Dokumen tersebut membahas tentang stoikiometri, yang merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari kuantitas zat dalam reaksi kimia. Dokumen tersebut menjelaskan konsep stoikiometri reaksi, stoikiometri larutan, stoikiometri gas, hukum-hukum dasar gas, dan perhitungan kimia yang terkait dengan stoikiometri.
2. Pengertian Stoikiometri
Stoikiometri berasal dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu
Stoicheion yang berarti "unsur" dan Metron yang berarti
"pengukuran".
“ Stoikiometri merupakan pokok bahasan dalam ilmu kimia yang
mempelajari tentang kuantitas zat dalam suatu reaksi kimia.”
3. Stoikiometri reaksi
• Sudah diketahui bahwa jumlah persamaan kimia
menyatakan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam
reaksi. Banyaknya atom yang terlibat dapat diungkapkan
dalam persamaan kimia, yakni ditunjukan pada koefisien.
• Contoh :
2H2 + O2 H2O
4. Persamaan kimia di atas mengandung makna :
• Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien reaksi pada
persamaan kimia menunjukkan oerbandinganjumlah mol zat-zat
yang bereaksi dan zat hasil reaksi.
• Pereksi pembatas dan reaksi berlebihan
• Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan
karenanya menjadi pembatas bagi dikatakan berlebih, karen tidak
habis bereaksi atau bersisa.
2 molekul H2 + 1 molekul O2 2 molekul H2O
Atau
2 n molekul H2 + n molekul O2 2 n molekul H2O
5. Stoikiometri Larutan
• Beberapa ungkapan untuk menyatakan konsentrasi suatu
larutan telah dibahas dalam Bab 1 seperti % massa dan %
volume berdasarkan massa zat, sedangkan untuk
menyatakan konsentrasi atau kepekaan suatu larutan pada
umumnya menggunakan konsep mol.
6. A. Molaritas (M)
• Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk
menyatakan jumlah mol zat terlarut perliter larutan,
dilambangkan dengan huruf M. Secra sistematis dapat
diungkapkan dengan persamaan :
• Konsentrasi molar (M) = n
V
7. B. Pengenceran larutan
• Untuk tujuan ini perlu mengetahui hubungan molaritas
larutan sebelum dan sesudah pengenceran. Untuk
memperoleh hubungan tersebut pertama menulis ulang
molaritas :
• Konsentrasi molar (M) = n
V
• Rumus tersebut dapat disusun ulang menjadi :
• Rumus pengenceran:
M1 x V1 = M2 x V2
Mol zat terlarut = molaritas x liter larutan
8. Stoikiometri gas
• Terdapat dua alasan untuk mempelajari materi berwujud
Gas. Pertama, perilaku gas mudah dikarakterisasi karena
hampir semua sifat-sifat gas tidak bergantung pada jati diri
gas.
• Terdapat beberapa hukum dasar yang dapat menerapkan
perilaku gas berdasarkan eksperimen
laboratorium,diantaranya adalah hukum :
9. 1. Bunyi Hukum Boyle
Hukum Boyle berbunyi:
• Tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya asalkan
suhunya tetap. Dalam bentuk persamaan, hukum Boyle
dapat dirumuskan dengan:
Keterangan: p = Tekanan dan V = Volume gas.
• Dalam suhu dan ruang tetap, jika tekanan naik maka volume
akan turun, dan sebaliknya, jika tekanan turun maka volume
akan naik.
pV = konstan atau p1V1 = p2V2
Perhatikan gambar dibawah ini…
10. Jika volume dikecilkan
maka tekanan akan naik
dalam suhu dan ruang
tetap, jika tekanan naik
maka volume akan turun,
dan sebaliknya, jika
tekanan turun maka
volume akan naik. Hal ini
bisa dilihat pada pompa
sepeda,jika kita
mendorong pompa ke
bawah, maka volume
udara dalam pompa akan
mengecil dan tekanan
udara dalam pompa akan
naik sehingga mampu
meniupkan udara ke
dalam ban sepeda.Gambar pompa sepeda, jika volume dikecilkan
maka tekanan akan naik
11. 2. Bunyi Hukum Gay Lussac
Hukum Gay Lussac berbunyi:
• Volume gas sebanding dengan suhunya asalkan
tekanannya tetap.
• Dalam bentuk persamaan, hukum Gay Lussac dirumuskan sebagai
berikut:
• Keterangan: V = Volume dan T = Suhu.
V/T = konstan atau V1/T1 = V2/T2
Perhatikan gambar dibawah ini…
12. Pada tekanan tetap, udara yang
dipanaskan akan mengembang, dan
sebaliknya, udara yang didinginkan
akan menyusut. Hal ini dapat dilihat
pada balon udara. Udara pada balon
udara dibuat panas supaya udaranya
mengembang sehingga lebih ringan dari
udara sekitar, oleh karena itu balon udara bisa terbang.
• Description: gas ideal pada balon udara jika suhu naik maka
maka volume bertambah
13. C. Hukum Boyle-Gay Lussac
• Hukum Boyle-Gay Lussac merupakan sintesis dari Hukum Boyle
dan Hukum Gay Lussac, sehingga kedua rumus tersebut dapat
disatungan menjadi:
• Sedangkan dalam kondisi ideal, rumus persaamaan gas ideal
menurut Hukum Boyle-Gay Lussac adalah:
Keterangan:
• k = Konstanta Boltzmann (1,38 . 10-23 J.K-1)
• N = jumlah partikel gas
P.V/T = konstan, atau P1.V1/T1 = P2.V2/T2
p.V = N.k.T
14. Persamaan Umum Gas Ideal
• Berdasarkan Hukum gas yang disampaikan dalam Hukum
Boyle dan Hukum Gay Lussac, maka didapatkan persamaan
umum gas ideal sebagai berikut:
Dimana :
p = tekanan gas V = volume gas
n = jumlah mol gas R = tetapan gas = 8,314 kJ.mol-1.K-1
=0,08205 liter.atm.mol-1.K-1
T = suhu gas (K)
• Sedangkan jumlah mol dapat dicari dengan rumus:
• Dimana: n = jumlah mol
m = massa total gas
M = massa molekul relatif partikel
p.V = n.R.T
N = m/M = gr/Mr
15. Perhitungan Kimia
• Banyak permasalahkan stoikiometri yang harus dipahami
terutaa bagi mereka yang bekerja sebagai analisis kimia di
indrustri atau laboratorium.stoikiometri merupakan dasar
dalam perhitungan kimia, sehingga perlu pemahaman yang
benar utuh dan menyeluruh.
16. 1. Perubahan Massa dan Mol
• Jumlah Mol sutu zat A dari massa zat A dapat ditentukan
dengan menggunakan massa molar.
• Mol zat A = massa A x 1 mol A / Massa molar A
• Penyusunan ulang persamaan di atas dapat digunakan
untuk menentukan massa zat A yang sama dengan jumlah
zat A dalam satuan Mol.
17. 2. Pengubahan Volume dan Massa Melalui Kerapatan
• Kerapatan atau massa jenis didefinisikan sebagai massa per
volum yang diketahui atau mencari volume massa dan
kerapatan diketahui :
• Massa = kerapatan x volume atau volume = massa /
kerapatan