SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Berhari Raya, Dengan Berlapang Dada
Oleh: Muhsin Hariyanto
Berlapang dada, itulah yang menjadi sikap Nabi Muhammad s.a.w.
setelah umat Islam mengalami kekalahan telak pada perang Uhud, disebabkan
oleh pengkhianatan pasukan pemanah yang diberi tugas untuk menjaga benteng
pertahanan di atas bukit Uhud. Dan sikap itulah yang membawa berkah bagi
perjuangan dakwah beliau kemudian, Ia menjadi pemimpin yang
berkemampuan untuk mencintai umatnya dengan sikap kasih-sayang kepada
siapa pun yang dibinanya dan dicintai oleh umatnya. Pemimpin yang ada di hati
rakyatnya, karena di dalam hatinya dipenuhi keinginan untuk mencintai
rakyatnya, dan tindak-tanduknya pun bermuara pada kesejahteraan rakyatnya.
Nabi s.a.w. adalah uswah hasanah (teladan) kita. Dan di ketika kita ingin
menjadi yang terbaik, kita pun sudah seharusnya berittiba’ (mencontoh)
kepadanya. Ingatlah, pada saat kita menghadapi persoalan hidup, seringkali kita
hadapi semua persoalan itu dengan sikap marah, jengkel, kecewa dan ketergesa-
gesaan untuk segera menyelesaikanya. Sehingga tidak jarang kita mengalamin
kegagalan demi kegagalan dalam menyelesaikan setiap persoalan, karena (kita)
tidak cermat di dalam memahami persoalan hidup kita, dan pada akhirnya kita
pun salah untuk memilih solusinya. Dan yang lebih ironis lagi, kita bahkan
sering menyalahkan orang lain dalam setiap kegagalan kita untuk
menyelesaikan persoalan kita sendiri, yang kadang-kadang (persoalan itu)
muncul dari kita sendiri, dan sama sekali tak terkait dengan orang lain. Kita
menjadi penimbun masalah, karena ketidaksabaran kita sendiri.
Dalam hal ini Allah SWT menggambarkan, seperti apa contoh kongkret
Nabi kita (Muhammad s.a.w.) ketika berupaya untuk memahami persoalan
yang mengitarinya, dan – lebih jauh lagi – bagaimana dia memilih solusi atas
persoalan yang dihadapinya. Memahami secara tepat, dan menyelesaikannya
secarra tepat pula. Dan tentu saja, akhirnya menjadi sebuah solusi yang
berharkat dan bermartabat.
Simak dengan cermat firman Allah berikut: ”Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu [maksudnya: urusan
yang terkait dengan hubungan antarmanusia seperti urusan sosial-politik,
ekonomi, budaya, pendidikan dan lain-lainnya]. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya“. (QS Âli ’Imrân, 3: 159)
Ayat ini – menurut para ahli tafsir – diwahyukan berkaitan dengan
kekalahan telak umat Islam dalam perang Uhud. Ketika itu umat Islam benar-
benar merasakan betapa pahitnya rasa sebuah kegagalan dari sebuah perang
yang telah dirancang dengan rencana yang rapi, yang menurut perhitungan di
atas kertas akan menghasilkan kemenangan. Namun, gara-gara pengkhianatan
yang dilakukan oleh sebagian pasukan elit umat Islam yang memiliki posisi
paling strategis sebagai benteng pertahanan, kemenangan yang didambakan itu
pun tak terwujud. Bahkan menghasilkan kekalahan yang sangat menyakitkan.
Tetapi, dengan kekalahan setelah itu, dengan sebuah hasil analisis yang
berkesimpulan bahwa kekalahan bisa terjadi karena pengkhianatan sebagian
pasukan elit umat umat Islam yang menjaga pertahanan di atas bukit Uhud,
Nabi s.a.w. masih bisa bersikap tenang, dan bahkan memberi maaf kepada
pasukan yang dianggapnya melakukan pengkhianatan, dan lebih dari itu
bahkan memohonkan ampun atas kesalahan mereka kepada Allah, dan bahkan –
