SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
1
1.Undang-undang No. 42 Tahun 2008
2.Undang-undang No. 42 Tahun 2008
3.Putusan MK No.102/PUU-VII/2009
Nama : Yuni Arifiani
Nim : 11010113120035
Kelas : B
Tanda Tangan :
1. Penafsiran yang digunakan oleh MK dalam Putusan MK No. 102/PUU-VII/2009
Awal putusan MK No.102/PUU-VII/2009 adalah adanya pengajuan judial review
kepada MK yang dilakukan oleh pemohon atas nama (1) Refly Harun dan (2) Maheswara
Prabandono. Mereka mengajukan judicial review terhadap Pasal 28 Undang-undang No 42
Tahun 2008 yang berbunyi “ Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga Negara
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 harus terdaftar dalam daftar pemilih” 1
dan Pasal 111 ayat (1) UU No 42 Tahun 2008 yang berbunyi 2 “ pemilih yang berhak
mengikuti pemungutan suara di TPS meliputi :
1. Pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap pada TPS yang bersangkutan; dan
2. Pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tambahan
Menurut mereka dengan adanya Pasal 28 dan Pasal 111 ayat (1) UU No. 42 Tahun
2008 telah bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3) UUD
NRI Tahun 1945 serta berpotensi merugikan hak konstitusional para pemohon yaitu hak
memilih padahal hak memilih dijamin dalam konstitusi. Para pemohon terancam tidak
memilih dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tanggal 8 Juli 2009 bila
tidak tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT), meskipun dirinya sudah berusia 17
tahun dan/atau sudah kawin.
Penafsiran yang dilakukan oleh MK dalam putusan ini adalah dengan menggunakan
metode sosiologis yaitu metode penafsiran yang mendasarkan diri pada penafsiran yang
bersifat sosiolgis yang didasarkan pada konteks sosial ketika naskah tersebut dibentuk.
Penafsiran ini dilakukan apabila makna undang-undang ditetapkan berdasarkan tujuan
kemasyarakatan. Disini peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan
situasi sosial yang baru, jadi peraturan hukum yang lama disesuaikan dengan keadaan baru
atau dengan kata lain peraturan yang lama dibuat aktual. Hal itu ditunjukan dalam
pertimbangan MK bahwa dalam persidangan Mahkamah menemukan fakta hukum, sebagai
berikut 3:
 Bahwa para pemohon kehilangan haknya untuk memilih pada Pemilu DPR,DPD, dan
DPRD Tahun 2009 karena tidak terdaftar dalam DPT;
 Bahwa para pemohon sama sekali tidak mendapatkan informasi sosialisasi yang
memadai tentang DPT;
 Bahwa para pemohon telah berusaha sedemikian rupa untuk berpartisipasi dalam
Pemilu dengan memeriksa DPT dan undangan pada alamat lama para Pemohon pada
Pemilu Tahun 2004 dan pada alamat para Pemohon saat ini, namun belum
memperoleh informasi dan undangan untuk memilih di TPS
Berdasarkan fakta hukum tersebut yang dihubungkan dengan kondisi saat ini dalam
menyongsong Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, maka Mahkamah berpendapat
diperlukan adanya solusi untk dapat melengkapi DPT yang sudah ada sehingga
penggunaan hak pilih warga negara terlindungi karena ketenttuan yang mengharuskan
seorang warga negara yang terdaftar sebagai pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)
lebih merupakan prosedur administratif dan tidak boleh menegasikan hal-hal yang bersifat
substansial yaitu hak warga negara untuk memilih dalam pemilihan umum.
Maka berdasarkan pertimbangan Mahkamah tersebut, MK memberikan putusan untuk
mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian dan menyatakan Pasal 28 dan
Pasal 111 UU No.42 Tahun 2008 adalah konstutisional sepanjang diartikan mencakup
warga negara yang tidak terdaftar dalam DPT dengan syarat dan cara yang telah
ditentukan.
Dengan adanya putusan tersebut jika dikaitakan dengan metode penafsiran sosiologis,
MK telah memberikan keputusan yang memperhatikan maksud dan tujuan dari UU
tersebut dengan melindungi hak memilih dari warga negara yaitu dengan cara
memberikan Putusan yang bersifat self executing yang langsung dapat diterapkan oleh
KPU tanpa memerlukan Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu) guna melindungi,
menjamin dan memenuhi hak konstitusinal warga negara untuk menggunakan hak
pilihnya. Dalam hal ini MK tidak membatalkan Pasal 28 dan Pasal 111 ayat (1) UU No.
42 Tahun 2008 dan tetap menyatakan konstitusional, dalam hal ini adalah konstitsioanl
bersyarat karena Pasal tersebut masih berlaku sah sepanjang dimaknai apa yang diminta
oleh MK. Putusan ini dimaksudkan agar sesuai dengan hukum dan rasa keadilan
