SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan
perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas
hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin
ditentukan berdasarkan karakteristik seks primer yaitu organ internal dan eksternal yang
melaksanakan fungsi reproduktif misalnya ovarium, uterus, payudara dan penis. Karakteristik
seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari
perubahan hormonal (misalnya perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan
penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).
Masalah yang dapat dijumpai pada masa remaja khususunya remaja perempuan
adalah perubahan bentuk tubuh, adanya jerawat atau acne, gangguan emosional, gangguan
miopi, adanya kelainan kifosis, penyakit infeksi, dan keputihan (Hidayat, 2008). Keputihan
dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari
vagina. Keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia perempuan dan
disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans Dalam keadaan normal, vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna, jumlahnya tak
berlebihan dan tidak disertai gatal. Keputihan merupakan keluhan yang paling sering
ditemukan pada perempuan. Keputihan dapat terjadi pada keadaan yang normal (fisiologis),
namun dapat juga merupakan gejala dari suatu kelainan yang harus diobati (patologis)
(Clayton, 2008).
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% perempuan di
dunia mengalami keputihan dan 45% diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali
atau lebih. Di Indonesia, pada tahun 2002 sebanyak 50% perempuan Indonesia pernah
mengalami keputihan. Pada tahun 2003, sebanyak 60% wanita mengalami keputihan dan
pada tahun 2004 70% wanita mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur hidupnya
(Kumalasari, 2005). Pencegahan terhadap keputihan yang paling utama adalah menjaga
personal hygiene terutama daerah vagina. Hasil penelitian Prasetyowati (2009) menunjukan
remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi
keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan daerah kewanitaan dengan
baik. Remaja yang tidak baik membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%)
mengalami keputihan, Sehingga wanita sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan organ
reproduksinya, dalam sebuah penelitian telah disebutkan bahwa air rebusan daun sirih dapat
menjaga kebersihan organ reproduksi dari keputihan, Menurut Dr. M. Rezha Faisal, SpOG
yang merupakan spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, air rebusan daun sirih
mempunyai sifat anti bakteri. Apabila digunakan dalam kondisi yang tepat, bisa saja
membantu membunuh kuman-kuman penyebab keputihan, seperti bakteri, jamur, virus dan
parasit atau protozoa. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang
(betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan
bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan.
B. Rumusan Masalah
Keputihan menjadi satu masalah tersendiri yang banyak dialami kaum wanita. Bahkan
lebih dari 50% wanita mengalami keputihan berlebih. Pada tahun 2014, mustika wayan, dkk
sudah pernah melakukan penelitian mengenai efektifitas air rebusan daun sirih terhadap
keputihan fisiologis di Poltekkes Kemenkes Denpasar, oleh karena itu peneliti ingin menguji
pengaruh penggunaan air daun sirih terhadap keputihan fisiologis pada mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Jakarta 1 tahun 2015, mengingat keputihan terjadi pada usia remaja, dan
mahasiswi termasuk ke dalam kriteria faktor inklusi sehingga peneliti memilih mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 sebagai responden dalam penelitian ini.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegunaan air rebusan daun sirih
terhadap keputihan fisiologis di kalangan remaja.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik keputihan fisiologis pada remaja.
b. Untukmengetahuifaktor-faktor yang mempengaruhikeputihan fisiologis.
c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih terhadap
keputihan fisiologis.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penyusunan proposal yang telah disusun terdapat beberapa manfaat, antara lain:
 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan sebagai proses pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai data untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai efikasi air rebusan daun sirih terhadap
keputihan fisiologis dikalangan remaja putri.
 Bagi Institusi Keperawatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam praktek keperawatan mengenai
penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis dikalangan remaja.
 Bagi Remaja ( Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1)
Hasil penelitian yang dilakukkan diharapkan dapat menjadi informasi bagi Remaja
dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat, sehingga dapat mencegah adanya
ganggguan reproduksi wanita serta mengurangi penggunaan antibiotik pada
terjadinya keputihan fisiologis pada remaja putri.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Keputihan Fisiologis
Keputihan merupakan masalah kesehatan yang umum disertai dengan berbagai
penyebab. Dalam terminologi terdahulu seperti “non spesifik vaginitis” atau “non spesifik
infeksi saluran kelamin bawah” sering digunakan untuk menggambarkan kondisi yang
menyebabkan keputihan (Puri, Medan, & Bajaj, 2003). Keputihan merupakan data yang
sering ditemukan pada peradangan saluran genitalia wanita. Normalnya, pada waktu ovulasi
cairan yang keluar jumlahnya sedikit, encer dan berwarna putih (Long, 1996).
Keputihan (Leukore/fluor albus/vaginal discharge leukore) merupakan cairan yang
keluar dari vagina. Dalam keadaan yang biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum
tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari
vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari
saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan
transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (mansjoer et al, 2001).
Keputihan atau biasa disebut juga flour albus, keputihan dikelompokan menjadi dua.
Pertama keputihan fisiologis, yaitu keputihan yang tidak disebabkan oleh penyakit namun
karena perubahan faal tubuh. Kedua keputihan patologis yaitu keputihan yang diakibatkan
oleh penyakit tertentu. Keputihan fisiologis bisa timbul akibat adanya rangsangan seksual,
perubahan hormonal menjelang dan sesudah menstruasi, saat kehamilan atau perubahan
emosional tertentu. Misalnya, waktu ujian, sedang ada masalah atau apa saja yang bisa
menimbulkan beban pikiran. Keputihan fisiologis ini tentu tidak berbahaya. Biasanyajuga
menimbulkan keluhan kecuali rasa lembab di daerah pribadi. Sementara yang patologis di
samping warnanya bisa kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan biasanya juga
menimbulkan rasa gatal, panas, bahkan nyeri. Cara menghilangkan keputihan pada wanita
bisa dilakukan dengan cara yang alami.
B. Epidemiologi
Penelitian secara epidemiologi, bahwa sekret vagina sering tampak sebagai suatu
gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15% dan
hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala
penyakit dapat terjadi pada semua umur. Flour albus (keputihan) merupakan indikasi suatu
vaginitis, infeksi yang sering menyebabkan vaginiti adalah trikomonas, vaginosis bacterial,
dan kandidiasis. Penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi
bahan kimia. Prevalensi dan penyebab vaginitits masih belum pasti karena sering didiagnosis
dan diobati sendiri. Data penelititan tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75%
perempuan di dunia mengalami dan 45% diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2
kali atau lebih. Di Indonesia, pada tahun 2002 sebanyak 50% perempuan Indonesia pernah
mengalami keputihan. Pada tahun 2003, sebanyak 60% wanita mengalami keputihan dan
pada tahun 2004, 70% wanita mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur
hidupnya (Kumalasari, 2005).
Hasil penelitian Prasetyowati (2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah
kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada
remaja putri yang membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik
membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%) mengalami keputihan. Dari
survey awal (penelitian pendahuluan) jumlah perkiraan (penderita fisiologis) responden
sebanyak 169 mahasiswi.
C. Klasifikasi Keputihan
Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan
fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak
leukosit.
a. Keputihan fisiologis ditemukan pada:
 Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
 Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukore di sini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
 Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
 Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi
lebih encer.
 Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
b. Keputihan Patologik
Disebabkan karena infeksi, cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya
agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva,
serviks, dan cavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik. (Mansjoer), et al 2001
D. Etiologi Keputihan Fisiologis
Penyebab Flour albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut
multifaktoral. Keputihan disebabkan oleh beberapa hal yaitu infeksi, benda asing, penyakit
organ kandungan, kelelahan, gangguan hormon, pola hidup tidak sehat dan stress akibat
kerja. Keputihan disebabkan oleh adanya perubahan flora normal yang berdampak terhadap
derajat keasaman (pH) organ reproduksi wanita (Indarti, 2004).
Keputihan fisiologis terjadi ketika pada masa ovulasi selain itu keputihan juga
disebabkan oleh adanya infeksi dalam servik, adanya tampon atau benda asing dan adanya
keganasan fisik (Burke, 2006).
Terdapat 4 penyebab utama yang dapat menyebabkan perubahan flora normal dan memicu
keputihan (Ichwan, 2009):
a. Faktor Fisiologis
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya
ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding
lateral dan anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang
berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan
pada keputihan patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat
ditemukan pada :
 waktu disekitar menarche karena mulai terdapatpengaruh estrogen; keputihan ini
dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang
tua.
 Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelumdan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina
 Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
 Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri (Wiknjosastro, 2005)
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stress emosional, karena ada
masalah dalam keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan
seperti gizi yang rendah ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis
yang menurun maupun obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan
keputihan terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan faktor
yang sangat memperburuk terjadinya keputihan (Ichwan, 2009).
Diet memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur. Dengan
makanan yang cukup gizi kita bisa membantu tubuh kita memerangi infeksi dan
mencegah keputihan vagina yang berlebihan. Hindari makanan yang banyak
mengandung karbohidrat dengan kadar gula tinggi seperti tepung, sereal, dan roti.
Makanan dengan jumlah gula yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada
bakteri yang bermanfaat yang tinggal di dalam vagina. Selaput lendir dinding vagina
mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula. Bakteri yang hidup di vagina disebut
lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi asam laktat. Proses ini
menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan infeksi vagina. Gula
yang dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat
meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan
penyakit, maka jumlah menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan
bertambah banyak (Clayton, 2005).
c. Faktor Iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun untuk
mencuci organ intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau pengharum vagina (Ichwan,
2009).
Menurut Clayton (2005), penyebab dari keputihan, antara lain:
a. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
b. Penggunaan celana panjang yang ketat.
c. Penggunaan deodorant vagina
d. Patologis (infeksi alat reproduksi atau infeksi kuman,jamur dan bakteri).
E. Tanda dan Gejala Keputihan Fisiologis
Gejala keputihan dapat dilihat dari jumlah cairan, warna, bau dan konsentrasi. Pada
keputihan normal, jumlah cairannya sedikit, warnanya putih jernih, bau yang ditimbulkan
tidak menyengat dan khas dan dengan konsentrasi sedikit lengket. (Indarti, 2004)
Agar keputihan tidak menimbulkan masalah yang lebih serius, sebaiknya cara
menghilangkan keputihan pada wanita adalah dengan berkonsultasi ke dokter. Selain obat
medis keputihan bisa juga dicegah dengan berkonsultasi ke dokter ahli kandungan agar bisa
diobati secara medis. Selain obat medis keputihan bisa juga diobati dan dicegah secara alami
dengan menggunakan herbal atau tanaman obat, seperti kunci pepet, daun sirih, temu putih,
kunyit, temulawak, daun dea, Pegagan dan mahkota dewa.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputihan
Keputihan bukanlah suatu penyakit. Pada dasarnya merupakan kejadian yang
fisiologis (normal). Akan tetapi keputihan juga merupakan suatu manifestasi bahwa vagina
terindikasi penyakit (patologis). Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan
baik yang bersifat internal (berasal dari tubuh) ataupun eksternal (faktor lingkungan). Faktor
yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor resiko intrinsik) dibedakan menjadi faktor
jenis kelamin dan usia, faktor-faktor anatomi dan konstitusi tertentu, serta faktor nutrisi.
Sedangkan faktor resiko yang berasal dari lingkungan (faktor resiko ekstrinsik) yang
memudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya, faktor
estrinsik ini dapat berupa: keadaan fisik, kimiawi, biologis, psikologis, sosial budaya, dan
perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Sianturi (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan
bermacam-macam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi (kuman, jamur, parasit,
virus), adanya benda asing dalam liang senggamamisalnya tertinggalnya kondom atau benda
tertentu yang digunakan saat senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, adanya kanker
atau keganasan pada alat kelamin, dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ
genital.
Sabardi (2009) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi faktor pendorong
keputihan yaitu faktor endogen dan faktor eksogen yang keduanya saling mempengaruhi:
a. Faktor Endogen (berasal dari dalam tubuh), yaitu:
1. Kelainan pada lubang vagina.
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama yang
bercampur dengan air seni atau kotoran dari usus (feses). Hal ini dapat terjadi karena
akibat adanya lubang kecil (fistul) dari kandung kemih atau usus keliang senggama
akibat adanya cacatbawaan dan cidera persalinan (Clayton, 2005). Kelainan
congenital atau bawaan yang tidak adanya sama sekali vagina atau sebagian
(agenesis vagina) tentu akan menimbulkan masalah bagi penderita terutama adalah
tidak dapat melakukan hubungan seksual dan jalan keluar darah haid. Penderita yang
mengalami agenesis vagina frekuensinya tidak begitu banyak hanya 1:4000
kelahiran (Pribakti, 2010).
2. Imunitas
Ketika daya tahan tubuh seseorang menurun, organ reproduksicenderung
mudah terinfeksi kuman, akibatnya dapat menimbulkan keputihan (Sabardi, 2009).
b. Faktor Eksogen (berasal dari luar tubuh), yaitu :
1. Infeksi yang meliputi infeksi jamur, bakteri, parasit dan virus sepertiyang telah
dijelaskan sebelumnya.
2. Non-infeksi yang meliputi masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun
tidak, perilaku cebok kurang tepat dan tidak bersih, daerah sekitar kemaluan
lembab, stres dan kelainan endokrin atau hormon.
 Benda Asing
 Cebok/cara membersihkan vagina kurang tepat.
 Area vagina yang lembab
 Celana dalam yang ketat dan berbahan nilon
 Kondisi Stres
 Gangguan hormonal
Keputihan terjadi akibat perubahan hormon estrogen. Biasanya terjadi pada
masa peralihan antara masa pubertas dan menjelang menopause (setelah masa
subur/reproduktif) (Susmeiati,2009).
Keputihan yang fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal,
seperti sebelum pubertas, stres psikologis, sebelum dan setelah datang bulan,
kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau saat menopause (Moechtar,
1986).
G. Pencegahan Keputihan Fisiologis / prosedur perawatan standart
Menjaga kesehatan reproduksi unuk pencegahan keputihan pada wanita diawali
dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menjaga kebesihan organ reproduksi kewanitaan yaitu:
1. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan seksama.
Membersihkan dilakukan dari depan ke belakang secara satu arah. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke dalam vagina.
2. Membasuh secara teratur bagian bibir vagina secara hati-hati menggunakan air bersih.
Yang terpenting adalah membersihkan bekas keringat di sekitar bibir vagina.