kemudian – menyelesaikan persoalan internal (umat Islam) itu dengan cara
“bermusyawarah“ di antara mereka, tanpa harus melibatkan pihak-eksternal,
sebagaimana yang kini menjadi tradisi sebagian komponen bangsa kita.
Peristiwa itu menandai adanya fakta historis, bahwa pesona akhlak nabi
s.a.w. dalam membangun komunikasi politik dengan umatnya, sangat
sempurna. Dan – bahkan – dikatakan oleh para pakar Ilmu Politik sebagai
sebuah model komunikasi politik terbaik yang perlu diteladani. Terlepas dari
pro dan kontra terhadap tafsir terhadap ayat ini, tentu saja peristiwa ini
merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Rumusan nyata dan
gamblang tentang model manusia terbaik. Maka siapa pun yang ingin berhasil
dalam mengemban tugas kepemimpinan – sebagaimana kepemimpinan Nabi
s.a.w. -- hendaklah mengikuti jejak langkah beliau dan – secara konsisten --
menerapkan akhlaknya dalam seluruh aktivitas kepemimpinannya.
Konon, sejak dulu kita jumpai berbagai macam keluhan dan kekecewaan
terhadap penanganan permasalahan sosial-kemanusian di oleh para para
pemimpin kita, bahkan tidak jarang berakhir dengan -- ditandai dengan --
fenomena jatuhnya para pemimpin, sebagai akibat dari ulahnya mereka sendiri.
Mereka sringkali terlalu asyik dengan dirinya sendiri dan lupa untuk
menjalankan amanah kepemimpinannya. Boleh jadi semuanya terjadi karena
ketidak utuhan mereka dalam meneladani perilaku Nabi s.a.w. atau karena
mereka belum mampu menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah pada mereka
sendiri. Akibatnya mereka – sebagai pemimpin -- sering tidak memilki
kesabaran dalam besikap, sebagai terlalu cepat tersinggung dalam menyikapi
kritik rakyat mereka, karena ketidak dewasannya dalam bersikap. Hingga
berujung pada terpuruknya jalinan komunikasi antara pemimpin dan rakyatnya.
Komunikasi politik mereka tidak terbangun dengan indah, dan bahkan
cenderung semakin memburuk. Padahal – kalau mereka bersedia menengok
kembali ajaran akhlak Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi s.a.w. –
Islam telah menuntun kita untuk berkemampuan saling-menasihati, saling
memahami dan mengantarkan pada penyelesaian setiap permasalahan
komunikasi horisontal dan vertikal antarmanusia dengan solusi terbaik, hingga
tak perlu lagi ada jurang-komunikasi horisontal dan vertikal dalam proses
kepemimpinan mereka.
Di antara nilai-nilai Islam -- yang terkait dengan akhlaqul karimah – yang
selayaknya kita tanamkan dalam diri kita masing-masing, dalam ayat al-Quran
di atas tersimpul dalam dua nilai yang cukup relevan untuk memecahkan
kebuntuan di antara kita, yaitu kelembutan dan kerendah hatian. Kelembutan
dalam bertutur-kata, menjaga perasaan, dan memperbaiki hubungan
antarmanusia. Kelembutan yang bermula dari kebersihan hati dan keindahan
dalam mengartikulasikan kata dan perbuatan dalam proses komunikasi verbal
dan non-verbal. Tetapi tentu saja bukan sekadar kelembutan simbolik yang
bersubstansi kekerasan, namun (kelembutan) yang ditandai dengan senyum dan
tegur-sapa, tuangan kasih sayang yang tulus tanpa basi-basi yang berlebihan. Di
samping itu, kita pun memerlukan kerendah hatian yang merupakan ungkapan
hati, ucapan dan tindakan yang bermuara pada upaya untuk mengakrabkan
silaturrahim antarmanusia, melunakkan keangkuhan, menumbuhkan
kepercayaan, membawa keharmonisan dan mengikis kekakuan
