1. 1
BAGIAN PERTAMA :
MENGENAL HAKIKAT ADAM ALAIHISSALAM
SEBAGAI KHALIFAH DIBUMI
I.1. PENCIPTAAN ADAM ALAIHISSALAM
Sejak alam manusia masih berada di alam ruh manusia sudah mengikat janji
setia tentang ketauhidullah sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-
A’raf ayat 172 :
wa-idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum
wa-asyhadahum 'alaaanfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa an
taquuluu yawma alqiyaamati innaa kunnaa'an haadzaa ghaafiliina
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu? "
Mereka menjawab : " Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi
saksi".(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan : " Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
2. 2
Inilah hakikat Insan dalam diri keturunan Adam A.S, merupakan segala bentuk
maklumat yang diperlukan oleh manusia sebagai bekal untuk menjadi khalifah di bumi.
Namun demikian Allah S.W.T., berfirman : (Q.S. Al-Baqarah Ayat 38) :
“Qulnaa ihbithuu minhaa jamii'an fa-immaa ya’tiyannakum minnii hudan faman
tabi'a hudaaya falaakhawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna”
Artinya : “Turunlah kamu sekalian dari (syurga) ini, kemudian jika datang pada
kamu satu petunjuk daripada-Ku, maka barangsiapa yang menuruti petunjuk-Ku
itu, tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita”.
Jadi Walaupun Adam Alaihissalam, dikuasai oleh hakikat yang dibekalkan
sebagai maklumat yang lengkap namun beliau tetap tertakluk kepada petunjuk yang
Allah S.W.T.., turunkan dari masa ke masa. Ini bermakna ada hakikat yang lebih
sempurna dan lebih lengkap serta menguasai Hakikat Insan itu.
Pada Hakikat Insan terkumpul segala maklumat mengenai kejadian manusia dan
sekalian makhluk, tetapi tidak dibekalkan maklumat mengenai yang bukan manusia dan
bukan makhluk. Hakikat yang menyimpan segala maklumat mengenai apa yang ada
dengan Hakikat Insan ditambah lagi dengan maklumat mengenai syariat Tuhan,
makrifat tentang Tuhan, suasana Ilmu Tuhan dan apa sahaja selain Allah Yang Hakiki,
dinamakan hakikat kepada hakikat-hakikat atau hakikat yang menyeluruh.
1.2. ADAPUN ASAL MUASAL DIRI :
1.2. a. Asal Diri Kita Keturanan Adam Alaihissalam
Sebelum terjadinya berkumpul menjadi satu, ibu dan bapak maka Allah Ta’ala
memerintahkan untuk mengambil air MULHAYAT, diarak didalam surga atau
dilangit beberapa malaikat dan Jibril membawanya lalu diperintah -kan dikirim
kepada bapak kita disebut MAKAMAL MACHMUD, namanya setelah mahaluat 7
(tujuh) hari lamanya. Lalu bapak kita menjadi satu kepada ibu, jatuhlah air
mulhayat dirahim ibu kita, yang dinamakan MUKTAH. Air mani ayah berasal dari
matahari, justru Putih warnanya, maka dari itu sir atau syahwat cepat merangsang
pada pihak ayah, itu dinamakan ZAT SIR RAHU, jatuh kepada ibu seperti air
hujan setitik didalam daun keladi.
Maka menjadi anasar ayah aurat, tulang, otam, sumsum. Dan pada ibu air mani tersebut
3. 3
dari bulan dan dinamakan MUTEPAH. Karena itu air mulhayat ibu kuning
warnanya. Sir atau syahwat ibu lambat merangsang namun kekuatannya air tadi
sama dengan bapak, pihak ibu dinamakan ZAT SIR JAMANINI artinya anasar ibu ;
bulu, kulit, darah, dan daging.
Adapun anasar MUHAMMAD, disebut Pendengar, Penglihatan, pencium
dan pengrasa. Empat puluh hari belum lagi terserat, tatkala delapan puluh hari
didalam rahim ibu kita, waktu itu darah haid nikah bercampur dengan air bercampur
dengan air Nuktah, lalu suka makan asam-asam ibu kita dan suka tidur, karena sudah
hamil atau mengandung. Demikianlah daerahnya atau alkah sedarah namanya daging
segumpal dirahim ibu kita. Tatkala seratus dua puluh hari didalam rahim ibu maka
menjadi ALIF ACHMAD pujinya, Inilah daerahnya tatkala genap seratus empat
puluh hari cukup lengkap dibekali, tangan, mata, mulut, kepala, hidung dan telinga
MUHAMMAD pujinya, inilah darahnya didalam rahim ibu kita. Tatkala cukup 9
(sembilan bulan) 9 (sembilan) hari maka firman Allah Ta’ala : LA TATTAHARAKA
ILA BI IZNILLAH dengan seizin Allah maka keluarlah anak itu demikianlah
berdo’alah amin.
Ia lebih dikenali sebagai Hakikat Muhammadiah, kadang-kadang dipanggil sebagai
Hakikat Muhammad sahaja. Hakikat Muhammadiah ini merupakan Hakikat yang
menguasai Nabi Muhammad S.A.W., sebab itu dinamakan Hakikat Muhammad. Inilah
yang membuatkan Nabi Muhammad S.A.W., lebih istimewa daripada semua manusia
dan sekalian makhluk yang diciptakan Allah S.W.T. Hakikat Muhammadiah atau
urusan Tuhan yang menguasai kejadian Nabi Muhammad S.A.W., itu adalah juga
urusan Tuhan yang menguasai sekalian urusan-urusan Tuhan.
Manusia dari segi fitrahnya dihubungkan dengan Hakikat Insan tetapi dari segi
Islam, Iman, Tauhid dan Makrifat dihubungkan dengan Hakikat Muhammadiah.
Hakikat Muhammadiah menyata melalui Rasul-rasul dan Nabi-nabi.
Maka seluruh keturunan manusia dikuasai oleh Hakikat Insan atau Hakikat
Adam, maka semua Nabi-nabi dan Rasul-rasul dikuasai oleh hakikat yang menyeluruh
atau Hakikat Muhammadiah.
Adam A.S., diperlakukan sebagai wakil kepada sekalian manusia. Sedangkan
Muhammad S.A.W., menjadi wakil kepada sekalian Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Bila
disebut Nabi Muhammad S.A.W., ia membawa maksud kesatuan sekalian Nabi-nabi
dan Rasul-rasul karena pada Nabi Muhammad S.A.W, terkumpul semua kebaikan para
nabi dan para rasul, ilmu sekalian nabi dan rasul, syariat yang dibawa oleh sekalian nabi
dan rasul dan semua mengenai Islam, Iman, Tauhid dan makrifat para Nabi dan Rasul.
Nabi Muhammad S.A.W., merupakan Rasul Allah yang paling Agung, paling sempurna
dan paling mulia.
4. 4
Oleh yang demikian sekalian makhluk menyaksikan: Maklumat yang tersimpan
pada hakikat yang menyeluruh menyata dengan sempurna pada Nabi Muhammad
S.A.W., Apabila disebut Nabi Muhammad S.A.W., ia meliputi risalah sekalian Rasul-
rasul. Jika disebut Nabi Ibrahim A.S atau Nabi Musa A.S., ia membawa maksud satu
bentuk risalah daripada risalah yang menyeluruh yang berkumpul pada kerasulan
Muhammad S.A.W., Semua nabi-nabi menyaksikan “La ilaha illah Lah Muhammadur-
Rasullullah”. Semua nabi-nabi memberi peringatan tentang kedatangan Muhammad
Rasul Allah, Rasul yang paling mulia dan paling sempurna, yang membawa intisari
yang lengkap dan menyeluruh bagi maklumat yang terkumpul pada sumber kerasulan
yaitu Hakikat Muhammadiah.
Walaupun Hakikat Muhammadiah merupakan hakikat yang menyeluruh, tetapi
ia bukanlah Allah S.W.T., Nabi Muhammad S.A.W., bukanlah Allah S.W.T., dan bukan
juga penjelmaan Allah S.W.T., Hakikat Muhammadiah adalah urusan Allah S.W.T.,
yang menyampaikan’ melalui rasul-rasul-Nya apa yang Dia berkehendak
menyampaikan. Bila urusan Allah S.W.T., ini berhubung dengan Jibrail A.S. dan rasul-
rasul ia dipanggil wahyu. Wahyu yang terpendam pada sisi Allah S.W.T., dipanggil
Hakikat Muhammadiah. Bila ia dipandang sebagai penyimpan segala maklumat tentang
urusan Tuhan ia dipanggil Perbendaharaan Yang Tersembunyi. Hakikat Muhammadiah
atau urusan Tuhan yang menyeluruh atau Perbendaharaan Yang Tersembunyi itu
dikurniakan secara lengkap dan sempurna kepada Nabi Muhammad S.AW. Oleh yang
demikian wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W., adalah wahyu
yang paling lengkap. Risalah yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad S.AW.,
adalah risalah yang paling lengkap. Kerasulan yang diberikan kepada Nabi Muhammad
S.A.W., adalah kerasulan yang paling lengkap dan paling tinggi.
Istilah Hakikat Muhammadiah kadang-kadang menimbulkan kekeliruan kepada
setengah orang. Perlu difahamkan bahwa Hakikat Muhammadiah pada suasana urusan
Tuhan itu tidak turun atau menjelma menjadi Nabi Muhammad S.A.W., apa lagi
menjadi orang lain. Urusan Tuhan tetap berada pada tahap urusan Tuhan. Hakikat tetap
berada pada tahap hakikat. Apa yang diperkatakan adalah suasana makrifat, penyaksian
dalam ilmu dan pengalaman rasa (zauk). Hal atau keadaan hakikat yang sebenarnya
hanya Allah S.W.T., saja yang tahu. Manusia hanya bercerita menurut kadar makrifat,
ilmu dan pengalaman yang ada dengan mereka, sekadar yang Allah S.W.T., kurniakan
kepada mereka. Pengalaman kerohanian pada peringkat Hakikat Muhammadiah lebih
membuat si hamba mengenali kemuliaan dan ketinggian derajat Nabi Muhammad
S.A.W., walaupun baginda S.A.W., hanyalah seorang manusia keturunan Adam A.S,
seperti manusia yang lain.
