SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
TINJAUAN PUSTAKA



                                                 Konstipasi pada Anak
                                         Yusri Dianne Jurnalis, Sofni Sarmen, Yorva Sayoeti
                        Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS. Dr. M. Djamil
                                                 Padang, Sumatera Barat, Indonesia



                                                                       ABSTRAK
  Konstipasi sering terjadi pada anak dan menjadi salah satu alasan orang tua membawa anaknya berobat. Prevalensi konstipasi pada anak
  0,3%-8%, 97% disebabkan oleh konstipasi fungsional. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang
  tercermin dari 3 aspek: berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang lebih keras dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja
  (skibala) dengan atau tidak disertai enkopresis (“kecepirit”). Konstipasi merupakan manifestasi berbagai kelainan atau sebagai akibat sekunder
  pengobatan. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk menegakkan diagnosis konstipasi. Nyeri perut atau rektum dan
  enkoporesis merupakan komplikasi primer konstipasi pada anak.Terapi rumatan bertujuan untuk mencegah berulangnya konstipasi dengan
  membentuk kebiasaan defekasi yang teratur, dengan cara modifikasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif dan pendekatan psikologis.
  Konstipasi biasanya remisi 60%-90% setelah pengobatan selama 1 tahun. Penanganan konstipasi pada anak melibatkan kerjasama antara
  dokter, orangtua dan anak.

  Kata kunci: konstipasi, anak, laksatif



                                                                     ABSTRACT
  Constipation often occurs in children and becomes one of the reason to seek medical treatment. The prevalence of constipation in children
  is 0.3% - 8%, 97% is functional. Constipation is the inability to evacuate fecal matter properly, featured in 3 aspects: reduction of defecation
  frequency, harder stools and palpated abdomen feces mass (scibala) with or without encopresis. Constipation is the manifestation of a variety
  of disorders or as side effect of treatment. History of illness and physical examination are essential in establishing diagnosis. Abdominal or
  rectum pain and encoporesis are the primary complications. Therapy aims to prevention with regular defecation habit forming, modification
  of behavior, dietary fiber, laxatives and psychological approach. Constipation is usually a long-term remission of 60%-90% after treatment for 1
  year. Constipation in children is managed with collaboration among physicians, parents and children. Yusri Dianne Jurnalis, Sofni Sarmen,
  Yorva Sayoeti. Constipation in Children.

  Key words: constipation, children, laxatives



PENDAHULUAN                                           Sejumlah 97% kasus konstipasi anak                 suatu pengobatan.1,7
Perubahan pola diet merupakan salah                   disebabkan oleh konstipasi fungsional dengan
satu penyebab utama tingginya kejadian                kejadian yang sama antara laki-laki dan            DEFINISI
konstipasi1.   Konstipasi     umumnya                 perempuan.5 Bekkali NL mendapatkan usia            Konstipasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
memberikan gejala berupa rasa cemas                   anak yang menderita konstipasi fungsional          “constipare” yang berarti berkerumun.9
sewaktu defekasi karena nyeri yang                    dan rectal fecal impaction (RFI) berkisar antara   Menurut North American Society for Pediatric
dirasakan, nyeri perut berulang, sampai               4-16 tahun.6                                       Gastroenterology Hepatology and Nutrition
keadaan penurunan nafsu makan dan                                                                        (NAPSGAN)      2006,    Konstipasi  adalah
gangguan pertumbuhan.2                                Keluhan konstipasi sering menjadi alasan           kelambatan atau kesulitan dalam defekasi
                                                      orang tua membawa anaknya berobat.                 yang terjadi dalam 2 minggu atau lebih dan
Konstipasi merupakan masalah yang sering              Keluhan yang berhubungan dengan                    cukup membuat pasien menderita.10
terjadi pada anak3; prevalensinya diperkirakan        konstipasi ditemukan pada 3% anak yang
0,3% sampai 8%.2 Menurut Van den Berg MM,             berobat ke pusat pelayanan primer dan 25%          Tabel 1 Frekuensi normal defekasi pada anak2,10,11
prevalensi konstipasi 0,7% sampai 26,9%.4             berobat ke spesialis Gastroenterologi2,3,7,8.            Umur              Defeksi/          Defekasi/hari
Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke           Konstipasi tidak dipengaruhi oleh status                                   minggu
                                                                                                             0-3 bulan
tahun 2005 didapatkan prevalensi konstipasi           sosial, ekonomi dan jumlah anak.7 Konstipasi               ASI                5-40                 2,9
pada anak sampai usia 1 tahun mencapai                harus dianggap suatu gejala, bukan diagnosis,            Formula              5-28                 2,0
                                                                                                             6-12 bulan             5-28                 1,8
2,9% dan meningkat pada tahun kedua, yaitu            keadaan ini merupakan manifestasi berbagai             1-3 tahun              4-21                 1,4
sekitar 10,1%. 5                                      kelainan atau sebagai akibat sekunder dari              >3 tahun              3-14                 1,0


Alamat korespondensi   email: yusridianne@yahoo.com




CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013                                                                                                                                   27
TINJAUAN PUSTAKA

 Konstipasi adalah ketidak mampuan melaku-                       ileus, diet dan obat.11 Sekitar 97% konstipasi            melemaskan sfingter ani eksternus tercapai,
 kan evakuasi tinja secara sempurna yang ter-                    pada anak disebabkan oleh fungsional.5                    defekasi volunter dapat dicapai dengan secara
 cermin dalam dari 3 aspek yaitu: berkurang-                     Pada 137 anak India (tahun 2001-2006), 85%                volunter melemaskan sfingter eksternus
 nya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang                konstipasi disebabkan oleh fungsional dan                 dan mengontraksikan otot-otot abdomen
 lebih keras dari sebelumnya dan pada palpasi                    15% disebabkan oleh kelainan organik.12                   (mengejan). Defekasi merupakan suatu refleks
 abdomen teraba massa tinja (skibala) dengan                                                                               spinal yang dengan sadar dapat dihambat
 atau tidak disertai enkopresis (“kecepirit”).11                 FISIOLOGI DEFEKASI                                        dengan menjaga sfingter eksternus tetap
                                                                 Keinginan berdefekasi muncul pertama kali                 berkontraksi atau melemaskan sfingter dan
 Untuk praktisnya, seorang anak dikatakan                        saat tekanan rektum mencapai 18 mmHg ;                    megontraksikan otot abdomen. Se-benarnya
 menderita konstipasi apabila ia tidak berhasil                  apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani               stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah
 melakukan defekasi dengan kekuatan sendiri,                     internus dan eksternus melemas dan isi feses              sebagai refleks defekasi, sehingga diperlukan
 sakit saat berdefekasi atau telah terjadi inkon-                terdorong keluar. Ketika feses masuk rektum,              refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis
 tinensia akibat penumpukan feses.                               distensi dinding rektum menimbulkan sinyal                (segmen sakral medulla spinalis ).1,13,14
                                                                 aferen menyebar melalui pleksus mienterikus
 Konstipasi kronis didefinisikan sebagai gang-                   untuk menimbulkan gelombang peristaltik                   Bila ujung saraf dalam rektum terangsang, sinyal
 guan gastrointestinal yang terdiri dari feses                   dalam kolon desendens, sigmoid, rektum,                   akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian
 yang keras, defekasi kurang dari 3x / minggu,                   dan mendorong feses ke arah anus. Ketika                  secara refleks kembali ke kolon desendens,
 ketidakmampuan mengeluarkan feses yang                          gelombang peristaltik mendekati anus,                     sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut
 keras maupun lunak yang berlangsung lebih                       sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal              parasimpatis pelvikus. Sinyal parasimpatis ini
 dari 6 minggu.1                                                 penghambat dari pleksus mienterikus dan                   sangat memperkuat gelombang peristaltik
                                                                 sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar                 dan merelaksasi sfingter ani internus sehingga
 ETIOLOGI                                                        berelaksasi secara volunter sehingga terjadi              mengubah refleks defekasi intrinsik menjadi
 Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah                  defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu                   proses defekasi yang kuat. Sinyal defekasi
 fungsional, fissura ani, infeksi virus dengan                   rektum teregang. Sebelum tekanan yang                     masuk ke medula spinalis menimbulkan
                                                                                                                           efek lain, seperti mengambil napas dalam,
 Tabel 2 Kriteria ROMA III untuk konstipasi fungsional9                                                                    penutupan glottis, kontraksi otot dinding
     Bayi/ balita (usia < 4 tahun)                                                                                         abdomen mendorong isi feses dari kolon turun
     Dalam 1 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria di bawah ini:                                                         ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis
     ≤ 2 x defekasi/minggu
     ≥ 1 x episode inkontinensia/minggu setelah memperoleh toilet skill                                                    mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin
     Riwayat retensi feses yang berlebihan atau riwayat sangat nyeri atau “sembelit”                                       anus mengeluarkan feses.1,13
     Terdapat massa feses yang besar di rektum
     Terdapat riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet
     Keadaan tersebut dapat disertai dengan gejala iritabel, penurunan nafsu makan atau tidak nafsu makan.                 PATOFISIOLOGI KONSTIPASI
     Hal ini juga dapat disertai oleh feses yang berukuran besar
     Anak usia > 4 tahun                                                                                                   Proses defekasi yang normal memerlukan
     Dalam 2 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria di bawah ini:                                                         keadaan anatomi dan persyarafan yang
     ≤ 2 x defekasi/minggu
     ≥ 1 x episode inkontinensia/minggu                                                                                    normal dari rektum, otot puborektal dan
     Riwayat posisi menahan atau BAB tertahan                                                                              sfingter ani. Rektum adalah organ sensitif yang
     Riwayat nyeri saat buang air besar atau tinja yang keras
     Terdapat massa feses yang besar di dalam rektum                                                                       mengawali proses defekasi. Tekanan pada
     Riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet                                                              dinding rektum akan merangsang sistem
                                                                                                                           saraf intrinsik rektum dan menyebabkan
 Tabel 3 Penyebab konstipasi berdasarkan umur11                                                                            relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan
     Neonatus/bayi                                               Usia sekolah                                              sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter
     •   Meconium plug                                           •     Retensi tinja                                       ani eksterna kemudian menjadi relaksasi dan
     •   Penyakit Hirschsprung                                   •     Ketersediaan toilet terbatas
     •   Fibrosis kistik                                         •     Keterbatasan kemampuan mengenali rangsangan         feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon
     •   Malformasi anorektal bawaan, termasuk anus                    fisiologis                                          melalui anus. Bila relaksasi sfingter ani interna
         imperforata, stenosis ani, anal band                    •     Preokupasi dengan kegiatan lain
     •   Chronic idiopathic intestinal pseudo obstruction        •     Tethered cord                                       tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna
     •   Endokrin: hipotiroid                                                                                              akan berkontraksi secara reflek, selanjutnya
     •   Alergi susu sapi                                        Remaja
     •   Metabolik: diabetes insipidus, renal tubular acidosis   •   Irritable bowel syndrome                              sesuai dengan kemauan. Otot puborektal akan
     •   Retensi tinja                                           •   Jejas medulla spinalis (kecelakaan, trauma)           membantu sfingter ani eksterna sehingga anus
     •   Perubahan diet                                          •   Diet
                                                                 •   Anoreksia                                             mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter
     Batita dan umur 2-4 tahun                                   •   Kehamilan                                             eksterna berlangsung cukup lama, refleks
     •     Fisura ani, retensi tinja                             •   Laxative abuse
     •     Toilet refusal                                                                                                  sfingter internus akan menghilang, sehingga
     •     Alergi susu sapi                                      Segala usia                                               keinginan defekasi juga menghilang.2,3,9,11
     •     Penyakit Hirschprung segmen pendek                    •    Efek samping obat,perubahan diet,pasca-operasi
     •     Penyakit saraf: sentral atau muskular dengan          •    Riwayat operasi anal-rektum
           hipotoni                                              •    Retensi tinja dan enkopresis akibat distensi tinja   Pada konstipasi, feses yang terkumpul di
     •     Medula spinalis: meningomielokel, tumor, tethered          kronis
           cord                                                  •    Perubahan aktifitas fisik, dehidrasi                 rektum dalam waktu lama akan menyebabkan
                                                                 •    Hipotiroid                                           dilatasi rektum. Akibatnya mengurangi