Dan bila kita tengok puasa ramadhan kita sebulan yang lalu, sudah
selayaknya nilai-nilai puasa ramadhan yang bermetamorfosis menjadi sikap
sabar dan syukur, bisa menjadi pijakan bagi diri kita untuk mengevaluasi diri,
membenahi akhlak kita dan melayakkan diri sebagai seorang pemimpin sejati.
Kita seharusnya sudah berkemampuan untuk menghindari kesalahan dan
kekurangan yang pernah kita lakukan dengan kedewasaan dalam bersikap.
Mulai bulan Syawal ini, selayaknya kita mulai melatih diri untuk menjadi
pribadi yang berkelembutan – dengan mengubah citra diri kita menjadi “Sang
Pemaaaf“ -- dan bersikap rendah hati kepada siapa pun yang berinteraksi
dengan diri kita. Karena Nabi s.a.w. – uswah hasanah kita -- senantiasa
mendorong diri kita untuk memiliki sikap pemaaf. Sikap yang muncul karena
keimanan, ketakwaan, pengetahuan, dan wawasan mendalam seorang muslim
tentang Islam. Karena kita menyadari bahwa sikap pemaaf akan memberikan
keuntungan, terutama (bisa) membuat hati lapang dan tidak memiliki rasa
dendam terhadap orang yang berbuat salah kepada diri kita, sehingga jiwa kita
menjadi tenang dan tenteram. Bahkan Allah menegaskan bahwa sikap pemaaf
yang menjadi tradisi muslim jauh lebih baik dari sedekah yang diberikan dengan
diiringi ucapan atau sikap yang menyakitkan bagi orang yang menerimanya.
Allah SWT berfirman, ''Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun.'' (QS al-Baqarah, 2: 263). Bahkan dalam
ayat al-Quran yang lain, Allah menjelaskan bahwa kecintaan untuk memberi
maaf kepada orang yang berbuat salah merupakan ciri orang bertakwa. Orang
yang demikian akan memaafkan orang yang pernah berbuat salah kepadanya
sebesar apa pun kesalahannya, meskipun orang yang bersalah (kepadanya) tidak
pernah meminta maaf kepadanya.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman, ''Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS Âli ’Imrân, 3: 133-134).
Akhirnya penulis pun berkesimpulan, bahwa sikap pemaaf, yang berawal
dari kerendah hatian kita untuk memaafkan siapa pun yang pernah bersalah
pada diri kita, perlu kita lekatkan pada diri kita dan menjadi indikator penting
dari ketakwaan kita yang kita peroleh setelah sebulan penuh kita berpuasa.
Dengan sikap pemaaf, kita akan memperoleh cinta dari Allah dan juga
sesama manusia. Dengan sikap pemaaf yang ditandai dengan kemauan untuk
berlapang dada, kita akan dapat memperkokoh silaturahim antarkita (umat
manusia).
Sebagai pengikut Nabi Muhammad s.a.w., marilah kita jadikan diri kita
menjadi pribadi yang “berlapang dada’ untuk lebih bersikap rendah hati dalam
upaya kita untuk memberi maaf kepada siapa pun, dengan selalu berupaya
membangun kemampuan untuk mencintai dan mendapatkan cinta untuk dan
dari siapa pun.
Penulis adalah Alumnus Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Sekarang menjadi Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta, Dosen Tidak Tetap STIKES
’Aisyiyah Yogyakarta. Mengajar di PUTM Yogyakarta, Pondok Pesantren
Mahasiswa Budi Mulia Yogyakarta dan Pengasuh Majelis Ta’lim Manajemen
Qalbu DPU Daarut Tauhiid Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Al muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-Rasyid
Al muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-RasyidAl muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-Rasyid
Al muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-RasyidImran
 