masyrakat.
2. Penafsiran sistematis “dipilih secara demokratis”
Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945 menyebutkan “ Gubernur, bupati dan
walikota masing-masing sebagai kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.” Pasal ini ditafsirkan secara sistematis yang artinya dilakukan dengan cara
mencari makna kata yang terdapat di suatu peraturan perundang-undangan yang terkait
dan melihat kaidah yang terkandung didalamnya.
Pasal ini dikaitkan dengan pasal-pasal yang terdapat dalam UUD NRI 1945.
Yang pertama adalah Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945
menunjukan bahwa Negara kesatuan ditinjau dari segi susunannya adalah negara yang
tidak tersusun dari beberapa negara (federasi), tetapi hanya ada satu negara atau dengan
kata lain tidak ada negara didalam negara. Seperti halnya di Indonesia, tidak mempunyai
daerah didalam lingkungannya yang bersifat staat atau negara, yang ada hanya daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang diperkuat oleh
pasal 18 Ayat (1) UUDNRI Tahun 1945, dimana daerah-daerah tersebut masih dalam
wadah NKRI. Pemerintahan pun hanya ada satu yaitu pemerintah pusat yang mempunyai
kekuasaan tertinggi disegala bidang pemerintahan.
Selain itu pada Pasal 1 ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 ini juga menyatakan
Negara Indonesia berbentuk Republik, yang artinya kekuasaan pemerintahan bersumber
dari rakyat bukan dari prinsip keturunan sehinnga Indonesia dipimpin atau dikepalai oleh
seorang Presiden. Dan untuk mewujudkan pasal tersebut bahwa seorang Presiden dipilih
oleh rakyat maka dalam Pasal 2 UUDNRI Tahun 1945 menyatakan kedaulatan itu berada
ditangan rakyat artinya sumber kekuasaan itu berasal dari rakyat. Sedangkan perwujudan
dari kedaulatan rakyat itu sendiri adalah demokrasi yang merupakan sistem yang tegak
3
1.Undang-undang No. 42 Tahun 2008
2.Undang-undang No. 42 Tahun 2008
3.Putusan MK No.102/PUU-VII/2009
diatas prinsip kedaulatan rakyat, dengan dua nilai pokok yang melekat padanya, yaitu
kebebasan dan kesederajatan.
Sebagai perwujudan demokrasi, didalam Internasional Commission Of Jurist,
Bangkok Tahun 1965,dirumuskan bahwa” penyelenggraan pemilihan umum yang bebas
merupakan salah satu syarat dari enam syarat dasar bagi negara demokrai perwakilan
dibawah rule of law. Pemilihan umum adalah suatu lembaga yang berfungsi sebagai
sarana penyampaian hak-hak demokrasi rakyat dan pelakasaanya sendiri sudah dijamin
didalam Pasal 22E UUDNRI Tahun 1945. Pemilu dilakukan guna memilih
DPD,DPR,Presiden dan Wakil Presiden serta DPRD (Pasal 6A dan Pasal 22E ayat (2)
UUDNRI tahun 1945), termasuk didalamnya adalah Pemilihan Kepala Daerah, yaitu
Gubernur,Bupati dan Walikota juga dipilih secara demokratis (Pasal 18 ayat (4) UUDNRI
Tahun 1945).
Kepala daerah adalah orang yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat
untuk menjalakan pemerintahan di daerah dan kedudukannya sama tinggi dengan DPRD.
Pemerintahan daerah itu sendiri terdiri dari Kepala daerah dan lembaga eksekutif yaitu
DPRD. Dalam menjalankan tugasnya kepala daerah dibantu oleh Wakil Kepala Daerah
beserta perangkatnya sama seperti halnya Presiden pada Pasal 4 UUD NRI Tahun 1945
Presiden dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh satu orang wakil presiden. Dalam
pemilihan pun sama dengan pemilihan Presiden yaitu merujuk pada Pasal 6A ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945 dimana Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat. Ditunjukan dengan adanya Pasal 18 ayat (4) UUD NRI
Tahun 1945 bahwa Kepala daerah dipilih secara demokratis.
Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 (sesudah perubahan) belum memungkinkan
mencantumkan secara eksplisit bahwa Kepala Daerah dipilih secara langsung, oleh sebab
itu diambil kesepakatan kepala daerah dipilih secara demokratis.
Jimmly Asshiddiqie mengatakan bahwa pengertian “dipilih secara
demokratis” maknanya bersifat luwes sehingga dalam pengaturan selanjutnya bisa dipilih
secara langsung atau tetap dipilih oleh DPRD sebagaimana praktik sebelumnya. Berbeda
untuk pemilihan anggota DPRD yang secara eksplisit ditegaskan dipilih melalui Pemilu.
Pengaturan ini kecuali melembagakan cara pengisian anggota DPRD dalam konstitusi,
namun yang lebih penting dari pada itu sebenarnya juga menegaskan tidak ada lagi
pengisian anggota DPRD melalui pengangkatan seperti dalam praktuk sebelumnya.