Mengalami suasana Hakikat Muhammadiah melahirkan keasyikan terhadap
Nabi Muhammad S.A.W., Sehingga kepada peringkat ini si hamba masih lagi tidak ada
perhatian dan kesedaran terhadap dirinya sendiri. Perhatiannya dan kesedarannya
hanyalah tertuju kepada apa yang dialaminya dalam suasana Perbendaharaan Yang
Tersembunyi. Bila dikuasai oleh keasyikan terhadap Rasulullah S.A.W., apa sahaja
5. 5
yang berkenaan dengan baginda Rasulullah S.A.W., sangat memberi kesan pada
jiwanya.
1.2.b. Adapun Asal diri Perkawinan Lelaki dan Perempuan :
Setelah terjadi berkawinlah mereka ditempat naif, sudah berkumpul nikah batin
dan asal nama kemaluan laki-laki itu ialah NUK – KUNTILLAH, dan nama sirr
laki - laki itu ialah NUR - AYAN SABITHAH lalu nama kemaluan wanita
tersebut ialah NUR-PUWIKKILLAH dan nama penjaga lobang kemaluannya ialah
NUR - SIPUNTI dan nama sirrnya NUR-MANIKAM, nama tempat sirrnya ialah
NUR-SIKUNTI setelah itu BERSETUBUHLAH laki-laki dengan wanita untuk
menyatukan NUR - AYAN SABITHAH bertemu dengan NUR - MANIKAM, lalu
mendapatkan KUN - RASA LEZAT RAHMAT DAN NIKMAT MERESAPI
Keseluruh badan mulai dikepala sampai tapak kaki sesudah itu berkelahilah dua
sirr itu jikalau NUR - AYAN SABITHAH yang menang maka laki - laki lah
anaknya, jika NUR - MANIKAM yang menang maka perempuanlah anaknya,
sesudah itu bersatulah dua sirr itu menjadi satu Waktu 40 hari namanya IRHUMUL
HAYAT, sesudah 80 hari menjadi segumpal darah namanya NUKTAH,
sesudah 120 hari menjadi orang - orangan manusia namanya NURAN - NURIN,
sesudah 160 hari menjadi badan lengkap namanya budak dzikirnya INNA –
ANNA - AMANNA, sesudah 7 bulan masih kecil namanya AHMAD, 9 bulan
9 hari sudah besar namanya MUHAMMAD, sudah lahir dari Rahim ibu namanya
manusia, dzikirnya dan sandarannya terbagi sebagai berikut yaitu :
a. CAMARIAH
b. TUBANIAH
c. TAMBUNIAH
d. URIYAH
Dan waktu itu diadakan bermacam macam perjanjian, tapi perjanjian itu sudah
ada di Lauh mahfuz dan dibicarakanNya setelah kita lahir kedunia ini perjanjianNya :
a. Awal engkau lahir kami yang empat ini saudaramu
b. Awal engkau lahir bertelanjang nanti pulangnya bertelanjang
c. Asal engkau lahir budak nanti pulang itiqadnya budak
d. Umur sekian tahun
e. Kaya dan miskin
f. Kalau mau pulang ada tanda pengabaran
g. Kalau mau pulang ada sebab
h. Kalau mau pulang sakitnya tidak lama 3 hari sampai 7 hari
i. Kalau mau pulang tiada godaan
Demikianlah asal perjanjian kita lahir kedunia ini, jadi wajib bagi laki-laki,
wanita, tua dan muda kita ketahui asal kita ini, ASAL TIADA LALU ADA KEMBALI
KEPADA TIADA bila kita lupa sama rincian diri kita nanti yang menyiksa kita pulang
6. 6
dan didalam kubur nanti adalah saudara kita jua, pangkatnya dan tugasnya saudara kita
yang empat tadi yaitu :
a. CAMARIAH pangkatnya MALAIKAT RIDWAN, tugasnya mengabari kita
mau pulang.
b. TUBANIAH pangkatnya MALAIKAT MAUT, tugasnya mengambil.
c. TAMBUNIAH pangkatnya MALAIKAT MUNGKAR, tugasnya menanya
dalam kubur, alat pemukulnya bernama (CAKRAMULLAH), atau tangkai
pusat kita jua .
d. URIYAH pangkatnya MALAIKAT NANGKIR, tugasnya memukul
kita didalam kubur TANAH ASAL DARI AIR, AIR ASAL DARI ANGIN,
ANGIN ASAL DARI API, API ASAL DARI NUR, NUR ASAL DARI
IMAN, IMAN ASAL DARI ILMU, ILMU ASAL DARI KITA atau tahu
kepada yang mengenal yang dikenal diri.
DIRI ASAL DARI RUH, RUH ASAL DARI MANUSIA, MANUSIA
ASAL DARI MUHAMMAD, MUHAMMAD ASAL DARI NURUL
LAH, NURULLAH ASAL DARI NUR DZAT, NUR DZAT ASAL DARI
NUR MUTALAZIMAH, NUR MUTALAZIMAH ASAL DARI NUR
MUBAZARAH yaitu dirinya yang berlazim-lazim atau bersenang – senang
didapat rasa lewat RAHMAT DAN NIKMAT makanya UBUDIYAH atau
mengenal itu sudah didapatnya lagi JAWUK WAZI dan iradat atau
kenal makanya UJUDIYAH jadi NUR MUBASARAH maqam ujudiyah
yaitu dirinya ada pada maqam salik atau kekal selamanya tetap NAIK dan
TURUN atau KEDALAM atau KELUAR NAFASNYA selama didapatnya
ilmu khawas bil khawas bagi orang yang Akan dikehendakinya caranya
keluar nafasnya berbunyi ALLAH kezahiran muhammad isinya (ANSA)
tanazul artinya kedalam nafasnya berbunyi HUUU atau AKU, isinya (ANSA)
Diri itu ada dua macam, susunan diri zahir itu RUH ADAM – MUHAMMAD
MANUSIA, dan susunan diri batin itu NUR-TUHAN - ALLAH-DZAT,
susunan diri zahir dan diri batin itu ada nama kebesarannya yaitu 99
nama dan itiqad itu ada 73 macam semunya itu ada di diri zahir
dihimpunkan oleh Muhammad bernama manusia, sedangkan manusia itu
barang baru menjadi fana dulu akuan manusia kepada tiada apapun, dari
tiada yaitu kepada (ZIBU) apa artinya zibu, zibu itu kekosongan akuan diri
zahir dan hanya yang ada diri batin jua apa pondasi diri batin itu yaitu
(AINA), apa artinya aina, aina artinya diri yang tersembunyi, apa rahasia
diri yang tersembunyi itu (ANLA) artinya membersihkan diri zahir, mengapa
dibersihkan, karena barang baru ada najis, kemana larinya barang baru
itu, yaitu kepada ZIBU jadi yang ada tinggal rahasia zahir dan batin, inilah
namanya ILMU KEDUDUKAN SELURUH BADAN, mulai dari kepala
sampai ke ujung kaki, dasar isi rahasianya.
7. 7
Maka terhimpunlah dalam satu kesatuan disebut, AL-FATIHAH :
Alhamdu : Anggota Tubuh kita
Lilallahi : Nyawa pada kita
Rabbil : Roh pada kita
Alamin : Otak pada kita
Ar-Rahman : Bapak kita
Ar-Rahim : Ibu kita
Maliki Yaumidin : Jantung pada kita
Iyyakana’budu wa iyyaka nasta’iin : Tangan di dada
Ihdinaas shiraathal mustaqiim : Tulang belakang kita
Shiraathalladzina an’amta alaihim : Hati pada kita
ghairil magh dhubi alaihim : Hati kura pada kita
waladh dhaallin : Empedu pada kita
Aamiiin : Rahasia diri kita
Dia merasakan kedekatan yang amat sangat dengan Rasulullah S.A.W., seolah-
olah tidak terpisah. Ucapan selawat dan salam memberi kelazatan kepada jiwanya. Dia
menikmati puji-pujian terhadap Rasulullah S.A.W., seakan-akan ia adalah untuknya
juga. Dalam suasana yang demikian hatinya dikuasai oleh dua hal sahaja yaitu Allah
S.W.T., dan Rasulullah S.A.W., Dia tidak menyaksikan yang lain. Apa yang hatinya
menyaksikan adalah kecintaan Allah S.W.T., kepada Rasul-Nya dan kecintaan serta
ketaatan Rasulullah S.A.W., kepada Tuhannya.
1.3. MENGENAL QALBU
Qalbu pada dasarnya memiliki makna ganda. Ada makna secara syariah dan
hakikiyah. Secara syariah Qalbu diartikan sebagai segumpal daging yg mana baik
buruknya akan memberi dampak besar terhadap jasad seseorang. Sebagaimana Sabda
Rasulullah S.A.W.,:
……َإِنَّ فِي ََِْد ِ ُضغدةً ِذِن دلحتْ لتْ ََْد ِ ُلتُ ِذِنَّ دسَْي َْي ََْد ِ ُلتُ لَ فِيَّ ْدتْد ِ (رَِّه ِبخاري
َّ تم َ ً)
Artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik
maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh;
ketahuilah bahwa dia adalah qalbu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Secara lughawiyah, Qalbu memiliki arti asli yaitu Jantung. Dan ini sejalan dengan
Hadits diatas bahwa ketika jantung kita sehat, maka seluruh tubuh kita pun akan sehat
dan bebas dari berbagai penyakit. Namun sebaliknya, jika jantung kita biarkan kotor,
maka darah yg mengalir ke seluruh tubuh pun akan menjadi darah yang kotor dan
menjadi biang penyakit.