Mudik lahir batin, mungkinkah
Mudik lahir batin, mungkinkahMudik lahir batin, mungkinkah
Mudik lahir batin, mungkinkahMuhsin Hariyanto
 
Sepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaSepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaMasyrifah Jazm
 
Naskah skripsi selesai
Naskah skripsi selesaiNaskah skripsi selesai
Naskah skripsi selesaiNeos Ayubianto
 
Mujahadah anfash
Mujahadah anfash Mujahadah anfash
Mujahadah anfash muji anto
 
Biarkan syiah bercerita ttg agamanya
Biarkan syiah bercerita ttg agamanyaBiarkan syiah bercerita ttg agamanya
Biarkan syiah bercerita ttg agamanyaArdian DP
 
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)Tyo Maulana
 
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwahRukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwahAsudi Hamdun
 
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidanMengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidanAsudi Hamdun
 
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang DakwahMuqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang DakwahAsudi Hamdun
 
Modul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas xModul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas xMoezzt Licha
 
Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptx
Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptxMeniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptx
Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptxFaizalFuad23
 
Berguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwahBerguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwahAji Diiart
 
husnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas dirihusnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas diriYoga Fachruddin
 

What's hot (20)

Al muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-Rasyid
Al muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-RasyidAl muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-Rasyid
Al muntalaq - Syeikh Muhd Ahmad ar-Rasyid
 
Harga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuranHarga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuran
 
Mudik lahir batin, mungkinkah
Mudik lahir batin, mungkinkahMudik lahir batin, mungkinkah
Mudik lahir batin, mungkinkah
 
Sepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaSepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswa
 
Naskah skripsi selesai
Naskah skripsi selesaiNaskah skripsi selesai
Naskah skripsi selesai
 
Berani di jalan dakwah
Berani di jalan dakwahBerani di jalan dakwah
Berani di jalan dakwah
 
Mujahadah anfash
Mujahadah anfash Mujahadah anfash
Mujahadah anfash
 
Bab 1 mujahadah,husnudzan,ukhuwah
Bab 1 mujahadah,husnudzan,ukhuwahBab 1 mujahadah,husnudzan,ukhuwah
Bab 1 mujahadah,husnudzan,ukhuwah
 
Biarkan syiah bercerita ttg agamanya
Biarkan syiah bercerita ttg agamanyaBiarkan syiah bercerita ttg agamanya
Biarkan syiah bercerita ttg agamanya
 
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
 
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwahRukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
 
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidanMengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
 
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang DakwahMuqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
 
Khotbah jumat
Khotbah jumatKhotbah jumat
Khotbah jumat
 
Modul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas xModul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas x
 
Ppt bab 6
Ppt bab 6Ppt bab 6
Ppt bab 6
 
Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptx
Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptxMeniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptx
Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan.pptx
 
Berguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwahBerguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwah
 
Paham yang harus_diluruskan
Paham yang harus_diluruskanPaham yang harus_diluruskan
Paham yang harus_diluruskan
 
husnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas dirihusnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas diri
 

Viewers also liked

Penyakit hasad atau dengki
Penyakit hasad atau dengkiPenyakit hasad atau dengki
Penyakit hasad atau dengkiMuhsin Hariyanto
 
Ekalaya, sang pembelajar sejati
Ekalaya, sang pembelajar sejatiEkalaya, sang pembelajar sejati
Ekalaya, sang pembelajar sejatiMuhsin Hariyanto
 
Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01
Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01
Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01Muhsin Hariyanto
 
Mengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besarMengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besarMuhsin Hariyanto
 
Memahami fenomena kemungkaran
Memahami fenomena kemungkaranMemahami fenomena kemungkaran
Memahami fenomena kemungkaranMuhsin Hariyanto
 
Dzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosialDzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosialMuhsin Hariyanto
 
Membangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMembangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMuhsin Hariyanto
 
Selamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikanSelamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.Muhsin Hariyanto
 
Inilah lima kiat selamat dari tipu daya setan
Inilah lima kiat selamat dari tipu daya setanInilah lima kiat selamat dari tipu daya setan
Inilah lima kiat selamat dari tipu daya setanMuhsin Hariyanto
 
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyahDzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyahMuhsin Hariyanto
 
Kekuatan sabar dan tawakal
Kekuatan sabar dan tawakalKekuatan sabar dan tawakal
Kekuatan sabar dan tawakalMuhsin Hariyanto
 
Si les papas élevaient seuls
Si les papas élevaient seulsSi les papas élevaient seuls
Si les papas élevaient seulsCloF
 

Viewers also liked (20)

Penyakit hasad atau dengki
Penyakit hasad atau dengkiPenyakit hasad atau dengki
Penyakit hasad atau dengki
 
Ekalaya, sang pembelajar sejati
Ekalaya, sang pembelajar sejatiEkalaya, sang pembelajar sejati
Ekalaya, sang pembelajar sejati
 
Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01
Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01
Tafsir qs yûsuf, 12 ayat 33 34-01
 
Mengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besarMengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besar
 
Memahami fenomena kemungkaran
Memahami fenomena kemungkaranMemahami fenomena kemungkaran
Memahami fenomena kemungkaran
 
Dzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosialDzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosial
 
Membangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMembangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpin
 
Ikhbat
IkhbatIkhbat
Ikhbat
 
Selamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikanSelamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikan
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.
 
Istidraj 01
Istidraj 01Istidraj 01
Istidraj 01
 
Inilah lima kiat selamat dari tipu daya setan
Inilah lima kiat selamat dari tipu daya setanInilah lima kiat selamat dari tipu daya setan
Inilah lima kiat selamat dari tipu daya setan
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyahDzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyah
 
Bahan ajar aqidah akhlak
Bahan ajar aqidah akhlakBahan ajar aqidah akhlak
Bahan ajar aqidah akhlak
 
Tafsir surat al ma'un
Tafsir surat al ma'unTafsir surat al ma'un
Tafsir surat al ma'un
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Kekuatan sabar dan tawakal
Kekuatan sabar dan tawakalKekuatan sabar dan tawakal
Kekuatan sabar dan tawakal
 
Si les papas élevaient seuls
Si les papas élevaient seulsSi les papas élevaient seuls
Si les papas élevaient seuls
 

Similar to Berhari raya dengan berlapang dada

Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Muhsin Hariyanto
 
Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021andreanapulu
 
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHATAgama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHATmaghfiraputeri
 
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01Muhsin Hariyanto
 
86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak
86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak
86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlakIwan Jogya
 
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaafTermuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaafMuhsin Hariyanto
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhghozali27
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBangFaeshal
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhMamaz-AJi
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhamirulmuminin9
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Tautan kasih
Tautan kasih Tautan kasih
Tautan kasih pida8lama
 

Similar to Berhari raya dengan berlapang dada (20)

Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
 
Bersangka baik
Bersangka baikBersangka baik
Bersangka baik
 
Makalah Mujadatun NaFs.pdf
Makalah Mujadatun NaFs.pdfMakalah Mujadatun NaFs.pdf
Makalah Mujadatun NaFs.pdf
 
Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021
 
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHATAgama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
 
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf 01
 
Khutbah jumaat 1
Khutbah jumaat 1Khutbah jumaat 1
Khutbah jumaat 1
 
Afsyus salam
Afsyus salamAfsyus salam
Afsyus salam
 
Modul 1 PAI XII LB2
Modul 1 PAI XII LB2Modul 1 PAI XII LB2
Modul 1 PAI XII LB2
 
86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak
86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak
86198048 tafsir-ayat-tentang-akhlak
 