More Related Content

What's hot

Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945ZlatAn AfrhymovIc
 
Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA Fenti Anita Sari
 
Bahan tayangan uud
Bahan tayangan uudBahan tayangan uud
Bahan tayangan uudRochimudin
 
Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Nandya Guvita
 
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanUu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanYudhi Aldriand
 
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110natal kristiono
 
PKN-Peraturan perundang undangan nasional
PKN-Peraturan perundang undangan nasionalPKN-Peraturan perundang undangan nasional
PKN-Peraturan perundang undangan nasionalRubianto Cure
 
BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...
BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...
BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...Hakman Hamdani
 
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesiaTantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesiaAhsanul Minan
 
Presiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenPresiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenBelum Kerja
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Nugroho Ariwibowo
 
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanOtonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanKang Huda
 
Peran dan fungsi lembaga negara pasca reformasi
Peran dan fungsi lembaga negara pasca reformasiPeran dan fungsi lembaga negara pasca reformasi
Peran dan fungsi lembaga negara pasca reformasiAhmad Dahlan University
 
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaruTugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaruairlangga03
 
Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945
Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945
Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945Uiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Resume RUU Pemilihan Umum
Resume RUU Pemilihan Umum Resume RUU Pemilihan Umum
Resume RUU Pemilihan Umum Dody Wijaya
 

What's hot (20)

Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
 
Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA Makalah Pembentukan PERDA
Makalah Pembentukan PERDA
 
Bahan tayangan uud
Bahan tayangan uudBahan tayangan uud
Bahan tayangan uud
 
Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)
 
Bahan tayangan UUD 1945
Bahan tayangan UUD 1945Bahan tayangan UUD 1945
Bahan tayangan UUD 1945
 
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanUu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
 
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110
 
PKN-Peraturan perundang undangan nasional
PKN-Peraturan perundang undangan nasionalPKN-Peraturan perundang undangan nasional
PKN-Peraturan perundang undangan nasional
 
Uu no 2_2011
Uu no 2_2011Uu no 2_2011
Uu no 2_2011
 
BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...
BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...
BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH...
 
