SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah..
Alhamdulilllah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt bahwa hingga saat ini, Allah
masih memberi kita kesempatan untuk menyempurnakan pengabdian kita kepadaNya, dengan
harapan mudah-mudahan segala kekurangan dalam proses pengabdian itu diampuni oleh
Allah swt. Mudah-mudahan juga momentum hari jumat ini semakin memberikan kita
kesadaran akan peningkatan kualitas iman dan takwa kita kepadaNya. Amin.
Sesungguhnya kehidupan ini memang Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara
hambaNya yang paling banyak dan paling baik beramal. Beramal merupakan inti dari
keberadaan manusia di dunia ini, tanpa amal maka manusia akan kehilangan fungsi dan peran
utamanya dalam menegakkan khilafah dan imarah. Allah berfirman menegaskan tujuan
keberadaan manusia,
ُ‫ر‬‫و‬ُ‫ف‬َ‫غ‬ْ‫ال‬ ُ‫ز‬‫ي‬ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ‫ا‬‫ًل‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬
” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (Al-Mulk: 2)
Namun pada tahap implementasinya, ternyata tidak cukup hanya beramal saja, karena
memang Allah akan menseleksi setiap amal itu dari niatnya dan keikhlasannya. Tanpa ikhlas,
amal seseorang akan sia-sia tidak berguna dan tidak dipandang sedikitpun oleh Allah swt.
Imam Al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang
yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal
juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Namun orang yang ikhlas juga tetap
harus waspada dan berhati-hati dalam beramal”. Dalam hal ini, hanya orang-orang yang
ikhlas beramal yang akan mendapat keutamaan dan keberkahan yang sangat besar, seperti
yang dijamin Allah dalam firmanNya, “Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan
(bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan
mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-syurga yang penuh
kenikmatan”. (Ash-Shaaffat: 40-43)
Ma’asyiral Muslimin RahimakumuLlah…
Ayat tentang keutamaan dan jaminan bagi orang yang bekerja dengan ini ini seharusnya
menjadi motifasi utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam
apapun dimensi dan bentuknya, baik dalam konteks “hablum minaLlah atau Hablum
minannas”..karena hanya orang yang mukhlis nantinya yang akan meraih keberuntungan
yang besar di hari kiamat, yaitu syurga Allah yang penuh dengan kenikmatan, meskipun dia
harus banyak bersabar terlebih dahulu ketika di dunia. Ayat ini juga merupakan salah satu
diantara jaminan yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang mukhlis.
Jaminan lain yang Allah sediakan bagi mereka yang ikhlas dalam beramal bisa ditemukan
dalam kisah perjalanan Yusuf as ketika beliau berhadapan dengan seorang wanita yang
mengajaknya melakukan kemaksiatan. Bahwa Allah akan senantiasa memelihara hambaNya
yang mukhlis dari perbuatan keji dan maksiat, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud
(melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami
memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba Kami yang mukhlis“. (yusuf: 24). Dalam ayat lain, orang yang mukhlis juga
mendapat jaminan akan terhindar dari godaan dan bujuk rayu syetan. Syetan sendiri
mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan mereka dihadapan orang-orang yang beramal
dengan ikhlas, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa
aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau
yang mukhlis di antara mereka.” (Al-Hijr: 39-40). Dengan redaksi yang sama, ayat ini
berulang dalam surah Shaad, “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka“.
(Shad: 82-83). Sungguh benteng keikhlasan merupakan benteng yang paling kokoh yang tak
tergoyahkan oleh apapun bentuk rayuan dan fitnah iblis dan sekutunya.
Ma’asyiral muslimin RahimakumuLlah…
Dalam tinjauan ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-
Mukhlashin” yang tersebut pada akhir kedua ayat tersebut. Sebagian qari’ membaca Al-
Mukhlashin dengan ism maf’ul dan sebagian lainnya membaca dengan isim fi’il Al-
Mukhlishin. Imam Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Amir, membaca seluruh kalimat ini dalam
Al-Qur’an dengan bacaan “Al-Mukhlishin” yang artinya: Mereka mampu memurnikan agama
dan ibadah mereka dari segala noda yang bertentangan dengan nilai tauhid. Sedangkan ulama
qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang dipelihara dan
mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas. Berdasarkan qira’at ini, ikhlas dan
iman adalah mutlak anugerah Allah swt kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki. Namun
setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan meningkatkan
kadar dan tingkt keikhlasannya dalam beramal. Bahkan Allah menyuruh kita meneladani
orang-orang yang mendapat petunjuk karena tidak pernah mengharapkan balasan dari
amalnya kecuali dari Allah swt, “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Yaasin: 21)
Secara prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun
bentuknya amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih. Baik amal tersebut dilakukan
dalam skala pribadi maupun secara kolektif (bermasyarakat, berbangsa dan bernegara).
Bahkan keikhlasan dalam ruang lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan
memerlukan lebih kesabaran. Dalam konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal
balik antara seluruh individu dalam masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi
negatif terhadap masing-masing anggota. Demikian, semakin luas wilayah kerja seseorang,
maka semakin dibutuhkan keikhlasan. Apalagi di tengah semakin beragam hambatan atau
ujian keikhlasan yang menghadangnya, yang pada umumnya adalah seperti yang dinyatakan
oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam Risalahnya, yaitu: harta, kedudukan, popularitas, gelar,
ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan dan pujian dan sebagainya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlah…
Jika keikhlasan dituntut dari setiap orang yang beramal, maka menurut Dr. Ali Abdul Halim
Mahmud, keikhlasan bagi seorang da’i merupakan keniscayaan yang harus senantiasa
menyertainya karena ia akan berhadapan dengan berbagai keadaan dan beragam manusia
dalam perjalanan dakwahnya. Jika tidak, maka binasa dan sia-sialah amalnya. Bahkan sifat
yang mendasar bagi seorang da’i yang harus senantiasa melaziminya adalah ikhlas. Oleh
karena itu, para ulama hadits menjadikan bab Niat berada di awal kitab hadits susunan
mereka, agar karya tulis mereka selalu diawali dengan keikhlasan dan tidak luput dari sifat
ini. Bisa dibayangkan para ulama yang merupakan teladan dalam beramal mencontohkan kita
agar senantiasa mengukur setiap amal yang kita lakukan dengan ukuran ikhlas.
Para nabi Allah dalam kapasitas mereka sebagai da’i senantiasa menjadikan keikhlasan
sebagai jargon dan prinsip dakwah mereka. Sebagai contoh Nabi Muhammad saw sebagai
teladan utama dalam hal ini mengemukakan tentang motifasinya dalam berdakwah,
“Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan
risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan
kepada Tuhan nya“. (Al-Furqan: 57)
Dengan redaksi yang sama dan dalam surah yang sama secara berdampingan, seluruh nabi
Allah menekankan prinsip keikhlasan dalam dakwah mereka yang ideal, mulai dari nabi Nuh,
Hud, Shalih, Luth dan Syu’aib as. “Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam“. (Asy-Syu’ara':
109, 127, 145, 164, 180). Inilah bangunan keikhlasan yang pernah ditunjukkan dan
dicontohkan dalam dakwah para nabi Allah swt, sehingga mereka meraih kesuksesan dan
diabadikan namanya oleh Allah swt sebagai cerminan bagi para da’i setelah mereka.
Ma’asyiral Muslimin rhimakumuLlah…
Menurut bahasa, dalam kata ikhlas terkandung beberapa makna; jernih, bersih, suci dari
campuran dan pencemaran, baik berupa materi maupun non materi. Lawan dari ikhlas adalah
nifak dan riya’. Rasulullah saw bersabda tentang sifat yang mulia ini dalam sabdanya,
“Barangsiapa yang tujuan utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan
kekayaannya dalam kalbunya, menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan
dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang
tujuan utamanya meraih dunia, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinannya berada di
depan matanya, membuyarkan semua potensi yang dimilikinya, dan dunia tidak akan datang
sendiri kepadanya kecuali menurut apa yang telah ditakdirkan untuknya“. (Tirmidzi).
Dalam apapun keadaan, keikhlasan akan tetap menjadi modal, bekal sekaligus kemudi amal
sholih, apalagi dakwah sebagai puncak dari amal sholih. Karena semakin berat dan mulia
sebuah tugas tentu akan semakin dibutuhkan keikhlasan. Semakin dewasa perjalanan dan
pengalaman dakwah seseorang, maka semestinya semakin baik tingkat dan kualitas
keikhlasannya. Keikhlasan juga merupakan salah satu dari dua pilar dan syarat diterimanya
amal sholih, bahkan ia yang paling utama, seperti yang dinyatakan oleh Abdullah bin Al-
Mubarak ketika menafsirkan ayat: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2). Tanpanya amal
seseorang akan sia-sia tidak bernilai. Untuk itu, dengan ikhlas, akan mencukupi amal yang
sedikit seperti yang ditegaskan dalam sebuah riwayat Ad-Dailami, “Ikhlaslah kamu dalam
beramal, maka cukuplah amal yang sedikit yang kamu lakukan”.
” ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬‫الق‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ِ‫ز‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ ِ‫ص‬ِ‫ل‬ْ‫خ‬َ‫”أ‬
Agar ikhlas dapat terpelihara, tentu ada variabel yang melekat pada setiap amal yang kita
lakukan; diantaranya variabel profesionalisme, kompetensi, itqan dan kesungguhan. Maka
amal yang cenderung apa adanya, serampangan, asal jadi, “pokoknya” dan amal yang tidak
konsisten bisa jadi karena ketidak ikhlasan kita dalam menjalankan tugas tersebut. Ini
tantangan terberat bagi kita sesungguhnya. Ikhlas inilah yang akan memperkuat potensi
spritualitas kita. Lantas pertanyaan besar kita, “Apakah ruh dan motifasi yang menggerakkan
roda amal kita selama ini ???…

