3. DEFINISI STOIKIOMETRI
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik
sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi.
Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur
dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin
Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar
stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan
kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain.
Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu
antara lain persamaan kimia dan konsep mol.
Stoikiometri berhubungan dengan segala sesuatu aspek kuantitatif, komposisi dan reaksi
kimia dengan cara perhitungan kimia untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia.
4. Adakalanya di laboratorium kita harus mereaksikan
sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah gram
zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita
memiliki sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B yang
akan dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan itu kita
memerlukan stoikiometri !
5. Konsep Dasar
Rumus kimia suatu zat menyatakan jenis dan jumlah relatif
atom yang terdapat dalam zat tersebut.
Rumus molekul menyatakan jenis dan jumlah atom dalam
molekul itu.
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan paling
sederhana unsur-unsur dalam rumus.
Massa atom relatif (Ar) menyatakan perbandingan massa rata-
rata satu atom suatu unsur .
Massa molekul relatif (Mr) adalah bilangan yang menyatakan
harga perbandingan massa 1 molekul suatu senyawa.
7. Stoikiometri Reaksi merupakan bidang kajian ilmu kimia, yang
mempelajari hubungan kuantitatif zat-zat kimia yang
terlibat dalam reaksi kimia.
Contoh : 2H2 + O2 2H2O
Persamaan kimia ini mengandung makna :
2 molekul H2 + 1 molekul O2 2 molekul H2O
Atau
2 n molekul H2 + n molekul O2 2 n molekul H2O
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien
reaksi pada persamaan kimia menunjukkan Perbandingan
jumlah mol zat-zat yang bereaksi dan zat hasil reaksi.
1. Stoikiometri Reaksi
9. Pada stoikiometri larutan diantara zat – zat yang terlibat reaksi sebagian
atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal – soal yang
menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia
sederhana yang menyangkut kuantitas antara suatu komponen dengan
komponen lain dalam suatu reaksi.
Jika larutan asam dicampurkan dengan larutan basa akan terjadi reaksi,
yaitu : reaksi pengikatan ion H+ dari asam oleh OH- dari basa
menghasilkan air (H2O), reaksi ini disebut reaksi netralisasi.
Contoh :
Asam + Basa garam + air
HCL + NaOH NaCl + H2O
2. Stoikiometri Larutan
10. Molaritas (M)
Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk
menyatakan jumlah mol zat terlarut perliter larutan, dilambangkan dengan
huruf M. Secara sistematis dapat diungkapkan dengan persamaan :
Konsentrasi molar (M) = Jumlah Mol
V Larutan
2. Stoikiometri Larutan
*Contoh Soal :
Dua gram NaOH dilarutkan dalam air sehingga volume larutan mencapai
250 Ml. Hitung molaritas larutan !
Penyelesaian :
2 gram NaOH = 0,05 mol = 50 mmol
M = mmol = 50 mmol = 0,2 M larutan NaOH
mL 250 mL
11. Pengenceran larutan
Untuk tujuan ini perlu mengetahui hubungan molaritas
larutan sebelum dan sesudah pengenceran.
Mol zat terlarut = molaritas x liter larutan
Rumus pengenceran M1 x V1 = M2 x V2
2. Stoikiometri Larutan
*Contoh Soal :
100 Ml larutan CH3COOH 0,2M ditambahkan air sehingga volume menjadi
500 Ml. Hitunglah moralitas larutan setelah penambahan air !
Penyelesaian :
V1 = 100 Ml V2 = 500mL
M1 = 0,2M M2 = ?
100mL x 0,2M = 500 mL X M2
M2 = 0,2M x 100mL = 0,04M
500 mL
13. Perilaku gas mudah dikarakterisasi karena hampir semua
sifat-sifat gas tidak bergantung pada jati diri gas.
Terdapat beberapa hukum dasar yang dapat menerapkan
perilaku gas berdasarkan eksperimen
laboratorium,diantaranya adalah hukum :
Hukum
Boyle
Hukum Gay
Lussac
Hukum
Boyle – Gay
Lussac
3. Stoikiometri Gas
14. Hukum Boyle
✘ Hukum Boyle berkenaan dengan hubungan antara volume gas dan
tekanan gas pada suhu tetap.
✘ Hukum Boyle berbunyi: Tekanan gas berbanding terbalik dengan
volumenya asalkan suhunya tetap dalam bentuk persamaan,
✘ Hukum Boyle dapat dirumuskan dengan:
pV = konstan, atau p1V1 = p2V2
Dimana, p = tekanan
V = volume gas.
A .
3. Stoikiometri Gas
15. Dalam suhu dan ruang tetap, jika tekanan naik maka volume akan turun, dan
sebaliknya, jika tekanan turun maka volume akan naik. Hal ini bisa dilihat pada
pompa sepeda,jika kita mendorong pompa ke bawah, maka volume udara
dalam pompa akan mengecil dan tekanan udara dalam pompa akan naik
sehingga mampu meniupkan udara ke dalam ban sepeda.