Ipu
IpuIpu
Ipu
 
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesiaTantangan pembangunan hukum di indonesia
Tantangan pembangunan hukum di indonesia
 
Presiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenPresiden & wakil presiden
Presiden & wakil presiden
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
 
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanOtonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsman
 
Peran dan fungsi lembaga negara pasca reformasi
Peran dan fungsi lembaga negara pasca reformasiPeran dan fungsi lembaga negara pasca reformasi
Peran dan fungsi lembaga negara pasca reformasi
 
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaruTugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
 
Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945
Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945
Politik Hukum - Pertemuan Keempat - 4. politik hukum amandemen uud 1945
 
Resume RUU Pemilihan Umum
Resume RUU Pemilihan Umum Resume RUU Pemilihan Umum
Resume RUU Pemilihan Umum
 
Bab 7 pkn KLS 8
Bab 7 pkn KLS 8Bab 7 pkn KLS 8
Bab 7 pkn KLS 8
 

Similar to MK NO. 102 INTERPRETASI

Bab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluBab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluLunandi Syaiful
 
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011Ahsanul Minan
 
Kwn uud 1945
Kwn uud 1945Kwn uud 1945
Kwn uud 194507051994
 
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxDinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxKuyungRizal1
 
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...Operator Warnet Vast Raha
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Ahmad Solihin
 
Potensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkPotensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkMuhammad Yunus
 
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfpresentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfJhonwilla2
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahLisa Tri Setiawati
 
10. KONSTITUSI.pptx
10. KONSTITUSI.pptx10. KONSTITUSI.pptx
10. KONSTITUSI.pptxDMumtazah
 
Materi Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptxMateri Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptxMuhidalWasi
 
Calon Independent Independent Candidate Constitutional Court Decision
Calon Independent   Independent Candidate   Constitutional Court DecisionCalon Independent   Independent Candidate   Constitutional Court Decision
Calon Independent Independent Candidate Constitutional Court Decisionfritz Siregar
 
Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...
Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...
Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...SMAN 01 GIRI
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Belum Kerja
 

Similar to MK NO. 102 INTERPRETASI (20)

Bab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluBab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemilu
 
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
 
Uu 12 2003 Pjls
Uu 12 2003 PjlsUu 12 2003 Pjls
Uu 12 2003 Pjls
 
Kwn uud 1945
Kwn uud 1945Kwn uud 1945
Kwn uud 1945
 
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxDinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
 
pro pemilu langsung
pro pemilu langsungpro pemilu langsung
pro pemilu langsung
 
Uu 12 2003
Uu 12 2003Uu 12 2003
Uu 12 2003
 
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
 
amandemen uud 1945
 amandemen uud 1945 amandemen uud 1945
amandemen uud 1945
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Potensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkPotensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpk
 
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfpresentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
 
10. KONSTITUSI.pptx
10. KONSTITUSI.pptx10. KONSTITUSI.pptx
10. KONSTITUSI.pptx
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
 
Materi Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptxMateri Rabu Ngopi.pptx
Materi Rabu Ngopi.pptx
 
Calon Independent Independent Candidate Constitutional Court Decision
Calon Independent   Independent Candidate   Constitutional Court DecisionCalon Independent   Independent Candidate   Constitutional Court Decision
Calon Independent Independent Candidate Constitutional Court Decision
 
Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...
Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...
Ppkn 8 - Pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan be...
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 