28                                                                                                                                        CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 4 Diagnosis banding konstipasi10                                                                      (pemeriksaan ini juga dapat memberikan
 Nonorganic                              Anterior displaced anus          Abnormal abdominal                informasi sensasi rektum, sfingter ani pada
 Developmental                           Pelvic mass (sacral teratoma)    musculature                       saat intirahat dan sewaktu defekasi, apakah
 Cognitive handicaps                     Metabolic and gastrointestinal   Prune belly
 Attention-deficit disorders             Hypothyroidism                   Gastroschisis                     normal atau anismus),
 Situational                             Hypercalcemia                    Down syndrome                         biopsi rektum untuk mendiagnosis
 Coercive toilet training                Hypokalemia                      Connective tissue disorders
 Toilet phobia                           Cystic fibrosis                  Scleroderma                       Hirschprung disease,
 School bathroom avoidance               Diabetes mellitus                Systemic lupus erythematosus          pemeriksaan transit marker radioopaque
 Excessive parental interventions        Multiple endocrine neoplasia     EhlersYDanlos syndrome
 Sexual abuse                            type 2B                          Drugs                             untuk mendiagnosis inersia kolon atau
 Other                                   Gluten enteropathy               Opiates                           abnormalitas transit pada kolon,
 Depression                              Neuropathic conditions           Phenobarbital
 Constitutional                          Spinal cord abnormalities        Sucralfate                            manometer kolon untuk menilai motilitas
 Colonic inertia                         Spinal cord trauma               Antacids                          kolon,
 Genetic predisposition                  Neurofibromatosis                Antihypertensives
 Reduced stool volume and                Static encephalopathy            Anticholinergics                      pemeriksaan lain untuk mencari penyebab
 dryness                                 Tethered cord                    Antidepressants                   organik lain adalah ultrasonografi abdomen
 Low fiber in diet                       Intestinal nerve or muscle       Sympathomimetics
 Dehydration                             disorders                        Other                             dan MRI. 2,3,8
 Underfeeding or malnutrition            Hirschsprung disease             Heavy-metal ingestion (lead)
 Organic                                 Intestinal neuronal dysplasia    Vitamin D intoxification
 Anatomic malformations                  Visceral myopathies              Botulism                          DIAGNOSIS
 Imperforate anus                        Visceral neuropathies            Cow’s milk protein intolerance    Langkah pertama yang penting dilakukan
 Anal stenosis
                                                                                                            adalah      menyingkirkan      kemungkinan
aktivitas peristaltik yang mendorong feses                 anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih    pseudokonstipasi. Pseudokonstipasi merujuk
ke luar sehingga menyebabkan retensi feses                 banyak bakteri berkolonisasi di perineum         pada keluhan orang tua bahwa anaknya
yang lebih banyak. Peningkatan volume feses                sehingga akan meningkatkan risiko infeksi        menderita konstipasi padahal tidak ada
pada rektum menyebabkan kemampuan                          saluaran kemih.3,16                              konstipasi. Pada anamnesis perlu ditanyakan
sensorik rektum berkurang sehingga retensi                                                                  mengenai konsistensi tinja dan frekuensi
feses makin mudah terjadi.3,8,9,15                         Pada pemeriksaan fisik didapatkan distensi       defekasi. Pada pemeriksaan fisik, palpasi
                                                           abdomen dengan bising usus normal,               abdomen yang cermat dan colok dubur perlu
GEJALA KLINIS                                              meningkat atau berkurang. Massa abdomen          dilakukan. Banyak orangtua mengeluh bayinya
Pada anamnesis, didapatkan riwayat                         teraba pada palpasi abdomen kiri dan kanan       sering menggeliat, wajahnya meme-rah dan
berkurangmya frekuensi defekasi. Dengan                    bawah dan daerah suprapubis. Pada kasus          tampak mengejan kesakitan waktu berhajat,
terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain            berat, massa tinja kadang dapat teraba di        semua itu normal dan bukan pertanda adanya
konstipasi berangsur muncul seperti nyeri dan              daerah epigastrium. Fisura ani serta ampula      konstipasi. Bila tinja anak lunak dan pada
distensi abdomen, yang sering hilang setelah               rekti yang besar dan lebar merupakan tanda       pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan,
defekasi. Riwayat feses yang keras dan/ feses              penting pada konstipasi.16                       maka tidak ada konstipasi walau berapa
yang sangat besar yang mungkin menyumbat                                                                    kalipun frekuensi defekasi. Bila memang
saluran toilet. “Kecepirit” (enkopresis) di antara         PEMERIKSAAN PENUNJANG                            terdapat konstipasi, langkah pertama yang
feses yang keras sering salah didiagnosis                  Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan          dilakukan adalah membedakan apakah
sebagai diare.16                                           untuk menegakkan diagnosis konstipasi dan        konstipasi berlang-sung akut atau kronis.
                                                           mencari penyebabnya. Pemeriksaan yang
Bristol stool chart adalah tabel yang                      dapat dilakukan antara lain:                     Dikatakan konstipasi akut bila keluhan
menunjukkan ukuran kepadatan tinja dari                        pengukuran       kadar     tiroksin    dan   berlangsung kurang dari 1-4 minggu dan
yang terpadat (tipe 1) hingga tercair (tipe                Thyroid Stimulating Hormon (TSH) untuk           konstipasi kronis bila keluhan berlangsung
7). Tabel ini dibuat oleh Universitas Bristol di           menyingkirkan hipotiroid,                        lebih dari 1 bulan. 11,16 Sedangkan menurut
Inggris, yang dapat dipakai untuk deteksi                      tes serologi (antiend-omysial/ antigliadin   Croffie, konstipasi kronis adalah bila
konstipasi.17                                              antibody) untuk menyingkirkan Celiac disease,    keluhan konstipasi lebih dari 8 minggu.2
                                                               pemeriksaan foto polos abdomen               Konstipasi kronis biasanya fungsional, tetapi
Anak yang mengalami konstipasi biasanya                    untuk melihat kaliber kolon dan massa tinja      perlu dipertimbangkan adanya penyakit
mengalami anoreksia dan kurangnya                          dalam kolon (pemeriksaan ini dilakukan           Hirschprung karena berpotensi menimbulkan
kenaikan berat badan, yang akan membaik                    bila pemeriksaan colok dubur tidak dapat         komplikasi yang serius.8,11
jika konstipasinya diobati. Berbagai posisi                dilakukan atau pada pemeriksaan colok dubur
tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki               tidak teraba adanya distensi rektum oleh         Petunjuk penting lain dalam diagnosis
kanan dan kiri secara bergantian ke depan                  massa tinja),                                    banding adalah umur pada saat awitan gejala
dan belakang (seperti berdansa) merupakan                      barium enema untuk screening penyakit        timbul.
manuver menahan feses dan kadang kala                      Hirchsprung,
perilaku tersebut menyerupai kejang.16                         manometri anorektal untuk mendiagnosis       Bila dalam anamnesis didapatkan bahwa
                                                           Hirschprung disease atau akalasia anal, dengan   gejala timbul saat lahir, kemungkinan
Inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih               karakteristik tidak ada relaksasi sfingter       penyebab ana-tomis seperti Hirschprung
seringkali berkaitan dengan konstipasi pada                ani interna pada rektum yang distensi            harus dipikirkan. Bila awitan gejala timbul



CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013                                                                                                                        29
TINJAUAN PUSTAKA

 pada saat usia toilet training (>2 tahun)              (fecal impaction), evakuasi feses (disimpaction),   dalam terapi rumatan adalah modifikasi
 kemungkinan besar penyebabnya fungsional.              pencegahan berulangnya akumulasi feses              perilaku dan toilet training. Segera setelah
 Adanya demam, perut kembung, anoreksia,                dan menjaga pola defekasi menjadi teratur           makan pagi dan malam, anak dianjurkan
 mual, muntah, penurunan berat badan atau               dengan terapi rumatan oral, edukasi kepada          untuk buang air besar. Tidak perlu terlalu
 berat badan sulit naik mungkin merupakan               orangtua dan evaluasi hasil terapi.5,9,11           terburu-buru, yang akan membuat anak
 gejala gangguan organik. Diare berdarah                                                                    semakin tertekan, tetapi berilah waktu 10-15
 pada bayi dengan riwayat konstipasi dapat              Penjelasan kepada orang tua tentang                 menit bagi anak untuk buang air besar.11
 merupakan enterokolitis akibat komplikasi              lamanya tatalaksana konstipasi fungsional
 Hirschprung. Walaupun lebih dari 95%                   dan meyakin-kan orangtua dan pasien                 Toilet training akan mengembangkan reflek
 konstipasi pada anak tergolong fungsional,             bahwa tidak ada solusi cepat pada kondisi           gastrokolik bila melakukan secara teratur,
 pada beberapa anak etiologinya mungkin                 seperti ini. Evakuasi feses dapat dilakukan         dan se-lanjutnya akan membangkitkan
 multifaktorial. Bila terapi logis tidak efektif atau   dengan menggunakan terapi rektal atau oral.         refleks defekasi.11,16 Sebagian besar anak telah
 bila konstipasi terjadi pada masa neonatus             NASPGHAN lebih menganjurkan evakuasi                memulai toilet training pada usia 18 bulan
 atau bayi, eksplorasi untuk mencari penyebab           peroral dibandingkan perrektal karena kurang        hingga 3 tahun.16 Kebiasaan ibu merupakan
 lain harus dilakukan.11,16                             invasif dan traumatik.16 Program evakuasi           faktor yang berhubungan langsung dengan
                                                        feses biasanya dilakukan selama 2-5 hari            toilet training pada anak sehingga dapat
 DIAGNOSIS BANDING                                      sampai terjadi evakuasi tinja secara lengkap        menyebabkan konstipasi fungsional.22
 Diagnosis banding konstipasi adalah sebagai            atau sempurna. Bila menggunakan obat
 berikut: (Tabel 4)                                     peroral, dapat digunakan mineral oil (paraffin      Selain toilet training, latihan dan aktivitas
                                                        liquid) dengan dosis 15-30 ml/tahun umur            fisik secara teratur membantu melatih otot-
 KOMPLIKASI                                             (maksimal 240 mL/hari) kecuali pada bayi.           otot yang mengatur defekasi. Aktivitas fisik
 Nyeri perut atau rektum dan enkoporesis                Larutan Polietilen glikol (PEG) 20 mL/kgBB/         juga berguna untuk memperbaiki gerakan
 merupakan komplikasi primer konstipasi                 jam (maksimum 1000 ml/jam) diberikan                usus yang teratur sehingga membantu
 pada anak. Eneuresis dilaporkan terjadi                dengan slang nasogastrik selama 4 jam/hari.         feses melewati anus. Monitor terhadap pola
 pada lebih dari 40% anak dengan                        Evakuasi tinja dengan obat perrektal dapat          defekasi dan penggunaan obat serta efek
 enkopresis. Pada beberapa kasus, eneuresis             menggunakan enema fosfat hipertonik (3mL/           samping dapat didapat dari catatan harian
 menghilang bila massa tinja dievakuasi                 kgBB, 2 kali sehari, maksimum 6 kali enema),        yang dibuat oleh orang tua. Salah satu cara
 sehingga memungkinkan kandung kemih                    enema garam fisiologis (600-1000 mL), atau          untuk tetap menjaga kepatuhan terapi adalah
 mengembang. Komplikasi urologis penting                120 mL mineral oil. Pada bayi, digunakan            menstimulasi anak yang telah berhasil dalam
 lainnya adalah dilatasi kolon distal, sehingga         supositoria atau enema gliserin 2-5 mL.18           kegiatan ini dengan pemberian hadiah.11,16
 berperan dalam meningkatkan frekuensi
 infeksi saluran kemih dan obstruksi ureter             Terapi rumatan dilakukan dalam jangka               Penambahan asam palmitat, prebiotik oligo-
 kiri. Dilatasi kolon distal dapat mengurangi           waktu lebih lama yaitu beberapa bulan               sakarida dan whey protein yang terhidrolisa
 tonus kolon yang menyebabkan terjadinya                bahkan tahun, untuk mencegah berulangnya            sebagian dapat menyebabkan feses menjadi
 invaginasi, yang dapat bermanifestasi                  konstipasi. Aspek penting dari terapi rumatan       lunak pada anak konstipasi, tetapi tidak
 sebagai prolaps rekti setelah defekasi.                jangka panjang adalah membentuk kebiasaan           terdapat perbedaan frekuensi defekasi23.
 Prolaps kolon ringan tetapi ber-langsung               defekasi yang teratur. Beberapa cara untuk          Probiotik dapat meningkatkan pro-fermentasi
 lama akan menciptakan suatu ulkus iskemik              metoda ini antara lain modifikasi perilaku,         karbohidrat, sehingga dapat dipakai untuk
 pada dinding mukosa rektum (ulkus soliter)             pemberian diet serat, laksatif dan pendekatan       penanganan konstipasi.24 Pemberian Bifido-
 yang secara klinis tampak sebagai tinja yang           psikologis.16                                       bacterium lactis 6 x 109 CFU 2 x sehari efektif
 berlendir dan berdarah apa pun konsistensi                                                                 meningkatkan frekuensi defekasi pada
 tinjanya. Iritasi difus pada kolon akibat tinja        Anak dianjurkan untuk banyak minum                  anak dengan konstipasi setelah 3 minggu
 yang amat keras bahkan dapat menyebabkan               dan mengonsumsi karbohidrat dan serat.              pemberian.25
 protein-losing enteropathy. Sindrom stasis             Buah-buahan seperti pepaya, semangka,
 terutama terlihat pada pseudo-obstruksi.               bengkuang dan melon banyak mengandung               Suplementasi Lactobacillus reuteri 1 x 108 per
 Stigma sosial sering ”buang gas” dan ”kecepirit”       serat dan air sehingga dapat digunakan untuk        hari selama 30 hari dalam meningkatkan
 yang menimbulkan bau tidak sedap dapat                 melunakkan tinja. Serat dan sorbitol banyak         toleransi makan dan fungsi usus pada
 memengaruhi psikologis anak. Sebagian anak             terkandung di dalam buah prune, pear dan            bayi baru lahir. Mikroflora usus berperan
 dengan enkoperesis kronik akan menyangkal              apel, sehingga dapat dikomsumsi dalam               dalam perkembangan dan pemeliharaan
 bila ditanya tentang masalah enkoperesisnya            bentuk jus untuk meningkatkan frekuensi             fungsi sensorik dan motorik saluran cerna
 dan bahkan sering menyembunyikan celana                defekasi dan melunakkan tinja.11,19-21              dengan pelepasan substansi bakteri, produk
 dalamnya yang kena ”kecepirit”.3,16                                                                        fermentasi dan faktor neuroendokrin usus,
                                                        Jumlah serat yang dianjurkan dikonsumsi             dan melalui pengaruh mediator yang
 PENATALAKSANAAN                                        oleh anak adalah 19-25 gram/hari. Pada kasus        dilepaskan oleh sistem kekebalan gastro-
 Prinsip penanganan konstipasi fungsional               konstipasi dianjurkan untuk mengonsumsi             intestinal, sehingga dapat mencegah
 adalah menentukan adanya akumulasi feses               serat 25-38 gram sehari.19 Komponen penting         terjadinya konstipasi.26Sedangkan pemberian




