SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Hakekat Ilmu : “Mencari Alternatif Kebenaran Baru”
                       Mengkaji Pemikiran Jujun Suparjan Suriasumantri1


                                                Oleh : Ali Murfi2


A. Pendahuluan
             Membincangkan pemikiran Jujun S. Suriasumantri tidaklah mudah, karena
   terlalu luas spectrum pemikiranya, merambah mulai dari social, budaya, pendidikan,
   sampai filsafat. Pemikiranya dapat dilihat dari pelbagai aspek, tapi basis analisinya
   dalam melihat realitas tetap sama, yaitu filsafat. Sebagai seorang yang telah lama
   berkecimpung dalam dunia kademik dan berinteraksi dengan pelbagai teks- teks yang
   membebaskan, tidak mengherankan jika dia telah memiliki paradigm atau pandangan
   dasar yang khas. Cara pendang yang khas tersebut merupakan stand point, tempat
   berpijak, atau paradigma.
             Basis analisisnya dalam melihat realitas dengan filsafat inilah, yang hendak
   penulis lihat sebagai bahan konstruksi pemikiran Jujun Suparjan Suriasumntri tentang
   hakikat ilmu untuk mencari kebenaran baru.
B. Mencari Alternatif Kebenaran Baru
   Pengetahuan
             Pengetahuan diartikan secara luas, mencakup segala hal yang kita ketahui
   tentang suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah terminology generic yang mencakup
   segenap pengetahuan yang kita miliki. Manusia mendapatkan pengetahuan tersebut
   berdasarkan kemampuanya selaku makhluk berpikir, merasa, dan mengindera. Di
   samping itu manusia bisa juga mendapatkan pengetahuanya lewat intusi dan wahyu dari
   Tuhan yang disampaikan lewat utusan-Nya.
   Secara garis besar kita dapat menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori utama
   yakni :
             (1) Pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (etika)

         1
            Jujun Suparjan Suriasumantri. Lahir di Tasikmalaya, tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan di SD V,
  SMP III dan SMA II, yang semuanya berada di Bandung melanjutkan ke institute Pertanian (IPB) di Bogor, dan lulus
  tahun 1969 sebagai insinyur pertanian. Pada tahun 1970, sebagai dosen IPB, mewakili Konsorsium Ilmu-Ilmu
  Pertanian dalam Latihan Educational System Analysis selama 8 bulan, yang diselenggarakan Unesco di Jakarta. Selesai
  dari latihan tersebut, pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard University sebagai Unesco fellow, dan lulus
  tahun 1975, dengan disertasi yang berjudul The Utilities of PPBS and Organization Development Planning: An
  Indonesian Case.
         2
         Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam 2011, UIN Sunan Kalijaga
  Yogyakarta.



                                                             1
(2) Pengetahuan tentang yang indah dan yang jelek (estetika)
       (3) Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (logika).
Apakah Ilmu ?
       Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan baru yang mempunyai cirri-ciri tertentu
yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainya. Cirri-ciri keilmuan
didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga matra kefalsafahan, yakni
Apa yang ingin kita ketahui ? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan ? Dan
apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita ?
Pengetahuan mempunyai cabang berbagai cabang pengetahuan dan ilmu merupakan
salah satu dari cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan itulah yang
mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus membedakan dari berbagai cabang
pengetahuan lainya atau dengan perkataan lain, karakteristik keilmuan menjadikan ilmu
merupakan suatu oengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka sinonim
dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge).
Apakah kebenaran ?
       Ilmu, dalam upaya untuk menemukan kebenaran, mendasarkan dirinya kepada
beberapa criteria kebenaran. Kriteria tersebut seringkali disebut sebagai teori, adalah
kriteria koherensi, korespondensi dan pragmatisme.
Koherensi merupakan terori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang
konsistensi argumentasi. Sekiranya terdapat konsistensi dalam alur berpikir, maka
kesimpulan yang ditariknya adalah benar. Sebaliknya, jika terdapat argumentasi yang
bersifat tidak konsisten, maka kesimpulan yang ditariknya adalah salah. Secara
keseluruhan argumentasi yang bersifat konsisten tersebut juga harus bersifat koheren
untuk dapat disebut benar. artinya, jalur - jalur pemikiran yang masing-masing bersifat
konsisten seluruhnya, maka juga harus terpada secara utuh (koheren), baik ditinjau dari
lingkup argumentasi, maupun dikaitkan dengan pengetahun-pengetahuan sebelumnya
yang dianggap benar. landasan koherensi inilah yang dipakai sebagai dasar kegiatan
keilmuan untuk menyusun pengetahuan yang bersifat sistematis dan konsisten.
Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria
tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek
yang dikenai pernyataan tersebut. Artinya, bila kita menyatakan bahwa “gula itu rasany
manis”, maka pernyataan itu adalah benar sekiranya dalam kenyataanya gula itu rasanya
memang manis. Sebaliknya, jika kenytaanya tidak sesuai dengan materi pernyataan
yang dikandungnya, maka pernyataan itu adalah salah. Umpamanya saja, pernyataan