3. Jangan menggunakan sabun di area vagina karena untuk menjaga keasaman vagina.
Normalnya vagina berbau asam dan kecut dengan pH keasaman sekitar 4-4,5. Terlalu
sering membasuh vagina dengan cairan kimia(douching) dan penggunaan deodoran
disekitar vagina akan merusak keseimbangan organisme dan cairan vagina sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi pada vagina (vaginitis)
4. Mengeringkan alat kelamin dengan tissue atau handuk agar tidak lembab setiap kali
setelah mandi atau buang air. Usahakan agar daerah kemaluan dan selangkangan
selalu kering, lebih-lebih bila tergolong gemuk karena suasana lembab sangat disukai
oleh jamur. Selalu keringkan sebelum berpakaian.
5. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuanagar vagina kering
sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-
sini yang akhirnya mengandung jamur dan bakteri bersarang.
6. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari setelah mandi, terutama bagi wanita
aktif dan mudah berkeringat. Gunakan celana dalam yang kering dan bila celana
dalam keadaan basah segera mengganti dengan celana dalam yang bersih dan belum
dipakai.
7. Tidak memakai celana dalam yang terlalu ketat, karena celana dalam yang terlalu
ketat menyebabkan permukaan vagina menjadi mudah berkeringat. Gunakan celana
dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun. Celana dalam dari satin atau
bahan sintetik lain membuat suasana disekitar vagina panas dan lembab.
8. Pakaian luar juga harus diperhatikan. Celana jeans tdiak dianjurkan karena pori-
porinya sangat rapat, pilihlah seperti rok atau celana bahan agar sirkulasi udara
disekitar organ intim bergerak leluasa.
9. Ketika sedang haid dianjurkan sering mengganti pembalut vterutama pada hari-hari
pertama haid. Pembalut yang baik yaitu pembalut yang berdaya serap baik dan tidak
berparfum.
10. Gunakan panty liner disaat perlu dan jangan terlalu lama
11. Dianjurkan untuk mencukur rambut kemaluan karena rambut kemaluan dapat
ditumbuhi sejenis jamur atau kutu
12. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Dianjurkan tidak duduk diatas kloset di wc umum atau bisakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
13. Pola hidup sehat yaitu diet seimbang, olahraga rutin, istirrahat yang cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stress yang berkepanjangan.
H. Pemeriksaan Keputihan
Keputihan bukan penyakit, tetapi gejala dari berbagai penyakit sehingga memerlukan
tindak lanjut untuk menegakkan diagnosis melalui :
gejala dari berbagai penykit sehingga memerlukan tindak lanjut untuk menegakkan diagnosis
melalui :
1. Pemeriksaan inspekulo.
Pemeriksaan spekulum untuk mencari penyebab keputihan :
a. Dari mana asalnya keputihan.
 Mulut rahim
 Hanya bersifat lokal dalam vagina
b. Bagaimana dinding vagina
 Warnanya
 Apakah terdapat bintik merah, seperti digigit nyamuk
 Apakah keputihan bergumpal atau encer
 Apakah keputihan melekat pada dinidng vagina.
c. Bagiamana mulut rahim
 Apakah tertutup oleh keputihan
 Apakah terdapat perlukaan
 Apakah mudah berdarah
2. Pemeriksaan laboratorium
Penyebab keputihan adalah infeksi, benda asing, dan keganasan. Dengan demikian
pemeriksaan laboratorium untuk menginfeksi (trikomonas, kandida albikan, bakteri,
spesifik) dan pap smear untuk kemungkinan keganasan.
I. Definisi Daun Sirih
Sirih adalah merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain. Sebagianbesar budaya memanfaatkan daun dan buahnya
biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur. Namun mengunyah sirih telah
dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang
bersifat malignan. Juga kapurnya mebuat pengerutan gusi (periodentitis) yang dapat
membuat gigi tanggal, walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik mencegah gigi
berlubang
Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam
kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.Di Indonesia, sirih merupakan flora
khas provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya
upacara makan sirih khususnya saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih
sebagai obat berbagai jenis penyakit. Walaupun demikian tanaman sirih banyak dijumpai di
seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau hanya sebagai tanaman hias.
J. Kandungan Daun Sirih
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung betiephenol, seskuiterpen, pati, diatase,
gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan
fungisida, anti jamur. Adapun senyawa aktif yang terkandung dalam daun sirih adalah
flavonoid, alkaloid, senyawa polifenat, tanin, antosianin, dan minyak atsiri. Secara khusus
kandungan daun sirih terdiri dari hidroksikavicol, cadinen, estragol, tarpenenna,
seskuitterpena, crotopoxide, fenil propana, amilum, eugenol, diastase, gula dan pati. Senyawa
neolignan yang ada dalm daun sirih yaitu piper betol, methyl piper betol, piperol A, dan
piperol B. (Endah Lasmadiwati, 2010)
K. Kegunaan Daun Sirih
Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan
(jamur) dan Keputihan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka
pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan,
mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan.
Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci,
digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. selain itu, daun sirih juga
berkhasiat untuk mengobatibatuk, sariawan,bronchitis,jerawat, sakit gigi karena berlubang,
demam berdarah, bau mulut, haid tidak teratur, asma, radang tenggorokan (daun dan
minyaknya), gusi bengkak (getahnya), membersihkan mata, bau ketiak.
Kegunaan daun sirih berikutnya adalah untuk menghilangkan keputihan. Daun sirih
yang mengandung antiseptic dapat mengurangi keputihan dan menjaga kelembaban organ
kewanitaan. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komponen daun sirih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri staphyloccocus aureus dan E. Coli. Rebuslah beberapa lembar daun
sirih lalu bilaskan pada organ kewanitaan Anda maka sedikit demi sedikit keputihan Anda
akan menghilang bahkan sembuh.(Endah Lasmadiwati, 2010).
Cara penggunaan air daun sirih untuk menanggulangi keputihan yaitu :
a) Bahan daun sirih segar 7-10 lembar
b) Siapkan air bersih sebanyak 2,5 liter
c) Rebus daun sirih dengan 2,5 liter air selama 30 menit sehingga menyisakan 2 liter
d) Basuh vagina menggunakan air rebusan daun sirih dalam kondisi air yang agak dingin
atau hangat-hangat kuku
e) Air rebusan dipakai mencuci vagina 2x sehari setelah mandi
f) Pembasuhan rebusan air daun sirih dilakukan selama 5 hari berturut-turut sehingga
dapat diketahui efektifitas terhadap keputihan fisiologis.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa factor yang
dianggap penting untuk masalah (Hidayat, A. Aziz Alimul.2007).