More Related Content

What's hot

Al akhlaaqul mahmuudah
Al akhlaaqul mahmuudahAl akhlaaqul mahmuudah
Al akhlaaqul mahmuudahAzam Safari
 
Untukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader DakwahUntukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader Dakwahbgwahid
 
Al Masih Sudah Datang
Al Masih Sudah DatangAl Masih Sudah Datang
Al Masih Sudah DatangAhmadi Muslim
 
Sepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaSepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaMasyrifah Jazm
 
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )YULIA LIA
 
Akhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup KitaAkhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup KitaErwin Wahyu
 
Antara wali allah dan wali syaitan
Antara wali allah dan wali syaitanAntara wali allah dan wali syaitan
Antara wali allah dan wali syaitanHans Sahabatlama
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benarmuazizah
 
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Kamarudin Jaafar
 
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang DakwahMuqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang DakwahAsudi Hamdun
 
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidanMengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidanAsudi Hamdun
 
pengertian akhlak terpuji
pengertian akhlak terpujipengertian akhlak terpuji
pengertian akhlak terpujiRoisMansur
 

What's hot (19)

Al akhlaaqul mahmuudah
Al akhlaaqul mahmuudahAl akhlaaqul mahmuudah
Al akhlaaqul mahmuudah
 
Untukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader DakwahUntukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader Dakwah
 
Al Masih Sudah Datang
Al Masih Sudah DatangAl Masih Sudah Datang
Al Masih Sudah Datang
 
Sepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaSepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswa
 
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
 
Khutbah jumat 1
Khutbah jumat 1Khutbah jumat 1
Khutbah jumat 1
 
Akhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup KitaAkhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup Kita
 
Antara wali allah dan wali syaitan
Antara wali allah dan wali syaitanAntara wali allah dan wali syaitan
Antara wali allah dan wali syaitan
 
MAKALAH Materi 1 Kelompok 6
MAKALAH Materi 1 Kelompok 6MAKALAH Materi 1 Kelompok 6
MAKALAH Materi 1 Kelompok 6
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benar
 
Asmaul Husna
Asmaul HusnaAsmaul Husna
Asmaul Husna
 
168815644 prilaku-jujur
168815644 prilaku-jujur168815644 prilaku-jujur
168815644 prilaku-jujur
 
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
 
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang DakwahMuqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
Muqaddimah al muntalaq - Laluan Permulaan untuk meluncur di Gelanggang Dakwah
 
Apa ertinya saya menganut islam karangan dr.fathi yakan
Apa ertinya saya menganut islam karangan dr.fathi yakanApa ertinya saya menganut islam karangan dr.fathi yakan
Apa ertinya saya menganut islam karangan dr.fathi yakan
 
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidanMengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
Mengimbau Pesan Murobbi di dalam Dakwah dan Siyasah maidan
 
G o (real)
G o (real)G o (real)
G o (real)
 
