA STUDI 1. TELAAH PUSTAKA; 2. METODA PENDEKATAN SOSIAL; 3. ANALOGI; 4. DAFTAR UJI; 5. MATRIK INTERAKSI SEDERHANA; 6. BAGAN ALIR; 7. ANALISIS ISI; 8. INTERAKSI KELOMPOK. 2
  • 3. 10/3/2013 EVALUASI DAMPAK POTENSIAL IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL Langkah Identifikasi Dampak KLASIFIKASI & PRIORITAS DPK. PNTNG RUANG LINGKUP, KEDALAMAN, DAN STRATEGI PELAKSANAAN STUDI: 1. Batas Wilayah Studi 2. Jenis Data & Informasi 3. Jumlah sampel 4. Lokasi Pengamatan/Pengukuran 5. Metode Analisis Data 6. Metode Prakiraan & Evaluasi DP 7. Tenaga ahli yang dibutuhkan Identifikasilah: 1. Rencana kegiatan 2. Tipe Ekosistem 3. Fungsi Ekosistem 4. Komponen Lingkungan Metode ? METODE IDENIFIKASI DALAM PELINGKUPAN 1. 2. 3. 4. Telaah Pustaka Interaksi Kelompok Daftar Uji (checklist). Overlay (tumpang (McHarg) 5. Bagan Alir (flow diagram) 6. Matrik Interaksi (Sederhana, Leopold,Battelle). 7. Analisis Isi 8. Metoda ad hoc PREDIKSI DAMPAK 1) Komponen kegiatan penyebab dampak dan komponen lingkungan terkena dampak; 2) Batas wilayah studi: proyek, ekologis, sosial, dan administratif; 3) Metode pengumpulan dan analisis data; metode prakiraan dan evaluasi dampak penting; tenaga ahli yang diperlukan. Dampak Kegiatan Kriteria Dampak DAMPAK & AMDAL PP No.27 tahun 1999 pasal 5 DAMPAK =  pengaruh pada sesuatu akibat suatu perbuatan DAMPAK LH = pengaruh perubahan pada LH yang disebabkan oleh  suatu usaha &/ kegiatan UU 23/1997 Bab I Pasal 1 Butir 20 : L  H PROYEK KRITERIA DAMPAK ? BESAR & PENTINGNYA DAMPAK DINILAI DARI : 1. 2. 3. 4. 5. 6. JUMLAH MANUSIA YANG TERKENA DAMPAK LUAS WILAYAH PERSEBARAN DAMPAK INTENSITAS & LAMANYA DAMPAK BERLANGSUNG BANYAKNYA KOMPONEN LAIN YANG TERKENA  DAMPAK SIFAT KUMULATIF DAMPAK BERBALIK (REVERSIBLE) ATAU TIDAK BERBALIKNYA  DAMPAK PERLU TELAAHAN  YANG CERMAT ATAS  FAKTA DI LAPANG  AMDAL  KERUGIAN MATERIAL & NON‐MATERIAL 3
  • 4. 10/3/2013 Metoda prediksi dampak:   Metoda formal, terdiri atas: – Model prakiraan cepat, – Model matematika, – Model fisis, – Model eksperimental. Metoda informal, dapat dilakukan secara: – Intuitif, – Pengalaman, – Analogi. Pabrik Plastik PT. Innan, Semarang Model Pendugaan Emisi Dan Penyebaran Polutan Di Atmosfir • • • Box Model Rollback Model Gaussian Model Metoda Formal:   Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan dampak merupakan pendekatan dengan model dan perhitungan matematik. Hubungan sebab akibat yang merepresentasikan dampak rencana kegiatan terhadap komponen/subkomponen/parameter lingkungan akan dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk rasio-rasio kuantitatif dan model-model matematik. Pabrik Gula Rendeng, Kudus Box Model Static layer of air Height, h Emission rate Length of box, w Wind speed, U Gambar Udara yang Terencerkan dari Box Model yang Sederhana 4
  • 5. 10/3/2013 Asumsi :  Model paling sederhana, keadaan selalu tetap : emisi, kecepatan angin dan karakteristik udara  Pelepasan polutan tercampur sempurna  Polutan udara secara kimia stabil  Laju emisi polutannya konstan, P (massa/waktu)  Memasuki suatu volume udara ambien yang bergerak pada satu arah yang tetap, U  Udara yang bergerak dibatasi dari atas oleh lapisan udara yang stabil pada ketinggian, h  Udara yang bergerak juga dibatasi oleh arah tegak lurus terhadap kecepatan angin  Model ini menggambarkan suatu lembah di manan udara melewati suatu daerah (zona) dengan lebar, w, yang terbentuk dari dua baris bukit. • Konsentrasi Polutan yang dilepaskan ke udara ambien : C = P/(U h w) – – – – – C = konsentrasi polutan j, ppm U = kecepatan angin, dianggap konstan, m/jam P = laju emisi polutan j, µg/detik h = tinggi kolom udara, m w = lebar kolom udara, m • Jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol) C= [P . t / (x w h)] – x = panjang kolom udara, m – t = waktu emisi, detik  Pendekatan sederhana untuk menduga emisi yang mempengaruhi kualitas udara ambien Rollback Model  Asumsi : kP + b  Jumlah total polutan yang dilepas di suatu daerah pada suatu waktu tertentu (p) mempunyai hubungan linier dengan konsentrasi pada titik tertentu  c = kp + b  c : konsentrasi polutan, µg/m3 b : background level Mass of emissions per unit time, P  b : background concentration (emisi = 0), µg/m3  k = konstanta empirik  Nilai k : Hubungan Linier Antara Emisi dan Konsentrasi pada Rollback Model  k = (c – b)/p C : konsentrasi partikulat dekat stasiun pengukuran, µg/m3 Gaussian Model • Model penyebaran yang paling banyak digunakan • Dapat menentukan konsentrasi di beberapa titik ruang • Asumsi : – – – – Laju emisi polutan konstant Kecepatan dan arah angin rerata konstant Sifat kimia senyawa stabil dan tidak berubah di udara Daerah sekitar sumber pencemar adalah datar dan terbuka Gaussian Model  Rumus umum untuk 3 dimensi  Konsentrasi di permukaan tanah (z=0) • Diturunkan dari Hukum Kekekalan Massa dalam bentuk persamaan differensial + adveksi dan difusi • Konsentrasi polutan searah angin (downwind) • Sistem koordinat 3 dimensi 5
  • 6. 10/3/2013 INPUT AIR i‐1 i I+1 DISSOLVED INFLOW DESORPSI SUSPENDED LOAD BESI TERSERAP BESI TERLARUT DISSOLVED OUTFLOW ADSORPSI DEPOSISI RESUSPENSI DIFUSI SUSPENDED LOAD  OUTFLOW DESORPSI LAPISAN AKTIF  SEDIMEN BESI TERLARUT BESI TERSERAP ADSORPSI Sumber: Schnoor (1996) Sumber: Schnoor (1996) Persamaan Umum Transport Polutan Persamaan Angkutan Polutan EFDC Suku advektif,  dengan u dan v komponen  kecepatan arah x dan y Kecepatan perubahan  konsentrasi Cw (konsentrasi  polutan rata‐rata kedalaman) Difusi Turbulen Dengan t = eddy diffusity dalam  arah horizontal.  Suku source/sink konstituen dimana λ1 = koefisien penguraian,  λ2 = koefisien laju kehilangan akibat  sedimentasi dan penyerapan,   Cwc= laju penambahan polutan akibat  resuspensi,  Cwrs=kontribusi dari  source/sink input dimana: C adalah massa dari kontaminan yang terlarut per total volume unit.  cS  adalah massa dari kontaminan yang terserap pada tiap kelas sedimen i,  cD adalah massa dari kontaminan yang terserap pada material j per unit massa dari  material terlarut.   adalah porositas. S dan D adalah Konsentrasi sedimen dan material terlarut  6