Recently uploaded (6)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 

MK NO. 102 INTERPRETASI

  • 1. 1 1.Undang-undang No. 42 Tahun 2008 2.Undang-undang No. 42 Tahun 2008 3.Putusan MK No.102/PUU-VII/2009 Nama : Yuni Arifiani Nim : 11010113120035 Kelas : B Tanda Tangan : 1. Penafsiran yang digunakan oleh MK dalam Putusan MK No. 102/PUU-VII/2009 Awal putusan MK No.102/PUU-VII/2009 adalah adanya pengajuan judial review kepada MK yang dilakukan oleh pemohon atas nama (1) Refly Harun dan (2) Maheswara Prabandono. Mereka mengajukan judicial review terhadap Pasal 28 Undang-undang No 42 Tahun 2008 yang berbunyi “ Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 harus terdaftar dalam daftar pemilih” 1 dan Pasal 111 ayat (1) UU No 42 Tahun 2008 yang berbunyi 2 “ pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS meliputi : 1. Pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap pada TPS yang bersangkutan; dan 2. Pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tambahan Menurut mereka dengan adanya Pasal 28 dan Pasal 111 ayat (1) UU No. 42 Tahun 2008 telah bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 serta berpotensi merugikan hak konstitusional para pemohon yaitu hak memilih padahal hak memilih dijamin dalam konstitusi. Para pemohon terancam tidak memilih dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tanggal 8 Juli 2009 bila tidak tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT), meskipun dirinya sudah berusia 17 tahun dan/atau sudah kawin. Penafsiran yang dilakukan oleh MK dalam putusan ini adalah dengan menggunakan metode sosiologis yaitu metode penafsiran yang mendasarkan diri pada penafsiran yang bersifat sosiolgis yang didasarkan pada konteks sosial ketika naskah tersebut dibentuk. Penafsiran ini dilakukan apabila makna undang-undang ditetapkan berdasarkan tujuan kemasyarakatan. Disini peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan situasi sosial yang baru, jadi peraturan hukum yang lama disesuaikan dengan keadaan baru atau dengan kata lain peraturan yang lama dibuat aktual. Hal itu ditunjukan dalam pertimbangan MK bahwa dalam persidangan Mahkamah menemukan fakta hukum, sebagai berikut 3:  Bahwa para pemohon kehilangan haknya untuk memilih pada Pemilu DPR,DPD, dan DPRD Tahun 2009 karena tidak terdaftar dalam DPT;  Bahwa para pemohon sama sekali tidak mendapatkan informasi sosialisasi yang memadai tentang DPT;  Bahwa para pemohon telah berusaha sedemikian rupa untuk berpartisipasi dalam Pemilu dengan memeriksa DPT dan undangan pada alamat lama para Pemohon pada Pemilu Tahun 2004 dan pada alamat para Pemohon saat ini, namun belum memperoleh informasi dan undangan untuk memilih di TPS
  • 2. Berdasarkan fakta hukum tersebut yang dihubungkan dengan kondisi saat ini dalam menyongsong Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, maka Mahkamah berpendapat diperlukan adanya solusi untk dapat melengkapi DPT yang sudah ada sehingga penggunaan hak pilih warga negara terlindungi karena ketenttuan yang mengharuskan seorang warga negara yang terdaftar sebagai pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) lebih merupakan prosedur administratif dan tidak boleh menegasikan hal-hal yang bersifat substansial yaitu hak warga negara untuk memilih dalam pemilihan umum. Maka berdasarkan pertimbangan Mahkamah tersebut, MK memberikan putusan untuk mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian dan menyatakan Pasal 28 dan Pasal 111 UU No.42 Tahun 2008 adalah konstutisional sepanjang diartikan mencakup warga negara yang tidak terdaftar dalam DPT dengan syarat dan cara yang telah ditentukan. Dengan adanya putusan tersebut jika dikaitakan dengan metode penafsiran sosiologis, MK telah memberikan keputusan yang memperhatikan maksud dan tujuan dari UU tersebut dengan melindungi hak memilih dari warga negara yaitu dengan cara memberikan Putusan yang bersifat self executing yang langsung dapat diterapkan oleh KPU tanpa memerlukan Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu) guna melindungi, menjamin dan memenuhi hak konstitusinal warga negara untuk menggunakan hak pilihnya. Dalam hal ini MK tidak membatalkan Pasal 28 dan Pasal 111 ayat (1) UU No. 42 Tahun 2008 dan tetap menyatakan konstitusional, dalam hal ini adalah konstitsioanl bersyarat karena Pasal tersebut masih berlaku sah sepanjang dimaknai apa yang diminta oleh MK. Putusan ini dimaksudkan agar sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyrakat. 