Dalam penelitian ini dikembangkan kerangka konsep yang akan mengarahkan peneliti dalam
melakukan penelitian. Adapun Kerangka Konsep penelitian ini:
Skema 3.1: Kerangka Konsep Pengaruh Daun Sirih Terhadap
Keputihan Fisiologis Pada Remaja Putri
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) Hasil atau Out come
Keterangan :
Keputihan Pada
Remaja putri
Air Rebusan
Daun sirih :
Minyak Atsiri yang
terdiri dari
betlephenol,
kavikol,
seskuiterpan,
hidroksikavikol,cavi
betol,estragol
eugenol, karvakol)
Keputihanfisiologis pada
remajaputri tidak terjadi
B. Kerangka Penelitian
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Flour albus Flour albus
Intervensi Kontrol
Prosedur perawatan standar + diberi
rebusan air daun sirih untuk membasuh
vagina setelah mandi
Prosedur perawatan standar
Setelah 10 kali
penggunaan air
rebusan daun sirih
Setelah 10 kali
penggunaan air
rebusan daun sirih
Observasi
Observasi
Hasil
Hasil
ᵡ
ᵡ
C. Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal tersebut sering dituntut untuk melakukan pengecekannya(Riwidikdo, 2009).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah kasus yaitu penggunaan air rebusan daun
sirih terhadap keputihan fisiologis di kalangan remaja putri.
Jenis hipotesa dalam sebuah penelitian antara lain sebagai berikut:
1. HA : Ada pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan
fisiologis di kalangan remaja mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1.
2. HO : Tidak ada pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan
fisiologis di kalangan remaja mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1.
D. Definisi Operasional
Definisi operasinal adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakter yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Definisi operasional adalah variabel penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya
menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini
merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang menggunakan
variabel yang sama (Setiadi, 2007).
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Variabel
Independent
Air Rebusan
Daun sirih :
(Eugenol dan
Daun sirih yang mengandung
antiseptic dapat mengurangi
keputihan dan menjaga
kelembaban organ kewanitaan.
Senyawa Eugenol terbukti dapat
mematikan jamur candida
albicans
Air rebusan sirih
dibuat sesuai
dengan prosedur
yang terdapat di
DO
0 = Ya /
menggunakan
air rebusan daun
sirih
1 = Tidak / tidak
menggunakan
air rebusan daun
Nominal
Tannin) Enzim Tannin meruakan
astringen yang mengurangi
sekresi cairan dari vagina.
Cara pembuatan :
a. Bahan: daun sirih segar 7-10
lembar;
b. Pemakaian: Daun sirih
direbus dalam 2,5 liter air,
c. Dalam kondisi agak dingin
atau hangat-hangat kuku, air
rebusan dipakai mencuci
vagina 2x sehari.
Pembasuhan dilaksanakan
selama 5 hari berturut-turut.
sirih
2. Dependen
Keputihan
Keputihan (Leukore/fluor
albus/vaginal discharge leukore).
Merupakan cairan yang keluar
dari vagina.
Pembasuhan air rebusan
dilakukan selama 5 hari, dengan
penggunaan air daun sirih 2x
sehari.
Kuesioner
Frekuensi
1 : keputihan
banyak
2 : keputihan
sedang
3 : keputihan
sedikit
4 : keputihan
tidak ada
Ordinal
Warna
1 : hijau
2 : kuning
3 : putih susu
4 : bening
Ordinal
Bau
1 : bau
2 : tidak bau
Nominal
3. Confounding
1. Stress
Merupakan suatu kondisi psikis
yang ditandai dengan kesedihan,
1: menjawab
iya Nominal
2. Siklus haid
kehilangan minat atau
kesenangan, perasaan bersalah,
kesulitan berkonsentrasi, tidur
terganggu, nafsu makan berubah
dan energi rendah
1. Periode darah keluar dari vagina,
berkisar antara 2-8 hari. Rata-rata
5 hari.
2: menjawab
tidak
0: > 7 hari
1: < 7 hari
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DesainPenelitian
Desain penelitian yang akan diambil adalah desain penelitian
QuasiEksperimen yaitu ngan tindakan berupa membasuh bagian vagina dengan air
rebusan daun sirih. Desain penelitian quasi eksperimen yaitu penelitian yang berupaya
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok
kontrol disamping kelompok uji. Pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan
tekhnik acak, tapi menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar
(tekhnik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok sudah memiliki
karakteristik yang berbeda.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keselurahan objek penelitian atau objek yang diteliti (S.
Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Jakarta I dilihat berdasarkan tahun 2014/2015 berjumlah 565
mahasiswi.Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 169 mahasiswi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoatmodjo,
2005). Cara pengambilan sample pada penelitian ini adalah dengan mengunakan
Simple Random Samplingdimana setiap anggota (unit) dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sample.
Sample yang memenuhi kriteria inklusi adalah mahasiswi dengan keluhan
keputihan fisiologis, mahasiswi yang bersedia diteliti dengan menandatangani inform
consent, serta mahasiswi usia 18-20 tahun. Jadi, sample yang memnuhi kriteria inkulsi
berjumlah 169 mahasiswi. Sehingga, penelitian ini menggunakan Simple Random
Sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer hasil dari lembar kuisioner
yang diisi secara langsung oleh responden.
Rumus :
= 4.12.88/25
= 168, 96
= 169
Keterangan :
n1 : Besar sample pada tahap pertama
p : Prosentase taksiran hal yang akan diteliti
q : 100-p
Rumus tersebut digunakan untuk survey dengan cara simple random sampling.
(Tjokronegoro A, Sudarsono S. 1999)
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Jakarta 1, Cilandak, Jakarta
Selatan. Agar penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1.
Adapun penelitian di lokasi tersebut karena penulis berkepentingan dengan
masalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Riset Keperawatan dan
Metodologi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta 1.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, mulai bulan
Juni sampai dengan bulan Juli 2015
n1= 4 pq/25
umu
s n1=
4 pq/25
D. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak subjek. Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi
pasien, tujuan dilakukannya penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan diteliti, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi dan lain-lain.
2. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
E. Alat Pengumpulan Data
Alat atau instrument yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner
tentang biodata yang dibagikan kepada 169 mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, hal yang penulis lakukan adalah dengan
membentuk 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini akan menggunakan analisa penelitian non parametrik. Berikut
penulis uraikan rencana analisa data yang akan dilakukan.
1. Uji Eksperimen Semu Quasi Eksperiment
Uji Eksperimen Semu Quasi Eksperiment termasuk dalam metode penelitian
eksperimen yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat
dengan cara melibtakan kelompok control disamping kelompok eksperimen.
Pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan tekhnik acak tapi
menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar (teknik
rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok sudah memiliki
karakteristik berbeda.
Contoh :
Subjek Pre Perlakuan Pasca Test
K-A 0 1 01-A
K-B 0 01-B
Time 1 Time 2 Time 3
Dalam rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pretest sesudah
diberi perlakuan diadakan pengukuran kembali.
2. Uji T – Test
Uji T – Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah
perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang
berskala data interval/rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud di sini adalah
dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek
yang berbeda. Misal Kelompok Kelas A dan Kelompok kelas B, di mana
responden dalam kelas A dan kelas B adalah 2 kelompok yang subjeknya berbeda.
Terdapat dua jenis uji T, yaitu Uji T Dependent sample t-test dan Uji T
Independent sample t-test.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji T Independent sample t-test,
dimana uji T Independent sample t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan
untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak saling berpasangan atau tidak
saling berkaitan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa penelitian
dilakukan untuk dua subjek sampel yang berbeda.