  • 7. 10/3/2013 Contoh Aplikasi GIS Sta. 6+300 Baku Mutu FeD • Pengukuran infiltrasi dalam studi ini menggunakan model KINEROS, yang berorientasi pada kejadian  atau peristiwa, model ini dipakai untuk menjelaskan proses intersepsi, infiltrasi, limpasan permukaan dan erosi untuk DPS dengan skala kecil (≤100 km2), keluaran atau hasil dari model  KINEROS ini adalah tampilan berupa peta zoning dari parameter yang dikehendaki yaitu infiltrasi,  limpasan permukaan, sedimentasi dan debit aliran puncak Contoh Aplikasi GIS TEKNOLOGI BERSIH • Software AVSWAT 2000 adalah program yang berbasis SIG yang bekerja sebagai  ekstensi (Graphical User Interface) dalam Software Arc View.  Program AVSWAT  2000 dirancang khusus dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah‐ masalah yang ada di dalam suatu DAS.  Salah satu di antaranya adalah  memprediksi kandungan nutrisi dari lahan dan badan sungai di suatu DAS Pengertian Teknologi Bersih UNEP : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi, produk dan jasa sehingga meningkatkan eko efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan Mencakup upaya peningkatan efesiensi dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku, energi dan sumber daya lainnya sehingga mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses Teknologi Produksi Pengendalian Sumber Pencemar Penggunaan Kembali Perubahan Material Input Penggunaan Kembali Pengendalian Sumber Pencemar •Penggantian produk •Penghematan produk •Perubahan komposisi produk •Pemurnian material •Penggantian material Daur Ulang •Pengembalian ke proses asal •Penggantian bahan baku untuk proses lain Pengambilan Kembali •Proses untuk mendapatkan kembali bahan asal •Proses untuk memperoleh produk sampel proses lain Perubahan Teknologi Tata Cara Operasi •Pengubahan proses •Pengubahan tata letak, peralatan atau perpipaan •Automasi peralatan •Pengubahan tatanan dan ketentuan operasi •Tindakan prosedural •Pencegahan kehilangan •Sistem manajemen •Pemisahan aliran limbah •Peningkatan penanganan material •Penjadwalan produksi 7
  • 8. 10/3/2013 Program 6R CONTOH PROSES PRODUKSI BERSIH LAPIS LISTRIK DALAM INDUSTRI LAPIS LISTRIK TIDAK DAPAT DIHINDARI ADANYA BUANGAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Refine, memurnikan atau menghilangkan kontaminan dari bahan baku atau bahan pembantu Reduce, mengurangi kebutuhan bahan baku secara stokiometri proses sehingga mengurangi limbah Reuse, pemakaian kembali bahan baku/pembantu proses untuk proses yang serupa Recycle, pemakaian kambali bahan baku/pembantu dan hasil samping proses untuk proses yang berbeda Recovery, pengambilan kembali meterial yg masih memiliki nilai tambah Retrive to Energi, merubah material sisa proses menjadi sumber energi Manfaat : penghematan biaya dan meningkatkan daya saing produk di pasar ekspor MINIMASI LIMBAH INDUSTRI LAPIS LISTRIK MENGAPA BUANGAN HRS DIKURANGI DAN DIOLAH?  Pengontrolan terhadap saluran pembuangan akhir sangat sulit dilakukan  Limbah dapat menyebabkan hujan asam dan penipisan lapisan ozon  Dari sudut ekonomi       Memenuhi aturan yang makin ketat Memberi kesan baik pada masyarakat sekitar pabrik tentang pelestarian lingkungan. 1.PENGURANGAN PADA SUMBER Pada larutan elektrolit       PENGURANGAN PADA SUMBER PEMANFAATAN ULANG PENGOLAHAN LIMBAH PEMBUANGAN Mengurangi biaya pengolahan buangan Memperbaiki pengoperasian pabrik Mengurangi risiko pertanggungjwban Menaikkan daya saing    Larutan elektrolit mengandung logam2 berat dengan konsentrasi tinggi, seperti: sianida dan senyawa racun lainnya Larutan jarang dibuang dan dipakai kembali pada proses lain Kualitas larutan elektrolit:perlu penggantian unsur2 kimia dan berkurang secara periodik Pembersihan pada pengotor yang masuk Air pembilas          Pengaturan tangki2 pembilasan Pengaturan selang waktu selama setelah benda kerja dibilas Pengaturan volume air pembilas Konsentrasi larutan yang menempel pada benda kerja Temperatur air pembilas Bentuk benda kerja Posisi benda kerja pada rak Waktu penirisan antara bak pelapis dengan bak pembilas Tujuan minimasi air pembilasan: mengurangi volume Artinya: mengurangi jumlah limbah cair yang beracun 2. PEMANFAATAN ULANG    Air pembilas dapat didaur ulang dengan 2 cara yaitu: Sistem rangkaian tertutup: Cara ini mengurangi penggunaan air dan vol air buangan (Gambar 1)    Sistem rangkaian terbuka: Air keluaran yang telah diolah, dikembalikan ke sistem pembilasan kemudian ditambahkan air agar pembilasan lebih baik (Gambar 2)    3. PENGOLAHAN LIMBAH Limbah dari industri lapis listrik ada 2: Limbah padat dan limbah cair 1. LIMBAH PADAT: Limbah padat dari pengerjaan awal: gerinda, debu logam dan debu abrasiv, baju kerja bekas dan kemasan bekas unsur kimia  Dampak limbah padat: penyakit silikosis pada paru-paru  Penanggulangan:  contoh daur ulang: air pembilas pada proses pembersihan asam dipakai kembali sebagai proses pembersihan lemak menghemat air + 50-67% dari pembilasan biasa (Gambar 3)   Pekerja pakai masker penutup hidung dan kaca mata pelindung Pasang alat penangkap/penghisap debu (dust collector) di depan alat pemoles dan gerinda Ada sirkulasi udara dan ruang kerja beratap tinggi 8
  • 9. 10/3/2013 2. LIMBAH CAIR:  Mengandung zat-zat kimia berbahaya seperti: Senyawa krom, nikel, tembaga, sulfat, klorida, sianida serta zat-zat organik seperti lemak dan minyak 1. PENGOLAHAN SENYAWA CHROM Pengolahan krom valensi 6  ada 3 cara: 2. PENGOLAHAN PELAPISAN LOGAM-LOGAM BERAT  Dengan cara pengendapan, di mana senyawa logam dirubah menjadi hidroksida logam yang tidak mudah larut dengan cara penambahan zat pengendap seperti: kapur atau sodium hidroksida      Cara reduksi cr6+ menjadi cr3+ (paling banyak dipakai) Cara pengikatan ion cr6+ dalam resin penukar anion Cara pengentalan (penguapan) ion cr6+ dan cr3+ Pengolahan krom valensi 3   Proses pengendapan dengan kapur atau soda kostik pada cr6+ Cara resin penukar kation (ion exchange) atau cr3+ diikat dalam resin 3. PENGOLAHAN SENYAWA TEMBAGA Pengendapan sebagai hidroksida atau sulfida dengan kapur dan mengatur Ph  Pengikatan ion Cu dgn resin penukar kation  Dengan penguapan dan elektrolisa (utk Cu kadar tinggi)  4. PENGOLAHAN SENYAWA NIKEL 1. 2. 3. Pengendapan sebagai hidroksida dengan kapur atau soda kostik atau dengan ferrosulfat Cara resin penukar kation Cara penguapan dan osmosis balik 5. PEMBUANGAN  Lahan bekas industri lapis listrik mempunyai tingkat pencemaran tinggi, tergantung pada: 1. 2. Penggunaan unsur kimia Jumlah ceceran yang jatuh 5. PENGOLAHAN SENYAWA SENG    Pengendapan hidroksida dengan kapur/soda kostik Cara resin penukar kation Cara penguapan Apabila lahan akan dipergunakan untuk keperluan lain, perlu dilakukan proses pengolahan khusus Limbah TEKNOLOGI PENGENDALIAN  PENCEMARAN Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya (Ginting, 2007).  9