Sementara makna secara hakikiyah, qalbu adalah sebuah organ yang bersifat sir (tidak
berwujud), namun ketika seseorang tersebut melakukan sebuah kemaksiatan, maka akan
8. 8
muncul bercak-bercak hitam yang lama kelamaan akan mengeraskan qalbu.
Sebagaimana Allah S.W.T., berfirman dalam hadits Qudsyi :
يل ن ب ف ي جوف اإ ب ِدم ِصر ق َّ ف ي صر ْ ِ ِْْر َّ ف ي صْر ِ با ت ق َّ ف ي ْت ْ ِ ِأد ي َّ
ف ي فأد ِ فا غ ش َّ ف ي غاف ش ِ باب َّ ف ي ْت ِ ِبار َّ ف ي بَر ِ ا ِن
Artinya : Telah Allah bina/bangun dalam diri bani Adam Alaihissalam, sebuah
bangunan. Di dalam bangunan itu terdapat dada, di dalam dada terdapat qalbu, di dalam
qalbu terdapat fuad (mata hati), di dalam fuad terdapat syagaf (hati nurani), di dalam
syagaf terdapat lubb (lubuk hati), dalam lubuk hati terdapat sirr (rasa), didalam sirr ada
Aku (Allah).
Menurut ahli tasawuf, Qalbu diartikan pula sebagai sebuah latifah /titik sensor,
dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh
sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa
melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita
bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yang
disebut hati, tapi apakah dengan hatinya itu hewan mampu membedakan mana yang haq
dan bathil ? tentunya tidak.
Apakah setelah kita belah hewan-hewan tersebut kita menemukan organ yang
penuh bercak hitam karena kemaksiatan yang hewan lakukan ? tentunya jawabannya
pun tidak.
Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah
disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka tentulah di salah satu warung
makan atau restoran tersebut ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau
goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goreng daging
qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan
untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging.
Daging hati yang berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut “kabid”
bukan qalbu. Adapun qalbu menurut Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya ihya; ulumiddin
adalah ruh, akal atau nafsu.
1.4. APA ITU ROH/RUH ?
Firman Allah S.W.T., dalam (Q.S. Al-Isra ayat 85) :
“wayas-aluunaka 'ani alrruuhi quli alrruuhu min amri rabbii wamaa uutiitum
mina al'ilmi illaaqaliilaan”
9. 9
Artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Dalam kitab sirrurl asror karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan
sebagai berikut :
Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah S.W.T., adalah ruh, ruh siapa? ruh
Muhammad S.A.W., Sebagaimana telah Allah firmankan dalam hadits qudsi :
“Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”.
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur
karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai
makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau S.A.W., :
“aku dari Allah dan makhluk lain dari aku”.
Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal
setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut
diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu
jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Allah dari bumi yang tersusun dari empat unsur
(tanah, air, api dan angin).
Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan
sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu.
Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi
perjanjiannya adalah ketika Allah bertanya kepada semua ruh :
Firman Allah S.W.T., dalam (Qs. Al-Araaf : 172).
“Wa-idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum
wa-asyhadahum 'alaaanfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa an
taquuluu yawma alqiyaamati innaa kunnaa'an haadzaa ghaafiliina”
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
10. 10
tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)” Tapi sayang banyak ruh yang lupa dengan perjanjian
awalnya terhadap Allah S.W.T., sehingga mereka terlena dan terlalu nyaman tinggal di
dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.
Ruh-ruh yang setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya
mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi.
Namun sangat sedikit orang yang sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri
asalnya. Oleh karena itu Allah melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad
sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka. Nabi mengajak mereka agar kembali dan
sampai serta bertemu dengan Allah SW.T., Sebagaimana salahsatu sifat Rasululullah
S.A.W., adalah Tabligh, yaitu untuk memberikan bashirah dan huda kepada manusia
menuju jalan Rabb-nya. Tapi sebagai manusia biasa, Nabi S.A.W., memiliki
keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian
Allah mewariskan tugas ini kepada para ulama yang shaleh yang sudah mencapai
kesucian ruh dan telah Allah berikan bashirah (pandangan yang jelas) kepadanya. Siapa
mereka? Mereka adalah para wali Allah. Para wali Allah sebagai ahli bashiroh telah
dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Allah, mereka itulah yang
disebut ahli ruhani.
1.4.a. Mengenal Jenis Roh/Ruh
Menurut ilmu batin pada diri manusia terdapat sembilan jenis Roh. Masing-
masing roh mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Ke sembilan macam roh yang ada pada
manusia itu adalah sebagai berikut :
a. Roh Idofi (Roh Idofi) :
Adalah roh yang sangat utama bagi manusia. Roh Idofi juga disebut JOHAR AWAL
SUCI, karena roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga,
maka manusia yang bersangkutan akan mati. Roh ini sering disebut NYAWA.
Roh Idofi merupakan sumber dari roh - roh lainnyapun akan turut serta. Tetapi
sebaliknya kalau salah satu roh yang keluar dari raga, maka roh Idofi tetap akan
tinggal didalam jasad. Dan manusia itu tetap hidup. Bagi mereka yang sudah sampai
pada irodat allah atau kebatinan tinggi, tentu akan bisa menjumpai roh ini dengan
penglihatannya. Dan ujudnya mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala
sesuatunya. Bagai berdiri di depan cermin.
Meskipun roh - roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakannya
dengan roh yang satu ini.Alamnya roh idofi berupa nur terang benderang dan rasanya
sejuk tenteram (bukan dingin). Tentu saja kita dapat menjumpainya bila sudah
mencapai tingkat INSAN KAMIL.
b. Roh Rabani : Roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idofi. Alamnya roh ini ada
dalam cahaya kuning diam tak bergerak. Bila kita berhasil menjumpainya maka kita
tak mempunyai kehendak apa - apa. Hatipun terasa tenteram. Tubuh tak merasakan
apa-apa.
11. 11
c. Roh Rohani : Roh inipun juga dikuasai oleh roh idofi. Karena adanya roh Rohani ini,
maka manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di
lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan
buruk. Roh inilah yang menepati pada 4 jenis nafsu, yaitu :
- Nafsu Luwamah (aluamah)
- Nafsu Amarah
- Nafsu Supiyah
- Nafsu Mulamah (Mutmainah).
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak
mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang
mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini
dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti
penglihatan yang melihat. Dimana pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada.
Sebelum kita dapt menjumpainya, terlebih dulu kita akan melihat bermacam-macam
cahaya bagai kunang-kunang. Setelah cahaya-cahaya ini menghilang, barulah muncul
roh rohani itu.
d. Roh Nurani : Roh ini dibawah pengaruh roh-roh Idofi. Roh Nurani ini mempunyai
pembawa sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan
jadi terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut
hatinya menjaid gelap dan gelap pikirannya.
Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia ditunggui
Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan nafsu-nafsu
lainnya. Hat orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air mukanya
bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak
protes bila ditimpa kesusahan. Suka, sedih, bahagia dan menderita dipandang sama.
e. Roh Kudus (Roh Suci) : Roh yang di bawah kekuasaan Roh Idofi juga. Roh ini
mempengaruhi orang yang bersangkutan mau memberi pertolongan kepada sesama
manusia, mempengaruhi berbuat kebajikan dan mempengaruhi berbuat ibadah sesuai
dengan kepercayaan yang dianutnya.
f. Roh Rahmani : Roh dibawah kekuasaan roh idofi pula. Roh ini juga disebut Roh
Pemurah. Karena diambil dari kata Rahman, yang artinya pemurah. Roh ini
mempengaruhi manusia bersifat sosial, suka memberi.
g. Roh Jasmani : Roh yang juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Roh ini menguasai
seluruh darah dan urat syaraf manusia. Karena adanya roh jasmani ini maka manusia
dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah, segar dan lain - lainnya. Bila Roh ini
keluar dari tubuh, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit. Kalau kita berhasil
menjumpainya, maka ujudnya akan sama dengan kita, hanya berwarna merah.
12. 12
Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini
memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka setubuh, serakah,
mau menang sendiri dan lain sebagainya.
h. Roh Nabati : ialah roh yang mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan.
Roh ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi.
i. Roh Rewani : ialah roh yang menjaga raga kita. Bila Roh Rewani keluar dari tubuh
maka orang yang bersangkutan akan tidur. Bila masuk ke tubuh orang akan terjaga.
1.4.b. Mengenal Ruh dan Nafsu
Pertanyaan:
Apa beda ruh dan nafsu?
Jawab;
Jika timbul pertanyaan tentang perbedaan antara sesuatu, kita harus mengetahui tentang
sesuatu itu. Banyak orang berbeda pendapat tentang pengertian ruh dan nafsu.
Ada yang berpendapat keduanya sama, ruh itu nafsu dan nafsu itu ruh.
Tetapi mustahil bagi manusia untuk mengetahui masalah ruh, karena Allah S.W.T.,
berfirman, dalam al qur’an : (al-Isra’:ayat : 85)
‘wayas-aluunaka 'ani alrruuhi quli alrruuhu min amri rabbii wamaa uutiitum
mina al'ilmi illaaqaliilaan”
Artinya ; “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk
urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
Pengetahuan tentang ruh mutlak dan khusus urusan Allah, dan manusia tidak diberi
ilmu pengetahuan tentang ruh. Dalam Al-Qur^an surah Yaasiin ayat 82 Allah
berfirman.
innamaa amruhu idzaa araada syay-an an yaquula lahu kun fayakuunu
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata,
jadilah,’jadilah ia.'”
13. 13
Apakah ruh itu suatu benda yang masuk dan hidup dalam tubuh manusia? Apakah ia
menempati bagian tertentu dalam tubuh manusia?