                                           2
yamg menyebutkan bahwa “gula itu rasanya asin”. Dapat disimpulkan bahwa sifat salah
atau benar dalam teori korespondensi disimpulkan dalam proses pengujian (verifikasi)
untuk menentukan sesuai atau tidaknya suatu pernyataan dengan kenyataan yang
sebenarnya.
Pragmatisme merupkan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang
berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Jadi,
bila suatu teori keilmuan secara fungsional mampu menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol suatu gejala alam tertentu, maka secara pragmatis teori iu adalah benar.
sekiranya, dalam kurun waktu yang berlainan, muncul teori lain yang (lebih) fungsional,
maka kebenaran kita alihkan kepada teori tersebut. Dalam dunia keilmuan, nilai
kegunaan pengetahuan didasarkan kepada preferensi kepada teori yang bersifat lebih
meyakinkan dan lebih bersifat umum (universal) dibandingkan dengan teori-teori
sebelumnya. Bukankah ilmu sekadar alat yang berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol gejala alam ?
Mencari Alternatif Paradigma Kebenaran Baru
          Tidak puas dengan paradigma kebenaran keilmuan konvensional, terutama
paradigma kebenaran keilmuan yang bersifat pragmatis, akhir-akhir terdapat
kecenderungan untuk mncari alternative paradigma kebenaran baru. Alternatif ini
berorientasikan pada kebenaran yang bersifat mutlak dan deterministic dibandingkan
dengan paradigma keilmuan dewasa ini yang bersifat pragmatis dan probabilistic.
Sumber paradigma kebenaran baru ini ialah Agama.
Dalam khazanah kemerdekaan berpikir, tentu saja upaya semacam ini patut dihargai,
apalagi terdapat alas an-alasan kuat bagi orientasi pemikiran keilmuan yang baru itu.
Ilmu dan penerapanya yang bernama teknologi, ternyata tidak dapat memecahkan
semua permasalahan manusia, dan bahkan memberikan dampak yang bersifat negative
seperti dehumanisasi kebudayaan dan degradasi moral.3 Menghadapi kenyataan ini, ada
kalangan yang berpendapat bahwa kesemrawutan tersebut bersumber dari materi
kebenaran keilmuan itu sendiri. Atau secara filosofis, bila kita mempergunakan criteria
hakikat pengetahuan terkait denagn asas ontolohi dan epistemoloho keilmuan.
Bila kita mencoba menempuh jalan ini, terutama bila kita mengaitkanya dengan
kebenaran yang bersumber pada ajaran agama, maka terdapat beberapa hal yang patut
diperhatikan. Pertama, apakah pernyataan yang terkandung dalam ajaran agama


    3
        Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984), hal. 229-236