  • 10. 10/3/2013 Pengelolaan Limbah/waste management Pengelolaan Limbah/waste management Waste management is the collection, transport,  processing or disposal, managing and monitoring of  waste materials. The term usually relates to materials  produced by human activity, and the process is generally  undertaken to reduce their effect on health, the  environment or aesthetics. Waste management is a distinct practice from resource  recovery which focuses on delaying the rate of  consumption of natural resources. The management of  wastes treats all materials as a single class, whether solid,  liquid, gaseous or radioactive substances, and tried to  reduce the harmful environmental impacts of each  through different methods Source: wikipedia Source: wikipedia Pendapat Anda? Pendapat Anda? Pengendalian Pencemaran   Pengendalian kegiatan yang mengancam lingkungan ini terdiri atas kegiatan pengendalian pemanfaatan sumber dan pencemaran berupa pengendalian pencemaran lingkungan, penyusutan pencemaran [pollution mitigation] atau penanggulangan pencemaran [pollution abatement]. Pengendalian pencemaran adalah melindungi lingkungan penerima beban dari kegiatan manusia dengan cara penurunan volum limbah dan penurunan konsentrasi zat pencemar baik limbah fasa gas atau limbah fasa cair. Peraturan Pemerintah No: 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Ketentuan Umum: 1. Pencemaran udara masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. 2. Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. 3. Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. 10
  • 11. 10/3/2013 lanjutan 4. Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara lanjutan ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. 5. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah kadar maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan kedalam udara ambien. 6. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya kedalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. 7. Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik. Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara (mengurangi emisi dari partikulat dan gas) Mekanisme pengendalian : - Partikulat : secara fisik (penyaringan, perbedaan medan magnet, penangkapan, dll) - Gas : secara kimiawi (pelarutan, penyerapan, dll) Faktor pertimbangan pemilihan •Jenis proses produksi yang akan dikendalikan •Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan •Kelembaban dan temperatur inlet •Jenis partikulat yang akan dikumpulkan •Konsentrasi debu pada inlet •Volume inlet 8. Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat. pasal 16 Jenis Peralatan PPU •ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (EP) •SEPARATOR (SIKLON) •WET SCRUBBER •FABRIC FILTER (BAGHOUSES) Electrostatic Precipitator (EP) Bekerja berdasarkan medan listrik yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan muatan listrik. Keuntungan : • Memiliki penurunan tekanan yang konstan dan kinerja bervariasi. • Menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi, walaupun untuk partikulat yang sangat kecil. • Tahan terhadap kehilangan tekanan. • Dapat beradaptasi untuk suatu kondisi yang ekstrim seperti temperatur yang berfluktuasi secara ekstrim. • Perawatan relatif mudah. Kerugian : • Biaya kapital tinggi. • Tdk dpt menangani polusi gas. • Perlu tempat yang luas dalam instalasi. Electrostatic Precipirator 11
  • 12. 10/3/2013 Siklon APLIKASI EP Boiler batu bara  Peleburan logam  Industri semen  Boiler biomas (ampas tebu, cangkang sawit, dsb)  Incenerator  Boiler bahan bakar residu  Siklon Bekerja berdasarkan gaya centrifugal dimana udara  yang masuk secara tangensial  Keuntungan : • harganya cukup murah, • tidak banyak bagian-bagian yang berputar, dan • dapat digunakan dalam segala kondisi suhu operasi. Kerugian : • Hanya untuk ukuran partikel tertentu (relatip besar); • Baku mutu konsentrasi partikulat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah tidak dapat dipenuhi hanya dgn menggunakan siklon karena effisiensi 65 % untuk diameter partikel 40 micron Cyclone Spray Chamber Cyclone spray chamber Scrubber Partikulat • Scrubber dianggap sebagai alat penangkap partikulat dengan sistim basah. • Alat ini mengumpulkan partikulat melalui kontak langsung dengan cairan (air). • Banyak sekali desain scrubber yang ada di pasaran, jenisnya kebanyakan diklasifikasikan berdasarkan cairan yang digunakan untuk memisahkan partikulat dengan udaranya. 12
  • 13. 10/3/2013 Fabric Filter Fabric filter berdasarkan teknik pembersihaannya dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu : •reverse-air, •shaker dan •pulse-jet. Keuntungan : • Efisiensinya cukup tinggi untuk partikulat yang kecil. • Dapat dioperasikan pd kondisi partikulat berbeda-beda. • Dapat dioperasikan dlm volume alir yang berbeda-beda. • Kehilangan tekanan relatip rendah. Shaker baghouse Kerugiannya: • Memerlukan lantai yang luas. • Material fabrics dapat rusak bila beroperasi pada suhu yang tinggi, dan juga korosi. • Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist). • Kadang-kadang dapat terbakar atau meledak. Pulse jet baghouse PENGENDALIAN PENCEMARAN Limbah Padat 13
  • 14. 10/3/2013 PENGOLAHAN SAMPAH COMPOSTING Fisika  Aerobik  Perbandingan C:N  25:1 – 35:1  Sampah organik basah tinggi N  Sampah organik kering tinggi C  Terkadang diperlukan: Pembakaran  insinerator Kimia Desinfeksi Biologi Komposting  aerob Anaerobic digester Landfill Campuran kompos sebagai bibit m.o Tambahan gula, sisa buah-buahan sebagai sumber gula sederhana untuk mempercepat pertumbuhan m.o.  Kelembaban dipertahankan 55 – 70% TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) LAHAN URUG SANITER (LUS) CONTROLED LANDFILL (LUT) Sanitary Landfill Tidak terjadi pencemaran air Tidak terjadi perkembangan vektor penyakit Polusi udara Pencemaran estetika Gangguan-gangguan lingkungan Sampah tertutup tanah setiap akhir hari kerja Terhindar dari limpasan air hujan Dilakukan ± 30 tahun  proses dekomposisi selesai (produksi gas berhenti) Pengurugan dilakukan 1 minggu sekali / tidak setiap hari 14
  • 15. 10/3/2013 INCINERATION  Infectious, un recover/un recyclable general waste  Operational Parameters:  Burning rate (pound/hour), heating value (Btu/pound), heat release value (Btu/cubic feet per hour)  Alternatives:  Controlled-air incinerators  Rotary-kiln incinerators  Air Pollution Controls  Wet Scrubbers: impaction of particles with countercurrent flow reactor  Dry Scrubbers: Reacting particles and gases in spray-dryer section, collection of particles in a baghouse collectoR PENGENDALIAN PENCEMAR LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DEFINISI KLASIFIKASI Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah: • Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,  kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3) B3 dapat diklasifikasikan : (PP no. 74 tahun 2001) 1. mudah meledak (explosive); 2. pengoksidasi (oxidizing); 3. sangat mudah sekali menyala (extremely  flammable); 4. sangat mudah menyala (highly flammable); 5. mudah menyala (flammable); 6. amat sangat beracun (extremely toxic); 7. sangat beracun (highly toxic); 8. beracun (moderately toxic); 9. berbahaya (harmful); 15