Sebelum dilakukan uji T-test Independent dilakukan uji normalitas data
dengan uji Shapiro-Wilk. Karena data berdistribusi normal, dilakukan uji
homogenitas atau varian dengan uji F-Test atau Levene’s Test. Dalam penelitian
ini, kedua kelompok data mempunyai varian yang sama sehingga nilai uji T-test
Independent dibaca pada Equal variance. Rumus manual uji homogenitas varian
adalah sebagai berikut:
Data dinyatakan memiliki varian yang sama (equal variance) bila F-
Hitung < F-Tabel, dan sebaliknya, varian data dinyatakan tidak sama (unequal
variance) bila F-Hitung > F-Tabel.
Bentuk varian kedua kelompok data akan berpengaruh pada nilai
standar error yang akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya.Uji t
untuk varian yang sama (equal variance) menggunakan rumus manual Polled
Varians:
Uji t untuk varian yang berbeda (unequal variance) menggunakan
rumus manual Separated Varians dibawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
 Handayani tuty. 2013.Apotek hidup. Bandar Lampung : CV ilmu padi
infra pustaka makmur
 Hidayat, A. Aziz Alimul.2007.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
 Wong, Donna L (2008).Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik Wong.Edisi
6.Jakarta: EGC
 Tjokronegoro A, Sudarsono S. 1999. Metodologi Penelitian Bidang
Kedokteran.Cetakan kelima: Jakarta : FKUI
 Riyadi, dkk.2010.Herbal Indonesia Berkhasiat.Bogor: PT.Trubus Swadaya


More Related Content

Similar to KEPUTIHAN REMAJA (20)

SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docxSATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i revisi ke 2
Bab i revisi ke 2Bab i revisi ke 2
Bab i revisi ke 2
 
Bab i revisi
Bab i revisiBab i revisi
Bab i revisi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Total bab
Total babTotal bab
Total bab
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Total bab
Total babTotal bab
Total bab
 
3189
31893189
3189
 
makalah Keputihan
makalah Keputihanmakalah Keputihan
makalah Keputihan
 
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasiHubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptxASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
 
Makalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramataMakalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramata
 
Keputihan
KeputihanKeputihan
Keputihan
 
Coba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposalCoba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposal
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
 
Makalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramataMakalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramata
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

KEPUTIHAN REMAJA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan karakteristik seks primer yaitu organ internal dan eksternal yang melaksanakan fungsi reproduktif misalnya ovarium, uterus, payudara dan penis. Karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misalnya perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, 2008). Masalah yang dapat dijumpai pada masa remaja khususunya remaja perempuan adalah perubahan bentuk tubuh, adanya jerawat atau acne, gangguan emosional, gangguan miopi, adanya kelainan kifosis, penyakit infeksi, dan keputihan (Hidayat, 2008). Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia perempuan dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna, jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal. Keputihan merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada perempuan. Keputihan dapat terjadi pada keadaan yang normal (fisiologis), namun dapat juga merupakan gejala dari suatu kelainan yang harus diobati (patologis) (Clayton, 2008). Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% perempuan di dunia mengalami keputihan dan 45% diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia, pada tahun 2002 sebanyak 50% perempuan Indonesia pernah mengalami keputihan. Pada tahun 2003, sebanyak 60% wanita mengalami keputihan dan pada tahun 2004 70% wanita mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur hidupnya (Kumalasari, 2005). Pencegahan terhadap keputihan yang paling utama adalah menjaga personal hygiene terutama daerah vagina. Hasil penelitian Prasetyowati (2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%)
  • 2. mengalami keputihan, Sehingga wanita sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan organ reproduksinya, dalam sebuah penelitian telah disebutkan bahwa air rebusan daun sirih dapat menjaga kebersihan organ reproduksi dari keputihan, Menurut Dr. M. Rezha Faisal, SpOG yang merupakan spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, air rebusan daun sirih mempunyai sifat anti bakteri. Apabila digunakan dalam kondisi yang tepat, bisa saja membantu membunuh kuman-kuman penyebab keputihan, seperti bakteri, jamur, virus dan parasit atau protozoa. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. B. Rumusan Masalah Keputihan menjadi satu masalah tersendiri yang banyak dialami kaum wanita. Bahkan lebih dari 50% wanita mengalami keputihan berlebih. Pada tahun 2014, mustika wayan, dkk sudah pernah melakukan penelitian mengenai efektifitas air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis di Poltekkes Kemenkes Denpasar, oleh karena itu peneliti ingin menguji pengaruh penggunaan air daun sirih terhadap keputihan fisiologis pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 tahun 2015, mengingat keputihan terjadi pada usia remaja, dan mahasiswi termasuk ke dalam kriteria faktor inklusi sehingga peneliti memilih mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 sebagai responden dalam penelitian ini. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis di kalangan remaja. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik keputihan fisiologis pada remaja. b. Untukmengetahuifaktor-faktor yang mempengaruhikeputihan fisiologis. c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis.
  • 3. D. Manfaat Penelitian Dalam penyusunan proposal yang telah disusun terdapat beberapa manfaat, antara lain:  Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan sebagai proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai data untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai efikasi air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis dikalangan remaja putri.  Bagi Institusi Keperawatan Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam praktek keperawatan mengenai penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis dikalangan remaja.  Bagi Remaja ( Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1) Hasil penelitian yang dilakukkan diharapkan dapat menjadi informasi bagi Remaja dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat, sehingga dapat mencegah adanya ganggguan reproduksi wanita serta mengurangi penggunaan antibiotik pada terjadinya keputihan fisiologis pada remaja putri.
  • 4. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Keputihan Fisiologis Keputihan merupakan masalah kesehatan yang umum disertai dengan berbagai penyebab. Dalam terminologi terdahulu seperti “non spesifik vaginitis” atau “non spesifik infeksi saluran kelamin bawah” sering digunakan untuk menggambarkan kondisi yang menyebabkan keputihan (Puri, Medan, & Bajaj, 2003). Keputihan merupakan data yang sering ditemukan pada peradangan saluran genitalia wanita. Normalnya, pada waktu ovulasi cairan yang keluar jumlahnya sedikit, encer dan berwarna putih (Long, 1996). Keputihan (Leukore/fluor albus/vaginal discharge leukore) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan yang biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (mansjoer et al, 2001). Keputihan atau biasa disebut juga flour albus, keputihan dikelompokan menjadi dua. Pertama keputihan fisiologis, yaitu keputihan yang tidak disebabkan oleh penyakit namun karena perubahan faal tubuh. Kedua keputihan patologis yaitu keputihan yang diakibatkan oleh penyakit tertentu. Keputihan fisiologis bisa timbul akibat adanya rangsangan seksual, perubahan hormonal menjelang dan sesudah menstruasi, saat kehamilan atau perubahan emosional tertentu. Misalnya, waktu ujian, sedang ada masalah atau apa saja yang bisa menimbulkan beban pikiran. Keputihan fisiologis ini tentu tidak berbahaya. Biasanyajuga menimbulkan keluhan kecuali rasa lembab di daerah pribadi. Sementara yang patologis di samping warnanya bisa kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan biasanya juga menimbulkan rasa gatal, panas, bahkan nyeri. Cara menghilangkan keputihan pada wanita bisa dilakukan dengan cara yang alami.