                                                           3
tersebut bersifat factual atau sombolik. Factual disini diartikan bahwa pernyataan yang
   terkandung didalamnya dapat ditafsirkan secara harfiah. Gejala-gejala fisik untuk
   dinyatakan secara harfiah, tetapi tubuh teori keilmuan tidak sekadar menganalisis gejala
   namun lebih dalam dari itu, yakni mengkaji konsepsi yang merupakan reduksi dan
   abstraksi dari gejala tersebut. Kedua, apakah pernyataan yang terkait denagan keilmuan
   itu memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu sendiri (kognitif), ataukah
   sekadar ilustrasi yang bersifat mengajak manusia untuk memepelajari alam dan
   kehidupan (afektif).4 Permasalahan tentang factual-simbolik dan kognitif-afektif inilah
   yang harus kita perhatiakan secara sungguh-sungguh sebelum kita melangkah lebih
   jauh.
   Saya sendiri berpendapat bahwa agama dapat berfungsi sebagai kendali moral bagi hal
   tersebut. Dalam hal ini, saya juga berpendapat bahwa terdapat nilai-nilai universal
   dalam berbagai agama yang dapat dijadikan rujukan bagi kendali moral kegunaan ilmu
   tersebut. Agama mengajarkan kebaikan kepada manusia, dan ilmu didasarkan kepada
   ajaran agama, seyogyanya diamalkan untuk kebaikan manusia. Impetus (energy gerak)
   intelektual Muslim untuk mengkaji ilmu dikaitkan dengan ajaran agamanya, ditinjau
   dari segi aksiologis ini, diharapkan bukan saja akan membawa berkah bagi umat Islam
   itu sendiri, tetapi akan membawa berkah bagi umat manusia dengan mengajak
   intelektual dari agama-agama lain untuk menemukan rujukan moral yang universal.
C. Kesimpulan
              Dilihat dari perspektif makro, posisi Jujun Suria Sumantri dapat dikategorikan
   sebagai kritikus diskursus filsafat. Kritik utamanya adalah ketidakpuasan dengan
   paradigma kebenaran keilmuan konvensional, terutama paradigma kebenaran keilmuan
   yang bersifat pragmatis, dia menawarkan pencarian alternatif paradigma kebenaran
   baru. Alternatif ini berorientasikan pada kebenaran yang bersifat mutlak dan
   deterministic dibandingkan dengan paradigma keilmuan dewasa ini yang bersifat
   pragmatis dan probabilistic. Sumber paradigma kebenaran baru ini ialah Agama.
              Dalam khazanah kemerdekaan berpikir, tentu saja upaya semacam ini patut
   dihargai, apalagi terdapat alas an-alasan kuat bagi orientasi pemikiran keilmuan yang
   baru itu. Ilmu dan penerapanya yang bernama teknologi, ternyata tidak dapat
   memecahkan semua permasalahan manusia, dan bahkan memberikan dampak yang



        4
            Lihat Jujun S, Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, (Jakarta: Gramedia, 1986), hal.
  194-205



                                                             4
bersifat negative seperti dehumanisasi kebudayaan dan degradasi moral. 5 Menghadapi
   kenyataan ini, ada kalangan yang berpendapat bahwa kesemrawutan tersebut bersumber
   dari materi kebenaran keilmuan itu sendiri, atau secara filosofis, bila kita
   mempergunakan criteria hakikat pengetahuan terkait denagn asas ontologi dan
   epistemologi keilmuan.
D. Daftar Pustaka
   Suriasumantri, S. Jujun. 1997. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
                                   . 1984. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
                                   . 1986. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik. Jakarta:
             Gramedia
   Saefuddin, M. Ahmad. 1991. Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi.
             Bandung: Penerbit Mizan




       5
           Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984), hal. 229-236



                                                              5

More Related Content

What's hot

Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuKelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuNovaniAzis
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuIbnu Fajar
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Toni Isbandi
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMas Yono
 
Teori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmuTeori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmumira_punya
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanMuhammad Ihsan
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra KurniaR . Adhi Indra Kurnia
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
Epistemologi Dalam Filsafat
Epistemologi Dalam FilsafatEpistemologi Dalam Filsafat
Epistemologi Dalam FilsafatLevina Lme
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umumAyah Abeeb
 
Manusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranManusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranNoor Rochman
 

What's hot (20)

Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Sumber Pengetahuan
Sumber PengetahuanSumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan
 
makalah PSI kelompok 6
makalah PSI kelompok 6makalah PSI kelompok 6
makalah PSI kelompok 6
 
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuKelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Teori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmuTeori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmu
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar Pengetahuan
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Epistemologi Dalam Filsafat
Epistemologi Dalam FilsafatEpistemologi Dalam Filsafat
Epistemologi Dalam Filsafat
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umum
 
Manusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranManusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaran
 

Viewers also liked

Jenis Jenis Penelitian
Jenis Jenis PenelitianJenis Jenis Penelitian
Jenis Jenis Penelitianstiemberau2
 
Jenis jenis-penelitian-ilmiah
Jenis jenis-penelitian-ilmiahJenis jenis-penelitian-ilmiah
Jenis jenis-penelitian-ilmiahNamira A
 