  • 16. 10/3/2013 KLASIFIKASI PENGELOLAAN LIMBAH B3 10.korosif (corrosive); 11.bersifat iritasi (irritant); 12.berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the  environment); 13.karsinogenik (carcinogenic); 14.teratogenik (teratogenic); 15.mutagenik (mutagenic). Pengelolaan Limbah B3 • from cradel to grave (mulai dari penghasil sampai  pada penimbunan) • Pengelolaan limbah B3 meliputi penghasil,  penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,  pemanfaatan, pengolahan dan  penimbunan/pembuangan akhir • Tujuan pengelolaan limbah B3: Melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah  pencemaran lingkungan  PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENGHASIL from cradel to grave PENYIMPANAN PENGUMPUL TPS*) PENGUMPUL PENGHASIL PENGANGKUTAN PEMANFAAT TPS (WASTE EXCHANGE) PENIMBUN Limbah yang tidak habis bereaksi, dll TPS PENGOLAH (treatment & disposal)) PEMANFAATAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN *) Abu incenerator, Sisa/hasil reaksi kimia, dll Tempat Penyimpanan Sementara PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENGELOLAAN LIMBAH B3 On‐site treatment  • Penanganan atau pengolahan limbah B‐3  dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri. • Teknologi pengolahan setempat (on‐site)  dilaksanakan dengan menggunakan salah satu  atau beberapa jenis teknologi berikut: Off‐site treatment  • Penanganan atau pengolahan limbah padat  atau lumpur B‐3 dilaksanakan oleh pihak  ketiga di pusat pengolahan limbah industri.  • Pengolahan oleh pihak ketiga (off‐site)  dilaksanakan dengan menggunakan sekaligus  beberapa teknologi‐teknologi seperti pada on‐ site treatment. – chemical conditioning – Incineration (metode thermal) – solidification  (stabilisasi), dll 16
  • 17. 10/3/2013 PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENGELOLAAN LIMBAH B3 Penyimpanan limbah B3 • Penyimpanan bersifat sementara • Lokasi  – bebas banjir. – tdk rawan bencana,  – diluar kawasan lindung • Kemasan – Bentuk dan bahan wadah disesuaikan dengan  karakteristik limbah – Simbol & label (PerMenLH No. 3 tahun 2008) PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENGELOLAAN LIMBAH B3 PENGELOLAAN LIMBAH B3 Pengolahan limbah B3 • adalah proses untuk mengubah karakeristik dan komposisi  limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat  bahaya dan/atau sifat racun • Dilakukan dengan perlakuan kimia, fisika, biologi atau  pembakaran. • Bergantung karakterisasi limbah dan kemampuan limbah  B3 untuk diolah. • Tujuan pengolahan limbah B3: – Mengurangi atau menghilangkan efek racun (detoksifikasi) – Merubah bahan berbahaya menjadi bahan yang ramah  lingkungan – Mempersiapkan tahapan pengolahan berikutnya. 17
  • 18. 10/3/2013 PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA Reduksi kimia.  • Pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari  kontaminan beracun diubah untuk menurunkan  sifat racun kontaminan beracun diubah untuk  menurunkan sifat racun limbah atau  memperbaiki karakteristik limbah untuk diolah.  • Contoh: Chrom hexavalent dari electroplating  direaksikan dengan natrium bisulfit menghasilkan  chrom trivalent tidak beracun, selanjutnya  dialihkan ke tangki pengendapan sebagai sludge  hidroksida Oksidasi kimiawi.  • Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan  limbah diubah untuk mengurangi sifat  racunnya secara keseluruhan.  • Contoh : Cianida dioksidasikan dengan sodium  hipochlorid menghasilkan karbon dioksida dan  nitrogen sebagai hasil samping yang kemudian  dilepaskan ke atmosfir PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA Netralisasi dan pengendapan.  • Netralisasi adalah, pH larutan limbah B3  dinetralkan menggunakan basa, zat‐zat yang  terlarut diendapkan/ dikeluarkan dari larutan  sebagai hidroksida.  • Proses ini digunakan untuk melepaskan logam  berat dari air limbah Pemisahan berdasarkan gaya berat.  • Pada proses ini gaya berat digunakan untuk  memisahkan padatan tersuspensi dari  larutan/cairan.  • Zat  padat akan mengendap di dasar tangki  pengendapan (sedimentasi) di tempat  pengumpulannya. STABILISASI/SOLIDIFIKASI STABILISASI/SOLIDIFIKASI Stabilisasi/Solidifikasi • Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum  "dikubur", dipadatkan terlebih dahulu dengan  cara :  Stabilisasi/Solidifikasi • Stabilisasi adalah pencampuran limbah dengan  aditif untuk menurunkan laju migrasi pencemar  dan mengurangi toksisitas. • Solidifikasi adalah pemadatan B‐3 dengan  penambahan aditif. • Kedua proses ini saling terkait, sehingga istilah  ‘stabilisasi dan solidifikasi’ sering dianggap  mempunyai arti yang sama. • Pada ‘stabilisasi dan solidifikasi’, interaksi limbah  dan aditif terjadi secara fisika atau kimia.  – Mencampur limbah B3 dengan bahan semen sehingga  terjadi pengerasan. Proses ini disebut juga dengan  istilah sementara.  – Mencampur limbah B3 dengan aspal, sehingga terjadi  pemadatan.  • Limbah yang dipadatkan ini kemudian dibuang ke  TPA "khusus"  18
  • 19. 10/3/2013 STABILISASI/SOLIDIFIKASI STABILISASI/SOLIDIFIKASI • Interaksi kimia lebih diinginkan karena bahan  pencemar yang terikat bersifat lebih stabil. • Keluaran proses ini adalah limbah yang  bersifat lebih stabil atau padat, sehingga  memenuhi syarat untuk dibuang ke land fill,  sesuai dengan aturan yang berlaku. Teknis Pelaksanaan : • Macroencapsulation  limbah B‐3 dibungkus dalam matriks struktur  yang lebih besar. • Microencapsulation  seperti pada macroencapsulation tetapi B‐3  terbungkus secara fisik dalam struktur kristal  tingkat mikroskopik. STABILISASI/SOLIDIFIKASI PEMBAKARAN (INSENERASI) • Precipitation Logam berat yang terlarut dalam limbah dapat dipisahkan  dengan cara mengubah sifatnya sehingga kelarutannya  menjadi lebih kecil, proses ini yang dikenal dengan  presipitasi. • Adsorpsi  yaitu proses di mana bahan pencemar diikat  secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui  mekanisme adsorpsi. • Absorpsi  adalah solidifikasi bahan pencemar dengan  menyerapnya ke bahan padat. • Detoxification  yaitu proses yang mengubah suatu senyawa  beracun menjadi senyawa lain yang tingkat racunnya lebih  rendah atau hilang sama sekali. Pembakaran (Insenerasi) • Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon,  hidrogen dan oksigen dapat juga mengandung  halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat.  • Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan  diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan  senyawa anorganik, tingkat senyawa organik  akan berkurang.  • Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah  hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).  PEMBAKARAN (INSENERASI) Pengolahan Limbah B3  dengan menggunakan  incenerator 19
