SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
AFSYUS SALÂM:
                           Dari Ucapan Menuju Tindakan
                                        Oleh: Muhsin Hariyanto
Ada sebuah pernyataan dari Abu Hurairah r.a. (salah seorang
sahabat Nabi s.a.w.), bahwa beliau pernah bersabda:

 ‫ل تدخل اون الجنة حتت ى تؤمن اوا ول تؤمن اون حتت ى تحباب اوا‬
     ُّ َ‫باَ باَ ِمْ نوُنوُ باَ ِمْ باَ ىَّ باَ باَ ىَّ نوُ ِمْ ُنِ نوُ باَ باَ نوُ ِمْ ُنِ نوُ باَ باَ ىَّ باَ با‬
 ‫ثم قبال هل أدلكم علت ى شيء إذا فعلتم اوه تحباببتم ؟ أفش اوا‬
     ُ‫نوُ ىَّ باَ باَ باَ ِمْ باَ نوُُّ نوُ ِمْ باَباَ باَ ِمْ إ ٍ ُنِ باَ باَ باَ ِمْ نوُ نوُ نوُ باَ باَ باَ ِمْ نوُ ِمْ باَ ِمْ نو‬
                                                                                                         ْ‫ىَّ باَ باَ باَ ِمْ باَ نوُ ِم‬
                                                                                                         ‫السلم بينكم‬
“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan
tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Kemudian
beliu bersabda: Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan
yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling
mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (Hadis
Riwayat Muslim).




                                                                  1
Hadis ini memberi isyarat akan artipentingnya “salâm”. Sekadar
mengucapkan salam? Tentu saja tidak sesederhana itu. Karena kata
“salâm” dalam hadis itu bisa dimaknai lebih daripada sekadar
mengucapkan salam secara verbal. Lebih jauh dari itu, salâm bisa dimaknai
sebagai “kedamaian” dalam pengertian luas. Tebarkan kedamaian untuk
siapa pun dalam konteks apa pun. Karena Islam hadir dengan tawaran
damai: “peace for all” (damai untuk semuanya), selaras dengan misi
kerahmatannya, rahmatan li al-âlamîn. Itulah kurang-lebih makna kalimat
“afsyus salâm” (tebarkanlah kedamaian untuk semua orang) dalam hadis
di atas.
        Nabi Muhammad s.a.w. mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
meningkatkan kecintaan terhadap saudara sesama umat manusia,
merekatkan persaudaraan dan kasih sayang. Dan untuk mewujudkannya,
beliau perintahkan untuk menyebarkan “salâm” dalam artikulasi yang
santun dan ramah, dengan ucapan “assalâmu ‘alaikum, dan bahkan
menganjurkan     untuk    disempurnakan      dengan ungkapan   “wa
rahmatullâhi wa barakâtuh” (kedamaian yang diharapkan hadir
bersama kasih sayang dan keberkahan dari Allah).
        Perhatikan makna firman Allah SWT berikut:


    "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
    (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
    baiklah kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
    orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
    kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
    Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil
    darimu, dan kamu selalu berpaling." (QS al-Baqarah [2]: 83)




                                   2
Namun, seiring dengan hilangnya semangat berbagi di zaman
‘edan'. Ini (meminjam istilah Ronggowarsito), ucapan salam ini sebegitu
mudah ditinggalkan oleh sebagian umatnya yang kurang peduli dan –
dengan serta-merta – berubah menjadi sû-u zhan (prasangka buruk),
kecurigaan yang berbuah pada ketidak-pedulian, dan bahkan sikap
permusuhan antarmanusia yang berlarut-larut. Antarkomunitas manusia
menjadi terkotak-kotak dalam semangat sektarian-sempit dengan berbagai
kepentingan: “ideologi, etnis, agama, serta sejumlah kepentingan duniawi
yang lain, dan bahkan – lebih ironis – (terpilah) karena kepentingan politik
jangka-pendek, yang ujung-ujungnya adalah: hubbud dunya (cinta-dunia).
Konon, kini sudah ada sejumlah ‘berhala’ yang menjadi pilihan hidup, dan
menjadikan umat manusia rela berpecah-belah karena kepentingan-
kepentingan pemberhalaan terhadap sesuatu yang sesungguhnya tidak
pantas diberhalakan. Mereka seolah tak hirau lagi dengan seruan Allah
dalam QS Âli ‘Imrân [3]: 103:


     “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
     dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
     Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
     bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
     menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
     bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
     Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
     menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
     petunjuk.”
     Sebuah ayat yang mengingatkan kehancuran peradaban disebabkan
oleh perpecahan yang terjadi karena mereka lupa untuk mengingat Allah.
        Begitulah nasib umat manusia di ketika mereka lalai untuk bertuhan
kepada Tuhan (Allah) semata, satu-satunya Tuhan yang layak
dipertuhankan, dan justeru mempertuhankan tuhan-tuhan palsu yang
mereka ciptakan dalam imajinasi mereka, yang akhirnya benar-benar
menjadi “thâghût” (sesuatu yang disembah selain Allah). Mereka asyik
dalam kekeliruan, dan menganggap kekeliruan-kekeliruan itu sebagai
kebenaran, karena selama ini telah menjadi bagian dari apa yang mereka
yakini sebagai “Tuhan”. Kini saatnya “syirik”, ternyata telah merambah
dalam benak dan lubuk hati yang paling dalam pada kehidupan
“mu’amalah” (baca: interaksi-sosial) umat manusia di seputar kita, hingga
mereka lupa bersinergi untuk kepentingan kemashlahatan mereka sendiri,
membangun kekuatan bersama dengan: “berbagi salâm” (saling menebar
kedamaian).




                                     3
Hingga kini, ucapan as-salāmu `alaikum memang boleh jadi selalu
diucapkan oleh setiap muslim – utamanya -- untuk sesama muslim. Hanya
saja ucapan-ucapan salâm mereka boleh jadi tidak tumbuh dari lubuk hati
yang paling dalam, hingga para pengucapnya sendiri tidak sadar bahwa
makna ucapannya benar-benar memiliki spirit-utama: “mendoakan kepada
setiap orang yang dijumpainya” agar mendapatkan kedamaian. Oleh
karenanya para pengucap itu kemudian tidak berhasrat untuk mewujudkan
ucapan-ucapan verbalnya ke dalam tindakan nyata: “menebarkan
kedamaian” kepada siapa pun yang diberi ucapan salâm. Begitu juga
spontanitas para penerima salâm yang secara verbal membalas ucapan
salâm -verbal para pemberi salâm barangkali tidak semuanya sadar
bahwa makna jawaban salâm nya adalah “doa” bagi setiap para pemberi
salâm mereka. Akhirnya, tidak berbeda dengan para pemberi salâm,
mereka pun sama sekali boleh jadi tidak berhasrat untuk mewujudkan
jawaban verbalnya ke dalam tindakan nyata: “menebarkan kedamaian”
kepada siapa pun yang memberi ucapan salâm. Dan konklusi pentingnya:
“salâm – hingga kini -- tetap hanya sekadar menjadi ucapan-upan verbal
tanpa makna”, tak berujung pada kedamaian nyata untuk semuanya.
        Padahal, kalau kita cermati, hadis Nabi Muhammad s.a.w. di atas
sebenarnya telah mengingatkan kepada kita semua bahwa “salâm” yang
selalu terungkap dalam ucapan verbal “as-salāmu `alaikum” beserta
kesempurnaan ucapannya seharusnya menjadi pijakan awal untuk berbagi
kedamaian di antara kita, agar kita menjadi umat manusia yang saling-
mencintai, sebagai bukti dari keberimanan kita. Dan, pada akhirnya kita pun
berhak menagih janji Allah berupa surga, “kenikmatan hakiki yang abadi”
yang senanntiasa kita dambakan.
         Akhirnya, “salam” yang senantiasa kita ucapkan seharusnya
mengingatkan kita bahwa kita semua adalah “ummah wâhidah (satu
kesatuan umat), ikhwah (bersaudara) dan perlu selalu merekatkan
kedekatan kita dengan semangat ukhuwwah (persaudaraan). Dan oleh
karenanya kita harus mulai membudayakannya bukan sekadar menjadi
ucapan-verbal, tetapi – lebih dari itu – menjadikannya sebagai instrumen
penting untuk membangun “cinta” antarsesama, hingga kita antarmanusia
bisa saling-mencintai. Dan tentu saja, salam yang kita implementasikan
menjadi tindakan nyata, bisa menjadi prasyarat kita (umat Islam) untuk
menjadi khairu ummah (umat yang terbaik) di tengah hiruk-pikuk
peradaban dunia, kini dan masa mendatang.
        Ma’an-Najâh (semoga sukses)