2. Penafsiran sistematis “dipilih secara demokratis” Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945 menyebutkan “ Gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.” Pasal ini ditafsirkan secara sistematis yang artinya dilakukan dengan cara mencari makna kata yang terdapat di suatu peraturan perundang-undangan yang terkait dan melihat kaidah yang terkandung didalamnya. Pasal ini dikaitkan dengan pasal-pasal yang terdapat dalam UUD NRI 1945. Yang pertama adalah Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 menunjukan bahwa Negara kesatuan ditinjau dari segi susunannya adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara (federasi), tetapi hanya ada satu negara atau dengan kata lain tidak ada negara didalam negara. Seperti halnya di Indonesia, tidak mempunyai daerah didalam lingkungannya yang bersifat staat atau negara, yang ada hanya daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang diperkuat oleh pasal 18 Ayat (1) UUDNRI Tahun 1945, dimana daerah-daerah tersebut masih dalam wadah NKRI. Pemerintahan pun hanya ada satu yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan tertinggi disegala bidang pemerintahan. Selain itu pada Pasal 1 ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 ini juga menyatakan Negara Indonesia berbentuk Republik, yang artinya kekuasaan pemerintahan bersumber dari rakyat bukan dari prinsip keturunan sehinnga Indonesia dipimpin atau dikepalai oleh seorang Presiden. Dan untuk mewujudkan pasal tersebut bahwa seorang Presiden dipilih oleh rakyat maka dalam Pasal 2 UUDNRI Tahun 1945 menyatakan kedaulatan itu berada ditangan rakyat artinya sumber kekuasaan itu berasal dari rakyat. Sedangkan perwujudan dari kedaulatan rakyat itu sendiri adalah demokrasi yang merupakan sistem yang tegak
  • 3. 3 1.Undang-undang No. 42 Tahun 2008 2.Undang-undang No. 42 Tahun 2008 3.Putusan MK No.102/PUU-VII/2009 diatas prinsip kedaulatan rakyat, dengan dua nilai pokok yang melekat padanya, yaitu kebebasan dan kesederajatan. Sebagai perwujudan demokrasi, didalam Internasional Commission Of Jurist, Bangkok Tahun 1965,dirumuskan bahwa” penyelenggraan pemilihan umum yang bebas merupakan salah satu syarat dari enam syarat dasar bagi negara demokrai perwakilan dibawah rule of law. Pemilihan umum adalah suatu lembaga yang berfungsi sebagai sarana penyampaian hak-hak demokrasi rakyat dan pelakasaanya sendiri sudah dijamin didalam Pasal 22E UUDNRI Tahun 1945. Pemilu dilakukan guna memilih DPD,DPR,Presiden dan Wakil Presiden serta DPRD (Pasal 6A dan Pasal 22E ayat (2) UUDNRI tahun 1945), termasuk didalamnya adalah Pemilihan Kepala Daerah, yaitu Gubernur,Bupati dan Walikota juga dipilih secara demokratis (Pasal 18 ayat (4) UUDNRI Tahun 1945). Kepala daerah adalah orang yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk menjalakan pemerintahan di daerah dan kedudukannya sama tinggi dengan DPRD. Pemerintahan daerah itu sendiri terdiri dari Kepala daerah dan lembaga eksekutif yaitu DPRD. Dalam menjalankan tugasnya kepala daerah dibantu oleh Wakil Kepala Daerah beserta perangkatnya sama seperti halnya Presiden pada Pasal 4 UUD NRI Tahun 1945 Presiden dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh satu orang wakil presiden. Dalam pemilihan pun sama dengan pemilihan Presiden yaitu merujuk pada Pasal 6A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 dimana Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Ditunjukan dengan adanya Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 bahwa Kepala daerah dipilih secara demokratis. Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 (sesudah perubahan) belum memungkinkan mencantumkan secara eksplisit bahwa Kepala Daerah dipilih secara langsung, oleh sebab itu diambil kesepakatan kepala daerah dipilih secara demokratis. Jimmly Asshiddiqie mengatakan bahwa pengertian “dipilih secara demokratis” maknanya bersifat luwes sehingga dalam pengaturan selanjutnya bisa dipilih secara langsung atau tetap dipilih oleh DPRD sebagaimana praktik sebelumnya. Berbeda untuk pemilihan anggota DPRD yang secara eksplisit ditegaskan dipilih melalui Pemilu. Pengaturan ini kecuali melembagakan cara pengisian anggota DPRD dalam konstitusi, namun yang lebih penting dari pada itu sebenarnya juga menegaskan tidak ada lagi pengisian anggota DPRD melalui pengangkatan seperti dalam praktuk sebelumnya.