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang TuaHadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hadits Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
 
pengertian akhlak terpuji
pengertian akhlak terpujipengertian akhlak terpuji
pengertian akhlak terpuji
 

Similar to Khotbah jumat

ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATandri zulfikar
 
PPT Asmaul Husna.pptx
PPT Asmaul Husna.pptxPPT Asmaul Husna.pptx
PPT Asmaul Husna.pptxfathin27
 
PPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptx
PPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptxPPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptx
PPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptxhappy pramanda
 
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabianMembangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabianTaufan Iswandi
 
Mahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang MuslimMahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang MuslimKaizan Nazlan
 
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27Ustadz Ahmad Ridwan
 
Rukun iman dan pembahasannya week 3
Rukun iman dan pembahasannya week 3 Rukun iman dan pembahasannya week 3
Rukun iman dan pembahasannya week 3 Private College
 
Rencana islam 4
Rencana islam 4Rencana islam 4
Rencana islam 4xajuten
 
Apa ertinya saya menganut islam dfy
Apa ertinya saya menganut islam   dfyApa ertinya saya menganut islam   dfy
Apa ertinya saya menganut islam dfyummuhani85
 
istiqomahsampai-akhir-hayat.ppt
istiqomahsampai-akhir-hayat.pptistiqomahsampai-akhir-hayat.ppt
istiqomahsampai-akhir-hayat.pptAchmadSofian5
 
asmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptx
asmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptxasmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptx
asmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptxkurokotetsuya51
 

Similar to Khotbah jumat (20)

membiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpujimembiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpuji
 
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
 
Kultum.docx
Kultum.docxKultum.docx
Kultum.docx
 
PPT Asmaul Husna.pptx
PPT Asmaul Husna.pptxPPT Asmaul Husna.pptx
PPT Asmaul Husna.pptx
 
Akhlak mulia
Akhlak muliaAkhlak mulia
Akhlak mulia
 
Amanah
AmanahAmanah
Amanah
 
PPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptx
PPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptxPPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptx
PPT Istiqomah dalam praktek sehari sebagai umat muslim.pptx
 
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabianMembangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
 
Mahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang MuslimMahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
Mahasiswa Islam: Erti Seorang Muslim
 
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
 
Keutamaan surat al
Keutamaan surat alKeutamaan surat al
Keutamaan surat al
 
Akhlaqul karimah
Akhlaqul karimahAkhlaqul karimah
Akhlaqul karimah
 
Rukun iman dan pembahasannya week 3
Rukun iman dan pembahasannya week 3 Rukun iman dan pembahasannya week 3
Rukun iman dan pembahasannya week 3
 
Rencana islam 4
Rencana islam 4Rencana islam 4
Rencana islam 4
 
Apa ertinya saya menganut islam dfy
Apa ertinya saya menganut islam   dfyApa ertinya saya menganut islam   dfy
Apa ertinya saya menganut islam dfy
 
Fatihatul kitab
Fatihatul kitabFatihatul kitab
Fatihatul kitab
 
istiqomahsampai-akhir-hayat.ppt
istiqomahsampai-akhir-hayat.pptistiqomahsampai-akhir-hayat.ppt
istiqomahsampai-akhir-hayat.ppt
 
asmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptx
asmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptxasmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptx
asmaul-husna-materi-pai-kelas-10.pptx
 
