Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Problematika pelafalan bahasa indonesia pada fonem vokal dan konsonan
1. Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Problematika Berbahasa Indonesia
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. St. Y. Slamet
I’if Zuraifah
K7111099 – 8 – 7B
2. Lafal
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa
dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucapnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
3. Tempat
tumbuh
Faktor yang
mempengaruhi
lafal:
Tempat
tinggal
Etnis
pendidikan
Kelas
sosial
4. fonem
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang
berfungsi membedakan arti. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
6. Fonem vokal
Vokal merupakan bunyi bahasa yang
arus udaranya tidak mengalami rintangan
dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu: tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian
lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada
pembentukan vokal itu.
7. Tinggi rendahnya
posisi lidah (Vokal
tinggi atas, Vokal
tinggi bawah, Vokal
sedang atas, Vokal
sedang bawah, Vokal
sedang tengah, Vokal
rendah)
Klasifikasi
vokal
Maju mundurnya
lidah (Vokal depan,
Vokal tengah, Vokal
belakang).
Struktur (Vokal
tertutup, Vokal semi
tertutup, Vokal semi
terbuka, Vokal
terbuka).
Bentuk mulut (Vokal
bundar, Vokal tak
bundar, Vokal
netral).
8. Nomor Vokal Cara pelafalan Contoh
1 a
Menarik lidah ke belakang dan ke bawah, disertai dengan
menghembuskan udara ke luar; sedangkan mulut dibuka
lebar-lebar membundar
Aku
2 i
Menganjurkan lidah ke depan dan ke atas, disertai dengan
menghembuskan udara ke luar, sedangkan mulut dilebarkan
dan tidak membundar
Ibu
3 u
Menarik lidah ke belakang dan ke atas, disertai dengan
menghembuskan udara ke luar, sedangkan bentuk mulut
dibundarkan.
Udara
4 ѐ
Menganjurkan lidah ke depan dan ke tengah dan disertai
dengan menghembuskan udara keluar, sedangkan bentuk
mulut dilebarkan
Enak
Entah
5 o
Menarik lidah jauh ke belakang dan ke tengah, disertai
dengan menghembuskan udara ke luar, sedangkan bentuk
mulut dibundarkan
Orang
9. Konsonan
Konsonan adalah bunyi yang dibentuk dengan
menghambat arus udara pada sebagian alat bicara,
terdapat artikulasi. Konsonan bersuara adalah konsonan
yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara. Konsonan
tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa
bergetarnya pita suara.
Fonem konsonan bahasa Indonesia ada 21 macam,
yaitu : /b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z/.
11. Daerah
Cara Artikulasi
Artikulasi
Bilabial Labio-dental
Dental/
Alveolar Palatal Velar Glotal
Hambat
Tak Bersuara
Bersuara
pb
td
ej
kg
‘
Frikatif
Tak Bersuara
Bersuara
F sz
s x h
Nasal
Bersuara m n ň ŋ
Getar
Bersuara r
Lateral
Bersuara l
Semivokal
Bersuara w y
12. Problematika berasal dari bahasa
Inggris yaitu "problematic" yang
artinya persoalan atau masalah.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
problema berarti hal yang belum
dapat dipecahkan; yang menimbulkan
permasalahan.
13. Contoh kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan ialah pelafalan
bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia.
Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan
dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi
/h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan
lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat,
pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi
luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku
bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan
lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
14. Contoh lain problem pelafalan kata yaitu :
1) Kata “apa” diucapkan oleh orang Betawi menjadi “ape”, “pOhOn” diucapkan
“pu’un”.
2) Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi ε, seperti kata
“benar” menjadi “bεnar”.
3) Pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d terasa kental
sekali, misalnya ucapan kata “teman” seperti terdengar “deman”.
4) Di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi
dengan bunyi /m / misalnya, “bali” menjadi “mBali”, “besok” menjadi “mbesok”.
Disamping dipengaruhi oleh bahasa daerah, pelafalan kata juga sering
dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Contoh:
No Lafal yang salah Lafal yang benar
123456
78
Telur
kursi
lubang
kantung
senin
rabu
kamis
kerbau
Telor
Korsi
Lobang
Kant0ng
Sənεn
Rebo
Kemis
Kebo
15. D
A
F
T
A
R
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka
Cipta
___________. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia . Jakarta : Rineka Cipta
___________. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Rineka Cipta
Faisal, Muhammad, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia 3
SKS . Jakarta: Dikti
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi
Ketiga . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono, Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
Slamet, St.Y. 2014. Problematika Berbahasa Indonesia dan
Pembelajarannya . Yogyakarta: Graha Ilmu
Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 36
Verhaar. J.W.M. 1988. Pengantar Linguistik . Yogyakarta:
Gajah Mada University press
P
U
S
T
A
K
A