1. Oleh Kelompok 7
Dian Arief Prawira R
Gita Ayu Aprianti
Kevin Chrisdianto Winata
Peter Lii
~~~~~~
2.
3.
4. Epidermis
Ketebalan epidermis menentukan
ketebalan kulit. Kulit yang tebal,
misalnya pada telapak tangan,
ujung jari, dan telapak kaki,
memiliki lima lapis epidermis, yaitu
stratum basal, stratum spinosum,
stratum granulosum, stratum
lusidum, dan stratum korneum. Kulit
yang tipis, seperti yang melapisi
tubuh, tidak memiliki stratum
lusidum.
Sel-sel di stratum basal, stratum
spinosum, dan stratum granulosum
merupakan sel hidup karena
mendapat nutrien dari kapiler di
jaringan ikat (dalam hal ini adalah
dermis). Sebaliknya, sel-sel di
stratum lusidum dan stratum
korneum merupakan sel mati
karena kapiler tidak mencapai
lapisan ini. Penjelasan lanjutan ada
di slide selanjutnya
5. Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan
lapisan terluar dari epidermis yang tersusun
atas sel-sel mati yang selalu mengelupas
Stratum lusidum merupakan lapisan epidermis
yang bening, memiliki zat kreatinin yang
bersifat menghalangi air.
Stratum granulosum merupakan lapisan
epidermis yang mengandung pigmen.
Pigmen tersebut dinamakan melanin.
Stratum spinosum; dimana sintesis protein dan
pembentukan sel-sel baru terjadi, yang
didorong ke permukaan untuk menggantikan
sel-sel mati pada stratum korneum.
Stratum basal/germinativum merupakan
lapisan epidermis yang selalu mengalami
pertumbuhan membentuk sel-sel kulit yang
baru keluar.
Penjelasan lanjutan...
6. Dermis (Korium)
Jaringan dermis lebih tebal
daripada epidermis.
Dermis disusun oleh
jaringan ikat dan kolagen.
Dalam dermis terdapat
pembuluh darah, akar
rambut, sel-sel otot polos,
ujung saraf dan lapisan
lemak subkutan. Selain itu,
terdapat pula kelenjar
keringat (glandula
sudorifera) serta kelenjar
minyak (glandula
sebassea) yang terletak
dekat akar rambut dan
berfungsi meminyaki
rambut.
7. Terdiri dari....
• Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan kulit dan rambut.
• Kelenjar keringat berupa pipa terpilin yang memanjang dari epidermis masuk ke bagian dermis.
Pangkal kelenjarnya menggulung dan dkelilingi oleh kapiler darah dan serabut saraf simpatetik.
Dari kapiler darah inilah kelenjar keringat menyerap cairan jaringan yang terdiri dari air dan ±
1% larutan garam beserta urea. Cairan jaringan tersebut dikeluarkan sebagai keringat melalui
saluran keringat ke permukaan kulit.
• Folikel rambut merupakan kantong yang mengelilingi akar rambut. Dari folikel ini akan tumbuh
rambut berwarna hitam. Warna hitam pada rambut disebabkan oleh adanya melanin
• Pembuluh darah
• Jaringan lemak untuk penyimpanan makanan cadangan.
• Saraf
8.
9. Pengeluaran keringat berlebihan pada pekerja berat mengakibatkan banyak garam
hilang dari darah. Hal ini dapat mengakibatkan kejang dan pingsan. Keluarnya keringat
yang berlebihan akibat rangsangan saraf dapat terlihat dengan menjadi merahnya warna
kulit akibat pelebaran pembuluh darah di lapisan dermis. Sebaliknya, penyempitan
pembuluh darah menyebabkan kulit menjadi pucat, misalnya pada saat ketakutan.
Fungsi hipotalamus adalah memonitor dan mengendalikan suhu darah. Jika darah yang
melalu hipotalamus suhunya lebih rendah dari normal, maka saraf pusat pencapai panas
akan mengeluarkan rangsangan ke kulit untuk menurunkan kecepatan hilangnya panas. Hal
itu dilakukan dengan cara mengurangi pembentukan keringat. Sebaliknya, jika darah yang
melewati hipotalamus suhunya lebih tinggi, maka saraf pusat kehilangan panas dan akan
mengurangi kecepatan metabolisme, menghentikan menggigil, dan meningkatkan
kecepatan hilangnya panas lewat kulit.
10. Fungsi kulit selain sistem
ekskresi
Melindungi tubuh dari kerusakan kerusakan
fisik seperti gesekan, panas, zat kimia,
penyinaran, dan sebagainya.
