2. Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan
ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-
alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002)
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau
memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati
sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang
berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
3. Memberikan ventilasi yang adekuat
Membatasi kerusakan serebi
Pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
Untuk memulai atau mempertahankan
kehidupan ekstra uteri
4. 1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan
bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada
naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan
selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti
nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya
apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada
bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan
menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
5. 2. Denyut jantung – frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut
jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus >
100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan
menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama
6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama
1 menit) Hasil penilaian ;
Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan,
dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas
spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi
Tekanan Positif)
6. 3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan
bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi
jantung baik, seharusnya kulit menjadi
kemerahan. Jika masih ada sianosis central,
oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis
purifier, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang
masih lamban, antara lain karena suhu ruang
bersalin yang dingin.
7. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau
akibat lidah yang jatuh ke posterior.
Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan
kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik,
diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
Kerusakan neurologis.
Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau
susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital
yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama
kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas
hidup individu selanjutnya.
8. 1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan
dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
dan bayinya serta persiapan yang dilakukan
oleh penolong untuk membantu kelancaran
persalinan dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
9. 2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan
tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan
terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih
dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai
beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur
posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat
sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak
banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka).
Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60
watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan
lampu menjelang kelahiran bayi.
10. 3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan,
siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai,
yaitu:
a. 2 helai kain/handuk
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu
11. Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi:
Bayi cukup bulan atau tidak?
Air ketuban bercampur mekonium atau tidak?
Setelah bayi lahir, lakukan penilaian:
Bernafas atau menangis?
Tonus otot baik?
Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air
ketuban tidak bercampur mekonium, bayi menangis, tnus
otot baik. Maka lakukan PERAWATAN RUTIN: Beri
kehangatan, Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayi
12. 1. Jaga bayi tetap hangat.
Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
2. Atur posisi bayi.
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar
kepala sedikit ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu
garis lurus.
3. Isap lendir.
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
a. Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
b. Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat
memasukkan).
c. Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung
pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke
dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau
henti napas bayi.
13. 4. Keringkan dan Rangsang taktil.
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini
dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di
bawah ini:
1) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak
akan banyak menolong dan malahan dapat
membahayakan bayi.
14. 5. Reposisi.
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain
bersih dan kering yang baru (disiapkan).
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan
tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan
pernapasan bayi dapat diteruskan.
c. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi
(sedikit ekstensi).
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas
spontan dan teratur
15. 6. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas
normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Lakukan evaluasi meliputi:
Pernapasan
Frekuensi jantung
Warna kulit
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit à
PERAWATAN SUPORTIF
16. Bila FJ < 100x/menit /APNUE à VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan
positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi
bisa bernapas spontan dan teratur.
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung
bayi.
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada
bayi.
Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan
tekanan 30 cm air. Tiupan awal ini sangat penting untuk
membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan
sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
17. Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak
mengembang
a. Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
b. Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi
kebocoran.
Bila dada mengembangàlakukan tahap berikutnya
a. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik.
b. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan
teratur?
Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan
dinding dada dan auskultasi bunyi napas.
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan àPERAWATAN
LANJUT
18. Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit VTP dan kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada
dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau
dengan menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung
dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum.
Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol
kedalaman penekanan lebih baik.
Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ± 1,5 cm
dan dengan frekuensi 90x/menit.
Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan
30x ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi
yang dianjurkan adalah 3 : 1.
Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak
berespon, kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak
adekuat, karena itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara
konstan.
20. Bila tidak terdapat mekonium LANGKAH AWAL
Bila air ketuban bercampur mekonium, lakukan
penilaian bayi bugar atau tidak:
ü Usaha nafas baik
ü Tonus otot baik
ü FJ > 100x/menit
Bila bayi bugar LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bugar penghisapan mulut
dan trachea LANGKAH AWAL
21. 1. Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal
yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.
Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
Konseling:
a. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
b. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
c. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok
energi yang dibutuhkan.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode
Kangguru).
e. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat
tanda-tanda tersebut pada bayi.
22. Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk:
1. Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinya
2. Berikan Vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B
Lakukan pemantuan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama
2 jam pertama:
Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
1. Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas <> 60 x
per menit.
2. Bayi kebiruan atau pucat.
3. Bayi lemas.
4. Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas
normal.
Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering.
Tunda memandikan bayi hingga 6 – 24 jam setelah lahir (perhatikan
temperatur tubuh telah normal dan stabil).
23. Bayi perlu rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk,
segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan
sesudah resusitasi
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit
atau lebih dari 60 kali per menit
b. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap-
megap (bising napas inspirasi)
d. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
24. Konseling pada bayi yang dirujuk
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk.
Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.
b. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi
secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga
diminta untuk menemani ibu dan bayi selama perjalanan
rujukan.
c. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju
tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga
ibu baru melahirkan bayi yang sedang dirujuk.
d. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang
diperlukan selama perjalan ke tempat rujukan
25. Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
a. Periksa keadaan bayi selama perjalanan
(pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan
medik.
b. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup
kepala bayi dan bayi dalam posisi “Metode
Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama
bayi dalam satu selimut.
c. Lindungi bayi dari sinar matahari.
d.Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI
segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan
gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya
26. Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan
resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut.
Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang
berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian
meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan
dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan
bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami
masalah dan musibah yang terjadi serta berikan
dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat