SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
1
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
KERAWAN PANGANAN DI KABUPATEN GARUT, MENGGUNAKAN
MAPINFO
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Kelulusan Mata Kuliah kerja praktek
Oleh:
ROSADIN
NPM. 0906118
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Belum terlalu lama kita di Indonesia tidak lagi ramai membicarakan
mengenai masalah rawan pangan dan gizi buruk, namun saat ini kembali
terungkap ke media permasalahan yang sama dari tahun ke tahun tanpa ada upaya
sistematis yang mampu untuk mengatasi agar masalah reguler tersebut tidak
berulang. Sungguh kenyataan pahit yang harus kita terima dengan sangat
menyesal, bahwa rawan pangan dan gizi buruk yang awalnya merupakan sebentuk
SHOCK (Kejutan) sudah beralih menjadi CYCLE (siklus) yang jika dipahami
lebih mendalam dapat disimpulkan bahwasanya pendekatan atau strategi yang
dilakukan pemerintah melalui pendekatan jangka pendek atau penyelamatan
seperti RASKIN, BLT, JPS dan sebagainya belum mampu menyelesaikan
permasalahan secara mendasar dan jangka panjang dan sistemik melalui perbaikan
terstruktur untuk layanan publik.
Masalah kerawanan pangan dan kemiskinan hingga saat ini bukan saja
menjadi masalah bagi negara kita, namun juga merupakan masalah dunia. Dengan
demikian bukan bangsa kita saja yang sedang menghadapi masalah kerawan
pangan dan kemiskinan, namun bangsa-bangsa lain pun sama sedang menghadapi
masalah tersebut. Oleh karena itu masalah ini merupakan masalah dunia, dan
perlu di pecahkan bersama-sama dengan negara-negara lain.
Konferensi tinngkat tinggi pangan ( word food summit) diselenggarakan
oleh FAO tahun 1996 diantaanya menghasilkan plan of action untuk mengurangi
setengah dari 800 juta penduduk yang menderita kelaparan sampai dengan tahun
2015. Namun setelah plan of action berjalan kurang lebih 5 tahun, teryata hasilnya
jauh dari apa yang di harapkan, karena selama 5 tahun hanya 6 juta orang dari
sekitar 22 juta orang yang ditargetkan. (sumber?)
Berdasarkan hal tersebut kembali FAO menyelenggarakan World food
Summit: five year later tahun 2002, untuk mengkaji berbagai hambatan dalam
pencapaian sasaran, dan menggali komitmen politik serta dukungan dana. Sebagai
tidak lanjut komitmen tersebut, pemerintah indonesia menyelenggarakan
Konferensi Dewan Ketahanan pangan pada tanggal 17-19 Oktomber 2002.
2
(sumber buku pertahanan dan ketahanan pangan 2006) Salah satu hasil konferesni
ini adalah menurukan setengah jumalah penderita rawan pangan pada tahun 2015,
dengan penyusun rencana kerja rinci dan tindakan nyata Dewan ketahanan pangan
Pusat dan Daerah dalam menanggulangi kerawanan pangan.
Perwujudan yang ekstrim dari kerawanan pangan yang berkepanjangan
atau tiba-tiba adalah kelaparan. Kerawanan pangan terjadi apabila penduduk
mengalami kekurangan gizi yang disebabkan tidak tersedianya pangan baik
sementara atau terus menerus, kurangya akses sosial atau ekonomi terhadap
pangan yang cukup, dan atau penyerapan (konsumsi) terhadap pangan yang tidak
memadai.
Kerawanan pangan bisa merupakan fenomena jangka pendek (sementara)
karena bencana, dan fenomena jangka panjang (kronis) yang disebabkan oleh
keterbelakangan kondisi sosial ekonomi yang tidak mengeuntungkan. Suatu
wilayah yang tahan pangan pada saat ini akan mejadi wilayah rawan pangan pada
masa yang akan datang, bila sumberdaya alamnya tidak dimanfaatkan secara
bijaksana. Ketahanan pangan tingkat makro yang ditandai dengan swasembada
pangan, tidaklah secara otomatis memberikan jaminan terhadap ketahanan pangan
tingkat rumah tangga dan individu. Oleh karena itu kerawanan pangan merupakan
suatu masalah yang multi dimensional dan memerlukan tinjauan yang cermat
terhadap sekumpulan parameter lain, dan tidak hanya tergantung kepada
parameter produksi dan ketersediaan pangan saja, yang sementara ini kita kenal.
Kerawanan pangan ditingkat nasional dapat disebabkan oleh ketidak
mampuan untuk memproduksi dan atau mengimpor pangan, tidak adaya kebijakan
dalam hal akses masyarakat terhadap pangan pokok dan mekanisme distribusi. Di
tingkat daerah, kerawanan pangan dapat disebabkan oleh produksi pangan daerah
tidak mencukupi atau tidak sampainya ke seluruh pelosok dengan harga yang
terjangkau. Di tingkat rumah tangga, kerawanan pangan umumnya disebabkan
oleh lokasi terpencil dan rendahnya daya beli. Di tingkat individu, kerawanan
pangan dapat disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak sesuai dan tidak
memadai, morbiditas, kurang akses terhadap pelayanan dasar seperti kesehatan,
air bersih dan sanitasi, kekurangan gizi dan sebagainya. Semua hal-hal tersebut
dapat menjurus kepada kerawanan kronis.
3
Kerentanan terhadap bencana alam dan gangguan mendadak lainya akan
mempengahuri kerawanan pangan untuk sementara waktu (transient food
insecurity). Dengan kata laen kerawanan pangan dapat mempengaruhi masyarakat
yang berada pada kondisi rawan pangan kronis, dan juga dapat mempengaruhi
masyarakat yang terjamin panganya pada kondisi normal.
Kejadian rawan pangan kronis merupakan perwujudan dari ketersediaan
pangan, akses terhadap pangan (mata pencharian) dan akses terhadap penyerapan
pangan ( kesehatan dan gizi). Kejadian rawan pangan sementara (transient)
disebabkan oleh kerentanan pangan, seperti kerentanan terhadap alam bencana
alam dan sebagainya. Dengan demikian terhadap beberapa dimensi yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengenali terjadinya rawan pangan.
Merujuk kepada petunjuk manual pembuatan peta kerawanan pangan
Indonesia (Manual for preparation of food Insecurity Atlas Indonesia), yang
dikeuarkan oleh Dewan Ketahanan Pangan RI bekerjasama dengan program
pangan Dunia tahun 2004, maka di anggap perlu untuk Kabupaten Garut disusun
suatu peta kerawanan pangan dengan menggunakan indikator utama berupa
ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan dan kerentanan pangan.
Indikator-indikator utama tersebut merupakan indikator terpilih yang telah
dicobakan dalam pembuatan peta kerawan panganan Indonesia tahun 2005. Peta
kerawanan pangan dikembangkan untuk menanggulangi kerawanan pangan
disuatu daerah dan untuk pemerataan pendistribusian pangan supaya tidak terjadi
ketimpangan ketersediaan pangan.
Sembilan Kecamatan di Kabupaten Garut berpotensi terserang rawan
pangan. Hal ini diperparah dengan musim kemarau yang tidak lama lagi akan
melanda. Dari sembilan Kecamatan yang berpotensi terserang rawan pangan
tersebut, enam diantaranya terdapat di wilayah Garut Selatan, yaitu Kecamatan
Cisewu, Singajaya, Peundeuy, Caringin, Pemulihan, dan Kecamatan Cibalong.
Sedangkan tiga kecamatan lainya terdapat di wilayah yang tidak begitu jauh dari
wilayah kota, yaitu Kecamatan Samarang, Sukaresmi, dan Pangatikan (garut.go.id
2014).
Daerah-daerah rawan tersebut didapat berdasarkan data yang diolah oleh
BKP (Badan Ketahanan Pangan) kabupaten Garut dengan mengumpulkan data-
4
data sesuai indikator yang selanjutnya dengan menggunakan prosentase dan
indeks dari masing-masing indikator akan dihasilkan nilai akhir yang kemudian
hasil tersebut dibatasi oleh batasan-batasan nilai tertentu yang menyatakan suatu
daerah tersebut rawan atau tidak rawan. Namun dari apa yang berjalan selama ini
terdapat kekurangan dimana indeks tersebut hanya berupa angka yang
menggambarkan keadaan kerawan pangan suatu daerah namun kurang begitu
dapat dimengerti oleh orang awam. Contoh datanya sebagai berikut:
Oleh karena itu, badan ketahanan pangan khususnya bidang kerawanan
pangan melihat data-data angka tersebut berinisiatif untuk merubahnya dalam
bentuk warna sesuai batasan kerawanan pangan disuatu daerah per Kecamatan
yang ada di Kabupaten Garut, (hasil wawancara). Bapak Zaeni selaku Kabid
kerawan pangan di Badan Ketahanan Pangan Garut
Berdasarkan latar belakang di atas maka kerja praktek ini berusaha untuk
merancang sebuah perangkat lunak, agar mengetahui daerah-daerah yang berada
dalam kerawanan pangan, maka kerja praktek ini berjudul “ANALISIS DAN
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KERAWAN
PANGANAN DI KABUPATEN GARUT, MENGGUNAKAN MAPINFO”.
5
1.2. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah dari penelitian ini adalah terdapatnya kelemahan dalam
proses menginformasikan data indeks ketahanan pangan Kecamatan di Kabupaten
Garut
1.3. Batasan Masalah
Mengingat ruang lingkup permasalahan yang cukup besar, serta untuk
menghindari pembahasan yang melebar, maka kerja praktek ini membatasi
kedalam beberapa batasan masalah, antara lain:
1. Kerja praktek ini hanya merancang sebuah aplikasi Sistem Informasi
Geografis kerawanan pangan di Kabupaten Garut.
2. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah delphi, dengan pembuatan
peta menggunakan Mapinfo dan basis data menggunakan Microsoft Excel.
1.4. Tujuan Kerja Kerja Praktek
Tujuan Kerja Praktek ini adalah merancang peta rawan pangan di
Kabupaten Garut, dengan menggunakan indikator utama ini adalah:
1. Mengetahui titik-titik rawan pangan di Kabupaten Garut berdasarkan
indikator yang ada, sehingga dapat di pantau secara konstan dan informasi
kondisi kerawanan pangan secara keseluruhan dapat diperbaharui sesuai
dengan perkembangan terhadap indikator yang telah ditetapkan.
2. Menerapkan cara penyusunan peta rawan pangan tingkat Kabupaten sesuai
dengan petunjuk manual yang ada, dengan data yang tersedia sesuai
dengan indikator yang telah ditentukan.
1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) ini dilaksanakan di CV. Reyhan Prakarsa
Utama, Kabupaten Garut yang bertempat di Jalan Otto Iskandardinata Nomor 278
Telepon/Fax (0262) 232657 Garut 44151, selama 30 hari kerja terhitung mulai
dari tanggal 05 Maret 2014 sampai tanggal 08 April 2014. (Laporan penilaian
kegiatan kerja praktek terlampir)
6
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika laporan Kerja Praktek ini dibagi menjadi 4 (empat) bab yang
masing-masing bab mendefenisikan dan menjelaskan tujuannya. Adapun tujuan
sistematika ini diharapkan dapat menghasilkan laporan Kerja Praktek di lapangan
yang baik dan mudah dimengerti. Berikut penjelasan dari masing-masing bab.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan
kerja praktek, lokasi dan waktu kerja praktek, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang mendukung atau terkait dengan
pembahasan hasil kerja praktek.
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Pada bab ini membahas tentang bidang usaha, area fungsional
organisasi, model proses bisnis dan hasil kerja praktek sesuai
dengan fokus pekerjaan yang dipilih berikut pembahasannya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan atau poin-poin penting dari pembahasan
dan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi pihak yang
berhubungan dengan sistem tersebut (dalam hal ini Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BP4K) Kabupaten Garut).

More Related Content

What's hot

Memahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan panganMemahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
riri_hermana
 
Bk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalBk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_final
Intan Nurani
 
Millenium development goals (md gs) dalam bidang
Millenium development goals (md gs) dalam bidangMillenium development goals (md gs) dalam bidang
Millenium development goals (md gs) dalam bidang
DIV Bidan Pendidik USU
 
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Darwin Kadarisman
 
Kmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesia
Kmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesiaKmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesia
Kmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesia
giantolala
 
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Muchtar Mahdi
 

What's hot (20)

Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
 
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan panganMemahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
 
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...
 
Ketahanan pangan dan gizi dalam situasi darurat
Ketahanan pangan dan gizi dalam situasi daruratKetahanan pangan dan gizi dalam situasi darurat
Ketahanan pangan dan gizi dalam situasi darurat
 
Bk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalBk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_final
 
Konsep ketahanan
Konsep ketahananKonsep ketahanan
Konsep ketahanan
 
Renstra Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Kesehatan Kota Palangka RayaRenstra Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
 
9. gizi bencana
9. gizi bencana9. gizi bencana
9. gizi bencana
 
Perencanaan dan Penganggaran untuk Penanggulagnan Kemiskinan
Perencanaan dan Penganggaran untuk Penanggulagnan KemiskinanPerencanaan dan Penganggaran untuk Penanggulagnan Kemiskinan
Perencanaan dan Penganggaran untuk Penanggulagnan Kemiskinan
 
Kebijakan Pangan dan Ketahanan Pangan Nasional
Kebijakan Pangan dan Ketahanan Pangan NasionalKebijakan Pangan dan Ketahanan Pangan Nasional
Kebijakan Pangan dan Ketahanan Pangan Nasional
 
PPT PBL 2
PPT PBL 2PPT PBL 2
PPT PBL 2
 
Millenium development goals (md gs) dalam bidang
Millenium development goals (md gs) dalam bidangMillenium development goals (md gs) dalam bidang
Millenium development goals (md gs) dalam bidang
 
Capaian MDGs Tahun 2015
Capaian MDGs Tahun 2015Capaian MDGs Tahun 2015
Capaian MDGs Tahun 2015
 
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
 
Kmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesia
Kmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesiaKmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesia
Kmk no. 293 ttg eliminasi malaria di indonesia
 
[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan
[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan
[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan
 
Manajemen bencana ns individu
Manajemen bencana ns individuManajemen bencana ns individu
Manajemen bencana ns individu
 
Indeks kedaulatan pangan (yuti)
Indeks kedaulatan pangan (yuti)Indeks kedaulatan pangan (yuti)
Indeks kedaulatan pangan (yuti)
 
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
 
Kebijakan kesehatan 2013(1)
Kebijakan kesehatan 2013(1)Kebijakan kesehatan 2013(1)
Kebijakan kesehatan 2013(1)
 

Similar to sistem informasi geografis laporan kp

scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdfscribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
Herman673394
 
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi burukKerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
yusup firmawan
 
Kertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi panganKertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi pangan
Edi Suryadi
 
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGsPeran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Cut Ampon Lambiheue
 
GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptx
GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptxGAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptx
GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptx
MichaelAngeloTandiay2
 
Surveilans epidemiologi gizi
Surveilans epidemiologi giziSurveilans epidemiologi gizi
Surveilans epidemiologi gizi
Pepi Umar
 

Similar to sistem informasi geografis laporan kp (20)

3 MATERI PEPPGBM PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...
3 MATERI PEPPGBM  PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...3 MATERI PEPPGBM  PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...
3 MATERI PEPPGBM PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...
 
Lap akhir peta kerawanan pangan
Lap akhir peta kerawanan  panganLap akhir peta kerawanan  pangan
Lap akhir peta kerawanan pangan
 
Stranas-Percepatan-Pencegahan-Stunting_Periode-2018-2024.pdf
Stranas-Percepatan-Pencegahan-Stunting_Periode-2018-2024.pdfStranas-Percepatan-Pencegahan-Stunting_Periode-2018-2024.pdf
Stranas-Percepatan-Pencegahan-Stunting_Periode-2018-2024.pdf
 
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionKAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
 
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdfscribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
Surveilans gizi
Surveilans giziSurveilans gizi
Surveilans gizi
 
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi burukKerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
 
Pedoman pelayanan gizi pada masa tanggap darurat COVID-19
Pedoman pelayanan gizi pada masa tanggap darurat COVID-19 Pedoman pelayanan gizi pada masa tanggap darurat COVID-19
Pedoman pelayanan gizi pada masa tanggap darurat COVID-19
 
Tugas clara tondang
Tugas clara tondangTugas clara tondang
Tugas clara tondang
 
Kertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi panganKertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi pangan
 
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGsPeran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
 
GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptx
GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptxGAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptx
GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA RUMAH PENDERITA (1) (1).pptx
 
Surveilans epidemiologi gizi
Surveilans epidemiologi giziSurveilans epidemiologi gizi
Surveilans epidemiologi gizi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docxpdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docx
 
STU.pptx
STU.pptxSTU.pptx
STU.pptx
 
Buku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdf
Buku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdfBuku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdf
Buku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdf
 
Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013
 

sistem informasi geografis laporan kp

  • 1. 1 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KERAWAN PANGANAN DI KABUPATEN GARUT, MENGGUNAKAN MAPINFO Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah kerja praktek Oleh: ROSADIN NPM. 0906118 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT 2014
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Belum terlalu lama kita di Indonesia tidak lagi ramai membicarakan mengenai masalah rawan pangan dan gizi buruk, namun saat ini kembali terungkap ke media permasalahan yang sama dari tahun ke tahun tanpa ada upaya sistematis yang mampu untuk mengatasi agar masalah reguler tersebut tidak berulang. Sungguh kenyataan pahit yang harus kita terima dengan sangat menyesal, bahwa rawan pangan dan gizi buruk yang awalnya merupakan sebentuk SHOCK (Kejutan) sudah beralih menjadi CYCLE (siklus) yang jika dipahami lebih mendalam dapat disimpulkan bahwasanya pendekatan atau strategi yang dilakukan pemerintah melalui pendekatan jangka pendek atau penyelamatan seperti RASKIN, BLT, JPS dan sebagainya belum mampu menyelesaikan permasalahan secara mendasar dan jangka panjang dan sistemik melalui perbaikan terstruktur untuk layanan publik. Masalah kerawanan pangan dan kemiskinan hingga saat ini bukan saja menjadi masalah bagi negara kita, namun juga merupakan masalah dunia. Dengan demikian bukan bangsa kita saja yang sedang menghadapi masalah kerawan pangan dan kemiskinan, namun bangsa-bangsa lain pun sama sedang menghadapi masalah tersebut. Oleh karena itu masalah ini merupakan masalah dunia, dan perlu di pecahkan bersama-sama dengan negara-negara lain. Konferensi tinngkat tinggi pangan ( word food summit) diselenggarakan oleh FAO tahun 1996 diantaanya menghasilkan plan of action untuk mengurangi setengah dari 800 juta penduduk yang menderita kelaparan sampai dengan tahun 2015. Namun setelah plan of action berjalan kurang lebih 5 tahun, teryata hasilnya jauh dari apa yang di harapkan, karena selama 5 tahun hanya 6 juta orang dari sekitar 22 juta orang yang ditargetkan. (sumber?) Berdasarkan hal tersebut kembali FAO menyelenggarakan World food Summit: five year later tahun 2002, untuk mengkaji berbagai hambatan dalam pencapaian sasaran, dan menggali komitmen politik serta dukungan dana. Sebagai tidak lanjut komitmen tersebut, pemerintah indonesia menyelenggarakan Konferensi Dewan Ketahanan pangan pada tanggal 17-19 Oktomber 2002.
  • 3. 2 (sumber buku pertahanan dan ketahanan pangan 2006) Salah satu hasil konferesni ini adalah menurukan setengah jumalah penderita rawan pangan pada tahun 2015, dengan penyusun rencana kerja rinci dan tindakan nyata Dewan ketahanan pangan Pusat dan Daerah dalam menanggulangi kerawanan pangan. Perwujudan yang ekstrim dari kerawanan pangan yang berkepanjangan atau tiba-tiba adalah kelaparan. Kerawanan pangan terjadi apabila penduduk mengalami kekurangan gizi yang disebabkan tidak tersedianya pangan baik sementara atau terus menerus, kurangya akses sosial atau ekonomi terhadap pangan yang cukup, dan atau penyerapan (konsumsi) terhadap pangan yang tidak memadai. Kerawanan pangan bisa merupakan fenomena jangka pendek (sementara) karena bencana, dan fenomena jangka panjang (kronis) yang disebabkan oleh keterbelakangan kondisi sosial ekonomi yang tidak mengeuntungkan. Suatu wilayah yang tahan pangan pada saat ini akan mejadi wilayah rawan pangan pada masa yang akan datang, bila sumberdaya alamnya tidak dimanfaatkan secara bijaksana. Ketahanan pangan tingkat makro yang ditandai dengan swasembada pangan, tidaklah secara otomatis memberikan jaminan terhadap ketahanan pangan tingkat rumah tangga dan individu. Oleh karena itu kerawanan pangan merupakan suatu masalah yang multi dimensional dan memerlukan tinjauan yang cermat terhadap sekumpulan parameter lain, dan tidak hanya tergantung kepada parameter produksi dan ketersediaan pangan saja, yang sementara ini kita kenal. Kerawanan pangan ditingkat nasional dapat disebabkan oleh ketidak mampuan untuk memproduksi dan atau mengimpor pangan, tidak adaya kebijakan dalam hal akses masyarakat terhadap pangan pokok dan mekanisme distribusi. Di tingkat daerah, kerawanan pangan dapat disebabkan oleh produksi pangan daerah tidak mencukupi atau tidak sampainya ke seluruh pelosok dengan harga yang terjangkau. Di tingkat rumah tangga, kerawanan pangan umumnya disebabkan oleh lokasi terpencil dan rendahnya daya beli. Di tingkat individu, kerawanan pangan dapat disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak sesuai dan tidak memadai, morbiditas, kurang akses terhadap pelayanan dasar seperti kesehatan, air bersih dan sanitasi, kekurangan gizi dan sebagainya. Semua hal-hal tersebut dapat menjurus kepada kerawanan kronis.
  • 4. 3 Kerentanan terhadap bencana alam dan gangguan mendadak lainya akan mempengahuri kerawanan pangan untuk sementara waktu (transient food insecurity). Dengan kata laen kerawanan pangan dapat mempengaruhi masyarakat yang berada pada kondisi rawan pangan kronis, dan juga dapat mempengaruhi masyarakat yang terjamin panganya pada kondisi normal. Kejadian rawan pangan kronis merupakan perwujudan dari ketersediaan pangan, akses terhadap pangan (mata pencharian) dan akses terhadap penyerapan pangan ( kesehatan dan gizi). Kejadian rawan pangan sementara (transient) disebabkan oleh kerentanan pangan, seperti kerentanan terhadap alam bencana alam dan sebagainya. Dengan demikian terhadap beberapa dimensi yang dapat dijadikan ukuran untuk mengenali terjadinya rawan pangan. Merujuk kepada petunjuk manual pembuatan peta kerawanan pangan Indonesia (Manual for preparation of food Insecurity Atlas Indonesia), yang dikeuarkan oleh Dewan Ketahanan Pangan RI bekerjasama dengan program pangan Dunia tahun 2004, maka di anggap perlu untuk Kabupaten Garut disusun suatu peta kerawanan pangan dengan menggunakan indikator utama berupa ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan dan kerentanan pangan. Indikator-indikator utama tersebut merupakan indikator terpilih yang telah dicobakan dalam pembuatan peta kerawan panganan Indonesia tahun 2005. Peta kerawanan pangan dikembangkan untuk menanggulangi kerawanan pangan disuatu daerah dan untuk pemerataan pendistribusian pangan supaya tidak terjadi ketimpangan ketersediaan pangan. Sembilan Kecamatan di Kabupaten Garut berpotensi terserang rawan pangan. Hal ini diperparah dengan musim kemarau yang tidak lama lagi akan melanda. Dari sembilan Kecamatan yang berpotensi terserang rawan pangan tersebut, enam diantaranya terdapat di wilayah Garut Selatan, yaitu Kecamatan Cisewu, Singajaya, Peundeuy, Caringin, Pemulihan, dan Kecamatan Cibalong. Sedangkan tiga kecamatan lainya terdapat di wilayah yang tidak begitu jauh dari wilayah kota, yaitu Kecamatan Samarang, Sukaresmi, dan Pangatikan (garut.go.id 2014). Daerah-daerah rawan tersebut didapat berdasarkan data yang diolah oleh BKP (Badan Ketahanan Pangan) kabupaten Garut dengan mengumpulkan data-
  • 5. 4 data sesuai indikator yang selanjutnya dengan menggunakan prosentase dan indeks dari masing-masing indikator akan dihasilkan nilai akhir yang kemudian hasil tersebut dibatasi oleh batasan-batasan nilai tertentu yang menyatakan suatu daerah tersebut rawan atau tidak rawan. Namun dari apa yang berjalan selama ini terdapat kekurangan dimana indeks tersebut hanya berupa angka yang menggambarkan keadaan kerawan pangan suatu daerah namun kurang begitu dapat dimengerti oleh orang awam. Contoh datanya sebagai berikut: Oleh karena itu, badan ketahanan pangan khususnya bidang kerawanan pangan melihat data-data angka tersebut berinisiatif untuk merubahnya dalam bentuk warna sesuai batasan kerawanan pangan disuatu daerah per Kecamatan yang ada di Kabupaten Garut, (hasil wawancara). Bapak Zaeni selaku Kabid kerawan pangan di Badan Ketahanan Pangan Garut Berdasarkan latar belakang di atas maka kerja praktek ini berusaha untuk merancang sebuah perangkat lunak, agar mengetahui daerah-daerah yang berada dalam kerawanan pangan, maka kerja praktek ini berjudul “ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KERAWAN PANGANAN DI KABUPATEN GARUT, MENGGUNAKAN MAPINFO”.
  • 6. 5 1.2. Identifikasi Masalah Melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah dari penelitian ini adalah terdapatnya kelemahan dalam proses menginformasikan data indeks ketahanan pangan Kecamatan di Kabupaten Garut 1.3. Batasan Masalah Mengingat ruang lingkup permasalahan yang cukup besar, serta untuk menghindari pembahasan yang melebar, maka kerja praktek ini membatasi kedalam beberapa batasan masalah, antara lain: 1. Kerja praktek ini hanya merancang sebuah aplikasi Sistem Informasi Geografis kerawanan pangan di Kabupaten Garut. 2. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah delphi, dengan pembuatan peta menggunakan Mapinfo dan basis data menggunakan Microsoft Excel. 1.4. Tujuan Kerja Kerja Praktek Tujuan Kerja Praktek ini adalah merancang peta rawan pangan di Kabupaten Garut, dengan menggunakan indikator utama ini adalah: 1. Mengetahui titik-titik rawan pangan di Kabupaten Garut berdasarkan indikator yang ada, sehingga dapat di pantau secara konstan dan informasi kondisi kerawanan pangan secara keseluruhan dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan terhadap indikator yang telah ditetapkan. 2. Menerapkan cara penyusunan peta rawan pangan tingkat Kabupaten sesuai dengan petunjuk manual yang ada, dengan data yang tersedia sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. 1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) ini dilaksanakan di CV. Reyhan Prakarsa Utama, Kabupaten Garut yang bertempat di Jalan Otto Iskandardinata Nomor 278 Telepon/Fax (0262) 232657 Garut 44151, selama 30 hari kerja terhitung mulai dari tanggal 05 Maret 2014 sampai tanggal 08 April 2014. (Laporan penilaian kegiatan kerja praktek terlampir)
  • 7. 6 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika laporan Kerja Praktek ini dibagi menjadi 4 (empat) bab yang masing-masing bab mendefenisikan dan menjelaskan tujuannya. Adapun tujuan sistematika ini diharapkan dapat menghasilkan laporan Kerja Praktek di lapangan yang baik dan mudah dimengerti. Berikut penjelasan dari masing-masing bab. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan kerja praktek, lokasi dan waktu kerja praktek, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang mendukung atau terkait dengan pembahasan hasil kerja praktek. BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Pada bab ini membahas tentang bidang usaha, area fungsional organisasi, model proses bisnis dan hasil kerja praktek sesuai dengan fokus pekerjaan yang dipilih berikut pembahasannya. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan atau poin-poin penting dari pembahasan dan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi pihak yang berhubungan dengan sistem tersebut (dalam hal ini Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Garut).