  • 20. 10/3/2013 PEMBAKARAN (INSENERASI) PENIMBUNAN LIMBAH B3 Kelebihan  • menghancurkan berbagai senyawa organik dengan  sempurna  • memerlukan lahan yang relatif kecil • Dari pertimbangan di atas ada tiga kategori  lahan urug yaitu : Kekurangan • operator harus yang sudah terlatih.  • biaya investasi lebih tinggi  • potensi emisi pencemar udara ke atmosfir lebih besar  bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan  operasional. Kategori dan Sistem Landfill Limbah B3 Gambar 1. Aplikasi Landfill Kategori I Gb 1. Penampang Tegak Landfill Kategori I Aliran air yang  meresap ke tanah TEMPAT PENIMBUNAN  (LANDFILL KAT I) Gambar 2. Aplikasi Landfill Kategori II Gambar 3. Aplikasi Landfill Kategori III Gb 2. Penampang Tegak Landfill Kategori II – Kategori I (secured landfill double liner) – Kategori II (secured landfill single liner) – Kategori III (landfill clay liner) PENIMBUNAN LIMBAH B3 Rancang Bangun Lahan Urug B3 Bagian dasar  • Terdiri  atas tanah setempat, lapisan dasar, sistem  deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem  pengumpulan dan pemindahan lindi, dan lapisan  pelindung. • Bagian dasar lahan urug harus mampu menahan  resapan air dari luar serta menahan ekspansi limbah B3  ke lingkungan sekitar dan mengakomodasi lindi yang  timbul. Lindi kemudian dikumpulkan untuk diolah lebih  lanjut di lokasi pengolahan limbah cair. Gb 3. Penampang Tegak Landfill Kategori III Bagian penutup  • Terdiri  dari tanah penutup perantara, tanah  tudung penghalang, tudung geomembran,  pelapis tudung drainase, pelapis tanah untuk  tumbuhan dan vegetasi penutup. • Bagian penutup berfungsi meminimumkan  infiltrasi air permukaan, mencegah kontaminasi  aliran air dan terutama untuk menjamin  keamanan lingkungan akibat limbah B3 selama  periode sesudah ditutup. 20
  • 21. 10/3/2013 Sumur Injeksi • Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di  Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3  (hazardous wastes).  • Pembuangan ke sumur injeksi dilakukan dengan memompakan  limbah cair ke dalam sumur. • Pembuangan limbah ke sumur dalam (deep well injection)  merupakan suatu usaha membuang limbah B3, ke dalam formasi  geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi, dan memiliki  kemampuan mengikat limbah, seperti halnya kemampuan formasi  tersebut menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. • Hal penting untuk diperhatikan adalah struktur dan kestabilan  geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Pembuangan ke sumur dalam dapat dibagi menjadi 5 kelas,  yaitu: • Kelas I  untuk membuang limbah B3, non B3, juga limbah rumah  tangga (municipal waste) ke lapisan yang berada di bawah  lapisan sumber air yang paling bawah (underground source  of drinking water). • Kelas II  membuang air yang dikeluarkan  dari dalam bumi pada  produksi minyak dan gas bumi, yang dapat pula tercampur  dengan limbah bukan B3. • Kelas III  untuk menginjeksikan fluida untuk ekstraksi mineral. • Kelas IV  untuk pembuangan limbah yang mengandung  radioaktif, (sumur jenis ini tidak lagi  digunakan). • Kelas V  yang tidak termasuk kelas‐kelas di atas,  biasanya untuk pembuangan limbah bukan B3  ke dalam atau ke bagian atas lapisan sumber  air. PENGENDALIAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR 21
  • 22. 10/3/2013 PRELIMINARY TREATMENT  GRIT CHAMBER   Pengertian dan Fungsi : Grit : Fraksi organik berat dari bahan padat air limbah dengan kepadatan relatif kira-kira 2,5 sehingga punya kecepatan mengendap yang jauh lebih besar daripada bahan padat air limbah organik (kira-kira 30 mm/det) dibandingkan dengan kecepatan mengendap bahan padat air limbah organik yaitu sebesar 3 mm/det    Grit Chamber : unit bangunan untuk menghilangkan grit dan removal grit ini bertujuan untuk : Melindungi atau mencegah terjadinya gesekan pada peralatan mekanik dan pompa akibat adanya pemakaian yang tidak perlu dan akibat adanya abrasi Mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa akibat adanya endapan kasar di dalam saluran Mencegah timbulnya efek penyemenan di dasar sludge digester dan primary sedimentation tank Menurunkan akumulasi material inert di dalam kolam aerasi dan sludge digester yang akan mengurangi volume yang dapat digunakan. Secara umum ada 3 jenis tipe grit chamber, yaitu: 1. Horizontal flow grit chamber 2. Aerated grit chamber 3. Vortex Grit Chamber 22
  • 23. 10/3/2013 SCREEN HORIZONTAL FLOW GRIT CHAMBER Merupakan unit pengolahan pendahuluan ( fisik ) dalam WWTP • Arah alirannya horisontal • V selalu konstan untuk tiap level debit • Regulator debit : Proportional Weir Parshal flume parabola flume BENTUK : batang pararel rods ( balok ) wires ( kawat ) grating (kisi jeruji ) LETAK : sebelum unit pompa & grit chamber FUNGSI : menyisihkan material berukuran besar yang masuk ke dalam WWTP yang dapat merusak unit-unit operasi, mengurangi efisiensi kinerja WWTP & mencemari badan air BAR SCREEN BAR SCREEN BAR RACKS : tersusun atas batang/ SARINGAN KASAR (COARSE SCREEN) tongkat pararel spasi antar batang > 15 mm SARINGAN KASAR ( COARSE SCREEN ) BAR SCREEN SARINGAN HALUS ( FINE SCREEN ) COARSE WOVEN WIRE MEDIA : u / menyaring partikel kecil media screen terletak vertikal, screenings disisihkan ke bak penampung spasi antar screen : 3-20 mm COMMINUTOR (alat pemarut partikel yg masuk ke kisi2 stasioner) BAR SCREEN Bar Racks Lebar bukaan : 2,3 – 6,6 mm SARINGAN HALUS ( FINE SCREEN ) efisiensi removal SS & BOD : 20 – 35% 23