Mengenai masuknya ruh ke dalam tubuh manusia dijelaskan dengan firman-Nya:
(al-Qiyamah: 26-27) :
kallaa idzaa balaghati alttaraaqiya
Artinya ; Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke
kerongkongan,
waqiila man raaqin
Artinya : Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?",
Mampukah manusia mengenali ruh dengan penemuan melalui riset dan
penelitian? Jawabnya tentu tidak!
Dia diciptakan untuk patuh, taat, dan selalu penurut. Embrio dalam kandungan sebelum
datangnya ruh, begitu pula ruh sebelum menyentuh tubuh, selalu bersyukur, beriman,
dan tunduk kepada Allah. Jadi, nafsu adalah gabungan ruh jasad. Salah dan keliru sekali
bila ada yang berkata, “Ruhnya baik hanya jasadnya yang jahat”
Tidak ada ruh yang baik dan ruh yang jahat atau jasad (fisik) yang baik dan buruk.
Bila ruh bergabung dengan jasad, itulah nafsu dan lahirlah kehidupan yang diliputi
kebaikan dan keburukan. Jasad tidak dapat hidup tanpa ruh, dan ruh tidak akan tampak
kecuali dalam jasad. Jasad memerlukan ruh dan ruh memerlukan jasad.
Adanya pengertian bahwa ruh pada dasarnya selalu baik dan jasad pada dasarnya selalu
buruk adalah pemahaman yang salah. Baik dan buruknya karena pilihan nafsu, yaitu
gabungan ruh dan jasad.
Ini dapat diumpamakan dengan lampu dan listrik. Badan ibarat lampu dan ruh
ibarat listrik yang menyebabkan lampu menyala. Bila lampu dipecah, tidak akan ada
nyala listrik.
Begitu pula bila jasad manusia dirusak (terpotong-potong misalnya), jasad itu tidak akan
mampu menampung fungsinya ruh dan itu dinamakan mati karena pembunuhan atau
penganiayaan. Berbeda antara mati akibat pembunuhan dengan mati yang wajar karena
mati secara wajar ialah berpisahnya ruh dan jasad tanpa merusak jasadnya.
14. 14
Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan bekal /
alat pengolahannya dan keuntungan / hasil pengolahannya dan cara pengolahannya
yang tidak pernah sia-sia yang diketahui secara tertutup (rahasia) maupun secara
terbuka. Oleh karena itu wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui cara mengolah
dirinya, sebab apa yang dilakukan di muka bumi ini akan diminta pertanggung
jawabannya kelak di hari kiamat.
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at
badaniyah / biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu
pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Allah surah At-Takwir ayat 7 :
wa-idzaa albihaaru sujjirath
Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.
Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi
membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu
terdiri dari :
Nafsu Amarah
Nafsu amaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-
Pasukan nya sebagai berikut :
1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad artinya hasud
4. Al-Jahl artinya bodoh
5. Al-Kibr artinya sombong
6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi
Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di
bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
a. Al-Laum artinya mencela
b. Al-Hawa artinya bersenang-senang
c. Al-Makr artinya menipu
d. Al-Ujb artinya angku,bangga diri
e. Al-Ghibah artinya mengupat
f. Ar-Riya’ artinya pamer amal
g. Az-Zulm artinya zalim
h. Al-Kidzb artinya dusta
i. Al-ghoflah artinya lalai
15. 15
Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu
kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
a. As-Sakhowah artinya murah hati
b. Al-Qona’ah artinya merasa cukup
c. Al-Hilm artinya murah hati
d. At-Tawadhu’ artinya rendah hati
e. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Allah
f. As-Shobr artinya sabar
g. At-Tahammul artinya bertanggung jawab
Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua
jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai
berikut :
a. Al-Juud artinya dermawan
b. At-tawakkul artinya berserah diri
c. Al-Ibadah artinya ibadah
d. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
e. Ar-Ridho artinya rido
f. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan
Nafsu Rodhiyah
Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya
di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-
pasukannya sebagai berikut :
a. Al-Karom artinya yang rendah hati, pemaaf
b. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
c. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
d. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
e. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
f. Al-Wafa’ artinya tepat janji
Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari
dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai
berikut :
a. Husnul Khuluq artinya baik akhlak
b. Tarku maa siwAllah artinya meninggalkan selain Allah
c. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
d. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
e. Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk
f. Al - Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila
Anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian
16. 16
kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan
jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.
Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di
tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
a. Ilmu Al’Yaqiin
b. Ainul Yaqiin
c. Haqqul Yaqiin
Bila orang tidur bermimpi dengan arwah seseorang, maka roh rewani dari
Orang bermimpi itulah yang menjumpainya. Jadi mimpi itu hasil kerja roh rewani
yang mengendalikan otak manusia. Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh
Idofi. Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Roh Idofi.
Demikian juga roh - roh lainnya dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan Roh
Idofi, (nyawa).
Ruh yang cantik ini diciptakan 360,000 tahun sebelum penciptaan dunia ini,
dan itu dibentuk sangat cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan.
Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati, Matanya dari
kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah), Mulutnya dari
kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, Pipinya dari cinta dan ke-hati-hati-an, Perutnya
dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, Kaki dan lututnya dari mengikuti
jalan lurus, dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.
Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab
semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas Kenabian-
nya dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya
yang penuh barokah, masyhur dan tinggi diatas semua lainnya, didekorasi dengan
Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah) yang murni dan suci.
Duabelas Tabir { Bismi =786 7+8+6=21 Mirror of 21= 12 Bulan, 12th Rabil Awal, 12
suku, 12 Menunjukkan Penuntasan}
Sesudah ini Allah S.W.T., menciptakan duabelas tabir.
Yang pertama dari itu adalah Tabir Kekuatan didalam mana Ruh Nabi S.A.W.,
mukim (tinggal) selama 12,000 tahun, membaca Subhana rabbil-ala (Maha Suci
Rabb-ku, Maha Tinggi).
Yang kedua adalah Tabir Kebesaran dalam mana dia ditutupi selama 11,000
tahun, berkata, Subhanal Alim al-Hakim (Maha Suci Rabb-ku, Maha Tahu, Maha
Bijak).
17. 17
Yang ketiga adalah Tabir Kebaikan Dia dipingit selama 10,000 tahun mengucapkan
Subhana man huwa daim, la yaqta (Maha Suci Rabb-ku Yang Abadi, Yang Tidak
Berakhir).
Yang keempat adalah Tabir Rahman, disitu ruh mulia itu tinggal selama 9,000 tahun,
memuja Allah, berkata: Subhana-rafi-al-‘ala (Maha Suci Rabb ku Yang Ditinggikan,
Maha Tinggi).
Yang kelima adalah Tabir Nikmat, dan di situ tinggal selama 8,000 tahun, menga
gungkan Allah dan berkata, Subhana man huwa qaimun la yanam. (Maha Suci Rabb-
ku Yang Selalu Ada, Yang Tidak Tidur).
Yang ke-enam adalah Tabir Kemurahan ; dimana dia tinggal selama 7,000 tahun,
memuja, Subhana-man huwal-ghaniyu la yafqaru (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha
Kaya, Yang Tidak Pernah Menjadi Miskin).
Kemudian diikuti tabir ke tujuh, Tabir Kedudukan. Disini ruh tercerahkan itu tinggal
selama 6,000 tahun, memuja Allah dan berkata : Subhana man huwal Khaliq-an-Nur
(Maha Suci Rabb-ku Maha Pencipta, Maha Cahaya Light).
Berikutnya, Dia menyelimutinya dengan tabir ke delapan, Tabir Petunjuk dimana
dia tinggal selama 5,000 tahun, memuja Allah dan berkata, Subhana man lam yazil
wa la yazal. (Maha Suci Rabb-ku Yang Keberadaan Nya Tak Pernah Berhenti,
Yang Tidak Musnah).
Kemudian diikuti tabir ke sembilan, yaitu Tabir Kenabian dimana dia tinggal selama
4,000 tahun, mengagungkan Allah: Subhana man taqarrab bil-qudrati wal-baqa. (Maha
Suci Rabb-ku yang Mengajak Dekat dengan Maha Kuat dan Maha Langgeng).
Kemudian datang Tabir Keunggulan, tabir ke sepuluh dimana ruh yang tercerahkan
ini tinggal selama 3,000 tahun, membaca pepujian untuk Pencipta dari Semua
Sebab, berkata, Subhana dhil-arshi amma yasifun. (Maha Suci Rabb - ku Pemilik
Singgasana Diatas Semua Karakter Yang Dilekatkan Kepada Nya).
Tabir ke-sebelas adalah Tabir Cahaya. Disana dia tinggal selama 2,000 tahun, berdoa,
Subhana dhil-Mulk wal-Malakut. (Maha Suci Rabb-ku Maha Raja semua Kerajaan
Langit dan Bumi).
Tabir ke-dua belas adalah Tabir Intervensi (Syafaat), dan disana dia tinggal selama
1,000 tahun, berkata Subhana - rabbil - azhim” (Maha Suci Rabb-ku, Maha Anggun).
Penciptaan AHMAD Tercinta.
Setelah itu Allah menciptakan sebuah pohon yang dikenal sebagai Pohon Kepastian.
18. 18
Pohon ini memiliki empat cabang. Dia menempatkan ruh yang diberkahi pada salah
satu cabang, dan dia terus menerus memuja Allah untuk 40,000 tahun,
mengatakan, Allahu dhul - Jalali wal - Ikram. (Allah, Pemilik Keperkasaan dan
Kebaikan).
Setelah dia memuja Nya demikian itu dengan pepujian yang banyak dan
beragam, Allah S.W.T., menciptakan sebuah cermin dan Dia meletakannya demikian
hingga menghadapi ruh Habibullah, dan memerintahkan ruh itu memandangi cermin
itu.