Metode Analisis Data Kuantitatif
Metode Analisis Data KuantitatifMetode Analisis Data Kuantitatif
Metode Analisis Data KuantitatifI Wayan Mudita
 

Viewers also liked (6)

Jenis Jenis Penelitian
Jenis Jenis PenelitianJenis Jenis Penelitian
Jenis Jenis Penelitian
 
Jenis-Jenis penelitian
Jenis-Jenis penelitianJenis-Jenis penelitian
Jenis-Jenis penelitian
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Jenis jenis-penelitian-ilmiah
Jenis jenis-penelitian-ilmiahJenis jenis-penelitian-ilmiah
Jenis jenis-penelitian-ilmiah
 
Metode Analisis Data Kuantitatif
Metode Analisis Data KuantitatifMetode Analisis Data Kuantitatif
Metode Analisis Data Kuantitatif
 
Tentang ma'rifatullah 1
Tentang ma'rifatullah 1Tentang ma'rifatullah 1
Tentang ma'rifatullah 1
 

Similar to Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru

Similar to Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru (20)

KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptxKEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
 
Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
 
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
 
Historis filsafat
Historis filsafatHistoris filsafat
Historis filsafat
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
 

More from Ali Murfi

Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Ali Murfi
 
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...Ali Murfi
 
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Ali Murfi
 
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Ali Murfi
 
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaKepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaAli Murfi
 
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Ali Murfi
 
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesIslamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesAli Murfi
 
Achievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAchievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAli Murfi
 
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION Ali Murfi
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenAli Murfi
 
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini  Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini Ali Murfi
 
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Ali Murfi
 
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam KontemporerAli Murfi
 
Life mapping
Life mappingLife mapping
Life mappingAli Murfi
 
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaKepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaAli Murfi
 
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...Ali Murfi
 
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Ali Murfi
 
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYSurvey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYAli Murfi
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamAli Murfi
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
 

More from Ali Murfi (20)

Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
 
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
 
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
 
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
 
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaKepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
 
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
 
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesIslamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
 
Achievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAchievement Motivation Training
Achievement Motivation Training
 
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
 
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini  Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
 
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
 
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
 
Life mapping
Life mappingLife mapping
Life mapping
 
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaKepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
 
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
 
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
 
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYSurvey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
 

Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru

  • 1. Hakekat Ilmu : “Mencari Alternatif Kebenaran Baru” Mengkaji Pemikiran Jujun Suparjan Suriasumantri1 Oleh : Ali Murfi2 A. Pendahuluan Membincangkan pemikiran Jujun S. Suriasumantri tidaklah mudah, karena terlalu luas spectrum pemikiranya, merambah mulai dari social, budaya, pendidikan, sampai filsafat. Pemikiranya dapat dilihat dari pelbagai aspek, tapi basis analisinya dalam melihat realitas tetap sama, yaitu filsafat. Sebagai seorang yang telah lama berkecimpung dalam dunia kademik dan berinteraksi dengan pelbagai teks- teks yang membebaskan, tidak mengherankan jika dia telah memiliki paradigm atau pandangan dasar yang khas. Cara pendang yang khas tersebut merupakan stand point, tempat berpijak, atau paradigma. Basis analisisnya dalam melihat realitas dengan filsafat inilah, yang hendak penulis lihat sebagai bahan konstruksi pemikiran Jujun Suparjan Suriasumntri tentang hakikat ilmu untuk mencari kebenaran baru. B. Mencari Alternatif Kebenaran Baru Pengetahuan Pengetahuan diartikan secara luas, mencakup segala hal yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah terminology generic yang mencakup segenap pengetahuan yang kita miliki. Manusia mendapatkan pengetahuan tersebut berdasarkan kemampuanya selaku makhluk berpikir, merasa, dan mengindera. Di samping itu manusia bisa juga mendapatkan pengetahuanya lewat intusi dan wahyu dari Tuhan yang disampaikan lewat utusan-Nya. Secara garis besar kita dapat menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori utama yakni : (1) Pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (etika) 1 Jujun Suparjan Suriasumantri. Lahir di Tasikmalaya, tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan di SD V, SMP III dan SMA II, yang semuanya berada di Bandung melanjutkan ke institute Pertanian (IPB) di Bogor, dan lulus tahun 1969 sebagai insinyur pertanian. Pada tahun 1970, sebagai dosen IPB, mewakili Konsorsium Ilmu-Ilmu Pertanian dalam Latihan Educational System Analysis selama 8 bulan, yang diselenggarakan Unesco di Jakarta. Selesai dari latihan tersebut, pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard University sebagai Unesco fellow, dan lulus tahun 1975, dengan disertasi yang berjudul The Utilities of PPBS and Organization Development Planning: An Indonesian Case. 2 Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam 2011, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 1
  • 2. (2) Pengetahuan tentang yang indah dan yang jelek (estetika) (3) Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (logika). Apakah Ilmu ? Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan baru yang mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainya. Cirri-ciri keilmuan didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga matra kefalsafahan, yakni Apa yang ingin kita ketahui ? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan ? Dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita ? Pengetahuan mempunyai cabang berbagai cabang pengetahuan dan ilmu merupakan salah satu dari cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus membedakan dari berbagai cabang pengetahuan lainya atau dengan perkataan lain, karakteristik keilmuan menjadikan ilmu merupakan suatu oengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka sinonim dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Apakah kebenaran ? Ilmu, dalam upaya untuk menemukan kebenaran, mendasarkan dirinya kepada beberapa criteria kebenaran. Kriteria tersebut seringkali disebut sebagai teori, adalah kriteria koherensi, korespondensi dan pragmatisme. Koherensi merupakan terori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang konsistensi argumentasi. Sekiranya terdapat konsistensi dalam alur berpikir, maka kesimpulan yang ditariknya adalah benar. Sebaliknya, jika terdapat argumentasi yang bersifat tidak konsisten, maka kesimpulan yang ditariknya adalah salah. Secara keseluruhan argumentasi yang bersifat konsisten tersebut juga harus bersifat koheren untuk dapat disebut benar. artinya, jalur - jalur pemikiran yang masing-masing bersifat konsisten seluruhnya, maka juga harus terpada secara utuh (koheren), baik ditinjau dari lingkup argumentasi, maupun dikaitkan dengan pengetahun-pengetahuan sebelumnya yang dianggap benar. landasan koherensi inilah yang dipakai sebagai dasar kegiatan keilmuan untuk menyusun pengetahuan yang bersifat sistematis dan konsisten. Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan tersebut. Artinya, bila kita menyatakan bahwa “gula itu rasany manis”, maka pernyataan itu adalah benar sekiranya dalam kenyataanya gula itu rasanya memang manis. Sebaliknya, jika kenytaanya tidak sesuai dengan materi pernyataan yang dikandungnya, maka pernyataan itu adalah salah. Umpamanya saja, pernyataan 2