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaafTermuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Khutbah Jum'at
Khutbah Jum'atKhutbah Jum'at
Khutbah Jum'at
 
Tahsinul akhlaq 01
Tahsinul akhlaq 01Tahsinul akhlaq 01
Tahsinul akhlaq 01
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Tautan kasih
Tautan kasih Tautan kasih
Tautan kasih
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Berhari raya dengan berlapang dada

  • 1. Berhari Raya, Dengan Berlapang Dada Oleh: Muhsin Hariyanto Berlapang dada, itulah yang menjadi sikap Nabi Muhammad s.a.w. setelah umat Islam mengalami kekalahan telak pada perang Uhud, disebabkan oleh pengkhianatan pasukan pemanah yang diberi tugas untuk menjaga benteng pertahanan di atas bukit Uhud. Dan sikap itulah yang membawa berkah bagi perjuangan dakwah beliau kemudian, Ia menjadi pemimpin yang berkemampuan untuk mencintai umatnya dengan sikap kasih-sayang kepada siapa pun yang dibinanya dan dicintai oleh umatnya. Pemimpin yang ada di hati rakyatnya, karena di dalam hatinya dipenuhi keinginan untuk mencintai rakyatnya, dan tindak-tanduknya pun bermuara pada kesejahteraan rakyatnya. Nabi s.a.w. adalah uswah hasanah (teladan) kita. Dan di ketika kita ingin menjadi yang terbaik, kita pun sudah seharusnya berittiba’ (mencontoh) kepadanya. Ingatlah, pada saat kita menghadapi persoalan hidup, seringkali kita hadapi semua persoalan itu dengan sikap marah, jengkel, kecewa dan ketergesa- gesaan untuk segera menyelesaikanya. Sehingga tidak jarang kita mengalamin kegagalan demi kegagalan dalam menyelesaikan setiap persoalan, karena (kita) tidak cermat di dalam memahami persoalan hidup kita, dan pada akhirnya kita pun salah untuk memilih solusinya. Dan yang lebih ironis lagi, kita bahkan sering menyalahkan orang lain dalam setiap kegagalan kita untuk menyelesaikan persoalan kita sendiri, yang kadang-kadang (persoalan itu) muncul dari kita sendiri, dan sama sekali tak terkait dengan orang lain. Kita menjadi penimbun masalah, karena ketidaksabaran kita sendiri. Dalam hal ini Allah SWT menggambarkan, seperti apa contoh kongkret Nabi kita (Muhammad s.a.w.) ketika berupaya untuk memahami persoalan yang mengitarinya, dan – lebih jauh lagi – bagaimana dia memilih solusi atas persoalan yang dihadapinya. Memahami secara tepat, dan menyelesaikannya secarra tepat pula. Dan tentu saja, akhirnya menjadi sebuah solusi yang berharkat dan bermartabat. Simak dengan cermat firman Allah berikut: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu [maksudnya: urusan yang terkait dengan hubungan antarmanusia seperti urusan sosial-politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan lain-lainnya]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya“. (QS Âli ’Imrân, 3: 159)
  • 2. Ayat ini – menurut para ahli tafsir – diwahyukan berkaitan dengan kekalahan telak umat Islam dalam perang Uhud. Ketika itu umat Islam benar- benar merasakan betapa pahitnya rasa sebuah kegagalan dari sebuah perang yang telah dirancang dengan rencana yang rapi, yang menurut perhitungan di atas kertas akan menghasilkan kemenangan. Namun, gara-gara pengkhianatan yang dilakukan oleh sebagian pasukan elit umat Islam yang memiliki posisi paling strategis sebagai benteng pertahanan, kemenangan yang didambakan itu pun tak terwujud. Bahkan menghasilkan kekalahan yang sangat menyakitkan. Tetapi, dengan kekalahan setelah itu, dengan sebuah hasil analisis yang berkesimpulan