                                    4
5

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Kewajiban menuntut ilmu
Kewajiban menuntut ilmuKewajiban menuntut ilmu
Kewajiban menuntut ilmu
 
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
 
MUHASABAH
MUHASABAH MUHASABAH
MUHASABAH
 
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kamiBeginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
 
Kewajiban Dakwah
Kewajiban DakwahKewajiban Dakwah
Kewajiban Dakwah
 
Remaja Smart with Islam
Remaja Smart with IslamRemaja Smart with Islam
Remaja Smart with Islam
 
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
 
minuman keras
minuman kerasminuman keras
minuman keras
 
Sahabat dunia akhirat
Sahabat dunia akhiratSahabat dunia akhirat
Sahabat dunia akhirat
 
Dakwah 4 Better Life
Dakwah 4 Better LifeDakwah 4 Better Life
Dakwah 4 Better Life
 
Menjaga lidah
Menjaga lidahMenjaga lidah
Menjaga lidah
 
Konsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islamKonsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islam
 
Menjadi Orang Beruntung
Menjadi Orang BeruntungMenjadi Orang Beruntung
Menjadi Orang Beruntung
 
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
Materi Kajian Umum - Darimana Kita Berasal?
 
Motivasi membina
Motivasi membinaMotivasi membina
Motivasi membina
 
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptxJINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
 
adab terhadap guru
adab terhadap guruadab terhadap guru
adab terhadap guru
 
Peran pemuda islam dalam sejarah
Peran pemuda islam dalam sejarahPeran pemuda islam dalam sejarah
Peran pemuda islam dalam sejarah
 
Ahammiyatut tarbiyah
Ahammiyatut tarbiyahAhammiyatut tarbiyah
Ahammiyatut tarbiyah
 
Adab Terhadap Orangtua dan Guru
Adab Terhadap Orangtua dan GuruAdab Terhadap Orangtua dan Guru
Adab Terhadap Orangtua dan Guru
 

Viewers also liked

Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihMuhsin Hariyanto
 
Mari berpuasa lahir dan batin 01
Mari berpuasa lahir dan batin 01Mari berpuasa lahir dan batin 01
Mari berpuasa lahir dan batin 01Muhsin Hariyanto
 
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwahMemahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwahMuhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutupMembuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutupMuhsin Hariyanto
 
Dzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosialDzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosialMuhsin Hariyanto
 
Aku berkurban, aku pun dekat
Aku berkurban, aku pun dekatAku berkurban, aku pun dekat
Aku berkurban, aku pun dekatMuhsin Hariyanto
 
Benarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelengguBenarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelengguMuhsin Hariyanto
 
Artipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doaArtipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doaMuhsin Hariyanto
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMuhsin Hariyanto
 
Makna ulil amri dalam kajian tafsir al quran
Makna ulil amri dalam kajian tafsir al quranMakna ulil amri dalam kajian tafsir al quran
Makna ulil amri dalam kajian tafsir al quranMuhsin Hariyanto
 
Megayacth
MegayacthMegayacth
MegayacthKIKIROK
 
Bc Tahiti Ml 1 Gc
Bc Tahiti Ml 1  GcBc Tahiti Ml 1  Gc
Bc Tahiti Ml 1 GcKIKIROK
 

Viewers also liked (20)

Belajar dari semut 2009
Belajar dari semut 2009Belajar dari semut 2009
Belajar dari semut 2009
 
Saatnya kita waspada
Saatnya kita waspadaSaatnya kita waspada
Saatnya kita waspada
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Mari berpuasa lahir dan batin 01
Mari berpuasa lahir dan batin 01Mari berpuasa lahir dan batin 01
Mari berpuasa lahir dan batin 01
 
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwahMemahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
Memahami doktrin dan gerakan muhammadiyah dalam perspektif dakwah
 