  • 24. 10/3/2013 BAR RACKS TIPE MECHANICAL CLEANING SEDIMENTASI I • TUJUAN : Meremoval partikel yang mudah mengendap dan benda yang terapung serta mengurangi kandungan suspended solid (Eddy& Metcalf, 2003) • EFISIENSI REMOVAL : 50% - 70% untuk TSS & 30% - 40% untuk BOD5 • Padatan terendap  dikumpulkan o/scrapper mekanis  hopper  sistem pengolahan lumpur PEMBAGIAN ZONA SEDIMENTASI I Zona sedimentasi I dibagi atas : a. ZONA INLET  tempat memperhalus transisi aliran dari aliran influent ke aliran steady uniform di zona pengendapan b. ZONA OUTLET  tempat memperhalus transisi dari settling zone ke aliran effluent. c. ZONA LUMPUR tempat menampung material yang diendapkan berupa lumpur endapan d. ZONA PENGENDAPAN  tempat berlangsungnya proses pengendapan (pemisahan) partikel dari air baku, sehingga harus bebas terlepas dari 3 zona lainnya. d b a c BAK SEDIMENTASI I PENGOLAHAN LIMBAH SECARA BIOLOGIS SECONDARY TREATMENT AEROBIC ANAEROBIC • BIOLOGICAL TREATMENT 1. SUSPENDED GROWTH PROCESS 2. ATTACHED GROWTH PROCESS 1. UASB (UPFLOW ANAEROBIC SLUDGE BLANKET) 2. RADIAL FLOW REACTOR 3. ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR) 4. ANAEROBIC FILTER 24
  • 25. 10/3/2013 A E R O B I C P R O C E S S SUSPENDED MICROORGANISM GROWTH 1. ACTIVATED SLUDGE (CSTR) 2. EXTENDED AERATION 3. SEQUENCING BATCH REACTOR 4. OXYDATION DITCH 5. AERATED LAGOON AEROBIC ATTACHED ATTACHED MICROORGANISM GROWTH 1. TRICKLING FILTER 2. ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) PENDAHULUAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR ( RBC ) SISTEM PENGOLAHAN AEROBIK DENGAN MENGGUNAKAN SERANGKAIAN BENTUK CIRCULAR ( DISK ) YAN TERBUAT DARI BAHAN PVC / POLIMER LAINNYA YANG DISUSUN SECARA PARAREL RBC ATTACHED GROWTH ( PADA MEDIA PENYANGGA ) SUSPENDED GROWTH PADA REAKTOR ( BIOMASSA YG TERBENTUK PADA ATTACHED GROWTH JAUH LEBIH BESAR DARIPADA SUSPENDED GROWTH ) DISK  MIKROPORI LAPISAN BIOSOLID DEGRADASI BIOLOGIS PROCESS SCHEME CHLORINE FUNGSI ROTASI : RECHARGE MENGATUR MEKANISME AERASI EFFLUENT MENGATUR INTENSITAS KONTAK ANTARA BIOMASSA DENGAN SUBSTRAT SEHINGGA KETEBALAN LAPISAN BIOFILM DAPAT TERJAGA INFLUENT RECYCLING SLUDGE REMOVAL PRIMARY CLARIFIER ROTORDISK MODULE FINAL CLARIFIER 25
  • 26. 10/3/2013 TIPE – TIPE RBC : ALIRAN PARAREL BERSUMBU ALIRAN TEGAK LURUS BERSUMBU STEP FEED TAPERED FEED TIPE – TIPE RBC : SOME REFERENCES TRICKLING FILTER Denpasar – 1.5 m3/day Sunter – 1.5 m3/day Kebayoran – 1.5 m3/da TRICKLING FILTER (TF) SISTEM PENGOLAHAN AEROBIK YANG MENGGUNAKAN MIKRORGANISME TERLEKAT ( ATTACHED – GROWTH PROCESS ) PADA SUATU MEDIA UNTUK KEPERLUAN REMOVAL BAHAN ORGANIK DALAM AIR LIMBAH TIPE – TIPE TF :  HIGH RATE  LOW RATE  MEDIUM RATE  SUPER RATE / ROUGHING SISTEM ATTACHED – GROWTH PROCESS LAINNYA: * ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) * PACKED BED REACTOR ; AIR-SPARGED REACTOR ; FLUIDIZED BED REACTOR ; TRICKLED BED REACTOR 26
  • 27. 10/3/2013 UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER MEDIA FILTER MEDIA FILTER DISTRIBUTOR ARM VENTILATION RISER UNDERDRAINS SALURAN EFFLUEN UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER UKURAN MEDIA : Ukuran diameter 25 – 10 mm Kedalaman : 0,9 – 2,5 m ( tipikal = 1,8 m ) FUNGSI MEDIA : SEBAGAI TEMPAT MENEMPEL / MELEKAT / TUMBUH LAPISAN BIOFILM KRITERIA MEDIA FILTER IDEAL : Luas permukaan / unit volume = tinggi Murah Ketahanan tinggi Porositas cukup tinggi  minimaliasi clogging Resirkulasi Udara ok..! TIPIKAL MEDIA : PLASTIK ; BATU UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER DISTRIBUTOR ARM DESKRIPSI : VENTILATION RISER FUNGSI:  JUMLAH > 2  POROS DI TENGAH – TENGAH FILTER ; BERGERAK MEMUTAR ARAH HORIZONTAL  DILENGKAPI DENGAN NOZZLE UNTUK MEMERCIKKAN AIR SECARA MERATA KE SELURUH PERMUKAAN MEDIA FILTER UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER MENJAMIN SUPLAI OKSIGEN TERCUKUPI UNTUK DAPAT MEMENUHI EFISIENSI SISTEM & MENCEGAH TERJADINYA PROSES ANAEROB AKIBAT KEKURANGAN OKSIGEN UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER UNDERDRAINS SALURAN EFFLUEN FUNGSI : FUNGSI :  MENANGKAP TREATED WATER DARI FILTER & PADATAN YANG TERKELUPAS DARI MEDIA FILTER UNTUK DIALIRKAN KE BAK PENGENDAP II  MENGALIRKAN AIR LIMBAH TEROLAH & PADATAN YANG TERKELUPAS DARI MEDIA FILTER, DARI UNDERDRAIN MENUJU KE BAK PENGENDAP II DESKRIPSI : KRITERIA :  MEMPUNYAI BUKAAN DI KEDUA SISI  SEHINGGA MEMUDAHKAN PENGECEKAN JIKA SEWAKTU-WAKTU TERJADI CLOGGING  KECEPATAN MINIMUM = 6 M / DETIK ( UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA CLOGGING  MEMILIKI SLOPE MENUJU EFFLUEN YANG BERADA DI TENGAH FILTER 27
  • 28. 10/3/2013 ACTIVATED SLUDGE Proses pengolahan biologis = Proses pengolahan dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan bahan – bahan organik dalam air buangan AEROBIC SUSPENDED Air buangan organik tinggi  aerasi kontinyu organic content turun  membentuk gumpalan massa berflokulasi (= ACTIVATED SLUDGE)  mengendap  effluen = treated wastewater AERATED LAGOON OVERVIEW AERATED LAGOON  modifikasi dari kolam stabilisasi di daerah beriklim sedang, suplai O2 oleh algae digunakan sebagai aerasi mekanis MEKANISME air limbah diolah dengan aliran kontinyu pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi turbulensi yang diciptakan dalam proses aerasi digunakan untuk menjaga suspensi pertumbuhan mikroorganisme dalam lagoon untuk pengendapan akhir, digunakan tangki pengendapan atau kolam stabilisasi fakultatif 168 28
  • 29. 10/3/2013 OVERVIEW KELEMAHAN OXIDATION DITCH distribusi O2 tidak merata, bagian atas kaya O2 , bagian dasar = tanpa O2 padatan terdekomposisi scr anaerobik & harus diremoval secara periodik Tanpa adanya pengendapan akhir  kandungan padatan pada efluen mengahmbat fungsi lagun itu sendiri APLIKASI  organic biodegradable treatment pada industri KEUNTUNGAN  •Tidak perlu lahan besar •Konstruksi sederhana •Biaya operasi berada pada rentang medium antara Activated Sludge konvensional & kolam stabilisasi 169 Oxidation ditch = parit atau saluran berbentuk lingkaran / oval dilengkapi rotor untuk aerasi jangka panjang Pertama kali dikembangkan di Belanda (1950) REMOVAL ABILITY KEUNTUNGAN & KERUGIAN Rasio BOD dan BOD removal = 85 % - 90% KEUNTUNGAN : Rasio removal SS = 80% - 90% • Efisiensi removal BOD / COD tinggi (90 – 95%) Rasio removal Nitrogen = 70% Rasio sludge generated sekitar 75 % dari BOD atau SS removal • Operasional sederhana • Effluen stabil • Pengolahan sludge lebih sederhana karena sludge yang dihasilkan relatif sedikit & stabil • Maintenance sederhana • Memungkinkan terjadinya proses Nitrifikasi & denitrifikasi 29