bahwa kekalahan bisa terjadi karena pengkhianatan sebagian pasukan elit umat umat Islam yang menjaga pertahanan di atas bukit Uhud, Nabi s.a.w. masih bisa bersikap tenang, dan bahkan memberi maaf kepada pasukan yang dianggapnya melakukan pengkhianatan, dan lebih dari itu bahkan memohonkan ampun atas kesalahan mereka kepada Allah, dan bahkan – kemudian – menyelesaikan persoalan internal (umat Islam) itu dengan cara “bermusyawarah“ di antara mereka, tanpa harus melibatkan pihak-eksternal, sebagaimana yang kini menjadi tradisi sebagian komponen bangsa kita. Peristiwa itu menandai adanya fakta historis, bahwa pesona akhlak nabi s.a.w. dalam membangun komunikasi politik dengan umatnya, sangat sempurna. Dan – bahkan – dikatakan oleh para pakar Ilmu Politik sebagai sebuah model komunikasi politik terbaik yang perlu diteladani. Terlepas dari pro dan kontra terhadap tafsir terhadap ayat ini, tentu saja peristiwa ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Rumusan nyata dan gamblang tentang model manusia terbaik. Maka siapa pun yang ingin berhasil dalam mengemban tugas kepemimpinan – sebagaimana kepemimpinan Nabi s.a.w. -- hendaklah mengikuti jejak langkah beliau dan – secara konsisten -- menerapkan akhlaknya dalam seluruh aktivitas kepemimpinannya. Konon, sejak dulu kita jumpai berbagai macam keluhan dan kekecewaan terhadap penanganan permasalahan sosial-kemanusian di oleh para para pemimpin kita, bahkan tidak jarang berakhir dengan -- ditandai dengan -- fenomena jatuhnya para pemimpin, sebagai akibat dari ulahnya mereka sendiri. Mereka sringkali terlalu asyik dengan dirinya sendiri dan lupa untuk menjalankan amanah kepemimpinannya. Boleh jadi semuanya terjadi karena ketidak utuhan mereka dalam meneladani perilaku Nabi s.a.w. atau karena mereka belum mampu menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah pada mereka sendiri. Akibatnya mereka – sebagai pemimpin -- sering tidak memilki kesabaran dalam besikap, sebagai terlalu cepat tersinggung dalam menyikapi kritik rakyat mereka, karena ketidak dewasannya dalam bersikap. Hingga berujung pada terpuruknya jalinan komunikasi antara pemimpin dan rakyatnya.
  • 3. Komunikasi politik mereka tidak terbangun dengan indah, dan bahkan cenderung semakin memburuk. Padahal – kalau mereka bersedia menengok kembali ajaran akhlak Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi s.a.w. – Islam telah menuntun kita untuk berkemampuan saling-menasihati, saling memahami dan mengantarkan pada penyelesaian setiap permasalahan komunikasi horisontal dan vertikal antarmanusia dengan solusi terbaik, hingga tak perlu lagi ada jurang-komunikasi horisontal dan vertikal dalam proses kepemimpinan mereka. Di antara nilai-nilai Islam -- yang terkait dengan akhlaqul karimah – yang selayaknya kita tanamkan dalam diri kita masing-masing, dalam ayat al-Quran di atas tersimpul dalam dua nilai yang cukup relevan untuk memecahkan kebuntuan di antara kita, yaitu kelembutan dan kerendah hatian. Kelembutan dalam bertutur-kata, menjaga perasaan, dan memperbaiki hubungan antarmanusia. Kelembutan yang bermula dari kebersihan hati dan keindahan dalam mengartikulasikan kata dan perbuatan dalam proses komunikasi verbal dan non-verbal. Tetapi tentu saja bukan sekadar kelembutan simbolik yang bersubstansi kekerasan, namun (kelembutan) yang ditandai dengan senyum dan tegur-sapa, tuangan kasih sayang yang tulus tanpa basi-basi yang berlebihan. Di