  • 3. yamg menyebutkan bahwa “gula itu rasanya asin”. Dapat disimpulkan bahwa sifat salah atau benar dalam teori korespondensi disimpulkan dalam proses pengujian (verifikasi) untuk menentukan sesuai atau tidaknya suatu pernyataan dengan kenyataan yang sebenarnya. Pragmatisme merupkan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Jadi, bila suatu teori keilmuan secara fungsional mampu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala alam tertentu, maka secara pragmatis teori iu adalah benar. sekiranya, dalam kurun waktu yang berlainan, muncul teori lain yang (lebih) fungsional, maka kebenaran kita alihkan kepada teori tersebut. Dalam dunia keilmuan, nilai kegunaan pengetahuan didasarkan kepada preferensi kepada teori yang bersifat lebih meyakinkan dan lebih bersifat umum (universal) dibandingkan dengan teori-teori sebelumnya. Bukankah ilmu sekadar alat yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol gejala alam ? Mencari Alternatif Paradigma Kebenaran Baru Tidak puas dengan paradigma kebenaran keilmuan konvensional, terutama paradigma kebenaran keilmuan yang bersifat pragmatis, akhir-akhir terdapat kecenderungan untuk mncari alternative paradigma kebenaran baru. Alternatif ini berorientasikan pada kebenaran yang bersifat mutlak dan deterministic dibandingkan dengan paradigma keilmuan dewasa ini yang bersifat pragmatis dan probabilistic. Sumber paradigma kebenaran baru ini ialah Agama. Dalam khazanah kemerdekaan berpikir, tentu saja upaya semacam ini patut dihargai, apalagi terdapat alas an-alasan kuat bagi orientasi pemikiran keilmuan yang baru itu. Ilmu dan penerapanya yang bernama teknologi, ternyata tidak dapat memecahkan semua permasalahan manusia, dan bahkan memberikan dampak yang bersifat negative seperti dehumanisasi kebudayaan dan degradasi moral.3 Menghadapi kenyataan ini, ada kalangan yang berpendapat bahwa kesemrawutan tersebut bersumber dari materi kebenaran keilmuan itu sendiri. Atau secara filosofis, bila kita mempergunakan criteria hakikat pengetahuan terkait denagn asas ontolohi dan epistemoloho keilmuan. Bila kita mencoba menempuh jalan ini, terutama bila kita mengaitkanya dengan kebenaran yang bersumber pada ajaran agama, maka terdapat beberapa hal yang patut diperhatikan. Pertama, apakah pernyataan yang terkandung dalam ajaran agama 3 Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984), hal. 229-236 3
  • 4. tersebut bersifat factual atau sombolik. Factual disini diartikan bahwa pernyataan yang terkandung didalamnya dapat ditafsirkan secara harfiah. Gejala-gejala fisik untuk dinyatakan secara harfiah, tetapi tubuh teori keilmuan tidak sekadar menganalisis gejala namun lebih dalam dari itu, yakni mengkaji konsepsi yang merupakan reduksi dan abstraksi dari gejala tersebut. Kedua, apakah pernyataan yang terkait denagan keilmuan itu memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu sendiri (kognitif), ataukah sekadar ilustrasi yang bersifat mengajak manusia untuk memepelajari alam dan kehidupan (afektif).4 Permasalahan tentang factual-simbolik dan kognitif-afektif inilah yang harus kita perhatiakan secara sungguh-sungguh sebelum kita melangkah lebih jauh. Saya sendiri berpendapat bahwa agama dapat berfungsi sebagai kendali moral bagi hal tersebut. Dalam hal ini, saya juga berpendapat bahwa terdapat nilai-nilai universal dalam berbagai agama yang dapat dijadikan rujukan bagi kendali moral kegunaan ilmu tersebut. Agama mengajarkan kebaikan kepada manusia, dan ilmu didasarkan kepada ajaran agama, seyogyanya diamalkan untuk kebaikan manusia. Impetus (energy gerak) intelektual Muslim untuk mengkaji ilmu dikaitkan dengan ajaran agamanya, ditinjau dari segi aksiologis ini, diharapkan bukan saja akan membawa berkah bagi umat Islam itu sendiri, tetapi akan membawa berkah bagi umat manusia dengan mengajak intelektual dari agama-agama lain untuk menemukan rujukan moral yang universal. C. Kesimpulan Dilihat dari perspektif makro, posisi Jujun Suria Sumantri dapat dikategorikan sebagai kritikus diskursus filsafat. Kritik utamanya adalah ketidakpuasan dengan paradigma kebenaran keilmuan konvensional, terutama paradigma kebenaran keilmuan yang bersifat pragmatis, dia menawarkan pencarian alternatif paradigma kebenaran baru. Alternatif ini berorientasikan pada kebenaran yang bersifat mutlak dan deterministic dibandingkan dengan paradigma keilmuan dewasa ini yang bersifat pragmatis dan probabilistic. Sumber paradigma kebenaran baru ini ialah Agama. Dalam khazanah kemerdekaan berpikir, tentu saja upaya semacam ini patut dihargai, apalagi terdapat alas an-alasan kuat bagi orientasi pemikiran keilmuan yang baru itu. Ilmu dan penerapanya yang bernama teknologi, ternyata tidak dapat memecahkan semua permasalahan manusia, dan bahkan memberikan dampak yang 4 Lihat Jujun S, Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, (Jakarta: Gramedia, 1986), hal. 194-205 4
  • 5. bersifat negative seperti dehumanisasi kebudayaan dan degradasi moral. 5 Menghadapi kenyataan ini, ada kalangan yang berpendapat bahwa kesemrawutan tersebut bersumber dari materi kebenaran keilmuan itu sendiri, atau secara filosofis, bila kita mempergunakan criteria hakikat pengetahuan terkait denagn asas ontologi dan epistemologi keilmuan. D. Daftar Pustaka Suriasumantri, S. Jujun. 1997. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia . 1984. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan . 1986. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik. Jakarta: Gramedia Saefuddin, M. Ahmad. 1991. Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi. Bandung: Penerbit Mizan 5 Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984), hal. 229-236 5