  • 30. 10/3/2013 KEUNTUNGAN & KERUGIAN KERUGIAN : • Umumnya digunakan untuk pengolahan limbah skala kecil • Memerlukan area luas ( dimensi saluran besar, kedalaman kecil ) SEQUENCING BATCH REACTOR (SBR) MENGGUNAKAN SISTEM SUSPENDED GROWTH (FILL-DRAW) PENGGUNAAN AWAL UNTUK PENGOLAHAN LINDI TERDIRI DARI ; TANGKI SINGULAR ( BATCH ; FILL ; REACT ; SETTLE ; DRAW) BERSIFAT AEROBIK DAN ANAEROBIK (JIKA DIPERLUKAN) • Rotor sebagai penyuplai Oksigen harus dibersihkan secara periodik KEUNTUNGAN PENGGUNAAN SEQUENCING BATCH REACTOR ( SBR) MENGGUNAKAN SUSPENDED REACTOR YANG BERSIFAT FLEKSIBEL DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI BAK AERASI EKUALISASI & SEDIMENTASI DAPAT MEMPERLUAS SIRKULASI (JIKA SLUDGE TREATMENT MEMERLUKAN WAKTU YANG LAMA) DAPAT MENGGUNAKAN REAKTOR BERUKURAN KECIL & JUMLAH > 1 BIOMASSA TIDAK PERLU DICUCI PENGENDAPAN YANG TIDAK SEMPURNA DAPAT SEGERA DIKENALI DAPAT DITAMBAHKAN DENGAN PAC Percent of : Max. Vol 25 -100 CycleTime 25 INFLUE N PURPOSE / OPERATION FILL ADD SUBSTRAT 1. ANOXIC FILL REACT 100 35 REACTION TIME Air on / 100 20 cycle SETTL E CLARIFY 100 – 35 15 Air off DENITRIFIKASI Air off REMOVE EFFLUENT 35 – 25 5 (a) INFLUEN  DIPOMPA/GRAVITASI  REACTOR : (b) INFLUEN  PIPA MANIFOLD  KONTAK MIKROORGANOSME & SUBSTRAT AERASI (a) MIKROORGANISM + SUBSTRAT  NITRIFIKASI & DRAW EFF. TAHAPAN PENGOLAHAN Air on/off 2. REAKSI (1) BIODEGRADASI BOD & NITROGEN IDDLE Air WASTE SLUDGE on/off 30
  • 31. 10/3/2013 TAHAPAN PENGOLAHAN ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM Uniform Influent Distributor 3. PENGENDAPAN  PEMISAHAN SOLID & PEMBUANGAN SUPERNATAN SBG EFFLUEN 4. PENUANGAN 5. IDLE TIME ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM SBR Jet Aerator Coarse Bubble Diffuser  Diffuser dipasang dalam pipa distribusi udara & dialirkan melalui orifice besar ( diameter : 1 – 2 inch )  Pemasangan pipa berlubang terkalibrasi untuk pendistribusian secara seragam ke bawah SBR selama proses isi & tuang ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM SBR Jet Mixing System  Sistem aerasi yang terdiri atas: pompa resirkulasi ; manifold ; venturi & blower ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM SBR  Sistem venturi, pipa manifold, pompa jet SBR ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM SBR Uniform Sludge Collector  Pipa orifice mengambil kelebihan lumpur 31
  • 32. 10/3/2013 ANAEROBIC BAFFLED REACTOR GENERAL DESCRIPTION      ANAEROBIC BAFFLED REACTOR ANAEROBIC BAFFLED REACTOR ADVANTAGES ( Barber & Stuckey, 1999 ) ZONE CLASSIFICATION 1. Acidification Zone Occurred mostly on intial compartment Volatile fatty acid ( VFA) formation  decrease pH value Buffer capacity increased, pH value = increased 2. Methanation Zone Methane gas produced 3. Buffer Zone Determined to stabilize the process High rate reactor firstly developed by Bahman & Mc Carty Consists of several compartments producing gaseous, designed by using several vertical baffles couraging upflow by activated sludge which allowed contact between microorganism & wastewater Bacterias tend to grow, move & settle horizontally within each compartment, low velocity, increase Solid Retention Time (SRT) equal to 100 days on Hydraulic Retention Time (HRT) equal to 20 hours Less HRT  minimizer reactor size  less O&M cost Consists of 3 zone :  Acidification Zone  Methanation Zone  Buffer Zone 1. 2. Construction a. simply design b. no need mechanical mixing c. minimize clogging d. minimize sludge bed expansion e. low construction cost f. low O & M cost Biomassa a. no need biomass with special settling b. low sludge growth c. high SRT d. no need fixed medium / solid settling chamber e. no need gaseous / sludge separation 32
  • 33. 10/3/2013 ANAEROBIC ANAEROBIC BAFFLED REACTOR ADVANTAGES ( Barber & Stuckey, 1999 ) 3. Operational a. Low HRT b. allowed intermittent operational c. stabil hydraulic shock loading d. long operational without sludge disposal UPFLOW ANAEROBIC SLUDGE BLANKET UASB UASB PRINSIP UMUM •Aliran dalam reaktor = aliran vertikal ke atas ( up flow ) •Sludge untuk mendegradasi bahan organik dalam air buangan berada di dasar reaktor • influen dasar reaktor Gas Solid Liquid Separator mengalir ke atas (upflow) Gas ditampung GLSS, sludge kembali ke zona sludge blanket, air limbahdipompa ke ke outlet KEUNTUNGAN •Beban Loading tinggi •Waktu detensi lebih rendah u/ skala anaerobik •Tidak perlu suplai Oksigen / hemat biaya •Dapat mereoval PO4 ( fosfat ) & NH3 ( Nitrat ) menjadi gas N2 melalui proses denitrifikasi SLUDGE TREATMENT INTRODUCTION THICKENING STABILIZATION DEWATERING SKEMA REAKTOR UASB DISPOSAL 33
  • 34. 10/3/2013 2. THICKENING 1. PENDAHULUAN 4. Dewatering 1.Thickening Lumpur dari proses pengolahan THICKENING 5. Disposal 1. Vacum Filter 2. Filter press 3. Horizontal Belt Filter 4. Centrifuga tion 5. Drying beds 1. Gravity 2. Flotation 3. Centrifugation 2. Stabilization 1. Chlorine Oxidation 2. Lime Stabilization 3. Heat treatment 4. Aerobic Digestion 5. Anaerobic Digestion 1.Land application 2.Composting 3.Land Filling 4.Incineration 5.Recalcinatio 3. Conditioning GRAVITY 1. Chemical 2. Elutriation 3. Heat treatment FLOTATION CENTRIFUGE 2. 2. FLOTATION THICKENER 2. 1. GRAVITY THICKENER MEKANISME : Gelembung udara dilarutkan dengan tekanan tinggi  tekanan dibebaskan gelembung udara naik  menempel pada gumpalan lumpur naik ke permukaan atas bak lumpur terkonsentrasi & tersisihkan VARIABEL UTAMA : TIPIKAL UNIT GRAVITY THICKENER TUJUAN : TIPIKAL UNIT FLOTASI MENGKONSENTRASI SOLIDS UNDERFLOW & MEREDUKSI VOLUME LUMPUR •Rasio resirkulasi •Konsentrasi solids influen •Rasio udara/solids •Kecepatan pembebanan hidrolis TEKANAN TIPIKAL : 50 – 70 lb2 / in2 (345 – 483 kPa, atau 3,4 – 4,8 atm) SOLID BOWL DECANTER 2. 3. CENTRIFUGATION DESKRIPSI : •Centrifuge ini dapat digunakan pada tahapan thickening maupun dewatering. •Merupakan percepatan dari proses sedimentasi dengan bantuan gaya sentrifugal. dan bekerja secara kontinyu CENTRIFUGATION SOLID BOWL DECANTER BASKET TYPE NOZZLE SEPARATOR 34
  • 35. 10/3/2013 Clarifier 4. DEWATERING DEWATERING VACCUUM FILTER PRESSURE FILTER SAND DRYING BED Teknologi Membran: • Keunggulan proses membran:  Separasi dapat dilakukan secara kontinu  Konsumsi energi umumnya rendah  Dapat dikombinasikan dengan mudah dengan proses lainnya (hybrid processing)  Tidak diperlukan pengubahan fase medium  Penggandaan skala (up-scaling) mudah  Sifat membran bersifat variable dan dapat dikendalikan  Tanpa bahan tambahan TEKNOLOGI MEMBRAN Proses Membran Relatif baru  terus berkembang Genenasi pertama:  Mikrofiltrasi (MF)  Ultrafiltrasi (UF)  Nanofiltrasi (NF)  Reverse Osmosis (RO)  Eletrodialisis (ED)  Membrane Electrolysis (ME) Fluks Tipikal untuk MF, UF, NF dan RO Generasi Kedua: Separasi gas (GS) Vapour Permeation (VP) Pervaporation (PV) Membrane Distillation (MD) Membrane Contactor (MC) Proses Membran Tekanan (bar) Permeabilitas (L.m-2.hr-1.bar-1) MF 0,1 – 2,0 > 50 UF 1,0 – 5,0 10 – 50 NF 5,0 – 20 1,4 – 12 RO 10 - 100 0,05 – 1,4 35