Ruh itu melihat ke dalam cermin dan melihat dirinya terpantul sebagai pemilik
bentuk yang paling cantik, bagus dan sempurna. Dia kemudian membaca lima kali,
Shukran lillahi taala (terima kasih kepada Allah, Maha Tinggi Dia), dan tersungkur
dalam posisi sujud dihadapan Rabb - nya. Dia tetap bersujud seperti itu selama 100
tahun, mengatakan Subhanal-aliyyul-azhim, wa la yajhalu. (Maha Suci Rabb ku Maha
Tinggi Maha Anggun, Yang Tidak Mengabaikan Apapun) ; Subhanal - halim
alladhi la yu’ajjalu. (Maha Suci Rabb-ku Maha Toleran, Yang Tidak Tergesa - gesa);
Subhanal - jawad alladhi la yabkhalu. (Maha Suci Rabb ku Maha Pemurah Yang
Tidak Pelit).
Karena itulah Penyebab (Adanya) Makhluq mewajibkan ummat Muhammad
S.A.W., untuk melakukan sujud (sajdah) lima kali dalam sehari lima salat dalam
jangka waktu siang sampai malam ini adalah sebuah hadiah kehormatan bagi
ummat Muhammad S.A.W., Berikutnya Allah menciptakan sebuah lampu jamrut
hijau dari Cahaya, dan dilekatkan pada pohon itu melalui seuntai rantai cahaya.
Kemudian Dia menempatkan Ruh Muhammad S.A.W., di dalam lampu itu dan
memerintahkannya untuk memuja Dia dengan Nama Paling Indah (Asma al-Husna).
Itu dilakukannya, dan dia mulai membaca setiap satu dari Nama itu selama 1,000
tahun. Ketika dia sampai kepada Nama ar - Rahman (Maha Kasih), pandangan ar-
Rahman jatuh kepadanya dan ruh itu mulai berkeringat karena kerendahan hatinya.
Tetesan keringat jatuh dari padanya, sebanyak yang jatuh itu menjadi nabi dan rasul,
setiap tetes keringat beraroma mawar berubah menjadi ruh seorang nabi.
Mereka semua berkumpul di sekitar lampu di pohon itu, dan Azza wa Jala berkata
kepada Nabi Muhammad S.A.W., “Lihatlah ini sejumlah besar nabi yang Aku ciptakan
dari tetesan keringatmu yang menyerupai mutiara.
Mematuhi perintah ini, dia memandangi mereka itu, dan ketika cahaya
mata itu menyentuh menyinari objek itu, maka ruh para nabi itu sewaktu - waktu
tenggelam dalam Nur Muhammad S.A.W., dan mereka berteriak, Ya Allah, siapa
yang menyelimuti kami dengan cahaya Allah menjawab mereka, Ini adalah
Cahaya dari Muhammad Kekasih Ku, dan kalau kamu akan beriman kepadanya
19. 19
dan menegaskan risalah kenabiannya, Aku akan menghadiahkan kepada kamu
kehormatan berupa kenabian.
Dengan itu semua ruh para nabi itu menyatakan iman mereka kepada kenabiannya,
dan Allah berkata, Aku menjadi saksi terhadap pengakuanmu ini, dan mereka semua
setuju. Sebagaimana disebutkan di dalam al Quran yang Suci:
Dan ketika Allah bersepakat dengan para nabi itu : Bahwa Aku telah memberi kamu
Kitab dan Kebijakan ; kemudian akan datang kepadamu seorang Rasul yang
menegaskan kembali apa-apa yang telah ada padamu kamu akan beriman kepadanya
dan kamu akan membantunya ; apa kamu setuju?
Dia berkata. Dan apakah kamu menerima beban Ku kepadamu dengan syarat seperti
itu. Mereka berkata, Benar kami setuju.
Sebagaimana Firman Allah S.W.T., (Q.S. Ali Imran 3 : 75-76) :
“wamin ahli alkitaabi man in ta/manhu biqinthaarin yu-addihi ilayka waminhum man
in ta/manhu bidiinaarin laa yu-addihi ilayka illaa maa dumta 'alayhi qaa-iman dzaalika
bi-annahum qaaluu laysa 'alaynaa fii al-ummiyyiina sabiilun wayaquuluuna
'alaa allaahi alkadziba wahum ya'lamuuna”
“balaa man awfaa bi'ahdihi waittaqaa fa-inna allaaha yuhibbu almuttaqiina”
Artinya : Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang
jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu
kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan:
"tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap
Allah, padahal mereka mengetahui.
20. 20
Artinya : (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan
bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.
Kemudian ruh yang murni dan suci itu kembali melanjutkan bacaan Asma ul Husna
lagi. Ketika dia sampai kepada Nama al - Qahhar, kepalanya mulai berkeringat
sekali lagikarena intensitas dari al Qahhar itu, dan dari butiran keringat itu Allah
menciptakan ruh para malaikat yang diberkati. Dari keringat pada mukanya, Allah
menciptakan Singgasana dan Hadhirat Ilahiah, Kitab Induk dan Pena, matahari,
rembulan dan bintang -bintang.
Dari keringat di dadanya Dia menciptakan para ulama, para syuhada dan
para mutaqin. Dari keringat pada punggungnya dibuat lah Bayt-al-Mamur (rumah
surgawi), Kabatullah (Kaba), dan Bayt - al - Muqaddas (Haram Jerusalem), dan
Rauda -i-Mutahhara kuburan Nabi Suci S.A.W., di Madinah), begitu juga semua
mesjid di dunia ini. Dari keringat pada alisnya dibuat semua ruh kaum beriman,
dan dari keringat punggung bagian bawahnya dibuatlah semua ruh kaum tak-
beriman, pemuja api dan pemuja patung.
Dari keringat di kaki nya dibuatlah semua tanah dari timur ke barat, dan semua
apa-apa yang berada didalamnya. Dari setiap tetes keringatlah ruh seorang beriman atau
tak-beriman dibuatnya. Itulah sebabnya kesucian Nabi S.A.W., disebut juga sebagai
Abu Arwah, Ayah para Ruh. Semua ruh ini berkumpul mengelilingi ruh Muhammad
S.A.W., berputar mengelilinginya dengan pepujian dan pengagungannya selama 1,000
tahun; kemudian Allah memerintahkan para ruh itu untuk memandang ruh Muhammad
S.A.W., Para ruh mematuhi.
Siapa Memandang kepada Ruh Muhammad S.A.W., Nah, di antara mereka yang
pandangannya jatuh kepada kepalanya ditakdirkan menjadi raja dan kepala negara di
dunia ini. Mereka yang memandang kepada dahinya menjadi pemimpin yang adil.
Mereka yang memandang matanya akan menjadi hafiz Kalimat Allah (yaitu seorang
yang memegangnya kedalam ingatannya). Mereka yang memandang alisnya akan
menjadi pelukis dan artist. Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka
yang menerima peringatan dan nasehat. Mereka yang melihat pipinya yang penuh
barakah menjadi pelaksana karya yang bagus dan pantas. Mereka yang melihat mukanya
menjadi hakim dan pembuat wewangian, dan mereka yang melihat bibirnya yang penuh
barakah menjadi menteri. Barang siapa melihat mulutnya akan menjadi mereka yang
banyak berpuasa. Barangsiapa yang melihat giginya akan menjadi kelihatan bagus,
cantik, dan siapa yang melihat lidahnya akan menjadi utusan duta raja-raja. Barang siapa
melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan mu’adhdhin
(yang mengumandangkan adhan). Barang siapa memandang janggutnya akan menjadi
pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi seorang
pemanah atau pengemudi kapal laut, dan barang siapa melihat lehernya akan menjadi
usahawan dan pedagang.
21. 21
Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang
melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan
mengukur catu kebutuhan hidup). Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi
seorang yang gemar memberi; siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi
kolektor. Siapa yang melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang
pelukis; siapa yang melihat ujung jari tangan kanannya akan menjadi seorang
calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan menjadi seorang
pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang penuh baraokah akan menjadi seorang
terpelajar, meninggalkan keduniaan (ascetic) dan berilmu. Siapa yang melihat
punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh pada hukum Shari’a.
Siapa yang melihat sisi badanya yang penuh barokah akan menjadi seorang pejuang.
Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat
lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruk’u dan sujud. Siapa yang
melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu, dan siapa yang
melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian.
Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan pemain saz (lute).
Semua yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum tak-beriman,
pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang sama sekali akan
menjadi mereka akan menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan, seperti Namrud, Pharoah
dan Fir’aun serta sejenisnya.
Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris.
Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan rasul, A.S.;
Di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat Allah;
Di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki dan perempuan;
Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak-beriman.
Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah S.W.T.,sampai waktu
mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik.Tidak seorang pun tahu kecuali Allah S.W.T.
yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh berkah Nabi
Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.
Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad S.A.W., bertanya kepada malaikat Jibra’il ,
Berapa lama sejak engkau diciptakan?
Malaikat itu menjawab, Ya Rasulullah, saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu
bahwa setiap 70,000 tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari
belakang kubah Singgasana Ilahiah; sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul
12,000 kali. Apakah engkau tahu apakah cahaya itu? bertanya Muhammad S.A.W.,
Tidak, saya tidak tahu, berkata malaikat itu. Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh,
jawab Nabi Suci S.A.W., Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70,000
dikalikan 12,000 !
22. 22
Walaupun Adam Alaihissalam, dikuasai oleh hakikat yang membekalkan
maklumat yang lengkap namun beliau Adam Alaihissalam, tetap tertakluk kepada
petunjuk yang Allah S.W.T. turunkan dari masa ke masa. Ini bermakna ada hakikat yang
lebih sempurna dan lebih lengkap serta menguasai Hakikat Insan itu. Pada Hakikat
Insan terkumpul segala maklumat mengenai kejadian manusia dan sekalian makhluk,
tetapi tidak dibekalkan maklumat mengenai yang bukan manusia dan bukan makhluk.
Hakikat yang menyimpan segala maklumat mengenai apa yang ada dengan Hakikat
Insan ditambah lagi dengan maklumat mengenai syariat Tuhan, makrifat tentang Tuhan,
suasana Ilmu Tuhan dan apa sahaja selain Allah Yang Hakiki, dinamakan hakikat
kepada hakikat-hakikat atau hakikat yang menyeluruh.
