Surah Al-Lail menjelaskan bahwa harta tidak akan berguna bagi manusia ketika ia meninggal, dan Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia untuk memilih jalan yang benar melalui utusan-Nya. Orang-orang yang mengingkari kebenaran dan berpaling dari iman akan masuk neraka, sedangkan orang-orang yang bertakwa akan dijauhkan dari neraka karena menyumbangkan hartanya untuk membersihkan diri dan mencari keridhaan
2. Surah Al-Lail (bahasa Arab : يلّال, al-Layl, "Malam") adalah
surah ke-92 dalam al-Qur'an .
Surah ini terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surah
Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-A’la.
Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al
Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
3. الرحمن هللا بسمالرحيم
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang
11. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah
binasa.
Tafsir :
“Taradda” artinya mati dan dikuburkan yang merupakan kiasan dari kematian dan kebinasaan. Harta yang ditimbun
dan selalu dijaganya siang malam tersebut tak bisa menghalangi datangnya kehancuran dan kematiannya. Dan tak
sepeserpun dari harta yang dikumpulkan tersebut yang ia bawa ke liang lahat. Jika pun orang yang masih hidup
memaksakan untuknya membawa harta tersebut, hal itu tidaklah berguna. Bahkan kalau pun hal tersebut bisa
terjadi ia akan berhadapan dengan makhluk yang tidak mengenal arti dunia. Maka ia takkan pernah bisa
menyuapnya dengan harta.
Ada dua jalan yang sama-sama terbuka. Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan tersebut. Namun,
Allah tetaplah bijak dan maha asih. Dia menurunkan dan mengirim utusan-Nya dari kalangan manusia untuk
mengingatkan mereka dan membimbing agar para manusia tidak tersesat dalam memilih jalan itu. Maka, Dia pun
mengobral petunjuk-Nya. Sampai demikian pun manusia tetap saja banyak yang enggan mengambilnya.
4. 12. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk,
Tafsir :
Ayat ini adalah penguat dari yang telah diterangkan sebelumnya. Artinya tiadalah
patut manusia itu berjalan menuju kesukaran. Bakhil dan merasa cukup sendiri lalu
mengurung diri dan tiap datang seruan kebaikan didustakan. Sebab Tuhan telah
memberikan tuntunan-Nya. Tuhan telah mengutus Rasul-rasul-Nya dan menurunkan
kitab-kitab-Nya. Tiada kurangnya lagi. Dan di dalam diri sendiri sudah disediakan
Allah alat penimbang, yaitu akal.
5. 13. dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia.
Tafsir :
Dunia dan seisinya Allah lah pemiliknya. Demikian pula akhirat dan semuanya yang
berhubungan dengannya Allah lah yang mengendalikannya. Bila seseorang lebih
memilih dunia dan menghalanginya untuk mencintai pemiliknya maka ia benar-benar
akan sengsara ketika memasuki alam akhirat, saat kehidupan dunia-nya
dipertanggungjawabkan dan kemudian dibalas dengan setimpal.
6. Tafsir :
Pada suasana yang dijelaskan pada ayat sebelumnya orang-orang yang bakhil di atas akan sangat menyesali
kebodohan dirinya.
Padahal Allah telah benar-benar mengirim orang terbaik di antara mereka untuk menjadi pengingat yang baik.
“Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala” (QS. 92: 14)
Neraka yang menyala tersebut disediakan untuk mereka yang mendustakannya. “Tidak masuk ke dalamnya
kecuali orang yang paling celaka” (QS. 92:15). Orang-orang celaka itu adalah orang “yang mendustakan
14. Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
15. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,
16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
7. 17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
Tafsir :
“Dan akan dijauhkan dia.” (pangkal ayat 17). Artinya akan dijauhkanlah api neraka yang
bernyala-nyala itu: “Daripada orang yang paling bertakwa.” (ujung ayat 17). Api itu tidak
akan didekatkan, melainkan akan dijauhkan dari orang-orang bertakwa, yaitu yang
selalu berbakti kepada Allah. Yaitu tidak putus hubungannya dengan Tuhan dan
terpelihara. Karena hidupnya telah disediakannya menempuh jalan yang benar.
8. 18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
19. padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya,
Tafsir :
“Yang memberikan hartanya karena ingin membersihkan.” (ayat 18). Bukti yang utama dari bakti ialah suka
memberikan harta, suka mengeluarkannya. Jangan bakhil, jangan kedekut dan kikir. Diri sendiri dibersihkan
daripada penyakit kotor pada jiwa: yaitu penyakit bakhil. Dan harta itu sendiri pun dibersihkan dengan jalan
mengeluarkan bahagian yang patut diterima oleh fakir dan miskin. Meskipun di Makkah belum turun peraturan
beberapa zakat meski dibayar, berapa yang satu nishab dalam edaran satu tahun (haul), namun sejak dari masa
Makkah itu pendidikan jiwa kepada bederma telah dilatih.
“Padahal tidak ada padanya budi seseorang yang hendak dibalas.” (ayat 19). Artinya seketika dia mengeluarkan
sebahagian dari harta-bendanya untuk pembantu orang lain, benar-benar timbul dari hati yang suci. Bukanlah
dia mau mengeluarkan harta karena dahulu orang yang sekarang diberinya itu pernah berjasa kepadanya. Dan
kalau tidak karena membalas jasa, tidaklah hartanya akan dikeluarkannya. Dan jangan pula memberi karena
menghadap lain hari orang itu akan membalas jasa pula. Hendaklah karena Allah semata-mata. Inilah orang
yang dikatakan paling bertakwa. “Melainkan hanya karena mengharapkan wajah Tuhannya Yang Maha Tinggi
9. 20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya
yang Maha Tinggi.
21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
Tafsir :
• Ayat 20
Dan karena ia mampu melakukan dan menunjukkan kemurnian cintanya tersebut pada pemilik dunia dan
akhirat kelak ia akan puas dan takkan merasa rugi.
• Ayat 21
Dan kepuasan yang demikian itu bersifat kekal. Maka ia menjadi orang yang paling beruntung, sebagai
balasan atas usahanya yang terus menjaga diri untuk menjadi hamba-Nya yang paling bertakwa.
Sebagaimana telah kita ketahui dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, Ridha Tuhan adalah puncak nikmat
yang akan dicapai oleh hamba Allah di dalam syurga kelak. Bahkan tidaklah ada artinya syurga itu kalau tidak
disertai Ridha Tuhan. Dan ridha Tuhan itu adalah balasan yang sudah sepantasnya bagi seorang hamba Allah
yang telah menyediakan dirinya menyambut dan mengerjakan perintah-perintah Tuhan yang telah
dipimpinkan oleh Rasul-rasul.