Tafsir surat al
Tafsir surat alTafsir surat al
Tafsir surat al
 
Derajat ihsan
Derajat ihsanDerajat ihsan
Derajat ihsan
 

Khotbah jumat

  • 1. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.. Alhamdulilllah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt bahwa hingga saat ini, Allah masih memberi kita kesempatan untuk menyempurnakan pengabdian kita kepadaNya, dengan harapan mudah-mudahan segala kekurangan dalam proses pengabdian itu diampuni oleh Allah swt. Mudah-mudahan juga momentum hari jumat ini semakin memberikan kita kesadaran akan peningkatan kualitas iman dan takwa kita kepadaNya. Amin. Sesungguhnya kehidupan ini memang Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara hambaNya yang paling banyak dan paling baik beramal. Beramal merupakan inti dari keberadaan manusia di dunia ini, tanpa amal maka manusia akan kehilangan fungsi dan peran utamanya dalam menegakkan khilafah dan imarah. Allah berfirman menegaskan tujuan keberadaan manusia, ُ‫ر‬‫و‬ُ‫ف‬َ‫غ‬ْ‫ال‬ ُ‫ز‬‫ي‬ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ‫ا‬‫ًل‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (Al-Mulk: 2) Namun pada tahap implementasinya, ternyata tidak cukup hanya beramal saja, karena memang Allah akan menseleksi setiap amal itu dari niatnya dan keikhlasannya. Tanpa ikhlas, amal seseorang akan sia-sia tidak berguna dan tidak dipandang sedikitpun oleh Allah swt. Imam Al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Namun orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal”. Dalam hal ini, hanya orang-orang yang ikhlas beramal yang akan mendapat keutamaan dan keberkahan yang sangat besar, seperti yang dijamin Allah dalam firmanNya, “Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan”. (Ash-Shaaffat: 40-43) Ma’asyiral Muslimin RahimakumuLlah… Ayat tentang keutamaan dan jaminan bagi orang yang bekerja dengan ini ini seharusnya menjadi motifasi utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam apapun dimensi dan bentuknya, baik dalam konteks “hablum minaLlah atau Hablum minannas”..karena hanya orang yang mukhlis nantinya yang akan meraih keberuntungan yang besar di hari kiamat, yaitu syurga Allah yang penuh dengan kenikmatan, meskipun dia harus banyak bersabar terlebih dahulu ketika di dunia. Ayat ini juga merupakan salah satu diantara jaminan yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang mukhlis. Jaminan lain yang Allah sediakan bagi mereka yang ikhlas dalam beramal bisa ditemukan dalam kisah perjalanan Yusuf as ketika beliau berhadapan dengan seorang wanita yang mengajaknya melakukan kemaksiatan. Bahwa Allah akan senantiasa memelihara hambaNya yang mukhlis dari perbuatan keji dan maksiat, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang mukhlis“. (yusuf: 24). Dalam ayat lain, orang yang mukhlis juga
  • 2. mendapat jaminan akan terhindar dari godaan dan bujuk rayu syetan. Syetan sendiri mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan mereka dihadapan orang-orang yang beramal dengan ikhlas, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Al-Hijr: 39-40). Dengan redaksi yang sama, ayat ini berulang dalam surah Shaad, “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka“. (Shad: 82-83). Sungguh benteng keikhlasan merupakan benteng yang paling kokoh yang tak tergoyahkan oleh apapun bentuk rayuan dan fitnah iblis dan sekutunya. Ma’asyiral muslimin RahimakumuLlah… Dalam tinjauan ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al- Mukhlashin” yang tersebut pada akhir kedua ayat tersebut. Sebagian qari’ membaca Al- Mukhlashin dengan ism maf’ul dan sebagian lainnya membaca dengan isim fi’il Al- Mukhlishin. Imam Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Amir, membaca seluruh kalimat ini dalam Al-Qur’an dengan bacaan “Al-Mukhlishin” yang artinya: Mereka mampu memurnikan agama dan ibadah mereka dari segala noda yang bertentangan dengan nilai tauhid. Sedangkan ulama qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang dipelihara dan mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas. Berdasarkan qira’at ini, ikhlas dan iman adalah mutlak anugerah Allah swt kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki. Namun setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan meningkatkan kadar dan tingkt keikhlasannya dalam beramal. Bahkan Allah menyuruh kita meneladani orang-orang yang mendapat petunjuk karena tidak pernah mengharapkan balasan dari amalnya kecuali dari Allah swt, “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Yaasin: 21) Secara prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun bentuknya amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih. Baik amal tersebut dilakukan dalam skala pribadi maupun secara kolektif (bermasyarakat, berbangsa dan bernegara). Bahkan