Ia lebih dikenali sebagai Hakikat Muhammadiah, kadang-kadang dipanggil
sebagai Hakikat Muhammad sahaja. Hakikat Muhammadiah ini merupakan Hakikat
yang menguasai Nabi Muhammad S.A.W., sebab itu dinamakan Hakikat Muhammad.
Inilah yang membuatkan Nabi Muhammad S.A.W., lebih istimewa daripada semua
manusia dan sekalian makhluk.
Hakikat Muhammadiah atau urusan Tuhan yang menguasai kejadian Nabi
Muhammad S.A.W., itu adalah juga urusan Tuhan yang menguasai sekalian urusan-
urusan Tuhan. Manusia dari segi fitrahnya dihubungkan dengan Hakikat Insan tetapi
dari segi Islam, iman, tauhid dan makrifat dihubungkan dengan Hakikat Muhammadiah.
Hakikat Muhammadiah menyata melalui Rasul-rasul dan Nabi-nabi. Jika semua
keturunan manusia dikuasai oleh Hakikat Insan atau Hakikat Adam, maka semua Nabi-
nabi dan Rasul-rasul dikuasai oleh hakikat yang menyeluruh atau Hakikat
Muhammadiah.
Adam Alaihissalam, diperlakukan sebagai wakil kepada sekalian manusia. Muhammad
S.A.W., pula menjadi wakil kepada sekalian Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Bila disebut
Nabi Muhammad S.A.W., ia membawa maksud kesatuan sekalian Nabi-nabi dan Rasul-
rasul karena pada Nabi Muhammad S.A.W., terkumpul semua kebaikan para nabi dan
para rasul, ilmu sekalian nabi dan rasul, syariat yang dibawa oleh sekalian nabi dan rasul
dan semua mengenai Islam, iman, tauhid dan makrifat para Nabi dan Rasul. Nabi
Muhammad S.A.W., merupakan Rasul Allah yang paling agung, paling sempurna dan
paling mulia. Oleh yang demikian sekalian makhluk menyaksikan:
Maklumat yang tersimpan pada hakikat yang menyeluruh menyata dengan sempurna
pada Nabi Muhammad S.A.W.,
Apabila disebut Nabi Muhammad S.A.W., ia meliputi risalah sekalian Rasul-rasul. Jika
disebut Nabi Ibrahim atau Nabi Musa Alaihissalam, ia membawa maksud satu bentuk
risalah daripada risalah yang menyeluruh yang berkumpul pada kerasulan Muhammad
S.A.W.
Semua nabi-nabi menyaksikan “La ilaha illah Llah Muhammadur-
Rasullullah”. Semua nabi-nabi memberi peringatan tentang kedatangan Muhammad
23. 23
Rasul Allah, Rasul yang paling mulia dan paling sempurna, yang membawa intisari
yang lengkap dan menyeluruh bagi maklumat yang terkumpul pada sumber kerasulan
yaitu Hakikat Muhammadiah.
Walaupun Hakikat Muhammadiah merupakan hakikat yang menyeluruh, tetapi
ia bukanlah Allah S.W.T., Nabi Muhammad S.A.W., bukanlah Allah S.A.W., dan bukan
juga penjelmaan Allah S.W.T.. Hakikat Muhammadiah adalah urusan Allah S.W.T,
yang menyampaikan’ melalui rasul-rasul-Nya apa yang Dia berkehendak
menyampaikan. Bila urusan Allah S.W.T., ini berhubung dengan Jibrail a.s dan rasul-
rasul ia dipanggil wahyu. Wahyu yang terpendam pada sisi Allah s.w.t dipanggil
Hakikat Muhammadiah. Bila ia dipandang sebagai penyimpan segala maklumat tentang
urusan Tuhan ia dipanggil Perbendaharaan Yang Tersembunyi.
Hakikat Muhammadiah atau urusan Tuhan yang menyeluruh atau
Perbendaharaan Yang Tersembunyi itu dikurniakan secara lengkap dan sempurna
kepada Nabi Muhammad S.A.W., Oleh yang demikian wahyu yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad S.A.W., adalah wahyu yang paling lengkap. Risalat yang
dikurniakan kepada Nabi Muhammad S.A.W., adalah risalat yang paling lengkap.
Kerasulan yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad S.A.W., adalah kerasulan
yang paling lengkap dan paling tinggi.
Istilah Hakikat Muhammadiah kadang-kadang menimbulkan kekeliruan kepada
sesetengah orang. Perlu difahamkan bahwa Hakikat Muhammadiah pada suasana
urusan Tuhan itu tidak turun atau menjelma menjadi Nabi Muhammad S.A.W.,, apa lagi
menjadi orang lain. Urusan Tuhan tetap berada pada tahap urusan Tuhan.
Hakikat tetap berada pada tahap hakikat. Apa yang diperkatakan adalah suasana
makrifat, penyaksian dalam ilmu dan pengalaman rasa (zauk).
Hal atau keadaan hakikat yang sebenarnya hanya Allah S.W.T, sahaja yang tahu.
Manusia hanya bercerita menurut kadar makrifat, ilmu dan pengalaman yang ada
dengan mereka, sekadar yang Allah S.W.T., kurniakan kepada mereka.
Pengalaman kerohanian pada peringkat Hakikat Muhammadiah lebih membuat si
hamba mengenali kemuliaan dan ketinggian darjat Nabi Muhammad S.A.W.,, walaupun
baginda S.A.W., hanyalah seorang manusia keturunan Adam A.S, seperti manusia yang
lain.
Mengalami suasana Hakikat Muhammadiah melahirkan keasyikan terhadap Nabi
Muhammad S.A.W.,. Sehingga kepada peringkat ini si hamba masih lagi tidak ada
perhatian dan kesedaran terhadap dirinya sendiri.
Perhatiannya dan kesedarannya hanyalah tertuju kepada apa yang dialaminya dalam
suasana Perbendaharaan Yang tersembunyi.
24. 24
Bila dikuasai oleh keasyikan terhadap Rasulullah S.A.W.,, apa sahaja yang berkenaan
dengan baginda S.A.W., sangat memberi kesan pada jiwanya.
Dia merasakan kehampiran yang amat sangat dengan Rasulullah s.a.w, seolah-olah
tidak terpisah. Ucapan selawat dan salam memberi kelazatan kepada jiwanya.
Dia menikmati puji-pujian terhadap Rasulullah S.A.W., seakan-akan ia adalah
untuknya juga. Dalam suasana yang demikian hatinya dikuasai oleh dua hal sahaja yaitu
Allah S.W.T. dan Rasulullah S.A.W., Dia tidak menyaksikan yang lain.
Apa yang hatinya menyaksikan adalah kecintaan Allah s.w.t kepada rasul-Nya
dan kecintaan serta ketaatan Rasulullah S.A.W., kepada Tuhannya.
Sebagaimana firman Allah S.W.T., (Q.S. An. Nur ayat 35).
“allaahu nuuru alssamaawaati waal-ardhi matsalu nuurihi kamisykaatin fiihaa
mishbaahu nalmishbaahu fii zujaajatin alzzujaajatu ka-annahaa kawkabun
durriyyun yuuqadu min syajaratin mubaarakatin zaytuunatin laa syarqiyyatin
walaa gharbiyyatin yakaadu zaytuhaa yudhii-u walaw lam tamsas-hu naarun
nuurun 'alaa nuurin yahdii allaahu linuurihi man yasyaau wayadhribu allaahual-
amtsaala lilnnaasi waallaahu bikulli syay-in 'aliimun”
Artinya : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus [1040], yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) [1041], yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Sebagaimana firman Allah S.W.T., (Q.S. an. Nur ayat 38).
25. 25
“liyajziyahumu allaahu ahsana maa 'amiluu wayaziidahum min fadhlihi
waallaahu yarzuqu man yasyaau bighayri hisaabin”
Artinya : “(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan
balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan, dan supaya ALlah menambah karunia-Nya kepada mereka.
Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Tujuan utama didatangkannya manusia ke alam terendah adalah agar manusia berupaya
kembali mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai darajat (kembalinya manusia ke
tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan
bibit tauhid di ladang hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yang akarnya tertanam di
dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai ridha Allah S.W.T., Syekh
Abdul Qodir Al-Jailani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.
1.5. APA ITU AKAL ?
Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita
berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan
mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana.
Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di
kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat
oleh mata kepala ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan
pemahaman yang mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa.
Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini
selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar menurutnya.
Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus
rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul-betul akan tetapi malah bermain-
main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Allah
dalam (Qs. Al-Maaidah ayat 58) berikut :
26. 26
“wa-idzaa naadaytum ilaa alshshalaati ittakhadzuuhaa huzuwan
wala'iban dzaalika bi-annahum qawmun laa ya'qiluuna”
Artinya : “dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) salat,
mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah
karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”.
Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat - ayat Allah baik yang
kauniyah maupun kauliyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak,
berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan :اَنبر اً لدْتَ َِٰذي ُاِِاب “tidak
ada sesuatu apapun yang Allah telah ciptakan itu sia-sia.”
Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik
dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.
Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan pepes ikan
mas? ketika kita makan dibagian kepalanya akan terdapat yang disebut otak ikan.
Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan di
kepala dan akal bukan otak.
Kalau akal diartikan otak seperti yang ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya
akal. Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu;
Sebagaimana Allah firmankan dalam (Q.S. Qaf :37) surah Qoof ayat 37 :
“inna fii dzaalika ladzikraa liman kaana lahu qalbun aw alqaa alssam'a
wahuwa syahiidun”
Artinya : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya”.
Dalam ayat di atas Allah menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.
1.6. HAKIKAT CAHAYA
Kejelasan, penafsiran dan pengertian ayat misykat memberi bantuan yang amat
besar dalam memahami persoalan hati dan perjalanan suluk.