*Gambar pompa sepeda, jika volume dikecilkan maka tekanan akan naik
16. CONTOH SOAL HUKUM BOYLE
1. Sejumlah gas ideal pada mulanya mempunyai tekanan P dan volume V. Jika gas tersebut mengalami
proses isotermal sehingga tekanannya menjadi 4 kali tekanan semula maka volume gas berubah
menjadi…
Jawaban :
Diketahui :
Tekanan awal (P1) = P
Tekanan akhir (P2) = 4P
Volume awal (V1) = V
Ditanya : volume akhir gas (V2)
Jawab :
Hukum Boyle (proses isotermal atau suhu konstan) :
P V = konstan
P1 V1 = P2 V2
(P)(V) = (4P)(V2)
V = 4 V2
V2 = V / 4 = ¼ V
Volume gas berubah menjadi ¼ kali volume awal.
17. Hukum Gay Lussac
✘ Hukum Gay Lussac berbicara tentang hubungan antara volume gas
dan suhu gas pada tekanan yang sama.
✘ Hukum Gay Lussac berbunyi:
“ Volume gas sebanding dengan suhunya asalkan tekanannya
tetap Dalam bentuk persamaan “
✘ Hukum Gay Lussac dapat dirumuskan dengan:
V/T = konstan, atau V1/T1 = V2/T2
✘ Dimana, V = Volume
T = Suhu
B .
3. Stoikiometri Gas
18. Pada tekanan tetap, udara yang dipanaskan akan mengembang, dan
sebaliknya, udara yang didinginkan akan menyusut. Hal ini dapat
dilihat pada balon udara. Udara pada balon udara dibuat panas
supaya udaranya mengembang sehingga lebih ringan dari udara
sekitar, oleh karena itu balon udara bisa terbang.
*Balon udara dinayalakan dan siap diterbangkan.
19. Contoh Soal Hukum Gay Lussac
1 . Sejumlah gas pada mulanya mempunyai tekanan P dan suhu T. Jika gas tersebut mengalami proses isokhorik
sehingga tekanannya menjadi 4 kali tekanan semula maka suhu gas berubah menjadi…
Jawaban :
Diketahui :
Tekanan awal (P1) = P
Tekanan akhir (P2) = 4P
Suhu awal (T1) = T
Ditanya : suhu akhir (T2)
Jawab :
Hukum Gay-Lussac (proses isokhorik atau volume konstan) :
Suhu gas berubah menjadi 4 kali suhu awal.
20. Hukum Boyle - Guy Lussac
✘ Hukum Boyle- Gay Lussac merupakan sintesis dari Hukum Boyle dan
Hukum Gay Lussac, sehingga kedua rumus tersebut dapat disatukan
menjadi:
P.V/T = konstan, atau P1.V1/T1 = P2.V2/T2
✘ Sedangkan dalam kondisi ideal, rumus persaamaan gas ideal
menurut Hukum Boyle-Gay Lussac adalah:
p.V = N.k.T
Dimana: k = konstanta Boltzmann (1,38 . 10-23 J.K-1)
N = jumlah partikel gas
C.
3. Stoikiometri Gas
21. Contoh Soal Hukum Boyle – Gay Lussac
Diketahui 1 mol gas N2 pada tekanan 2 atm pada volume 15 liter pada
temperatur 27oC. Berapakah volume gas pada tekanan 3 atm dengan temperatur
30oC ?
Jawaban :
Diketahui : V1 = 15 liter T1 = (273 + 27) = 300oK
P1 = 2 atm T2 = (273 + 30) = 303oK
P2 = 3 atm
Ditanya : V2 = ?
Jawab : P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
2 x 15 / 300 = 3.V2 / 303
V2 = 10,1 liter
K = Kelvin
Atm = tekanan
22. Persamaan Umum Gas Ideal
Berdasarkan Hukum gas yang disampaikan dalam Hukum Boyle dan Hukum Gay Lussac,
maka didapatkan persamaan umum gas ideal sebagai berikut:
p.V = n.R.T
Dimana : p = tekanan gas
V = volume gas
n = jumlah mol gas
R = tetapan gas = 8,314 kJ.mol-1.K-1 = 0,08205 liter.atm.mol-1.K-1
T = suhu gas
Sedangkan jumlah mol dapat dicari dengan rumus:
n = m/M = gr/Mr
Dimana : n = jumlah mol
m = massa total gas
M = massa molekul relatif partikel
23. 1. Equivalent chapter of P Bahadur's
Physical Chemistry
2. www.indogeek.com/2015/01/hukum-
boyle-gay-lussac-rumus-persamaan-gas-
ideal.html
3.Puba.michael.2006.stoikiometri.jakarta:
erlangga
Referensi
24. TERIMA KASIH ATAS
PERHATIAN DAN KERJA
SAMANYA
APAKAH ADA PERTANYAAN
UNTUK MATERI APLIKASI
STOIKIOMETRI INI ?
Feel free to ask