keikhlasan dalam ruang lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan memerlukan lebih kesabaran. Dalam konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal balik antara seluruh individu dalam masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi negatif terhadap masing-masing anggota. Demikian, semakin luas wilayah kerja seseorang, maka semakin dibutuhkan keikhlasan. Apalagi di tengah semakin beragam hambatan atau ujian keikhlasan yang menghadangnya, yang pada umumnya adalah seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam Risalahnya, yaitu: harta, kedudukan, popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan dan pujian dan sebagainya. Ma’asyiral Muslimin rahimakumuLlah… Jika keikhlasan dituntut dari setiap orang yang beramal, maka menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, keikhlasan bagi seorang da’i merupakan keniscayaan yang harus senantiasa menyertainya karena ia akan berhadapan dengan berbagai keadaan dan beragam manusia dalam perjalanan dakwahnya. Jika tidak, maka binasa dan sia-sialah amalnya. Bahkan sifat yang mendasar bagi seorang da’i yang harus senantiasa melaziminya adalah ikhlas. Oleh karena itu, para ulama hadits menjadikan bab Niat berada di awal kitab hadits susunan mereka, agar karya tulis mereka selalu diawali dengan keikhlasan dan tidak luput dari sifat
  • 3. ini. Bisa dibayangkan para ulama yang merupakan teladan dalam beramal mencontohkan kita agar senantiasa mengukur setiap amal yang kita lakukan dengan ukuran ikhlas. Para nabi Allah dalam kapasitas mereka sebagai da’i senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai jargon dan prinsip dakwah mereka. Sebagai contoh Nabi Muhammad saw sebagai teladan utama dalam hal ini mengemukakan tentang motifasinya dalam berdakwah, “Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya“. (Al-Furqan: 57) Dengan redaksi yang sama dan dalam surah yang sama secara berdampingan, seluruh nabi Allah menekankan prinsip keikhlasan dalam dakwah mereka yang ideal, mulai dari nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth dan Syu’aib as. “Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam“. (Asy-Syu’ara': 109, 127, 145, 164, 180). Inilah bangunan keikhlasan yang pernah ditunjukkan dan dicontohkan dalam dakwah para nabi Allah swt, sehingga mereka meraih kesuksesan dan diabadikan namanya oleh Allah swt sebagai cerminan bagi para da’i setelah mereka. Ma’asyiral Muslimin rhimakumuLlah… Menurut bahasa, dalam kata ikhlas terkandung beberapa makna; jernih, bersih, suci dari campuran dan pencemaran, baik berupa materi maupun non materi. Lawan dari ikhlas adalah nifak dan riya’. Rasulullah saw bersabda tentang sifat yang mulia ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang tujuan utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya dalam kalbunya, menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang tujuan utamanya meraih dunia, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinannya berada di depan matanya, membuyarkan semua potensi yang dimilikinya, dan dunia tidak akan datang sendiri kepadanya kecuali menurut apa yang telah ditakdirkan untuknya“. (Tirmidzi). Dalam apapun keadaan, keikhlasan akan tetap menjadi modal, bekal sekaligus kemudi amal sholih, apalagi dakwah sebagai puncak dari amal sholih. Karena semakin berat dan mulia sebuah tugas tentu akan semakin dibutuhkan keikhlasan. Semakin dewasa perjalanan dan pengalaman dakwah seseorang, maka semestinya semakin baik tingkat dan kualitas keikhlasannya. Keikhlasan juga merupakan salah satu dari dua pilar dan syarat diterimanya amal sholih, bahkan ia yang paling utama, seperti yang dinyatakan oleh Abdullah bin Al- Mubarak ketika menafsirkan ayat: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2). Tanpanya amal seseorang akan sia-sia tidak bernilai. Untuk itu, dengan ikhlas, akan mencukupi amal yang sedikit seperti yang ditegaskan dalam sebuah riwayat Ad-Dailami, “Ikhlaslah kamu dalam beramal, maka cukuplah amal yang sedikit yang kamu lakukan”. ” ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬‫الق‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ِ‫ز‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ ِ‫ص‬ِ‫ل‬ْ‫خ‬َ‫”أ‬ Agar ikhlas dapat terpelihara, tentu ada variabel yang melekat pada setiap amal yang kita lakukan; diantaranya variabel profesionalisme, kompetensi, itqan dan kesungguhan. Maka amal yang cenderung apa adanya, serampangan, asal jadi, “pokoknya” dan amal yang tidak konsisten bisa jadi karena ketidak ikhlasan kita dalam menjalankan tugas tersebut. Ini tantangan terberat bagi kita sesungguhnya. Ikhlas inilah yang akan memperkuat potensi
  • 4. spritualitas kita. Lantas pertanyaan besar kita, “Apakah ruh dan motifasi yang menggerakkan roda amal kita selama ini ???…