Mengatur suhu tubuh, tempat penyimpanan
cadangan makanan berupa lemak
Menerima rangsangan dari luar berupa
rangsang sentuhan dan rabaan
Mengurangi pengeluaran air yang berlebihan
dari dalam tubuh
12. Sistem ekskresi pada invertebrata
Pada hewan invertebrata belum terdapat sistem
ekskresi. Akan tetapi, sisa sisa metabolisme
harus dikeluarkan dari dalam tubuh organisme.
Untuk itu, hewan invertebrata memiliki alat dan
cara ekskresi tersendiri.
13. Pengeluaran sisa-sisa metabolisme protozoa dilakukan melalui membran
sel secara difusi. Protozoa mempunyai organel eksresi berupa Vakuola
berdenyut yang bekerja secara periodik untuk mengatur kadar air dalam
sel. Sewaktu mengeluarkan air, sisa-sisa metabolisme ikut dikeluarkan.
14. Pada porifera dan coelenterata,pengeluaran sisa metabolisme
berlangsung secara difusi, dari sel tubuh ke epidermis, lalu dari
epidermis ke lingkungan hidupnya yang berair.
15. Sistem Ekskresi Platyhelminthes
a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api
Sistem ekresi pada planaria terdiri atas dua saluran
eksresi yang memanjang bermuara ke pori-pori
yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal
(punggung). Kedua saluran eksresi tersebut
bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api
(flame cell). Perhatikan gambar sistem eksresi dan
sel api Planaria di bawah ini.
Pengeluaran sisa metabolisme pada
cacing pipih dan cacing pita dilakukan
dengan selenosit yang disebut juga
protonefridium atau sel api . disebut
sel api karena gerakannya seperti nyala
api. Sel api menyerap sisa
metabolisme dari sel-sel di sekitarnya,
lalu mengalirkan sisa metabolisme
dengan gerakan silia ke duktus
ekskretorius
17. Untuk mempelajari sistem ekskresi pada annelida, kita
ambil contoh cacing tanah. Alat eksresi cacing tanah adalah
sepasang metanefridium berbentuk tabung yang terdapat di setiap
segmen tubuhnya. Ujung yang terdapat dalam segmen, terbuka dan
berbentuk corong bersilia, disebut nefrostom. Ujung lainnya yang
bermuara keluar tubuh disebut nefridiofor.
Pada nefrostom terdapat gulungan tubulus (tabung) dan
bagian yang menggelebung. Nefridiofor dilewati meteri-materi yang
dikeluarkan oleh bagian yang menggelembung dari nefrosom
diselubungi pembuluh-pembuluh darah yang membentuk jaringan.
Materi-materi keluar dari cairan tubuh anterior menuju
nefridium lewat nefrostom yang terbuka. Akan tetapi, beberapa
materi penting (air dan makanan) diikat langsung oleh sel-sel pada
gulungan tubulus dan menembus pembuluh darah di sekitar tubulus
yang kemudian disirkulasikan lagi. Saat cairan bergerak di
sepanjang tubulus, epitelium transpor yang mengelilingi lubang
tubulus memompa garam-garam esensial keluar dari tubulus ini
direabsorpsi oleh darah dalam kapiler pembuluh darah yang
menyelubungi tubulus. Urin yang dikeluarkan oleh cacing tanah
berbentuk cair dan mencapai 60% dari berat tubuh.
18. Insecta mempunyai alat
ekskresi yang disebut pembuluh
malpighi.pembuluh malpighi
melekat pada ujung anterior
usus belakang.
Zat-zat sisa metabolisme
diserap dari cairan jaringan oleh
pembuluh malpighi bagian
ujung distal. Dari bagian ini,
cairan masuk ke bagian
proksimal pembuluh malpighi
dan membentuk kristal asam
urat yang kemudian masuk
bersama feses. Sebagian zat sisa
yang mengandung nitrogen
dimanfaatkan untuk
membentuk kitin pada
eksoskeleton (rangka luar), dan
dapat ikut diekskresikan
sewaktu molting atau
pengupasan kulit.
Sistem Ekskresi
Insecta
19. Sistem Ekskresi pada Vertebrata
Alat eksresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal
(ren). Struktur ginjal yang paling primitif pada vertebrata disebut
akrinefros atau holonefros.
Pada prinsipnya, terdapat tiga tipe ginjal pada vertebrata,
yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah
ginjal yang berkembang pada fase embrio vertebrata selain
mamalia, embrio berudu dan larva amphibia yang lain. Selama
perkembangan embrio amniota dan selama metamorfosis
amphibia, pronefros digantikan oleh mesonefros. Mesonefros
merupakan ginjal pada embrio sebagian vertebrata, ikan dewasa,
dan amphibia dewasa. Pada reeptilia, burung, dan mamalia
dewasa, mesonefros akan berubah menjadi metanefros selama
masa perkembangan embrio.