Bercermin pada qarun
Bercermin pada qarunBercermin pada qarun
Bercermin pada qarun
 
Membuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutupMembuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutup
 
Khadimul ummah
Khadimul ummahKhadimul ummah
Khadimul ummah
 
Dzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosialDzikir dam kesalehan sosial
Dzikir dam kesalehan sosial
 
Aku berkurban, aku pun dekat
Aku berkurban, aku pun dekatAku berkurban, aku pun dekat
Aku berkurban, aku pun dekat
 
Benarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelengguBenarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelenggu
 
Shalat iftitah 01
Shalat iftitah 01Shalat iftitah 01
Shalat iftitah 01
 
Ucapkan insyâallâh
Ucapkan insyâallâhUcapkan insyâallâh
Ucapkan insyâallâh
 
Artipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doaArtipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doa
 
Suara hati
Suara hatiSuara hati
Suara hati
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasan
 
Makna ulil amri dalam kajian tafsir al quran
Makna ulil amri dalam kajian tafsir al quranMakna ulil amri dalam kajian tafsir al quran
Makna ulil amri dalam kajian tafsir al quran
 
Zakat, infak dan sedekah
Zakat, infak dan sedekahZakat, infak dan sedekah
Zakat, infak dan sedekah
 
Megayacth
MegayacthMegayacth
Megayacth
 
Bc Tahiti Ml 1 Gc
Bc Tahiti Ml 1  GcBc Tahiti Ml 1  Gc
Bc Tahiti Ml 1 Gc
 

Similar to Afsyus salam

Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisiAmir Dauly
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islamSalim Anshori
 
Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)
Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)
Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)yadilia
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Muhsin Hariyanto
 
Persatuan dan kerukunan
Persatuan dan kerukunanPersatuan dan kerukunan
Persatuan dan kerukunanlilismaghfiroh
 
pengendalian-diri-ukhuwah.pptx
pengendalian-diri-ukhuwah.pptxpengendalian-diri-ukhuwah.pptx
pengendalian-diri-ukhuwah.pptxMaghfirahYunus
 
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînKoreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînMuhsin Hariyanto
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) Devi Risnawati
 
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialAmalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialNurAmrinaAnuar
 
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)Mohd Shukri Mat Nor
 
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)Irfan Dadi
 
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati   abbas as-sisiBagaimana menyentuh hati   abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisiKammi Daerah Serang
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisiEl Sharief Khondaq
 
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati   abbas as-sisiBagaimana menyentuh hati   abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisiAgus Salim
 
laporan_pai_menjaga_lisan.docx
laporan_pai_menjaga_lisan.docxlaporan_pai_menjaga_lisan.docx
laporan_pai_menjaga_lisan.docxAsriMilawati
 
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullahUntukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullahKammi Daerah Serang
 
Untukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader DakwahUntukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader Dakwahbgwahid
 
Komunikasi islami
Komunikasi islamiKomunikasi islami
Komunikasi islamiFolly Akbar
 

Similar to Afsyus salam (20)

Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islam
 
Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)
Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)
Pertemuan 3 persaudaraan (ukhuwah)
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
 
Persatuan dan kerukunan
Persatuan dan kerukunanPersatuan dan kerukunan
Persatuan dan kerukunan
 
pengendalian-diri-ukhuwah.pptx
pengendalian-diri-ukhuwah.pptxpengendalian-diri-ukhuwah.pptx
pengendalian-diri-ukhuwah.pptx
 
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînKoreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
 
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialAmalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
 
Indahnya silaturahmi
Indahnya silaturahmiIndahnya silaturahmi
Indahnya silaturahmi
 
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
 
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
 
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati   abbas as-sisiBagaimana menyentuh hati   abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
 
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati   abbas as-sisiBagaimana menyentuh hati   abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
 
laporan_pai_menjaga_lisan.docx
laporan_pai_menjaga_lisan.docxlaporan_pai_menjaga_lisan.docx
laporan_pai_menjaga_lisan.docx
 
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullahUntukmu kader dakwah   ust. rahmat abdullah
Untukmu kader dakwah ust. rahmat abdullah
 
Untukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader DakwahUntukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader Dakwah
 