30                                                                                                                         CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA

Lactobacillus casei rham-nosus 8 x 108 selama                       perlu ditambahkan cisapride dengan dosis                            PROGNOSIS
4 minggu efektif untuk mengobati konstipasi                         0,2 mg/kgBB/kali untuk 3-4 x/hari selama 4-5                        Konstipasi biasanya remisi 60-90% setelah
kronik.27                                                           minggu. Terapi rumatan mungkin diperlukan                           pengobatan selama 1 tahun. Bila onset awal
                                                                    beberapa bulan. Bila defekasi telah normal,                         konstipasi (<1 tahun) dan terdapat riwayat
Obat umumnya masih diperlukan dalam                                 terapi rumatan dapat dikurangi untuk                                keluarga yang menderita konstipasi, maka
terapi rumatan. Laktulosa (larutan 70%) dapat                       kemudian dihentikan.11                                              dapat diperkirakan gejala konstipasi ini
diberi-kan dengan dosis 1-3 mL/kgBB/hari                                                                                                persisten.9
dalam 2 kali pemberian. Sorbitol (larutan                           Efektivitas enema dan polietilen glikol (PEG)
70%) dapat diberikan dengan dosis 1-3 mL/                           15 g/kgBB/hari selama 6 hari sama dalam                             SIMPULAN
kgBB/hari dalam 2 x pemberian. Mineral oil                          mengatasi RFI pada anak yang berusia 4-16                           Konstipasi adalah masalah yang sering terjadi
(paraffin liquid) diberikan dengan dosis 1-3                        tahun yang menderita konstipasi fungsional                          pada anak. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
mL/kgBB/hari, tetapi tidak dianjurkan untuk                         dan RFI.6 Sebuah metaanalisis yang dilaporkan                       fisik sangat penting untuk menegakkan
anak di bawah 1 tahun. Larutan magnesium                            Candy D bahwa PEG lebih efektif dan                                 diagnosis konstipasi. Penyebab tersering
hidroksida (400 mg/5 mL) diberikan 1-3 mL/                          ditoleransi dengan baik dibandingkan dengan                         konstipasi pada anak adalah fungsional
kgBB/hari, tetapi tidak diberikan kepada bayi                       laktulosa, susu magnesium dan plasebo dan                           konstipasi. Penanganan konstipasi pada anak
dan anak yang menderita gangguan ginjal.                            biasanya dipakai sebagai terapi awal untuk                          melibatkan kerjasama antara dokter, orangtua
Bila respons terapi belum memadai, mungkin                          kasus konstipasi pada anak.28                                       dan anak.29

DAFTAR PUSTAKA
1.   Rubiana, Suraatmaja S. Konstipasi. Dalam: Suraatmaja S, Ed. Gastroenterologi anak. Jakarta:Sagung Seto,2007;p.170-87
2.   Croffie JM, Fitzgerald JF. Constipation and irritable bowel syndrome. In: Liacouras CA, Piccoli DA. Pediatric gastroenterology. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008; p.30-40.
3.   Baucke VL. Constipation and encopresis. In: Wyllie R,Hyams JS,Kay M,Eds. Pediatric Gastrointestinal and liver disease; 3th ed. USA: Saunders elseivier,2006; p.177-89.
4.   Van den Berg MM, Beningga MA, Di Lorenzo C. Epidemiology of childhood constipation: systematic review. Am J Gastroenterol. 2006;101 (10):2401-9.
5.   Loening-Baucke, V. Prevalence, symptoms and out come of constipation in infants and toddlers. J Pediatr.2005; 146(3):359-63
6.   Bekkali NL, Berg MM, Dijkgraaf MG, Wijk MP, Bongers ME, Liem O, et al. Rectal fecal impaction treatment in childhood constipation: enemas versus high doses oral PEG. Diakses dari www.
     pediatrics.org
7.   Lorenzo CD. Pendekatan pada anak dengan konstipasi dan enkopresis.Dalam: Rudolph AM, Hoffman JI, Rudolph CD. Eds. Alih bahasa: Wahab AS. Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta:
     EGC,2006; 20(2): p.1147-49.
8.   Ravelli AM. Constipation.In:GuandaliniS.Essentialpediatric gastroenterology,hepatology, and nutrition. New York: McGraw-Hill.2005. p.69-75.
9.   Rahhal R. Functional constipation. In: Kleinman RE, Goulet OJ, Vergani GM, Snderson IR, Sherman P, Shneider BL. Pediatric gastrointestinal disease; 5th ed. Vol.1. Hamilton: BC Decker,2008;
     p.675-81.
10. Clinical Practice Guideline Evaluation and Treatment of Constipation in Infants and Children: Recommendations of the North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology
     and Nutrition. JPGN. 2006;43(3):1-12.
11. Firmansyah A. Konstipasi pada anak. Dalam: Juffrie M, Soenarto SS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. Eds. Gastroenterologi-Hepatologi.Jakarta:IDAI;2010,p.201-13.
12. Khanna V, Poddar U, Yachha SK. Etiology and Clinical Spectrum of Constipation in India chillden. J Indian Pediatric. 2010. p.1-5.
13. Kadim M. Konstipasi Fungsional pada anak. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR, Irsa L, ed al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU;
     2010.h.635-8.
14. Persayarafan defekasi. Diakses dari http:// Defecation_reflex.png.
15. Defekasi normal dan konstipasi kronik. Diakses dari http:// Defecation_reflex.png.
16. Damayanti W. Konstipasi pada anak. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR, Irsa L, ed al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU; 2010.h.656-65.
17. Bristol stool chart. Diakses dari www Bristole chart.com. 2 Mei 2012.
18. Tobias N, Mason D, Lutkenhoff M,Stoops M, Ferguson D. Management principle of organic causes of childhood constipation. J Pediat Health Care. 2008;22:12-23.
19. Mahan LK, Stump SE. Krause’ Food & Nutrition Therapy. 12 th ed. Canada: Saunders Elsevier,2008; p.676-79.
20. Nix S. Williams’Basic Nutrition & Diet Therapy. 13 th ed. Canada: Mosby Elsevier. p.338. .
21. Liem O, Lorenzo CD, Taminiau JA, Mousa HM, Benninga MA. Current treatment of childhood constipation. Ann Nestle (Engl). 2007.p.73-8.
22. Farnam A, Rafeey M, Farhang S, Khodjastejafari S. Functional constipation in children: does maternal personality matter? Italian J. Pediat. 2009. p.1-4.
23. Bongers ME, Lorijn F, Reitsma JB, Groeneweg M, Taminiau JA, Benninga MA. The clinical effect of a new infant formula in term infants with constipation: a double-blind, randomized cross-
     over trial. Nutrition J.2007. p.1-7
24. Sudarmo. Probiotik pada anak sehat dan sakit. Dalam: Hot topics in pediatrics, continuiting education ilmu kesehatan anak xxxv. Surabaya, 3-4 juli 2005. 1-17
25. Tabbers MM, Chmielewska A, Roseboom MG, Boudet C, Perrin C, Szajewska H, et al. Effect of the consumption of a fermented dairy product containing Bifidobacterium lactis DN-173 010
     on constipation in childhood: a multicentre randomised controlled trial (NTRTC: 1571). BMC Pediatrics 2009; 9:22
26. Indrio F, Riezzo G, Raimondi F, Bisceglia M, Cavallo L, Francavilla R. The effects of probiotics on feeding tolerance, bowel habits and gastrointestinal motility in preterm newborns. J Pediatric
     2008;152:801-6.
27. Nanbu L, Chang MH, Hsuanni Y, Chen LH, Cheng CC. Lactobacillus casei rhamnosus Lcr35 in children with chronic constipation. Pediatrics International 2007;49:485–90.
28. Candy D, Belsey J. Macrogol (polyethylene glycol) laxatives in children with functional constipation and faecal impaction: a systematic review. BMJ Journal.2008.p156-60.
29. Hamadi KA, Hamadi T. Constipation in infants and children: evaluation and management. Buletin of the Kuwait Institute for Medical Specialization. 2005;4. p. 8-16




CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013                                                                                                                                                                    31

More Related Content

What's hot

Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Woro Nugroho
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
Dina Awwe
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
cokordawahyu
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Verar Oka
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Joni Iswanto
 

What's hot (20)

Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
 
Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid Refarat Volvulus Sigmoid
Refarat Volvulus Sigmoid
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Benjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher OnkoBenjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher Onko
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
P 4a gastritis
P 4a gastritisP 4a gastritis
P 4a gastritis
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Bun
BunBun
Bun
 
Case Report Session Obstructive Ileus
Case Report Session Obstructive IleusCase Report Session Obstructive Ileus
Case Report Session Obstructive Ileus
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Kimia klinik jurnal 1
Kimia klinik jurnal 1Kimia klinik jurnal 1
Kimia klinik jurnal 1
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
 

Similar to konstipasi anak

Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaanAskep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Septian Muna Barakati
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasi
Malika Jamal
 
Materi melani OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptx
Materi melani  OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptxMateri melani  OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptx
Materi melani OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptx
IberaniZikir
 

Similar to konstipasi anak (20)

Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
 
Aterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptxAterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptx
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaanAskep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
 
PPT KEL 10 KEP ANAK.pdf
PPT KEL 10 KEP ANAK.pdfPPT KEL 10 KEP ANAK.pdf
PPT KEL 10 KEP ANAK.pdf
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
 
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
 
gangguaneliminasitiur.pdf
gangguaneliminasitiur.pdfgangguaneliminasitiur.pdf
gangguaneliminasitiur.pdf
 
Makalah konstipasi
Makalah konstipasiMakalah konstipasi
Makalah konstipasi
 
masalah pada kala I,II,III dan IV
masalah pada kala I,II,III dan IVmasalah pada kala I,II,III dan IV
masalah pada kala I,II,III dan IV
 
Askep vomitus
Askep  vomitusAskep  vomitus
Askep vomitus
 
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptxDISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
 
Desi
Desi Desi
Desi
 
Asuhan keperawatan diare pada anak
Asuhan keperawatan diare pada anakAsuhan keperawatan diare pada anak
Asuhan keperawatan diare pada anak
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasi
 
Materi melani OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptx
Materi melani  OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptxMateri melani  OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptx
Materi melani OJT tatalaksana Diare sesuai Standar. Kab Kota 2023.pptx
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 

Recently uploaded

1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 

Recently uploaded (20)

Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 

konstipasi anak

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA Konstipasi pada Anak Yusri Dianne Jurnalis, Sofni Sarmen, Yorva Sayoeti Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS. Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat, Indonesia ABSTRAK Konstipasi sering terjadi pada anak dan menjadi salah satu alasan orang tua membawa anaknya berobat. Prevalensi konstipasi pada anak 0,3%-8%, 97% disebabkan oleh konstipasi fungsional. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dari 3 aspek: berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang lebih keras dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja (skibala) dengan atau tidak disertai enkopresis (“kecepirit”). Konstipasi merupakan manifestasi berbagai kelainan atau sebagai akibat sekunder pengobatan. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk menegakkan diagnosis konstipasi. Nyeri perut atau rektum dan enkoporesis merupakan komplikasi primer konstipasi pada anak.Terapi rumatan bertujuan untuk mencegah berulangnya konstipasi dengan membentuk kebiasaan defekasi yang teratur, dengan cara modifikasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif dan pendekatan psikologis. Konstipasi biasanya remisi 60%-90% setelah pengobatan selama 1 tahun. Penanganan konstipasi pada anak melibatkan kerjasama antara dokter, orangtua dan anak. Kata kunci: konstipasi, anak, laksatif ABSTRACT Constipation often occurs in children and becomes one of the reason to seek medical treatment. The prevalence of constipation in children is 0.3% - 8%, 97% is functional. Constipation is the inability to evacuate fecal matter properly, featured in 3 aspects: reduction of defecation frequency, harder stools and palpated abdomen feces mass (scibala) with or without encopresis. Constipation is the manifestation of a variety of disorders or as side effect of treatment. History of illness and physical examination are essential in establishing diagnosis. Abdominal or rectum pain and encoporesis are the primary complications. Therapy aims to prevention with regular defecation habit forming, modification of behavior, dietary fiber, laxatives and psychological approach. Constipation is usually a long-term remission of 60%-90% after treatment for 1 year. Constipation in children is managed with collaboration among physicians, parents and children. Yusri Dianne Jurnalis, Sofni Sarmen, Yorva Sayoeti. Constipation in Children. Key words: constipation, children, laxatives PENDAHULUAN Sejumlah 97% kasus konstipasi anak suatu pengobatan.1,7 Perubahan pola diet merupakan salah disebabkan oleh konstipasi fungsional dengan satu penyebab utama tingginya kejadian kejadian yang sama antara laki-laki dan DEFINISI konstipasi1. Konstipasi umumnya perempuan.5 Bekkali NL mendapatkan usia Konstipasi berasal dari bahasa Latin, yaitu memberikan gejala berupa rasa cemas anak yang menderita konstipasi fungsional “constipare” yang berarti berkerumun.9 sewaktu defekasi karena nyeri yang dan rectal fecal impaction (RFI) berkisar antara Menurut North American Society for Pediatric dirasakan, nyeri perut berulang, sampai 4-16 tahun.6 Gastroenterology Hepatology and Nutrition keadaan penurunan nafsu makan dan (NAPSGAN) 2006, Konstipasi adalah gangguan pertumbuhan.2 Keluhan konstipasi sering menjadi alasan kelambatan atau kesulitan dalam defekasi orang tua membawa anaknya berobat. yang terjadi dalam 2 minggu atau lebih dan Konstipasi merupakan masalah yang sering Keluhan yang berhubungan dengan cukup membuat pasien menderita.10 terjadi pada anak3; prevalensinya diperkirakan konstipasi ditemukan pada 3% anak yang 0,3% sampai 8%.2 Menurut Van den Berg MM, berobat ke pusat pelayanan primer dan 25% Tabel 1 Frekuensi normal defekasi pada anak2,10,11 prevalensi konstipasi 0,7% sampai 26,9%.4 berobat ke spesialis Gastroenterologi2,3,7,8. Umur Defeksi/ Defekasi/hari Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke Konstipasi tidak dipengaruhi oleh status minggu 0-3 bulan tahun 2005 didapatkan prevalensi konstipasi sosial, ekonomi dan jumlah anak.7 Konstipasi ASI 5-40 2,9 pada anak sampai usia 1 tahun mencapai harus dianggap suatu gejala, bukan diagnosis, Formula 5-28 2,0 6-12 bulan 5-28 1,8 2,9% dan meningkat pada tahun kedua, yaitu keadaan ini merupakan manifestasi berbagai 1-3 tahun 4-21 1,4 sekitar 10,1%. 5 kelainan atau sebagai akibat sekunder dari >3 tahun 3-14 1,0 Alamat korespondensi email: yusridianne@yahoo.com CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013 27
  • 2. TINJAUAN PUSTAKA Konstipasi adalah ketidak mampuan melaku- ileus, diet dan obat.11 Sekitar 97% konstipasi melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, kan evakuasi tinja secara sempurna yang ter- pada anak disebabkan oleh fungsional.5 defekasi volunter dapat dicapai dengan secara cermin dalam dari 3 aspek yaitu: berkurang- Pada 137 anak India (tahun 2001-2006), 85% volunter melemaskan sfingter eksternus nya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang konstipasi disebabkan oleh fungsional dan dan mengontraksikan otot-otot abdomen lebih keras dari sebelumnya dan pada palpasi 15% disebabkan oleh kelainan organik.12 (mengejan). Defekasi merupakan suatu refleks abdomen teraba massa tinja (skibala) dengan spinal yang dengan sadar dapat dihambat atau tidak disertai enkopresis (“kecepirit”).11 FISIOLOGI DEFEKASI dengan menjaga sfingter eksternus tetap Keinginan berdefekasi muncul pertama kali berkontraksi atau melemaskan sfingter dan Untuk praktisnya, seorang anak dikatakan saat tekanan rektum mencapai 18 mmHg ; megontraksikan otot abdomen. Se-benarnya menderita konstipasi apabila ia tidak berhasil apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah melakukan defekasi dengan kekuatan sendiri, internus dan eksternus melemas dan isi feses sebagai refleks defekasi, sehingga diperlukan sakit saat berdefekasi atau telah terjadi inkon- terdorong keluar. Ketika feses masuk rektum, refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis tinensia akibat penumpukan feses. distensi dinding rektum menimbulkan sinyal (segmen sakral medulla spinalis ).1,13,14 aferen menyebar melalui pleksus mienterikus Konstipasi kronis didefinisikan sebagai gang- untuk menimbulkan gelombang peristaltik Bila ujung saraf dalam rektum terangsang, sinyal guan gastrointestinal yang terdiri dari feses dalam kolon desendens, sigmoid, rektum, akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian yang keras, defekasi kurang dari 3x / minggu, dan mendorong feses ke arah anus. Ketika secara refleks kembali ke kolon desendens, ketidakmampuan mengeluarkan feses yang gelombang peristaltik mendekati anus, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut keras maupun lunak yang berlangsung lebih sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal parasimpatis pelvikus. Sinyal parasimpatis ini dari 6 minggu.1 penghambat dari pleksus mienterikus dan sangat memperkuat gelombang peristaltik sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar dan merelaksasi sfingter ani internus sehingga ETIOLOGI berelaksasi secara volunter sehingga terjadi mengubah refleks defekasi intrinsik menjadi Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu proses defekasi yang kuat. Sinyal defekasi fungsional, fissura ani, infeksi virus dengan rektum teregang. Sebelum tekanan yang masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas dalam, Tabel 2 Kriteria ROMA III untuk konstipasi fungsional9 penutupan glottis, kontraksi otot dinding Bayi/ balita (usia < 4 tahun) abdomen mendorong isi feses dari kolon turun Dalam 1 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria di bawah ini: ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis ≤ 2 x defekasi/minggu ≥ 1 x episode inkontinensia/minggu setelah memperoleh toilet skill mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin Riwayat retensi feses yang berlebihan atau riwayat sangat nyeri atau “sembelit” anus mengeluarkan feses.1,13 Terdapat massa feses yang besar di rektum Terdapat riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet Keadaan tersebut dapat disertai dengan gejala iritabel, penurunan nafsu makan atau tidak nafsu makan. PATOFISIOLOGI KONSTIPASI Hal ini juga dapat disertai oleh feses yang berukuran besar Anak usia > 4 tahun Proses defekasi yang normal memerlukan Dalam 2 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria di bawah ini: keadaan anatomi dan persyarafan yang ≤ 2 x defekasi/minggu ≥ 1 x episode inkontinensia/minggu normal dari rektum, otot puborektal dan Riwayat posisi menahan atau BAB tertahan sfingter ani. Rektum adalah organ sensitif yang Riwayat nyeri saat buang air besar atau tinja yang keras Terdapat massa feses yang besar di dalam rektum mengawali proses defekasi. Tekanan pada Riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet dinding rektum akan merangsang sistem saraf intrinsik rektum dan menyebabkan Tabel 3 Penyebab konstipasi berdasarkan umur11 relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan Neonatus/bayi Usia sekolah sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter • Meconium plug • Retensi tinja ani eksterna kemudian menjadi relaksasi dan • Penyakit Hirschsprung • Ketersediaan toilet terbatas • Fibrosis kistik • Keterbatasan kemampuan mengenali rangsangan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon • Malformasi anorektal bawaan, termasuk anus fisiologis melalui anus. Bila relaksasi sfingter ani interna imperforata, stenosis ani, anal band • Preokupasi dengan kegiatan lain • Chronic idiopathic intestinal pseudo obstruction • Tethered cord tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna • Endokrin: hipotiroid akan berkontraksi secara reflek, selanjutnya • Alergi susu sapi Remaja • Metabolik: diabetes insipidus, renal tubular acidosis • Irritable bowel syndrome sesuai dengan kemauan. Otot puborektal akan • Retensi tinja • Jejas medulla spinalis (kecelakaan, trauma) membantu sfingter ani eksterna sehingga anus • Perubahan diet • Diet • Anoreksia mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter Batita dan umur 2-4 tahun • Kehamilan eksterna berlangsung cukup lama, refleks • Fisura ani, retensi tinja • Laxative abuse • Toilet refusal sfingter internus akan menghilang, sehingga • Alergi susu sapi Segala usia keinginan defekasi juga menghilang.2,3,9,11 • Penyakit Hirschprung segmen pendek • Efek samping obat,perubahan diet,pasca-operasi • Penyakit saraf: sentral atau muskular dengan • Riwayat operasi anal-rektum hipotoni • Retensi tinja dan enkopresis akibat distensi tinja Pada konstipasi, feses yang terkumpul di • Medula spinalis: meningomielokel, tumor, tethered kronis cord • Perubahan aktifitas fisik, dehidrasi rektum dalam waktu lama akan menyebabkan • Hipotiroid dilatasi rektum. Akibatnya mengurangi 28 CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013