27. 27
Pada ayat pertama, komposisi atau komponen manusia diumpamakan dengan lubang
yang tidak tembus dengan pelita dan kaca. Misykat adalah suatu lubang di dinding yang
tidak tembus ke sebelahnya. Pelita sama dengan lampu, dan kaca adalah dinding yang
menghimpun dan melingkupi pelita yang menerangi.
Perumpamaan ketiga-tiga komponen ini adalah perumpamaan dari manusia yang
beriman yang padanya ada jasadnya, hatinya dan cahaya yang ada di dalam hati. Jasad
diumpamakan dengan misykat, hati diumpamakan dengan kaca dan cahaya
diumpamakan dengan pelita yang ada dalam kaca. “Allah cahaya langit dan bumi”
Bermaksud; Dia adalah pemberi petunjuk (cahaya) kepada langit dan bumi; di mana
tiada petunjuk di langit dan di bumi tanpa cahaya-Nya. Selanjutnya Allah
mengumpamakan petunjuk-Nya sebahagian petunjuk bagi orang mukmin. Hidayah
ditamsilkan dengan perumpamaan-perumpamaan, kebesaran dan kemuliaan hidayah-
Nya menjadi jelas.
Jadi, misykat adalah jasad orang mukmin yang melingkupi hatinya, kaca ialah hati orang
mukmin yang melingkupi cahaya hati yang merupakan petunjuk dari penunjuk bagi
orang mukmin itu sendiri, sehingga dia mampu melihat hakikat segala sesuatu yang
berjalan di atas hidayah dari Tuhannya dengan cahaya tersebut. Ini adalah Tahap
Pertama dalam perumpamaan.
Tahap perumpamaan kedua ialah kaca yang melingkupi pelita atau hati yang melingkupi
cahaya dan kebenderangan cahaya yang sangat cemerlang diumpamakan dengan
bintang yang menerangi, di mana bintang itu diserupakan dengan mutiara karena sangat
cemerlangnya cahaya bintang tersebut.
Kita perhatikan di sini, perbincangan tentang kaca dan semua pelitanya atau tentang hati
dan cahayanya, seluruhnya diumpamakan dengan bintang yang mutiara (al-Kaukub ad-
Durriy) sehingga pelita itu mampu bersinar. Demikian pula kacanya, ia bersinar karena
cemerlang dan putih bersih.
Perumpamaan Tahap Ketiga ialah pelita ada dalam kaca, dari mana dan dengan apa kaca
itu dinyalakan? Dari mana cahaya itu didapati? Bagaimana kecahayaan (nuraniyah)
mampu berlangsung?
Dengan ungkapan lain, cahaya itu ada di dalam hati, dari mana hati itu
memperoleh nuraniah? Bentuk pertolongan bagaimana yang yang diberikan kepada hati
atau yang diperolehinya hingga ia bernuraniah? Apa yang menimbulkan cahaya rohani
tersebut?
Allah S.W.T., berfirman yang dinyalakan, maksudnya yang dinyalakan adalah pelita
yang ada dalam kaca atau cahaya yang ada dalam hati orang mukmin dinyalakan,
“dengan minyak yang dari pohon yang banyak berkatnya atau yang banyak manfaatnya.
Yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah
baratnya”. Sedangkan Zaitun ialah syariat Allah.
28. 28
Menurut Ibnu Kasir, kejernihan, sinar atau nuraniah yang ada dalam diri seorang
mukmin diumpamakan seperti dinding kaca yang jernih lagi murni seperti permata,
sedangkan al-Qurán dan syariát diumpamakan seperti minyak jernih, baik, bercahaya
dan seimbang tanpa ada sedikit pun keruh.
Perumpamaan terhadap keempat pohon yang penuh berkah merupakan sumber dari
cahaya hati, adalah syariat Allah yang penuh manfaat, yang merupakan sumbe dari
cahaya kalbu. Dari situlah kalbu mengambil cahaya. Berapa kadar besar minyaknya?
Allah S.W.T., befirman:
“Yang minyaknya sahaja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api”
Minyak itu dinyatakan jernih dan bercahaya, kata an-Nasafi karena kilaunya hampir-
hampir bersinar tanpa ada api atau tanpa dinyalakan api. Kadar besar nuraniah syariat
yang memberi cahaya pada hati? Dan betapa besar cahaya hati yang diperoleh dari
sinaran cahaya syariat?
Demikianlah adanya, dan karena itulah Allah berfirman:
“Cahaya di atas cahaya” Ini adalah perumpamaan tahap kelima. Cahaya yang
diumpamakan kebenaran itu, kata an-Nasafi, seperti yang bersatu yang berlapis-lapis
yang mana di dalamnya terjadi interaksi antara (cahaya) misykat, pelita dan minyak.
Sehingga tidak ada satupun yang tinggal untuk memperkuat benderangnya cahaya,
karena pelita yang ada di dalam tempat yang sempit menyerupai lubang yang tidak
tembus, di mana ia mampu menghimpun dan memadukan seluruh cahaya. Hal ini
berbeza seandainya di tempat yang luas, maka sinar cahayanya akan tersebar dan
berserakan. Sedangkan (dinding) kaca merupakan suatu yang paling banyak menambah
penerangan, demikian juga dengan minyak dan kebenderangannya.
Menurut Ibnu Kasir’As-Saddi yang pernah berkata tentang firman Allah tersebut,
cahaya di atas cahaya adalah cahaya api dan cahaya minyak bila bersatu akan
memancarkan sinar, dan yang satu tidak akan memancarkan cahaya yang lain. Demikian
pula cahaya al-Qurán dan cahaya iman bersatu padu.
Dengan demikian, perumpamaan yang Allah buat untuk menerangkan
kebebasan hidayahNya telah sempurna, dan dari penjelasan tentang perumpamaan
tersebut, kita tahu bahwa penunaian syariat Allah lah yang mampu memberikan cahaya
iman yang abadi. Selain itu, berdasarkan pendapat Ibnu kasir’As-Saddi juga, cahaya api
dan cahaya minyak bila bersatu padu memancarkan sinar, dan tidak akan bersinar satu
di antaranya tanpa yang lain. Demikian juga cahaya al-Qurán dan cahaya iman ketika
bersatu padu, dan satu di antaranya tidak akan memancarkan cahaya tanpa yang lain.
Di sini, kita sudah mulai memahami bahwa kewujudan kandungan al-Qurán
merupakan makanan yang kekal bagi kalbu, sebab dengan al-Qurán pelita hati akan
tetap menyala terang dan akan tetap memperolehi petunjuk. Bertambahnya perpaduan
cahaya hati dan pancarannya bergantung kepada kadar penunaian seseoang terhadap
29. 29
kandungan al-Qurán dan misykat atau jasad akan memantulkan cahaya ini sehingga
jalan baginya menjadi terang dan juga bagi yang lain.
“Allah membimbing kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dia kehendaki dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”
Maksudnya Allah membimbing kepada cahaya syariat-Nya atau Allah memberi hidayah
kepada siapa yang Dia kehendaki dari ahli Iman sehingga mereka memperolehinya dan
mengikuti petunjuk yang diberikan kepada mereka.
Ayat berikutnya menjelaskan tentang tempat mereka yang hatinya dipenuhi cahaya dan
hidayah:
“Di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di
dalamnya.”
Ketika menerangkan ayat misykat (lubang yang tidak tembus) yang terdapat di
sebahagian rumah Allah, yaitu masjid, an-Nasafi mengulas bahwa Misykat adalah jasad
orang mukmin yang hatinya adalah mencintai masjid. Dapat disimpulkan bahwa titik
tolak kepada pendidikan keimanan yang tinggi adalah masjid dengan cara menyucikan
diri di dalam masjid pada waktu pagi dan pada waktu petang dengan melaksanakan salat
di dalamnya. Ini adalah karena mereka adalah lelaki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak pula dari jual beli dari mengingat Allah, dari mendirikan salat, dan
dari membayar zakat. Mereka takut pada satu hari (yang di hari itu) hati penglihatan
menjadi goncang.
Dalam bahasa tasawuf, sufi hakikat muhammad berhubungan dengan roh al quddus
dengan roh al-muhammadiyah. dibawah ini penulis kemukakan analis hal tsb dalam
perspektif wali agung syaikh abdul qodir al-jaelani dan juga dalam perspektif wali di
tanah jawa , yang sebagian perjalanan pemahaman tentang tasawufnya banyak di
pengaruhi oleh wali agung syaikh al-jaelani.
Anda mungkin pernah bertanya-tanya mengapa wajah rasulullah tidak bisa atau tidak
boleh di gambarkan? .. alasan yang muncul kadang karena pada saat itu belum ada
fotografi sehingga gambarnya tidak mungkin tepat. kalau hanya itu alasanya .kurang
tepat bagi saya, karena pasa masa nabi-nabi yang lain juga belum ada tekhnik foto, dan
tidak dipermasalahkan gambar-gambar para nabi dan wali yang ada.
Kalau kita melihat banyak kitab dan buku yang ada, pengambaran Allah dan Nabi
Muhammad diilustrasikan dengan dengan cahaya yang terang benderang. inspirasi dari
ilustrasi cahaya tersebut sebenarnya berasal dari QS : Al-Nur : 35 tentang nur
illahi.sementara muhammad adalah personalisasi di dunia nur tsb. maka dalam hal sosok
muhammad yang harus di perhatikan bukan person historisnya ,akan tetapi essensinya
dalam bentuk substansi nur muhammad. cahaya pilihan dalam bentuk manusia yang
terpuji (Sempurna). karena justru dengan nur muhammad itulah, maka person historis
30. 30
Nabi Muhammad bermakrifat secara musyahadah dan dengan mata telanjang(Ibn
Arabi:26) dan dengan cahaya makrifat Nabi Muhammad maka seluruh makhluk dapat
mengenali, dan melalui keutamaannya mengungguli seluruh makhluk, mereka memberi
pengakuan. jelas menurut syaikh al-jaelani, Nur Muhammad ciptaan pertama dan utama
Allah, yang di cipta dari nur Allah (esensi) sendiri, atau memang cahaya khusus yang
di karuniakan Allah sendiri, untuk merujuk pada keutamaan dan kemuliaanya sebagai
prototipe al-insan al-kamil (al-jaelani:121).