samping itu, kita pun memerlukan kerendah hatian yang merupakan ungkapan hati, ucapan dan tindakan yang bermuara pada upaya untuk mengakrabkan silaturrahim antarmanusia, melunakkan keangkuhan, menumbuhkan kepercayaan, membawa keharmonisan dan mengikis kekakuan Dan bila kita tengok puasa ramadhan kita sebulan yang lalu, sudah selayaknya nilai-nilai puasa ramadhan yang bermetamorfosis menjadi sikap sabar dan syukur, bisa menjadi pijakan bagi diri kita untuk mengevaluasi diri, membenahi akhlak kita dan melayakkan diri sebagai seorang pemimpin sejati. Kita seharusnya sudah berkemampuan untuk menghindari kesalahan dan kekurangan yang pernah kita lakukan dengan kedewasaan dalam bersikap. Mulai bulan Syawal ini, selayaknya kita mulai melatih diri untuk menjadi pribadi yang berkelembutan – dengan mengubah citra diri kita menjadi “Sang Pemaaaf“ -- dan bersikap rendah hati kepada siapa pun yang berinteraksi dengan diri kita. Karena Nabi s.a.w. – uswah hasanah kita -- senantiasa mendorong diri kita untuk memiliki sikap pemaaf. Sikap yang muncul karena keimanan, ketakwaan, pengetahuan, dan wawasan mendalam seorang muslim tentang Islam. Karena kita menyadari bahwa sikap pemaaf akan memberikan keuntungan, terutama (bisa) membuat hati lapang dan tidak memiliki rasa dendam terhadap orang yang berbuat salah kepada diri kita, sehingga jiwa kita menjadi tenang dan tenteram. Bahkan Allah menegaskan bahwa sikap pemaaf yang menjadi tradisi muslim jauh lebih baik dari sedekah yang diberikan dengan diiringi ucapan atau sikap yang menyakitkan bagi orang yang menerimanya.
  • 4. Allah SWT berfirman, ''Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun.'' (QS al-Baqarah, 2: 263). Bahkan dalam ayat al-Quran yang lain, Allah menjelaskan bahwa kecintaan untuk memberi maaf kepada orang yang berbuat salah merupakan ciri orang bertakwa. Orang yang demikian akan memaafkan orang yang pernah berbuat salah kepadanya sebesar apa pun kesalahannya, meskipun orang yang bersalah (kepadanya) tidak pernah meminta maaf kepadanya. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman, ''Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang- orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS Âli ’Imrân, 3: 133-134). Akhirnya penulis pun berkesimpulan, bahwa sikap pemaaf, yang berawal dari kerendah hatian kita untuk memaafkan siapa pun yang pernah bersalah pada diri kita, perlu kita lekatkan pada diri kita dan menjadi indikator penting dari ketakwaan kita yang kita peroleh setelah sebulan penuh kita berpuasa. Dengan sikap pemaaf, kita akan memperoleh cinta dari Allah dan juga sesama manusia. Dengan sikap pemaaf yang ditandai dengan kemauan untuk berlapang dada, kita akan dapat memperkokoh silaturahim antarkita (umat manusia). Sebagai pengikut Nabi Muhammad s.a.w., marilah kita jadikan diri kita menjadi pribadi yang “berlapang dada’ untuk lebih bersikap rendah hati dalam upaya kita untuk memberi maaf kepada siapa pun, dengan selalu berupaya membangun kemampuan untuk mencintai dan mendapatkan cinta untuk dan dari siapa pun. Penulis adalah Alumnus Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sekarang menjadi Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta, Dosen Tidak Tetap STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta. Mengajar di PUTM Yogyakarta, Pondok Pesantren Mahasiswa Budi Mulia Yogyakarta dan Pengasuh Majelis Ta’lim Manajemen Qalbu DPU Daarut Tauhiid Yogyakarta.