Komunikasi islami
Komunikasi islamiKomunikasi islami
Komunikasi islami
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Afsyus salam

  • 1. AFSYUS SALÂM: Dari Ucapan Menuju Tindakan Oleh: Muhsin Hariyanto Ada sebuah pernyataan dari Abu Hurairah r.a. (salah seorang sahabat Nabi s.a.w.), bahwa beliau pernah bersabda: ‫ل تدخل اون الجنة حتت ى تؤمن اوا ول تؤمن اون حتت ى تحباب اوا‬ ُّ َ‫باَ باَ ِمْ نوُنوُ باَ ِمْ باَ ىَّ باَ باَ ىَّ نوُ ِمْ ُنِ نوُ باَ باَ نوُ ِمْ ُنِ نوُ باَ باَ ىَّ باَ با‬ ‫ثم قبال هل أدلكم علت ى شيء إذا فعلتم اوه تحباببتم ؟ أفش اوا‬ ُ‫نوُ ىَّ باَ باَ باَ ِمْ باَ نوُُّ نوُ ِمْ باَباَ باَ ِمْ إ ٍ ُنِ باَ باَ باَ ِمْ نوُ نوُ نوُ باَ باَ باَ ِمْ نوُ ِمْ باَ ِمْ نو‬ ْ‫ىَّ باَ باَ باَ ِمْ باَ نوُ ِم‬ ‫السلم بينكم‬ “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Kemudian beliu bersabda: Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (Hadis Riwayat Muslim). 1
  • 2. Hadis ini memberi isyarat akan artipentingnya “salâm”. Sekadar mengucapkan salam? Tentu saja tidak sesederhana itu. Karena kata “salâm” dalam hadis itu bisa dimaknai lebih daripada sekadar mengucapkan salam secara verbal. Lebih jauh dari itu, salâm bisa dimaknai sebagai “kedamaian” dalam pengertian luas. Tebarkan kedamaian untuk siapa pun dalam konteks apa pun. Karena Islam hadir dengan tawaran damai: “peace for all” (damai untuk semuanya), selaras dengan misi kerahmatannya, rahmatan li al-âlamîn. Itulah kurang-lebih makna kalimat “afsyus salâm” (tebarkanlah kedamaian untuk semua orang) dalam hadis di atas. Nabi Muhammad s.a.w. mengajarkan kepada umatnya untuk selalu meningkatkan kecintaan terhadap saudara sesama umat manusia, merekatkan persaudaraan dan kasih sayang. Dan untuk mewujudkannya, beliau perintahkan untuk menyebarkan “salâm” dalam artikulasi yang santun dan ramah, dengan ucapan “assalâmu ‘alaikum, dan bahkan menganjurkan untuk disempurnakan dengan ungkapan “wa rahmatullâhi wa barakâtuh” (kedamaian yang diharapkan hadir bersama kasih sayang dan keberkahan dari Allah). Perhatikan makna firman Allah SWT berikut: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu selalu berpaling." (QS al-Baqarah [2]: 83) 2
  • 3. Namun, seiring dengan hilangnya semangat berbagi di zaman ‘edan'. Ini (meminjam istilah Ronggowarsito), ucapan salam ini sebegitu mudah ditinggalkan oleh sebagian umatnya yang kurang peduli dan – dengan serta-merta – berubah menjadi sû-u zhan (prasangka buruk), kecurigaan yang berbuah pada ketidak-pedulian, dan bahkan sikap permusuhan antarmanusia yang berlarut-larut. Antarkomunitas manusia menjadi terkotak-kotak dalam semangat sektarian-sempit dengan berbagai kepentingan: “ideologi, etnis, agama, serta sejumlah kepentingan duniawi yang lain, dan bahkan – lebih ironis – (terpilah) karena kepentingan politik jangka-pendek, yang ujung-ujungnya adalah: hubbud dunya (cinta-dunia). Konon, kini sudah ada sejumlah ‘berhala’ yang menjadi pilihan hidup, dan menjadikan umat manusia rela berpecah-belah karena kepentingan- kepentingan pemberhalaan terhadap sesuatu yang sesungguhnya tidak pantas diberhalakan. Mereka seolah tak hirau lagi dengan seruan Allah dalam QS Âli ‘Imrân [3]: 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” Sebuah ayat yang mengingatkan kehancuran peradaban disebabkan oleh perpecahan yang terjadi karena mereka lupa untuk