  • 5. B. Epidemiologi Penelitian secara epidemiologi, bahwa sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Flour albus (keputihan) merupakan indikasi suatu vaginitis, infeksi yang sering menyebabkan vaginiti adalah trikomonas, vaginosis bacterial, dan kandidiasis. Penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Prevalensi dan penyebab vaginitits masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Data penelititan tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% perempuan di dunia mengalami dan 45% diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia, pada tahun 2002 sebanyak 50% perempuan Indonesia pernah mengalami keputihan. Pada tahun 2003, sebanyak 60% wanita mengalami keputihan dan pada tahun 2004, 70% wanita mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur hidupnya (Kumalasari, 2005). Hasil penelitian Prasetyowati (2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%) mengalami keputihan. Dari survey awal (penelitian pendahuluan) jumlah perkiraan (penderita fisiologis) responden sebanyak 169 mahasiswi. C. Klasifikasi Keputihan Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak leukosit. a. Keputihan fisiologis ditemukan pada:  Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
  • 6.  Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukore di sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.  Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.  Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi lebih encer.  Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri. b. Keputihan Patologik Disebabkan karena infeksi, cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, serviks, dan cavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik. (Mansjoer), et al 2001 D. Etiologi Keputihan Fisiologis Penyebab Flour albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut multifaktoral. Keputihan disebabkan oleh beberapa hal yaitu infeksi, benda asing, penyakit organ kandungan, kelelahan, gangguan hormon, pola hidup tidak sehat dan stress akibat kerja. Keputihan disebabkan oleh adanya perubahan flora normal yang berdampak terhadap derajat keasaman (pH) organ reproduksi wanita (Indarti, 2004). Keputihan fisiologis terjadi ketika pada masa ovulasi selain itu keputihan juga disebabkan oleh adanya infeksi dalam servik, adanya tampon atau benda asing dan adanya keganasan fisik (Burke, 2006). Terdapat 4 penyebab utama yang dapat menyebabkan perubahan flora normal dan memicu keputihan (Ichwan, 2009): a. Faktor Fisiologis Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang
  • 7. berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada :  waktu disekitar menarche karena mulai terdapatpengaruh estrogen; keputihan ini dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.  Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelumdan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina  Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.  Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri (Wiknjosastro, 2005) b. Faktor Konstitusi Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stress emosional, karena ada masalah dalam keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendah ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun maupun obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan keputihan terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan faktor yang sangat memperburuk terjadinya keputihan (Ichwan, 2009). Diet memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur. Dengan makanan yang cukup gizi kita bisa membantu tubuh kita memerangi infeksi dan mencegah keputihan vagina yang berlebihan. Hindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat dengan kadar gula tinggi seperti tepung, sereal, dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal di dalam vagina. Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula. Bakteri yang hidup di vagina disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi asam laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan infeksi vagina. Gula yang dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan
  • 8. penyakit, maka jumlah menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak (Clayton, 2005). c. Faktor Iritasi Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun untuk mencuci organ intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau pengharum vagina (Ichwan, 2009). Menurut Clayton (2005), penyebab dari keputihan, antara lain: a. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat b. Penggunaan celana panjang yang ketat. c. Penggunaan deodorant vagina d. Patologis (infeksi alat reproduksi atau infeksi kuman,jamur dan bakteri). E. Tanda dan Gejala Keputihan Fisiologis Gejala keputihan dapat dilihat dari jumlah cairan, warna, bau dan konsentrasi. Pada keputihan normal, jumlah cairannya sedikit, warnanya putih jernih, bau yang ditimbulkan tidak menyengat dan khas dan dengan konsentrasi sedikit lengket. (Indarti, 2004) Agar keputihan tidak menimbulkan masalah yang lebih serius, sebaiknya cara menghilangkan keputihan pada wanita adalah dengan berkonsultasi ke dokter. Selain obat medis keputihan bisa juga dicegah dengan berkonsultasi ke dokter ahli kandungan agar bisa diobati secara medis. Selain obat medis keputihan bisa juga diobati dan dicegah secara alami dengan menggunakan herbal atau tanaman obat, seperti kunci pepet, daun sirih, temu putih, kunyit, temulawak, daun dea, Pegagan dan mahkota dewa. F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputihan Keputihan bukanlah suatu penyakit. Pada dasarnya merupakan kejadian yang fisiologis (normal). Akan tetapi keputihan juga merupakan suatu manifestasi bahwa vagina terindikasi penyakit (patologis). Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan baik yang bersifat internal (berasal dari tubuh) ataupun eksternal (faktor lingkungan). Faktor yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor resiko intrinsik) dibedakan menjadi faktor jenis kelamin dan usia, faktor-faktor anatomi dan konstitusi tertentu, serta faktor nutrisi.
  • 9. Sedangkan faktor resiko yang berasal dari lingkungan (faktor resiko ekstrinsik) yang memudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya, faktor estrinsik ini dapat berupa: keadaan fisik, kimiawi, biologis, psikologis, sosial budaya, dan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Menurut Sianturi (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan bermacam-macam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi (kuman, jamur, parasit, virus), adanya benda asing dalam liang senggamamisalnya tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang digunakan saat senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin, dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ genital. Sabardi (2009) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor endogen dan faktor eksogen yang keduanya saling mempengaruhi: a. Faktor Endogen (berasal dari dalam tubuh), yaitu: 1. Kelainan pada lubang vagina. Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama yang bercampur dengan air seni atau kotoran dari usus (feses). Hal ini dapat terjadi karena akibat adanya lubang kecil (fistul) dari kandung kemih atau usus keliang senggama akibat adanya cacatbawaan dan cidera persalinan (Clayton, 2005). Kelainan congenital atau bawaan yang tidak adanya sama sekali vagina atau sebagian (agenesis vagina) tentu akan menimbulkan masalah bagi penderita terutama adalah tidak dapat melakukan hubungan seksual dan jalan keluar darah haid. Penderita yang mengalami agenesis vagina frekuensinya tidak begitu banyak hanya 1:4000 kelahiran (Pribakti, 2010). 2. Imunitas Ketika daya tahan tubuh seseorang menurun, organ reproduksicenderung mudah terinfeksi kuman, akibatnya dapat menimbulkan keputihan (Sabardi, 2009). b. Faktor Eksogen (berasal dari luar tubuh), yaitu : 1. Infeksi yang meliputi infeksi jamur, bakteri, parasit dan virus sepertiyang telah dijelaskan sebelumnya. 2. Non-infeksi yang meliputi masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, perilaku cebok kurang tepat dan tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, stres dan kelainan endokrin atau hormon.