  • 36. 10/3/2013 Perbandingan MF, UF, NF dan RO MF UF NF/RO 1000 Perbedaan Tekanan (bar) Pemisahan partikel 100 Pemisahan makromolekul Pemisahan larutan BM rendah (garam, glukosa, laktosa, mikropolutan Tekanan osmostik dapat diabaikan (tanpa polarisasi konsentrasi) Tekanan osmotik dapat diabaikan Tekanan osmotik tinggi (1 – 25 bar) Tenakan transmembran rendah (< 2 bar) Tenakan transmembran rendah (1-10 bar) Tenakan transmembran tinggi (10 - 60 bar) Reverse Osmosis Nano- 10 filtrasi Ultrafiltrasi Mikrofiltrasi 1 Struktur membran simetrik atau asimetrik Filtrasi 0,1 0,0001 0,001 0,01 0,1 Ukuran Partikel/Molekul ( 1 10 100  m) Struktur membran asimetrik Sruktur membran asimetrik Ketebatal layer pemisah: Simetrik: 10 – 150 m Asimetrik: 1 m Ketebatal layer pemisah aktual: Simetrik: 0,1 –1,0 m Ketebatal layer pemisah aktual: Simetrik: 0,1 –1,0 m Pemisahan akibat perbedaan ukuran partikel Pemisahan akibat perbedaan ukuran Pemisahan akibat perbedaab kelarutan dan difusivitas Mikrofiltrasi (MF)  MF dapat memisahkan partikel berukuran > 0,05 m  Bahan berukuran < 0,05 m (garam/ion, gula & protein) melewati membran MF Padatan tersuspensi, sel/biomass, koloid Membran  Ukuran pori: 0,08 – 10 Air m Tekanan : 0,1 – 3 bar Membran MF (summary): Membran: Simetris atau asimetris Ketebalan: 0,05 – 10 m Driving force: Tekanan (< 2 bar) Prinsip separasi: Ultrafiltrasi (UF) 10 – 150 m Ukuran Pori: Mekanisme penyaringan Bahan membran Polimer atau keramik Aplikasi: Aplikasi analitis, sterilisasi (pangan, minuman, farmasi, klsrifikasi minuman (juice, bir, wine), pemisahan sel/biomassa/bioreaktor, air ultrabersih, recovery metal sebagai oksida atau hidroksida koloid, fermentasi kontinu, pemisahan emulsi air-minyak, waste-water treatment, plasma-pheresis Garam/ion, Makromolekul      UF dapat memisahkan bahan berukuran > 0,005 m (BM > 1000 Da) UF dan MF adalah identik, hanya membran UF asimetris  membarn lebih dense Molekul berukuran kecil (garam/ion, dan gula) dapat melewati membran UF Aliran permeat dapat digambarkan dengan pers. Konseny-Carmen Tekanan: 1 – 10 bar . Partikel dan Makromolekul Membran Air Garam -garaman gula /ion, 36
  • 37. 10/3/2013 Membran UF (Summary): Membran Asimetris Ketebalan Nonofiltrasi (NF)  150 m Ukuran pori . Partikel, makromolekul, ion bivalen 1 – 100 nm Driving force Tekanan (1 – 10 bar) Prinsip Pemisahan Mekanisme penyaringan Bahan membran Polimer (e.g. polysulfone, polyacrylonitrile) Keramik (e.g. Zirconium oxide, aluminium oxide) Aplikasi Industri susu (milk, whey, cheese making), industri pangan (pati, protein), klarifikasi minuman, pemisahan emulsi minyakair, recovery electropaint, dan produk/produk samping, farmasi (enzym, antibiotik, pyrogen), water/ wasteater treatment, daur-ulang air, disinfeksi, penghilangan minyak, Membran Air Ion bervalensi satu       Terletak diantara UF dan RO Tekanan: 10 – 35 bar Dapat memisahkan ion dwivalensi (Mg2+ dan Ca2+), penghilangan kesadahan MWCO: > 250 Da Tipikal rejeksi (5 bar, 200 ppm): 60 % NaCl, 80 %, Ca(CO3)2, 98 % MgSO4, Glukosa, Sukrosa Aplikasi:Pemisahkan gula (sumber C-eksternal), eliminasi warna, TOC, TDS, dan kesadahan, logam berat membran-bioreaktor NF (Summary): Membran Sublayer  150 m; toplayer  1 m Ukuran pori  Komposit Ketebalan Hiperfiltrasi/Reverse Osmosis (RO) < 2 nm Driving force Tekanan (10 – 25 bar) Prinsip Pemisahan  Solution-diffusion   Bahan membran Polyamide (interfacial polymerization) Aplikasi Desalinasi air payau, penyisihan mikropolutan, pelunakan air, wastewater treatment, retensi pewarna (industry tekstil) Reverse osmosis/Hiperfiltasi (Summary): Membran Asimetris atau Komposit Ketebalan Sublayer  150 m; toplayer  1 m Ukuran pori < 2 nm Driving force Tekanan: air payau 15 – 25 bar; air laut: 40 – 80 bar Prinsip Pemisahan Solution-diffusion Bahan membran Cellulose triacetate, aromatic polyamide, polyamide dan poly(ether urea) (interfacial polymerizaztion) Aplikasi Desalinasi air payau/air laut, produksi air ultrabersih (industri lektronik), pengkonsentrasian juice atau gula, milk penyisihan mikropolutan, wastewater treatment Membran non-porous, hampir hanya air yang dapat melewati membran RO Garam/ion dan bahan organik > 50 Da dapat dihalangi membran RO Tekanan: 20-60 bar, tetapi dapat juga s/d 200 bar Aplikasi: penanganan leachate, penghilangan logam berat, gram-graman, dan bahan organik sintetik . Nanofiltrasi dan Reverse Osmosis Larutan RO NF Ion monovalen (Na, K, Cl, NO3- > 90 % < 50 % Ion bivalen (Ca, Mg, SO42-, CO32- > 99 % > 90 % Bakteri dan virus > 99 % < 99 % Microsolute (BM > 100) > 90 % > 50 % Microsolute (BM < 100 0 – 99 % 0 – 50 % 37
  • 38. 10/3/2013 BAHAN MEMBRAN • Bahan Organik (Polimer): – Polimer untuk Membran berpori – Polimer untuk membran tak-berpori Kelebihan dan Kekurangan Membran Anorganik Kelebihan • Bahan anorganik: – – – – Membran keramik Membran gelas Membran metal (termasuk karbon) Membran zeolit Daur-ulang krom dari limbah cair industri penyamakan kulit Instalasi (perspektif) •Tahan terhadap panas • Tahan terhadap bahan kimia • Tahan lama • Ukuran pori dapat lebih mudah dikendalikan • Dapat dibackwashing Kekurangan • Sifat keras dan kaku, menuntut konstruksi khusus • Biaya investasi tinggi • Ketahanan terhadap temperatur sering dibatasi oleh bahan pengedap pada sambungansambungan modul atau sistem perpipaan Membran UF Proses pengolahan tingkat lanjut yang umum dilakukan adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penghilangan Besi dan Mangan Water Softening dengan pengendapan kimia Penukar ion Adsorpsi Proses membran termasuk osmosis balik Oksidasi termasuk oksidasi kimia 38
  • 39. 10/3/2013 PEMILIHAN TEKNOLOGI • • Tahap terakhir dari unit pengolah limbah adalah disposal lumpur yang dihasilkan dari masing‐masingnya yang dapat ditempatkan dengan sistem landfills, incenerated, applied  to land, atau digunakan untuk mengkondisikan tanah yang dalam penanganannya juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan dari pembuangan tersebut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Banyak teknologi yang mungkin dikembangkan untuk menangani air limbah, maka berbagai pertimbangan perlu diperhatikan secara teliti sebelum teknologi tersebut dipilih. Pertimbangan tersebut meliputi : Sumber limbah cair ( asal limbah ) Karakter limbah ( kualitatif dan kuantitatif ) Daya dukung lingkungan menerima beban limbah Ketersediaan lahan Ketersediaan dana / pertimbangan finansial Ketersediaan tenaga ahli Ketersediaan peralatan pengolah dipasaran bebas / bengkel konstruksi setempat. 39