  • 3. TINJAUAN PUSTAKA Tabel 4 Diagnosis banding konstipasi10 (pemeriksaan ini juga dapat memberikan Nonorganic Anterior displaced anus Abnormal abdominal informasi sensasi rektum, sfingter ani pada Developmental Pelvic mass (sacral teratoma) musculature saat intirahat dan sewaktu defekasi, apakah Cognitive handicaps Metabolic and gastrointestinal Prune belly Attention-deficit disorders Hypothyroidism Gastroschisis normal atau anismus), Situational Hypercalcemia Down syndrome biopsi rektum untuk mendiagnosis Coercive toilet training Hypokalemia Connective tissue disorders Toilet phobia Cystic fibrosis Scleroderma Hirschprung disease, School bathroom avoidance Diabetes mellitus Systemic lupus erythematosus pemeriksaan transit marker radioopaque Excessive parental interventions Multiple endocrine neoplasia EhlersYDanlos syndrome Sexual abuse type 2B Drugs untuk mendiagnosis inersia kolon atau Other Gluten enteropathy Opiates abnormalitas transit pada kolon, Depression Neuropathic conditions Phenobarbital Constitutional Spinal cord abnormalities Sucralfate manometer kolon untuk menilai motilitas Colonic inertia Spinal cord trauma Antacids kolon, Genetic predisposition Neurofibromatosis Antihypertensives Reduced stool volume and Static encephalopathy Anticholinergics pemeriksaan lain untuk mencari penyebab dryness Tethered cord Antidepressants organik lain adalah ultrasonografi abdomen Low fiber in diet Intestinal nerve or muscle Sympathomimetics Dehydration disorders Other dan MRI. 2,3,8 Underfeeding or malnutrition Hirschsprung disease Heavy-metal ingestion (lead) Organic Intestinal neuronal dysplasia Vitamin D intoxification Anatomic malformations Visceral myopathies Botulism DIAGNOSIS Imperforate anus Visceral neuropathies Cow’s milk protein intolerance Langkah pertama yang penting dilakukan Anal stenosis adalah menyingkirkan kemungkinan aktivitas peristaltik yang mendorong feses anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih pseudokonstipasi. Pseudokonstipasi merujuk ke luar sehingga menyebabkan retensi feses banyak bakteri berkolonisasi di perineum pada keluhan orang tua bahwa anaknya yang lebih banyak. Peningkatan volume feses sehingga akan meningkatkan risiko infeksi menderita konstipasi padahal tidak ada pada rektum menyebabkan kemampuan saluaran kemih.3,16 konstipasi. Pada anamnesis perlu ditanyakan sensorik rektum berkurang sehingga retensi mengenai konsistensi tinja dan frekuensi feses makin mudah terjadi.3,8,9,15 Pada pemeriksaan fisik didapatkan distensi defekasi. Pada pemeriksaan fisik, palpasi abdomen dengan bising usus normal, abdomen yang cermat dan colok dubur perlu GEJALA KLINIS meningkat atau berkurang. Massa abdomen dilakukan. Banyak orangtua mengeluh bayinya Pada anamnesis, didapatkan riwayat teraba pada palpasi abdomen kiri dan kanan sering menggeliat, wajahnya meme-rah dan berkurangmya frekuensi defekasi. Dengan bawah dan daerah suprapubis. Pada kasus tampak mengejan kesakitan waktu berhajat, terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain berat, massa tinja kadang dapat teraba di semua itu normal dan bukan pertanda adanya konstipasi berangsur muncul seperti nyeri dan daerah epigastrium. Fisura ani serta ampula konstipasi. Bila tinja anak lunak dan pada distensi abdomen, yang sering hilang setelah rekti yang besar dan lebar merupakan tanda pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, defekasi. Riwayat feses yang keras dan/ feses penting pada konstipasi.16 maka tidak ada konstipasi walau berapa yang sangat besar yang mungkin menyumbat kalipun frekuensi defekasi. Bila memang saluran toilet. “Kecepirit” (enkopresis) di antara PEMERIKSAAN PENUNJANG terdapat konstipasi, langkah pertama yang feses yang keras sering salah didiagnosis Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan dilakukan adalah membedakan apakah sebagai diare.16 untuk menegakkan diagnosis konstipasi dan konstipasi berlang-sung akut atau kronis. mencari penyebabnya. Pemeriksaan yang Bristol stool chart adalah tabel yang dapat dilakukan antara lain: Dikatakan konstipasi akut bila keluhan menunjukkan ukuran kepadatan tinja dari pengukuran kadar tiroksin dan berlangsung kurang dari 1-4 minggu dan yang terpadat (tipe 1) hingga tercair (tipe Thyroid Stimulating Hormon (TSH) untuk konstipasi kronis bila keluhan berlangsung 7). Tabel ini dibuat oleh Universitas Bristol di menyingkirkan hipotiroid, lebih dari 1 bulan. 11,16 Sedangkan menurut Inggris, yang dapat dipakai untuk deteksi tes serologi (antiend-omysial/ antigliadin Croffie, konstipasi kronis adalah bila konstipasi.17 antibody) untuk menyingkirkan Celiac disease, keluhan konstipasi lebih dari 8 minggu.2 pemeriksaan foto polos abdomen Konstipasi kronis biasanya fungsional, tetapi Anak yang mengalami konstipasi biasanya untuk melihat kaliber kolon dan massa tinja perlu dipertimbangkan adanya penyakit mengalami anoreksia dan kurangnya dalam kolon (pemeriksaan ini dilakukan Hirschprung karena berpotensi menimbulkan kenaikan berat badan, yang akan membaik bila pemeriksaan colok dubur tidak dapat komplikasi yang serius.8,11 jika konstipasinya diobati. Berbagai posisi dilakukan atau pada pemeriksaan colok dubur tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki tidak teraba adanya distensi rektum oleh Petunjuk penting lain dalam diagnosis kanan dan kiri secara bergantian ke depan massa tinja), banding adalah umur pada saat awitan gejala dan belakang (seperti berdansa) merupakan barium enema untuk screening penyakit timbul. manuver menahan feses dan kadang kala Hirchsprung, perilaku tersebut menyerupai kejang.16 manometri anorektal untuk mendiagnosis Bila dalam anamnesis didapatkan bahwa Hirschprung disease atau akalasia anal, dengan gejala timbul saat lahir, kemungkinan Inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih karakteristik tidak ada relaksasi sfingter penyebab ana-tomis seperti Hirschprung seringkali berkaitan dengan konstipasi pada ani interna pada rektum yang distensi harus dipikirkan. Bila awitan gejala timbul CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013 29
  • 4. TINJAUAN PUSTAKA pada saat usia toilet training (>2 tahun) (fecal impaction), evakuasi feses (disimpaction), dalam terapi rumatan adalah modifikasi kemungkinan besar penyebabnya fungsional. pencegahan berulangnya akumulasi feses perilaku dan toilet training. Segera setelah Adanya demam, perut kembung, anoreksia, dan menjaga pola defekasi menjadi teratur makan pagi dan malam, anak dianjurkan mual, muntah, penurunan berat badan atau dengan terapi rumatan oral, edukasi kepada untuk buang air besar. Tidak perlu terlalu berat badan sulit naik mungkin merupakan orangtua dan evaluasi hasil terapi.5,9,11 terburu-buru, yang akan membuat anak gejala gangguan organik. Diare berdarah semakin tertekan, tetapi berilah waktu 10-15 pada bayi dengan riwayat konstipasi dapat Penjelasan kepada orang tua tentang menit bagi anak untuk buang air besar.11 merupakan enterokolitis akibat komplikasi lamanya tatalaksana konstipasi fungsional Hirschprung. Walaupun lebih dari 95% dan meyakin-kan orangtua dan pasien Toilet training akan mengembangkan reflek konstipasi pada anak tergolong fungsional, bahwa tidak ada solusi cepat pada kondisi gastrokolik bila melakukan secara teratur, pada beberapa anak etiologinya mungkin seperti ini. Evakuasi feses dapat dilakukan dan se-lanjutnya akan membangkitkan multifaktorial. Bila terapi logis tidak efektif atau dengan menggunakan terapi rektal atau oral. refleks defekasi.11,16 Sebagian besar anak telah bila konstipasi terjadi pada masa neonatus NASPGHAN lebih menganjurkan evakuasi memulai toilet training pada usia 18 bulan atau bayi, eksplorasi untuk mencari penyebab peroral dibandingkan perrektal karena kurang hingga 3 tahun.16 Kebiasaan ibu merupakan lain harus dilakukan.11,16 invasif dan traumatik.16 Program evakuasi faktor yang berhubungan langsung dengan feses biasanya dilakukan selama 2-5 hari toilet training pada anak sehingga dapat DIAGNOSIS BANDING sampai terjadi evakuasi tinja secara lengkap menyebabkan konstipasi fungsional.22 Diagnosis banding konstipasi adalah sebagai atau sempurna. Bila menggunakan obat berikut: (Tabel 4) peroral, dapat digunakan mineral oil (paraffin Selain toilet training, latihan dan aktivitas liquid) dengan dosis 15-30 ml/tahun umur fisik secara teratur membantu melatih otot- KOMPLIKASI (maksimal 240 mL/hari) kecuali pada bayi. otot yang mengatur defekasi. Aktivitas fisik Nyeri perut atau rektum dan enkoporesis Larutan Polietilen glikol (PEG) 20 mL/kgBB/ juga berguna untuk memperbaiki gerakan merupakan komplikasi primer konstipasi jam (maksimum 1000 ml/jam) diberikan usus yang teratur sehingga membantu pada anak. Eneuresis dilaporkan terjadi dengan slang nasogastrik selama 4 jam/hari. feses melewati anus. Monitor terhadap pola pada lebih dari 40% anak dengan Evakuasi tinja dengan obat perrektal dapat defekasi dan penggunaan obat serta efek enkopresis. Pada beberapa kasus, eneuresis menggunakan enema fosfat hipertonik (3mL/ samping dapat didapat dari catatan harian menghilang bila massa tinja dievakuasi kgBB, 2 kali sehari, maksimum 6 kali enema), yang dibuat oleh orang tua. Salah satu cara sehingga