  • 10.  Benda Asing  Cebok/cara membersihkan vagina kurang tepat.  Area vagina yang lembab  Celana dalam yang ketat dan berbahan nilon  Kondisi Stres  Gangguan hormonal Keputihan terjadi akibat perubahan hormon estrogen. Biasanya terjadi pada masa peralihan antara masa pubertas dan menjelang menopause (setelah masa subur/reproduktif) (Susmeiati,2009). Keputihan yang fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas, stres psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau saat menopause (Moechtar, 1986). G. Pencegahan Keputihan Fisiologis / prosedur perawatan standart Menjaga kesehatan reproduksi unuk pencegahan keputihan pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebesihan organ reproduksi kewanitaan yaitu: 1. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan seksama. Membersihkan dilakukan dari depan ke belakang secara satu arah. Hal ini dilakukan untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke dalam vagina. 2. Membasuh secara teratur bagian bibir vagina secara hati-hati menggunakan air bersih. Yang terpenting adalah membersihkan bekas keringat di sekitar bibir vagina. 3. Jangan menggunakan sabun di area vagina karena untuk menjaga keasaman vagina. Normalnya vagina berbau asam dan kecut dengan pH keasaman sekitar 4-4,5. Terlalu sering membasuh vagina dengan cairan kimia(douching) dan penggunaan deodoran disekitar vagina akan merusak keseimbangan organisme dan cairan vagina sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada vagina (vaginitis) 4. Mengeringkan alat kelamin dengan tissue atau handuk agar tidak lembab setiap kali setelah mandi atau buang air. Usahakan agar daerah kemaluan dan selangkangan
  • 11. selalu kering, lebih-lebih bila tergolong gemuk karena suasana lembab sangat disukai oleh jamur. Selalu keringkan sebelum berpakaian. 5. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuanagar vagina kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana- sini yang akhirnya mengandung jamur dan bakteri bersarang. 6. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari setelah mandi, terutama bagi wanita aktif dan mudah berkeringat. Gunakan celana dalam yang kering dan bila celana dalam keadaan basah segera mengganti dengan celana dalam yang bersih dan belum dipakai. 7. Tidak memakai celana dalam yang terlalu ketat, karena celana dalam yang terlalu ketat menyebabkan permukaan vagina menjadi mudah berkeringat. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun. Celana dalam dari satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar vagina panas dan lembab. 8. Pakaian luar juga harus diperhatikan. Celana jeans tdiak dianjurkan karena pori- porinya sangat rapat, pilihlah seperti rok atau celana bahan agar sirkulasi udara disekitar organ intim bergerak leluasa. 9. Ketika sedang haid dianjurkan sering mengganti pembalut vterutama pada hari-hari pertama haid. Pembalut yang baik yaitu pembalut yang berdaya serap baik dan tidak berparfum. 10. Gunakan panty liner disaat perlu dan jangan terlalu lama 11. Dianjurkan untuk mencukur rambut kemaluan karena rambut kemaluan dapat ditumbuhi sejenis jamur atau kutu 12. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi. Dianjurkan tidak duduk diatas kloset di wc umum atau bisakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. 13. Pola hidup sehat yaitu diet seimbang, olahraga rutin, istirrahat yang cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stress yang berkepanjangan.
  • 12. H. Pemeriksaan Keputihan Keputihan bukan penyakit, tetapi gejala dari berbagai penyakit sehingga memerlukan tindak lanjut untuk menegakkan diagnosis melalui : gejala dari berbagai penykit sehingga memerlukan tindak lanjut untuk menegakkan diagnosis melalui : 1. Pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan spekulum untuk mencari penyebab keputihan : a. Dari mana asalnya keputihan.  Mulut rahim  Hanya bersifat lokal dalam vagina b. Bagaimana dinding vagina  Warnanya  Apakah terdapat bintik merah, seperti digigit nyamuk  Apakah keputihan bergumpal atau encer  Apakah keputihan melekat pada dinidng vagina. c. Bagiamana mulut rahim  Apakah tertutup oleh keputihan  Apakah terdapat perlukaan  Apakah mudah berdarah 2. Pemeriksaan laboratorium Penyebab keputihan adalah infeksi, benda asing, dan keganasan. Dengan demikian pemeriksaan laboratorium untuk menginfeksi (trikomonas, kandida albikan, bakteri, spesifik) dan pap smear untuk kemungkinan keganasan. I. Definisi Daun Sirih Sirih adalah merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagianbesar budaya memanfaatkan daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Juga kapurnya mebuat pengerutan gusi (periodentitis) yang dapat
  • 13. membuat gigi tanggal, walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik mencegah gigi berlubang Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.Di Indonesia, sirih merupakan flora khas provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara makan sirih khususnya saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih sebagai obat berbagai jenis penyakit. Walaupun demikian tanaman sirih banyak dijumpai di seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau hanya sebagai tanaman hias. J. Kandungan Daun Sirih Minyak atsiri dari daun sirih mengandung betiephenol, seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Adapun senyawa aktif yang terkandung dalam daun sirih adalah flavonoid, alkaloid, senyawa polifenat, tanin, antosianin, dan minyak atsiri. Secara khusus kandungan daun sirih terdiri dari hidroksikavicol, cadinen, estragol, tarpenenna, seskuitterpena, crotopoxide, fenil propana, amilum, eugenol, diastase, gula dan pati. Senyawa neolignan yang ada dalm daun sirih yaitu piper betol, methyl piper betol, piperol A, dan piperol B. (Endah Lasmadiwati, 2010) K. Kegunaan Daun Sirih Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan (jamur) dan Keputihan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. selain itu, daun sirih juga berkhasiat untuk mengobatibatuk, sariawan,bronchitis,jerawat, sakit gigi karena berlubang, demam berdarah, bau mulut, haid tidak teratur, asma, radang tenggorokan (daun dan minyaknya), gusi bengkak (getahnya), membersihkan mata, bau ketiak. Kegunaan daun sirih berikutnya adalah untuk menghilangkan keputihan. Daun sirih yang mengandung antiseptic dapat mengurangi keputihan dan menjaga kelembaban organ
  • 14. kewanitaan. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komponen daun sirih dapat menghambat pertumbuhan bakteri staphyloccocus aureus dan E. Coli. Rebuslah beberapa lembar daun sirih lalu bilaskan pada organ kewanitaan Anda maka sedikit demi sedikit keputihan Anda akan menghilang bahkan sembuh.(Endah Lasmadiwati, 2010). Cara penggunaan air daun sirih untuk menanggulangi keputihan yaitu : a) Bahan daun sirih segar 7-10 lembar b) Siapkan air bersih sebanyak 2,5 liter c) Rebus daun sirih dengan 2,5 liter air selama 30 menit sehingga menyisakan 2 liter d) Basuh vagina menggunakan air rebusan daun sirih dalam kondisi air yang agak dingin atau hangat-hangat kuku e) Air rebusan dipakai mencuci vagina 2x sehari setelah mandi f) Pembasuhan rebusan air daun sirih dilakukan selama 5 hari berturut-turut sehingga dapat diketahui efektifitas terhadap keputihan fisiologis.