21. Penjelasan dari gambar...
Alat eksresi pada ikan berupa sepasang ginjal mesonefros yang terikat di sisi dorsal
rongga tubuh. Bentuk ginjal mesonefros sempit memanjang, berwarna cokelat, dan
pada ujung anteriornya berhubunga dengan sistem reproduksi.
Tubulus ginjal mengalami modifikasi menjadi duktus eferen yang
menghubungkan testis dengan duktus mesonefridikus. Selanjutnya, duktus
mesonefridikus menjadi duktus deferens yang berfungsi untuk mengangkut sperma
dan urin yang bermuara di kloaka.
Mekanisme ekresi pada ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan
mekanisme eksresi pada ikan yang hidup di air laut. Cairan tubuh ikan tawar bersifat
hiperosmotik dibandingkan air tawar, sehingga air cenderung masuk ke tubuh ikan. Di
saat yang bersamaan, ion tubuh cenderung keluar ke air. Untuk mengatasi masalah
kelebihan air dan kekurangan ion, ikan air tawar biasanya tidak banyak minum.
Tubuhnya diselimuti lendir untuk mencegah masuknya air secara berlebihan. Ikan
aktif menyerap ion anorganik melalui insang dan mengeluarkan banyak air melalui
urin yang encer.
Ikan yang hidup di air laut mengekskresikan sampah nitrogen yang kurang
beracun, yaitu trimetilamin oksida (TMO). Zat ini memberi bau khas air laut. Selain
itu, ikan air laut mengekskresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urin dengan
volume yang kecil. Ginjal ikan air laut tidak memiliki glomerulus. Akibatnya tidak
terjadi ultrafiltarsi di ginjal, dan urin terbentuk oleh sekresi garam-garam dan TMO
yang berkaitan dengan osmosis air.
22.
23. Sistem Ekskresi pada Amphibia
Amphibia memiliki alat ekskresi berupa ginjal mesonefros. Pada katak jantan,
saluran ginjal bersatu dengan saluran kelamin. Sebaliknya, pada katak betina
saluran ginjal dan saluran kelamin terpisah. Ginjal amphibia berhubungan
dengan ureter di vesika urinaria.
Saat amphibia mengalami metamorfosis, hasil ekskresi amphibia juga berubah.
Larva amphibia mengekskresikan amonia, sedangkan berudu dan hewan
dewasa mengekskresikan urea.
25. Penjelasan
Alat ekskresi pada Reptilia adalah sepasang ginjal metanefros. Metenefros berfungsi
setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium
embrional menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria (kandung
kemih). Vesika urinaria menyempit ke bagian posterior, berukuran kecil. Vesika urinaria
bermuara langsung ke kloaka.
Pada jenis kura kura tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tembahan yang juga
bermuara langsung ke kloaka. Vesika urinaria tambahan berfungsi sebagai organ
respirasi. Pada kura kura betina, organ respirasi tersebut juga berfungsi membasahi
tanah yang dipersiapkan untuk membuat sarang sehingga tanah menjadi lunak dan
mudah digali.
Hasil ekskresi Reptilia adalah asam urat. Reptilia hanya menggunakan sedikit air untuk
membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian besar sisa metabolisme
diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun. Asam urat yang dikeluarkan oleh
reptilia berbentuk pasta (bubur) berwarna putih. Sisa air direabsorpsi oleh bagian
tabung ginjal.
Buaya dan penyu air tawar mengekskresikan asam urat dan amonia. Pada penyu laut
terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara pada
sudut mata, sehingga penyu laut tampak seperti mengeluarkan air mata. Buaya tidak
mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses.
27. Penjelasan
Alat ekskresi pada burung berupa sepasang ginjal metanefros.
Burung tidak memiliki vesika urinaria sehingga hasil ekskresi dari ginjal
disalurkan langsung ke kloaka menuju ureter. Tabung ginjal burung sangat
banyak sehingga metabolisme burung aktif. Tiap 1 ml kubik jaringan korteks
ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal. Tabung
ginjal ini dibentuk oleh lengkung Henle kecil.
Air dalam tubuh diperoleh melalui reabsorpsi di tubulus. Di dalam
kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh.
Sampah nitrogen dibuaang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka.
Asam urat berbentuk kristal putih yang bercampur feses. Pada burung laut,
misalnya camar, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan
garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan makan
ikan laut yang mengandung banyak garam. Burung laut memiliki kelenjar
pengekskresi garam di atas mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung
kemudian keluar melalui nares luar dan akhirnya garam menetes dari ujung
paruh.