memungkinkan kandung kemih enema garam fisiologis (600-1000 mL), atau untuk tetap menjaga kepatuhan terapi adalah mengembang. Komplikasi urologis penting 120 mL mineral oil. Pada bayi, digunakan menstimulasi anak yang telah berhasil dalam lainnya adalah dilatasi kolon distal, sehingga supositoria atau enema gliserin 2-5 mL.18 kegiatan ini dengan pemberian hadiah.11,16 berperan dalam meningkatkan frekuensi infeksi saluran kemih dan obstruksi ureter Terapi rumatan dilakukan dalam jangka Penambahan asam palmitat, prebiotik oligo- kiri. Dilatasi kolon distal dapat mengurangi waktu lebih lama yaitu beberapa bulan sakarida dan whey protein yang terhidrolisa tonus kolon yang menyebabkan terjadinya bahkan tahun, untuk mencegah berulangnya sebagian dapat menyebabkan feses menjadi invaginasi, yang dapat bermanifestasi konstipasi. Aspek penting dari terapi rumatan lunak pada anak konstipasi, tetapi tidak sebagai prolaps rekti setelah defekasi. jangka panjang adalah membentuk kebiasaan terdapat perbedaan frekuensi defekasi23. Prolaps kolon ringan tetapi ber-langsung defekasi yang teratur. Beberapa cara untuk Probiotik dapat meningkatkan pro-fermentasi lama akan menciptakan suatu ulkus iskemik metoda ini antara lain modifikasi perilaku, karbohidrat, sehingga dapat dipakai untuk pada dinding mukosa rektum (ulkus soliter) pemberian diet serat, laksatif dan pendekatan penanganan konstipasi.24 Pemberian Bifido- yang secara klinis tampak sebagai tinja yang psikologis.16 bacterium lactis 6 x 109 CFU 2 x sehari efektif berlendir dan berdarah apa pun konsistensi meningkatkan frekuensi defekasi pada tinjanya. Iritasi difus pada kolon akibat tinja Anak dianjurkan untuk banyak minum anak dengan konstipasi setelah 3 minggu yang amat keras bahkan dapat menyebabkan dan mengonsumsi karbohidrat dan serat. pemberian.25 protein-losing enteropathy. Sindrom stasis Buah-buahan seperti pepaya, semangka, terutama terlihat pada pseudo-obstruksi. bengkuang dan melon banyak mengandung Suplementasi Lactobacillus reuteri 1 x 108 per Stigma sosial sering ”buang gas” dan ”kecepirit” serat dan air sehingga dapat digunakan untuk hari selama 30 hari dalam meningkatkan yang menimbulkan bau tidak sedap dapat melunakkan tinja. Serat dan sorbitol banyak toleransi makan dan fungsi usus pada memengaruhi psikologis anak. Sebagian anak terkandung di dalam buah prune, pear dan bayi baru lahir. Mikroflora usus berperan dengan enkoperesis kronik akan menyangkal apel, sehingga dapat dikomsumsi dalam dalam perkembangan dan pemeliharaan bila ditanya tentang masalah enkoperesisnya bentuk jus untuk meningkatkan frekuensi fungsi sensorik dan motorik saluran cerna dan bahkan sering menyembunyikan celana defekasi dan melunakkan tinja.11,19-21 dengan pelepasan substansi bakteri, produk dalamnya yang kena ”kecepirit”.3,16 fermentasi dan faktor neuroendokrin usus, Jumlah serat yang dianjurkan dikonsumsi dan melalui pengaruh mediator yang PENATALAKSANAAN oleh anak adalah 19-25 gram/hari. Pada kasus dilepaskan oleh sistem kekebalan gastro- Prinsip penanganan konstipasi fungsional konstipasi dianjurkan untuk mengonsumsi intestinal, sehingga dapat mencegah adalah menentukan adanya akumulasi feses serat 25-38 gram sehari.19 Komponen penting terjadinya konstipasi.26Sedangkan pemberian 30 CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013
  • 5. TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus casei rham-nosus 8 x 108 selama perlu ditambahkan cisapride dengan dosis PROGNOSIS 4 minggu efektif untuk mengobati konstipasi 0,2 mg/kgBB/kali untuk 3-4 x/hari selama 4-5 Konstipasi biasanya remisi 60-90% setelah kronik.27 minggu. Terapi rumatan mungkin diperlukan pengobatan selama 1 tahun. Bila onset awal beberapa bulan. Bila defekasi telah normal, konstipasi (<1 tahun) dan terdapat riwayat Obat umumnya masih diperlukan dalam terapi rumatan dapat dikurangi untuk keluarga yang menderita konstipasi, maka terapi rumatan. Laktulosa (larutan 70%) dapat kemudian dihentikan.11 dapat diperkirakan gejala konstipasi ini diberi-kan dengan dosis 1-3 mL/kgBB/hari persisten.9 dalam 2 kali pemberian. Sorbitol (larutan Efektivitas enema dan polietilen glikol (PEG) 70%) dapat diberikan dengan dosis 1-3 mL/ 15 g/kgBB/hari selama 6 hari sama dalam SIMPULAN kgBB/hari dalam 2 x pemberian. Mineral oil mengatasi RFI pada anak yang berusia 4-16 Konstipasi adalah masalah yang sering terjadi (paraffin liquid) diberikan dengan dosis 1-3 tahun yang menderita konstipasi fungsional pada anak. Riwayat penyakit dan pemeriksaan mL/kgBB/hari, tetapi tidak dianjurkan untuk dan RFI.6 Sebuah metaanalisis yang dilaporkan fisik sangat penting untuk menegakkan anak di bawah 1 tahun. Larutan magnesium Candy D bahwa PEG lebih efektif dan diagnosis konstipasi. Penyebab tersering hidroksida (400 mg/5 mL) diberikan 1-3 mL/ ditoleransi dengan baik dibandingkan dengan konstipasi pada anak adalah fungsional kgBB/hari, tetapi tidak diberikan kepada bayi laktulosa, susu magnesium dan plasebo dan konstipasi. Penanganan konstipasi pada anak dan anak yang menderita gangguan ginjal. biasanya dipakai sebagai terapi awal untuk melibatkan kerjasama antara dokter, orangtua Bila respons terapi belum memadai, mungkin kasus konstipasi pada anak.28 dan anak.29 DAFTAR PUSTAKA 1. Rubiana, Suraatmaja S. Konstipasi. Dalam: Suraatmaja S, Ed. Gastroenterologi anak. Jakarta:Sagung Seto,2007;p.170-87 2. Croffie JM, Fitzgerald JF. Constipation and irritable bowel syndrome. In: Liacouras CA, Piccoli DA. Pediatric gastroenterology. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008; p.30-40. 3. Baucke VL. Constipation and encopresis. In: Wyllie R,Hyams JS,Kay M,Eds. Pediatric Gastrointestinal and liver disease; 3th ed. USA: Saunders elseivier,2006; p.177-89. 4. Van den Berg MM, Beningga MA, Di Lorenzo C. Epidemiology of childhood constipation: systematic review. Am J Gastroenterol. 2006;101 (10):2401-9. 5. Loening-Baucke, V. Prevalence, symptoms and out come of constipation in infants and toddlers. J Pediatr.2005; 146(3):359-63 6. Bekkali NL, Berg MM, Dijkgraaf MG, Wijk MP, Bongers ME, Liem O, et al. Rectal fecal impaction treatment in childhood constipation: enemas versus high doses oral PEG. Diakses dari www. pediatrics.org 7. Lorenzo CD. Pendekatan pada anak dengan konstipasi dan enkopresis.Dalam: Rudolph AM, Hoffman JI, Rudolph CD. Eds. Alih bahasa: Wahab AS. Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta: EGC,2006; 20(2): p.1147-49. 8. Ravelli AM. Constipation.In:GuandaliniS.Essentialpediatric gastroenterology,hepatology, and nutrition. New York: McGraw-Hill.2005. p.69-75. 9. Rahhal R. Functional constipation. In: Kleinman RE, Goulet OJ, Vergani GM, Snderson IR, Sherman P, Shneider BL. Pediatric gastrointestinal disease; 5th ed. Vol.1. Hamilton: BC Decker,2008; p.675-81. 10. Clinical Practice Guideline Evaluation and Treatment of Constipation in Infants and Children: Recommendations of the North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition. JPGN. 2006;43(3):1-12. 11. Firmansyah A. Konstipasi pada anak. Dalam: Juffrie M, Soenarto SS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. Eds. Gastroenterologi-Hepatologi.Jakarta:IDAI;2010,p.201-13. 12. Khanna V, Poddar U, Yachha SK. Etiology and Clinical Spectrum of Constipation in India chillden. J Indian Pediatric. 2010. p.1-5. 13. Kadim M. Konstipasi Fungsional pada anak. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR, Irsa L, ed al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU; 2010.h.635-8. 14. Persayarafan defekasi. Diakses dari http:// Defecation_reflex.png. 15. Defekasi normal dan konstipasi kronik. Diakses dari http:// Defecation_reflex.png. 16. Damayanti W. Konstipasi pada anak. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR, Irsa L, ed al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU; 2010.h.656-65. 17. Bristol stool chart. Diakses dari www Bristole chart.com. 2 Mei 2012. 18. Tobias N, Mason D, Lutkenhoff M,Stoops M, Ferguson D. Management principle of organic causes of childhood constipation. J Pediat Health Care. 2008;22:12-23. 19. Mahan LK, Stump SE. Krause’ Food & Nutrition Therapy. 12 th ed. Canada: Saunders Elsevier,2008; p.676-79. 20. Nix S. Williams’Basic Nutrition & Diet Therapy. 13 th ed. Canada: Mosby Elsevier. p.338. . 21. Liem O, Lorenzo CD, Taminiau JA, Mousa HM, Benninga MA. Current treatment of childhood constipation. Ann Nestle (Engl). 2007.p.73-8. 22. Farnam A, Rafeey M, Farhang S, Khodjastejafari S. Functional constipation in children: does maternal personality matter? Italian J. Pediat. 2009. p.1-4. 23. Bongers ME, Lorijn F, Reitsma JB, Groeneweg M, Taminiau JA, Benninga MA. The clinical effect of a new infant formula in term infants with constipation: a double-blind, randomized cross- over trial. Nutrition J.2007. p.1-7 24. Sudarmo. Probiotik pada anak sehat dan sakit. Dalam: Hot topics in pediatrics, continuiting education ilmu kesehatan anak xxxv. Surabaya, 3-4 juli 2005. 1-17 25. Tabbers MM, Chmielewska A, Roseboom MG, Boudet C, Perrin C, Szajewska H, et al. Effect of the consumption of a fermented dairy product containing Bifidobacterium lactis DN-173 010 on constipation in childhood: a multicentre randomised controlled trial (NTRTC: 1571). BMC Pediatrics 2009; 9:22 26. Indrio F, Riezzo G, Raimondi F, Bisceglia M, Cavallo L, Francavilla R. The effects of probiotics on feeding tolerance, bowel habits and gastrointestinal motility in preterm newborns. J Pediatric 2008;152:801-6. 27. Nanbu L, Chang MH, Hsuanni Y, Chen LH, Cheng CC. Lactobacillus casei rhamnosus Lcr35 in children with chronic constipation. Pediatrics International 2007;49:485–90. 28. Candy D, Belsey J. Macrogol (polyethylene glycol) laxatives in children with functional constipation and faecal impaction: a systematic review. BMJ Journal.2008.p156-60. 29. Hamadi KA, Hamadi T. Constipation in infants and children: evaluation and management. Buletin of the Kuwait Institute for Medical Specialization. 2005;4. p. 8-16 CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013 31