  • 15. BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa factor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, A. Aziz Alimul.2007). Dalam penelitian ini dikembangkan kerangka konsep yang akan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun Kerangka Konsep penelitian ini: Skema 3.1: Kerangka Konsep Pengaruh Daun Sirih Terhadap Keputihan Fisiologis Pada Remaja Putri Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) Hasil atau Out come Keterangan : Keputihan Pada Remaja putri Air Rebusan Daun sirih : Minyak Atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol, seskuiterpan, hidroksikavikol,cavi betol,estragol eugenol, karvakol) Keputihanfisiologis pada remajaputri tidak terjadi
  • 16. B. Kerangka Penelitian Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Flour albus Flour albus Intervensi Kontrol Prosedur perawatan standar + diberi rebusan air daun sirih untuk membasuh vagina setelah mandi Prosedur perawatan standar Setelah 10 kali penggunaan air rebusan daun sirih Setelah 10 kali penggunaan air rebusan daun sirih Observasi Observasi Hasil Hasil ᵡ ᵡ
  • 17. C. Hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut sering dituntut untuk melakukan pengecekannya(Riwidikdo, 2009). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah kasus yaitu penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis di kalangan remaja putri. Jenis hipotesa dalam sebuah penelitian antara lain sebagai berikut: 1. HA : Ada pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis di kalangan remaja mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1. 2. HO : Tidak ada pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih terhadap keputihan fisiologis di kalangan remaja mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1. D. Definisi Operasional Definisi operasinal adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakter yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional adalah variabel penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Variabel Independent Air Rebusan Daun sirih : (Eugenol dan Daun sirih yang mengandung antiseptic dapat mengurangi keputihan dan menjaga kelembaban organ kewanitaan. Senyawa Eugenol terbukti dapat mematikan jamur candida albicans Air rebusan sirih dibuat sesuai dengan prosedur yang terdapat di DO 0 = Ya / menggunakan air rebusan daun sirih 1 = Tidak / tidak menggunakan air rebusan daun Nominal
  • 18. Tannin) Enzim Tannin meruakan astringen yang mengurangi sekresi cairan dari vagina. Cara pembuatan : a. Bahan: daun sirih segar 7-10 lembar; b. Pemakaian: Daun sirih direbus dalam 2,5 liter air, c. Dalam kondisi agak dingin atau hangat-hangat kuku, air rebusan dipakai mencuci vagina 2x sehari. Pembasuhan dilaksanakan selama 5 hari berturut-turut. sirih 2. Dependen Keputihan Keputihan (Leukore/fluor albus/vaginal discharge leukore). Merupakan cairan yang keluar dari vagina. Pembasuhan air rebusan dilakukan selama 5 hari, dengan penggunaan air daun sirih 2x sehari. Kuesioner Frekuensi 1 : keputihan banyak 2 : keputihan sedang 3 : keputihan sedikit 4 : keputihan tidak ada Ordinal Warna 1 : hijau 2 : kuning 3 : putih susu 4 : bening Ordinal Bau 1 : bau 2 : tidak bau Nominal 3. Confounding 1. Stress Merupakan suatu kondisi psikis yang ditandai dengan kesedihan, 1: menjawab iya Nominal
  • 19. 2. Siklus haid kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah 1. Periode darah keluar dari vagina, berkisar antara 2-8 hari. Rata-rata 5 hari. 2: menjawab tidak 0: > 7 hari 1: < 7 hari
  • 20. BAB IV METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Desain penelitian yang akan diambil adalah desain penelitian QuasiEksperimen yaitu ngan tindakan berupa membasuh bagian vagina dengan air rebusan daun sirih. Desain penelitian quasi eksperimen yaitu penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok uji. Pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan tekhnik acak, tapi menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar (tekhnik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok sudah memiliki karakteristik yang berbeda. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keselurahan objek penelitian atau objek yang diteliti (S. Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta I dilihat berdasarkan tahun 2014/2015 berjumlah 565 mahasiswi.Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 169 mahasiswi. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Cara pengambilan sample pada penelitian ini adalah dengan mengunakan Simple Random Samplingdimana setiap anggota (unit) dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sample. Sample yang memenuhi kriteria inklusi adalah mahasiswi dengan keluhan keputihan fisiologis, mahasiswi yang bersedia diteliti dengan menandatangani inform consent, serta mahasiswi usia 18-20 tahun. Jadi, sample yang memnuhi kriteria inkulsi berjumlah 169 mahasiswi. Sehingga, penelitian ini menggunakan Simple Random
  • 21. Sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer hasil dari lembar kuisioner yang diisi secara langsung oleh responden. Rumus : = 4.12.88/25 = 168, 96 = 169 Keterangan : n1 : Besar sample pada tahap pertama p : Prosentase taksiran hal yang akan diteliti q : 100-p Rumus tersebut digunakan untuk survey dengan cara simple random sampling. (Tjokronegoro A, Sudarsono S. 1999) C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Jakarta 1, Cilandak, Jakarta Selatan. Agar penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1. Adapun penelitian di lokasi tersebut karena penulis berkepentingan dengan masalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Riset Keperawatan dan Metodologi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta 1. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, mulai bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2015 n1= 4 pq/25 umu s n1= 4 pq/25
  • 22. D. Etika Penelitian 1. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak subjek. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan diteliti, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi dan lain-lain. 2. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian. E. Alat Pengumpulan Data Alat atau instrument yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner tentang biodata yang dibagikan kepada 169 mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1. F. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, hal yang penulis lakukan adalah dengan membentuk 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. G. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini akan menggunakan analisa penelitian non parametrik. Berikut penulis uraikan rencana analisa data yang akan dilakukan.
  • 23. 1. Uji Eksperimen Semu Quasi Eksperiment Uji Eksperimen Semu Quasi Eksperiment termasuk dalam metode penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibtakan kelompok control disamping kelompok eksperimen. Pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan tekhnik acak tapi menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar (teknik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok sudah memiliki karakteristik berbeda. Contoh : Subjek Pre Perlakuan Pasca Test K-A 0 1 01-A K-B 0 01-B Time 1 Time 2 Time 3 Dalam rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pretest sesudah diberi perlakuan diadakan pengukuran kembali. 2. Uji T – Test Uji T – Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud di sini adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda. Misal Kelompok Kelas A dan Kelompok kelas B, di mana responden dalam kelas A dan kelas B adalah 2 kelompok yang subjeknya berbeda. Terdapat dua jenis uji T, yaitu Uji T Dependent sample t-test dan Uji T Independent sample t-test. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji T Independent sample t-test, dimana uji T Independent sample t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak saling berpasangan atau tidak saling berkaitan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa penelitian dilakukan untuk dua subjek sampel yang berbeda.
  • 24. Sebelum dilakukan uji T-test Independent dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Karena data berdistribusi normal, dilakukan uji homogenitas atau varian dengan uji F-Test atau Levene’s Test. Dalam penelitian ini, kedua kelompok data mempunyai varian yang sama sehingga nilai uji T-test Independent dibaca pada Equal variance. Rumus manual uji homogenitas varian adalah sebagai berikut: Data dinyatakan memiliki varian yang sama (equal variance) bila F- Hitung < F-Tabel, dan sebaliknya, varian data dinyatakan tidak sama (unequal variance) bila F-Hitung > F-Tabel. Bentuk varian kedua kelompok data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya.Uji t untuk varian yang sama (equal variance) menggunakan rumus manual Polled Varians: Uji t untuk varian yang berbeda (unequal variance) menggunakan rumus manual Separated Varians dibawah ini :
  • 25.
  • 26. DAFTAR PUSTAKA  Handayani tuty. 2013.Apotek hidup. Bandar Lampung : CV ilmu padi infra pustaka makmur  Hidayat, A. Aziz Alimul.2007.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika  Wong, Donna L (2008).Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik Wong.Edisi 6.Jakarta: EGC  Tjokronegoro A, Sudarsono S. 1999. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.Cetakan kelima: Jakarta : FKUI  Riyadi, dkk.2010.Herbal Indonesia Berkhasiat.Bogor: PT.Trubus Swadaya 