Dalam kaitan bahwa Nabi Muhammad Hakikatnya bukan sosok historisnya yang harus
di rujuk, maka asma’ Muhammad bukanlah nama asal dari rasulullah yang agung ini.
muhammad adalah nama dunianya, dimana nama aslinya sejak kecil adalah “Ahmad”,
sosok yang penuh dengan keterpujian. sementara secara sepiritualnya, dan dalam
posisinya terhadap Allah, Rasulullah mengemukakan dirinya sendiri bahwa : Ana
Ahmadun bi-la mim” .Artinya pada dirinya tidak lain penyandang nama “Ahad” dia
adalah pengejawentahan dari yang esa. inilah yang juga di sebut Roh Al- Quds, roh suci
untuk meneruskan penzahiran yang paling sempurna dalam peringkat alam lahut (Al-
jaelani:27) dalam hal ini para wali kuno tanah jawa memberikan penjelasan secara tepat
sbb:
‘…. Muhammad itu pada hakikatnya Nur Allah, yang dalam bentuk lahir ialah
Muhammad…’ persis ungkapan Al ghazali: bahwa muhammad yang seorang
nabi/rasul dengan muhammad yang seorang arab mesti kita harus bisa
membedakan walaupun memang kenyataanya nabi muhammad lahir di jazirah
arab.
Disinilah rahasia dari menyatunya syahadat rasul ke dalam syahadat tauhid, dan
inilah jawaban mengapa sejak Nabi Adam AS menghuni surga, digerbangnya sudah
terdapat tulisan syahadat rasul ini. ya Nur Muhammada selalu menyertai roh dari semua
jiwa yang akan dan pernah ada di alam semesta ini. ini pula kunci rahasia mengapa para
nabi yang pernah ada memohon kepada Allah agar di jadikan sebagai umat Nabi
Muhammad S.A.W.(Al-jaelani :121).
Nur muhammad dalam perspektih Syaikh Abdul Qodir Al-jaelani di sebut dengan
sebutan Roh Muhammad, yang diciptakan dari cahaya ketuhanan (nurun ala nurin) nur
Muhammad merupakan realitas gaib yang menjadi inti segala penciptaan. oleh
karenannya kadang ia disebut Nur, Roh, Qalam (tercipta dari perkataan kun). ia
merupakan realitas yang memiliki banyak nama menurut fungsi dan dari mana sudut
mana kita memandang (al-jaelani:7).
Maka realitas batin seperti inilah yang diberikan kepada orang-orang sufi sebagai
Hakikat Al-Muhammadiyah. jika disebut dengan nur tau cahaya karena ia memang
bebas dan bersih dari segala kegelapan, karena adanya cahaya tesebut, realitas dalam
fungsinya didunia tampak pada gelarnya sebagai ‘Aql al-kull (Akal semesta) karna
pengetahuanya tentang segala sesuatu.ia mendapat gelar Qalam.karena dari
pengetahuanya dalam akal semesta ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan
31. 31
ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan. ia disebut roh karena menjadi esensi kehidupan,
dan memunculkan yang hidup.
Maka menurut Al-jaelani, Muhammad adalah nama insan dalam alam gaib,
dimana roh berkumpul, yang menjadi sumber dan asal segala sesuatu. di sinilah letak
dari logika bahwa Allah menciptakan alam, karena akan menciptakan person dari
muhammad utk keperluan alam ini. dari kelahiran nur muhammad inilah diikuti oleh
penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta Arsy-nya.
Dalam pengejawentahanya,menurut al jaelani dan para tokoh sufi lainya, Allah
kemudian menurunkan nur dari tempat kejadianya, yaitu alam lahut ke alam asma’
Allah, yaitu alam penciptaan sifat-sifat Allah dan alam akal roh semesta. kemudian di
turunkan lagi ke alam malaikat utk di pakaikan pakaian kemalaikatan. lalu di turunkan
lagi ke alam ajsam yang terjadi unsur api, udara, air dan tanah, disitulah roh diberikan
jasmaniah beserta nafsu-nafsunya.
Setelah roh mengalami badanisasi inilah ia mulai mengalami kehilangan nur, dan lupa
akan asal serta perjanjian azalinya dengan Allah. namun Allah juga tetap memberikanya
bekal utk kembali dalam bentuk mata hati atau bashirah yang menjadi gerbang bagi
gerak bebas roh al -idhafi sebagai mursyid setiap jiwa. hanya saja , basirah ini akan
berfungsi optimal kalau seseorang selalu berada dalam taqarrubnya kepada Allah.
Dengan bashirahnya inilah ia akan sanggup menembus kabut alam gaib, dan
menyingkap segala hijab yang menjadi penghalangnya untuk kembali kepada Allah.
orang sudah dapat memfungsikan bashirahnya dan mendayagunakan Roh Al-
Muhammad-nya sebagai pusat perjalanan spiritualnya. maka ia akan bisa menembus
semesta, karena letak nur muhammad itu sendiri berada di langit tujuh berada dalam
arsy-nya yang menyatu dan menyanding dengan Allah itu sendiri. ia akan dapat kembali
terserap dalam kesatuan nur essensial. sehingga ia dapat melihat apa yang belum pernah
dilihat, dan mengatasi semua penglihatan dan benda yang dapat dilihat..
Menurut Al-jaelani, hal yang di perlukan orang awam untuk membuka bashirahnya
adalah dengan mencari orang yang bashiraohnya sudah terbuka dan sudah di daya
gunakan secara optimal. hanya melalui orang yang sudah mata hatinya sudah di
fungsikan secara semestinya, orang awam dapat memasuki dunia sufisme, serta
menunggu giliranya utk terbukanya mata bashirohnya kepada Allah.karna hanya
dengan terbukanya pintu bashirohnya inilah, maka ia dapat menjalani fungsi utamanya
di ciptakan didunia, yakni utk bermakrifatullah. yang harus di ingat adalah bahwa bahwa
posisi Roh Al-Muhammadiyah ini hanya dapat bertahan dan berfungsi pada pribadi
rasul,nabi,auliya’ dan kekasih-kekasinya. maka tidak ada pilihan lain bagi diri kita
masing-masing utk semaksimal mungkin agar dapat menjadi hamba dan kekasih Allah.
Tentu sempat muncul pertanyaaan , mengapa roh suci ini di turunkan kedunia
yang fana’ ini ? ia di hantarkan ketempat yang paling terendah supaya ia dapat kembali
keasalnya yaitu berpadu dan berdampingan dengan Allah saja atau innal lillahi wa inna
ilahi rajiun. seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. melalui
32. 32
mata hati yang ada di dalam wadag-nya, ia dapat selalu menanam, memelihara dan
memupuk benih kesatuan dan ke-esaan, serta berusaha menyuburkan rasa “berpadu”
dan berdampingan” dengan Allah. demikian menurut Syaikh Abdul QodirAl-Jaelani.
Adapun ganjaran bagi roh suci, menurut al-jaelani, adalah melihat makhluk yang
pertama dilahirkan. ketika itu, ia akan dapat melihat keindahan Allah. kepadanya di
perlihatkan rahasia illahiah. penglihatan dan pendengaranya menjadi satu. tidak ada
perbandingan, tidak ada persamaan, dengan sesuatu apapun. dilihatnya kesatuan jalal
(kegagahan, kemurkaan)dengan sifat jamal(keindahan, kecantikan) Allah. sifat jalal dan
jamal menjadi satu dalam pandanganya. Inilah kunci kearifan dirinya sebagai buah
makrifat dan hakikat yang telah di saksikan dan dialami oleh roh suci. ia mendapat
karunia kebeningan dan kesucian batinya berupa shafa’ al-asror (rahasia-rahasia suci).
dan pengalaman parawali inilah yang menjadikan benar-benar hidup di sisi tuhanya,
walaupun jasad kita kembali kepada zatnya masing. inilah kehidupan sejati yang perlu
kita capai hidup penuh dengan kesempurnaan di sisi Allah S.W.T.
Maka dapat disimpulkan bahwa dari semua pendapat diatas dan penjelasan
diatas, kita dapat menarik sebuah kesimpulan atau garis besarnya. Yaitu pada
hakikatnya Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan. bahkan Imam Al-Ghazali r.a mengatakan dalam kitabnya bahwa qolbu, ruh,
akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun).
Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah satu hal yang
sama, memiliki fungsi dan tugas yang sama. Tinggal bagaimana kita membina,
menuntun keempat hal ini agar betul-betul mampu mengantarkan kita lebih dekat
dengan Allah S.W.T., dan mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita yaitu
bertemu dengan-Nya, bersumber dari : Kitab Qothrul Ghoits, Kitab Bidayatussalikiin,
Kitab Sirrul Asror, Ihya; ulumuddin, sumber lisan maupun tulisan
Demikianlah pokok bahasan mengenai Hakikat Insan dalam diri keturunan
Adam Alaihissalam, merupakan segala bentuk maklumat yang diperlukan oleh manusia
sebagai bekal untuk menjadi khalifah di bumi.
Semoga kitab ini ada mamfaat dan Rahmat Allah Subhana wa Ta’ala senantiasa dalam
lindungan kita menuju kemaslahatan hidup didunia dan kelak di akhir hayat kita
berakhir dalam Chusnul Chatimah, Amin ya Rabbul Alamin.
WABILLAHI TAUFIK WAL HIDAYAH, WASSALAMU’ALAIKUM
WARHMATULLAHI WA BARKATUH
MANGKASSARAQ
posted on, 26 Dzulhijah 1440 H,
by zhaponk
Tumbuh melata sipokok tebu, Ditepi pasar jualan daging,
Banyak harta tidak berilmu, Bagai rumah tidak berdinding.