mengingat Allah. Begitulah nasib umat manusia di ketika mereka lalai untuk bertuhan kepada Tuhan (Allah) semata, satu-satunya Tuhan yang layak dipertuhankan, dan justeru mempertuhankan tuhan-tuhan palsu yang mereka ciptakan dalam imajinasi mereka, yang akhirnya benar-benar menjadi “thâghût” (sesuatu yang disembah selain Allah). Mereka asyik dalam kekeliruan, dan menganggap kekeliruan-kekeliruan itu sebagai kebenaran, karena selama ini telah menjadi bagian dari apa yang mereka yakini sebagai “Tuhan”. Kini saatnya “syirik”, ternyata telah merambah dalam benak dan lubuk hati yang paling dalam pada kehidupan “mu’amalah” (baca: interaksi-sosial) umat manusia di seputar kita, hingga mereka lupa bersinergi untuk kepentingan kemashlahatan mereka sendiri, membangun kekuatan bersama dengan: “berbagi salâm” (saling menebar kedamaian). 3
  • 4. Hingga kini, ucapan as-salāmu `alaikum memang boleh jadi selalu diucapkan oleh setiap muslim – utamanya -- untuk sesama muslim. Hanya saja ucapan-ucapan salâm mereka boleh jadi tidak tumbuh dari lubuk hati yang paling dalam, hingga para pengucapnya sendiri tidak sadar bahwa makna ucapannya benar-benar memiliki spirit-utama: “mendoakan kepada setiap orang yang dijumpainya” agar mendapatkan kedamaian. Oleh karenanya para pengucap itu kemudian tidak berhasrat untuk mewujudkan ucapan-ucapan verbalnya ke dalam tindakan nyata: “menebarkan kedamaian” kepada siapa pun yang diberi ucapan salâm. Begitu juga spontanitas para penerima salâm yang secara verbal membalas ucapan salâm -verbal para pemberi salâm barangkali tidak semuanya sadar bahwa makna jawaban salâm nya adalah “doa” bagi setiap para pemberi salâm mereka. Akhirnya, tidak berbeda dengan para pemberi salâm, mereka pun sama sekali boleh jadi tidak berhasrat untuk mewujudkan jawaban verbalnya ke dalam tindakan nyata: “menebarkan kedamaian” kepada siapa pun yang memberi ucapan salâm. Dan konklusi pentingnya: “salâm – hingga kini -- tetap hanya sekadar menjadi ucapan-upan verbal tanpa makna”, tak berujung pada kedamaian nyata untuk semuanya. Padahal, kalau kita cermati, hadis Nabi Muhammad s.a.w. di atas sebenarnya telah mengingatkan kepada kita semua bahwa “salâm” yang selalu terungkap dalam ucapan verbal “as-salāmu `alaikum” beserta kesempurnaan ucapannya seharusnya menjadi pijakan awal untuk berbagi kedamaian di antara kita, agar kita menjadi umat manusia yang saling- mencintai, sebagai bukti dari keberimanan kita. Dan, pada akhirnya kita pun berhak menagih janji Allah berupa surga, “kenikmatan hakiki yang abadi” yang senanntiasa kita dambakan. Akhirnya, “salam” yang senantiasa kita ucapkan seharusnya mengingatkan kita bahwa kita semua adalah “ummah wâhidah (satu kesatuan umat), ikhwah (bersaudara) dan perlu selalu merekatkan kedekatan kita dengan semangat ukhuwwah (persaudaraan). Dan oleh karenanya kita harus mulai membudayakannya bukan sekadar menjadi ucapan-verbal, tetapi – lebih dari itu – menjadikannya sebagai instrumen penting untuk membangun “cinta” antarsesama, hingga kita antarmanusia bisa saling-mencintai. Dan tentu saja, salam yang kita implementasikan menjadi tindakan nyata, bisa menjadi prasyarat kita (umat Islam) untuk menjadi khairu ummah (umat yang terbaik) di tengah hiruk-pikuk peradaban dunia, kini dan masa mendatang. Ma’an-Najâh (semoga sukses) 4
  • 5. 5